IMPLEMENTASI MANAJEMEN STRATEGIK PENDIDIKAN TINGGI KEPARIWISATAAN BERBASIS PELANGGAN : Studi Kasus Pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

(1)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1. Tujuan Penelitian ... 10

2. Manfaat Penelitian ... 11

E. Struktur Organisasi Disertasi ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA…... 16

A. Konsep Administrasi dan Manajemen Pendidikan ... 16

1. Administrasi Pendidikan ... 16

2. Manajemen Pendidikan ... 20

3. Hubungan Administrasi Pendidikan dan Manajemen Pendidikan... 23

4. Manajemen Sekolah Tinggi Pariwisata…………... 25

B. Manajemen Strategik………... 28

1. Manajemen Strategik dalam Lembaga Pendidikan Non Profit ………... 38

2. Keunggulan dan Manfaat Manajemen Strategik bagi Organisasi Pendidikan... 44

3. Konsep Kepemimpinan ……….. 50

4. Manajemen Mutu Pendidikan Tinggi ………. 58

C. Nilai Kelembagaan sebagai Acuan Kebijakan …... 67

1. Mutu………. 68

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv


(2)

2. Akuntabilitas……….... 70

3. Keseimbangan ….……… 71

4. Efisiensi ……….. 72

5. Kinerja…….……… 72

6. Kompetisi...………. 73

D. Daya Saing Perguruan Tinggi ……….. 77

E. Balance Scorecard dalam manajemen strategik di lembaga pendidikan …………... 86

F. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan………... 96

G. Alur Pikir Penelitian……….. 100

H. Pendekatan dan Paradigma Penelitian……….. 108

BAB III METODE PENELITIAN……….. 109

A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 109

1. Lokasi Penelitian ... 109

2. Subyek Penelitian... 110

B. Desain Penelitian….. ... 111

C. Pendekatan Penelitian ... 116

D. Teknik Pengumpulan Data ... 118

1. Wawancara ... 119

2. Observasi ... 122

3. Studi Dokumentasi ... 122

E. Keabsahan Data ... 127

F. Teknis Analisis Data ... 130

1. Analisis dan Pentafsiran Data ……….. 130

2. Metode Balanced Scorecard ……… 132

G. Waktu dan Tahapan Penelitian ……….. 135

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………... 138

A. Hasil Penelitian ... 138

1. Profil STP Bandung……….. 138

2. Maksud dan Tujuan Didirikan STP Bandung... 142 3. Nilai-nilai dan Budaya Kerja yang dijadikan Acuan STP


(3)

4. Strategi STP Bandung dalam Mewujudkan Visi dan

Misi sebagai Institusi Pendidikan Tinggi Kelas Dunia... 147 5. Implementasi Manajemen Strategik STP Bandung…….. 148 6. Evaluasi Implementasi Manajemen Strategik STP

Bandung……… 156

a. Perspektif pelanggan ………. 157

b. Perspektif proses internal……… 185 c. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran…………. 194

d. Perspektif keuangan……… 199

B. Pembahasan ... 202 1. Maksud dan Tujuan Didirikannya STP Bandung………. 202 2. Nilai –nilai yang Dianut oleh STP Bandung…………... 203 3. Strategi yang Digunakan untuk mencapai Nilai-nilai dan

Tujuan STP Bandung……….. 211

4. Implementasi Proses Manajemen Strategik STP

Bandung 214

5. Evaluasi Implementasi Manajemen Strategik STP

Bandung 219

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 250 A. Kesimpulan ... 250 1. Pelaksanaan Management Strategis STP Bandung…….. 250 2. Evaluasi Implementasi Manajemen Strategik STP

Bandung dalam Penyelenggaraan Perguruan Tinggi

Kepariwisataan Berbasis Pelanggan………. 252 B. Saran dan Rekomendasi... 255

1. Saran………. 256

2. Rekomendasi Konsep Penyelenggaraan Pendidikan

Tinggi Kepariwisataan Berbasis Pelanggan Pendidikan.. 264 DAFTAR PUSTAKA... 289 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 293


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Framework for The Evaluation of Higher Education ………... 77

3.1 Bauran Perspektif Balanced Scorecard dalam Penelitian Implementasi Manajemen Strategik Pendidikan Tinggi Kepariwisataan………... 133

4.1 Jumlah Pendaftaran dan Penerimaan Mahasiswa STP Bandung……... 158

4.2 Sebaran Lulusan STP Bandung Tahun Wisuda 2008/2009…………... 161

4.3 Serapan Lulusan STP Bandung Tahun Wisuda 2008………. 165

4.4 Jumlah Pendaftaran dan Penerimaan serta Proyeksi……….. 166

4.5 Jumlah Kelulusan Mahasiswa STP Bandung Tahun 2006-2010……... 185

4.6 Perbedaan Kependidikan Program Khusus dan Program Reguler di STP Bandung……….. 187

4.7 Jumlah Target dan Realisasi Lulusan STP Bandung Tahun 2006 – 2010……… 189

4.8 Alokasi dan Anggaran STP Bandung Tahun 2006-2009………... 200

4.9 Jumlah dan Persentase PNBP dari Mahasiswa STP Bandung terhadap Anggaran Tahun 2006-2010………... 201

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1.1 Pendekatan WCU ……… 5

2.1 Bidang Kegiatan Administrasi………. 19

2.2 Matriks Pola Dasar Administrasi Pendidikan……….. 22

2.3 Determinant of Competitiveness in Tourism ……… 25

2.4 Kebijakan Pengembangan SDM Pariwisata Indonesia ………... 27

2.5 Manajemen Strategik ……….. 36

2.6 The Process of Strategic Management……… 38

2.7 Manajemen Strategik sebagai Sistem ... 42

2.8 Membangun Keunggulan Bersaing ……… 59

2.9 Balanced Scorecard untuk Organisasi Lembaga Pendidikan……… 89


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lampiran A 293

a. SK. Promotor, Ko Promotor dan Anggota b. SK. Perpanjangan Promotor, Ko Promotor dan Anggota c. Surat izin observasi 23 Maret 2010 d. Surat izin observasi 18 Oktober 2010 e. Surat keterangan hasil ujian komprehensif 2.12 Alur Pikir Penelitian……… 107

3.1 Desain Penelitian ……… 116

3.2 Kunjungan ke Akademi Pariwisata Makasar ………. 124

3.3 Penjelasan Direktur Makasar tentang Struktut Organisasi Akpar Makasar……… 125

3.4 Mewawancarai Mahasiswa dan Mahasiswi STP Bali………. 126

3.5 Proses Analisis Data Kualitatif……… 131

4.1 Program Studi STP Bandung, Bali dan Akademi Pariwisata Medan dan Makasar……… 141

4.2 Balanced Scorecard STP Bandung……….. 150

4.3 Komposisi Sebaran Lulusan Berdasarkan Jabatan Tahun 2009………… 161

4.4 Penyebaran Lokasi Lulusan Tahun Wisuda 2006 yang Bekerja di Dalam Negeri (Berdasarkan Provinsi) ……… 162

4.5 Penyebaran Lokasi Lulusan STP Bandung Tahun 2009 yang Bekerja di Luar Negeri (Berdasarkan Negara)……….. 164

4.6 Pembangunan Gedung Ruang Kelas STP Bandung Tahun 2010……….. 169

4.7 Simulasi Ruang Praktek STP Bandung Tahun 2010……….. 173

4.8 Simulasi Ruang Praktek Jurusan MTB STP Bandung Bulan Agustus 2010………. 175

4.9 Sarana Praktek STP Bandung Bulan Agustus Tahun 2010……… 182

4.10 Perkembangan Nama STP Bandung dari Tahun 1959-1993... 186

4.11 Sejarah STP Bandung……….. 187

4.12 Nilai bagi Pelanggan………... 221

4.13 Kerangka Ukuran Pespektif Pertumbuhan……….. 241

5.1 Gambar Konsep Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Kepariwisataan Berbasis Pelanggan Pendidikan………... 268


(6)

2. Lampiran B 301 a. Kisi-kisi instrument penelitian

b. Pertanyaan penelitian

3. Lampiran C 322

a. Rekapitulasi jawaban kisi-kisi instrumen penelitian b. Hasil wawancara dengan Puket bidang akademik STPB c. Hasil wawancara dengan Mantan Ketua STP Bandung d. Hasil wawancara dengan Ketua STP Bandung

e. Hasil wawancara dengan Ketua jurusan pariwisata STPB

4. Lampiran D 371

a. Renstra STP Bandung b. Renstra STP Bali c. Dokumentasi penelitian d. Riwayat Hidup


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan pendidikan merupakan hal prioritas dalam memasuki era kompetisi globalisasi.

Nandika et al.(2006:1) mengutip laporan World Education Forum (WEF) dokumen The Dakar Framework for Action di Dakar Sinegal April 2000 mengemukakan bahwa kemajuan pendidikan di dunia mengalami peningkatan. Di beberapa negara berkembang siswa yang melanjutkan pada jenjang pendidikan berikutnya naik sebesar 80%, jumlah siswa tidak melanjutkan sekolah menurun, dan jumlah orang yang melek huruf juga meningkat.

Pemerintah Indonesia melalui berbagai kebijakan pendidikan telah berusaha meningkatkan mutu dan layanan pendidikan dalam menghadapi persaingan pada era globalisasi, dengan melakukan perubahan Undang-undang Sistem Pendidikan Nomor 02 tahun 1989 menjadi Nomor 20 tahun 2003, kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang secara teknis dituangkan ke dalam Peraturan Menteri Pendidikan tentang delapan standar pengelolaan pendidikan. Dalam UUSPN dinyatakan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional yaitu berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,


(8)

sedangkan tujuannya adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 UUSPN 20/2003). Dalam UUSPN tersebut juga terlihat adanya perubahan pengelolaan pendidikan dari pengelolaan sentralistik menjadi desentralistik yaitu adanya perubahan orientasi pada “kepuasan pelanggan” dengan mengedepankan mutu pendidikan.

Peranan pelanggan pendidikan menjadi titik sentral dalam melakukan pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan proses dan tahapan layanan pendidikan. Untuk menjaga kepuasan pelanggan sebuah lembaga pendidikan tinggi dalam pengelolaan kelembagaannya mengacu pada kriteria minimal tentang sistem pendidikan yang dikenal dengan Standar Nasional Pendidikan merupakan kriteria pokok dalam penyelenggaraan pendidikan, diantaranya berkaitan dengan (1) Standar Kompetensi Lulusan; (2) Standar Isi; (3) Standar Proses; (4) Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan; (5) Standar Sarana dan Prasarana; (6) Standar Pengelolaan; (7) Standar Pembiayaan Pendidikan; (8) Standar Penilaian Pendidikan.

Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi kelas dunia sebuah lembaga pendidikan harus memenuhi Standar Nasional Pendidikan serta memiliki manajemen strategik yang dianggap mampu menjadi kendaraan lembaga dalam mengelola sumber daya yang dimiliki secara


(9)

pendidikan tinggi kepariwisataan kelas dunia.

Dalam meningkatkan mutu dan layanan pendidikan berbagai tantangan yang dihadapi muncul secara kompleks karena pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang tidak mampu menghasilkan dan berdampak seketika, oleh karena itu peran dan kedudukan pendidikan tinggi di Indonesia diharapkan mampu mengemban peran dan menjadi momentum dalam menghadapi era globalisasi seiring perkembangan industrialisasi pendidikan tinggi yang telah terlaksana dan jauh berkembang di negara industri.

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian yang mampu meningkatkan kehidupan masyarakat pada tingkat nasional maupun lokal. Penyelenggaraan kegiatan kepariwisataan tidak dapat terlepas dari ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) bidang kepariwisataan yang memadai baik kualitas maupun kuantitas. Tujuan pengembangan pembangunan kepariwisataan nasional bidang SDM adalah meningkatkan kualitas, kuantitas, profesionalisme, dan daya saing yang adaptif terhadap pemangku kepentingan, melalui penerapan standarisasi, sertifikasi dan akreditasi.

Penandatanganan ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA) oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia bersama dengan menteri pariwisata dari negara-negara ASEAN pada bulan Januari 2009 memunculkan implikasi kemudahan lintas negara ASEAN bagi pekerja pariwisata. Penerapan MRA ini secara otomatis akan memberlakukan Asean Common Competency

Standard for Tourism Professional (ACCSTP) yang merupakan standar


(10)

Bertolak dari tuntutan global tersebut, Indonesia dilihat dari tingkat daya saing sumber daya manusia pariwisata berada pada peringkat 34 dari 130 negara, dari aspek kualitas pendidikan dan pelatihan kepariwisataan berada pada peringkat 39, sedangkan untuk aspek ketersediaan tenaga kerja di bidang pariwisata berada pada peringkat 28 dari 130 negara. Hal ini menunjukan bahwa sumber daya manusia pariwisata Indonesia masih bersaing atau memperebutkan pada posisi pelaksana baik di dalam maupun di luar negeri, dan belum mampu bersaing pada posisi manajer, bila dibandingkan dengan SDM dari Philippina, India, China dan Thailand, sedangkan Singapura dan Malaysia sudah mulai memunculkan SDM-nya pada tingkat menengah. Di tingkat top management, SDM dari Amerika Serikat, Australia dan Eropa masih menduduki peringkat yang pertama.

Sekolah Tinggi Pariwisata memiliki fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia kepariwisataan yang profesional dan kompeten di bidang kepariwisataan. Sejalan dengan hal tersebut, pendidikan tinggi kepariwisataan khususnya STP Bandung diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata kepada upaya tersebut melalui peningkatan kualitas lulusannya.

Lulusan memiliki peran penentu reputasi institusi pendidikan, maka pembinaan dan pengembangan peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan tempat kerja merupakan hal penting bagi terlaksananya suatu mekanisme yang harmonis antar komponen pendidikan. Hal tersebut menjadi salah satu tujuan akhir dari proses pendidikan pada pendidikan tinggi


(11)

keterampilan disamping pengetahuan kepada peserta didik.

Tuntutan tingginya kualifikasi SDM pada industri kepariwisataan di tingkat nasional dan internasional, menjadikan STP Bandung harus mampu mengimplementasikan manajemen strategik melalui peningkatkan tata kelola lembaga pendidikan kepariwisataan bertaraf internasional yang berbasis pelanggan. Strategi ini bertujuan untuk memahami, mengantisipasi dan mengelola kebutuhan pelanggan yang ada serta pelanggan potensial dari lembaga pendidikan. Dan sekaligus sebagai salah satu strategi pemasaran yang digunakan untuk merangsang pertumbuhan, mengurangi biaya dan meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pembinaan komunitas pendidikan dan pembelajaran.

Dalam memenuhi tuntutan pelanggan akan standar pendidikan global, pemerintah melalui berbagai kebijakan, mendorong pendidikan tinggi menjadi perguruan tinggi berkelas dunia. Hendarman (2009) mengemukakan pendekatan untuk menuju perguruan tinggi berkelas dunia adalah dapat dilihat pada gambar 1.1 dihalaman berikutnya;

Gambar 1.1: Pendekatan WCU Sumber: Hendarman (2009) Gambar 1.1 Pendekatan menuju WCU

Gambar 1.1 di atas, menunjukan pendekatan yang dapat digunakan untuk World

Class University

Pendekatan

Research Quality

Graduate Employability

Teaching Quality

International Outlook


(12)

mewujudkan perguruan tinggi kelas dunia, salah satunya adalah kualitas mengajar yang mempunyai peran terhadap proses pembelajaran apabila diterapkan akan mempengaruhi percepatan menjadi salah satu lembaga pendidikan kelas dunia. Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung sebagai perguruan tinggi pendidikan pariwisata di Indonesia dianggap belum memenuhi standar perguruan tinggi kelas dunia bila mengacu kepada pendekatan perguruan tinggi kelas dunia yang tergambarkan pada gambar 1.1 diatas. Dua permasalahan utama STP Bandung untuk mencapai perguruan tinggi kelas dunia adalah kualitas dan kuantitas penelitian yang dihasilkan oleh tenaga pendidik serta citra STP Bandung dalam pandangan dunia internasional yang masih dinilai hanya memenuhi batas tenaga pelaksana (craft level) bagi lulusan STP Bandung.

Dirgantoro Crown (2004:151) mengemukakan untuk membangun lembaga pendidikan kelas dunia harus memiliki manajemen strategik yang berbasis korporasi, dimana manajemen strategik yang diterapkan memiliki kecepatan, fleksibilitas dan komitmen terhadap nilai yang diberikan terhadap pelanggan. Kontribusi perguruan tinggi yang dapat diberikan kepada pelanggannya yaitu mahasiswa dan masyarakat selaku pengguna jasa pendidikan berupa ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibrahim Musa (2008) yang mengemukakan bahwa lembaga pendidikan terdiri atas penyelenggara, peserta dan pengguna hasil pendidikan. Berdasarkan ketiga unsur inilah pembentukan terhadap pelaksanaan proses pendidikan berkualitas akan terlaksana, khususnya yang berkaitan dengan layanan akademik, kualitas tenaga pendidik dan kependidikan, keuangan dan sarana prasarana.


(13)

mengkemas penyelenggaraan pendidikan yang responsif dengan mengimplementasikan manajemen strategik, hal ini perlu dilakukan karena manajemen strategik secara umum merupakan suatu proses berkesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan dapat menyesuaikan dengan lingkungannya, dengan kata lain organisasi dapat selalu tanggap terhadap perubahan di dalam lingkungannya yang bersifat internal maupun eksternal. Sedangkan secara khusus manajemen strategik merupakan usaha untuk mengembangkan kekuatan yang ada di lembaga untuk menggunakan atau menangkap peluang yang muncul guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diartikan bahwa manajemen strategik dalam penyelenggaraan pendidikan merupakan kemampuan manajer pendidikan untuk mengambil sebuah keputusan dari beberapa alternatif dengan memberdayakan seluruh sumber daya yang dimiliki melalui fungsi manajemen guna mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Adapun permasalahan yang dihadapi dalam konteks persaingan global bagi STP Bandung, diantaranya sebagai berikut:

1. Sekolah Tinggi Pariwisata di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dihadapkan pada persaingan global dengan institusi pendidikan tinggi pariwisata lainnya yang secara terus menerus melakukan pembenahan dan peningkatan kualitas, baik pada sisi masukan, proses, maupun kualitas lulusan;

2. Daya tampung sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia terbatas mengakibatkan proses belajar mengajar terganggu;


(14)

3. Sebagian besar kualifikasi dosen masih berpendidikan S1 dan masih sedikitnya jumlah dosen yang mempunyai latar belakang pendidikan S3; 4. Belum mempunyai dosen tetap yang mempunyai jabatan fungsional dosen

guru besar maupun profesor, hal ini disebabkan karena status kelembagaan yang masih berstatus Sekolah Tinggi;

5. Pendanaan yang merupakan faktor penting dalam pengembangan mutu pendidikan dialokasikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tidak sesuai dengan kebutuhan perencanaan pendanaan pendidikan dan dalam penggunaannya tidak fleksibel;

6. Ratio dosen terhadap mahasiswa sangat tinggi, hal ini mengakibatkan rendahnya pengawasan dosen terhadap mahasiswa yang pada akhirnya dapat menurunkan mutu pendidikan dan pelayanan terhadap mahasiswa;

7. Rendahnya kegiatan penelitian yang dilakukan oleh para dosen sehingga mengakibatkan tidak berjalannya majalah jurnal;

8. Belum memiliki rencana induk pengembangan sekolah tinggi pariwisata yang terencana sebagai pedoman dalam menjalankan perguruan tinggi pariwisata.

Melihat berbagai permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menganggap perlu untuk mengangkat masalah ini yang dirumuskan ke dalam judul “IMPLEMENTASI MANAJEMEN STRATEGIK PENDIDIKAN TINGGI KEPARIWISATAAN BERBASIS PELANGGAN”

B. Fokus Penelitian

Dalam mengimplementasikan pendidikan tinggi kepariwisataan berbasis pelanggan di STP Bandung terdapat sejumlah permasalahan. Permasalahan


(15)

tersebut terkait pengelolaan penyelenggaraan pendidikan yang belum optimal dan efektivitas implementasi manajemen strategik.

Aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian ini, sebagai berikut: 1. Maksud dan tujuan didirikannya Sekolah Tinggi Pariwisata

2. Nilai-nilai yang dijadikan acuan penyelenggaraan pendidikan kepariwisataan di Sekolah Tinggi Pariwisata

3. Strategi yang digunakan untuk mencapai nilai-nilai dan tujuan sekolah tinggi pariwisata

4. Implementasi proses manajemen strategik sekolah tinggi pariwisata

5. Analisis dampak implementasi manajemen strategik sekolah tinggi pariwisata 6. Alternatif konsep penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan di

sekolah tinggi pariwisata berbasis pelanggan pendidikan. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu efektivitas implementasi manajemen strategik dalam penyelenggaraan perguruan tinggi kepariwisataan berbasis pelanggan pendidikan, selanjutnya dirumuskan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apa maksud dan tujuan didirikannya sekolah tinggi pariwisata?

2. Nilai-nilai apa yang dijadikan acuan penyelenggaraan sekolah tinggi pariwisata?

3. Bagaimana strategi yang digunakan untuk mencapai nilai-nilai dan tujuan sekolah tinggi pariwisata?


(16)

4. Bagaimana implementasi proses manajemen strategik sekolah tinggi pariwisata?

5. Bagaimana analisis dampak implementasi manajemen strategik sekolah tinggi pariwisata?

6. Bagaimana alternatif konsep penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan di sekolah tinggi pariwisata berbasis pelanggan pendidikan? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauhmana penerapan manajemen strategik sebagai pedoman pengelolaan pendidikan tinggi kepariwisataan yang dilaksanakan di STP Bandung, dan untuk mengetahui efektivitas implementasi manajemen strategik dalam penyelenggaraan pendidikan kepariwisataan berbasis pelanggan dengan memperhatikan nilai-nilai, maksud dan tujuan, serta proses dan dampaknya yang dijadikan acuan sekolah tinggi pariwisata serta memberikan alternatif konsep penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan di sekolah tinggi pariwisata berbasis pelanggan pendidikan sebagai strategi solusi.

b. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1) Memperoleh gambaran misi dan visi sesuai maksud dan tujuan didirikannya sekolah tinggi pariwisata.

2) Mengidentifikasi nilai-nilai kelembagaan yang dijadikan acuan sekolah tinggi pariwisata telah dilaksanakan secara efektif dan efisien.


(17)

3) Menganalisis strategi penyelenggaraan pendidikan yang digunakan untuk mencapai nilai-nilai dan tujuan sekolah tinggi pariwisata

4) Menganalisis implementasi proses manajemen strategik sekolah tinggi pariwisata.

5) Mengevaluasi dampak implementasi manajemen strategik sekolah tinggi pariwisata.

6) Merumuskan alternatif konsep penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan di sekolah tinggi pariwisata berbasis pelanggan pendidikan yang tepat sebagai strategi solusi.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan dari penelitian di atas, maka temuan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada nilai akademis dan nilai praktis.

a. Nilai akademis:

1) Memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan Ilmu Administrasi Pendidikan di dalam konteks efektivitas implementasi manajemen strategik dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan berbasis pelanggan pendidikan.

2) Menghasilkan temuan-temuan tentang nilai-nilai strategis yang dijadikan landasan penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan berbasis pelanggan pendidikan.

3) Sebagai referensi peneliti selanjutnya dalam melakukan kajian terhadap efektivitas implementasi manajemen strategik dalam penyelenggaraan perguruan tinggi kepariwisataan berbasis pelanggan pendidikan.


(18)

b. Nilai praktis

1) Bagi penyelenggara pendidikan di bidang kepariwisataan, hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan sebagai salah satu referensi alternatif konsep penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan di sekolah tinggi pariwisata berbasis pelanggan pendidikan dalam rangka menghadapi persaingan global.

2) Bagi seluruh civitas akademik, hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan sebagai media evaluasi diri untuk penyempurnaan maupun mengembangkan program pendidikan kepariwisataan berbasis pelanggan.

3) Bagi pelanggan pendidikan, hasil penelitian ini memberikan informasi yang dapat dijadikan referensi dan media dalam memberikan masukan positif yang pada akhirnya juga akan meningkatkan kepercayaan pelanggan pada mutu pendidikan kepariwisataan.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Dalam penelitian implementasi manajemen strategik penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan ini, berikut dijabarkan sistematika penulisan disertasi ini dengan rincian urutan penulisan penelitian yang memuat hasil kajian, sebagai berikut:

1. BAB I Pendahuluan. Bab ini memaparkan hal-hal yang meliputi: pertama, latar belakang penelitian yang diawali dengan pemaparan fenomena tuntutan tingginya kualifikasi SDM pada industri kepariwisataan di


(19)

tingkat nasional dan internasional sehingga STP Bandung perlu mengimplementasikan manajemen strategik melalui peningkatan tata kelola lembaga pendidikan bertaraf internasional berbasis pelanggan, gejala-gejala kesenjangan yang memunculkan permasalahan dan mendasari dilakukannya penelitian, serta penjelasan singkat mengenai kedudukan masalah yang diteliti dalam ruang lingkup manajemen pendidikan. Kedua, fokus dan perumusan masalah yang mencakup analisis dan rumusan masalah serta pertanyaan-pertanyaan penelitian. Ketiga, tujuan penelitian yang memaparkan hasil yang ingin dicapai atas penelitian yang dilakukan. Keempat, manfaat penelitian yang meliputi aspek akademis dan praktis atas hasil penelitian. Kelima, struktur organisasi yang berisi rincian urutan penulisan disertasi ke dalam bab per bab.

2. BAB II Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran. Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang berkaitan dengan konsep dasar Administrasi dan Manajemen Pendidikan, Konsep manajemen strategik perguruan tinggi, Manajemen Sekolah Tinggi Pariwisata, Manajemen Mutu Pendidikan Tinggi, Nilai Kelembagaan Sebagai Acuan Kebijakan, Daya Saing Peguruan Tinggi, dan Balanced

Scorecard. Bagian ini dilengkapi dengan paparan singkat mengenai

penelitian terdahulu yang relevan. Selanjutnya diuraikan tentang premis dan alur pikir penelitian.

3. BAB III Metode Penelitian. Bab ini menjelaskan tentang dasar pemikiran lokasi dan penentuan dari sampel penelitian, paradigma, metode dan


(20)

pendekatan penelitian, langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melaksanakan penelitian, teknik pengumpulan serta analisis data dalam upaya menarik kesimpulan penelitian guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bagian ini memaparkan tentang data hasil penelitian lapangan, pembahasan mengenai hasil-hasil penelitian, menarik kesimpulan pembahasan, mendiskusikan temuan penelitian dengan teori dan implikasi hasil penelitian, dan membuat rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.

5. BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi. Bab ini memaparkan penarikan kesimpulan oleh peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian yang dipaparkan dalam bentuk uraian padat, sehingga mampu dilakukan penelaahan mengenai kesimpulan dan rekomendasi bagi para pengambil kebijakan dan para peneliti berikutnya yang berminat dalam mengkaji masalah-masalah yang sama atau sejenis mengenai manajemen strategik perguruan tinggi kepariwisataan.

Pada bab ini dikemukakan alternatif konsep penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan di sekolah tinggi pariwisata berbasis pelanggan pendidikan. Alternatif konsep ini dikembangkan berdasarkan penyesuaian-penyesuaian teori-teori tentang manajemen strategik pada organisasi publik dengan pengalaman praktis di lapangan. Alternatif konsep tersebut diharapkan menjadi salah satu alternatif konsep manajemen strategik di perguruan tinggi


(21)

pendidikan menuju perguruan tinggi kepariwisataan bertaraf internasional. Disamping itu dikemukakan keterbatasan hasil penelitian ini guna ditindaklanjuti dan disempurnakan dalam penelitian berikutnya.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat berlangsungnya aktivitas manajemen yang dilakukan oleh subyek penelitian. Ketiga komponen tersebut membentuk situasi sosial tertentu (Sugiono, 2007: 49) yang menjadi obyek penelitian ini. Adapun justifikasi penentuan lokasi dan subyek penelitian tersebut sebagai berikut.

1. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian sebagai obyek peneliti adalah pada empat unit pelaksana teknis (UPT) di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu Sekolah Tinggi Pariwisata yang terletak di Bandung, Bali, dan Akademi Pariwisata yang berada di Makasar dan Medan. Namun subyek penelitian yang dikaji lebih difokuskan pada STP Bandung, pemilihan STP Bandung sebagai fokus penelitian didasari oleh beberapa alasan, yaitu:

a. STP Bandung merupakan sekolah tinggi kepariwisataan pertama dan tertua di Indonesia yang sampai saat ini masih dijadikan barometer atau percontohan sekolah pariwisata lainnya di Indonesia.

b. STP Bandung dipersiapkan untuk melakukan reposisi kelembagaan yaitu menjadi Institut dan kearah Badan Layanan Umum (BLU) yang akan didorong menjadi perguruan tinggi kelas dunia, namun tidak menutup


(23)

2. Subyek Penelitian

Sebelum subyek penelitian ditentukan, peneliti melakukan kegiatan penjajagan lapangan sebagai kegiatan pra survey sebelum penyusunan proposal. Pengamatan awal dilakukan untuk melihat dari dekat keberadaan STP Bandung yang selama ini telah melakukan kegiatan penyelenggaraan pendidikan kepariwisataan dengan mengimplementasikan manajemen strategik sebagai pedoman dalam menjalankan operasional penyelenggaraan pendidikannya. Sejak pengamatan awal hingga pemilihan subyek penelitian, peneliti menemui dan melakukan pendekatan secara langsung, baik pada situasi formal maupun informal kepada para sumber data dan sekaligus sebagai subyek penelitian di bawah ini sebagai berikut:

a. Para ketua Sekolah Tinggi Pariwisata dan Direktur Akademi Pariwisata b. Para Pejabat fungsional yaitu pembantu ketua, pembantu direktur dan para

kepala jurusan dan para kepala program studi

c. Para Pejabat struktural yaitu kepala bagian administrasi umum, kepala administrasi kemahasiswaan, dan para kepala sub bagian.

d. Para mantan ketua, alumni, mahasiswa, pengguna lulusan, stakeholder, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

Selanjutnya penelitian mulai dilaksanakan dengan kegiatan pengumpulan data sesuai dengan fokus yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti merupakan instrumen penelitian yang berinteraksi secara langsung dengan nara sumber untuk menggali data melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.


(24)

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini, terkait paradigma naturalistic yang digunakan peneliti, tidak dapat ditentukan sebelumnya (Sarwono, 2003). Ia baru diketahui setelah peneliti selesai (retrospektif) melakukan proses penelitian (Nasution, 1996: 28). Hal ini terkait dengan sifat penelitian kualitatif yang fleksibel,

emergent, serta berkembang (Sugiyono, 2008), antara lain mengenai tujuan,

subyek, sampel dan sumber datanya.

Peneliti memililih peristiwa atau kegiatan, orang-orang yang akan diwawancara, dan dokumen yang akan di baca, disesuaikan dengan subjek penelitian yang akan dipilih. Teknik sampling yang dipilih dalam proses penelitian ini adalah purposive sampling dan snowball sampling dikarenakan sifat dari penelitian ini yaitu kualitatif, hal tersebut dikarenakan pertanyaan penelitian kualitatif tidak terfokus pada berapa banyak atau berapa sering, tapi menemukan jawaban dalam masalah.

Sugiyono (2008:300) menyampaikan bahwa purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut dipandang lebih memahami apa yang diharapkan atau sebagai pimpinan sebuah lembaga. Hal tersebut akan memudahkan peneliti dalam mendapatkan informasi/data yang sesuai dan dibutuhkan dalam penelitian ini guna mengkaji masalah. Sedangkan teknik snowball sampling adalah pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya hanya sedikt, akan tetapi sejalan dengan berkembangnya data yang diperlukan guna mengkaji permasalahan maka data tersebut menjadi besar.


(25)

Proses penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi kasus, membatasi sistem, dan unit analisis untuk diselidiki. Dalam setiap kasus, peneliti memilih peristiwa atau kegiatan yang akan diamati, orang-orang yang akan diwawancarai, dan dokumen yang akan dibaca. Penggunaan sampling non-probabilitas dan

snowball sampling lebih cocok dalam penelitian ini. Hal ini didukung oleh

pernyataan Sinthubana (2009), jika pertanyaan penelitian tidak berfokus pada berapa banyak atau seberapa sering, tapi untuk menemukan jawaban dalam masalah kualitatif, maka metode sampling non-probabilitas lebih cocok untuk digunakan.

Rencana semula mengenai fokus penelitian ini adalah implementasi manajemen strategik STP Bandung dalam kebijakan penyelenggaraan perguruan tinggi bertaraf internasional, bukan berbasis pelanggan. Sehingga penentuan sampel awal untuk dilakukan wawancara adalah Ketua STP Bandung, sebagai

emergent sampling design, yaitu orang yang dipertimbangkan dapat memberikan

data yang diperlukan, dalam prosesnya penulis melakukan observasi dan melakukan penelusuran informasi tentang STP Bandung

Hasil penelusuran tersebut, didapatkan informasi mengenai jumlah calon mahasiswa yang mendaftar di STP Bandung terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan berkembangnya STP Bandung sebagai perguruan tinggi pariwisata yang mengarah pada tingkat internasional, dibukanya program studi baru dan pembangunan gedung, sarana dan prasaranan kependidikan baru yang menjadi daya tarik calon mahasiswa. Peningkatan jumlah mahasiswa dan calon mahasiswa yang mendaftar di STP Bandung menjadi salah satu indikator keberhasilan yang dicapai STP Bandung dalam perspektif BSC, terutama dilihat dari perspektif


(26)

pelanggan. Berdasarkan informasi tersebut, orientasi penelitian bertambah, dari implementasi kebijakan dalam penyelenggaraan perguruan tinggi, kepada evaluasi atas hasil-hasil pencapaian manajemen STP Bandung dengan menggunakan teknik pengukuran Balanced Scorecard guna memperoleh informasi terkait pencapaian, isu, permasalahan seputar manajemen strategik STP Bandung.

Penelitian ini dirancang untuk mengetahui efektivitas implementasi manajemen strategik dalam penyelenggaraan perguruan tinggi kepariwisataan, dalam penelitian ini peneliti memperhatikan terhadap nilai-nilai, maksud dan tujuan, proses, serta dampak dari implementasi manajemen strategik dalam penyelenggaraan lembaga pendidik kepariwisataan, seperti yang telah diterangkan sebelumnya bahwa subjek penelitian pada kegiatan penelitian ini difokuskan kepada STP bandung dengan alasan-alasan yang sudah disebutkan juga diatas. Sesuai dengan tuntutan pada era globalisasi yang semakin tinggi dalam hal penyedian SDM kepariwisataan yang berkualitas, peran lembaga pendidikan kepariwisataan memegang peranan penting sebagai lembaga atau organisasi yang menciptakan para SDM tersebut. Penyelenggaraan lembaga pendidikan harus bisa mengimbangi permintaan penyediaan dari tuntutan para pengguna jasa lembaga pendidikan saat ini, untuk itu diperlukan sebuah manajemen yang baik dalam hal penyelenggaraan lembaga pendidikan tersebut. Penerapan manajemen strategik dalam pengelolaan STP Bandung bisa dijadikan acuan dalam menemukan sebuah model hipotetik implementasi manajemen strategik yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam menyelenggarakan lembaga pendidikan kepariwisataan pada umunya. Evaluasi manajemen strategik di sekolah tinggi pariwisata khususnya di


(27)

STP Bandung akan dinilai kinerjanya dengan menggunakan Balanced Scorecard (BSC) sehingga didapatkan penilaian yang komphrehensif pada sistem tersebut.

Dalam mendapatkan informasi yang mendetail, hal yang dilakukan oleh peneliti adalah continous adjusment atau focusing of the sample, yaitu memilih sampel yang terarah sesuai dengan fokus penelitian. Langkah penentuan sampel ini disesuaikan dengan kebutuhan penggalian informasi yang dibutuhkan. Beberapa kali peneliti mendatangi dan mewawancari para penjabat struktural dari sekolah tinggi pariwisata dan akademi pariwisata yang berada di bawah Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengenai implementasi dari manajemen strategik dilingkungan sekolah tinggi pariwisata dan akademi pariwisata, selain itu juga peneliti melakukan observasi langsung dan langsung mewawancari para mahasiswa, tenaga kependidikan, para alumni dan juga para stake holders lainnya dari sekolah tinggi pariwisata tersebut, khususnya STP Bandung yang menjadi fokus dari penelitian ini.

Desain penelitian ini mengikuti proses penelitian diatas, yang secara berkelanjutan, proses ini sering dinamakan desain sirkuler (nasution, 1996). Mengacu kepada uraian dari Nasution (1996) di atas, proses tahapan penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

1. Menentukan topik yang pada awalnya masih umum, kemudian melakukan audiensi dengan orang-orang yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang subyek yang akan diteliti.


(28)

2. Menyusun sejumlah pertanyaan pendahuluan untuk mengetahui informasi-informasi yang dibutuhkan dengan mempertimbangkan waktu dan kemampuan dalam melakukan penelitian.

3. Menentukan metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

4. Melakukan penelitian dilapangan dengan mengumpulkan informasi/data yang diperlukan dalam penelitian terkait dengan topik yang diteliti.

5. Untuk mendapatkan keabsahan data, baik dari sisa kepercayaan dan juga kebenaran data yang diperoleh, peneliti menentukan subyek penelitian secara

purposive sampling. Dilanjutkan dengan menggali informasi dari beberapa

pihak (triangulasi) untuk mengecek kebenaran dari informasi yang di dapat tersebut.

6. Data yang diperoleh segera diolah dan dianalisis. Hal tersebut guna menghindari hilangnya data tersebut dari memori/ingatan dan data yang didapat bisa disusun secara rapi sehingga memudahkan dalam penyampaian dan proses analisis dalam penelitian ini.

7. Proses tersebut berlangsung secara terus menerus hingga peneliti merasa cukup untuk menyelesaikan penelitian ini, kemudian dituangkan dalam bentuk laporan penelitian.


(29)

Gambar 3.1 Desain Penelitian (Diadopsi dari Nasution, 1996:27)

C. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini didasarkan pada kondisi dan konteks masalah yang dikaji, yaitu ingin mengetahui sejauh mana efektifitas implementasi manajemen strategik dalam kebijakan penyelenggaraan perguruan tinggi kepariwisataan berbasis pelanggan menuju perguruan tinggi yang bermutu melalui studi evaluasi kebijakan penyelenggaraan perguruan tinggi kepariwisataan yang telah dilakukan oleh sekolah tinggi pariwisata secara keseluruhan secara responsif terhadap perubahan-perubahan di dalam lingkungan internal dan eksternal. Sedangkan secara khusus merupakan usaha untuk mengembangkan kekuatan yang ada di lembaga untuk menggunakan atau menangkap peluang yang muncul guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan misi yang telah ditentukan.


(30)

Djaman Satori dan Aan Komariah (2009:219) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif yaitu suatu paradigma penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa, prilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi.

Penelitian kualitatif mempunyai pengertian yang berbeda-beda untuk setiap penelitian, meskipun demikian definisi secara umum : penelitian kualitatif merupakan suatu metode berganda dalam fokus, yang melibatkan suatu pendekatan interpretatif dan wajar terhadap setiap pokok permasalahannya. Ini berarti penelitian kualitatif bekerja dalam struktur yang alami, yang berupaya untuk memahami, memberi tafsiran pada fenomena yang dilihat dari arti yang diberikan orang-orang kepadanya. Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris, seperti studi kasus, pengalaman pribadi, instropeksi, riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional dan visual: yang menggambarkan momen rutin dan problematis, serta maknanya dalam kehidupan individual dan kolektif (Denzin dan Lincoln,1994:2).

Dengan menggunakan metode kualitatif, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, lebih mendalam dan dapat dipercaya sehingga tujuan penelitian dapat dicapai dengan baik. Dalam penelitian kualitatif permasalahan dapat dilacak secara mendalam, data yang bersifat perasaan, norma, nilai, keyakinan, kebiasaan, budaya, sikap mental, dan komitmen yang dianut oleh seseorang maupun kelompok orang dapat diungkap dengan jelas.


(31)

berfikir sintetik melalui proses pembuktian kebenaran yang bersifat aposteriori. Oleh karena itu peneliti berangkat dari data lapangan untuk membuat kategorisasi atau konsep-konsep penelitian. Kemudian data-data yang diperoleh dari lapangan akan direduksi sesuai dengan kisi-kisi penelitian sehingga dapat dihasilkan konsep penelitian. Untuk menjaga validitas penelitian, peneliti menggunakan triangulasi data untuk memverifikasi setiap temuan di lapangan sehingga dapat memastikan konsep yang muncul adalah fakta di lapangan bukan sekedar persepsi informan tentang realitas yang diteliti.

Dalam penelitian ini peneliti mengeksplorasi dan memahami objek penelitian sebagai subjek realitas alamiah tanpa mencoba diintervensi dan dicampurtangani oleh peneliti sekalipun peneliti adalah bagian dari civitas akademika STP Bandung dan berperan aktif dalam proses manajerial lembaga pendidikan tersebut, peneliti berupaya sebisa mungkin memposisikan diri hanya sebagai peneliti dan bersikap netral.

Penelitian ini tidak dirancang untuk menguji hipotesis, tetapi lebih mengarah pada upaya pendeskripsian data, fakta dan keadaan atau kecenderungan yang ada serta melakukan analisa apa yang ada dalam lokus penelitian. Kondisi nyata lapangan diangkat berdasarkan hasil studi kasus kualitatif dan dikemas dengan teknik penyajian deskriptif analitik.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data kualitatif yang berupa kata-kata dalam bentuk deskripsi. Data yang dikumpulkan dalam peneltian ini adalah data-data yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi, yaitu


(32)

mengenai efektifitas implmentasi manajemen strategik dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi kepariwisataan yang berkaitan dengan kualitas/mutu, daya saing pendidikan tinggi menuju kelas dunia.

Adapun teknik-teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (in depth

interview), yaitu suatu proses mendapatkan informasi untuk kepentingan

penelitian dengan cara dialog antar peneliti sebagai pewawancara dengan partisipan dalam konteks observasi partisipatif (Satori dan Komariah, 2010 : 130-131). Pertanyaan yang diajukan kepada informan disesuaikan dengan posisi dan juga kapasitas dari masing-masing informan terhadap implementasi manajemen stratejik di STP Bandung, berikut daftar informan dan pembahasan singkat hasil wawancara pada penelitian ini :

a. Drs. Djoko Susyono, M.Si ; Pembantu Ketua Bidang Akademik STP Bandung.

Waktu Wawancara : 6 Januari 2011, Pukul 10.00 WIB Pertanyaan utama yang diajukan :

Sejalan dengan persaingan dalam penyelenggaraan pendidikan kepariwisataan, bagaimana pandangan Bapak terhadap implementasi manajemen stratejik dalam penyelenggaraan pendidikan di STP Bandung bila dikaitkan dengan kurikulum dan pelanggan pendidikan.

Informasi utama yang diberikan oleh informan : Program-program yang dijalankan oleh STP Bandung dalam menghadapi persaingan dalam dunia kependidikan pariwisata, salah satunya adalah program “link-match” yang menjembatani kebutuhan industri dan kesiapan lulusan STP untuk bekerja di industri dalam waktu yang singkat, tanpa mempengaruhi kualitas lulusan dalam bekerja sesuai dengan keahlian yang diberikan.


(33)

b. Dr. Upiek Haeryah Sadkar, M.Sc ; Dosen pengajar dan Mantan Ketua STP Bandung

Waktu Wawancara : 4 Februari 2011, pukul 09.00 WIB Pertanyaan :

Setiap sekolah tinggi mempunyai nilai-nilai yang ingin disampaikan dalam setiap visi dan misi sekolah yang diaplikasikan terhadap kegiatan sehari-hari, bagamana cara Ibu mensosialisasikan itu?

Informasi utama yang diberikan oleh informan : Nilai-nilai yang dijadikan oleh STP Bandung, budaya kerja, serta keberhasilan dan hambatan yang dialami oleh STP Bandung dinilai dari perspektif informan selama menjadi Ketua STP Bandung.

c. Drs. Joni Sofyan Iskandar, M.M. ; Ketua STP Bandung periode 2009 – 2011.

Waktu Wawancara : 4 Oktober 2010, pukul 13.00 WIB Pertanyaan :

Bagaimana menurut Bapak desain manajemen stratejik dalam penyelengaraan pendidikan kepariwisataan berbasis pelanggan dilihat dari aspek kekuatan, kelemahan, strategi dan kebijakan. Apakah dapat mengantarkan STP Bandung menjadi perguruan tinggi yang mempunyai daya saing internasional.

Informasi utama yang diberikan oleh informan : Eksitensi STPB dalam penyelenggaraaan pendidikan tinggi pariwisata, ancaman dalam penyelenggaraan pendidikan kepariwisataan khususnya STP Bandung yaitu banyaknya pertumbuhan sekolah tinggi kepariwisataan dan kejuruan di bidang kepariwisataan yang pesat, kelemahan-kelemahan STP Bandung dalam beberapa bidang kerja internal.

d. Drs. Rachmat Syam, M.M.Par ; Ketua Jurusan Pariwisata di STP Bandung.

Waktu Wawancara : 16 Mei 2011, pukul 15.00 WIB Pertanyaan :

Bagaimanakah menurut penilaian Bapak selaku ketua jurusan apakah selama ini STP Bandung telah sesuai dengan stándar nasional, regional, atau internasional dalam penyelenggaraan pendidikan kepariwisataan menuju pendidikan tinggi kelas dunia, baik dilihat dari aspek saran dan prasarana, kerjasama, penghargaan dari pihak luar.


(34)

Informasi utama yang diberikan oleh informan : Pencapaian target STP Bandung dalam penyelenggaraan pendidikan kepariwisataan di Indonesia berserta target-target yang akan diraih di masa depan, mitra STP Bandung dalam melaksanakan kegiatan penyelenggaraan pendidikan baik di dalam negeri maupun luar negeri, pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh STP Bandung dan

kontribusinya terhadap pertumbuh-kembangan institusi pendidikan

kepariwisataan.

e. Drs. Anang Sutoro, M.M.Par ; Pembantu Ketua Bidang Umum STP Bandung.

Waktu Wawancara : 4 Juni 2011, pukul 09.00 WIB Pertanyaan :

Bagaimana Analisis dampak dari evaluasi manajemen strategik sekolah tinggi pariwisata berbasis pendidikan pelanggan Customer Education Management yang dapat mengantarkan pada Perguruan Tinggi Kelas Dunia?

Informasi utama yang diberikan oleh informan : bentuk sistem layanan pendidikan yang diterapkan oleh STP Bandung, budaya pelaksanaan pendidikan kepariwisataan, dan hasil capaian yang diraih dalam melaksanakan sistem dan budaya layanan pendidikan di STP Bandung.

f. Mahasiswa/mahasiswi STP Bandung,

Waktu Wawancara : Dilakukan secara spontan, lebih dari satu kali dalam lokasi yang berbeda dan waktu yang berbeda dengan informan yang berbeda.

Pertanyaan :

Bagaimana kualitas pendidikan, layanan pendidikan, sarana pendidikan, biaya pendidikan serta lingkungan pendidikan yang dirasakan selama menempuh pendidikan pariwisata di STP Bandung.

Informasi utama yang diberikan oleh informan : kesan dan harapan informan terhadap pelayanan pendidikan pariwisata di STP Bandung serta layanan pendidikan lainnya. Informan menyatakan bahwa secara keseluruhan layanan akademik yang diberikan oleh STP Bandung telah sesuai dengan harapan.

g. Alumni STP Bandung,

Waktu Wawancara : Dilakukan secara spontan, lebih dari satu kali dalam lokasi yang berbeda dan waktu yang berbeda dengan informan yang berbeda.


(35)

masa yang akan datang terkait dengan pelayanan akademik di STP Bandung. Informasi utama yang diberikan oleh informan : pengalaman dalam menempuh pendidikan pariwisata di STP Bandung, informan berpendapat bahwa secara keseluruhan citra STP Bandung di dalam dunia industri pariwisata sudah cukup baik dan memberikan manfaat kepada alumni dalam mencari pekerjaan di dunia industri pariwisata, baik dalam maupun luar negeri. Informan juga beranggapan bahwa STP Bandung perlu selalu membina hubungan kerjasama dengan alumni dan memfasilitasi dalam suatu wadah.

2. Observasi

Observasi adalah cara yang memungkinkan peneliti berhubungan secara langsung dengan subyek penelitian. Dengan berada dilapangan langsung, peneliti bisa lebih memahami konteks data dalam penelitian ini secara menyeluruh. Peneliti bisa melihat hal-hal yang sebelumnya terlewat atau tidak diketahui oleh pastisipan yang lain, khususnya oleh orang yang berada di lingkungan itu, karena telah dianggap hal yang wajar dan mengakibatkan tidak terungkap pada saat melakukan wawancara. Selain itu dengan menggunakan teknik observasi langsung ke lapangan peneliti dapat menggunakan hal-hal diluar persepsi informan sehingga peneliti mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif.

Varian observasi yang digunakan tersebut dinamakan observing

participation (Satori dan Komariah , 2010 :118). Dengan varian ini, maka data

yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai pada pengetahuan tingkat makna dari setiap perilaku yang muncul.

3. Studi Dokumentasi

Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu sebagai berikut:


(36)

Tahap pertama ; Dalam penelitian ini proses pencarian data primer dan

informasi dilakukan dengan menggunakan teknik observasi partisipan, dokumentasi tertulis dan wawancara mendalam. Peneliti langsung ke lapangan untuk dapat mengumpulkan data dari sumber data, dengan tanpa melakukan intervensi. Wawancara dilakukan dengan menggunakan alat bantu

tape recorder untuk memudahkan melakukan proses transkip data, namun

sebelum melakukan kegiatan wawancara peneliti mempersiapkan terlebih dahulu kisi-kisi instrumen agar penggalian data melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam tidak keluar dari fokus penelitian.

Selain dari wawancara yang dilakukan terhadap informan, dalam penelitian ini juga dilakukan observasi langsung ke lapangan untuk mengamati dan mengumpulkan data yang ada pada sekolah tinggi pariwisata yang berlokasi di Bandung, Bali, dan Makasar. Agar diperoleh data penelitian yang lebih tepat, maka setiap permasalahan yang berkaiatan dengan hasil pengamatan selalu dicatat. Proses penulisan ini diusahakan tidak mengganggu pengamatan yang sedang dilakukan. Penulisan dilakukan dengan cara membuat catatan lapangan yang berisi kata-kata kunci secara singkat dalam bentuk skema.

Waktu pencatatan ini dilakukan pada saat antar waktu selesainya pengamatan dengan pengamatan berikutnya. Pencatatan antar waktu ini dimaksudkan agar tidak terjadi kerancuan antara hasil pengamatan yang satu dengan pengamatan berikutnya serta menghindari konsep-konsep yang tidak berasal dari pengamatan. Perpaduan antara catatan singkat dengan hasil diskusi


(37)

selanjutnya disusun dalam suatu transkip wawancara guna memudahkan penyajian data dan pembahasan dalam analisis.

Tahap kedua; Peneliti melakukan pengecekan data primer yang telah

diperoleh melalui pengamatan, wawancara dan pengumpulan dokumen yang berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian . Hal ini dilakukan untuk mengetahui reaksi tentang efektifitas implementasi manajemen strategik pada pendidikan tinggi kepariwisataan berbasis pelanggan menuju perguruan tinggi yang bermutu terhadap fenomena yang ditemukan di lapangan.

Tahap ketiga; Peneliti kemudian menganalisis data-data yang telah diperoleh

secara kualitatif, sehingga mudah dibaca dan diinterprestasikan. Kemudian data yang telah dianalisis diintegrasikan kedalam seluruh fenomena yang ditangkap melalui tahapan-tahapan analisis fenomenologi. Gambar dibawah ini salah satu kegiatan kunjungan dan wawancara dengan Direktur Akademi Pariwisata Makasar beserta jajarannya.

Gambar 3.2. Kunjungan ke Akademi Pariwisata Makasar (Direktur memberikan penjelasan sejarah berdirinya Akademi Pariwisata Makasar)


(38)

Gambar 3.3. Penjelasan Direktur Akpar Makasar tentang struktur organisasi Akpar Makasar

Sesuai dengan fokus penelitian, maka yang dijadikan sumber data dan teknik pengumpulan data adalah:

a. Data kepegawaian sekolah tinggi pariwisata, yang dijadikan sumber data adalah manajemen sekolah tinggi pariwisata yang diperkuat dengan dokumen Rencana Strategik. Teknik pengumpulan data adalah studi dokumentasi. Selain itu peneliti juga melakukan observasi dan wawancara dengan beberapa para alumni dan para pengusaha industri usaha jasa pariwisata yang menggunakan alumni sekolah tinggi pariwisata.

b. Data kemahasiswaan, yang dijadikan sumber data adalah Kepala Bagian Administrasi Kemahasiswaan (Kabag. ADAK) dan stafnya. Teknik pengumpulan data adalah studi dokumentasi. Peneliti juga melakukan observasi langsung dan wawancara dengan Kabag ADAK dan para mahasiswa yang sedang mengikuti perkuliahaan teori maupun praktik.


(39)

jurusan dan ketua program studi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi.

d. Data fakultas, yang dijadikan sumber data adalah Kepala Bagian Administrasi Umum, ketua jurusan dan ketua program studi.

e. Data infrastruktur aktual di STP Bandung, yang dijadikan sumber data adalah Kepala Bagian Administrasi Umum dan KaSubag Rumah Tangga. f. Data mengenai manajemen, yang dijadikan sumber data adalah para struktural/pengelola yang ada di STP Bandung, yaitu Ketua STP Bandung, Pembantu Ketua I, II, III, dan IV Selain itu juga Kepala Bagian Administrasi Umum dan Kepala Bagian Administrasi Akademik.

Gambar 3.4. Mewawancari mahasiswa dan mahasiswi STP Bali.

Dalam hal ini peneliti menilai bahwa analisis dokumen yang terkait dengan manajemen yang dilakukan sekolah tinggi pariwisata mengandung banyak informasi yang bermanfaat. Nilai manfaat dari dokumen tersebut secara sah dapat


(40)

digunakan untuk menarik kesimpulan tentang aktivitas, tujuan, dan ide dari pembuatnya atau organisasi yang dipresentasikannya. Beberapa dokumen yang dijadikan sebagai bahan dalam penelitian ini antara lain: Rencana Strategis Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung tahun 2005-2009, Rencana Strategis Sekolah Tinggi Pariwisata Bali tahun 2010-2014, daftar anggota HILDIKTIPARI, Rencana Kerja Tahunan Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung tahun 2006, dan dokumen-dokumen yang memuat data tentang SDM, keuangan, dosen, Kemahasiswaan.

E. Keabsahan Data

Dalam memperoleh keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menjaga keterpercayaan, keteralihan, kebergantungan, dan kepastian.

1. Keterpercayaan

Kredibilitas atau derajat kepercayaan adalah ukuran kebenaran data yang dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian. Untuk memperoleh kredibilitas data yang diperolah dari lapangan peneliti melakukan cara: memperpanjang masa pengamatan, pengamatan dan pengumpulan data secara terus menerus, triangulasi data, membicarakan dengan orang lain, menggunakan bahan referensi, dan mengadakan cek member, sebagai berikut:

a. Memperpanjang Masa Observasi

Peneliti melakukan pengamatan secara terus menerus, secara lebih cermat, terinci dan mendalam, untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian sebagai fokus yang diajukan.


(41)

b. Triangulasi Data

Triangulasi data dalam penelitian ini adalah dengan sumber dan metode, artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda dalam metode kualitatif. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti melakukan kegiatan triangulasi dengan cara:

1) Melakukan pengecekan data, yaitu melakukan wawancara mendalam dengan dua orang atau lebih pada subyek penelitian yang berbeda dengan pertanyaan yang sama.

2) Melakukan cek ulang data, yaitu melakukan proses wawancara secara berulang dengan mengajukan pertanyaan yang sama pada informa yang sama dalam waktu yang berlainan.

3) Melakukan pengecekan silang, yaitu menggali keterangan tentang keadaan subyek penelitian yang satu dengan yang lainnya pada waktu berbeda.

c. Mengadakan cek member

Tujuan mengadakan cek member ialah agar infromasi yang telah diperoleh dan yang akan digunakan dapat sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan dan informan kunci. Untuk itu dalam penelitian ini cek member dilakukan setiap akhir wawancara dengan cara mengulangi secara garis besar jawaban atau pandangan sebagai data berdasarkan catatan yang diperoleh. Hal ini dimaksudkan jika ada beberapa hal yang keliru atau kurang responden dapat memperbaiki dan menambahkannya. cek member


(42)

ini dilakukan pada saat wawancara formal maupun informal selama penelitian berlangsung.

2. Keteralihan

Keteralihan ialah apabila hasil penelitian kualitatif itu dapat digunakan atau diterapkan pada kasus atau situasi lainnya, Oleh karena itu, untuk meningkatkan transferabilitas data peneliti melakukan penelitian di beberapa lokasi, guna pengambilan data pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Bali, Medan Dan Makasar. Selanjutnya transferabilitas data diperiksa melalui keteralihan dari sumber data yang berkembang di lapangan dengan menggunakan catatan lapangan sehingga dapat ditransformasikan inti pokoknya dan juga menggunakan foto sebagai bukti kegiatan pengambilan data di lapangan.

3. Kebergantungan

Kebergantungan adalah apabila hasil penelitian memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang diuji pihak lain. Dalam penelitian kualitatif sulit untuk dapat diulang oleh pihak lain, karena desainnya yang seketika. Untuk dapat membuat penelitian kualitatif memenuhi kebergantungan, maka perlu disatukan dengan konfirmabilitas. Hal ini dikerjakan dengan cara melacak kembali yang dilakukan oleh pembimbing yang berhak memeriksa kebenaran data dan penafsirannya. Kemudian secara aplikatif dijelaskan bahwa kebergantungan data diperiksa melalui pengecekan ulang dari sumber yang berbeda dengan menggabungkan kelengkapan observasi dan wawancara.

4. Kepastian


(43)

melalui cek member, triangulasi, pengamatan ulang atas rekaman, pengecekan kembali, melihat kejadian yang sama di lokasi yang berbeda sebagai bentuk konfirmasi.

Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tingkat keabsahan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari nilai kebenaran, penerapan aplikasi atau keteralihan, konsistensi, dan obyektivitas atau netralitas.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis dan Pentafsiran Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema yang ada di dalam data tersebut (Patton, M. Q. 1990). Dalam pendekatan penelitian kualitatif, analisis data pada dasarnya sudah dimulai sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif, termasuk pada saat wawancara mendalam kepada para informan yang dilakukan secara formal maupun informal, peneliti sudah melakukan analisis terhadap pandangan para informan yang diwawancarai.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analysis interactive models adalah bahwa aktivitas dalam analisis penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian hingga data yang diperoleh mengalami kejenuhan dari para informan (Miles and Hubermann, 1992:20). Langkah-langkah proses analisis data menurut Miles and Hubermann (1992), dapat dilihat pada gambar 3.5 pada halaman berikutnya.


(44)

Gambar 3.5. Proses Analisis Data Kualitatif Sumber: Miles and Huberman (1992:20)

Setelah melakukan tahap pengumpulan data atau koleksi data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian dan melakukan kegiatan pengumpulan data penelitian, maka langkah-langkah yang dilakukan berikutnya adalah:

a. Reduksi Data

Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian direduksi, dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal yang pokok, difokuskan untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau melalui proses penyuntingan, pemberian kode dan pentabelan. Pada tahapan ini setelah data dipilah kemudian disederhanakan, data yang tidak diperlukan disortir agar memberi kemudahan dalam penampilan, penyajian, serta untuk menarik kesimpulan sementara.

b. Penyajian Data

Penyajian data dimasudkan mempermudah peneliti untuk melihat Data

Collection

Data Reduction

Data Display

Conclusions Drawing/verifying


(45)

bentuk tertentu sehingga kelihatan jelas sosoknya lebih utuh. Kemudian data-data tersebut dipilah-pilah dan disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan katagori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi. Selanjutnya peneliti merencanakan kerja kembali berdasarkan apa yang telah dipahami dan diamati dari hasil kesimpulan sementara.

c. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu mencari pola tema, hubungan persamaan, hipotetsis dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang masih bersifat tentatif. Oleh karena itu setiap kesimpulan akan selalu terus dilakukan verivikasi selama penelitian berlangsung yang melibatkan interpretasi peneliti sampai didapat suatu kesimpulan yang benar. Apabila ternyata kesimpulannya tidak memadai, maka perlu diadakan pengujian ulang, yaitu dengan cara mencari beberapa data lagi di lapangan, dicoba untuk diinterpretasikan dengan fokus yang lebih terarah. Dengan begitu, analisis data tersebut merupakan proses interaksi antara ke tiga komponen analisis dengan pengumpulan data, dan merupakan suatu proses siklus sampai dengan aktivitas penelitian selesai.

2. Metode Balanced Scorecard

Penerapan Balanced Scorecard pada organisasi non-profit seperti lembaga pendidikan, tolak ukur paling utama adalah berbasis kepada pelanggan,


(46)

masyarakat umum dan pengguna lulusan dari lembaga pendidikan. Tujuan utama organisasi lembaga pendidikan bukanlah memaksimalkan hasil-hasil finansial, tetapi membuat keseimbangan pertanggung jawaban finansial melalui program-program pelayanan jasa pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan visi dan misi organisasi. Maka ukuran pertama dalam mengukur kinerja manajemen strategik pada lembaga pendidikan adalah perspektif pelanggan, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, selanjutnya diikuti oleh perspektif keuangan, dan perspekti proses bisnis internal yang menunjang bagi ukuran utama tersebut (Indrajit dan Djokopranoto, 2006:135).

Berikut tabel 3.1, gambaran perspektif dalam balance scorecard yang dilakukan untuk mengukur implementasi manajemen strategik di Sekolah Tinggi Kepariwisataan berbasis pelanggan:

Tabel 3.1

Bauran Perspektif Balanced Scorecard dalam Penelitian Implementasi Manajemen Strategik Pendidikan Tinggi Kepariwisataan Perspektif Atribut Parameter

Persepktif Pelanggan Kegunaan bagi pelanggan jumlah mahasiswa yg mendaftar pada tiap program studi, dan jumlah keseluruhan mahasiswa pada tiap-tiap program studi

Mutu jasa yang ditawarkan

peringkat akreditasi program studi dan nilai rata-rata IPK mahasiswa Harga jasa yang

ditawarkan

uang kuliah per semester / per tingkat, dan uang sumbangan pembangunan Waktu penyampaian jasa waktu rata-rata penyelesaian studi pada


(47)

Perspektif Atribut Parameter

Citra dan reputasi kepopuleran nama universitas, jumlah pendaftar secara keseluruhan, dan rasio antara jumlah yang diterima dengan jumlah pendaftar

Hubungan pelanggan tingkat kepuasan, tingkat pengenalan, dan tinggan perhatian baik antara para mahasiswa, alumni, pengguna lulsan, maupun kunjungan calon mahasiswa

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Faktor Utama Kepuasan Karyawan, Retensi Karyawan, Produktivitas Karyawan Faktor pendukung Kompetensi Karyawan,

Penggunaan Teknologi Informasi

Perspektif Proses Internal Proses Inovasi pembukaan program studi atau jenjang baru, program kelas jarak jauh, program kampus jarak jauh, dan program gelar ganda

Proses Operasi manajemen mutu, rasio jumlah lulusan, rata-rata lama studi, pencapaian sasaran, rata-rata IPK, rata-rata sks per mahasiswa, rata-rata biaya kuliah pertahun, tingkat drop out, utilisasi ruangan, peringkat akreditasi

Proses Layanan Purna Jual

membantu mencarikan atau menyalurkan lulusannya untuk mendapatkan pekerjaan di industri, memberikan


(48)

Perspektif Atribut Parameter

kesempatan pada perusahaan tertentu mencari calon pegawai dari calon lulusan,

mendukung dan

membantu membangun jaringan alumni, dan membatu lulusan yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

Perspektif Keuangan perencanaan dan realisasi

anggaran, dan juga kecukupan dana untuk melaksanakan kegiatan organisasi

BSC memiliki tujuan utama sebagai sebuah pendekatan untuk mengorganisasi dan menyajikan informasi pengukuran kinerja yang merupakan kombinasi antara ukuran hasil yang terbatas dengan ukuran kinerja organisasi yang telah diseleksi dalam konteks memberikan manager informasi yang relevan dan efektif dibandingkan para manager tersebut menerima informasi melalui laporan manajemen yang masih bersifat tradisional, terutama berkaitan dengan kunci tujuan strategis (Kaplan & Norton: 2, 1992).

G. Waktu dan Tahapan Penelitian

Penelitian Implementasi Manajemen Strategik Pendidikan Tinggi Kepariwisataan Berbasis Pelanggan ini dilaksanakan selama sebelas bulan yaitu sejak Bulan Februari 2010 sampai dengan Bulan Desember 2010, namun dalam pelaksanaan kegiatan penelitian mengalami perpanjangan waktu hingga juni 2011


(49)

Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen utama dalam menjaring data dan informasi dengan menggunakan teknik observasi partisipan, dokumentasi tertulis dan wawancara mendalam. Adapun tahapan kegiatan penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

a. Tahap pertama, yaitu persiapan dimana peneliti melakukan kegiatan pengamatan awal untuk memantapkan permasalahan penelitian dan menentukan subyek penelitian. Pelaksanaan tahap ini dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai dengan Februari 2010.

b. Tahap kedua, peneliti langsung ke lapangan untuk dapat mengumpulkan data dari sumber data, dengan tanpa melakukan intervensi. Peneliti dalam hal ini yang menjadi instrumen utama langsung menuju ke obyek-obyek penelitian untuk mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara, baik secara formal maupun non formal ke Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang berlokasi di Jakarta sebagai pembina dan penentu kebijakan-kebijakan perkembangan Sekolah Tinggi Pariwisata, kemudian penggalian data/informasi dilanjutkan ke Sekolah Tinggi Pariwisata yang berada dibawah Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang berlokasi di Bandung, Bali, Makasar dan khusus Medan penggalian data melalui studi dokumentasi baik melalui literatur maupun Web/situs dalam internet. Hal ini dilakukan oleh peneliti karena pada prinsipnya sekolah tinggi pariwisata Medan adalah sama dengan sekolah tinggi di Bandung.


(50)

c. Tahap ketiga, peneliti melakukan pengkajian terhadap beberapa literatur, jurnal internasional, publikasi, studi dokumentasi dan hasil penelitian terdahuluserta referensi lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

d. Tahap keempat, peneliti melakukan pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara, pengumpulan dokumen, dan mencari informasi yang berhubungan dengan fokus dan permasalahan penelitian ini. Melakukan pengecekan data yang telah diperoleh, seperti membandingkan, mencocokkan dengan dokumen, untuk memperkuat hasil penelitian. Pelaksanaan tahap dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2010.

e. Tahap Kelima, peneliti melakukan analisis data yang telah didapatkan dilapangan. Pelaksanaan tahap ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November 2010 dengan cara mendiskusikan kembali analisis yang diperoleh untuk menyimpulkan hasil akhir penelitian ini.

f. Tahap Keenam, penyusunan kesimpulan dan saran hasil dari penelitian sesuai analisis yang dilakukan sehingga menghasilkan konsep implementasi manajemen strategik pendidikan tinggi pariwisata yang berbasis pelanggan.


(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kepada hasil penelitian dan pembahasan kepada pertanyaan di dalam rumusan masalah penelitian Implementasi Manajemen Strategik Pendidikan Tinggi Kepariwisataan Berbasis Pelanggan maka dapat ditarik simpulan bahwa penyelenggaran implementasi manajemen strategik di STP Bandung belum berjalan secara optimal baik dilihat dari aspek penyelenggaraan pendidikan, sarana dan prasarana, layanan akademik, keuangan, serta kemampuan penguasaan teknologi informasi. Maka dari itu diperlukan suatu alat ukur kinerja manajemen strategik untuk dapat memetakan permasalahan yang ada pada aspek-aspek tersebut sehingga dapat dihasilkan suatu saran dan rekomendasi guna memaksimalkan kinerja manajemen pendidikan di STP Bandung. Alat ukur yang kinerja manajemen dalam penelitian ini digunakan balanced scorecard.

1. Pelaksanaan Manajemen Strategis STP Bandung

STP Bandung merupakan lembaga pendidikan tinggi vokasional yang menghasilkan lulusannya memiliki kompetensi dan berdaya saing internasional dalam berbagai bidang pekerjaan dan levelisasi jabatan di bidang pariwisata, status kelembagaannya merupakan Sekolah Tinggi Kedinasan yang berada dibawah lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan pada kenyataannya STP Bandung menerima calon mahasiswa baru dari umum dan lulusannya tidak secara otomatis menjadi pegawai Kemenparkraf, artinya dapat


(52)

dikatakan bukan sekolah kedinasan murni akan tetapi hanya status kelembagaannya saja yang dinas dan seluruh kebijakan mulai dari penganggaran, SDM, sarana prasarana, kurikulum dan kuantitas penerimaan mahasiswa baru ditetapkan dari pusat atau masih bersifat sentralisasi. Kondisi tersebut membentuk keterbatasan manajemen STP Bandung dalam melakukan pengembangan diri baik dalam segi keilmuan maupun dalam segi manajemen, hal tersebut karena sifatnya sentralistik dalam arti bahwa kebijakan pusat merupakan harga mutlak bagi manajemen STP Bandung yang harus dipatuhi.

Dalam mencapai visi dan misi sekolah tinggi pariwisata menjadi yang terdepan diantara pesaing melalui upaya membangun SDM yang profesional dan berkualitas internasional di bidang kepariwisataan, baik pada pihak pengelola maupun lulusan STP Bandung telah memiliki tingkat profesionalisme yang memadai dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan perilaku, sesuai dengan tugas dan fungsinya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dikembangkan di STP Bandung yaitu 5 K, (Kejujuran, Kepedulian, Komitmen, Kolektivitas, Keselarasan) secara normatif sangat baik sebagai landasan dalam sistem nilai organisasi yang diyakini dapat membawa seluruh civitas dalam membangun budaya organisasi sesuai dengan tuntutan perubahan yang di dalamnya memiliki panduan moral yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan. Namun dalam implementasinya nilai-nilai tersebut belum sepenuhnya tercermin dalam prilaku kehidupan berorganisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi pembentukan budaya organisasi yang kurang, bilamana nilai-nilai tersebut tidak diimplementasikan dengan baik di lingkungan STP Bandung.


(1)

Brantas, 2012

Implementasi Manajemen Strategik Pendidikan Tinggi Kepariwisataan Berbasis Pelanggan

: Studi Kasus Pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Variabel Ukuran Indikator

Kepuasan Karyawan Meningkatnya motivasi dan kepuasan kerja karyawan/dosen

Produktivitas Karyawan  Produktivitas dosen meningkat  Meningkatnya disiplin kehadiran

karyawan dan frekuensi perkuliahan dosen

 Jurnal ilmiah masing-masing jurusan di STP Bandung terakreditasi dengan nilai minimal B

Kompetensi Karyawan  30% dosen berpendidikan S3

 Rasio dosen dan mahasiswa sesuai dengan program studi masing-masing 1:12

 Pelatihan penelitian dan penulisan buku bagi dosen

 Dosen yang studi lanjut ke jenjang S2 dan jenjang S3 meningkat

Penggunaan Teknologi Informasi  Tingkat kematangan penggunaan IT dikalangan tenaga pendidik dan kependidikan

 Tersedianya jumlah komputer, jaringan intra-net yang baik, dan pemeliharaan yang berjangka, minimal 1 tahun sekali.

Iklim Kerja  Tersedianya tata-aturan kode etik bagi tenaga pendidik dan kependidikan

 Mendorong pengembangan karir bagi tenaga pendidik dan kependidikan

4) Perspektif Keuangan

Dalam perspektif ini, STP Bandung sebagai perguruan tinggi pariwisata negeri harus berfokus kepada pelayanan jasa pendidikan tinggi pariwisata dengan cara-cara efisien. Adapun variabel ukuran dan indikator pencapaian perspektif keuangan antara lain:


(2)

Brantas, 2012

Implementasi Manajemen Strategik Pendidikan Tinggi Kepariwisataan Berbasis Pelanggan

: Studi Kasus Pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Variabel Ukuran Indikator

Kinerja Operasi  Meningkatnya nilai efisiensi dalam penggunaan belanja perguruan tinggi STP Bandung

 Mampu menggali sumber-sumber pembiayaan di luar sumber-sumber regular, misalnya dari penelitian, sewa aset, dll.

Tertib Keuangan  Tersedianya laporan audit keuangan yang memuat sumber pendanaan, sistem monitoring, dan evaluasi pendanaan secara internal yang akuntabel dan transparan di semua unit kerja.


(3)

Brantas, 2012

Implementasi Manajemen Strategik Pendidikan Tinggi Kepariwisataan Berbasis Pelanggan

: Studi Kasus Pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu`

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan Sumber Daya Budpar. 2004. Kebijakan Pengembangan SDM Pariwisata Indonesia.

Castetter, William. B. (1996). The Human Resource Function in Educational Administration. Englewood-Cliffs, NJ: Merril. NY.

Chester W. Harris (1960). Design of Sample Surveys in Education. Review of Educational Research. Cornell and Mc Loone.

Dirgantoro, Crown. (2004). Manajemen Stratejik. Jakarta: PT Gramedia

Dale, C. and Robinson, N (2001). The Theming of Tourism Education: A Three Domain Approach. International Journal of Contemporary Hospitality Management. Vol. 12 No. 1. www.emeraldinsight.com

Doddy Nandika. (2006). Laporan World Education Forum (WEF) The Dakar Framework for Action

Engkoswara, (1999). Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Depdikbud, Jakarta.

Freed R, David (1998). Concepts of Strategic Management, Seventh Edition. New Jersey: Printice Hall, Inc.

Gaspersz, V. (2006). Sistem Manajemen Kinerja Terintergrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisai Bisnis dan Pemerintah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Gaffar, M. F. (2006). Membangun Kembali Pendidikan Nasional dengan Fokus: Pembaharuan Manajemen Perguruan Tinggi pada Era Globalisasi. Surabaya: Makalah Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia

Grant, R.M, (1991). The Resource Base Theory of Competitive Advantage. California Dalam Jurnal Management Review: 33 (3); pg. 114-135.

Griffin. (1990). Management. Boston: Houghton Miffin Company.

Hadari, Nawawi. (2003). Administrasi pendidikan. Haji Masagung. Jakarta Hendarman. (2009). Seminar menuju World Class University. UII Jakarta Hadari, Nawawi. (2005). Manajemen Strategik ; Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan Dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press


(4)

Brantas, 2012

Implementasi Manajemen Strategik Pendidikan Tinggi Kepariwisataan Berbasis Pelanggan

: Studi Kasus Pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu`

Hanief. A. (2008). Sistem Penjamin Mutu Perguruan Tinggi, Studi Tentang Kebijakan dan Implementasinya Dalam Pembinaan Mutu dan Akreditasi Perguruan Tinggi di Indonesia. UPI. Bandung.

Hawkins, Richie D. (1992). An Introduction to TedQual: A Methodology for Quality in Tourism Education and Training. Wiley & Sons. NY.

Hitt, Michael A., R. Duane Ireland dan Robert E. Hoskisson (1997). Manajemen Strategis: Menyongsong Era Persaiangan dan Globalisasi, Alih Bahasa oleh Armand Adiyanto, Erlangga. Jakarta.(2001)

Hunger, J. David and Wheelen Thomas L (1996). The Process of Strategic Management. Prentice Hall International. Inc., USA.

http://id.shvoong.com/business-management/management/1754361-fungsi-manajemen-stratejik/

http://www.ririsatria.net/2009/05/01/manajemen-stratejik-pengajaran-di-kelas-vs-realitas-bisnis/

http://www.brudirect.com/index.php/Columnist-Column/becoming-a-world-class-university-pointers-from-a-world-bank-report.html

http://siteresources.worldbank.org/EDUCATION/Resources/278200-

1099079877269/547664-1099079956815/547670-1237305262556/WCU.pdf

http://www.universityworldnews.com/article.php?story=20090706190309224 http://www.pendidikan.net/amharsiwi2.html. Hubungan Kepemimpinan

Transformasional dan Karakteristik Personal Pemimpin. Internet. http://wings.utexas.org/school-culture.html.

http://www.thes.co.uk

http://www.nsdc.org/library/publications/jsd/garmston262.cfm. Creating a Culture of Teacher Inquiry . Internet

http://www.saskschools.ca/curr-content/adhs/-30k. Adaptive Dimension Main. Internet

http://www.charterauthorizers.org/files/nasca/BESCA/IssueBriefNo8.pdf. Adaptive Leadership. Internet.

Ibrahim, Bafadal. (2004). Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara. Jakarta

Indrajit, Eko, R dan Djokopranoto, R. (2006). Manajemen Pendidikan Tinggi Modern. Yogyakarta: Andi Offset.


(5)

Brantas, 2012

Implementasi Manajemen Strategik Pendidikan Tinggi Kepariwisataan Berbasis Pelanggan

: Studi Kasus Pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu`

Jauh, Laurence R., William F. Glueck. (1997). Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. (Alih Bahasa: Murad dan AR. Henry Sitanggang). Jakarta: Airlangga.

Jedamus, Paul. Marvin W. Peterson and Associates (1980). Improving Academic Management. USA: John Wiley and Sons

Junus, Nurpit. (2008). Strategi Peningkatan Mutu Kinerja Manajemen Perguruan Tinggi, Studi Evaluatif Kinerja Manajemen Pendidikan Politeknik di Propinsi Riau Dengan Pendekatan Kriteria Malcolm Baldrige. UPI. 2007. Kartika, Rian L. (2010). Strategi Peningkatan Mutu Lulusan Perguruan Tinggi.

Bandung

Kerr, Clark. (1982). The Use of The University. Harvard University Press, Cambrige, Massachusetts.

Koh, Y. K. (1994). Tourism Education for the 1990s. Annals of Tourism Research. Vol.21 No. 3. www.proquest.com

Lunberg, C.C. (1998). A Prolegomen to Course Design I Hospitality Management: Fundamental Consideration. Journal of Hospitality and Tourism Education Vol. 10 No. 2

McKercher, B. (2002). The Future of Tourism Education: An Australian Scenario? Tourism and Hospitality Research. 2002. Vol. 3. Iss. 3. www.proquest.com

Miles, M.B., and Huberman, M. (1992). Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods. Sage Publications. Beverly Hills. London.

Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung. Tarsito Patton, M. Q. (1990). Qualitative Evaluation and Research Methods (2nd ed.).

Newbury Park, CA: Sage Publications, Inc.

Porter, Michael E. (2003). Raising Indonesia’s Competitiveness. Harvard Business School

____________. (1999). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun 1999. Tentang pendidikan tinggi

____________, (2005) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

____________, (1999) Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi


(6)

Brantas, 2012

Implementasi Manajemen Strategik Pendidikan Tinggi Kepariwisataan Berbasis Pelanggan

: Studi Kasus Pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu`

____________, (2000). Kepmendiknas Nomor 232/U/2000 Tentang Pedoman Pendirian Perguruan Tinggi Tahun 1998

____________, (2008) Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.37/HK.001/MKP/2008 tentang Statuta Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung

____________. (2006). Rencana Strategis Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. Bandung.

Sallis, Edward. (1993). Total Quality Management in Education. New Jersey: Prentice-Hal. Inc.

Salusu J. (1996). Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Satori, dan Komariah, A. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Sondang P. Siagian. (1985). Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung Sugiyono. (2007). Mahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administrasi (cetakan kesembilan). Bandung: Alfabeta.

---. (2005). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (1992). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara.

Terry, G. R. (1986). Principle of Management , 7th ed., Homewood Ilions, Richard D Irwill Inc.

---,Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Penerbit CV. Eko Jaya, Jakarta, 2003 Upiek Haeryah Sadkar. (2009). Studi Manajemen Mutu Pendidikan

Kepariwisataan Berbasis “TedQual System pada Sekolah Tinggi

Pariwisata Bandung.

Witt, Stephen F., Luiz Moutinho. (1989). Tourism Markrting and Management Handbook. UK: Prentice Hall International.

Yukl, Gary A. (1994). Leadership In Organization (second edition). New Jersey: Prentice Hall International Inc.

Yuniarsih, Suwatno (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Alfabeta. Bandung.