ANALISIS KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) CALON GURU PADA MATERI KALOR DAN PERPINDAHANNYA MELALUI PENGGUNAAN CORE DAN PAP-ERS.

(1)

CoRe dan PaP-eRs

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan IPA

Oleh Suci Nurmatin

1303230

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

KNOWLEDGE (PCK) CALON GURU PADA MATERI

KALOR DAN PERPINDAHANNYA

MELALUI PENGGUNAAN

CORE DAN PAP-ERS

Oleh Suci Nurmatin

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Fakultas Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

© Suci Nurmatin 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, di fotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ANALISIS KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) CALON GURU PADA MATERI KALOR DAN

PERPINDAHANNYA MELALUI PENGGUNAAN CoRe DAN PaP-eRs Suci Nurmatin

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan Pedagogical Content Knowledge (PCK) calon guru sains dalam merencanakan pembelajaran, merefleksi pembelajaran dan mengimplementasikan kurikulum. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Sejumlah enam mahasiswa yang sedang melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP terlibat sebagai subjek penelitian. Praktikan ditugasi untuk mengajar kelas VII dengan materi kalor dan perpindahannya. Sebelum melaksanakan pembelajaran setiap praktikan diminta melengkapi peta konsep, Content Representation (CoRe) dan menyusun RPP kemudian setelah melaksanakan pembelajaran diminta untuk membuat refleksi pembelajaran yang dinarasikan (PaP-eRs). Sebagai data pelengkap dilakukan observasi selama pelaksanaan pembelajaran sebagai catatan lapangan. Instrumen yang digunakan untuk menganalisis kemampuan PCK calon guru adalah format analisis CoRe, format analisis PaP-eRs, format analisis RPP, serta instrumen pendukung seperti hasil observasi dan format analisis peta konsep. Hasil penelitian menunjukkan tiga kemampuan PCK calon guru. Pertama, kemampuan PCK calon guru dalam merencanakan pembelajaran melalui CoRe belum menunjukkan adanya integrasi antara pengetahuan konten dengan pengetahuan pedagogi. Kedua, kemampuan PCK calon guru dalam membuat narasi pelaksanaan pembelajaran (PaP-eRs) belum dapat digunakan sebagai refleksi pembelajaran. Ketiga, kemampuan PCK calon guru dalam mengimplementasikan kurikulum melalui pembuatan RPP dan melaksanakan pembelajaran. Dalam pembuatan RPP calon guru masih lemah dalam merumuskan indikator, tujuan pembelajaran dan mengorganisasi materi. Terkait dengan kemampuan calon guru dalam mengimplementasikan kurikulum dalam melaksanakan pembelajaran, untuk calon guru A, B dan C belum melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum, sedangkan untuk calon guru D, E, dan F sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang digunakan disekolahnya meskipun belum secara keseluruhan sesuai dengan arahan pada kurikulum.


(5)

ANALYSIS ABILITY PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) PROSPECTIVE SCIENCE TEACHER AT THE SUBJECT MATTER

CALOR AND THEIR MOVEMENT THROUGH CoRe AND PaP-eRs

Suci Nurmatin Abstract

This study aimed to analyze ability Pedagogical Content Knowledge (PCK) prospective science teacher in planning learning, reflective learning, and implement curriculum. The type of research is kualitatif. Research subjects are six prospective science teachers who are implementing Effective for Practice (EFP) in two junior secondary schools in Bandung, West java, Indonesia. All of them were assingned by supervisor teachers to teach VII grade students on certain topic calor and their movement. Before carrying out learning, each participant was asked to complete a concept map, Content Representation (CoRe), and contruct plan implementation of learning (PIL) and then after carrying out learning was asked to make reflective learning in narrative form (PaP-eRs). As supplementary data is done observation for implementation of learning as field note. Intruments for analyze ability PCK prospective science teacher is format analyze CoRe, format analyze PaP-eRs, and format analyze PIL, as well as supporting instruments such as observation and format analyze concept map. The result indicate three ability PCK prospective science teacher. First, ability PCK prospective science teacher in planning learning trough CoRe not indicate integration between knowledge content and pedagogical. Second, ability PCK prospective science teacher in making narrative implement learning (PaP-eRs) not can used reflective learning. Third, ability PCK prospective science teacher in the implementation curriculum through the making PIL and carrying out learning. In the making PIL prospective science teacher still weak in formulating the indicators, learning objectives, and organizing subject matter. Ability prospective science teacher in carrying out learning for prospective science teacher A, B and C not carrying out learning in accordance with the curriculum, but for prospective science teacher D, E, and F already carrying out learning in accordance with curriculum although not as a whole in accordance with the curriculum.


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...i

LEMBAR PERNYATAAN ...ii

HAK CIPTA ...iii

UCAPAN TERIMAKASIH...iv

ABSTRAK ...v

ABSTRACT ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Pembatasan Masalah ...6

D. Tujuan Penelitian ...6

E. Manfaat Penelitian ...7

F. Definisi Operasional...7

G. Penjelasan Istilah ...8

H. Struktur Organisasi ...9

BAB II PCK CALON GURU PADA MATERI KALOR DAN PERPINDAHANNYA MELALUI PENGGUNAAN CoRe DAN PaP-eRs A. PCK sebagai Pengetahuan Dasar bagi Calon Guru Sains dalam Mengajar ...10

B. Komponen–Komponen PCK sebagai Landasan Mengajar bagi Calon Guru Sains ...13


(7)

D. Identifikasi Kemampuan PCK Calon Guru Sains dalam Pembelajaran

melalui Penggunaan CoRe dan PaP-eRs ...19

E. PCK pada Materi Kalor dan Perpindahannya untuk SMP ...21

F. Penelitian yang Relevan ...24

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...30

B. Subjek Penelitian ...30

C. Prosedur Penelitian...30

D. Dokumen Pengumpul Data Penelitian ...35

E. Teknik Menganalisis Data...45

F. Hubungan Antara Data yang Diperlukan, Sumber Data, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Teknis Analisis Data...48

G. Hasil Validasi Instrumen ...51

BAB IV HASIL, PEMBAHASAN DAN TEMUAN A. Profil Kemampuan PCK Calon Guru dalam Merencanakan Pembelajaran melalui CoRe ...65

B. Profil Kemampuan PCK Calon Guru dalam Merefleksi Pembelajaran melalui PaP-eRs ...72

C. Profil Kemampuan PCK Calon Guru Secara Individu Berdasarkan Kemampuannya Dalam Menyusun CoRe Dan Membuat Pap-eRs ...75

1. Profil Kemampuan PCK Calon Guru A ...75

2. Profil Kemampuan PCK Calon Guru B ...80

3. Profil Kemampuan PCK Calon Guru C ...85

4. Profil Kemampuan PCK Calon Guru D ...89

5. Profil Kemampuan PCK Calon Guru E ...95

6. Profil Kemampuan PCK Calon Guru F ...102

D. Kemampuan PCK Calon Guru dalam Mengimplementasikan Kurikulum ...108

1. Kemampuan PCK Calon Guru dalam Merencanakan Pembelajaran ...109

2. Kemampuan PCK Calon Guru dalam Melaksanaan Pembelajaran ...123


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...134

B. Keterbatasan Penelitian ...137

C. Saran ...137

DAFTAR PUSTAKA ...139


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Hubungan lima komponen PCK dan sembilan komponen CoRe dengan

mengajar kalor dan perpindahannya ...26

3.1 Pengumpulan data kemampuan PCK calon guru ...32

3.2 Format CoRe yang diadopsi dari Loughran ...39

3.3 Kesejalanan antara komponen PCK dengan komponen CoRe ...40

3.4 Kesejalanan antara komponen PCK dengan komponen PaP-eRs ...41

3.5 Skor maksimum untuk setiap aspek peta konsep disesuaikan dengan peta konsep rujukan ...45

3.6 Kriteria penskoran komponen CoRe ...47

3.7 Kriteria penskoran komponen PaP-eRs ...48

3.8 Hubungan antara data yang diperlukan, sumber data, instrumen penelitian teknik pengumpulan data dan teknis analisis data ...49

3.9 Rekapitulasi hasil validasi format analisis CoRe ...51

3.10 Rekapitulasi hasil validasi format analisis PaP-eRs ...56

3.11 Rekapitulasi hasil validasi lembar observasi...58

3.12 Rekapitulasi hasil validasi rubrik penskoran untuk analisis RPP ...61

4.1 Kemampuan PCK calon guru berdasarkan komponen CoRe ...70

4.2 Kemampuan PCK calon guru dalam merefleksi pembelajaran berdasarkan pembuatan PaP-eRs ...74

4.3 Persentase kemampuan calon guru A dalam menyusun peta konsep kalor dan perpindahnnya ...75

4.4 Kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran calon guru A ...80

4.5 Persentase kemampuan calon guru B dalam menyusun peta konsep kalor dan perpindahnnya ...81

4.6 Kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran calon guru B ...84

4.7 Persentase kemampuan calon guru C dalam menyusun peta konsep kalor dan perpindahnnya ...85


(10)

4.8 Kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran calon

guru C ...88 4.9 Persentase kemampuan calon guru D dalam menyusun peta konsep kalor

dan perpindahnnya ...89 4.10 Kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran calon

guru D ...94 4.11 Persentase kemampuan calon guru E dalam menyusun peta konsep kalor

dan perpindahnnya ...95 4.12 Kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran calon

guru E ...101 4.13 Persentase kemampuan calon guru F dalam menyusun peta konsep kalor

dan perpindahnnya ...102 4.14 Kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran calon

guru F ...107 4.15 Kemampuan PCK calon guru dalam mengimplementasikan Kurikulum

2006 melalui pembuatan RPP ...111 4.16 Kemampuan PCK calon guru dalam mengimplementasikan Kurikulum

2013 melalui pembuatan RPP ...114 4.17 Kemampuan PCK calon guru dalam melaksanakan pembelajaran

berdasarkan kurikulum 2006 (KTSP) ...124 4.18 Kemampuan PCK calon guru dalam melaksanakan pembelajaran


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Bagan alur penelitian...34

3.2 Contoh Peta Konsep ...43

3.3 Peta konsep rujukan ...46

4.1 Kemampuan PCK calon guru dalam menyusun CoRe ...66

4.2 Kemampuan PCK calon guru dalam merefleksi pembelajaran melalui pembuatan PaP-eRs ...73

4.3 Profil kemampuan PCK calon guru A dalam merencanakan pembelajaran melalui CoRe ...76

4.4 Kemampuan PCK calon guru A berdasarkan hasil observasi dan pembuatan PaP-eRs ...78

4.5 Profil kemampuan PCK calon guru B dalam merencanakan pembelajaran melalui CoRe ...81

4.6 Kemampuan PCK calon guru B dalam berdasarkan hasil observasi dan pembuatan PaP-eRs ...82

4.7 Profil kemampuan PCK calon guru C dalam merencanakan pembelajaran melalui CoRe ...85

4.8 Kemampuan PCK calon guru C dalam berdasarkan hasil observasi dan pembuatan PaP-eRs ...87

4.9 Profil kemampuan PCK calon guru D dalam merencanakan pembelajaran melalui CoRe ...90

4.10 Kemampuan PCK calon guru D dalam berdasarkan hasil observasi dan pembuatan PaP-eRs ...91

4.11 Profil kemampuan PCK calon guru E dalam merencanakan pembelajaran melalui CoRe ...96

4.12 Kemampuan PCK calon guru E dalam berdasarkan hasil observasi dan pembuatan PaP-eRs ...97

4.13 Profil kemampuan PCK calon guru F dalam merencanakan pembelajaran melalui CoRe ...103


(12)

4.14 Kemampuan PCK calon guru F dalam berdasarkan hasil observasi dan pembuatan PaP-eRs ...104 4.15 Kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi yang direncanakan calon

guru A ...118 4.16 Kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi yang direncanakan calon

guru B ...120 4.17 Kegiatan mengajukan pertanyaan yang direncananakan calon guru

D, E, dan F ...120 4.18 Contoh kegiatan menalar yang direncanakan calon guru D, E, dan F ...121 4.19 Contoh kegiatan mengkomunikasikan yang direncanakan calon guru D, E,

dan F ...121 4.20 Kegiatan penutup pembelajaran yang direncanakan salah satu

partisipan ...122 4.21 Salah satu pertanyaan dalam LKS yang disusun oleh calon guru A,

B dan C ...129 4.22 Contoh pertanyaan yang diajukan siswa saat pembelajaran ...130 4.23 Salah satu gambar yang digunakan dalam kegiatan pengamatan saat


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

A. Dokumen Pengumpul Data

A.1. Bagan Peta Konsep... 143

A.2. Format CoRe hasil adopsi dan adaptasi Loughran ... 144

B. Dokumen Rujukan B.1. Peta Konsep Rujukan ... 147

B.2. CoRe Rujukan ... 148

B.3. PaP-eRs ... 163

C. Instrumen Analisis C.1. Format Analisis Peta Konsep ... 164

C. 2. Format Analisis CoRe ... 165

C. 3. Format Analisis RPP ... 166

C. 4. Lembar Observasi Pembelajaran ... 169


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (PP No 74 Tahun 2008 Tentang Guru). Tugas utama guru sebagai pendidik profesional dapat ditunjukkan ketika seorang guru melaksanakan pembelajaran di kelas. Setiap lingkungan pembelajaran memperlihatkan suatu kombinasi yang unik dari pengalaman yang berhubungan dengan siswa, konten dan pedagogi (Seung et al., 2012). Pembelajaran sains merupakan proses yang kompleks, yakni pengetahuan awal dan pengalaman berkembang menjadi pengetahuan yang baru (Brown et al., 2013). Oleh karena itu, pengetahuan yang perlu dimiliki oleh guru sains sangat kompleks. Selain harus memiliki pengetahuan sains, ia juga harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara tertentu agar konsep sains dapat diterima oleh peserta didik. Terdapat pengetahuan dasar yang perlu dimiliki oleh guru untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai pendidik profesional.

Pengetahuan dasar (knowledge base) guru dipaparkan dalam bentuk domain seperti pengetahuan pedagogi (pedagogical knowledge), pengetahuan tentang mata pelajaran (subject matter knowledge), dan pengetahuan yang menggabungkan antara konten dan pedagogi (pedagogical content knowledge) (Etkina, 2010; Kaya, 2009; Seung, 2012; Seung et al., 2012). Diantara domain pengetahuan guru, dilaporkan bahwa pengetahuan yang paling memiliki pengaruh besar terhadap praktik mengajar guru dan pembelajaran terhadap peserta didik adalah pengetahuan yang menggabungkan antara konten dan pedagogi (Seung, 2012). Pengetahuan yang menggabungkan antara konten dan pedagogi dinamakan

Pedagogical Content Knowledge (PCK) (Shulman, 1987).

Shulman (1987) pertama kali mengenalkan PCK sebagai komponen inti dalam pengetahuan dasar (basic knowledge) untuk mengajar, yang menekankan bahwa pengajaran (teaching) tidak hanya sekedar pengetahuan tentang materi


(15)

pelajaran, tetapi pengajaran (teaching) merupakan gabungan antara pengetahuan konten dengan pengetahuan pedagogi (Brown et al., 2013; Kaya, 2009; Hanuscin, 2013). PCK merupakan pengetahuan yang spesifik, karena dapat menganalisis sesuatu yang khas dari pengetahuan untuk mengajar (Shulman, 1987). Pengertian lain tentang PCK diungkapkan oleh Loughran, et al. (2012) bahwa PCK merupakan pengetahuan guru yang berkembang dari waktu ke waktu melalui pengalaman, tentang bagaimana cara mengajarkan sebuah konten pada konsep tertentu dengan cara tertentu agar memunculkan pemahaman pada peserta didik.

PCK yang pertama kali diungkapkan oleh Shulman hanya terfokus pada guru sebagai transformator materi pelajaran dalam mengajar dan terbagi menjadi dua komponen yakni pengetahuan mengenai representasi dan pengetahuan tentang kesulitan dalam konten materi pelajaran (Hume & Berry, 2011; Kaya, 2009). Seiring berjalannya waktu, beberapa ahli pendidikan merevisi komponen PCK yang diungkapkan oleh Shulman. Salah satu ahli yang merevisi komponen PCK Shulman adalah Magnusson. PCK yang pada awalnya hanya memiliki dua komponen, direvisi oleh Magnusson menjadi lima komponen yakni (a) orientasi terhadap pengajaran sains, (b) pengetahuan dalam memahami kemampuan peserta didik dalam belajar sains, (c) pengetahuan tentang kurikulum sains, (d) pengetahuan tentang strategi pembelajaran untuk mengajar sains, dan (e) pengetahuan tentang penilaian sains (Kaya, 2009; Hume & Berry, 2011; Hanuscin, 2013; Seung, et al., 2012; Seung, 2012).

Kemampuan PCK guru yang menjadi fokus dalam penelitian ini sesuai dengan standar kompetensi guru yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Standar kompetensi guru yang telah ditetapkan pemerintah dalam Peraturan Menteri No.16 Tahun 2007 adalah kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kemampuan PCK merupakan gabungan dari kompetensi pedagogi dan kompetensi profesional guru. Kompetensi pedagogi yang perlu dimiliki oleh seorang guru mata pelajaran terdiri dari menguasai karakteristik peserta didik, melaksanakan pembelajaran yang mendidik, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran, serta melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Kompetensi profesional yang dimaksud adalah kemampuan guru dalam menguasai


(16)

pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya termasuk struktur materinya. Pemerintah tidak hanya mengatur terkait dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Pemerintah pun mengatur terkait dengan proses pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih terarah. Perangkat pemerintah yang dijadikan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran dinamakan kurikulum.

Kurikulum diwujudkan dalam bentuk Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud). Salah satu Permendikbud yang mengatur pembelajaran adalah Permendikbud yang mengatur tentang standar proses. Dalam standar proses diatur perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses pembelajaran. Adanya aturan terkait proses pembelajaran bertujuan agar terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien (Permendikbud No.41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses). Oleh karena itu, kemampuan PCK guru harus sampai pada mengimplementasikan kurikulum dalam merencanakan dan melaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan arahan kurikulum yang digunakan.

Kemampuan PCK seyogianya dimiliki oleh seorang guru, karena untuk melaksanakan pembelajaran tidak hanya membutuhkan pemahaman terkait konten tetapi juga perlu memahami kemampuan peserta didik dalam memahami konsep. Dengan demikian, untuk menjadi seorang guru yang profesional perlu disiapkan sejak awal mulai dari ketika mereka menjadi seorang mahasiswa calon guru. Oleh karena itu, PCK perlu dipahami oleh seorang guru dan calon guru karena seorang guru harus familiar dengan konsepsi alternatif dan kesulitan yang dihadapi peserta didik dengan beragam latar belakang dan pengetahuan serta dapat mengorganisasikan, menyusun, menjalankan, dan menilai materi pelajaran, yang semuanya itu terangkum dalam PCK (Shulman, 1986). Seorang calon guru seharusnya tidak hanya menunjukkan pengetahuan dan keterampilan mengajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, tetapi juga harus menunjukkan pengetahuan dalam menentukan strategi pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran (NSTA, 2003).

Calon guru merupakan mahasiswa program pendidikan yang mempelajari berbagai pengetahuan tentang pendidikan dan pengetahuan tentang konten dalam


(17)

sebuah pendidikan formal. Hasil temuan di lapangan berdasarkan pengisian angket kepada beberapa mahasiswa calon guru semester empat yang dipilih secara acak di fakultas Pendidikan MIPA di salah satu universitas. Hasil temuan tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa calon guru tingkat empat telah menyadari bahwa untuk menjadi seorang guru dibutuhkan pengetahuan konten dan pengetahuan lain yang dapat menimbulkan keaktifan belajar peserta didik. Namun, mahasiswa calon guru belum menunjukkan konsep-konsep sulit yang mungkin akan dihadapi oleh peserta didik serta batasan materi untuk peserta didik dan bagaimana cara mengajarkan suatu konsep tertentu agar peserta dapat memahami konsep yang diajarkan. Gambaran yang ditunjukkan oleh mahasiswa berdasarkan respon terhadap angket yakni bahwa yang terpenting dalam pelaksanaan pembelajaran adalah adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang mengungkapkan bahwa calon guru belum menyadari bahwa pengajaran yang efektif adalah kegiatan terampil dengan tujuan melibatkan proses kompleks proses dan tindakan dalam rangka memfasilitasi belajar siswa (Hume & Berry, 2011). Oleh karena itu, agar dapat mengungkap lebih detail kemampuan PCK calon guru diperlukan suatu perangkat untuk menganalisis kemampuan PCK seorang calon guru. Salah satu cara untuk menganalisis kemampuan PCK calon guru adalah melalui pengisian dokumen yang terdiri dari Content Representation (CoRe) dan membuat Pedagogical and

Professional-Experience Repertoires (PaP-eRs). CoRe dan PaP-eRs digunakan

sebagai dokumen untuk menganalisis kemampuan PCK calon guru karena dapat membuat secara eksplisit hubungan antara pengetahuan konten, mengajar dan pembelajaran bagi guru sains (Hume & Berry, 2011; Loughran, et al., 2012).

Format CoRe berupa tabel yang terdiri dari baris dan kolom. Baris atas mewakili “Ide Pokok” yang dimaksudkan untuk merepresentasikan ide utama dan konsep yang berada pada area konten ilmu tertentu (Bertram & Loughran, 2012). Kolom sebelah kiri merupakan pertanyaan yang terdiri dari delapan pertanyaan tentang pengetahuan konten dan pengetahuan pedagogi yang dijawab berdasarkan ide pokok yang telah dibuat (Loughran, 2012). Berdasarkan pendapat ahli terkait CoRe, maka dapat dikatakan bahwa melalui CoRe mahasiswa calon guru dapat merencanakan kegiatan dalam proses pembelajaran yang memiliki kesesuaian


(18)

antara konten materi yang diajarkan dengan pedagoginya. PaP-eRs merupakan sebuah narasi dari pelaksanaan PCK guru yang menyoroti bagian tertentu atau aspek konten materi pelajaran yang diajarkan (Loughran et al., 2012). Sumber narasi PaP-eRs yang menjadi sorotan adalah keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan, aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar seperti respon siswa dalam kegiatan belajar mengajar, pertanyaan tentang konten yang muncul dari siswa, interaksi antara siswa dengan media pembelajaran, serta hasil penilaian belajar siswa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini format CoRe dan PaP-eRs dikenalkan kepada calon guru sebagai dokumen untuk menganalisis kemampuan PCK calon guru.

Kemampuan PCK calon guru tidak terlepas dari materi pelajaran yang akan diajarkan, untuk itu materi yang dipilih adalah materi pada topik kalor dan perpindahannya. Magnusson dan Krajcik (1993) menyatakan bahwa dalam materi kalor dan suhu sering muncul miskonsepsi pada siswa. Selain itu, terdapat beberapa alasan dipilih materi kalor dan perpindahannya. Pertama, kalor dan perpindahannya merupakan materi fundamental yang harus dimiliki oleh calon guru IPA. Kedua, bagi siswa SMP materi kalor dan perpindahannya merupakan materi yang dapat mengintegrasikan antara fisika, biologi dan kimia. Ketiga, kalor dan perpindahannya merupakan materi yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari. Keempat, ditemukan miskonsepsi pada konsep kalor itu sendiri, biasanya muncul dari pengetahuan awal siswa yakni menyamakan antara konsep suhu dan kalor. Oleh karena itu, materi pada topik kalor dan perpindahannya merupakan topik penting yang harus dipahami dengan benar oleh siswa.

Dengan demikian, berdasarkan uraian terkait dengan kemampuan PCK yang perlu dimiliki oleh guru dan calon guru dalam pembelajaran maka dilakukan penelitian yang menganalisis kemampuan PCK yang dimiliki oleh calon guru dalam pembelajaran. Penelitian ini berjudul “Analisis Kemampuan Pedagogical

Content Knowledge (PCK) Calon Guru pada Materi Kalor dan Perpindahannya

Melalui Penggunaan CoRe dan PaP-eRs”.


(19)

Kemampuan PCK perlu dimiliki oleh calon guru, agar calon guru dapat menjadi seorang guru yang dapat melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih dan penilai peserta didik. Berdasarkan pemaparan latar belakang terkait dengan kemampuan PCK calon guru maka dirumuskan masalah dalam penelitian adalah “Bagaimana kemampuan PCK calon guru dalam merencanakan pembelajaran, merefleksi pembelajaran serta mengimplementasikan kurikulum melalui penggunaan CoRe dan PaP-eRs?”

Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian, yakni:

1. Bagaimana profil kemampuan PCK calon guru dalam merencanakan pembelajaran materi kalor dan perpindahannya melalui CoRe?

2. Bagaimana profil kemampuan PCK calon guru dalam merefleksi pembelajaran materi kalor dan perpindahannya melalui PaP-eRs?

3. Bagaimana kemampuan PCK calon guru dalam mengimplementasikan kurikulum?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Profil kemampuan PCK calon guru dalam merencanakan pembelajaran materi kalor dan perpindahannya dibatasi pada kemampuan calon guru dalam memunculkan ide pokok terkait materi kalor dan perpindahannya serta menguraikannya berdasarkan komponen yang terdapat dalam CoRe.

2. Profil kemampuan PCK calon guru dalam merefleksi pembelajaran materi kalor dan perpindahannya dibatasi pada kemampuan calon guru dalam membuat narasi terkait pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam bentuk PaP-eRs.

3. Kemampuan PCK calon guru dalam mengimplementasikan kurikulum dibatasi pada kemampuan calon guru dalam membuat RPP dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang digunakan di sekolah.


(20)

Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis profil kemampuan PCK calon guru dalam materi kalor dan perpindahannya dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan PCK calon guru dalam mengimplementasikan kurikulum yang digunakan di sekolah dalam proses pembelajaran.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis penelitian ini dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan pendidikan terutama mengenai kemampuan PCK calon guru. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi masukan bagi LPTK atau pihak penyelenggara program pendidikan yang menghasilkan guru profesional. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaran pendidikan terutama profesi guru.

F. Definisi Operasional

Untuk memudahkan memahami maksud dari penelitian dan menghindari interperetasi lain selain yang dimaksud dalam penelitian ini, disajikan definisi sebagai berikut:

1. Profil kemampuan PCK calon guru dalam merencanakan pembelajaran materi kalor dan perpindahannya adalah kemampuan calon guru dalam memunculkan ide pokok dari materi kalor dan perpindahannya kemudian menguraikan setiap ide pokok yang dimunculkan berdasarkan komponen CoRe. Profil kemampuan PCK calon guru dalam merencanakan pembelajaran berdasarkan uraian calon guru terhadap komponen CoRe dan dianalisis dengan menggunakan format analisis serta didukung oleh analisis peta konsep.

2. Profil kemampuan PCK calon guru dalam merefleksi pembelajaran materi kalor dan perpindahannya adalah kemampuan calon guru dalam membuat narasi terkait dengan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Profil kemampuan PCK calon guru dalam merefleksi pembelajaran berdasarkan PaP-eRs yang dibuat oleh calon guru dan dianalisis dengan menggunakan format analisis serta didukung oleh analisis observasi lapangan.


(21)

3. Kemampuan PCK calon guru dalam mengimplementasikan kurikulum adalah kemampuan calon guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang digunakan di sekolah tempat calon guru mengajar. Kemampuan calon guru dalam merencanakan pembelajaran dianalisis berdasarkan kesesuaian antara RPP yang dibuat oleh calon guru dengan komponen RPP dalam kurikulum yang digunakan di sekolah. Kemampuan calon guru dalam melaksanakan pembelajaran dianalisis berdasarkan kesesuaian antara hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran dalam kurikulum.

G. Penjelasan Istilah

Dalam penelitian terdapat istilah-istilah yang mungkin menimbulkan pemahaman yang berbeda bagi setiap pembaca. Oleh karena itu, untuk menghindari kekeliruan dalam mengartikan dan menafsirkan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian maka dijelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian, diantaranya:

1. Pedagogical Content Knowledge (PCK) diartikan sebagai kemampuan guru

yang mengintegrasikan antara pengetahuan konten dan pengetahuan pedagogi untuk memahami bagaimana materi pelajaran tertentu disampaikan dengan cara tertentu agar dapat dipahami oleh peserta didik (Shulman, 1987).

2. Content Representation (CoRe) merupakan sebuah dokumen yang

dikembangkan dari jawaban guru tentang sebuah ide pokok dikaitkan dengan cara mengajar ide pokok yang dimunculkan untuk tingkat tertentu (Loughran

et al., 2012).

3. Pedagogical and Professional-Experience Repertoires (PaP-eRs) merupakan

sebuah narasi dari pelaksanaan pembelajaran yang menyoroti bagian tertentu atau aspek konten materi pelajaran yang diajarkan (Loughran et al., 2012). 4. Kalor merupakan sebuah energi yang berpindah dari satu benda ke benda lain

karena adanya perbedaan suhu (Hewitt, 1993).

5. Perpindahan kalor merupakan salah satu bagian dari konsep kalor terkait dengan cara berpindahnya energi dari suhu tinggi ke suhu rendah terdiri dari konduksi, konveksi, dan radiasi (Hewitt, 1993).


(22)

H. Struktur Organisasi

Tesis ini terdiri dari lima bagian yakni pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, hasil dan pembahasan serta kesimpulan dan rekomendasi. Pertama, bagian pendahuluan terdapat latar belakang masalah, berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasi beberapa masalah yang dijadikan sebagai rumusan masalah dan dijabarkan dalam tiga pertanyaan penelitian. Berdasarkan pertanyaan penelitian diuraikan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta definisi operasional. Kedua, bagian kajian pustaka memaparkan materi-materi terkait dengan penelitian yang dilakukan. Dengan demikian, pada kajian pustaka merupakan sintesis terkait dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Ketiga, bagian metode penelitian memaparkan langkah-langkah penelitian yang dilakukan serta instrumen yang digunakan dan cara menganalisis data hasil penelitian. Keempat, bagian hasil dan pembahasan memaparkan hasil penelitian, analisis data yang dihasilkan serta pemaparan hasil analisis data penelitian. Kelima, bagian kesimpulan, keterbatasan, dan saran. Bagian kesimpulan memaparkan jawaban dari pertanyaan penelitian. Keterbatasan penelitian memaparkan keterbatasan-keterbatasan terkait dengan pelaksanaan penilitian yang telah dilakukan. Rekomendasi atau saran agar penelitian dapat lebih berkembang.


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dengan desain penelitian

narrative (Creswell, 2012). Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap

kemampuan PCK calon guru pada materi Kalor dan Perpindahannya melalui penggunaan CoRes dan PaP-eRs. Penelitian ini tidak sekedar melihat bagaimana calon guru menggabungkan pengetahuan konten dengan pengetahuan pedagoginya dalam proses pembelajaran tetapi mengkaji bagaimana dan mengapa mereka menyusun perencanaan pembelajaran melalui CoRe dan merefleksi pembelajaran dalam PaP-eRs seperti itu. Data yang dikumpulkan untuk menganalisis kemampuan PCK calon guru terdiri dari peta konsep, CoRe, RPP, hasil obervasi dan PaP-eRs.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah enam orang mahasiswa calon guru fakultas MIPA yang sedang melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP dan mengajar materi kalor dan perpindahannya di sekolah yang bersangkutan. Pengambilan subjek dalam penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan sekolah tempat PPL mahasiswa calon guru. Sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah dua sekolah menengah pertama yang melaksanakan pembelajaran materi kalor dan perpindahannya di kelas VII pada semester II dan pembelajaran materi tersebut diserahkan pada mahasiswa PPL. Selanjutnya subjek penelitian dinamakan sebagai partisipan.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri langkah-langkah berikut.

1. Studi Pendahuluan

Sebagai bahan untuk melakukan penelitian, maka dilakukan studi pendahuluan. Studi pendahuluan dilakukan terhadap 24 orang mahasiswa calon


(24)

guru sains. Data yang dikumpulkan dari 24 orang mahasiswa calon guru sains adalah pendapat calon guru sains terkait kemampuan yang harus dimiliki untuk menjadi guru dan pelaksanaan pembelajaran dalam belajar sains. Secara umum pendapat dari 24 calon guru mengenai kemampuan yang harus dimiliki untuk menjadi guru tidak begitu berbeda, 17 orang calon guru sains berpendapat bahwa untuk menjadi guru tidak mudah karena kemampuan yang perlu dimiliki guru tidak hanya pengetahuan konten saja tetapi perlu memiliki pengetahuan yang lain yakni pengetahuan pedagogik. Sementara tujuh calon guru berpendapat bahwa untuk menjadi guru tidak sulit karena kemampuan yang perlu dimiliki hanya pengetahuan konten saja. Pendapat 24 calon guru terkait dengan pelaksanaan pembelajaran dikelas, 10 diantaranya berpendapat bahwa dalam proses pembelajaran perlu adanya interaksi antara guru dengan siswa sehingga perlu adanya metode pembelajaran yang memancing peserta didik aktif dalam pembelajaran. Sementara pendapat dua orang calon guru tentang pelaksanaan pembelajaran, mereka berpendapat bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran guru tidak hanya menyampaikan materi tetapi juga mendidik siswa agar berprilaku sopan santun, dan 12 orang calon guru hanya berpendapat bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran siswa harus aktif.

Berdasarkan hasil dari studi pendahuluan peneliti berpendapat bahwa mahasiswa calon guru sudah mengetahui kemampuan yang perlu dimiliki untuk menjadi guru dan dalam pelaksanaan pembelajaran peserta didik harus aktif namun masih belum menunjukkan pengetahuan terkait dengan pengetahuan yang menggabungkan antara pengetahuan konten dan pedagogi. Oleh karena itu, hasil dari studi pendahuluan peneliti gunakan sebagai bahan acuan untuk menganalisis kemampuan PCK pada calon guru.

2. Penentuan Subjek Penelitian

Penentuan subjek penelitian diawali dengan meminta izin kepada pihak penyelenggara Program Pengalaman Lapangan (PPL) kemudian membuat daftar SMP yang dijadikan sebagai tempat PPL dan di SMP tersebut terdapat PPL yang mengajar IPA. Setelah itu, dilakukan observasi terhadap SMP yang dijadikan sebagai tempat PPL mahasiswa yang mengajar IPA. Observasi dilakukan terkait dengan penugasan oleh guru pamong kepada PPL tersebut dan materi yang akan


(25)

disampaikan yakni kalor dan perpindahannya. Setelah observasi terhadap sekolah yang bersangkutan, diperoleh hasil yang menunjukkan adanya dua sekolah yang terdapat mahasiswa calon guru IPA mengajar kelas VII pada materi kalor dan perpindahannya. Setelah itu, dilanjutkan dengan perizinan terhadap dosen pembimbing PPL yang bersangkutan, guru pamong dan sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian.

3. Menelaah Kurikulum

Telaah kurikulum dilakukan terkait dengan kurikulum yang digunakan di sekolah tempat PPL partisipan. Telaah kurikulum yang dilakukan terkait dengan urutan pelaksanaan pembelajaran materi kalor dan perpindahannya yang akan dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian. Telaah kurikulum dilakukan dengan cara menelaah kompetensi dasar yang terdapat dalam silabus.

4. Pengumpulan Data Kemampuan PCK Calon Guru

Pengumpulan data terhadap calon guru yang dilakukan dalam penelitian dilakukan sebanyak tiga tahapan. Tahapan pertama sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan mengumpulkan data berupa peta konsep, CoRe dan RPP. Tahapan kedua selama pelaksanaan pembelajaran dengan mengumpulkan data melalui observasi. Tahapan ketiga setelah pelaksanaan pembelajaran dengan mengumpulkan data berupa PaP-eRs. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Pengumpulan data kemampuan PCK calon guru

Tahap Pengumpulan

Data

Data yang

dikumpulkan Strategi Pengumpulan Data Sebelum

pelaksanaan pembelajaran

Representasi konten

Calon guru melengkapi peta konsep dengan konsep, kata penghubung dan contoh pada bagan peta konsep yang sudah tersedia. Calon guru melengkapi peta konsep di rumah dan diberi waktu 2-3 hari.

Representasi konten yang diintegrasikan dengan pedagogi

Calon guru mengisi CoRe pada format CoRe yang diadopsi dan diadaptasi dari Loughran terdiri dari sebelas komponen. Pengisian CoRe dilakukan di rumah dan diberi waktu 4-5 hari.

Melakukan wawancara kepada calon guru terkait CoRe yang dihasilkan.

Representasi konten dan pedagogi

Calon guru membuat RPP sebelum pelaksanaan pembelajaran.


(26)

Tahap Pengumpulan

Data

Data yang

dikumpulkan Strategi Pengumpulan Data Ketika

melaksanakan pembelajaran

Keterlaksanan perencanaan pembelajaran yang telah dibuat dalam CoRe dan RPP

Ketika calon guru melakukan praktik mengajar dilakukan observasi dengan

menggunakan lembar observasi dan mencatat keterlaksanaan perencanaan pembelajaran dan merekam pelaksanaan pembelajaran melalui video rekaman. Observasi dilakukan oleh observer yang terdiri dari peneliti sendiri dan rekan lain yang memiliki latar belakang pendidikan. Observasi tidak selalu dilakukan oleh orang yang sama pada setiap pertemuan pembelajaran. Dengan demikian, pada setiap akan melaksanakan observasi selalu

dilakukan persamaan persepsi terkait dengan kegiatan pembelajaran yang akan

dilaksanakan sehingga mengurangi bias dalam penelitian.

Setelah melaksanakan pembelajaran

Representasi pedagogi

Calon guru membuat narasi keterlaksanan pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai refleksi pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk PaP-eRs berdasarkan video rekaman pelaksanaan pembelajaran. Pembuatan PaP-eRs dilakukan di rumah dan diberi waktu satu minggu setelah pelaksanaan

pembelajaran.

Melakukan wawancara terkait PaP-eRs yang dibuat oleh calon guru

Adapun alur prosedur yang dilakukan sebagai proses penelitian secara rinci dapat diungkapkan dalam bentuk bagan seperti pada Gambar 3.1.


(27)

Gambar 3.1. Bagan alur penelitian

Observasi Selama Pelaksanaan Pembelajaran Kalor dan Perpindahannya

Pengumpulan Data Studi Pendahuluan

Telaah Kurikulum

Pembuatan Instrumen

Validasi Instrumen

Menganalisis Data Penelitian

1. Format analisis peta konsep 2. Format analisis CoRe 3. Format analisis PaP-eRs

4. Format analisis RPP

1. Peta Konsep 2. CoRe

3. RPP

Video rekaman dan lembar observasi

Setelah Pelaksanaan Pembelajaran

Kalor dan Perpindahannya PaP-eRs

1. Analisis peta konsep 2. Analisis CoRe

3. Analisis RPP 4. Hasil Observasi 5. Analisis PaP-eRs Sebelum Pelaksanaan Pembelajaran

Kalor dan perpindahannya


(28)

D. Dokumen Pengumpul Data Penelitian

Dokumen yang dijadikan sebagai data penelitian terdiri dari peta konsep, CoRe, RPP, lembar observasi dan PaP-eRs. Secara rinci hubungan antara data yang diperlukan, sumber data, instrument penelitian, teknik pengumpulan data dan teknis analisis data diungkapkan dalam Tabel 3.8.

1. Dokumen CoRe dan PaP-eRs

Dokumen yang digunakan untuk memotret kemampuan PCK calon guru merupakan dokumen berupa format CoRe dan PaP-eRs. ... developed a format

that captures important aspects of successful science teachers’ knowledge of science subject matter knowledge and pedagogy. This particular PCK format is made up of two elements. The first element is what we have called a CoRe (Content Representation) … The second element is what we have called PaP-eRs (Pedagogical and Professional–experience Repertoires)…. (Loughran et al.,

2012).

Berdasarkan pernyataan Loughran, dapat dikatakan bahwa untuk memotret aspek penting dari pengetahun guru sains terhadap konten materi pelajaran dan pedagogi dapat menggunakan dua format yakni Content Representation (CoRe) dan Pedagogical and Profesional-experience Repertories (PaP-eRs). Oleh karena itu, digunakan format CoRe dan pembuatan PaP-eRs oleh calon guru untuk memotret kemampuan PCK pada calon guru.

CoRe merupakan sebuah format yang memberikan tinjauan bagaimana guru membuat konsep dari konten materi pelajaran tertentu. CoRe dikembangkan dari jawaban guru yang berpikir tentang sebuah “Ide Besar” dikaitkan dengan cara mengajar untuk sebuah topik untuk tingkat tertentu berdasarkan pengalaman mereka dalam mengajar topik itu (Loughran, et al., 2012). Dalam penelitian ini peneliti menyebut “Ide Besar” sebagai “Ide Pokok”. Pengalaman mengajar seorang guru dalam topik tertentu dapat diidentifikasi menggunakan CoRe melalui beberapa aspek.

Komponen penting yang dikembangkan dalam format CoRe untuk memotret kemampuan PCK calon guru adalah ide pokok dari sebuah topik materi. Untuk setiap ide pokok calon guru diminta untuk menjawab pertanyaan berikut


(29)

konsep yang dikuasai siswa terkait ide pokok yang dimunculkan, mengapa penting bagi siswa untuk memahami ide pokok yang dimunculkan, apa saja yang Anda ketahui dari ide ini tetapi tidak diberikan kepada siswa, kesulitan atau keterbatasan yang berhubungan dengan mengajar ide pokok yang dimunculkan, pengetahuan tentang pemikiran siswa yang mempengaruhi pembelajaran dalam ide pokok yang dimunculkan, faktor lain yang mempengaruhi pembelajaran Anda terkait ide pokok yang dimunculkan, prosedur mengajar, cara spesifik dalam memastikan pemahaman siswa atau kebingungan dalam ide pokok yang dimunculkan.

Sembilan komponen yang terdapat dalam CoRe yang diungkapkan Loughran, et al. (2012) seperti pada uraian berikut.

1) Ide besar

Ide besar atau ide pokok yang diungkapkan oleh calon guru merupakan gambaran ide pokok sains yang guru perlihatkan sebagai konsep penting untuk dipahami siswa dalam topik tertentu. Jumlah ide besar tidak ditentukan secara khusus, namun biasanya guru memunculkan ide besar sebanyak 5-8 ide besar. Jika terlalu banyak ide besar yang dimunculkan oleh calon guru maka akan banyak gagasan yang harus dicakup dalam ide besar tunggal. Banyaknya gagasan yang muncul menunjukkan bahwa topik utama dapat menjadi terpisah-pisah sehingga informasi dari ide besar tidak akan tersampaikan.

2) Konsep apa yang harus dikuasai oleh siswa terkait ide pokok yang dimunculkan

Pertanyaan pertama ini mulai membuka pengetahuan calon guru sains terkait dengan konten. Calon guru mengungkapakan terkait dengan konsep dari ide pokok yang harus dikuasai siswa sesuai dengan kompetensi pada kurikulum. 3) Mengapa penting bagi peserta didik untuk mengetahui ide pokok yang

dimunculkan

Dalam sebuah kurikulum pembelajaran terdapat tujuan-tujuan pembelajaran yang perlu diputuskan oleh calon guru apakah sudah sesuai dengan konsep yang diajarkan atau belum. Melalui alasan mengapa konsep itu penting diajarkan kepada siswa, hal tersebut berhubungan dengan tujuan kurikulum pembelajaran.


(30)

4) Apa saja yang Anda ketahui dari ide pokok yang dimunculkan tetapi belum saatnya diberikan kepada peserta didik

Pertanyaan ini meminta calon guru untuk membuat keputusan tentang konsep yang diperlukan dan tidak diperlukan oleh peserta didik, terkait dengan kemampuan peserta didik dalam mengembangkan dan meningkatkan pemahaman mereka terahadap konsep topik tertentu. Dengan kata lain, melalui pertanyaan ini calon guru menentukan batasan materi yang dapat dijadikan sebagai materi cadangan dalam pembelajaran.

5) Kesulitan atau keterbatasan dalam mengajarkan ide pokok yang dimunculkan Guru ahli sains menggunakan pengetahuan ini sebagai informasi untuk membentuk cara guru mengajar konsep dan topik tertentu. Tanpa aspek ini PCK hanya sebagai penambahan konten baru dalam pembelajaran tanpa memperhatikan apakah peserta didik memahami konten atau tidak, sehingga tidak sesuai dengan pandangan konstruktivisme pembelajaran.

6) Pengetahuan tentang pemikiran peserta didik yang mempengaruhi pembelajaran terkait ide pokok yang dimunculkan

Komponen ini penting untuk membantu guru dalam membuat secara eksplisit apa yang guru telah ketahui melalui pengalaman mereka dalam mengajar topik tertentu, dan bagaimana pengetahuan itu mempengaruhi pemikiran tentang mengajar mereka. Untuk calon guru, pengetahuan tentang pemikiran peserta didik yang mempengaruhi pembelajaran dapat diperoleh berdasarkan konsep-konsep terkait ide pokok yang sering muncul dikehidupan sehari-hari. Calon guru sains menghubungkan konsep dari ide pokok yang telah dibuat dengan konsep yang sudah ada dalam pemikiran peserta didik.

7) Faktor lain yang mempengaruhi pembelajaran Anda terkait ide pokok yang dimunculkan

Komponen ini bertujuan untuk membuka pengetahuan kontekstual calon guru tentang peserta didik sebagai pengetahuan pedagogi. Pengetahuan pedagogi ini digunakan dalam rangka mengkaji bagaimana pengaruh pengetahuan pedagogi calon guru terhadap pendekatan dan konstruksi belajar.

8) Prosedur mengajar seperti apa yang akan Anda gunakan untuk ide pokok yang dimunculkan


(31)

Prosedur mengajar penting dalam membedakan antara komponen yang berbeda dari perencanaan dan pengajaran dalam setiap materi pelajaran. Prosedur mengajar merupakan komponen yang penting dalam PCK, karena keahlian dalam memilih prosedur mengajar yang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan, dan tidak hanya mengetahui bagaimana menggunakannya, tetapi juga mengetahui mengapa diubah keadaannya, serta mampu menyesuaikan pembelajaran dengan waktu yang telah disediakan merupakan ciri dari sebuah keahlian yang berasal dari pengalaman.

9) Bagaimana cara spesifik dalam memastikan pemahaman peserta didik atau kebingungan dalam ide pokok ini

Komponen ini digunakan untuk mengkaji bagaimana cara guru dalam memonitor pemahaman dan progress peserta didik terkait dengan cara mengajar guru itu sendiri. Hal ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan perspektif yang berbeda dalam efektifitas mengajar serta penyesuaian pemikiran tentang situasi yang sama atau serupa di masa depan.

Sembilan komponen CoRe yang telah dijelaskan merupakan komponen CoRe yang diadopsi dari Loughran, untuk penelitian ini komponen CoRe ditambahkan dengan dua komponen yakni identitas pelajaran dan media yang digunakan untuk mengajar ide pokok. Ditambahkannya dua komponen tersebut dikarenakan masih adanya keterkaitan antara identitas pelajaran dan media yang digunakan untuk mengajar ide pokok dengan kemampuan PCK calon guru. Dua komponen tambahan dalam CoRe dijelaskan sebagai berikut.

a. Identitas Pelajaran

Komponen ini digunakan untuk memotret kemampuan calon guru dalam menentukan tingkatan siswa yang sesuai dengan perencanaan pembelajaran dalam CoRe. Dengan demikian, melalui penulisan identitas pelajaran calon guru memahami tingkat kemampuan peserta didik.

b. Media yang digunakan untuk mengajar ide pokok

Komponen ini digunakan untuk memotret kemampuan calon guru terkait dengan media yang tepat digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan konten, kemampuan peserta didik serta, alokasi waktu dalam pembelajaran, dan prosedur pembelajaran. Dengan menentukan media yang digunakan untuk mengajar ide


(32)

pokok calon guru dapat memahami kemampuan peserta didik dalam menerima konsep yang disampaikan.

Dengan ditambahkannya dua komponen dalam format CoRe maka format CoRe yang digunakan merupakan hasil dari adopsi dan adaptasi dari Loughran. Selain penambahan komponen, format CoRe yang digunakan diubah untuk mempermudah partisipan dalam menjawab pertanyaan CoRe. CoRe yang diberikan kepada calon guru berupa format yang terdiri atas kolom pada sumbu vertikal dan baris pada sumbu horizontal. Pada sumbu vertikal calon guru harus mengisi dengan ide-ide pokok sebuah topik pelajaran yang disampaikan. Pada sumbu horizontal calon guru harus menjawab pertanyaan berupa hal-hal yang berhubungan dengan tingkat kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan ide besar yang telah ditulis pada sumbu vertikal (Nillson and Loughran, 2012). Format CoRe yang merupakan diadopsi dari Loughran dapat dilihat pada Tabel 3.2. Sementara format CoRe yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Lampiran A.2. halaman 144.

CoRe dijadikan sebagai bahan persiapan dalam mengajar bagi partisipan. CoRe bagi peneliti dijadikan sebagai alat untuk melihat bagaimana persiapan mahasiswa calon guru dalam menyiapkan tujuan materi, strategi penyampaian materi yang akan diberikan kepada siswa dan penilaian terhadap kemampuan siswa. Topik pelajaran yang akan disampaikan dalam penelitian ini adalah konsep kalor dan penerapannya dalam menjaga kestabilan suhu tubuh.

Tabel 3.2. Format CoRe yang diadopsi dari Loughran, et al. (2012)

Komponen CoRe

Topik Sains/ Konsep Sains Ide Pokok

A B C D E

Konsep seperti apa yang ingin Anda sampaikan kepada siswa terkait ide pokok ini Mengapa penting bagi siswa untuk

mengetahui ide ini?

Apa saja yang Anda ketahui dari ide ini tetapi tidak diberikan kepada siswa?

Kesulitan atau keterbatasan apa yang berhubungan dengan ide ini?

Apa saja pengetahuan tentang pemikiran siswa yang mempengaruhi pembelajaran dalam ide ini?


(33)

Komponen CoRe

Topik Sains/ Konsep Sains Ide Pokok

A B C D E

Faktor apa saja yang mempengaruhi pembelajaran Anda dalam ide ini? Prosedur mengajar seperti apa yang akan digunakan untuk mengajar ide ini?

Bagaimanan cara spesifik dalam memastikan pemahaman siswa atau kebingungan dalam ide ini?

Delapan komponen CoRe yang diadopsi dari Loughran dan dua komponen tambahan yang terdapat dalam format CoRe dapat dikelompokkan berdasarkan lima komponen PCK yang diungkapkan oleh Magnusson. Pengelompokan komponen CoRe ke dalam komponen PCK Magnusson ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Kesejalanan antara komponen PCK dengan komponen CoRe

Komponen PCK Magnusson Komponen CoRe hasil adopsi dan adaptasi dari Loughran Orientasi terhadap pengajaran sains Ide pokok, konsep yang harus dikuasai

siswa, alasan pentingnya ide pokok dimunculkan.

Pengetahuan tentang kurikulum sains Konsep yang harus dikuasai siswa, alasan pentingnya ide pokok dimunculkan, dan batasan materi.

Pengetahuan memahami kemampuan peserta didik dalam belajar sains

Pengetahuan awal siswa yang

mempengaruhi pembelajaran dan identitas pelajaran.

Pengetahuan tentang strategi pembelajaran untuk mengajar sains

Kesulitan dan keterbatasan dalam mengajar, faktor yang mempengaruhi pembelajaran, prosedur pembelajaran dan media yang digunakan untuk mengajar. Pengetahuan tentang penilaian sains Cara menilai kemampuan siswa

PaP-eRs merupakan sebuah narasi terkait dengan pelaksanaan PCK guru yang menyoroti bagian tertentu atau aspek konten materi yang diajarkan. Tujuan dari pembuatan PaP-eRs ini adalah untuk membuka pemikiran guru tentang aspek tertentu dari PCK dalam rangka mengajarkan konten tertentu dan aspek lain yang merupakan bagian dari pelaksanaan mengajar di kelas. Selain membuka pemikiran guru, PaP-eRs dapat merepresentasikan alasan guru terhadap


(34)

tindakan-tindakan sebagai guru sains dalam mengajarkan aspek yang spesifik dalam sebuah pembelajaran.

Pembuatan PaP-eRs dalam bentuk narasi bertujuan agar guru dapat mengelaborasi dan memiliki wawasan tentang interaksi setiap komponen PCK dengan cara memaknai setiap komponen PCK. Selain itu, PaP-eRs dalam bentuk narasi dijadikan sebagai bahan refleksi dari PCK yang telah dilaksanakan dalam proses pembelajaran dikelas, serta sebagai bahan pertimbangan dan pandangan calon guru untuk mengubah cara praktek mengajarnya.

Setiap calon guru memiliki pandangan atau sumber yang berbeda dalam pembuatan eRs. Sumber yang dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan PaP-eRs diantaranya adalah berdasarkan kegiatan siswa dikelas, kegiatan yang dilakukan oleh guru, wawancara, observasi kelas, pemikiran guru mengenai permasalahan konsep yang diberikan atau mengenai tujuan kurikulum. Dalam penelitian ini pembuatan PaP-eRs difokuskan pada bagaimana guru melihat situasi pembelajaran yang dilaksanakan. Dengan demikian komponen yang harus muncul dalam PaP-eRs disesuaikan dengan komponen dalam lembar observasi. Pengelompokan komponen PaP-eRs ke dalam komponen PCK Magnusson ditunjukkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Kesejalanan antara komponen PCK dengan komponen PaP-eRs

Komponen PCK

Magnusson Komponen PaP-eRs

Orientasi terhadap pengajaran sains

Menarasikan pemberian apersepsi dan motivasi serta konflik kognitif.

Pengetahuan tentang kurikulum sains

Menarasikan kegiatan inti dalam pembelajaran yang meliputi:

1. kegiatan observasi

2. kegiatan mengajukan pertanyaan 3. kegiatan menalar

4. kegiatan mencoba

5. kegiatan mengkomunikasikan

Menarasikan kegiatan penutup dalam pembelajaran yang meliputi:

1. kegiatan refleksi terkait dengan konsep yang harus dikuasai siswa.

2. kegiatan pemberian pengetahuan kekinian atau penerapan konsep terhadap kehidupan sehari-hari. 3. Informasi terkait dengan kelompok belajar individu yang paling baik.

4. Penyampaian materi yang akan dipelajari pada Pengetahuan memahami

kemampuan peserta didik dalam belajar sains

Pengetahuan tentang strategi pembelajaran untuk mengajar sains


(35)

pertemuan selanjutnya Pengetahuan tentang

penilaian sains

Menarasikan kegiatan penilaian.

Dua elemen yang memotret kemampuan PCK guru dalam mengajar materi tertentu adalah CoRe dan PaP-eRs sehingga dinamakan resource folio. CoRe dan PaP-eRs dijadikan sebagai resource folio untuk memotret PCK calon guru, karena PaP-eRs dapat mengidentifikasi sifat holistik dan kompleksitas dari PCK yang tidak mungkin hanya dengan menggunakan CoRe saja. Dokumen CoRe dan PaP-eRs yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Lampiran B.2 halaman 148 dan Lampiran B.3. halaman 163.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Kemampuan PCK seorang calon guru akan lebih terlihat ketika melakukan pelaksanaan pembelajaran. Agar pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan baik maka perlu direncanakan dengan baik pula. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan pembelajaran calon guru perlu membuat RPP. Pembuatan RPP disusun berdasarkan komponen yang terdapat dalam kurikulum yang digunakan di sekolah. Komponen RPP dalam kurikulum dijadikan sebagai aspek penilaian untuk menilai kemampuan PCK calon guru dalam mengimplementasikan kurikulum yang digunakan di sekolah. Selain itu, pembuatan RPP dalam penelitian ini digunakan sebagai indikator yang menunjukkan apakah calon guru menyadari bahwa CoRe merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran atau belum.

3. Peta Konsep

Peta konsep merupakan representasi grafis dari pengetahuan yang terdiri dari konsep dan hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya (Cañas, 2003). Terdapat beberapa karakteristik peta konsep (Cañas, 2003) yakni:

a. Konsep berada dalam kotak atau lingkaran sementara hubungan antara konsep digambarkan dengan garis dan kata-kata yang menghubungkan satu konsep dengan konsep lainnya.

b. Konsep-konsep diletakkan berdasarkan model hirarki. Konsep-konsep yang paling umum diletakan di bagian atas peta konsep sementara konsep khusus diletakan di bagian bawah.


(36)

c. Menyertakan “cross link” diantara konsep-konsep pada berbagai domain yang berbeda dalam peta konsep. Cross link menunjukkan bagaimana hubungan antara sebuah konsep dalam satu domain pengetahuan dengan konsep dalam domain lain. Contoh dalam Gambar 3.2 konsep “Perceived Regularities or

Patterns begin with Infants” yang cross link dengan “Creativity begins with

Infants”. Artinya konsep “Perceived Regularities or Patterns” dengan konsep

“Creativity” sama-sama dimulai dengan konsep “Infants”

d. Menyertakan contoh spesifik untuk setiap fenomena atau benda. Contoh dapat membantu dalam mengklarifikasi konsep. Contoh tidak ditulis dalam kotak atau lingkaran.

Dalam bidang pendidikan peta konsep dapat dijadikan sebagai alat untuk mendukung proses pembelajaran, alat penilaian setelah kegiatan pembelajaran, dan peta konsep untuk mengorganisasi dan mendeskripsikan informasi. Dalam penelitian ini peta konsep digunakan sebagai alat untuk mendukung proses pembelajaran, khususnya mengidentifikasi arah pemahaman terhadap suatu konsep materi pelajaran. Pendapat Jones, Carter & Rua (1999 dalam Cañas, 2003) menyatakan bahwa “used teachers’ pre- and post-course Concept Maps, along

with journal reflections and portfolios, to examine professional growth as a result of changes in conceptual understanding of content and pedagogical knowledge”. Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat dikatakan bahwa peta konsep dapat digunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan kriteria profesional guru yakni kemampuan PCK. Peta konsep dapat digunakan sebagai alat untuk melihat kemampuan PCK serta membantu mengilustrasikan bagaimana kemampuan PCK calon guru yang lebih dari sekedar pengetahuan konten atau pedagogik saja, karena meskipun dalam PCK sudah terdapat prosedur pembelajaran lengkap namun belum cukup untuk menangkap hal terpenting dari PCK (Loughran, et al., 2012).


(37)

Gambar 3.2. Contoh peta konsep (Cañas, 2003)

Dengan menggunakan peta konsep dapat memfokuskan pada beberapa hal penting, diantaranya pencapaian konsep, miskonsepsi dan kesulitan terkait dengan pengetahuan konten (Loughran, et al., 2012). Oleh karena itu, dalam penelitian ini partisipan mengisi bagan peta konsep yang kosong dengan konsep dan kata penghubung. Peta konsep yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran A.1 halaman 143.

4. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk memperjelas kemampuan PCK calon guru terkait pembuatan CoRe dan PaP-eRs. Kemampuan yang memperjelas PCK calon guru mencakup semua komponen dalam CoRe dan PaP-eRs. Wawancara dilaksanakan ketika muncul sesuatu yang dianggap ganjil dalam komponen CoRe dan PaP-eRs yakni ketika calon guru hanya memunculkan dua ide pokok, ketika calon guru tidak menuliskan kesulitan dalam mengajar, ketika calon guru tidak menuliskan batasan materi dan ketika calon guru hanya mendeskripsikan kegiatan yang dilaksanakan selama pembelajaran dalam PaP-eRs.

5. Hasil Observasi a. Rekaman Video


(38)

Selama proses pembelajaran dilakukan rekaman video untuk melihat apakah partisipan menerapkan CoRe dan RPP yang telah mereka buat dalam proses pembelajarannya. Dengan rekaman video dianalisis PCK pada mahasiswa calon guru secara berulang serta digunakan oleh partisipan untuk membuat refleksi pembelajaran dalam bentuk PaP-eRs.

b. Catatan lapangan

Dalam penelitian ini catatan lapangan digunakan untuk menuliskan hal-hal yang terjadi pada saat calon guru melakukan pelaksanaan pembelajaran. Catatan lapangan dibuat dalam bentuk lembar observasi. Lembar observasi dijadikan sebagai dokumen pengumpul data sekaligus alat untuk menganalisis data penelitian. Hal tersebut dikarenakan lembar observasi menganalisis kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan calon guru dengan cara menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran. Persentase yang menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran dihitung berdasarkan penskoran pada 29 komponen. Skor yang diberikan untuk setiap komponen adalah skor 1 jika terlaksana dan skor 0 jika tidak terlaksana. Persentase diperoleh berdasarkan hasil bagi antara jumlah skor yang diperoleh dibagi dengan jumlah skor maksimum yakni 29. Lembar observasi yang digunakan ditunjukkan pada Lampiran C.4. halaman 169.

E. Teknik Menganalisis Data

Instrumen yang digunakan mengolah dan menganalisis data yang terkumpul dalam penelitian ini tediri dari format analisis CoRe, format analisis PaP-eRs, format analisis peta konsep, dan format analisis RPP. Secara rinci hubungan antara data yang diperlukan, sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknis analisis data diungkapkan dalam Tabel 3.8.

1. Format Analisis Peta Konsep

Kemampuan partisipan dalam melengkapi bagan peta konsep dinilai menggunakan empat aspek yang harus ada dalam peta konsep. Empat aspek tersebut meliputi hierarki, proposisi, kaitan silang dan contoh. Setiap aspek penilaian diberikan skor mengikuti aturan Novak & Gowin yakni proposisi diberikan skor 1, hierarki diberikan skor 5, kaitan silang diberi skor 10 dan contoh diberi skor 1. Selanjutnya, penskoran untuk setiap aspek penilaian disesuaikan dengan kriteria yang telah di tentukan berdasarkan peta konsep yang dijadikan


(39)

sebagai rujukan. Peta konsep rujukan ditunjukkan pada Gambar 3.3. Skor maksimum untuk setiap aspek penilaian ditunjukkan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Skor maksimum untuk aspek penilaian peta konsep disesuaikan dengan peta konsep rujukan

Aspek Penilaian Jumlah Sesuai Peta Konsep Rujukan

Skor menurut Novak & Gowin

(1984)

Skor Maksimum

Hierarki 4 5 20

Proposisi 9 1 9

Kaitan Silang 4 10 40

Contoh 4 1 4

Kemampuan calon guru dalam menyusun peta konsep ditunjukkan dalam bentuk persentase. Perhitungan persentase pada setiap aspek penilaian peta konsep dilakukan dengan menggunakan persamaan 3.1. Format analisis peta konsep dapat dilihat pada Lampiran C.1 halaman 164.

Persentase kemampuan calon guru dalam mengisi peta konsep ditentukan dengan persamaan 3.1.

... (Persamaan 3.1)


(40)

46

Kalor Kapasitas Kalor Laten

Dimiliki benda dalam Berpindah secara

Perubahan suhu

Perubahan wujud

melebur menguap

Energi

Digunakan untuk

Kayu, plastik Logam

Konduks Merambat

Benda Padat

Konduktor Isolator

Contoh Contoh

Berpindah melalui

Konveksi Radias

deposisi membeku mengembu menyublim

Pancaran sinar matahari yang diserap tubuh Angin darat

dan angin laut

Fluida Gelomban Berupa proses

Contoh Merambat dalam bentuk

Contoh Jenisnya

Dipengaruhi oleh

Dipengaruhi oleh

Proposisi : 9 x 1 = 9 (ditunjukkan dengan jumlah kata penghubung yang menghubungkan setiap konsep)

Kaitan Silang : 4 x 10 = 40 (ditunjukkan dengan jumlah kata penghubung yang menghubungkan dua konsep dari domain yang berbeda) Hierarki : 4 x 5 = 20 (ditunjukkan dengan jumlah warna kotak setelah konsep kalor)

Contoh : 4 x 1 = 4


(41)

2. Format Analisis CoRe

Dokumen CoRe dianalisis menggunakan penskoran berdasarkan 11 komponen yang diapdopsi dan adaptasi dari Loughran. Analisis dilakukan dengan cara penskoran pada setiap komponen yang diuraikan oleh calon guru. Penskoran yang diberikan antara 0-3 untuk setiap komponen yang diuraikan oleh calon guru. Kriteria penskoran 0-3 dapat dilihat pada Tabel 3.6. Setelah itu, jumlah skor yang diperoleh calon guru dari setiap komponen, dibagi dengan skor maksimum yakni 33 kemudian dikalikan dengan 100%.

Tabel 3.6. Kriteria penskoran komponen CoRe

Skor Kriteria

0 Tidak mengisi sama sekali

1 Ada tetapi belum benar/ logis

2 Ada dan hampir sepenuhnya benar/logis

3 Ada dan sepenuhnya benar/ logis

Kemampuan calon guru dalam menyusun CoRe ditunjukkan dalam bentuk persentase. Perhitungan persentase dilakukan dengan menggunakan persamaan 3.2. Format analisis CoRe secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C.2. halaman 165.

... (Persamaan 3.2) 3. Format Analisis RPP

Analisis terhadap dokumen RPP dilakukan dengan menggunakan format analisis RPP. Analisis dilakukan dengan cara penskoran terhadap 11 komponen yang terdapat dalam RPP calon guru. Penskoran yang diberikan antara rentang 1-4 untuk setiap komponen RPP yang diuraikan oleh calon guru. Kriteria penskoran 1-4 dicantumkan pada rubrik penskoran yang dilampirkan pada Lampiran C.4. Setelah itu, skor yang diperoleh calon guru dari setiap komponen dijumlahkan kemudian dibagi dengan skor maksimum yakni 44. Kemampuan PCK calon guru dalam menyusun RPP ditunjukkan dalam bentuk persentase. Perhitungan persentase ditentukan dengan persamaan 3.3 dan format analisis RPP secara lengkap dilampirkan pada Lampiran C.3. halaman 166.


(42)

4. Format Analisis PaP-eRs

Dokumen PaP-eRs dianalisis menggunakan penskoran berdasarkan 13 komponen PaP-eRs yang disesuaikan dengan lembar observasi. Analisis dilakukan dengan cara penskoran pada setiap komponen yang dinarasikan oleh calon guru. Penskoran yang diberikan antara 0-3 untuk setiap komponen yang dinarasikan oleh calon guru. Kriteria penskoran 0-3 ditunjukkan pada Tabel 3.7. Setelah penskoran terhadap setiap komponen selanjutnya dilakukan penjumlahan skor dari setiap komponen kemudian jumlah skor yang diperoleh calon guru dibagi dengan skor maksimum yakni 39.

Tabel 3.7. Kriteria penskoran komponen PaP-eRs

Skor Kriteria

0 Tidak mengisi sama sekali

1 Ada tetapi belum benar/ logis

2 Ada dan hampir sepenuhnya benar/logis

3 Ada dan sepenuhnya benar/ logis

Kemampuan PCK calon guru merefleksi pembelajaran dalam bentuk narasi ditunjukkan dengan persentase. Besar persentase ditentukan dengan persamaan 3.4. Format analisis PaP-eRs secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C.5 halaman 170.

... (Persamaan 3.4) F. Hubungan Antara Data yang Diperlukan, Sumber Data, Instrumen Penelitian,

Teknik Pengumpulan Data dan Teknis Analisis Data

Dokumen berupa peta konsep, CoRe, RPP, lembar observasi dan PaP-eRs dianalisis dengan menggunakan penskoran. Secara rinci hubungan antara data yang diperlukan, sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknis analisis data diungkapkan dalam Tabel 3.8.


(43)

Tabel 3.8. Hubungan antara data yang diperlukan, sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknis analisis data

No Data Sumber

Data

Format

analisis Teknik Mengumpulkan Data Teknik Analisis Data

1. Profil kemampuan PCK calon guru dalam merencana-kan pembelajaran melalui CoRe. Mahasiswa calon guru, dokumen peta konsep dan dokumen CoRe. Format analisis peta konsep dan format analisis CoRe.

1) Calon guru mengisi bagan peta konsep yang masih kosong dengan konsep, kata penghubung dan contoh.

2) Calon guru mengisi CoRe pada format CoRe yang diadopsi dan diadaptasi dari Loughran terdiri dari 11 komponen. Pengisian CoRe dilakukan di rumah dan diberi waktu 4-5 hari.

1) Analisis peta konsep dilakukan dengan menggunakan penskoran pada setiap aspek peta konsep mengikuti aturan penskoran Novak dan Gowin (1984) yang kemudian disesuaikan dengan peta konsep rujukan. Skor yang diperoleh pada setiap aspek kemudian diubah dalam bentuk persentase.

2) Analisis dengan cara penskoran pada 11 komponen CoRe dengan skor maksimum untuk setiap komponen adalah 3. Jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan skor

maksimum yang kemudian diubah dalam bentuk persentase.

2. Profil kemampuan PCK calon guru dalam merefleksi pembelajaran melalui PaP-eRs. Mahasiswa calon guru, dokumen PaP-eRs dan observasi. Lembar observasi dan format analisis PaP-eRs.

1) Ketika calon guru melakukan praktik mengajar dilakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi dan merekam pelaksanaan pembelajaran melalui video rekaman. 2) Calon guru membuat narasi keterlaksanan

pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai refleksi pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk PaP-eRs berdasarkan video rekaman pelaksanaan pembelajaran. Pembuatan PaP-eRs dilakukan di rumah dan diberi waktu satu minggu setelah pelaksanaan pembelajaran.

1) Analisis dengan cara penskoran pada 13 komponen PaP-eRs yang setiap komponen bernilai maksimum 3. Setelah itu, untuk menunjukkan kemampuan calon guru dalam membuat PaP-eRs jumlah skor yang diperoleh calon guru dibagi dengan jumlah skor maksimum yang kemudian diubah dalam bentuk persentase.

2) Analisis hasil observasi dengan menghitung persentase


(44)

No Data Sumber Data

Format

analisis Teknik Mengumpulkan Data Teknik Analisis Data

keterlaksanaan. 3. Kemampuan

PCK calon guru dalam mengimplem entasi-kan kurikulum Mahasiswa calon guru yang sedang melaksanak an pembelajar an dan dokumen RPP Format analisis RPP dan lembar observasi

1) Calon guru membuat RPP sebelum pelaksanaan pembelajaran.

2) Ketika calon guru melakukan praktik mengajar dilakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi dan merekam pelaksanaan pembelajaran melalui video rekaman.

Analisis dengan cara penskoran pada 11 komponen RPP dan setiap komponen diberikan skor maksimum 4. Kemampuan calon guru dalam menyusun RPP

ditunjukkan dalam bentuk persentase hasil bagi antara jumlah skor yang diperoleh calon guru dengan jumloh skor

maksimum. Keterlaksanaan pembelajaran pada lembar observasi dihitung dalam bentuk persentase.

4. Alasan berkaitan dengan CoRe dan PaP-eRs yang dihasilkan Mahasiswa calon guru dan dokumen wawancara Pedoman wawancara.

Wawancara dilaksanakan ketika muncul keganjilan dalam CoRe atau PaP-eRs yang dihasilkan.

Analisis hasil wawancara dengan menggunakan pengkodean.


(45)

G. Hasil Validasi Instrumen

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian berupa format analisis CoRe, format analisis PaP-eRs, lembar observasi dan format analisis RPP, telah divalidasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Validasi instrumen penelitian dilakukan oleh tiga orang ahli dalam pendidikan. Rekapitulasi hasil validasi dari tiga ahli sebagai penimbang dalam validasi instrumen ditunjukkan dalam Tabel 3.9., Tabel 3.10., Tabel 3.11., dan Tabel 3.12. Saran-saran yang diberikan oleh penimbang, peneliti pertimbangkan kembali apakah instrumen direvisi atau tidak, sementara jika ketiga penimbang menyatakan bahwa aspek pada instrumen sudah sesuai maka tidak dilakukan revisi terhadap aspek tersebut.

Tabel 3.9. Rekapitulasi hasil validasi format analisis CoRe

No Aspek yang dianalisis

Hasil Validasi

Penimbang 1 Penimbang 2 Penimbang 3 1 Identitas mata

pelajaran √

Kurang sesuai

2

Pernyataan tentang konsep yang harus dikuasai siswa tentang ide pokok yang dimunculkan.

Saran: Yang akan disampaikan oleh calon guru atau yang akan dikuasai siswa? (Konsep tidak disampaikan calon guru, tetapi dikuasai siswa melalui serangkaian kegiatan) Saran: Tambahkan aspek yang dianalisis dengan pernyataan ide pokok dari konsep sains yang

diajarkan

3

Pernyataan tentang pentingnya ide pokok

dipahami oleh siswa √

Saran: Tambahkan aspek yang dianalisisi dengan konsep esensial √ 4

Pernyataan tentang ide terkait konsep yang disampaikan diketahui oleh calon guru tapi belum saatnya diketahui oleh siswa


(46)

No Aspek yang dianalisis

Hasil Validasi

Penimbang 1 Penimbang 2 Penimbang 3

5

Pernyataan tentang kesulitan atau keterbatasan dalam mengajarkan ide pokok yang dimunculkan

√ √ √

6

Pernyataan tentang pengetahuan siswa yang mempengaruhi pembelajaran dalam ide pokok

√ √ √

7

Pernyataan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi calon guru dalam

mengajarkan ide pokok yang dimunculkan

√ √ √

8

Pernyataan tentang prosedur mengajar yang calon guru buat berkaitan dengan ide pokok yang

dimunculkan

√ √ √

9 Pernyataan terkait IT/

media yang digunakan √ √ √

10

Pernyataan tentang cara spesifik dalam memastikan

pemahaman siswa atau kebingungan dalam ide pokok yang dimunculkan

√ √ √

Berdasarkan rekapitulasi hasil validasi dari tiga orang penimbang, format analisis CoRe direvisi pada poin 2 saja. Perbaikan pada poin 2 didasarkan pada saran dari penimbang 1 dan penimbang 2, serta mengkaji kembali format CoRe berdasarkan literatur. Pada format CoRe terdapat komponen terkait ide pokok yang akan disampaikan oleh calon guru kepada peserta didik sehingga perlu dicantumkan dalam format analisis CoRe. Hal tersebut sesuai dengan saran


(1)

menutup pembelajaran kemampuan calon guru dalam kegiatan merefleksi pembelajaran belum nampak.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan memiliki beberapa keterbatasan diantaranya sebagai berikut:

1. Setiap dokumen pengumpul data seperti peta konsep, CoRe, RPP, Hasil Observasi, dan PaP-eRs dianalisis secara terpisah tidak dianalisis keterkaitan antara data dari satu dokumen dengan data dari dokumen lainnya.

2. Kemampuan PCK calon guru partisipan dalam mengimplementasikan kurikulum melalui pelaksanaan pembelajaran hanya ditinjau berdasarkan kemampuan calon gurunya saja. Pemahaman siswa yang berhubungan dengan kemampuan PCK calon guru kurang diungkapkan secara jelas dan rinci. 3. Penyusunan peta konsep, CoRe, RPP dan PaP-eRs dijadikan sebagai tugas

dirumah sehingga cukup sulit untuk memastikan bahwa hasil tersebut merupaka hasil dari setiap individu calon guru partisipan.

4. Peta konsep yang ditugaskan kepada calon guru partisipan sudah dalam bentuk bagan sehingga terlalu kaku bagi calon guru dalam menyusun peta konsep tersebut.

C. Saran

Beberapa saran diajukan terkait dengan penelitian yang telah dilakukan, diantaranya sebagai berikut:

1. Kemampuan PCK mahasiswa calon guru bukan kemampuan yang dapat dilatihkan hanya dengan waktu singkat. Program pengalaman lapangan pun belum menjadi jaminan bahwa calon guru dapat memiliki keahlian dalam mengajar. Oleh karena itu, akan lebih baik jika dilakukan program berkelanjutan agar kemampuan calon guru dalam mengajar lebih terasah terutama dalam perkuliahan.

2. Terkait dengan dokumen yang digunakan sebagai pengumpul data yakni CoRe dan PaP-eRs yang baru dikenal oleh calon guru sehingga melengkapi CoRe dan membuat PaP-eRs belum maksimal. Oleh karena itu, jika akan dilakukan


(2)

138

Suci Nurmatin , 2015

ANALISIS KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) CALON GURU PADA MATERI KALOR DAN PERPINDAHANNYA MELALUI PENGGUNAAN CORE DAN PAP-ERS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian lebih lanjut akan lebih baik jika dilakukan pelatihan terlebih dahulu agar diperoleh kompetensi yang lebih spesifik.

3. Penelitian yang telah dilakukan hanya menganalisis terkait kemampuan PCK pada calon guru yang melaksanakan PPL saja. Hal tersebut memberikan ide penelitian selanjutnya untuk menganalisis pengaruh peran guru pembina PPL, dosen pembimbing atau kurikulum yang digunakan di sekolah terhadap kemampuan PCK calon guru.

4. Terkait dengan format analisis yang digunakan. Jika akan dilakukan penelitian sejenis lebih lanjut maka akan lebih baik jika format analisis di validasi oleh guru yang telah berpengalaman.

5. Penelitian yang dilakukan hanya menganalisis kemampuan PCK calon guru dalam melaksanakan pembelajaran berdasarkan kemampuan calon guru dalam menyampaikan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, jika akan dilakukan penelitian lebih lanjut akan lebih baik jika dianalisis pula kemampuan pemahaman siswa setelah calon guru yang bersangkutan melaksanakan pembelajaran.


(3)

Suci Nurmatin , 2015

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, S. (Tanpa Tahun). Sudahkah Calon Guru Biologi Merencanakan Pembelajaran Biologi yang Sesuai dengan Hakikat Sains?. Jurusan Pendidikan Biologi-FPMIPA UPI.

Anwar, Y., Rustaman, N. Y., & Widodo, A. (2012). Kemampuan Subject Specific Pedagogy Calon Guru Biologi Peserta Program Pendidikan Profesional Guru (PPG) Yang Berlatar Belakang Basic Sains Pra Dan Post Workshop. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia 2: 157-162.

Ausubel, D.P. (1998). Ausubel's Learning Theory: An approach to Teaching Higher Order Thinking Skills. High School Journal82.1 : p35(1).

Cresswel, J.W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Boston: Pearson. Ball, D. L., Thames, M. H., & Phelps, G. (Tanpa Tahun) Content Knowledge for

Teaching: What Makes It Special?.

Bertram, A., & Loughran, J. (2012). Science Teachers’ Views on CoRes and PaP -eRs as a Framework for Articulating and Developing Pedagogical Content Knowledge. Research Science Education. 42:1027–1047 DOI 10.1007/s11165-011-9227-4

Brown, P., Friedrichsen, P. & Abell, S. (2013). The Development of Prospective Secondary Biology Teachers PCK. Journal Science Teacher Education. 24: 133-135. DOI 10-1007/s10972-012-9312-1

Cañas, J. A. (2003). A Summary of Literature Pertaining to the Use of Concept Mapping Techniques and Technologies for Education and Performance Support. Pensacola FL 32500: The Institute for Human and Machine Cognition

Etkina, E. (2010). Pedagogical Content Knowledge and Preparation of High School Physics Teachers. Physical Review Special Topics - Physics Education Research 6, 020110 (2010)

Hamidah, D., Rustaman, N.Y., & Mariana, M.A., (2011) Pengembangan Profesional Guru Biologi SMA melalui Penerapan Pedagogical Content Knowledge (PCK) pada Materi Genetika. Jurnal Pendidikan MIPA. 12, (2), Oktober 2011

Hanuscin, D.L. (2013). Critical Incidents in the Development of Pedagogical Content Knowledge for Teaching the Nature of Science: A Prospective

Elementary Teacher’s Journey. Journal Science Teacher Education. 24: 933-956. DOI. 10.1007/s10972-013-9341-4


(4)

140

Suci Nurmatin , 2015

ANALISIS KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) CALON GURU PADA MATERI KALOR DAN PERPINDAHANNYA MELALUI PENGGUNAAN CORE DAN PAP-ERS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hewitt, P.G. (1993). Conceptual Physics Seven Edition. New York: Harper Collins

Hume, A. (2010). CoRes as Tools for Promoting Pedagogical Content Knowledge of Novice Science Teachers. Chemistry Education in New Zealand May 2010

Hume, A., & Berry, A. (2011). Constructing CoRes – a Strategy for Building PCK in Pre-service Science Teacher Education. Research Science Education. 41: 341-355. DOI 10.1007/s11165-010-9168

Kaniawati, I., Utari, S., & Suyana, I. (2007). Profil Kemampuan Mengajar Calon Guru Fisika Dalam Program Pengalaman Lapangan (PPL). Jurnal Pengajaran MIPA. 10 (2), Desember 2007

Kaya, O.N. (2009). The Nature of Relationships among the Components of Pedagogical Content Knowledge of Preservice Science Teachers:

‘Ozone layer depletion’as an example. International Journal of Science

Education. 31 (7), 1 May 2009, pp. 961–988. DOI:

10.1080/09500690801911326

Limba, A. (2014). Model Penyiapan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Calon Guru untuk Meningkatkan Kemampuan Merancang dan Mengimplementasikan Pengajaran Fisika. Disertasi Doktor. UPI Bandung: Sekolah Pasca Sarjana.

Loughran, J., Berry, A & Mulhall, P. (2012). Understanding and Developing

Science Teachers’ Pedagogical Content Knowledge. Rotterdam: Sense

Publishers.

Magnusson, S., & Krajcik, J. S. (1993). Teacher Knowledge And Representation Of Content In Instruction About Heat Energy And Temperature. National Asociation for Research in Science Teaching

Menteri Pendidikan Nasional. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetisi Guru. Jakarta: Departemen Pendidikan

Mulhall, P, Berry, A, & Loughran, J. (2003). Frameworks For Representing Science Teachers' Pedagogical Content Knowledge. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, 4(2), Article 2, p.1 Dec., 2003

Nilsson, P., & Loughran, J. (2012). Exploring the Development of Pre-Service Sciene Ementary Teacher Pedagogical Content Knowladge. Journal Science Teacher Education. 23: 699-721. DOI 10.1007/s10972-011-9239-y


(5)

Novak, J. D., & Gowin, D. B. (1984). Learning how to learn. New York: Cambridge University Press.

NSTA. (2003). Standards for Science Teacher Preparation. National Science Teachers Association.

Nurmatin, S., & Rustaman. N.Y. (2015). Potret Kemampuan Subject Spesific

Pedagogical Content Knowledge Calon Guru Sains dalam

Merencanakan Pembelajaran Melalui Pembuatan CoRe. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia 4 (1) 60-66.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan No 65 Tahun 2013. (2013). Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah Jakarta: Depdikbud.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan No 68 Tahun 2013. (2013). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum. Jakarta: Depdikbud.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Jakarta: Depdikbud.

Rozenszajn, R., & Yarden, A. (2014). Expansion of Biology Teachers’

Pedagogical Content Knowledge (PCK) During a Long-Term Professional Development Program. Research in Science Education. 44: 189-213. DOI 10.1002/s11165-013-9378-6.

Seung, E., Bryan, L.A., & Haugan, P. M. (2012). Examining Physics Graduate

Teaching Assisstants’ Pedagogical Content Knowledge for Teaching a

New Physics Curriculum. Journal Science Teacher Education. 23: 451-479. DOI 10.1007/s 10972-012-9279-y

Seung, E. (2012). The Process of Physics Teaching Assisstants Pedagogical Content Knowledge Development. International Journal of Science and Mathematics Education. 11: 1303-1326

Shulman, L.S. (1986). Those who understand: Knowledge growth in teaching. Educational Researcher, 15(2) Feb., 1986, pp. 4-14

Shulman, L.S.(1987). Knowledge and Teaching: Foundation of The New Reform. Harvard Educational Review. 57 (1) February 1987

Sukanti, & Sumarsih. (Tanpa Tahun). Peran Guru Bidang Studi Sebagai Pengembang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Tersedia http://staff.uny.ac.id. Diakses 30 Mei 2015


(6)

142

Suci Nurmatin , 2015

ANALISIS KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) CALON GURU PADA MATERI KALOR DAN PERPINDAHANNYA MELALUI PENGGUNAAN CORE DAN PAP-ERS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wenning, C.J. (2007). A Physics Teacher Candidate Knowledge Base. Journal Physics Teacher. Education Online, 4(3), Summer 2007. IL 61790-4560

Williams, J. (2012). Using CoRes to Develop the Pedagogical Content Knowledge (PCK) of Early Career Science and Technology Teachers. Journal of Technology Education. 24(1) Fall 2012