PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU BERPENGALAMAN DAN CALON GURU BIOLOGI.

(1)

PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU

BERPENGALAMAN DAN CALON GURU BIOLOGI

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

LUTFIA NUR HADIYANTI 1201429

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK)

GURU BERPENGALAMAN DAN CALON GURU

BIOLOGI

Oleh

Lutfia Nur Hadiyanti

S.Pd Universitas Negeri Semarang, 2012

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Biologi

© Lutfia Nur Hadiyanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU BERPENGALAMAN DAN CALON GURU BIOLOGI

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I,

Dr. Phil. Ari Widodo, M.Ed.

NIP. 196705271992031001

Pembimbing II,

Dr. Diana Rochintaniawati, M. Ed.

NIP. 196709191991032001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

Dr. H. Riandi, M.Si


(4)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... Ii UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus penelitian... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) DAN KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI GURU UNTUK MENGAJARKAN SAINS ... 5

A. Kompetensi guru Biologi (IPA) ... 5

B. Pedagogical Content Knowledge (PCK) dalam pembelajaran sains ... 8

C. Pentingnya pengetahuan awal dan kemampuan dasar dalam pembelajaran sains ... 18

D. Penelitian – penelitian pendukung ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20

A. Metode dan desain penelitian ... 20

B. Tempat dan subyek penelitian ... 21

D. Definisi Operasional ... 22

E. Instrumen Penelitian ... 23


(5)

G. Teknik Pengumpulan Data ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. PCK guru berpengalaman dan calon guru Biologi dilihat dari instrumen CoRe ... 30

1. Konten yang akan diajarkan dalam pembelajaran Konsep Manusia dan Lingkungannya ... 30

2. Pentingnya Konsep dipelajari oleh peserta didik ... 35

3. Ide atau konsep terkait yang belum saatnya diketahui oleh peserta didik ... 38

4. Kesulitan yang dialami dalam mengajarkan konsep .... 40

5. Kesalahan konsep yang mungkin terjadi pada peserta didik sebelum pembelajaran dimulai ... 44

6. Faktor lain yang mempengaruhi cara guru membelajarkan konsep ... 46

7. Langkah-langkah dalam mengajarkan konsep ... 48

8. Evaluasi untuk mengetahui pemahaman peserta didik 51 9. Media pembelajaran yang digunakan dalam membelajarkan konsep ... 52

10. Cara menyiasati keterbatasan sekolah agar tujuan pembelajaran tercapai ... 54

B. Implementasi PCK guru dan calon guru dalam pembelajaran ... 57

1. Implementasi PCK G1 ... 57

2. Implementasi PCK G2 ... 60

3. Implementasi PCK M1 ... 62

4. Implementasi PCK M2 ... 65

5. Implementasi PCK M3 ... 68

6. Implementasi PCK M4 ... 70

7. Implementasi PCK M5 ... 73

C. Kaitan PCK guru dan calon guru pada implementasiya dalam pembelajaran ... 75


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Rekomendasi ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(7)

PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU

BERPENGALAMAN DAN CALON GURU BIOLOGI Oleh : Lutfia Nur Hadiyanti

ABSTRAK

PCK merupakan kemampuan guru yang terbentuk seiring waktu dan bertambahnya pengalaman mengajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui PCK guru berpengalaman dan calon guru Biologi serta implementasinya dalam pembelajaran. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah dua orang guru berpengalaman dan lima calon guru dari dua SMP yang berbeda di Kota Bandung. Guru berpengalaman dalam penelitian ini merupakan guru tersertifikasi yang berlatar belakang pendidikan Biologi dan telah mengajar sains ≥ 15 tahun pada tingkat yang sama. Sedangkan calon guru adalah mahasiswa program sarjana pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia yang sedang menjalani PLP pada semester genap 2013/2014. PCK guru dan calon guru diukur dengan instrumen CoRe pada konsep “Manusia dan Lingkungannya” pada Kompetensi Dasar (KD) 7.3 dan 7.4 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. CoRe dianalisis dengan acuan rubrik koding. Implementasi PCK dianalisis dengan software videograph dan SPSS. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa CoRe calon guru lebih detail dan lebih lengkap dibandingkan dengan guru berpengalaman berada pada kelompok atas. Sedangkan CoRe guru berpengalaman kurang detail dan berada pada kelompok tengah. Implementasi PCK calon guru lebih banyak perubahan dalam praktiknya dibandingkan dengan guru berpengalaman yang cenderung melakukan pembelajaran sesuai CoRe. Banyaknya ide besar dalam CoRe tidak selalu sebanding dengan panjangnya durasi pembelajaran karena ternyata calon guru yang memiliki ide besar paling sedikit melaksanakan durasi pembelajaran paling lama.


(8)

PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) OF EXPERIENCED AND PROSPECTIVE BIOLOGY TEACHERS

Lutfia Nur Hadiyanti ABSTRACT

PCK is the knowledge that teachers develop over time and through teaching experience. This study aims to determine the PCK of experienced and prospective Biology teachers and its implementation. The study was conducted with a qualitative approach. Participants in this study were two experienced teachers and five prospective teachers of two different junior high schools in Bandung. Experienced teachers in this study are certified teachers who were majoring in Biology and have taught sciences ≥ 15 years at the same level. While the prospective teachers are undergraduate Biology students of Indonesia University of Education whose are undergoing Professionals Teacher Training Program (PLP) in the second semester of 2013/2014 academic year. Teachers’ PCK are measured by CoRe in concept of "Human and The Environment” which are included in the basic competencies (KD) 7.3 and 7.4 in certain curriculum (KTSP). CoRe was analyzed using reference coding rubric. PCK implementation was analyzed using SPSS and videograph. Based on the analysis, it can be concluded that the prospectives Biology teachers have more detail CoRe than the experienced teachers and categorized on the top group. While CoRes of experienced teachers are less detail should be in the middle group. Implementation of prospective teachers’ PCK is more flexible in practice than the experienced teachers who tend to perform appropriate learning based on CoRe. The numbers of big ideas in the CoRes are not always comparable to the long duration of the learning.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Pedagogical Content Knowledge (PCK) merupakan perpaduan kemampuan khusus dari pengetahuan konten dan pedagogik yang terbentuk seiring dengan waktu dan bertambahnya pengalaman mengajar. PCK telah diterima sebagai konstruk akademik yang menghubungkan beberapa variabel dengan pengetahuan profesional dasar guru. Konstruk akademik PCK merupakan pengenal bahwa mengajar bukan hanyalah sekedar transfer pengetahuan dan keterampilan dari keterampilan dari guru ke peserta didik, akan tetapi lebih kompleks dari itu karena mencakup aktivitas yang kompleks dan membutuhkan berbagai keputusan dan tanggapan akan kebutuhan belajar peserta didik. PCK yang baik identik dengan guru yang efektif. Namun, guru yang efektif bukan dilahirkan, akan tetapi dibentuk melalui serangkaian proses dan waktu yang panjang untuk mendapatkan keterampilan serta pengetahuan yang diperlukan untuk menjadi guru yang profesional di bidangnya.

PCK diajukan oleh Shulman dan memberikan gambaran kompetensi guru dalam pembelajaran. PCK merupakan irisan antara pengetahuan materi dan pengetahuan pedagogik guru. Guru yang berkompeten sudah seharusnya memiliki PCK yang baik sehingga memudahkan peserta didik dalam pembelajaran. Integrasi antara kedua kemampuan dalam PCK akan meningkatkan efektivitas pembelajaran. Proses belajar dan mengajar merupakan hal yang kompleks yang melibatkan berbagai komponen, begitu pula dengan PCK guru. Namun, di samping kompleksitas dan kesulitan di sekitar PCK, kemampuan ini masih tetap dapat dievaluasi dan diukur. Eksplorasi PCK dilakukan dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Loughran et al (2006) melalui analisis elemen CoRes (Content Representations) dan PaP-eRs (Pedagogical and Professional-experience Repertoires). Hasil analisis ini akan menunjukkan efektivitas kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.


(10)

2

Kompleksitas PCK tidak hanya dialami oleh guru yang telah lama terjun dalam dunia pengajaran, tetapi juga oleh guru yang belum lama mengajar dan bahkan para calon-calon guru. Beberapa penelitian dalam pendidikan sains megindikasikan bahwa para calon guru tidak menyadari pentingnya PCK yang ditunjukkan dengan kurangnya pemahaman terhadap materi subyek, dan pengetahuan yang masih terpisah-pisah (Loughran et al, 2012). Padahal kompetensi guru yang baik merupakan modal yang penting dalam pencapaian tujuan pendidikan seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP RI) Nomor 20 tahun 2003. Penerapan kurikulum 2013 yang menuntut pembelajaran melalui pendekatan inquiry juga menjadi tuntutan baru bagi para guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam bidangnya. Kind dalam Williams (2012) mengidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan PCK yang meliputi penguasaan pengetahuan materi subyek, pengalaman mengajar, dan penguasaan atribut emosional seperti kepercayaan diri dan dukungan lingkungan kerja. Uji kompetensi guru yang akhir-akhir ini dilaksanakan juga masih memberikan hasil yang kurang memuaskan (Pardede, 2013). Hal ini, didukung melalui penelitian yang dilakukan oleh Rochintaniawati (2011) yang mengungkapkan bahwa PCK guru masih perlu ditingkatkan melalui pelatihan yang dirancang sesuai kebutuhan guru berdasarkan analisis kesenjangan agar guru dapat melaksanakan pembelajaran berasaskan Keterampilan Proses Sains (KPS). Selayaknya, kompetensi yang dimiliki guru berperan sangat penting sebagai alat seleksi penerimaan guru, penentuan program pembinaan guru, dan mempengaruhi kegiatan serta hasil belajar peserta didik (Ghufron, 2008).

PCK guru berkembang seiring dengan pengalamannya mengajar. Namun, tidak semua guru dapat belajar dari pengalamannya. Oleh karena itulah belum tentu guru yang telah memiliki pengalaman mengajar lebih banyak memiliki PCK yang lebih baik. Hal ini juga dikemukakan oleh Anwar (2014) yang menemukan adanya kesamaan pola perkembangan PCK antara calon guru pada pendekatan konkuren dan guru pada pendekatan konsekutif. PCK calon guru program konkuren setelah mengikuti peer teaching (semester 7) kurang lebih setara dengan


(11)

3

PCK calon guru pendekatan konsekutif setelah melakukan praktik mengajar (semester 11)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirasa perlu untuk mengetahui PCK guru saat ini baik di lapangan dan calon guru yang dihasilkan oleh LPTK. Gambaran PCK guru dan calon guru saat ini akan dapat memprediksi keberhasilan implementasi pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang diterapkan. Potret PCK yang dihasilkan akan membantu memberikan gambaran dalam usaha persiapan dan pelatihan guru selanjutnya. Penelitian dalam bidang PCK menunjukkan bahwa pelatihan PCK guru terkendala kemampuan menulis guru dan waktu yang tersedia untuk menyampaikan ide atau gagasan penting yang harus disampaikan (Hamidah et al, 2011). Pengukuran PCK dapat dilakukan dengan menggunakan tendensi memusat dan inferensial, peta konsep, kartu sortir dan representasi gambar serta evaluasi multi metode melalui triangulasi (Gess-Newsome & Lederman, 1999). Instrumen pengukuran untuk mengatasi kompleksitas PCK juga telah dilakukan melalui dokumentasi CoRes dan PaP-eRs (Loughran et al, 2001; Williams, 2012). PCK dalam perkembangannya memiliki berbagai model dan metode dalam pengukurannya sehingga banyak penelitian-pun dilakukan berdasakan sifat, model, pengukuran dan konteksnya (Borowski et al, 2011; Kleickmann et al, 2012). Untuk menanggulangi kompleksitas pengukuran PCK, penelitian ini mengambil pengertian PCK dan instrumen yang dikembangkan oleh Loughran et al (2001) didukung dokumentasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan calon guru yang dianalisis dengan bantuan videograph dan SPSS.

B. Fokus penelitian

Fokus penelitian ditentukan untuk membatasi studi agar tempat penelitian menjadi lebih layak dan menetapkan kriteria yang perlu dicantumkan atau dikeluarkan untuk menyaring informasi yang masuk (Moleong, 2007). Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka fokus penelitian utama dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana PCK guru yang berpengalaman dibandingkan


(12)

4

PCK calon guru Biologi?”. Selanjutnya, fokus penelitian ini diuraikan ke dalam beberapa pertanyaan terbuka dan spesifik yang meliputi.

1. Bagaimana PCK guru berpengalaman dan calon guru Biologi yang dilihat melalui CoRe?

2. Bagaimana implementasi PCK guru berpengalaman dan calon guru Biologi dalam pembelajaran?

C. Tujuan

Ada beberapa tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini. Tujuan tersebut dirumuskan sebagai berikut.

1. Mengetahui PCK guru berpengalaman dan calon guru Biologi melalui CoRe.

2. Mengetahui implementasi PCK guru berpengalaman dan calon guru Biologi dalam pembelajaran.

D. Manfaat

Penelitian ini memberikan manfaat pragmatis untuk berbagai pihak. Manfaat yang dapat diperoleh tersebut sebagai berikut.

1. Bagi penulis sangat bermanfaat untuk mengetahui gambaran PCK guru dan calon guru Biologi untuk meningkatkan pemahaman mengenai PCK yang baik dalam mengajarkan suatu konsep.

2. Bagi pendidik, penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan refleksi untuk memperbaiki penyelenggaraan proses pembelajaran agar lebih efektif dan efisien yang mempertimbangkan berbagai faktor.

3. Bagi pengembang kurikulum, penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan kurikulum di lapangan.

Hasil penelitian ini juga dapat dimanfaatkan secara teoritis yaitu untuk mengevaluasi instruksi yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA oleh guru yang berlatar belakang pendidikan Biologi dan memperbaiki sistem pendidikan dan pelatihan guru untuk meningkatkan PCK sebagai representasi guru yang profesional.


(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan desain penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan proses penelitian yang lebih bersifat seni (artistik atau kurang terpola) dan interpretatif karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang dilakukan di lapangan untuk mendeskripsikan dan memahami sesuatu (Sugiyono, 2008; Bogdan & Biklen, 1992). Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk memahami fenomena yang dialami subyek penelitian dengan cara mendeskripsikannya ke dalam kata-kata dan bahasa serta dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) dengan memanfaatkan berbagai metode (Moleong 2007, Sugiyono 2008).

Penelitian kualitatif memiliki karakteristik utama yang membedakannya dari penelitian kuantitatif. Karakteristik penelitian kualitatif menurut Patton dalam Fraenkel (2012) tersebut yaitu.

1) Inquiri naturalistik, yaitu mempelajari situasi dunia nyata secara alami, tidak ada manipulasi, tidak menonjolkan, mengontrol, terbuka pada apapun yang muncul, mengurangi pemaksaan hasil pada tahap awal

2) Analisis induktif, yaitu mempelajari data secara detil dan spesifik untuk menemukan kategori-kategori, dimensi-dimensi, dan hubungan-hubungan yang penting. Eksplorasi dimulai dengan pertanyaan terbuka.

3) Cara pandang keseluruhan, fenomena yang diteliti merupakan fenomena yang kompleks.

4) Data kualitatif, data sangat detil, deskripsi sangat banyak, kedalaman inquiry, mengambil langsung pandangan dan pengalaman orang

5) Kontak dan inspirasi pribadi, Peneliti langsung kontak dan mendekati orang, situasi, dan fenomena yang diteliti

6) Sistem dinamik, Perhatian pada proses, perubahan-perubahan asumsi terus menerus dan konstan baik itu fokusnya pada individu atau seluruh budaya. 7) Orientasi kasus unik, menganggap setiap kasus khusus dan unik.


(14)

21

8) Sensitif pada konteks, menganalisis konteks sosial, sejarah dan temporal. 9) Empati netral, tidak mungkin memiliki obyektivitas yang sempurna,

subyektifitas murni akan merusak kredibilitas.

10) Desain yang fleksibel, terbuka terhadap penemuan adaptif sebagai pendalaman pemahaman, dan atau situasi yang berubah, mencegah kekakuan desain yang mengurangi keterbukaan.

B. Tempat dan subyek penelitian 1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 49 Bandung yang beralamat di Jalan Antapani, Bandung, Jawa Barat dan SMP N 3 Lembang yang beralamat di Jalan Raya Lembang No. 29, Bandung Barat, Jawa Barat.

2. Subyek penelitian

Subyek penelitian ini adalah satu orang guru IPA dan tiga orang guru PLP di SMP N 49 Bandung, serta seorang guru IPA dan dua orang guru PLP di SMP N 3 Lembang. Sampel diambil secara purposif diambil berdasarkan kriteria tertentu yaitu berada dalam satu sekolah yang sama dengan guru berpengalaman,guru berpengalaman berlatang belakang pendidikan Biologi, dan masing-masing guru memiliki kelas yang masih diajar.

Tabel 3.1. Rangkuman deskripsi subyek penelitian

No Kriteria Subyek

M1 M2 M3 M4 M5 G1 G2 1 Berasal dari bidang pendidikan yang sesuai (IPA

/ Biologi)

√ √ √ √ √ √ √

2 Memiliki pengalaman mengajar yang sesuai

dengan bidangnya (IPA Biologi) √

- √ - √ √ √

3 Pernah mengikuti seminar bertemakan

pendidikan atau Biologi

- - - √

4 Mengikuti training yang sesuai dengan bidangnya

- - - √

5 Pernah aktif sebagai anggota organisasi kependidikan yang relevan

- - - √

6 Memiliki prestasi dalam bidang IPA atau Biologi √ - - - -

7 Pernah mengikuti kursus atau pendidikan keterampilan yang menunjang bidangnya

- - - √ - - -

8 Melakukan penelitian yang relevan dalam bidang pendidikan maupun Biologi

- - - √

9 Pernah membimbing organisasi kesiswaan yang sesuai dengan bidangnya


(15)

22

Sampel ini dipilih berdasarkan pertimbangan pribadi peneliti berdasarkan kebutuhan dan dianggap sampel ini representatif (Fraenkel, 2012). Latar belakang subyek penelitian dikategorikan menurut informasi yang hendak diketahui dan disajikan pada Tabel 3.1.

C. Definisi operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang perlu dijelaskan.

1. Guru berpengalaman dalam penelitian ini adalah adalah guru mata pelajaran IPA yang mengajar di SMP N 49 Bandung dan SMP N 3 Lembang. Guru yang dipilih memiliki latar belakang pendidikan Biologi dan memiliki kelas yang diajar di jenjang yang sama dengan mahasiswa calon guru, memiliki pengalaman mengajar selama lebih dari 10 tahun, telah tersertifikasi, serta bersedia untuk diobservasi pembelajarannya. Calon guru adalah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang melaksanakan kegiatan Program Latihan Profesi (PLP) di SMP N 49 Bandung dan SMP N 3 Lembang. Calon guru yang dipilih melaksanakan latihan kegiatan pembelajaran pada kelas VII.

2. PCK adalah irisan dari pengetahuan konten, pedagogik, dan kontekstual yang dimiliki oleh guru yang berkembang seiring dengan pengalaman yang dimiliki (Gess-Newsome&Lederman, 1999). PCK dalam penelitian ini diukur dengan mengunakan salah satu instrumen yang dikembangkan oleh Loughran et al (2006) yaitu CoRe (Content Representation). CoRe menawarkan cara pandang akan konten tertentu yang diajarkan ketika mengajar suatu topik. (Hamidah et al, 2011). Terdapat sepuluh pertanyaan dalam instrumen PCK yang akan dianalisis yaitu a) Apa yang akan diajarkan tentang ide besar atau konsep manusia dan lingkungannya?, b) mengapa konsep tersebut penting dipelajari oleh perserta didik?, c) Ide atau konsep apa sajakah yang menurut guru terkait namun belum saatnya diketahui oleh peserta didik?, d) Kesulitan apa sajakah yang dialami guru dalam mengajarkan konsep yang ditentukan?, e) Kesalahan konsep apa sajakah yang mungkin terjadi pada peserta didik?, f)Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pertimbangan dalam mengajarkan


(16)

23

konep?, g) Bagaimana urutan atau alur yang dipilih untuk mengajarkan konsep tersebut?, h) Bagaimana cara untuk mengetahui pemahaman peserta didik?, i) Bagaimana anda memanfaatkan teknologi (media pembelajaran) yang ada untuk membelajarkan konsep?, dan j) Bagaimana cara menyiasati keterbatasan di sekolah agar tujuan guru tetap dapat tercapai?

3. Implementasi PCK guru dan calon guru dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis CoRe dan video pembelajaran. Analisis video pembelajaran dilakukan dengan bantuan software videograph dan SPSS 16 untuk mengetahui frekuensi kemunculan aspek yang dituliskan dalam CoRe. Rentang waktu yang digunakan dalam analisis videograph adalah 20 detik.

D. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen Core, angket latar belakang pendidikan dan pelatihan guru serta pedoman wawancara Pertanyaan yang terdapat dalam Core untuk mengetahui PCK guru terdapat pada

Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Pokok pertanyaan dalam CoRe

Pertanyaaan Ide

besar 1 Ide besar 2 Ide besar. .. 1. Apa yang akan Anda ajarkan kepada peserta didik tentang ide

atau konsep ini?

2. Mengapa konsep tersebut penting dipelajari peserta didik? 3. Ide atau konsep terkait apa sajakah yang menurut anda belum

saatnya diketahui oleh peserta didik Anda?

4. Kesulitan apa sajakah yang Anda alami untuk mengajarkan konsep tersebut?

5. Kesalahan konsep seperti apakah yang mungkin terjadi pada peserta didik Anda?

6. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pertimbangan Anda dalam mengajarkan konsep tersebut?

7. Bagaimana urutan atau alur yang Anda pilih untuk mengajarkan konsep tersebut?

8. Bagaimana cara Anda mengetahui bahwa peserta didik telah paham atau belum?

9. Bagaimana anda akan memanfaatkan teknologi (media pembelajaran) yang ada dalam membelajarkan konsep tersebut? 10. Bagaimana Anda akan menyiasati ketiadaaan di suatu sekolah


(17)

24

Untuk lebih mengeksplorasi sumber perkembangan PCK guru dan calon guru, peneliti menggunakan angket. Angket untuk mengetahui latar belakang guru dan calon guru serupa dengan daftar riwayat hidup guru (curriculum vitae) yang berisi data diri, pegalaman mengajar, seminar dan pelatihan yang diikuti serta pengalaman dalam bidang kependidikan dan organisasi.

Hasil CoRe yang dituliskan guru kemudian dinilai dengan menggunakan rubrik penskoran CoRe untuk diklasifikasikan dan dikategorikan PCK nya berdasarkan kriteria tertentu. Rubrik ini disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Rubrik penskoran CoRe

No Aspek CoRe Koding Ide besar konsep

a Tidak meng-cover materi esensial 1

b Meng-cover materi esensial 2

c Meng-cover materi esensial dan materi lainnya yang terkait 3

Pertimbangan pemilihan konsep

a Mempertibangkan tuntutan struktur konsep atau kurikulum 1

b Mempertimbangkan manfaat dalam kehidupan sehari-hari 2

c Mempertimbangkan minat peserta didik 3

Penentuan kedalaman dan keluasan materi

a Tidak bisa menentukan batasan kedalaman dan keluasan materi guna menyesuaikan kondisi peserta didik

1

b Penentuan batasan kedalaman dan keluasan materi didasarkan pada karakteristik atau struktur materi

2

c Penentuan batasan kedalaman dan keluasan materi didasarkan pada karakteristik atau struktur materi dan kondisi peserta didik

3

Identifikasi pengetahuan awal dan kesulitan belajar

a Tidak bisa mengidentifikasi pengetahuan awal ataupun kesulitan belajar peserta didik atau bahkan mengalami miskonsepsi

1

b Belum sepenuhnya bisa mengidentifikasi pengetahuan awal ataupun kesulitan belajar peserta didik

2

c Bisa secara spesifik mengidentifikasi pengetahuan awal dan kesulitan belajar peserta didik

3

Pertimbangan pembelajaran

a Pemilihan kegiatan pembelajaran didasarkan pada pertimbangan kepraktisan atau kemudahan (waktu, ketersediaaan alat dan bahan, jumlah peserta didik atau strategi atau metode yang dikuasai guru)

1

b Pemilihan kegiatan pembelajaran didasarkan pada pertimbangan sifat/struktur materi

2

c Pemilihan kegiatan pembelajaran didasarkan pada pertimbangan kondisi peserta didik, kondisi sekolah, sifat materi dan tujuan yang akan dicapai.

3

Asesmen

a Mengukur hasil belajar peserat didik namun tidak jelas metode yang digunakannya

1

b Mengukur hasil belajar peserta didik dengan metode dan pemanfaatan yang terbatas

2

c Mengukur hasil belajar peserta didik secara komprehensif dan berkelanjutan serta menggunakan hasilnya untuk lebih meningkatkan belajar


(18)

25

Hasil analisis koding tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam tiga kategori seperti pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Kategori koding hasil analisis rubrik CoRe

Jumlah skor koding Kategori

14 – 18 Atas

10 – 13 Tengah

6 – 9 Bawah

E. Prosedur penelitian

Dalam penelitian ini peneliti melakukan beberapa langkah atau melalui beberapa prosedur yang dapat dilakukan secara sistematis. Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tahap persiapan

Dalam tahap ini peneliti mengumpulkan bahan informasi dan teori yang dapat mendukung fokus penelitian. Tahap ini dimulai dari pembuatan rancangan penelitian, penyusunan proposal, menentukan lokasi, diskusi dengan ahli, penyusunan instrumen, mengurus perijinan dan persiapan pelaksanaan teknis. Pada tahap persiapan peneliti juga mencari pola PCK menggunakan instrumen CoRe yang telah dikonsultasikan pada ahli untuk konsep manusia dan lingkungannya melalui empat guru yang berpengalaman dari sekolah yang sama dengan tempat penelitian untuk mengurangi bias dukungan lingkungan sekolah yang berbeda. Dari tahap ini diketahui beberapa PCK guru pada konsep terkait dan terangkum pada Lampiran 1.

Instrumen CoRe disebarkan kepada beberapa guru, dan diperoleh instrumen yang terisi dan kembali ke peneliti sejumlah empat guru. Guru pada tahap ini telah memiliki pengalaman mengajar Biologi atau IPA di SMP selama ≥10 tahun. Pada tahap ini diketahui bahwa rata-rata guru memiliki tiga ide besar pada konsep manusia dan lingkungannya dengan penekanan materi yang berbeda-beda. Guru 1 lebih menekankan pada “perilaku manusia dan dampaknya terhadap lingkungan”. Guru 2 dan guru 3 tampak lebih serupa baik dari sisi content ide besar dan urutan mengajar. Hal ini mungkin karena berasal dari sekolah yang sama dengan kondisi


(19)

26

sekolah yang sama. Guru 4 lebih menekankan pada “pencemaran lingkungan”. Kebanyakan guru juga mengalami kendala yang hampir sama yaitu alokasi waktu, sehingga kebanyakan guru cenderung untuk menggabungkan materi ini dengan materi sebelumnya yaitu konsep ekosistem. Miskonsepsi yang terjadi pada peserta didik terletak pada berbagai macam istilah migrasi yang meliputi imigrasi, emigrasi, transmigrasi dan urbanisasi. Kebanyakan guru mengemukakan bahwa

“pemanasan global (global warming)” belum saatnya dipelajari saat ini karena

akan diajarkan di kelas IX. Begitu pula istilah gas rumah kaca dan hujan asam juga belum saatnya dipahami oleh peserta didik karena merupakan materi di tingkat lanjut (SMA). Semua guru cenderung memilih metode pembelajaran yang sama yaitu diskusi. Pertanyaan mengenai teknologi yang digunakan dalam pembelajaran juga membingungkan guru dalam menjawab, sehingga akhirnya peneliti menggantinya dengan teknologi media pembelajaran apa yang digunakan dalam membelajarkan konsep meskipun nantinya muncul media yang tidak berteknologi kembali dimunculkan oleh guru subyek penelitian.

Dalam tahap ini peneliti menentukan sampel yang relevan dengan fokus penelitian awal. Dari beberapa SMP yang menerima PLP, ditemukan dua sekolah yang memenuhi kriteria, yaitu terdapat guru yang masih memiliki jam mengajar di samping kelas yang digunakan oleh calon guru mahasiswa PLP.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan terjun ke lapangan dan memulai mengeksplorasi data yang relevan dengan fokus penelitian. Peneliti akan mengobservasi PCK guru dan calon guru pada sekolah yang telah dipilih melalui teknik pengambilan data yang telah ditentukan. Guru dan calon guru mengisi instrumen CoRe yang diisi sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Selain itu, peneliti juga mengumpulkan data RPP untuk membantu menganalisis CoRe yang sulit dipahami. Kegiatan pembelajaran masing-masing guru didokumentasikan dalam bentuk video. Setelah itu, peneliti melakukan wawancara kepada masing-masing guru dan calon guru untuk mengklarifikasikan data yang kurang sesuai.


(20)

27

Analisis dilakukan terhadap data-data yang telah terkumpul dari berbagai teknik pengumpulan data. Peneliti menemukan suatu pola dari suatu fenomena dari hal-hal yang menjadi fokus penelitian. Data dari instrumen CoRe dianalisis bersama dengan video dokumentasi pembelajaran dan lembar observasi. Video pembelajaran juga dianalisis dengan bantuan software videograph untuk mengetahui frekuensi kemunculan ide besar, metode, media, dan alat evaluasi yang dituliskan dalam CoRe masing-masing guru dan calon guru. Hasil analisis Videograph kemudian dikonversikan ke dalam SPSS 16 untuk dianalisis lebih lanjut dan memudahkan penyajian data.

Gambar 3.1. Panel analisis Videograph

Analisis tahap awal dilakukan untuk menyeleksi data yang terkumpul. Data-data hasil analisis yang relevan kemudian dianalisis kembali secara intensif untuk kemudian digunakan sebagai suatu simpulan.

4. Tahap penulisan laporan penelitian

Pada tahap ini peneliti akan menuliskan laporan hasil penelitiannya dalam bentuk tesis. Hasil laporan ini kemudian digandakan sesuai kebutuhan guna pelaporan kepada pihak-pihak terkait dalam penelitian.

Prosedur penelitian secara skematis ditunjukkan melalui Gambar 3.2 Kategori

koding analisis yang

mengacu pada CoRe

Hasil analisis koding Video kegiatan pembelajaran yang dianalisis


(21)

28

Gambar 3.2. Prosedur penelitian F. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai teknik pengumpulan data. Teknik yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1) Studi pustaka, dilakukan untuk mendapatkan keterangan yang mendetail mengenai PCK dalam pembelajaran IPA. Sumber berasal dari buku-buku teks, karya ilmiah, artikel-artikel dalam jurnal penelitian, dan halaman web. 2) Observasi, dilakukan untuk mengamati dan mencatat berbagai hal yang

terjadi, perilaku, objek dan hal–hal berkaitan dengan PCK guru dan calon guru. Observasi dilakukan dalam kegiatan pembelajaran IPA untuk mengetahui pelaksanaan CoRe yang sebenarnya.

3) Dokumentasi, merupakan teknik pelengkap penggunaan metode obeservasi dan wawancara sebelumnya. Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data berupa dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dimiliki oleh guru. Dokumentasi kegiatan pembelajaran dialakukan dengan pengambilan gambar video selama kegiatan pembelajaran materi yang ditentukan untuk mengurangi bias peneliti ketika observasi secara langsung. 4) Angket, diberikan kepada guru untuk mengetahui latar belakang pendidikan

dan pelatihan serta pengalaman yang dimiliki oleh guru. Angket berupa instrumen CoRe juga diberikan untuk diisi oleh guru dan calon guru.

5) Wawancara, untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh dari hasil angket dan observasi.

6) Triangulasi, dilakukan dengan menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data yang telah dilakukan.Teknik ini juga dapat menguji 1. Menentukan permasalahan

2. Konsultasi dengan ahli 3. Menentukan tempat penelitian 4. Perijinan

5. Menyusun teknik dan instrumen

Tahap Persiapan Pelaksanaan Analisis

awal

Penarikan simpulan

Penulisan laporan


(22)

29

kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan dan berbagai sumber data. Tujuan triangulasi bukanlah untuk mencari kebenaran suatu fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan (Sugiyono, 2008)

Teknik pengumpulan data beserta instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini secara ringkas disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Teknik dan instrumen pengumpulan data

No Data Teknik pengumpulan

Instrumen yang digunakan

1 PCK guru dan calon guru Angket Instrumen CoRe,Rubrik

penskoran CoRe

Dokumentasi -

2 Implementasi PCK dalam pembelajaran Dokumentasi, Wawancara

- -

Observasi Koding videograph

3 Latar belakang guru dan calon guru Angket Daftar riwayat hidup


(23)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini, dapat diambil simpulan sebagai berikut.

1. PCK guru berpengalaman yang diukur dengan menggunakan CoRe memiliki beberapa perbedaan dan persamaan dalam setiap aspek CoRe-nya. CoRe calon guru pada umumnya lebih lengkap dan detail sehingga memberikan informasi yang lebih. Pada guru berpengalaman ide besar berjumlah lebih sedikit dengan keinklusifan yang luas. Konsep diajarkan berdasarkan kepentingan kurikulum sesuai dengan tujuan pembelajaran yang mengarah ke UAN nantinya. Guru berpengalaman tidak dapat menyebutkan konsep terkait yang belum saatnya dipelajari peserta didik dan kemungkinan miskonsepsi secara detail. Guru berpengalaman tidak memiliki kesulitan dalam manajemen kelas namun pembelajaran diberikan dengan metode tradisional yang kurang variatif. Pada calon guru ide besar berjumlah lebih banyak dengan keinklusifan yang lebih sempit. Konsep diajarkan berdasarkan kepentingan untuk mengembangkan kemampuan sains lainnya seperti identifikasi, literasi kuantitatif bahkan kreativitas. Konsep terkait yang menurut mereka belum saatnya diajarkan, miskonsepsi pada peserta didik, dan kesulitan dalam membelajarkan konsep dapat diidentifikas secara detail. Sebagian besar calon guru kesulitan dalam manajemen kelas meskipun metode pembelajaran yang digunakan lebih variatif. Baik guru maupun calon guru telah mengembangkan ide besar yang mencakup materi esensial yang penting diajarkan karena kedekatannya dengan kehidupan sehari-hari tanpa memperhatikan minat peserta didik untuk mempelajarinya sesuai dengan tuntutan kurikulum. Guru dan calon mengajarkan konsep karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Media digunakan dalam pembelajaran meskipun dengan frekuensi yang jarang. Evaluasi diberikan namun sangat


(24)

82

terbatas pemanfaatannya. Berdasarkan hasil koding semua guru berpengalaman berada pada kelompok tengah sedangkan kebanyakan calon guru berada pada kelompok atas.

2. Implementasi PCK guru berpengalaman dan dan calon guru Biologi memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Durasi pembelajaran guru berpengalaman cenderung lebih singkat sesuai dengan jumlah ide besarnya dengan atribut konsep yang tidak terlalu banyak. Pelaksanaan CoRe sesuai dengan rencana tanpa banyak pengembangan metode. Metode pembelajaran lebih banyak menggunakan tanya jawab dengan evaluasi latihan soal yang mengarah ke nilai pencapaian konsep. Calon guru kebanyakan memiliki durasi pembelajaran yang lebih panjang sehingga materi yang diberikan juga lebih banyak karena perbedaan tuntutan dan siswa waktunya lebih banyak. Pembelajaran dilaksanakan dengan beberapa pengembangan dari CoRe sebelumnya. Metode yang digunakan bervariasi dengan evaluasi yang digunakan untuk mengecek pemahaman peserta didik tanpa ditindaklanjuti. Baik guru dan calon guru menekankan konsep dampak kepadatan penduduk terhadap lingkungan dengan durasi penggunaan media yang terbatas. Namun banyaknya jumlah ide besar tampaknya tidak selalu sebanding dengan panjangnya durasi pembelajaran karena faktanya calon guru dengan jumlah ide besar terkecil memiliki durasi pembelajaran yang paling lama.

B. REKOMENDASI

Hasil-hasil penelitian ini memberikan rekomendasi kepada beberapa pihak untuk mengevaluasi program yang telah maupun dilaksanakan.

1. PCK guru bukan merupakan suatu hal yang dapat dilatihkan dalam waktu yang singkat. Pengalaman di lapangan –pun tidak selalu menjadi jaminan keahlian. Program berkelanjutan disertai dengan bimbingan perlu dilakukan guna menciptakan perubahan. Untuk itu sekalipun guru telah lama mengajar, bimbingan dan evaluasi hendaknya tetap dilakukan agar pengalaman-pengalaman yang diperoleh di lapangan menjadi bermakna menjadi media sarana peningkatan kemampuan.


(25)

83

2. Berkaitan dengan sistem pendidikan guru, hendaknya pihak kurikulum juga menggabungkan semua komponen pengetahuan dalam PCK tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Hal ini karena PCK merupakan suatu keterampilan gabungan pengetahuan kurikulum, pedagogik, peserta didik dan konten yang spesifik. Sehingga pedoman kurikulum yang baik hendaknya disusun oleh pihak-pihak yang memiliki PCK yang baik pula sehingga integrasi semua pengetahuan tersebut akan mudah dilakukan di lapangan. 3. Literasi teknologi saat ini menjadi tantangan tersendiri dalam pembelajaran.

Penggunaan media pembelajaran berteknologi akan lebih mengefektifkan pembelajaran. Penggunaan media berteknologi sebagai salah satu aspek yang penting dalam PCK memberikan tantangan bagi guru dan calon guru untuk mau belajar mengikuti perkembangan zaman.

4. Asesmen yang dilakukan oleh guru dan calon guru masih terpaku pada bentuk tes untuk mengetahui tingkat pencapaian belajar peserta didik (asessment of learning). Oleh karena itu baik institusi pendidikan maupun pemerintah hendaknya memberikan penekanan materi dan pelatihan mengenai berbagai teknik evaluasi baik tes maupun non tes yang dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran (assesment for learning) sehingga akan mengembangkan PCK yang lebih kaya dan terintegrasi guna hasil belajar yang optimal.

5. Penelitian ini hanya mengukur PCK pada guru Biologi yang mengajar pada tingkat SMP. Bagi peneliti dapat memberikan ide penelitian selanjutnya untuk dapat mendeskripsikan PCK guru Biologi yang benar-benar mengajar Biologi pada tingkat SMA sehingga dapat menghasilkan gambaran PCK yang lebih spesifik.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Y. (2014). Perkembangan pedagogical content knowledge (PCK) calon guru Biologi pada peserta pendekatan konsekutif dan pada peserta pendekatan konkuren (disertasi). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI

Berry, A & Van Driel, J. (2012). Teaching about teaching science: aims, strategies, and backgrounds of science teacher educators. Journal of Teacher Education, 64 [2]. 117 – 128

Bogdan, R.C. & Biklen S.K. (1992). Qualitative Research for Education (An introduction to Theory and Methods). USA: Allyn and Bacon.

Borowski, A., Carlson, J., Fischer, H.E., Henze, I., Gess-Newsome, J., Kirschner,

S., & Driel, J.V. (2011). Different models and method to measure teachers’

pedagogical content knowledge. Diunduh dari http://www.esera.org/media/ebook/strand13/ebook-esera2011_

BOROWSKI-13 .pdf tanggal 1 Februari 2014.

Dahar, RW. (1996). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga

Da Silva, K.B. & Hunter, N. (2009). The use of pre-lectures in a university Biology course- eliminating the need for prerequisites. Bioscience education 14. Diunduh dari www.bioscience.heacademy.ac.uk/journal/vol14/beej-14-2.pdf tanggal 19 Agustus 2014.

Davis, E.A. (2003). Prompting middle school scince students for productive reflection: Generic and directed propmts. The Journal of Learning Sciences, 12, 91-142

De Beer, H. (2009). The Characteristics of Pedagogical Content Konowledge of Teachers Teaching an Introductory Programming Course. Eindhoven: Thechnische Universiteit Eindhoven

Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi Lulusan PGSMP/SMA. Jakarta: P2TK Ditjen Dikti.

________. (2008). Bahan ajar cetak profesi keguruan tinjauan mata kuliah. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas

Fensham, P., Gunstone, R. & White, R. (1994). The Content Science (A Contructivist Approach to its Teaching and Learning. London: The Falmer Press


(27)

85

Fraenkel, JR., Wallen, NE., dan Hyun, HH. (2012). How to Design and Evaluate Research in Education (Eight ed.). New York : McGraw-Hill.

Gao, P. & Mager, G. (2013). Constructing embodied understanding of

Technological Pedagogical Content Knowledge: preservice teachers’

learning to teach with information technology. International Journal Social Media and Interactive Learning Environment 1[1] , pg. 74-92

Geddis, A.N., Onslow, B., Beynon, C. & Oesch, J.. (1993). Trasnforming content knowledge: learning to teach about isotopes. Science Education, 77[66], 575-591.

Gess-Newsome, J. & Lederman, N.G., (1999). Pedagogical content knowledge: an introduction and orientation. Netherlands: Kluwer Academic Publishers

Ghufron, A. (2008). Kompetesi guru SD. Diakses 30 Januari 2014 dari staff.uny.ac.id/.../KOMPETENSI%20GURU%20SD.pdf.

Hagevik, R., Veal, W., & Brownstein, E. M. (2010). Pedagogical Content Knowledge and the 2003 Science Teacher Preparation Standards for NCATE Accreditation or State Approval. Journal of Science Teacher Education, 21, 7-12.

Hamidah, D. (2011) . Pengembangan profesional guru IPA SMA melalui penerapan pedagogical content knowledge (PCK) pada materi genetika (Disertasi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2011). Diakses dari http://a-research.upi.edu/disertasiview.php?no_disertasi=445

Hamidah, D., Rustaman, N.Y., Mariana, M.A. (2011). Pengembangan profesioal guru IPA SMA melalui penerapan pedagogical content knowledge (PCK) pada materi genetika. Jurnal Pendidikan MIPA, 12(2), 88-96

Hashweh, M. Z. (2005). Teacher pedagogical construction: a reconfiguration of pedagogical content knowledge. Teachers and teaching: theory and practice 11(3), 273-292

Hattie, J. (2012). Visible Learning for Teachers (Maximizing Impact on Learning). London: Routledge

Kalpana, T. (2014). A Constructivist Perspective on Teaching and Learning: A Conceptual Framework. International Research Journal of Social Science, 3 [1], 27-29

Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI]. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, Depdiknas


(28)

86

Kartal, T., Ozturk, N., & Ekici, G. (2012) . Developing pedagogical content knowledge in preservice science teachers through microteaching lesson. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 46, 2753-2758.

Kirby, J.R. & Biggs, J.B. (1980). Cognition Development and Instruction. New York: Academic Press Inc.

Kleickmann, T., Richter, D., Kunter, M., Elsner, J., Besser, M., Krauss, S., &

Baumert, J. (2012). Teachers’ content knowledge and pedagogical content

knowledge: the role of structural differences in teacher education. Journal of Teacher Education 64(1), 90-106.

Loughran, J., Milroy, P.Berry, A., Gunstone, R., & Mullhall, P. (2001).

Documenting Science Teachers’ Pedagogical Content Knowledge Through

PaP-eRs. Research in Science Education, 31, 289-307

Loughran, J., Berry, A., & Mullhall, P. (2006). Understanding and developing

science teacher’s pedagogical content knowledge. Rotterdam: Sense Publisher

________________ (2012). Understanding and developing science teacher’s pedagogical content knowledge (2nd ed.) Rotterdam: Sense Publisher

Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

National Science Education Standards [NSES]. (1996). National Science Education Standards. Washington D.C. : National Academy Press

National Science Teacher Association [NSTA]. (2003). Standards for science teacher preparation (revised). Diakses 30 Januari 2014 dari http://www.nsta.org/preservice/docs/NSTAstandards2003.pdf

Pardede, D. Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) hanya 4, 25. (2013, 4 Juni). Diakses 5 Februari 2014, dari http://www.tribunnews.com/regional/2013/ 06/04/hasil-uji-kompetensi-guru-ukg-hanya-425

Purwianingsih, W. (2011). Pengembangan program pembekalan pedagogical content knowledge (PCK) bioteknologi melalui perkuliahan kapita selekta IPA SMA (Disertasi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2011). Diakses dari http://a-research.upi.edu/disertasiview.php?no_disertasi=316

Rochintaniawati, D. (2011). Analisis kebutuhan guru dalam mengembangkan kurikulum dan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (Disertasi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2011) Diakses dari http://a-research.upi.edu/disertasiview.php?no_disertasi=153


(29)

87

Shulman, L. (1987). Knowledge and teaching: Foundations of the new reform. Harvard Educational Review, 57 (1), 1- 22

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta

Williams, J. (2012). Using CoRes to develop the pedagogical content knowledge (PCK) of early career science and technology teachers. Journal of Technology Education 24(1), 34-53

Wilson, N.S. (2008). Teachers expanding pedagogical content knowledge about formative assesment together. Journal of In-service Education, 34 [3], 283-298

Young, J.R., Young, J.L. & Shaker, Z.(2012). Technological Pedagodical Content Knowledge (TPACK) Literature Using Confidence Intervals. TechTrends, 56(5), 25-33


(1)

terbatas pemanfaatannya. Berdasarkan hasil koding semua guru berpengalaman berada pada kelompok tengah sedangkan kebanyakan calon guru berada pada kelompok atas.

2. Implementasi PCK guru berpengalaman dan dan calon guru Biologi memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Durasi pembelajaran guru berpengalaman cenderung lebih singkat sesuai dengan jumlah ide besarnya dengan atribut konsep yang tidak terlalu banyak. Pelaksanaan CoRe sesuai dengan rencana tanpa banyak pengembangan metode. Metode pembelajaran lebih banyak menggunakan tanya jawab dengan evaluasi latihan soal yang mengarah ke nilai pencapaian konsep. Calon guru kebanyakan memiliki durasi pembelajaran yang lebih panjang sehingga materi yang diberikan juga lebih banyak karena perbedaan tuntutan dan siswa waktunya lebih banyak. Pembelajaran dilaksanakan dengan beberapa pengembangan dari CoRe sebelumnya. Metode yang digunakan bervariasi dengan evaluasi yang digunakan untuk mengecek pemahaman peserta didik tanpa ditindaklanjuti. Baik guru dan calon guru menekankan konsep dampak kepadatan penduduk terhadap lingkungan dengan durasi penggunaan media yang terbatas. Namun banyaknya jumlah ide besar tampaknya tidak selalu sebanding dengan panjangnya durasi pembelajaran karena faktanya calon guru dengan jumlah ide besar terkecil memiliki durasi pembelajaran yang paling lama.

B. REKOMENDASI

Hasil-hasil penelitian ini memberikan rekomendasi kepada beberapa pihak untuk mengevaluasi program yang telah maupun dilaksanakan.

1. PCK guru bukan merupakan suatu hal yang dapat dilatihkan dalam waktu yang singkat. Pengalaman di lapangan –pun tidak selalu menjadi jaminan keahlian. Program berkelanjutan disertai dengan bimbingan perlu dilakukan guna menciptakan perubahan. Untuk itu sekalipun guru telah lama mengajar, bimbingan dan evaluasi hendaknya tetap dilakukan agar pengalaman-pengalaman yang diperoleh di lapangan menjadi bermakna menjadi media sarana peningkatan kemampuan.


(2)

83

2. Berkaitan dengan sistem pendidikan guru, hendaknya pihak kurikulum juga menggabungkan semua komponen pengetahuan dalam PCK tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Hal ini karena PCK merupakan suatu keterampilan gabungan pengetahuan kurikulum, pedagogik, peserta didik dan konten yang spesifik. Sehingga pedoman kurikulum yang baik hendaknya disusun oleh pihak-pihak yang memiliki PCK yang baik pula sehingga integrasi semua pengetahuan tersebut akan mudah dilakukan di lapangan. 3. Literasi teknologi saat ini menjadi tantangan tersendiri dalam pembelajaran.

Penggunaan media pembelajaran berteknologi akan lebih mengefektifkan pembelajaran. Penggunaan media berteknologi sebagai salah satu aspek yang penting dalam PCK memberikan tantangan bagi guru dan calon guru untuk mau belajar mengikuti perkembangan zaman.

4. Asesmen yang dilakukan oleh guru dan calon guru masih terpaku pada bentuk tes untuk mengetahui tingkat pencapaian belajar peserta didik (asessment of learning). Oleh karena itu baik institusi pendidikan maupun pemerintah hendaknya memberikan penekanan materi dan pelatihan mengenai berbagai teknik evaluasi baik tes maupun non tes yang dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran (assesment for learning) sehingga akan mengembangkan PCK yang lebih kaya dan terintegrasi guna hasil belajar yang optimal.

5. Penelitian ini hanya mengukur PCK pada guru Biologi yang mengajar pada tingkat SMP. Bagi peneliti dapat memberikan ide penelitian selanjutnya untuk dapat mendeskripsikan PCK guru Biologi yang benar-benar mengajar Biologi pada tingkat SMA sehingga dapat menghasilkan gambaran PCK yang lebih spesifik.


(3)

pendekatan konkuren (disertasi). Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI

Berry, A & Van Driel, J. (2012). Teaching about teaching science: aims, strategies, and backgrounds of science teacher educators. Journal of Teacher Education, 64 [2]. 117 – 128

Bogdan, R.C. & Biklen S.K. (1992). Qualitative Research for Education (An introduction to Theory and Methods). USA: Allyn and Bacon.

Borowski, A., Carlson, J., Fischer, H.E., Henze, I., Gess-Newsome, J., Kirschner, S., & Driel, J.V. (2011). Different models and method to measure teachers’

pedagogical content knowledge. Diunduh dari

http://www.esera.org/media/ebook/strand13/ebook-esera2011_ BOROWSKI-13 .pdf tanggal 1 Februari 2014.

Dahar, RW. (1996). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga

Da Silva, K.B. & Hunter, N. (2009). The use of pre-lectures in a university Biology course- eliminating the need for prerequisites. Bioscience education 14. Diunduh dari www.bioscience.heacademy.ac.uk/journal/vol14/beej-14-2.pdf tanggal 19 Agustus 2014.

Davis, E.A. (2003). Prompting middle school scince students for productive reflection: Generic and directed propmts. The Journal of Learning Sciences, 12, 91-142

De Beer, H. (2009). The Characteristics of Pedagogical Content Konowledge of Teachers Teaching an Introductory Programming Course. Eindhoven: Thechnische Universiteit Eindhoven

Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi Lulusan PGSMP/SMA. Jakarta: P2TK Ditjen Dikti.

________. (2008). Bahan ajar cetak profesi keguruan tinjauan mata kuliah. Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas

Fensham, P., Gunstone, R. & White, R. (1994). The Content Science (A Contructivist Approach to its Teaching and Learning. London: The Falmer Press


(4)

85

Fraenkel, JR., Wallen, NE., dan Hyun, HH. (2012). How to Design and Evaluate Research in Education (Eight ed.). New York : McGraw-Hill.

Gao, P. & Mager, G. (2013). Constructing embodied understanding of Technological Pedagogical Content Knowledge: preservice teachers’ learning to teach with information technology. International Journal Social Media and Interactive Learning Environment 1[1] , pg. 74-92

Geddis, A.N., Onslow, B., Beynon, C. & Oesch, J.. (1993). Trasnforming content knowledge: learning to teach about isotopes. Science Education, 77[66], 575-591.

Gess-Newsome, J. & Lederman, N.G., (1999). Pedagogical content knowledge: an introduction and orientation. Netherlands: Kluwer Academic Publishers

Ghufron, A. (2008). Kompetesi guru SD. Diakses 30 Januari 2014 dari staff.uny.ac.id/.../KOMPETENSI%20GURU%20SD.pdf.

Hagevik, R., Veal, W., & Brownstein, E. M. (2010). Pedagogical Content Knowledge and the 2003 Science Teacher Preparation Standards for NCATE Accreditation or State Approval. Journal of Science Teacher Education, 21, 7-12.

Hamidah, D. (2011) . Pengembangan profesional guru IPA SMA melalui penerapan pedagogical content knowledge (PCK) pada materi genetika (Disertasi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2011). Diakses dari http://a-research.upi.edu/disertasiview.php?no_disertasi=445

Hamidah, D., Rustaman, N.Y., Mariana, M.A. (2011). Pengembangan profesioal guru IPA SMA melalui penerapan pedagogical content knowledge (PCK) pada materi genetika. Jurnal Pendidikan MIPA, 12(2), 88-96

Hashweh, M. Z. (2005). Teacher pedagogical construction: a reconfiguration of pedagogical content knowledge. Teachers and teaching: theory and practice 11(3), 273-292

Hattie, J. (2012). Visible Learning for Teachers (Maximizing Impact on Learning). London: Routledge

Kalpana, T. (2014). A Constructivist Perspective on Teaching and Learning: A Conceptual Framework. International Research Journal of Social Science, 3 [1], 27-29

Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI]. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, Depdiknas


(5)

Kartal, T., Ozturk, N., & Ekici, G. (2012) . Developing pedagogical content knowledge in preservice science teachers through microteaching lesson. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 46, 2753-2758.

Kirby, J.R. & Biggs, J.B. (1980). Cognition Development and Instruction. New York: Academic Press Inc.

Kleickmann, T., Richter, D., Kunter, M., Elsner, J., Besser, M., Krauss, S., & Baumert, J. (2012). Teachers’ content knowledge and pedagogical content knowledge: the role of structural differences in teacher education. Journal of Teacher Education 64(1), 90-106.

Loughran, J., Milroy, P.Berry, A., Gunstone, R., & Mullhall, P. (2001). Documenting Science Teachers’ Pedagogical Content Knowledge Through PaP-eRs. Research in Science Education, 31, 289-307

Loughran, J., Berry, A., & Mullhall, P. (2006). Understanding and developing science teacher’s pedagogical content knowledge. Rotterdam: Sense Publisher

________________ (2012). Understanding and developing science teacher’s pedagogical content knowledge (2nd ed.) Rotterdam: Sense Publisher Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

National Science Education Standards [NSES]. (1996). National Science Education Standards. Washington D.C. : National Academy Press

National Science Teacher Association [NSTA]. (2003). Standards for science teacher preparation (revised). Diakses 30 Januari 2014 dari http://www.nsta.org/preservice/docs/NSTAstandards2003.pdf

Pardede, D. Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) hanya 4, 25. (2013, 4 Juni). Diakses 5 Februari 2014, dari http://www.tribunnews.com/regional/2013/ 06/04/hasil-uji-kompetensi-guru-ukg-hanya-425

Purwianingsih, W. (2011). Pengembangan program pembekalan pedagogical content knowledge (PCK) bioteknologi melalui perkuliahan kapita selekta IPA SMA (Disertasi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2011). Diakses dari http://a-research.upi.edu/disertasiview.php?no_disertasi=316

Rochintaniawati, D. (2011). Analisis kebutuhan guru dalam mengembangkan kurikulum dan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (Disertasi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2011) Diakses dari http://a-research.upi.edu/disertasiview.php?no_disertasi=153


(6)

87

Shulman, L. (1987). Knowledge and teaching: Foundations of the new reform. Harvard Educational Review, 57 (1), 1- 22

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta

Williams, J. (2012). Using CoRes to develop the pedagogical content knowledge (PCK) of early career science and technology teachers. Journal of Technology Education 24(1), 34-53

Wilson, N.S. (2008). Teachers expanding pedagogical content knowledge about formative assesment together. Journal of In-service Education, 34 [3], 283-298

Young, J.R., Young, J.L. & Shaker, Z.(2012). Technological Pedagodical Content Knowledge (TPACK) Literature Using Confidence Intervals. TechTrends, 56(5), 25-33


Dokumen yang terkait

KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) CALON GURU BIOLOGI FKIP UMS DALAM PENYUSUNAN RPP KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) CALON GURU BIOLOGI FKIP UMS DALAM PENYUSUNAN RPP KURIKULUM 2013 TAHUN AKADEMIK 2016/2017.

0 2 12

KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) CALON GURU BIOLOGI FKIP UMS DALAM PENYUSUNAN RPP KURIKULUM 2013 TAHUN AKADEMIK 2016/2017 KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) CALON GURU BIOLOGI FKIP UMS DALAM PENYUSUNAN RPP KURIKULUM 2013 TAHUN AK

0 2 15

KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE Kemampuan Pedagogical Content Knowledge (PCK)Mahasiswa Calon Guru Pendidikan Biologi Fkip Ums Dalam Menyusun Rpp Kurikulum Ktsp Tahun AJARAN 2015/2016.

0 5 11

KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) MAHASISWA CALON GURU PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS Kemampuan Pedagogical Content Knowledge (PCK)Mahasiswa Calon Guru Pendidikan Biologi Fkip Ums Dalam Menyusun Rpp Kurikulum Ktsp Tahun AJARAN 2015/2016.

0 2 13

KEMAMPUAN PCK (PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE) Kemampuan Pck (Pedagogical Content Knowledge) Calon Guru Biologi FKIP UMS Dalam Menyusun Rpp Tahun Ajaran 2015/2016.

0 6 9

KEMAMPUAN PCK (PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE) CALON GURU BIOLOGI FKIP UMS DALAM MENYUSUN RPP Kemampuan Pck (Pedagogical Content Knowledge) Calon Guru Biologi FKIP UMS Dalam Menyusun Rpp Tahun Ajaran 2015/2016.

0 2 14

PERKEMBANGAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) CALON GURU BIOLOGI PADA PESERTA PENDEKATAN KONSEKUTIF DAN PADA PESERTA PENDEKATAN KONKUREN.

9 30 57

ANALISIS PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) CALON GURU BIOLOGI PADA MATERI GENETIKA DAN EKOLOGI.

14 63 124

PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU BERPENGAN DAN CALON GURU BIOLOGI - repository UPI T BIO 1201429 Title

0 0 3

PENGEMBANGAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) GURU BIOLOGI SMA PADA MATERI JAMUR

0 0 5