TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG.

(1)

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA

TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Seni Tari

Oleh:

Kusumah Dwi Prasetya 1000005

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Hak Cipta

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELIRAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR

PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Oleh

Kusumah Dwi Prasetya

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

©Kusumah Dwi Prasetya 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR

TAHUN 2000 – SEKARANG Oleh :

Kusumah Dwi Prasetya 1000005

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Desfina. M.Hum NIP. 19610220199003 2001

Pembimbing II

Agus Budiman, M.Pd NIP.19770312200501 1002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan SeniTari

Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen, M.Si NIP. 19571018198503 2001


(4)

ABSTRAK

Skripsi dengan judul TARI TOPENG GEGOT KATYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR TAHUN 2000-SEKARANG, merupakan salah satu karya ilmiah yang ditulis berdasarkan pengamatan terhadap apresiasi seni budaya khas Betawi yaitu tari yang termasuk rumpun tari Topeng khas Betawi salah satuya Topeng Gegot. Permasalahan yang dibahas meliputi latar belakang Tari Topeng Gegot, Koreografi Tari Topeng Gegot tahun 2000-sekarang, dan rias busana Tari Topeng Gegot tahun 2000-sekarang Khas Betawi di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis melalui pendekatan secara kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, studi literatur dan dokumentasi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Penelitian ini menghasilkan sebuah deskripsi, bahwa tari Topeng Gegot diciptakan tahun 1935, hingga akhirnya digolongkan kepada tari yang berpasangan. Pada perkembangannya tari ini sudah tidak lagi berpasangan, dan ada perubahan dari segi koreografi, rias dan busana tetapi tetap saja tidak merubah bentuk dan fungsi asli tari Topeng Gegot ini. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah Tari Topeng Gegot adalah salah satu rumpun dari Tari Topeng khas Betawi yang mulanya bersifat anonim, hingga pada akhirnya memiliki bentuk yang jelas dan bentuk stilasi gerak bersolek, hingga pada tahun 1973-an digolongkan menjadi tari berpasangan yang menggunakan dua properti topeng yaitu panji berwarna putih dan jingga berwarna merah. Pada zaman sekarang tari Topeng Gegot ini memiliki perkembangan dalam koreografi, rias dan busananya. Meskipun begitu, tari Topeng Gegot ini merupakan tarian yang termasuk kedalam salah satu tarian yang berpasangan berkelompok, dan perkembangan tersebut tidak mengubah fungsi asli dari tari Topeng Gegot ini.


(5)

iii

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Thesis title MASK DANCE GEGOT Katya Mother Kinang Jiun KONG IN VILLAGE AND DISTRICT CIRACAS CIBUBUR JAKARTA 2000-NOW, is one of scientific papers written by observation of art appreciation Betawi culture is dance that includes clumps mask dance Betawi one satuya Gegot mask. Issues covered include background Gegot Mask Dance, Choreography Mask Gegot 2000-present, and fashion makeup Mask Dance Gegot 2000-now Typical Betawi in Sub Cibubur Ciracas District of East Jakarta. The method used in this research is descriptive method of analysis through qualitative approach. Data collection techniques in this study using observation, interviews, literature study and documentation to get more accurate results. This research resulted in a description, that Gegot mask dance was created in 1935, until finally classified to dance in pairs. In the development of this dance is no longer in pairs, and there is a change in terms of choreography, makeup and fashion, but still it does not alter the original form and function of this Gegot mask dance. The conclusion that can be drawn from this study is Gegot Mask Dance is one of the groups of Betawi Mask Dance initially anonymous, until at last have a clear shape and form of stylized motion preening, until the 1973's dance in pairs which are classified into use two properties, namely the banner white mask and red orange. In today's dance masks Gegot developments in choreography, makeup and clothing. Nevertheless, this Gegot mask dance is a dance that belongs to one of the pairs dancing groups, and these developments do not change the original function of this Gegot mask dance.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Penelitian... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

1. Peneliti ... 9

2. Mahasiswa UPI ... 9

3. Jurusan Pendidikan Seni Tari ... 9

4. Masyarakat Setempat ... 9

5. Pihak Lain ... 9

F. Metode Penelitian... 10

G. Struktur Organisasi Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Hasil Telaah Penelitiaan Terdahuluan ... 11

B. Seni Tradisi di Masyarakat Betawi ... 12

C. Tari Topeng ... 16

D. Tari Topeng Gegot khas Betawi ... 18

E. Koreografi ... 22

F. Rias dan Busana ... 24

1. Tata Rias... 24

2. Tata Busana ... 25


(7)

vii

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Lokasi dan Objek Penelitian ... 27

1. Lokasi Peneletian ... 27

2. Objek Penelitian ... 27

B. Desain Penelitian ... 27

C. Pendekatan dan Metode ... 27

D. Definisi Operasional... 29

E. Instrumen Penelitian... 30

1. Pedoman Observasi ... 30

2. Pedoman Wawancara ... 31

F. Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. Observasi ... 31

2. Wawancara ... 32

3. Studi Literature... 34

4. Dokumentasi ... 35

G. Teknik Analisis Data ... 36

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Hasil Penelitian ... 37

1. Latar Belakang Tari Topeng Gegot... 37

2. Penyajian Tari Topeng Gegot tahun 2000-sekarang ... 45

3. Struktur Gerak ( Koreografi ) Tari Topeng Gegot Karya Mak Kinang dan Kong Jiun ... 46

4. Struktur gerak ( koreografi ) tari Topeng Gegot karya Mak Kinang dan Kong Jiun pada tahun 2000 – 2004 ... 49

5. Struktur Gerak ( Koreografi ) tari Topeng Gegot karya Mak Kinang dan Kong Jiun tahun 2004 – sekarang ... 56

6. Rias dan Busana Tari Topeng Gegot ... 57

B. Pembahasan ... 77

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 81

A. Simpulan ... 81

B. Rekomndasi ... 84


(8)

LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 86 DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(9)

ix

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Lukisan tari Topeng Gegot ... 43

2. Foto tari Topeng Gegot penari laki-laki dan perempuan ... 43

3. Penari perempuan ... 44

4. Penari laki-laki ... 44

5. Gerak Ngitek Kepala ... 50

6. gerak berpasangan tindak silang ... 51

7. gerak berpasangan teng dongdong ... 52

8. Gerak koma gegot ... 53

9. gerak berpasangan geser ... 54

10.gerak gagahan putra ... 55

11.gerak gagahan putri ... 56

12.rias penari laki-laki ... 58

13.rias penari perempuan tampak depan ... 59

14.rias penari perempuan tampak samping ... 59

15.Topeng panji ( putih ) ... 61

16.Topeng panji ( putih ) ... 62

17.Topeng jingga (merah) ... 63

18.Topeng jingga (merah) ... 63

19.kembang topeng ... 65

20.kebaya lengan bostrok ... 66

21.andong setengah ... 66

22.andong kutang ... 67

23.Kain sarung batik tumpal gigi bajing ... 67

24.toka – toka silang ... 68


(10)

26.selendang ... 69

27.kostum kreasi Toepeng Gegot tampak depan ... 70

28.kostum kreasi Toepeng Gegot tampak belakang ... 71

29.Iket kepala ... 72

30.koko coak ... 73

31.pangsi ... 73

32.kain sarung batik tumpal gigi bajing ... 74

33.sabuk jawara ... 74

34.selendang ... 75


(11)

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia yang menjadi muara mengalirnya pendatang baru dari berbagai suku bangsa maupun negara asing dari penjuru Nusantara sampai Dunia. Meskipun begitu, etnik Betawi diduga penduduk yang paling awal mendiami kawasan ini, paling tidak sejak abad kedua yang dijelaskan dalam buku Profil Seni Budaya Betawi pada tahun 2009.

Jakarta yang menjadi pusat dari kota Indonesia kemudian dihuni oleh orang– orang Sunda, Jawa, Bali, Maluku, Melayu dan dari beberapa daerah lainnya, disamping orang Cina Belanda, Arab, Portugis dan lain–lain. Mereka membawa adat istiadat dan tradisi budaya mereka ke tempat yang kelak akan meleburkan mereka dengan identitas budaya dan kesenian yang lain. Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi antar penduduk adalah bahasa Melayu dan bahasa Portugis yang lebih dari satu abad lamanya malang melintang berniaga sambil menyebarkan kekuasaan di Nusantara.

Jakarta yang menjadi pusat dari negara Indonesia, didatangi oleh berbagai suku budaya lokal maupun budaya asing yang secara tidak langsung mempengaruhi adat dan budaya masyarakat suku asli Jakarta tersebut. Jakarta juga adalah panci pelebur (melting pot) yaitu banyak kebudayaan dan kesenian dari berbagai penjuru Nusantara dan dunia bertemu, saling mempengaruhi, melebur dan menjadikan identitas baru yakni masyarakat Betawi atau orang Betawi.

Masyarakat Betawi terus berkembang dengan ciri-ciri budayanya yang semakin lama semakin konsisten dalam mempertahankan budayanya, sehingga mempunyai identitas tersendiri. Apabila dikaji lebih mendalam akan tampak unsur-unsur kebudayaan yang menjadi sumber asalnya, walaupun tidaklah mustahil bila bentuk kesenian, adat dan budaya Betawi sering menunjukan persamaan dengan kebudayaan dan kesenian/daerah atau bangsa lain, karena banyaknya faktor yang mempengaruhi budaya masyarakat asli Betawi tersebut.


(12)

Salah satunya dengan banyaknya suku bangsa maupun negara asing yang masuk. Meski begitu masyarakat suku Betawi tersebut tetap menjunjung adat istiadat kebudayaan asli mereka hingga saat ini.

Bagi masyarakat Betawi sendiri segala yang tumbuh dan berkembang ditengah kehidupan seni budaya dirasakan sebagai miliknya sendiri seutuhnya, tanpa mempermasalahkan dari mana asal unsur–unsur yang telah membentuk kebudayaan itu. Demikian pula sikapnya terhadap keseniannya sebagai salah satu unsur kebudayaan yang paling kuat mengungkapkan ciri–ciri kebetawian, terutama pada seni pertunjukan. Berbeda dengan kesenian kraton yang merupakan hasil karya seni para seniman istana dan terkesan adiluhung, kesenian Betawi justru tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat secara spontan dan dengan segala kesederhanaan. Oleh karena itu kesenian Betawi dapat digolongkan sebagai kesenian rakyat.

Betawi yang memiliki banyak keragaman seni dan budaya ini, memiliki kekhasan sendiri dalam budaya seni pertunjukannya baik dalam seni musik, sastra, teater, rupa maupun tari. Dari berbagai pemaparan tentang keunikan yang ada di Betawi peneliti tertarik untuk meneliti tentang kesenian yang ada di Betawi yaitu Seni Tari khas Betawi. Ada bermacam-macam jenis tarian yang menjadi khas Betawi, di antaranya tari Topeng, tari Belenggo, tari Yapong, tari Cokek, Tari Uncul, Tari Samrah, Tari Zapin atau Japin, Pencak Silat, Tari Kreasi Baru. Dari beberapa tarian di atas, salah satu tarian yang membuat peneliti tertarik adalah Tari Topeng Betawi, karena secara tradisi rumpun tari Topeng Betawi merupakan ke khasan dari seni budaya masyarakat Betawi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rachmat Ruchiat (2003, hlm.17)

Jenis tari ini disebut tari topeng, bukan karena semua tari-tariannya ditarikan oleh para penari dengan mengenakan topeng, melainkan karena biasa dijadikan pelengkap pergelaran topeng, salah satu teater tradisi yang hidup dan berkembang dikalangan masyarakat yang sehari-hari menggunakan bahasa Betawi dialek pinggir.

Dari pernyataan di atas Topeng Betawi dapat diartikan bahwa seni Topeng Betawi ini tidaklah hanya seni tari yang penarinya menggunakan Topeng saja,


(13)

3

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahkan lebih luas lagi yakni seni pertunjukan atau teater yang mengandung aspek tari, menyanyi, dan drama.

Seni pertunjukan yang berbentuk teater ini terdapat penari yang menggunakan topeng yang mirip dengan Topeng Banjet Karawang Jawa Barat, namun tentu saja memiliki perbedaan baik dalam bahasa dan bentuk penyajiannya. Melihat dari pertunjukan seni teater yang terdapat seni tari Topengnya tersebut mengapa tidak untuk membakukan tarian yang ada dalam Topeng Betawi tersebut. Mak Kinang dan Kong Jiun yang pertama menciptakan tari Topeng Betawi pada tahun 1930.

Ketika kita mendengar tari Topeng pasti kita menyangkut-pautkan dengan Cirebon atau langsung memikirkan tari Topeng Cirebon. Begitupula dengan Tari Topeng Betawi ini, terinspirasi dari tari Topeng Cirebon sebagaimana yang dikemukakan oleh Kartini Kisan generasi ketiga tari Topeng Betawi (1989, hlm.1) bahwa : “Tari Kedok yang berkembang di wilayah budaya Betawi pinggiran merupakan penyederhanaan dari tarian topeng kecil Cirebon yang biasa terdiri dari enam sampai delapan topeng“. Begitu besarnya penyebaran tari Topeng Cirebon yang tidak hanya di Betawi saja bahkan seluhur daerah Parahiyangan.

Macam-macam Tari yang termasuk rumpun Topeng Betawi menurut Yahya Andi Saputra (2009, hlm.39) :

Dalam perkembangannya kini kita kenal berbagai variasi tari topeng Betawi, seperti Lipet Gandes, Topeng Tunggal, Enjot-enjotan, Gegot, Topeng Cantik, Topeng Putri, Topeng Ekspresi, Kang Aji, dan lain-lain. Sementara tari kreasi baru yang mendapat inspirasi dari tari Topeng antara lain Ngarojeng, Doger Amprok, Gitek Balen, Kembang Lambang Sari, Nanak Ganjen dan Topeng Sengget.

Beberapa tari Topeng Betawi yang telah dipaparkan di atas, salah satunya adalah tari Topeng Gegot. Peneliti tertarik untuk meneliti Tari Topeng Gegot tersebut, karena tari Topeng Gegot tersebut merupakan tari Topeng yang mempunyai keunikan tersendiri, yaitu tarian Betawi yang menggunakan kedok,

yang bisa kita ketahui bahwa kata topeng yang diartikan oleh masyarakat di Betawi itu adalah sebuah pertunjukan, tetapi berbeda dengan tari Topeng Gegot ini yang benar–benar menggunakan Topeng atau kedok dan tari Topeng Gegot ini


(14)

mengalami beberapa kali pergeseran dalam bentuk penyajiannya. Itulah salah satu dari beberapa hal yang unik, yang terdapat dalam tari Topeng Gegot sehingga membuat peneliti tertarik untuk menindaklanjuti sebagai topik yang akan di angkat sebagai bahan penelitian.

Tari Topeng Gegot ini diciptakan oleh Mak Kinang dan Kong Jiun setelah Topeng Tunggal, pada tahun 1935-an. Mulanya tari Topeng Gegot ini sama dengan tari Topeng Tunggal bersifat anonim yaitu tidak mempunyai bentuk tarian yang khusus, yang termasuk ke dalam pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul Jantuk yaitu sebuah pertunjukan Topeng Betawi yang menceritakan tentang keluarga Jantuk.

Tari Topeng Gegot ini ditampilkan sebagai penarik perhatian warga bahwa akan berlangsungnya sebuah pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul Jantuk tersebut, seperti halnya tari Topeng Tunggal yang ditampilkan saat pertunjukan Topeng Betawi sebagai penarik perhatian warga. Saat pertunjukan Topeng Betawi, Tari Topeng Gegot ini ditarikan oleh satu orang dengan menggunakan topeng yang berwarna Putih, yang dimana penari mengikuti lagu yang berisi sajak, akan tetapi gerakan dari penari tersebut tidak tentu dan selalu berbeda setiap pertunjukannya, yang menimbulkan tidak ada kepastian dalam gerakan dan lama durasi dari sebuah tarian Topeng Gegot karena mengikuti dari sajak tersebut.

Sajak tersebut diiringi oleh beberapa alat musik yaitu gendang , kenong 3, rebab, kecrek, goong, dan kencengan. Walaupun sajak tersebut diiringi oleh beberapa alat musik, tetap saja dalam gerak dan pengaruh terhadap tari Topeng Gegot tidak beraturan, dalam segi kejelasan gerak dan kekonsistenan durasi. Itulah sebabnya mengapa tari Topeng Gegot ini bersifat anonim.

Pada tahun 1973, Kartini menjelaskan dalam wawancaranya pada tahun 2014 bahwa, bermula dari sebuah Festival di Bandung tepatnya Gedung Merdeka, saat itu Topeng Betawi yang berjudul Jantuk ini akan dipentaskan di festival tersebut, dengan tarian awal yaitu tari Topeng Tunggal, akan tetapi Mak Kiang dan Kong Jiun ini di usianya yang sudah lanjut tidak sanggup lagi untuk menarikan tari Topeng Tunggal tersebut, maka dari itu tari Topeng Gegotlah yang akan ditarikan.


(15)

5

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berbagai pendapat tentang tari Topeng Gegot pun bermunculan, terlebih mengenai gerak dari tari Topeng Gegot tersebut yang tidak memiliki bentuk yang jelas, maka dari itu penerus generasi kedua dari rumpun tari Topeng Betawi yaitu anak dari Mak Kinang dan Kong Jiun, Kisan, Warta dan Haji Dali memperjelas gerak dan alur dari tari Topeng Gegot tersebut dan mulai memakai hitungan yang pasti agar dapat dipelajari oleh orang lain.

Tari Topeng Gegot ini sebenarnya memiliki ketersinambungan dengan tarian pertamanya yaitu tari Topeng Tunggal, agar tidak terlalu jauh antara perbedaannya maka ditambahlah peran penari laki–laki dengan menggunakan topeng jingga yang membuat tari Topeng Gegot ini berpasangan dan terlihat unik, berbeda dari tarian–tarian lainnya. Begitulah awal mulanya tari Topeng Gegot menjadi tarian yang berpasangan. Pertama kali yang menarikan tari topeng Gegot secara berpasangan ini adalah Haji Dali dan Benih di acara festival bertempatkan di Gedung Merdeka Bandung.

Dua properti yang digunakan oleh tari Topeng Gegot ini adalah topeng berwarna Putih dan Jingga yang menunjukan karakter yang berbeda. Tari ini menceritakan perbedaan karakter manusia yakni karakter baik dan buruk yang digambarkan melalui gerak dari topeng Panji berwarna Putih berkarakter Lembut yang menceritakan sosok baik dalam diri manusia, sedangkan topeng Jingga berwarna Merah berkarakter Gagah yang menceritakan sosok manusia yang jahat. Tari Topeng Gegot ini juga dapat diartikan sebagai ketertarikannya seorang laki-laki terhadap kecantikan dan kelembutan seorang perempuan, seperti yang dijelaskan oleh Kartini dalam wawancaranya.

Seiring berjalannya waktu tari Topeng Gegot ini mulai sering ditarikan secara berpasangan, tetapi tidak hanya satu pasang saja, melainkan sampai beberapa pasangan penari, sehingga membuat masyarakat tertarik untuk menyaksikan Topeng Betawi tersebut. Semakin lama, semakin banyak permintaan masyarakat dan Dinas setempat untuk menampilkan tari Topeng Gegot.

Pada wawancaranya dengan Kartini menjelaskan, pada tahun 2000-an mulai tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi dibakukan, karena pada tahun tersebut generasi dari tari Topeng khas Betawi mulai terfikir untuk


(16)

meneruskan dan mewarisi dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun agar tidak punah, sehingga dibuat sebuah pembakuan dari mulai latar belakang dan gerak-gerak semua tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun tersebut. Hal tersebut di kuatkan pula dengan Pemerintah Dinas Jakarta yang meminta sendiri terhadap keluarga Mak Kinang dan Kong Jiun untuk membakukan gerak–gerak yang ada di dalam tari Topeng Topeng tersebut agar tidak ada kesimpang siuran atau perbedaan dalam gerak tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi tersebut yang mulai ditarikan oleh beberapa sanggar yang ada di Betawi. Begitu pula dengan gerakan tari dari rumpun tari Topeng Betawi ciptaan Mak Kinang dan Kong Jiun. Kartini Kisan yang lebih berperan penting mengenai pembakuan dari tari Topeng Gegot tersebut.

Maestro tari Topeng Betawi generasi ketiga inilah yang membakukan dan memperjelas gerakan dari tari Topeng Gegot ini agar mudah untuk dipelajari hingga tari Topeng Gegot ini dapat dilastarikan sebagaimana tari–tarian lainnya.

Setelah keluarga dari generasi Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun serta Pemerintah Dinas Kebudayaan membakukan seluruh tarian dari rumpun tari Topeng Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun tersebut. Dalam perkembangannya tari Topeng Gegot ini mengalami pergeseran bentuk penyajian kembali, yaitu pada tahun 2004 tari Topeng Gegot ini lebih banyak ditarikan oleh perempuan saja, karena sudah bertambahnya usia dari penari asli laki–laki Topeng Gegot yang menyebabkan tidak sebugar dahulu lagi saat menarikan tari Topeng Gegot tersebut dan kurangnya minat penari laki–laki, terlebih Jakarta sendiri adalah pusat kota di Indonesia yang menimbulkan siklus moderenisasi, ilmu dan perkembangan teknologi begitu cepat, sehingga membuat minat masyarakat kurang melestarikan dan mempelajari budayanya sendiri karena dianggap kuno. Hal tersebut dikemukakan pula oleh Alex Inkeles yang dikutip oleh Prof. Harsojo dalam buku Pengantar Antropologi (1982, hlm.269) yaitu “manusia modern lebih percaya pada ilmu dan teknologi”. Faktor yang dikemukakan oleh Harsojo tersebut yang menegaskan penyebab dari kurangnya apresiasi masyarakat


(17)

7

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Topeng Gegot adalah tidak adanya generasi penerus khususnya penari laki-laki hingga menjadikan tari Topeng Gegot ini jarang sekali ditarikan secara rampak berpasangan, melainkan hanya ditarikan oleh penari rampak perempuan saja yang menggunakan topeng Putih. Walaupun tari Topeng Gegot ini sudah jarang ditarikan secara berpasangan, tari Topeng Gegot ini tetap saja sebuah tari bentuk yang berpasangan, walau dalam kebanyakan penampilannya ditarikan oleh rampak perempuan yang menggunakan topeng Putih.

Dari pernyataan di atas jelas sekali dalam perkembangannya Tari Topeng Gegot ini mengalami pergeseran bentuk penyajian, baik dalam fungsi, bentuk penyajian, gerak, rias dan busana. Karena adanya beberapa faktor yang menyebabkan tari Topeng Gegot ini mengalami pergeseran dalam bentuk penyajianya, peneliti sangat tertarik untuk meneliti tari Topeng Gegot dengan segala keunikan dan ke-khasan dari tari Topeng Gegot ini, terlebih lagi penyebab dan akibat mengapa tari Topeng Gegot ini mengalami pergeseran bentuk dalam penyajiannya dan bentuk tari Topeng Gegot pada tahun 2000-sekarang, baik dalam bentuk penyajian, koreografi, rias dan busananya. Peneliti mengambil penelitian ini mulai dari tahun 2000, karena pada tahun tersebut generasi dari tari Topeng khas Betawi mulai terfikir untuk meneruskan dan mewarisi dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun agar tidak punah, sehingga dibuat sebuah pembakuan dari mulai latar belakang dan gerak-gerak semua tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun tersebut. Hal tersebut pula dikuatkan oleh rujukan dari Pemerintah Dinas Jakarta agar tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun ini sebagai warisan budaya Betawi yang harus dilestarikan. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti terfikir untuk meneliti tari Topeng Gegot mulai dari tahun 2000 dengan pertimbangan yang telah dijelaskan di atas. Sehingga dalam penelitiannya dapat terfokus dan jelas dalam permasalahannya.

B. Identifkasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang, peneliti tertarik untuk meneliti sebuah Tari Topeng Gegot ini dalam bentuk permasalahan dan perkembangannya. Tari


(18)

Topeng Gegot ini mengalami perubahan dalam bentuk penyajian, struktur koreografi, rias dan busananya. Perubahan tersebut menjadikan sebuah ide permasalahan yang menarik peneliti untuk dijadikan dasar penelitian dan mengangkat permasalahan tersebut ke dalam identifikasi masalah. Untuk tidak terlalu luas dalam pembahasannya, peneliti mengidentifikasikan masalah penelitian ini pada tahun 2000–sekarang.

Peneliti mengambil penelitian ini mulai dari tahun 2000, karena pada tahun tersebut generasi dari tari Topeng khas Betawi mulai terfikir untuk meneruskan dan mewarisi dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun agar tidak punah, sehingga dibuat sebuah pembakuan dari mulai latar belakang dan gerak-gerak semua tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun tersebut. Hal tersebut pula dikuatkan oleh rujukan dari Pemerintah Dinas Jakarta agar tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun ini sebagai warisan budaya Betawi yang harus dilestarikan.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah, peneliti merumuskan bentuk permasalahan penelitian ke dalam sebuah pertanyaan, sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang Topeng Gegot karya Mak Kinang dan Kong Jiun di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur?

2. Bagaimana koreografi tari Topeng Gegot pada tahun 2000–sekarang? 3. Bagaiman rias dan busana tari Topeng Gegot pada tahun 2000–sekarang? D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan secara umum tentang latar belakang tari Topeng Gegot untuk memperoleh gambaran tentang struktur Bentuk Penyajian Tari Topeng Gegot Karya Makinang dan Kong Jiun di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada Tahun 2000–sekarang

2. Tujuan Khusus


(19)

9

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Mendeskripsikan latar belakang Tari Topeng Gegot Karya Makinang dan Kong Jiun di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur b. Mendeskripsikan bentuk koreografi Tari Topeng Gegot pada Tahun

2000–sekarang

c. Mendeskripsikan rias dan busana Tari Topeng Gegot pada Tahun 2000– sekarang

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan peneliti dalam penelitian ini, adalah : 1. Peneliti

Dengan adanya penelitian tentang Bentuk Penyajian Tari Topeng Gegot Karya Makinang dan Kong Jiun di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur Tahun 2000 – sekarang, diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk peneliti serta menambah pengalaman, pengetahuan dan wawasan bagi peneliti, khususnya mengenai tari Topeng Gegot Betawi.

2. Mahasiswa UPI

Dengan adanya penelitian Bentuk Penyajian Tari Topeng Gegot Karya Makinang dan Kong Jiun di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur Tahun 2000–sekarang, diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru dan informasi tentang tari khas Ibu Kota terutama Tari Topeng Gegot.

3. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI Bandung

Menambah Khasanah kepustakaan (literature) khususnya pada jurusan Pendidikan Seni Tari UPI Bandung mengenai Bentuk Penyajian Tari Topeng Gegot Karya Makinang dan Kong Jiun di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur Tahun 2000–sekarang.

4. Masyarakat Setempat

Meningkatkan rasa cinta dan bangga terhadap kesenian daerah setempat yakni Tari Topeng Gegot Karya Makinang dan Kong Jiun di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur khusunya pada masyarakat Betawi itu sendiri. 5. Pihak Lain

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan informasi akan keberadaan, dan memberikan wawasan bagi masyarakat luas, seniman, dan


(20)

generasi muda. Peneliti juga mengajak kepada masyarakat luas dimanapun berada untuk menghargai, mempertahankan, melestarikan seni budaya bangsa setempat. F. Metode Peneltian

Metode yang dilakukan ini adalah metode penelitian deskriptif analisis dengan melakukan pendekatan secara kualitatif. Metode deskriptif analisis merupakan salah satu metode penelitian untuk memecahkan masalah, yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan menganalisis dimana peneliti menjelaskan situasi dan bagaimana bentuk pertunjukan Tari Topeng Gegot.

G. Struktur Organisasi Penelitian

Bab I pendahuluan berisikan tentang : latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan metode penelitian secara garis besar.

Bab II berisi uraian tentang metode penelitian, adapun uraian dan isi metode penelitian diantaranya: seni tradisi di masyarakat Betawi, tari Topeng, tari Topeng Gegot, koreografi, rias dan busana.

Bab III merupakan penjabaran lebih terperinci kedalam metode penelitian. Adapun uraian dan isi dari penjabaran metode penelitian diantaranya : lokasi dan objek penelitian, desain penelitian, pendekatan dan metode, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan dari data-data yang telah dikumpulkan peneliti untuk menemukan hasil dan pembahasan dari rumusan masalah.

Bab V merupakan uraian tentang kesimpulan dan rekomendasi yang ditunjukan kepada para pembuat kebijakan, kepada pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, kepada penelitian berikutnya.


(21)

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Objek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan ini dilaksanakan di kediaman Kartini Kisan di Jalan Cibubur gang 3 rt 06 rw 01 Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Alasan dipilih lokasi tersebut karena tertarik dengan Pertunjukan dan latar belakang Tari Topeng Gegot, dan keinginan peneliti yang tetap ingin menghidupkan kesenian daerah yang hampir punah.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Kartini Kisam sebagai Maestro generasi ketiga dari pewaris tari Topeng Betawi dan Tari Topeng Gegot Karya Makinang dan Kong Jiun di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.Objek ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa Kartini adalah maestro Tari Topeng Gegot generasi ketiga yang masih ada sampai sekarang.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis menggunakan pendekatan kualitatif. Pengangkatan eksistensi dari sebuah karya seni yang hampir punah dan mengalami perkembangan dalam bentuknya. Yakni Tari Topeng Gegot Karya Mak Kinang dan Kong Jiun.

C. Pendekatan dan Metode

Metode yang dilakukan penelitian untuk memecahkan masalah, yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan menganalisis dimana peneliti menjelaskan situasi dan permasalahan kedua versi tentang Tari Topeng Gegot dari generasi ketiga dan keempat pewaris rumpun Tari Topeng Betawi yaitu Mak Kiang dan Kong Jiun.

Metode yang dipergunakan harus tepat dengan jenis penelitian yang diteliti. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiono (2010, hlm.6) :


(22)

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan

Untuk menjaga kealamiahan dari penulisan penelitian tersebut, sebagamana yang telah dipaparkan di atas, maka metode ini diklasifikasikan berdasarkan, tujuan, dan tingkat kealamiahan obyek yang diteliti. Sugiono (2010, hlm.9) mengungkapkan :

Metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied research) dan penelitian pengembangan (research and development). Selanjutnya berdasarkan tingkat kealamiahan, metode penelitian dapat dikelompokan menjadi metode penelitianeksperimen, survey dan naturalistik.

Berdasarkan pemaparan dari para ahli, karakteristik permasalahan dari penulisan ini sangat cocok dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analisis dengan melakukan pendekatan secara kualitatif. Metode deskriptif analisis merupakan salah satu pemecahan masalah dalam penelitian ini, karena penelitian ini lebih menitik bertkan terhadap permasalahan pendeskripsian dan menganalisis hasil dari permasalahan tersebut.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nana Sudjana dan Ibrahim (2001,

hlm.64). ‘Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan

suatu gejala, peristiwa, kejadian yang telah terjadi pada saat sekarang (pada saat

penelitian dilaksanakan).’

Dalam paparan di atas peneliti menggunakan metode deskriftif analisi menggunakan pendekatan kualitatif dimana pendekatan kualititatif adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian pada kondisi objek yang alamiah. Metode ini dianggap peneliti sebagai langkah kongkrit guna memperoleh informasi data dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam penelitian.

Sebagaimana Sugiono (2010, hlm.15) menjelaskan pengertian metode penelitian kualitatif, yaitu:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian berlandaskan pada filsafat Postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah


(23)

29

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara

purposivedan snowbaal, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatf, dan hasil penelitian kualitataif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Oleh karena itu peneliti merasa metode deskriptif analisis yang paling tepat untuk menjawab dari berbagai rumusan masalah yang terdapat pada penelitian ini. Metode deskriptif analisis pula yang akan menjadi acuan untuk mengungkapkan Bentuk Penyajian Tari Topeng Gegot Karya Mak Kinang dan Kong Jiun di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dari generasi ketiga dan keempat dalam koreografi, rias dan busana. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif merupakan salah satu metode penelitian untuk memecahkan masalah, yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan menganalisis dimana peneliti menjelaskan situasi dan bagaimana bentuk pertunjukan Tari Topeng Gegot yang mengalami perbedaan versi dari generasi ketiga dan keempat dari pewaris tari Topeng Betawi yaitu Mak Kinang dan Kong Jiun.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional peneliti uraikan karena untuk menghindari salah satu penafsiran mengenai judul penelitian yang akan peneliti ajukan, dan peneliti akan membatasi istilah–istilah yang ada dalam penelitian. Dengan demikian pembaca akan memperoleh gambaran apa yang dimaksud dengan judul tersebut, sebagai berikut :

Tari Topeng Gegot Karya Makinang dan Kong Jiun di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur adalah salah satu seni pertunjukan khas Betawi di DKI Jakarta. Tari Topeng Gegot ini mulanya bersifat anonim sama seperti Topeng Tunggal, tetapi oleh Mak Kinang dan Kong Jiun dan generasi penerus dari keluarga Mak Kinang dan Kong Jiun dibuat menjadi tari bentuk yang utuh dan jelas untuk mudah dipelajari. Tari Topeng Gegot merupakan salah satu rumpun tari Topeng Betawi, yang disajikan secara berpasangan dengan menggunakan Topeng. Dalam perkembangannya pada tahun 2000–sekarang tari Topeng Gegot mengalami perubahan, baik dalam bentuk penyajian, koreografi dan rias dan busananya.


(24)

Dari pernyataan di atas peneliti akan membatasi penelitian ini agar sesuai dengan apa yang dimaksud dengan judul penelitian, yakni memperoleh gambaran tentang latar belakang Tari Topeng Gegot Karya Mak Kinang dan Kong Jiun, dan memperoleh gambaran mengenai struktur koreografi, rias dan busana Tari Topeng Gegot pada tahun 2000–sekarang. Mengambil mulai dari tahun 2000, karena pada tahun tersebut merupakan pembakuan dan penyamarataan tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun oleh generasi penerus tari Topeng Gegot karya Mak Kinang dan Kong Jiun serta Pemerintah Dinas Jakarta. Maka dari itu peneliti mengambil penelitian ini mulai dari tahun 2000-sekarang dan agar lebih terfokuskan dalam permasalahannya. E. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat yang digunakan dalam pengumpulan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian. Sebelum melakukan penelitian ke lapangan peneliti menyiapkan beberapa panduan diantaranya panduan observasi, wawancara dan dokumentasi. Tetapi dalam penelitian ini, peneliti sendirilah yang mempunyai peranan penting saat terjun langsung kelapangan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Hal ini telah diungkapkan oleh Sugiyono (2008, hlm.222) bahwa, ‘Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri’.

Dengan adanya panduan penelitian tersebut peneliti akan lebih fokus terhadap topik pembahasan. Dalam instrument penelitian itu biasanya berupa pedoman-pedoman baik pedoman-pedoman wawancara maupun pedoman-pedoman observasi, yang masing-masing mempunyai peranan dan fungsi tersendiri :

1. Pedoman Observasi

Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah peneliti mengamati secara langsung koreografi dan keunikan-keunikan dari Tari Topeng Tunggal Khas Betawi dari kedua versi dari generasi ketiga dan keempat dari pewaris tari Topeng Betawi. Teknik observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam penyususnan hasil laporan penelitian.


(25)

31

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan untuk mengajukan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian. Pedoman wawancara Hasil pedoman wawancara ini dimaksudkan berisi sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang tari Topeng Gegot, mengajukan pertanyaan tentang susunan koreografi, serta mengajukan pertanyaan tentang tata rias, dan busana yang digunakan dalam tari Topeng Gegot karya Makinang dan Kong Djiun di kelurahan Cibubur, kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.

Hasil pedoman wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan data-data penelitian, yang selanjutnya dijadikan salah satu referensi untuk membuat laporan hasil penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, diantaranya :

1. Observasi

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini dengan maksud mendapatkan informasi dan data secara langsung dari lokasi, yaitu untuk melihat langsung bagaimana perkembangan Tari Topeng Gegot Karya Mak Kinang dan Kong Jiun di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Peneliti melaksanakan observasi langsung ke lapangan tempat tinggal narasumber, karena dengan begitu peniliti dapat mengumpulkan semua data-data yang dibutuhkan mengenai tari Topeng Gegot ini. Seperti yang dikatakan oleh Nasution (thn. 1988) bahwa ‘observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan’.

Kegiatan observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dibagi menjadi dua tahap, tahap pertama berupa observasi awal (survey) yang berisi dengan kegiatan pengecekan lokasi dan sasaran penelitian. Tahap kedua sebagai penelitian inti dengan kegiatan pengumpulan bahan dan data yang dibutuhkan dalam pembahasan masalah. Observasi pertama yang kegiatannya berisi pengecekan lokasi dan sasaran penelitian, bertujuan untuk mengetahui lokasi sebenarnya dari narasumber. Adapun observasi kedua yaitu untuk mendapatkan


(26)

seluruh informasi yang dapat menunjang pada penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu obeservasi langsung. Dimana peneliti dapat melakukan pengamatan tarian tersebut lebih dekat jelas dan terperinci dari narasumber yang bergelut langsung terhadap Tari Topeng Gegot ini dan peneliti dapat meninjau secara langsung dari kesenian secara utuh. Sebagaimana yang diungkapkan oleh M. Nazir (1983, hlm.212) bahwa

‘pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung

adalah cara pengambilan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut’.

Adapun manfaat observasi menurut Patton dalam Nasution (thn. 1988), manfaat observasi adalah sebagai berikut : ‘Dengan observasi di lapangan peneliti akan mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh’.

Teknik observasi ini juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Seperti yang diungkapkan oleh Satori dan Komariah (2010,

hlm.105) bahwa ‘mengetahui kecenderungan perilaku seseorang terhadap suatu

kegiatan dapat dilakukan dengan cara menyaksikan secara langsung. Dengan cara ini kita dapat mempercayai apa yang sesungguhnya terjadi, karena kita melihat

dengan mata kepala sendiri’. Dengan mengobservasi langsung ketempat sumber

dari informasi tersebut, peneliti dapat dengan mudah mendapatkan data-data yang diperlukan untuk keperluan bahan penelitian dan yang berkaitan dengan Tari Topeng Gegot.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh keterangan dalam pengumpulan data penelitian dengan cara tanya jawab. Selain itu juga wawancara dapat digunakan untuk mengetahui apabila peneliti ada sebuah permasalahan pada penelitian yang sedang dilaksanakan oleh peneliti, dan peneliti berkeinginan untuk mengetahui hal–hal


(27)

33

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipaparka oleh Satori dan Komariah (2010, hlm.130) yakni : ‘wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab’.

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai. Jenis wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara langsung. Menurut A. Muri Yusuf dalam bukunya Metodologi Penelitian Wawancara (2005, hlm.140) menjelaskan bahwa:

Wawancara adalah proses antara pewawancara (Interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung atau dapat juga dikatakan sebagai proses percakapan tatap muka (face to face) antara interviewer dengan interviewee dimana pewawancara bertanya langsung tentang sesuatu aspek yang dinilai dan telah dirancang sebelumnya.

Teknik wawancara yang digunakan penelti dalam penelitian ini adalah teknik wawancara bertahap. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Satori dan Komariah ( 2010, hlm.131 ) bahwa :

Wawancara berahap adalah wawancara yang mana peneliti dengan sengaja datang berdasarkan jadwal yang ditetapkan sendri untuk melakukan wawancara dengan informasi dan peneliti tidak sedang observasi partisipasi, ia bisa tidak terlibat intensif dalam kehidupan sosial informan, tetapi dalam kurun waktu tertentu, peneliti bisa datang berkali – kali untuk melakukan wawancara. Istlah lain dari bertahap bisa disebut juga wawancara bebas, terpimpin atau terarah, yaitu wawancara dengan merujuk pada pokok – pokok wawancara.

Maksud dari teknik wawancara tersebut adalah untuk mengungkap data–data dan informasi dari subernya langsung yang sifatnya berhubungan dengan makna– makna yang ada dibalik prilaku situasi sosial yang terjadi. Seperti yang dijelaskan oleh Lincoln dan Guba dalam Satori dan Komariah (2010, hlm.132) bahwa maksud dari penggunaan teknik wawancara yaitu :

1. Mengkontruksi mengenai orang, kejadian organisasi perasaan motivasi, tuntunan, kepedulian dan lain–lain kebulatan ;

2. Mengkontruksi kebulatan–kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu ;


(28)

3. Memproyeksi kebulatan–kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang ;

4. Memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi) ; 5. Memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang

dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

Dari pernyataan di atas peneliti dapat menggunakan metode wawancara dalam penelitiannya. Dalam wawancara ini peneliti bertanya langsung pada narasumber yang berkaitan dengan latar belakang, koreografi rias dan busana tari Topeng Gegot, dan terus mengembangkan tema wawancara baru yang dapat memperkaya informasi mengenai masalah dari penelitian tersebut, terutama dalam segi latar belakang, struktur koreografi dan rias dan busana tari Topeng Gegot.

Untuk mengantisipasi kekelurahan dalam penyimpulan pembahasan dari narasumber, saat melakukan wawancara, peneliti dibantu dengan mengguakan alat wawancara. Alat bantu tersebut digunakan agar wawancara lebih efektif dan efisien. Pada saat prosesnya digunakannya instrumen pertanyaan–pertanyaan wawan cara untuk membantu mengingatnya, maka wawancara tersebut direkam dengan menggunakan alat bantu handphone.

3. Studi Literatur

Selain melakukan observasi serta wawancara penulis juga mencoba mencari sumber data serta informasi dengan mengkaji beberapa sumber dari buku-buku serta jurnal skripsi yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini. Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data, informasi dengan cara mempelajari beberapa literatur. Literatur yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu sumber–sumber yang mendukung baik dari hasil penelitian, buku sumber, makalah, artikel, koran-koran dan intenet.

Pemecahan masalah akan lebih mudah dengan menggunakan studi literatur, karena didukung dengan buku–buku yang relevan dan dijadikan sumber untuk mendapatkan hasil kajian yang lebih tepat dan ilmiah. Penggunaan buku sebagai sumber dapat dijadikan kerangkan acuan atau landasan dalam merumuskan dan menganalisis data serta bahan dalam pengolahan data.


(29)

35

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Beberapa sumber dari buku-buku diantaranya buku Profil Seni Budaya Betawi, Kebudayaan DKI Jakarta, adapun Artikel-artikel seperti Tari Kedok, Perkembangan Seni Budaya di DKI Jakarta, Perkembangan Seni Budaya di Jakarta dan Sekitarnya Dari Masa ke Masa dan dilandasi dengan buku Metode Penelitian Pendidikan. Serta jurnal skripsi yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini. Selain buku-buku yang disebutkan di atas masih terdapat bahan–bahan yang peneliti kutip dari internet, sebagai acuan untuk dikaji kembali dan disatupadukan dengan permasalahan yang sedng peneliti teliti. Berkenaan dengan hal ini Cronin dalam Satori dan Komariah (2010, hlm. 151) menyebutkan bahwa,

bila ingin mengetahui signifikasi suatu sitiran, terlebih dahulu harus memahami perilaku ilmuan dalam berkomunikasi.kebiasaan mengutip pendapat atau teori yang terdapat pada karya pengarang lain telah banyak dilakukan oleh penulis. Sitiran tu dipahami untuk mendukung tulisan dan hal itu telah menjadi kehausan dalam dunia kominikasi.

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang melengkapi dari penggunaan metode observasi dan wawancara, serta membantu dalam pelengkapan penelitian dari metode observasi dan wawancara tersebut. Pendokumentasian dapat membantu memberikan data dalam menganalisis, mencari data, dan mengenai hal–hal variable yang berupa benda–benda tertulis, seperti buku–buku, majalah, dokumentasi, peraturan–peraturan, notulen rapat, catatan harian dan lain sebagainya. Studi ini diperjelas pula oleh Satori dan Komariah (2010, hlm.149)

Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Studi dokumenasi yaitu mengumpulkan dokumen dan tiba–tiba yang diperlukan dalam permasalahan penelitian laludi telaah secara intens, sehingga dapat mendukng dan menambah kepercayaan dan pembuktin suatu kejadian. Hasil observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung dengan dokumen yang terkait dengan fokus penelitian.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa dokumentasi sangat penting untuk memperkuat dan mensyahkan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumen seperti piagam–piagam, makalah


(30)

serta hasil rekaman yang berupa audio, visual dan audio visual. Alat yang digunakan peneliti saat pendokumentasian penelitian yaitu: handphone alat untuk merekam pada saat wawancara bersama narasumber Tari Topeng Gegot, adapun kamera digital, dan handycam untuk mengambil gambar penting pada saat penelitian berlangsung.

G. Teknik Analisis Data

Dari data-data yang telah terkumpul, peneliti kaji dan analisis kembali untuk mengetahui aspek-aspek apa saja yang termasuk dalam permasalahan yang sedang diteliti oleh peneliti.

Dalam penelitian kualitatif, analisis data yang telah terkumpul dari hasil penelitian, atau dokumentasi yang lain ini merupakan kegiatan yang sangat penting sejak penelitian itu dimulai hingga penelitian ini selesai. Menurut Sugiyono (2007, hlm.89) bahwa ‘analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian’.

Setelah beberapa data terkumpul dari hasil observasi dan wawancara penulis mengkaji beberapa sumber lain dari buku serta artikel yang digunakan oleh penulis sebagai landasan untuk memperkuat beberapa pernyataan yang penulis dapatkan dan kemudian penulis kembangkan sebagai pembahas dalam penulisan.


(31)

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahsaan mengenai tari Topeng Gegot karya Mak Kinang dan Kong Jiun ini, ada beberepa poin yang peneliti ambil dan dirasa sangat penting untuk menujang dari permasalahan yang peneliti rumuskan. Tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun ini merupakan tarian yang sangat unik, karena tari Topeng Gegot ini memeng benar-benar dalam penyajian tarinya menggunakan topeng yang dimana dalam bahasa Betawi kata topeng itu sendiri adalah sebuah pertunjukan. Kata topeng itu banyak dipakai dalam tarian yang termasuk rumpun tari Topeng khas Betawi, tapi dalam penyajiannya tidak menggunakan topeng, hanya ada tiga saja yang benar-benar menggunakan topeng atau kedok dalam bahasa Betawi, yaitu tari Topeng Tunggal, tari Topeng Gegot dan tari Topeng Jantuk yang sekarang sudah mulai dibentuk kedalam tari.

Tari Topeng Gegot merupakan tari yang mulanya termasuk kedalam satu runtuian pertunjukan Topeng Betawi, yang berjudul Jantuk. Topeng Betawi merupakan pertunjukan teater total dengan menceritakan sebuah keluarga Jantuk. Tari Topeng Gegot tersebut berfungsi hanya untuk menarik perhatian warga, bahwa ditempat tersebut ada sebuah pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul Jantuk. Tari Topeng Gegot bersifat anonim, seperti tari topeng pendahulunya yaitu tari Topeng Tunggal. Anonim yang dimaksudkan dalam tari Topeng Gegot ini adalah tidak adanya sebuah kepastian dalam gerak dan durasi, karena sifat tarian tersebut yang hanya mengandalkan improfisasi penarinya dan mengikuti sajak yang telah dibacakan. Sajak tersebut selalu berubah dalam penampilannya, sehingga mempengaruhi penampilan tari Topeng Gegot yang mengakibatkan tidak adanya kepastian gerak dan durasi dalam tari Topeng Gegot tersebut.

Perkembangan dalam tari Topeng Gegot ini sangatlah pesat dan beragam, seiring dengan perkembangan zaman dan pemikiran yang semakin terbuka dalam pelestarian sebuah budaya yang menjadi identitas diri, mulailah tari Topeng Gegot


(32)

ini dikembangkan. Mulanya tari Topeng Gegot ini adalah sebuah tari sendiri atau berkelompok dengan menggunakan topeng Panji berwarna Putih. Hingga pada tahun 1973, tari Topeng Gegot ini menjadi tarian berpasangan kelompok adalah dalam festival di Banding, tepatnya di Gedung Merdeka. Pada saat itu tari Topeng Gegot ditampilkann bersama pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul Jantuk dengan cara berpasangan, seharusnya penampilan tari dari pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul Jantuk ini adalah Topeng Tunggal yang memiliki tiga karakter, tetapi karena penari dari tari Topeng Tunggal sudah mulai uzur, maka digantikan oleh tari Topeng Gegot. Tari Topeng Gegot yang menggunakan properti satu topeng dirasa belum cukup untuk mengimbangi dari tari Topeng Tunggal yang menggunakan tiga properti topeng, maka dari itu ditambahkan topeng dalam pertunjukannya dengan karakter yang berbeda, sehingga menjadikan tari Topeng Gegot ini kedalam tari yang termasuk tarian berpasangan dalam pertunjukannya. Topeng yang ditambahkan dalam tari Topeng Gegot ini adalah topeng Jingga berwarna Merah. Karakter topeng Jingga Berwarna Merah adalah gagah dan keras, hal tersebut sangat berlawanan dengan karakter topeng yang digunakan sebelumnya, yaitu topeng Panji berwarna Putih yang berkarakter Lembut yang menceritakan sosok baik dalam diri manusia. Begitulah awal mulanya mengapa tari Topeng Gegot tergolong kedalam tarian yang berpasangan

Tari Topeng Gegot ditarikan secara berpasangan bertahan sampai tarian yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kiang dan Kong Jiun ini dibakukan dan disamaratakan dalam latar belakang serta dasar-dasar geraknya. Kartini yang dibantu oleh saudaranya yaitu Entong Kisan dan Atit Supriyatin yang membakukan semua tari yang bersumberdari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun, termasuk tari Topeng Gegot pada tahun 2000, yang dirujuk oleh Pemerintah Dinas Jakarta, hingga tari Topeng Gegot digolongkan sebagai tarian Topeng khas Betawi yang berpasangan secara kelompok.

Pada kenyataannya, tari Topeng Gegot ini mengalami beberapa perkembangan, bahkan setelah dibakukan oleh Pemerintah Dinas Jakarta, bahwa


(33)

83

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berpasangan, karena sudah jarang sekali penari laki-laki dan kurangnya ketertarikan laki-laki dalam tarian Topeng Gegot ini yang menyebabkan tari Topeng Gegot ini jarang ditarikan secara berpasangan kelompok, serta perkembangan teknologi yang sangat pesat, apalagi di kota yang metropolitan seperti Jakarta dengan gaya hidup yang modern serta mengangap seni tradisi itu kuno dan ketinggalan zaman, hingga lebih meniru budaya barat. Seperti yang dituliskan oleh sebuah majalah online SIPerubahan yang diunggah pada minggu,18 Mei 2014, yaitu:

Betapa lemahnya peran generasi muda dalam menjaga dan melestarikan budaya daerah masing masing. Di sini bisa terlihat, generasi muda lebih suka mengikuti budaya modern yang kebarat-baratan daripada budaya daerah kita yang lebih beradat dan beradab.

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa lemahnya generasi muda dalam mempertahankan budayanya, terlebih di kota Jakarta. Maka dari itu Entong Kisan yang diteruskan oleh anaknya yaitu Kris Entong dan Cipta Entong mengembangkan tari Topeng Gegot ini, untuk dapat menarik perhatian dari masyarakat, khususnya generasi muda Betawi. Pengembangan tersebut menghasilkan perbedaan dari bentuk asli tari Topeng Gegot yaitu menjadi sering ditarikan oleh penari perempuan saja secara rampak jarang lagi ditarikan secara berpasangan rampak, dan sedikit perbedaan dalam gerak, rias dan busananya. Walaupun demikian, tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun ini masih termasuk kedalam salah satu tarian yang berpasangan secara berkelompok.

Perubahan dalam penyajian tari Topeng tersebut tidak serta merta merubah seluruh penyajian tari Topeng Gegot, dalam bentuk gerak, rias dan busana masih tetap sama seperti dahulu. Nama-nama gerak dalam tari Topeng Gegot yang sekarang ini jarang ditarikan dengan cara berpasangan, masih sama dengan awal mula tarian ini dibakukan. Rias dan busana memiliki perkembangan tersendiri dari aslinya, pada saat pertunjukan tari Topeng Gegot saat ini yang ditarikannya tidak dengan cara berpasanagan lebih mengkreasikan rias dan busana sesuai dengan keinginan penari, tetapi tidak sampai merubah karakter dari tari Topeng


(34)

Gegot terebut. Mengkreasikan dalam rias dan busana tari Topeng Gegot bukan hal yang tidak diperbolehkan, asal tidak merusak dan mengubah wajah, karakter dan bentuk asli dari tari Topeng Gegot ini. Karena kreasi itu sendiri bukanlah perusak dari subuah tradisi yang sudah ada.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian penulis merekomendasikan beberapa hal kepada:

a. Para peneliti selanjutnya, masih banyak sekali hal yang bisa digali dan diteliti lagi mengenai unsur-unsur pertunjukan kesenian tari Topeng Gegot yang termasuk rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun dengan menggunakan tekhnik-tekhnik penelitian yang lebih sempurna sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk kelangsungan dan perkembangan kesenian tersebut kelak di kemudian hari.

b. Jurusan Pendidikan Seni Tari, dilihat dari sudut pandang keilmuan tari Topeng Gegot yang termasuk rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun memiliki unsur gerak yang bisa dipelajari. Melalui dunia pendidikan tari Topeng Gegot secara utuh bisa dijadikan bahan ajar bagi mahasiswa. Dan bisa diambil dari perwatakannya juga, sehingga pengetahuan mengenai kesenian topeng bisa bertambah.

c. Guru, dengan adanya penelitian ini diharapkan guru bisa menggunakannya sebagai bahan ajar di sekolah. Sebagai perbendaharaan keunikan dan keanekaragaman kesenian Nusantara. Menambah apresiasi siswa terhadap kesenian tari khususnya tari Topeng, yang sebenarnya Betawi sendiiri memiliki tarian yang bersumber dari tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun yaitu tari Topeng Gegot.


(35)

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Pustaka

Abs.Rachem.dkk.(1996), Pertunjukan Praktis Latihan Gerak Dasar Tari Topeng Betawi. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta

Andi Saputra Yahya dan Nurzain, (2009), Profil Seni Budaya Betawi. Jakarta: Dinas Pariwisata dan kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.

Astuti, R.P. (2013). Tari Topeng Tunggal Khas Betawi di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakara Timur. Skripsi,Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia

Dewi, I.K. (2014). Kebudayaan Gaya Hidup pada Generasi Muda. Siperubahan. [Online]. Tersedia di: http://www.siperubahan.com/read/716/Kebudayaan-Gaya-Hidup-pada-Generasi-Muda. Diakses 18 Mei 2014.

Djam'an Satori, dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Herymawan. (1993). Dramaturgi. Bandung: Remaja Rosdakarya Harsojo. (1982). Pengantar Antropologi. Bandung: Binacipta.

Kartini, (1989/1999), Tari Kedok. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Proyek Peningkatan Mutu Pelatih Seni Budaya.

Nugraha, Firman. (2012). Topeng Klana Di Lingkung Seni Cinta Pusaka Serbaguna Subang Pimpinan Carini (Menor). Skripsi, Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia

Nurgraheni, Triyanti. (2010). Karakter Putri Pada Dramatari Klasik di Wilayah Budaya Jawa, Bali dan Sunda. Diaertasi, Sekalah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.

Poerwadarminta. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. : Balai Pustaka

Rachmat Ruchiat, Singgih Wibisosno, Rachmat Syamsudin, Ikhtisar Kesenian Betawi, Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, cetakan ke-2,2003.

Rosala, Dedi dkk. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora Utama Press Bandung.

Rusliana Iyus. (2002). Wayang Wong Priangan kajian menegenai pertunjukan dramatari tradisional di Jawa Barat. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.


(36)

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan (Pendekatan kuatintatif, kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2001). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru.

Soedarsono. (2002). Seni Pertunjukan Indonesia di era Globalisasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Soedarsono R.M. (1990). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi.

Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

. (2010). Hubungan Seni, Seniman dan Masyarakati. [Online]. Tersedia di: http://syiham-al-ahmadi.blogspot.com/2010/02/hubungan-seni-seniman-dan-masyarakat.html. Diakses 15 Februari 2010.

. ( ). Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di: http://kbbi.web.id/masyarakat. Diakses April 2014.


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahsaan mengenai tari Topeng Gegot karya Mak Kinang dan Kong Jiun ini, ada beberepa poin yang peneliti ambil dan dirasa sangat penting untuk menujang dari permasalahan yang peneliti rumuskan. Tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun ini merupakan tarian yang sangat unik, karena tari Topeng Gegot ini memeng benar-benar dalam penyajian tarinya menggunakan topeng yang dimana dalam bahasa Betawi kata topeng itu sendiri adalah sebuah pertunjukan. Kata topeng itu banyak dipakai dalam tarian yang termasuk rumpun tari Topeng khas Betawi, tapi dalam penyajiannya tidak menggunakan topeng, hanya ada tiga saja yang benar-benar menggunakan topeng atau kedok dalam bahasa Betawi, yaitu tari Topeng Tunggal, tari Topeng Gegot dan tari Topeng Jantuk yang sekarang sudah mulai dibentuk kedalam tari.

Tari Topeng Gegot merupakan tari yang mulanya termasuk kedalam satu runtuian pertunjukan Topeng Betawi, yang berjudul Jantuk. Topeng Betawi merupakan pertunjukan teater total dengan menceritakan sebuah keluarga Jantuk. Tari Topeng Gegot tersebut berfungsi hanya untuk menarik perhatian warga, bahwa ditempat tersebut ada sebuah pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul Jantuk. Tari Topeng Gegot bersifat anonim, seperti tari topeng pendahulunya yaitu tari Topeng Tunggal. Anonim yang dimaksudkan dalam tari Topeng Gegot ini adalah tidak adanya sebuah kepastian dalam gerak dan durasi, karena sifat tarian tersebut yang hanya mengandalkan improfisasi penarinya dan mengikuti sajak yang telah dibacakan. Sajak tersebut selalu berubah dalam penampilannya, sehingga mempengaruhi penampilan tari Topeng Gegot yang mengakibatkan tidak adanya kepastian gerak dan durasi dalam tari Topeng Gegot tersebut.

Perkembangan dalam tari Topeng Gegot ini sangatlah pesat dan beragam, seiring dengan perkembangan zaman dan pemikiran yang semakin terbuka dalam pelestarian sebuah budaya yang menjadi identitas diri, mulailah tari Topeng Gegot


(2)

82

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini dikembangkan. Mulanya tari Topeng Gegot ini adalah sebuah tari sendiri atau berkelompok dengan menggunakan topeng Panji berwarna Putih. Hingga pada tahun 1973, tari Topeng Gegot ini menjadi tarian berpasangan kelompok adalah dalam festival di Banding, tepatnya di Gedung Merdeka. Pada saat itu tari Topeng Gegot ditampilkann bersama pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul Jantuk dengan cara berpasangan, seharusnya penampilan tari dari pertunjukan Topeng Betawi yang berjudul Jantuk ini adalah Topeng Tunggal yang memiliki tiga karakter, tetapi karena penari dari tari Topeng Tunggal sudah mulai uzur, maka digantikan oleh tari Topeng Gegot. Tari Topeng Gegot yang menggunakan properti satu topeng dirasa belum cukup untuk mengimbangi dari tari Topeng Tunggal yang menggunakan tiga properti topeng, maka dari itu ditambahkan topeng dalam pertunjukannya dengan karakter yang berbeda, sehingga menjadikan tari Topeng Gegot ini kedalam tari yang termasuk tarian berpasangan dalam pertunjukannya. Topeng yang ditambahkan dalam tari Topeng Gegot ini adalah topeng Jingga berwarna Merah. Karakter topeng Jingga Berwarna Merah adalah gagah dan keras, hal tersebut sangat berlawanan dengan karakter topeng yang digunakan sebelumnya, yaitu topeng Panji berwarna Putih yang berkarakter Lembut yang menceritakan sosok baik dalam diri manusia. Begitulah awal mulanya mengapa tari Topeng Gegot tergolong kedalam tarian yang berpasangan

Tari Topeng Gegot ditarikan secara berpasangan bertahan sampai tarian yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kiang dan Kong Jiun ini dibakukan dan disamaratakan dalam latar belakang serta dasar-dasar geraknya. Kartini yang dibantu oleh saudaranya yaitu Entong Kisan dan Atit Supriyatin yang membakukan semua tari yang bersumberdari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun, termasuk tari Topeng Gegot pada tahun 2000, yang dirujuk oleh Pemerintah Dinas Jakarta, hingga tari Topeng Gegot digolongkan sebagai tarian Topeng khas Betawi yang berpasangan secara kelompok.

Pada kenyataannya, tari Topeng Gegot ini mengalami beberapa perkembangan, bahkan setelah dibakukan oleh Pemerintah Dinas Jakarta, bahwa pada zaman sekarang tari Topeng Gegot ini jarang ditampilkan secara


(3)

berpasangan, karena sudah jarang sekali penari laki-laki dan kurangnya ketertarikan laki-laki dalam tarian Topeng Gegot ini yang menyebabkan tari Topeng Gegot ini jarang ditarikan secara berpasangan kelompok, serta perkembangan teknologi yang sangat pesat, apalagi di kota yang metropolitan seperti Jakarta dengan gaya hidup yang modern serta mengangap seni tradisi itu kuno dan ketinggalan zaman, hingga lebih meniru budaya barat. Seperti yang dituliskan oleh sebuah majalah online SIPerubahan yang diunggah pada minggu,18 Mei 2014, yaitu:

Betapa lemahnya peran generasi muda dalam menjaga dan melestarikan budaya daerah masing masing. Di sini bisa terlihat, generasi muda lebih suka mengikuti budaya modern yang kebarat-baratan daripada budaya daerah kita yang lebih beradat dan beradab.

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa lemahnya generasi muda dalam mempertahankan budayanya, terlebih di kota Jakarta. Maka dari itu Entong Kisan yang diteruskan oleh anaknya yaitu Kris Entong dan Cipta Entong mengembangkan tari Topeng Gegot ini, untuk dapat menarik perhatian dari masyarakat, khususnya generasi muda Betawi. Pengembangan tersebut menghasilkan perbedaan dari bentuk asli tari Topeng Gegot yaitu menjadi sering ditarikan oleh penari perempuan saja secara rampak jarang lagi ditarikan secara berpasangan rampak, dan sedikit perbedaan dalam gerak, rias dan busananya. Walaupun demikian, tari yang bersumber dari rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun ini masih termasuk kedalam salah satu tarian yang berpasangan secara berkelompok.

Perubahan dalam penyajian tari Topeng tersebut tidak serta merta merubah seluruh penyajian tari Topeng Gegot, dalam bentuk gerak, rias dan busana masih tetap sama seperti dahulu. Nama-nama gerak dalam tari Topeng Gegot yang sekarang ini jarang ditarikan dengan cara berpasangan, masih sama dengan awal mula tarian ini dibakukan. Rias dan busana memiliki perkembangan tersendiri dari aslinya, pada saat pertunjukan tari Topeng Gegot saat ini yang ditarikannya tidak dengan cara berpasanagan lebih mengkreasikan rias dan busana sesuai dengan keinginan penari, tetapi tidak sampai merubah karakter dari tari Topeng


(4)

84

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gegot terebut. Mengkreasikan dalam rias dan busana tari Topeng Gegot bukan hal yang tidak diperbolehkan, asal tidak merusak dan mengubah wajah, karakter dan bentuk asli dari tari Topeng Gegot ini. Karena kreasi itu sendiri bukanlah perusak dari subuah tradisi yang sudah ada.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian penulis merekomendasikan beberapa hal kepada:

a. Para peneliti selanjutnya, masih banyak sekali hal yang bisa digali dan diteliti lagi mengenai unsur-unsur pertunjukan kesenian tari Topeng Gegot yang termasuk rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun dengan menggunakan tekhnik-tekhnik penelitian yang lebih sempurna sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk kelangsungan dan perkembangan kesenian tersebut kelak di kemudian hari.

b. Jurusan Pendidikan Seni Tari, dilihat dari sudut pandang keilmuan tari Topeng Gegot yang termasuk rumpun tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun memiliki unsur gerak yang bisa dipelajari. Melalui dunia pendidikan tari Topeng Gegot secara utuh bisa dijadikan bahan ajar bagi mahasiswa. Dan bisa diambil dari perwatakannya juga, sehingga pengetahuan mengenai kesenian topeng bisa bertambah.

c. Guru, dengan adanya penelitian ini diharapkan guru bisa menggunakannya sebagai bahan ajar di sekolah. Sebagai perbendaharaan keunikan dan keanekaragaman kesenian Nusantara. Menambah apresiasi siswa terhadap kesenian tari khususnya tari Topeng, yang sebenarnya Betawi sendiiri memiliki tarian yang bersumber dari tari Topeng khas Betawi karya Mak Kinang dan Kong Jiun yaitu tari Topeng Gegot.


(5)

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

Daftar Pustaka

Abs.Rachem.dkk.(1996), Pertunjukan Praktis Latihan Gerak Dasar Tari Topeng Betawi. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta

Andi Saputra Yahya dan Nurzain, (2009), Profil Seni Budaya Betawi. Jakarta: Dinas Pariwisata dan kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.

Astuti, R.P. (2013). Tari Topeng Tunggal Khas Betawi di Kelurahan Cibubur Kecamatan Ciracas Jakara Timur. Skripsi,Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia

Dewi, I.K. (2014). Kebudayaan Gaya Hidup pada Generasi Muda. Siperubahan. [Online]. Tersedia di: http://www.siperubahan.com/read/716/Kebudayaan-Gaya-Hidup-pada-Generasi-Muda. Diakses 18 Mei 2014.

Djam'an Satori, dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Herymawan. (1993). Dramaturgi. Bandung: Remaja Rosdakarya Harsojo. (1982). Pengantar Antropologi. Bandung: Binacipta.

Kartini, (1989/1999), Tari Kedok. Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Proyek Peningkatan Mutu Pelatih Seni Budaya.

Nugraha, Firman. (2012). Topeng Klana Di Lingkung Seni Cinta Pusaka Serbaguna Subang Pimpinan Carini (Menor). Skripsi, Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia

Nurgraheni, Triyanti. (2010). Karakter Putri Pada Dramatari Klasik di Wilayah Budaya Jawa, Bali dan Sunda. Diaertasi, Sekalah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.

Poerwadarminta. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. : Balai Pustaka

Rachmat Ruchiat, Singgih Wibisosno, Rachmat Syamsudin, Ikhtisar Kesenian Betawi, Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, cetakan ke-2,2003.

Rosala, Dedi dkk. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora Utama Press Bandung.

Rusliana Iyus. (2002). Wayang Wong Priangan kajian menegenai pertunjukan dramatari tradisional di Jawa Barat. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.


(6)

Kusumah Dwi Prasetya, 2014

TARI TOPENG GEGOT KARYA MAK KINANG DAN KONG JIUN DI KELURAHAN CIBUBUR KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR PADA TAHUN 2000-SEKARANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan (Pendekatan kuatintatif, kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2001). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah.

Bandung: Sinar Baru.

Soedarsono. (2002). Seni Pertunjukan Indonesia di era Globalisasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Soedarsono R.M. (1990). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

. (2010). Hubungan Seni, Seniman dan Masyarakati. [Online]. Tersedia di: http://syiham-al-ahmadi.blogspot.com/2010/02/hubungan-seni-seniman-dan-masyarakat.html. Diakses 15 Februari 2010.

. ( ). Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di: http://kbbi.web.id/masyarakat. Diakses April 2014.