PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI BAGI ANAK TUNANETRA DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG.

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Kebutuhan Khusus

Oleh: Erlia Rosmulyana

NIM. 1204701

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Oleh Erlia Rosmulyana

S.Pd Universitas Pendidikan Indonesia, 2004

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

© Erlia Rosmulyana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

(4)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI BAGI ANAK TUNANETRA DI SLB NEGERI A

KOTA BANDUNG ERLIA ROSMULYANA

NIM: 1204701

PRODI: PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS

Penelitian ini bertujuan: pertama memperoleh gambaran kondisi faktual pelaksanaan program pendidikan kesehatan reproduksi (kepro) saat ini (meliputimateri, media, waktu, langkah-langkah pembelajaran metode yang digunakan, alatperaga, sistem penilaian, faktor pendukung dan penghambat dalam program pendidikan kespro, kesiapan guru, kesiapan siswa, sarana penunjang)

kedua mengembangan program yang sudah ada guna lebih sesuai dengan

kebutuhan anak tunanetra, desain program ini diharapkan akan meningkatkan layanan program pendidikan kespro di sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari lima orang siswa tunanetra kelas duabelas SMLB, satu orang guru pengajar program pendidikan kespro SLBN A Kota Bandung. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif yang langkah-langkahnya adalah reduksi, display dan interpretasi data. Teknik pemerikasaan dan keabsahan data menggunakan triangulasi dan member check. Prosedur penelitian melalui tiga tahap yaitu tahap pertama melihat kondisi faktual, tahap kedua menganalisis hasil kondisi faktual dan membuat draf pengembangan program, serta tahap ketiga adalah validasi program yang selanjutnya dibuat program akhir yang bersifat hipotetik.Temuan dari penelitian ini adalah bahwa: Pertama, pemahaman siswa masih kurang optimal; Kedua, guru perlu membuat rencana pembelajaran dalam memberikan pengajaran program pendidikan kespro dan memerlukan pengembangan; Ketiga berdasarkan hasil validasi, pengembangan program pendidikan kespro terutama dalam aspek pemahaman, metode, media dan alatperaga, alokasi waktu, dan sarana penunjang. Peneliti merekomendasikan kepada guru dan pihak sekolah agar dapat menindaklanjuti kegiatan yang dilakukan di sekolah yang berkaitan dengan program pendidikan kespro bagi anaktunanetra. Bagi Dinas Pendidikan agar memperhatikan lebih serius program kespro di sekolah.


(5)

ABSTRACT

DEVELOPING HEALTH REPRODUCTION EDUCATION PROGRAM FOR VISUALLY IMPAIRED CHILDREN AT STATE SPECIAL NEEDS

SCHOOL A BANDUNG MUNICIPALITY ERLIA ROSMULYANA

STUDENT ID: 1204701

PROGRAM: SPECIAL NEEDS EDUCATION

The research aimed to: Firstly, find the factual condition of the current conduct of health reproduction education program (involving materials, media, time, steps of teaching and learning method used, models, assessment, supporting and inhibiting factors in the program of health reproduction, teachers’ preparedness, students’ preparedness, supporting facilities); Secondly, develop the existing program to be more suitable to the needs of visually impaired children. The program design is expected to improve the service of health education program at schools. The method used was descriptive using qualitative approach. The subjects consisted of five twelfth-grade visually impaired students of Special Needs Secondary School and a teacher of health reproduction education program of State Special Needs School A Bandung Municipality. The techniques of data collection employed were observation, interview, and documentary study. Meanwhile, the data were analyzed qualitatively, with the steps of data reduction, display, and interpretation. Data examination and validation were done using triangulation and member check. The research went through three procedures, namely observing factual conditions, supporting and inhibiting factors, the required aspects, and program development planning as the first stage. The second stage consisted of analysing the objective conditions and making program development drafts, and the third stage was program validation, followed by the making of the final program that is hypothetic in nature. The findings of this research are as follows: First, had not optimally understood health reproduction education; Second, teachers have to make instructional planning for the teaching and learning of health reproduction education program, and the program itself has to be further developed; Third, based on the analyzed validation, the development of health reproduction education program, understanding of the instructional materials, media, and modelling, should be improved, limited time, and supporting facilities. Researchers recommend to teachers and the school in order to follow up on the activities carried out in schools related to reproductive health education program


(6)

for visually impaired students. For the Department of Education to pay attention to more serious reproductive health programs in schools.


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara masalah seksualitas di kalangan sekolah masih dianggap tabu bagi sebagian orang. Rendahnya pemahaman akan kesehatan reproduksi merupakan indicator lemahnya pemerintah dalam melindungi, menghormati, dan memenuhi hak warga Negara atas kesehatan reproduksi. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, meskipun dibahas masalah kesehatan reproduksi tetapi masih cenderung diskriminatif. Hal ini terbukti pada pasal 72

ayat a yang berbunyi,”Setiap orang berhak menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat, aman, serta bebas dari paksaan dan /atau kekerasan dengan pasangan yang sah”. Menurut Imron (2011) “Dewasa ini kesehatan reproduksi menjadi perhatian khusus sejak adanya Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (Internasioanal

Conference on Population and Development, ICPD), di Kairo, Mesir, pada tahun

1994”. Konferensi tersebut menghasilkan kesepakatan perubaahan paradigma dalam pengolahan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta upaya pemenuhan hak-hak reproduksi (Wahid dalam Imron 2011: 21). Maka sejak itulah masyarakat internasional secara konsisten mengukuhkan hak-hak remaja akan informasi tentang kesehatan reproduksi dan pelayanan kesehatan reproduksi termasuk konseling.


(8)

Pada saat perkuliahan terjadi diskusi kecil yang membahas tentang permasalahan seksualitas dikalangan remaja berkebutuhan khusus, yakni masalah angka kehamilan pada usia remaja sehingga remaja rentan dengan kesehatan reproduksinya. Survei yang dilakukan PPCI (Persatuan penyandang Cacat Indonesia) tahun 2007 di Makasar mengenai remaja berkebutuahan khusus hamil diluar nikah sungguh memprihatinkan tercatat sekitar 55% anak tunarungu, 30% anak tunanetra, 10% anak tunagrahita dan 5% anak tunadakasa. Hasil survey ini sangat mencengangkan kita sebagai pendidik di lingkungan anak berkebutuhan khusus, maka penting sekali pendidikan kesehatan reproduksi bagi ABK agar peningkatan penyakit tersebut dapat ditekan.

Untuk menjembatani kesenjangan tersebut dan memberikan hak serta akses informasi pada mereka, pada tahun 2007, WPF Indonesia bekerjasama dengan Direktur Pembina Sekolah Luar Biasa mengembangkan nodul Pendidikan Kesehatan Reproduksi dengan cara mengadaptasi modul DAKU (Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja) disesuaikan dengan kebutuhan remaja yang memiliki kelainan di Indonesia. Semula modul ini dikembangkan dengan melibatkan kelompok kerja siswa tunarungu dan tunanetra, guru serta konsultan ahli di bidang pendidikan tunarungu dan tunanetra. Modul tersebut atas inisiatif kelompok kerja diberi nama MAJU (Media Kespro Remaja Tunarungu) bagi siswa tunarungu dan LANGKAH PASTIKU untuk siswa tunanetra.

Saat ini implementasi modul LANGKAH PASTIKU telah dilakukan di 72 Sekolah Luar Biasa yang melayani siswa tunanetra tersebar di Jakarta, Jawa Barat, Banten Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat.


(9)

Pada tahun 2012 lalu, Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Menengah merencanakan untuk mensosialisasikan program ini ke 40 sekolah melalui program pendidikan kesehatan reproduksi. Adapun tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran bagi warga sekolah seperti pendidik, peserta didik, orang tua, dan masyarakat tentang pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi bagi ABK.

Belajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks dan juga dapat dilakukan dimana dan kapan saja. Skinner (Dimyati dan Mujiono, 2006: 9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Kegiatan belajar mengajar (KBM) secara formal dapat dilakukan di sekolah sebagai pelaksana kegiatan.

Sekolah adalah tempat mempelajari ilmu pengetahuan seperti berhitung, IPA,IPS, dan lain sebagainya. Salah satu hal yang tak kalah penting untuk dipelajari adalah pendidikan seks. Pendidikan seks adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi, dan tujuan seks sehingga ia dapat menyalurkan secara baik, benar, dan legal.

Seks merupakan bahan pembicaraan yang sangat peka.Dalam kehidupan sehari-hari apabila kita mendengar kata seks diperbincangkan di khalayak umum, secara otomatis pikiran kita berpikir tentang hal yang pantas dibicarakan oleh orang dewasa. Informasi mengenai seks rasanya masih tabu untuk dibicarakan di depan anak-anak maupun remaja. Orang dewasa beranggapan seks tidak boleh dibicarakan kapada anak-anak, remaja atau siapapun yang belum menikah. Hal ini disebabkan karena seks selalu dikonotasikan dengan hubungan kelamin,


(10)

selalu dikonotasikan dengan hal-hal negatif seperti jorok, tidak sopan, atau porno. Pandangan atau pendapat seperti itulah yang menyebabkan informasi yang diperoleh anak-anak, atau remaja mengenai seks tidak sepenuhnya benar.

Pendidikan seks seharusnya diberikan sejak dini atau masa kanak-kanak. Pendidikan seks yang diberikan sejak dini akan berpengaruh terhadap kehidupan anak, terutama ketika mulai memasuki usia remaja. Selain itu, anak zaman sekarang memiliki rasa keingintahuan yang besar, yang menyebabkan mereka kritis baik dari segi pertanyaan maupun perilaku.

Menurut Gunarsa, D. Singgih (1991: 199) dikemukakan bahwa

“Penyampaian materi pendidikan seks seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur

anak serta daya tangkap anak.”

Apa yang dipelajari pada waktu masa anak-anak akan terbawa sampai remaja, pada masa ini remaja sedang mengalami beberapa perubahan biologis, fisik, dan psikis, akibat peralihan masa anak-anak menujumasa remaja. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap seks sangat besar. Oleh karena itu, pendidikan seks pada masa remaja seharusnya diberikan, agar remaja tidak mencari dari orang lain atau sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali.

Meningkatnya minat remaja pada masalah seksual dan sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, menyebabkan remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari sumber informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang mendapat selik


(11)

beluk seksual orang tuanya. Oleh Karena itu remaja mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media masa atau internet. Kebanyak orang tua memang tidak termotivasi untuk memberikan informasi mengenai seks dan kesehatan reproduksi kepada remaja sebab mereka takut hal itu justru akan meningkatkan terjadinya hubungan seks pra-nikah. Padahal, anak yang mendapatkan pendidikan seks dari orang tua atau sekolah cenderung berperilaku seks yang lebih baik daripada anak yang mendapatkannya dari orang lain” (Hurlock, 1972 dikutip dari Iskandar, 1997).

Keengganan para orang tua untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas juga disebabkan oleh rasa rendah diri karena rendahnya pengetahuan mereka mengenai kesehatan reproduksi (pendidikan seks). Hasil pre-test materi dasar Reproduksi Sehat Anak dan Remaja (RSAR) di Jakarta Timur (perkotaan) dan Lembang (pedesaan) menunjukkan bahwa apabila orang tua merasa meiliki pengetahuan yang cukup mendalam tentang kesehatan reproduksi, mereka lebih yakin dan tidak merasa canggung untuk membicarakan topik yang berhubungan dengan masalah seks (Iskandar, 1997:3).

Di Sekolah Luar Biasa (SLB) pendidikan seks lebih dikenal dengan pendidikan kesehatan reproduksi atau biasa disingkat dengan pendidikan kespro.. Pendidikan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan siswa, serta untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan yang bahagia dan juga bertanggung jawab terhadap dirinya dan orang lain seperti yang disepakati dalam interpersonal conference of sex education and


(12)

Pendidikan kespro remaja sebagai salah satu upaya untuk “mengerem” beberapa perilaku seksual yang sering terjadi pada masa remaja. Berdasarkan penelitian perilaku remaja menyebutkan, dari tahun ke tahun terjadi peningkatan angka remaja yang sudah pernah berhubungan seks. Survei yang dilakukan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2008 menyebutkan 63% remaja di beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan seks pra-nikah.

Sebagai orang tidak menyadari atau pura-pura tidak tahu tentang resiko yang diperoleh dari perilaku seks bebas.Penting bagi para orang tua, pemerintah, dan pihak sekolah, untuk memberikan informasi yang tepat memberikan informasi yang tepat tentang seks kepada remaja. Diharapakan dengan adanya pendidikan kesproi siswa dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan tepat.

Pendidikan kespro ini sudah dilaksanakan selama 3 tahun di Sekolah Luar Biasa Negeri A Kota Bandung. Mengenai pelatihan guru untuk pendidikan kespro ini dan penyediaan medianya semuanya atas bantuan dari pusat. Selama pelaksanaan itu ada kasus, yakni salahsatu siswa X kelas menengah mengalami hamil di luar nikah. Kasus ini sempat mencuat di kalangan sekolah, dan ada anggapan bahwa pelaksanaan program pendidikan kespro belum optimal.

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis ingin mengetahui kondisi faktual untuk memperbaiki kualitas pendidikan melalui pengembangan program pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak tunanetra dalam pendidikan kespro di Sekolah Luar Biasa Negeri A Kota Bandung. Penulis meyakini bahwa pemberian pendidikan kespro ini sangat bermanfaat, khususnya bagi siswa-siswi tunanetra di Sekolah Luar Biasa Negeri A Kota Bandung.


(13)

B. Fokus Penelitian

Fokus yang akan dikaji dalam ini adalah “Bagaimanakah Pengembangan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Anak Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Negeri A Kota Bandung”?

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka penelitian ini tertuju pada pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimanakah kondisi faktual pelaksanaan program pendidikan kespro yang saat ini diterapkan bagi anak tunanetra di SBLN A Kota Bandung?

2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam program pendidikan kespro saat ini dilakukan bagi anak tunanetra di SLBN A Kota Bandung?

3. Aspek-aspek apa saja yang diperlukan dalam program pendidikan kespro bagi anak tunanetra di SLBN A Kota Bandung?

4. Bagaimana rancangan pengembangan program pendidikan kespro bagi anak tunanetra di SLBN A Kota Bandung?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:


(14)

a. Untuk mengidentifikasi kondisi fakual program pendidikan kespro yang saat ini diterapkan bagi anak tunanetra di SLBN A Kota Bandung.

b. Untuk menelaah faktor pendukung dan penghambat dalam program pendidikan kespro saat ini dilakukan bagi anak tunanetra di SLBN A Kota Bandung.

c. Untuk mengetahui aspek-aspek yang diperlukan dalam program pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak tunanetra di SLBN A Kota Bandung.

d. Untuk merancang pengembangan program pendidikan kespro bagi anak tunanetra di SLBN A Kota Bandung.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan menghasilkan pengembangan program pendidikan kespro bagi anak tunanetra dalam pendidikan kessehatan reproduksi. Untuk itu, penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:

a. Bagi Guru, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan untuk guru dalam memberikan program pendidikan kespro bagi siswa-siswi di Sekolah Luar Biasa Negeri A Kota Bandung.

b. Bagi Sekolah, penelitian ini akan bermanfaat untuk dijadikan salah satu sumber informasi dalam merancang pengembangan program pendidikan kespro bagi anak tunanetra di Sekolah Luar Biasa Negeri A Kota Bandung.


(15)

c. Bagi Dinas Pendidikan, penelitian ini akan bermanfaat sebagai salah satu bahan rujukan untuk merencanakan kebijakan, khususnya dalam pendidikan kespro bagi anak tunanetra di sekolah


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang: (1) Pendekatan Penelitian, (2) Subjek dan Lokasi Penelitian, (3) Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrument, (4) Teknik Analisis Data Penelitian, (5) Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data, (6) Prosedur Pelaksanaan Penelitian.

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kualitatif jenis metode deskriptif. Pendekatan kaulitatif menuntu perencanaan yang matang untuk menentukan tempat, partisipan, untuk memulai pengumpulan data. (Syaodih, 2006: 99). Rencana penelitian ini bersifat berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan dalam temuan dilapangan. Sedangkan menurut (Moleong, 2005: 6) pendekatan kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Pengertian metode deskriptif diungkapkan oleh Ali (1990) adalah:

Metode yang digunakan untuk memecahkan permaslahan yang dihadapi pada masa sekarang dan dapat dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi data, analisis /laporan dengan tujuan utama membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi.

Gambaran hasil penelitian yang diperoleh yaitu berupa uraian atau penjelasan dalam bentuk deskripsi tentang berbagai macam pendapat subjek secara objektif mengenai program pendidikan kespro di sekolah.


(17)

B. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah satu orang guru kespro, lima orang siswa kelas XII SMLB di SLB Negeri A Kota Bandung. Guru yang menjadi subjek penelitian adalah guru yang mengajar program pendidikan kespro di tingkat SMLB. Gambaran subjek penelitian seperti terdapat pada tabel 3.1

Tabel 3.1

Gambaran Subjek Penelitian

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri A Kota Bandung beralamat di Jalan Pajajaran No 50-52 Bandung. Sekolah ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena di sekolah ini terdapat siswa tunanetra yang sudah mengikuti program pendidikan kespro.

C. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen 1. Teknik pengumpulan data

No Nama Usia Jenis

Kelamin

Jenis Subyek

Pendidikan

1. Rn 34 Th P Guru S1/Biologi

2.. Ez 18 Th L Siswa Kelas XII

3. Gs 19 Th L Siswa Kelas XII

4. En 20 Th L Siswa Kelas XII

5. Ri 20 Th L Siswa Kelas XII


(18)

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni :

a. Wawancara

Pengumpulan data ini berdasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Menurut Sugiyono (2008: 194) adalah: teknik pengumpul data apabila apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

Menurut Stewart & Cash dalam Herdiansyah (2010) wawancara adalah sebuah interaksi yang didalamnya terdapat pertukaran atau berbagi aturan, tanggungjawab, perasaan, kepercayaan, motif dan informasi. Wawancara bukanlah suatu kondisi satu orang melakukan/memulai pembicaraan sementara yang lain hanya mendengarkan.

Macam-macam bentuk wawancara menurut Esterberg dalam Sugiyono (2010: 73) adalah wawancara terstruktur, wawancara semi tersetuktur, dan wawancara tidak terstuktur.

Dalam penelitian ini dengan bentuk wawancara semi terstuktur digunakan sebagai salah satu teknik untuk memperoleh data yang menunjang penelitian. Wawancara ditujukan kepada guru dan siswa`

Anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview adalah sebagai berikut (1) bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, (2) bahwa apa yang dinyatakannya oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, dan (3) bahwa


(19)

interprsetasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

b. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpul data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2011: 145) mengemukakan bahwa:

Observasi merupakan suatu proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis atau psikologis. Dua diantaranya yang penting adalah proses-proses pengamatan dan

ingatan.”

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam penelitian ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Dokumentasi yang ingin dilihat dalam penelitian ini berupa data-data siswa berdasarkan usia dan jenjang pendidikan, riwayat kesehatan siswa, ketersediaan alat dan media yang berhubungan program pendidikan kespro.

2. Pengembangan Instrument

Setelah teknik pengumpulan data ditentukan, langkah selanjutnya adalah membuat pengembangan instrumen. Sebagai pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian disusunlah pedoman observasi dan pedoman wawancara. Penyusunan instrumen ini merupakan langkah penting untuk mengungkap berbagai


(20)

data yang diperlukan dalam sebuah penelitian. Pengembangan instrument dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini :


(21)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Pengembangan Instrumen

PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI BAGI ANAK TUNANETRA DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

No Pertanyaan Penelitian

Aspek Indikator Teknik Subjek Instrumen

1 2 3 4 5 6 7

1. Bagaimana kondisi faktual pelaksanaan program pendidikan kespro yang saat ini diterapkan bagi anak tunanetra di SLBN A Kota Bandung?

1.1.Memahami seksualitas, sek dan perasaan seksualitas dan mampu menghargai keputusan dirinya tentang kehidupan seksualnya.

 Pemahaman tentang seksualitas, seks, dan mampu menghargai keputusan dirinya mengenai kehidupan seksualnya manusia sebagai makhluk seksual

 Pemahaman tentang perasaan seksualitas

 Pemahaman makna antara seksualitas, seks, dan perasaan seksual  Observasi  Wawancara  Siswa Tunanetra Pedoman Observasi Pedoman Wawancara

1.2. Memahami berbagai aktivitas remaja dengan pasangannya dan mapu menentukan batas yang aman bagi dirinya serta mampu menghargai keperawanan

 Memahami berbagai aktivitas remaja dengan pasangan

 Memahami tingkatan keintiman dari berbagai aktivitas seksual remaja dengan pasangannya

 Memahami prediksi bentuk-bentuk penolakan dan ajakan yang

 Observasi  Wawancara  Siswa Tunanetra Pedoman Observasi Pedoman Wawancara


(22)

No Pertanyaan Penelitian

Aspek Indikator Teknik Subjek Instrumen

1 2 3 4 5 6 7

terkait dengan seksualitas

 Memahami ungkapan-ungkapan remaja laki-laki maupun perempuan yang sering digunakan untuk memaksa orang lain melakukan hubungan seks

 Memahami akibat yang dapat timbul dari hubungan seks

 Memahami hubungan seks yang aman dan yang tidak aman

 Memahami hubungan seks yang bertanggungjawab, dan sesuai dengan norma susila dan norma agama


(23)

No Pertanyaan Penelitian

Aspek Indikator Teknik Subjek Instrumen

1 2 3 4 5 6 7

1.3.Memahami tentang makna keperawanan dan keperjakaan bagi remaja dan ketidakadilan jender

 Memahami arti keperawanan dan keperjakaan

 Memahami bahwa hubungan seksual mengakibatkan hilangnya keperawanan dan keperjakaan

 Memahami hubungan

ketidakadilan jender dengan keperawanan

 Memahami berbagai aktivitas seksual yang tidak menghilangkan keperawanan dan keperjakaan

 Observasi  Wawancara  Siswa Tunanetra Pedoman Observasi Pedoman Wawancara

2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam program pendidikan kespro melalui metode yang dilakukan saat

2.1.Materi  Memahami tentang materi program pendidikan kespro

 Wawancara  Guru Pedoman

Wawancara 2.2.Metode  Memahami materi yang diberikan

dengan metode yang digunakan

 Wawancara  Guru Pedoman

Wawancara

2.3.Media  Memahami media yang digunakan

guru dalam menyampaikan materi pembelajaran

 Wawancara  Guru Pedoman


(24)

No Pertanyaan Penelitian

Aspek Indikator Teknik Subjek Instrumen

1 2 3 4 5 6 7

ini ? 2.4.Waktu  Memahami waktu yang digunakan

dalam menyampaikan program pendidikan kespro

 Wawancara  Guru Pedoman

Wawancara

3. Aspek-aspek apa saja yang diperlukan

dalam program

pendidikan kesehatan reproduksi bagi anak tunanetra diSLBN A Kota Bandung?

1.1.Kesiapan Guru  Pengetahuan guru tentang program pendidikan kespro

 Persiapan guru dalam mengajar program pendidikan kespro

 Pelaksanaan dalam kegiatan mengajar program pendidikan kespro

 Kendala yang dialami dalam mengajar program pendidikan kespro

 Wawancara  Guru Pedoman Wawancara

1.2.Kesiapan Siswa  Kesiapan siswa dalam menerima materi yang diberikan dalam program pendidikan kespro

 Manfaat dari Program pendidikan kespro yang diberikan guru di sekolah

 Wawancara  Siswa Tunanetra

 Pedoman wawancara


(25)

No Pertanyaan Penelitian

Aspek Indikator Teknik Subjek Instrumen

1 2 3 4 5 6 7

1.3.Sarana Penunjang 1.)Ketersediaan sarana penunjang 2.)Kesesuaian sarana penunjang 

Wawancara  Siswa Tunanetra

 Guru

Pedomraan wawancara

4. Bagaimana rancangan pengembangan

program pendidikan kespro bagi anak tunanetra di SLBN A Kota Bandung?

4.1. Rancangan Pengembangan Program dan

Rekomendasi para ahli atas rancangan

pengembangan program

1) Analisis hasil pengumpulan data 2) Pengembangan konsep program 3) Pengembangan draft awal

 Studi dokumentsi

 Validator  Hasil studi deskripsi


(26)

(27)

D. Teknik Analisis Data

Analisi data adalah penjelasan bagaimana peneliti mengubah data hasil pennelitian menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan. Untuk memperoleh data dari lapangan kemudian dianalisis berdasarkan aturan atau petunjuk yang ada dalam ketentuan observasi dan wawancara yang dikembangakan dengan masalah dan objek yang diteliti.

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan & Biklen, dalam Moleong 2005: 248)

Selanjutnya tahapan analisis data kualitatif menurut McDurry dalam Moleong (2005: 248) mengatakan sebagai berikut :

1. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data.

2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data.

3. Menulis „model‟ yang ditemukan. 4. Koding yang telah dilakukan.

Analisis dalam penelitian ini dilakukan prosedur yang disarankan oleh pendapat Nasution (1999: 129) yaitu, “Tidak ada suatu cara tertentu yang dapat dijadikan pegangan bagi semua peneliti, yang dapat dilakukan sebagai langkah-langkah umum, yaitu: (1) reduksi data (2) display data, dan (3) verifikasi data/mengambil kesimpulan.

Data yang telah dikumpulkan melalui berbagai alat pengumpul data kemudian diolah dan dianalisis. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data ini yaitu :

1. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok memfokuskan pada hal-hal yang penting. Data yang sudah di


(28)

reduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya 2. Display, dilakukan untuk memudahkan dalam memahami yang

terjadi merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahaminya.

3. Interpretasi data, yakni menafsirkan data yang terkumpul untuk disimpulkan dengan meilihat keterkaitan atau hubungan antara bagian/ aspek variabel yang satu dengan yang lainnya sehingga dapat diambil makna penting dari penelitian yang telah dilakukan.

E. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data

Agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan, maka setiap peneliti harus melakukan pemeriksaan keabsahan data. Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Triangulasi

Menurut Moleong (2005: 330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik yaitu mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam hal ini peneliti membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil pengamatan, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen.

2. Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang dilakukan peneliti kepada informan. Tujuan dari member check adalah untuk mengetahui kesesuaian data yang diberikan oleh pemberi data. Setelah data terkumpul dan dianalisis, maka hasil dari analisis tersebut dikonfirmasikan kepada nara sumber.


(29)

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini secara garis besar ditempuh melalui tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Studi Kondisi Faktual Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Saat Ini

Untuk memperoleh dasar pijkan penyusun draf desain pengembangan program pendidikan kesehatan pendidikan (kespro) ini maka diperlukan studi atau kajian kondisi faktual pembelajaran program pendidikan kespro saat ini. Dalam kegiatan ini peneliti menghimpun teknik observasi dan wawancara serta studi dokumentasi.

Adapun kondisi yang diungkap adalah pembelajaran program pendidikan kespro meliputi aspek (a) pemahaman tentang materi seksulitas dan cinta, media pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sistem penilaian, (b) faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program pendidikan kespro, (c) aspek-aspek yang diperlukan dalam program pendidikan kespro.

2. Analisis Hasil Studi Kondisi Faktual dan Merumuskan Draf Pengembangan Program

Pada tahap ini peneliti menghimpun data hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi yang diperoleh dari kondisi faktual di atas serta dikaitkan dengan kajian teori. Kemudian data tersebut dianalisis untuk dijadikan bahan rumusan draf program. Draf pengembangan program dibuat bersama dengan guru.

3. Tahap Validasi

Validasi dalam penelitian ini menggunakan focus group

discussion (FGD). Peserta FGD adalah guru kelas merangkap guru


(30)

Peserta diminta tanggapannya untuk dijadikan perbaikan terhadap draf program. Dengan tiga unsur guru tersebut diharapkan dapat memperkaya masukan sehingga draf program menjadi lebih baik. Selanjutnya peneliti menyususn draf program hasil FGD yang masih bersifat hipotetik.


(31)

Alur Penelitian

Bagan 3.1 Alur Penelitian

Studi Kondisi Faktual Melalui teknik

wawancara, observasi dan studi dokumentasi

Aspek yang digali: 1. Pemahana materi

tentang seksualitas dan cinta 2. Media pembelajaran 3. Langkah-langkah pembelajaran 4. Sistem penilaian 5. Faktor pendukung

dan penghambat dalam program pendidikan kespro 6. Aspek-aspek yang diperlukan dalam program

pendidikan kespro.

ANALISIS: Hasil Kajian Kondisi

Faktual DRAF PENGENBANGAN PROGRAM VALIDASI DRAF PENGEMBANGAN PROGRAM REVISI PROGRAM HIPOTETIK


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab terakhir ini, disajikan kesimpulan, implikasi dan rekomendsasi. Kesimpulan didasarkan atas kristalisasi dari permasalahan yang telah dianalisis dalam menjadi produk berupa bentuk Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Anak Tunanetra di SLBN A Kota Bandung.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, temuan-temuan, dan hasil analisis reflektif berkenaan dengan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Anak Tunanetra di SLBN A Kota Bandung, dapat ditarik kesimpulan:

1. Kondisi Faktual Pelaksanaan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Saat Ini

Materi program pendidikan kespro tentang seksualitas dan cinta belum dapat dipahami oleh semua siswa, dikarenakan beberapa kendala. Menurut guru pemahaman terhadap materi tentang seksualitas dan cinta ini cukup beragam ada siswa yang sudah paham ada juga yang belum paham.

Media pembelajaran sudah dapat disebutkan siswa dan yang disebutkannya bervariasai ada yang menyebutkan secara kesluruhan media yang ada, ada juga yang hanya menyebutkan sebagian kecil saja dikarenakan ada beberapa siswa yang hanya tahu dan pernah menggunakan media tersebut pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Langkah-langkah pembelajaran menurut siswa secara normatif berjalan optimal seperti adanya kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup yang dilakukan guru, hanya saja menurut siswa dalam penyampaian materi sangat monoton tidak ada variasi, sehingga terkadang bosan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru memaparkan


(33)

mengenai langkah-langkah pembelajaran yang dilakukannya sudah sesuai dengan buku panduan yang ada, hanya saja tidak membuat rencana pelaksanaan pembelajaran serta silabus dari program pendidikan kespro ini.

Sistem penilian menurut kelima siswa yang telah diberikan guru selama ini sudah cukup puas. Menurut guru, beliau menuturkan bahwa sistem peniliaian didasari pada kehadiran siswa, keaktifan siswa dan perilaku siswa itu sendiri. Hasil penilaian berbentuk deskripsi tidak berbentuk angka.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi

Siswa memiliki pendapat yang sama mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam program pendidikan kespro ini. Siswa berpendapat bahwa faktor pendukungnya adalah media pembelajaran dan alat peraga sedangkan faktor penghambatnya adalah waktu yang tersedia sangat terbatas dan metodenya kurang bervariasi. Adapun menurut guru faktor pendukung dalam pembelajaran adalah adanya media yang tersedia sedangkan faktor penghambatnya adalah kepasifan siswa di dalam kelas ketika saat proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung.

3. Aspek-Aspek yang Diperlukan dalam Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi

Kesiapan guru merupakan aspek yang sangat diperlukan dalam program pendidikan kespro ini, dimana guru sebagai fasilitator harus bisa mengkondisikan siswa terhadap situasi belajar yang kondusif.

Dari hasil penelitian guru belum membuat perencanaan pembelajaran dengan baik, hanya mengandalan kurikulum, buku panduna


(34)

untuk guru dan buku panduan untuk siswa saja yang sudah dibuat oleh pusat.

Menurut peneliti, guru belum mempersiapkan diri sepenuhnya dalam mengajar. Sehingga pelayanan pendidikan yang diberikan belum optimal dilakukannya.

Kesiapan siswa menurut peneliti sebagian sudah baik tetap sebagian lagi belum baik. Terbukti ada sebagian siswa yang tidak menyukai program pendidikan kespro ini sehingga jarang mengkuti pembelajarannya, padahal menurut semua subjek memahami pengetahuan tentang pendidikan kespro sangat penting tetapi dalam pelaksanaanya sebagian dari mereka malas untuk mengikutinya.

Sarana penunjang merupakan salah satu aspek penting dalam pelaksanaan program pendidikan kespro ini, di sekolah ini sangat minim sekali atau bahkan nyaris tidak disediakan seperti ruangan khusus pendidikan kespro ini, sehingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran masih menggunakan runagan yang kosong (tidak tepakai jam pembelajaran) seperti ruang musik sehingga terkadang siswa bingung dengan berpindah-pindah rungan untuk digunakan kegiatan program pendidikan kespro ini.

4. Program Pendidikan Kespro Bagi Anak Tunanetra di SLBN A Kota Bandung

Berdasarkan hasil temuan, yang kemudian ditelaah sertavalidasi dari praktisi, untuk menunjang program pendidikan kespro bagi anak tunanetra di SLBN A Kota Bandung yang sesuai dengan kebutuhan, dihasilkan bentuk program kesehatan reproduksi bagi anak tunanetra di SLBN A kota Bandung. Program pendidikan kespro yang dimaksud terdapat pada tabel 4.75, merupakan hasil validasi. Dari validasi tersebut dari berbagai terdapat masukan-masukan yang menunjang agar program tersebut layak digunakan, kemudian semua masukan sudah diperbaiki.


(35)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti sampaikan kepada tiga pihak yaitu sebaga berikut:

1. Bagi Guru

Program ini dapat dimanfaatkan oleh guru untuk menindaklanjuti kegiatan yang dilakukan di sekolah yang berkaitan dengan program pendidikan kesehatan bagi anak tunanetra, sehingga anak tunanetra memiliki pengetahuan yang luas tentang permaslahan seputar pendidikan kespro

3. Bagi Sekolah

Dalam upaya meningkatkan pemahaman pemahaman anak tunanetra tentang permaslahan pendidikan kesehatan repeoduksi, diperlukan adanya program yang relevan sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu program yang telah disusun dapat dijadikan alternatif untuk menyempurnakan program yang telah berjalan saat ini. Alternatif desain program ini diharapkan akan memiliki kontribusi bagi layanan program pendidikan kespro yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan sebagidukungan terhadap pelaksanaan program pendidikan kespro yang baik. Sekolah dapat melaksanakan perencanaan dengan konsisten dan penuh tanggung jawab. Pihak sekolah dapat melengkapi media pembelajaran yang dibutuhkan serta menyediakan ruangan yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran program pendidikan kespro.


(36)

5. Bagi Dinas Pendidikan

Sebagai lembaga yang menjadi tempat dalam mewadahi kegiatan pendidikan khususnya pendidikan bagi ABK, maka program pendidikan kespro ini hendaknya diperhatikan dengan serius dengan cara memberikan pelatiahn-pelatiahan yang kontinyu bagi guru-guru untu memberikan pembelajaran tentang pendidikan kespro di sekolah. Program pendidikan kespro ini lebih terfasilitasi dengan cara memberi dukungan dalam hal penyediaan alat dan media pembelajaran dalam kegitatam pembelajaran program pendidikan kespro ini.

Program Pendidikan Kespro hasil penelitian sekalipun masih dalam bentuk program hipotetik, dapat digunakan sebagai rujukan di dalam merealisasikan keberlangsungan program pendidikan kespro di sekolah khususnya bagi pengembang program pendidikan kespro di SLB Negeri A Kota Bandung dan umumnya untuk sekolah lainnya.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M.(1990). Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Alimudin. (2008). Penilaian Hasil Belajar (Online). Tersedia: http://penilaianhasilbelajar.blogspot.com/2008/01/sistem-penilaian-hasil-belajar.html (09 Januari 2014)

Arikunto (2008). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad Azhar. (1997). Media Pembelajaran. Jakarta: PT.Raja Grapindo Persada. Aprisa. (2009). Metode Delphie . (Online). Tersedia: http://aprisa.web.ugm.ac.id.

( 20 Desember 2013).

Bugin, Burhan (2007). Penelitian Kualitatif – Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilnu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana.

Daradjat, Z. (2004). Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dimyati dan Moedjiono (2006). Perencanaan Pengajaran di Sekolah Dasar. Bandung: Tarsito.

Friend, M. (2005). Special Education (contemporary perspectives for school

professionals).United States: Pearson Ally and Bacon.

Gargiulo, R.M. (2003). Special Education in Conteporary Society: An Intruduction to

exeptionality. Wadsworth learning Inc.

Gunarsa, D. Singgih (1991). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.

Hadi, P. (2005). Kemandiriaan Tunanetra. Depdiknas Dirjen Dikti, Jakarta. Tidak Diterbitkan

Hurlock, B. Elizabet.(1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


(38)

Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika.

Imron, Ali (2011), Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Jogyakarta, Ar-ruz Media.

Iskandar, Meiwita B. (1997) "Hasil Uji Coba Modul Reproduksi Sehata Anak &

Remaja untuk Orang Tua." Makalah pada Lokakarya Penyusunan Rencana

Pengembangan Media, diselenggarakan oleh PKBI, Jakarta. Tidak diterbitkan Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. Marsudi, S. (2010). Layanan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Surakarta :Universitas Muhammadiyah Pers.

Mason, H. Dan McCall, S.(1999). Visual Impairment. Acceses to Education for

Children and Young People. London: David Fulton Publisher

Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Natawidjaya, R. (2001). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran. Modul

Perkuliahan FKIP Universitas Terbuka Bandung. Tidak Diterbitkan.

Nawawi, A. (2012). Penggunaan Media Audio “Kotak Orientsi” Sebagai Alat Bantu

Latihan Orientasi Pada Anak Tunanetra. Tesis Pps UPI Bandung. Tidak

Diterbitkan.

Nurhidayati, E. (2008). Penyusunan Layanan Konseling Di SMP/MTS. Makalah. Tidak Diterbitkan

Rahardja, Djadja. (2008). Ketunanetraan. (Online) . Tersedia : http;// djarahajdja.blogspot.com/2008/09/ketunanetraan.html. (2 April 2013)

Rahardja, Djadja (2010). Sistem Pengajaran Modul Orientasi dan Mobilitas. Modul Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Bandung. Tidak Diterbitkan

Rosadi, Yadi. Metode Pembelajaran (Online) Tersedia:


(39)

Rusmini, Sri dan Sundari, Siti H.S. (2004). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Sudjaja, N. dan Rivai, A. (2007). Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono (2008). Memahami Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabet Sugiyono (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Bumi Aksara

Syaodih, N. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tn. (2009), Standar Kompetensi, Kompotensi Dasar dan Indikator Pendidikan

Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja Tunanetra dan Tunarungu. Jakarta:

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Depdiknas RI Wolrd Population

Foundation Indonesian

Tn. (2009). Apa Definisi Reproduksi. (Online). Tersedia: http://sex-sex-sexy.blogspot.com/2009/10/definisi-remajareproduksikesehatan.html.

(27 Nopember 2012)

Tn. (2012). Panduan Pelaksanaa Program Bantuan Pendidikan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Derektorat Pembina Pendidikan Khusus dan Layanan

Khusus Pendidikan Menengah Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Tersediai:

http//www.pkplkdikmen.net/assets/uploads/20012/kespro.pdf (27 Nopember 2012)

Tn (2007) Kesehatan Reproduksi. Tersedia: http://kisara.or.id/kesehatan-reproduksi/apa-sih-kesehatan-reproduksi-kespro-itu.html (27 Nopember 2012) Pertuni. (2008) Pengertian Tunanetra. (Online) Tersedia:

http://bamperxii.blogspot.com/2008/11/pengertian-tunanetra.html (5 Januari 2013)

Warren, N.E (1994). Blindness and Children (An Individual Differences Approach). New York: Cambridge University Press.

Widoyoko, E.P. (2009). Optimalisasi Peran Guru Dalam Evaluasi Program

Pembelajaran. Disampaikan dalam Seminar Nasional di Purwerejo. Tidak


(40)

(1)

Erlia Rosmulyana, 2014

Pengembangan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Anak Tunanetra Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti sampaikan kepada tiga pihak yaitu sebaga berikut:

1. Bagi Guru

Program ini dapat dimanfaatkan oleh guru untuk menindaklanjuti kegiatan yang dilakukan di sekolah yang berkaitan dengan program pendidikan kesehatan bagi anak tunanetra, sehingga anak tunanetra memiliki pengetahuan yang luas tentang permaslahan seputar pendidikan kespro

3. Bagi Sekolah

Dalam upaya meningkatkan pemahaman pemahaman anak tunanetra tentang permaslahan pendidikan kesehatan repeoduksi, diperlukan adanya program yang relevan sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu program yang telah disusun dapat dijadikan alternatif untuk menyempurnakan program yang telah berjalan saat ini. Alternatif desain program ini diharapkan akan memiliki kontribusi bagi layanan program pendidikan kespro yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan sebagidukungan terhadap pelaksanaan program pendidikan kespro yang baik. Sekolah dapat melaksanakan perencanaan dengan konsisten dan penuh tanggung jawab. Pihak sekolah dapat melengkapi media pembelajaran yang dibutuhkan serta menyediakan ruangan yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran program pendidikan kespro.


(2)

132

Erlia Rosmulyana, 2014

Pengembangan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Anak Tunanetra Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Bagi Dinas Pendidikan

Sebagai lembaga yang menjadi tempat dalam mewadahi kegiatan pendidikan khususnya pendidikan bagi ABK, maka program pendidikan kespro ini hendaknya diperhatikan dengan serius dengan cara memberikan pelatiahn-pelatiahan yang kontinyu bagi guru-guru untu memberikan pembelajaran tentang pendidikan kespro di sekolah. Program pendidikan kespro ini lebih terfasilitasi dengan cara memberi dukungan dalam hal penyediaan alat dan media pembelajaran dalam kegitatam pembelajaran program pendidikan kespro ini.

Program Pendidikan Kespro hasil penelitian sekalipun masih dalam bentuk program hipotetik, dapat digunakan sebagai rujukan di dalam merealisasikan keberlangsungan program pendidikan kespro di sekolah khususnya bagi pengembang program pendidikan kespro di SLB Negeri A Kota Bandung dan umumnya untuk sekolah lainnya.


(3)

Erlia Rosmulyana, 2014

Pengembangan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Anak Tunanetra Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M.(1990). Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Alimudin. (2008). Penilaian Hasil Belajar (Online). Tersedia: http://penilaianhasilbelajar.blogspot.com/2008/01/sistem-penilaian-hasil-belajar.html (09 Januari 2014)

Arikunto (2008). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad Azhar. (1997). Media Pembelajaran. Jakarta: PT.Raja Grapindo Persada. Aprisa. (2009). Metode Delphie . (Online). Tersedia: http://aprisa.web.ugm.ac.id.

( 20 Desember 2013).

Bugin, Burhan (2007). Penelitian Kualitatif – Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilnu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana.

Daradjat, Z. (2004). Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dimyati dan Moedjiono (2006). Perencanaan Pengajaran di Sekolah Dasar. Bandung: Tarsito.

Friend, M. (2005). Special Education (contemporary perspectives for school

professionals).United States: Pearson Ally and Bacon.

Gargiulo, R.M. (2003). Special Education in Conteporary Society: An Intruduction to

exeptionality. Wadsworth learning Inc.

Gunarsa, D. Singgih (1991). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.

Hadi, P. (2005). Kemandiriaan Tunanetra. Depdiknas Dirjen Dikti, Jakarta. Tidak Diterbitkan

Hurlock, B. Elizabet.(1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


(4)

134

Erlia Rosmulyana, 2014

Pengembangan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Anak Tunanetra Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika.

Imron, Ali (2011), Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Jogyakarta, Ar-ruz Media.

Iskandar, Meiwita B. (1997) "Hasil Uji Coba Modul Reproduksi Sehata Anak &

Remaja untuk Orang Tua." Makalah pada Lokakarya Penyusunan Rencana

Pengembangan Media, diselenggarakan oleh PKBI, Jakarta. Tidak diterbitkan Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. Marsudi, S. (2010). Layanan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Surakarta :Universitas Muhammadiyah Pers.

Mason, H. Dan McCall, S.(1999). Visual Impairment. Acceses to Education for

Children and Young People. London: David Fulton Publisher

Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Natawidjaya, R. (2001). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran. Modul

Perkuliahan FKIP Universitas Terbuka Bandung. Tidak Diterbitkan.

Nawawi, A. (2012). Penggunaan Media Audio “Kotak Orientsi” Sebagai Alat Bantu

Latihan Orientasi Pada Anak Tunanetra. Tesis Pps UPI Bandung. Tidak

Diterbitkan.

Nurhidayati, E. (2008). Penyusunan Layanan Konseling Di SMP/MTS. Makalah. Tidak Diterbitkan

Rahardja, Djadja. (2008). Ketunanetraan. (Online) . Tersedia : http;// djarahajdja.blogspot.com/2008/09/ketunanetraan.html. (2 April 2013)

Rahardja, Djadja (2010). Sistem Pengajaran Modul Orientasi dan Mobilitas. Modul Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Bandung. Tidak Diterbitkan

Rosadi, Yadi. Metode Pembelajaran (Online) Tersedia: http://store.cc.cc/Macam_macam_Metode_Pembelajaran_g1g177821 (5 Januari 2013)


(5)

Erlia Rosmulyana, 2014

Pengembangan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Anak Tunanetra Di SLB Negeri A Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rusmini, Sri dan Sundari, Siti H.S. (2004). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Sudjaja, N. dan Rivai, A. (2007). Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono (2008). Memahami Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabet Sugiyono (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Bumi Aksara

Syaodih, N. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tn. (2009), Standar Kompetensi, Kompotensi Dasar dan Indikator Pendidikan

Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja Tunanetra dan Tunarungu. Jakarta:

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Depdiknas RI Wolrd Population

Foundation Indonesian

Tn. (2009). Apa Definisi Reproduksi. (Online). Tersedia: http://sex-sex-sexy.blogspot.com/2009/10/definisi-remajareproduksikesehatan.html.

(27 Nopember 2012)

Tn. (2012). Panduan Pelaksanaa Program Bantuan Pendidikan Kesehatan

Reproduksi. Jakarta: Derektorat Pembina Pendidikan Khusus dan Layanan

Khusus Pendidikan Menengah Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Tersediai: http//www.pkplkdikmen.net/assets/uploads/20012/kespro.pdf

(27 Nopember 2012)

Tn (2007) Kesehatan Reproduksi. Tersedia: http://kisara.or.id/kesehatan-reproduksi/apa-sih-kesehatan-reproduksi-kespro-itu.html (27 Nopember 2012) Pertuni. (2008) Pengertian Tunanetra. (Online) Tersedia:

http://bamperxii.blogspot.com/2008/11/pengertian-tunanetra.html (5 Januari 2013)

Warren, N.E (1994). Blindness and Children (An Individual Differences Approach). New York: Cambridge University Press.

Widoyoko, E.P. (2009). Optimalisasi Peran Guru Dalam Evaluasi Program

Pembelajaran. Disampaikan dalam Seminar Nasional di Purwerejo. Tidak


(6)

136

Erlia Rosmulyana, 2014

Pengembangan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Anak Tunanetra Di SLB Negeri A Kota Bandung