EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI (MIMBA, GADUNG, LAOS DAN SERAI), TERHADAP HAMA PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.).

EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI (MIMBA, GADUNG,
LAOS DAN SERAI), TERHADAP HAMA PADA TANAMAN
KUBIS (Brassica oleracea L.)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Program Studi Agroteknologi

oleh:
VANDI CAHYA WINARNO
NPM : 0825110018

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI (MIMBA, GADUNG,
LAOS DAN SERAI), TERHADAP HAMA PADA TANAMAN
KUBIS (Brassica oleracea L.)
Diajukan Oleh

VANDI CAHYA WINARNO
NPM : 0825110018
Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal 28 Juni 2013
Telah disetujui oleh :
Pembimbing :
1. Pembimbing Utama

Tim Penguji :
1. Ketua

Ir. Sri Rahayuningtias, MP
NIP. 195307101983032001

2. Pembimbing Pendamping

Ir. Sri Rahayuningtias, MP
NIP. 195307101983032001
2. Sekertaris

Ir. Wiwik Sri Harijani, MP
NIP. 196206281991032001

Ir. Wiwik Sri Harijani, MP
NIP. 196206281991032001
3.Anggota

Dr. Ir. Nora Augustien, K, MP
NIP. 19590824 198703 2001
4.Anggota

Dr. Ir. Indriya Radiyanto, MS
NIP. 19550106 198703 1001
Mengetahui :


Dekan Fakultas Pertanian

Ketua Progdi Agroteknologi

Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS
NIP. 19620205 198703 1005

Ir. Mulyadi, MS
NIP. 19530503 198503 1001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

RINGKASAN

Vandi Cahya Winarno, NPM:0825110018. EFEKTIVITAS PESTISIDA
NABATI (MIMBA, GADUNG, LAOS, DAN SERAI) TERHADAP HAMA
PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L). Dibawah bimbingan :
Ir. Sri Rahayuningtyas, MP selaku pembimbing utama dan Ir. Wiwik Sr i

Harijani, MP selaku pembimbing pendamping.

Indonesia juga kaya akan sumber daya hayati yaitu Tanaman Rempah dan
Obat (TRO). Pemanfaatan tanaman sebagai bahan baku obat dan atsiri telah
dilakukan sejak zaman dahulu, secara turun-temurun. Saat ini bahan baku TRO
melimpah di masyarakat. Pemanfaatan TRO, selain industri jamu diharapkan
mampu meningkatkan kemauan petani untuk bercocok tanam TRO sehubungan
dengan peningkatan permintaan pasar yang secara langsung mampu meningkatan
pendapatan petani. Minyak atsiri dari TRO diketahui mengandung senyawa aktif
yang dapat digunakan sebagai bahan baku pestisida, hal ini berkaitan dengan
sifatnya yang mampu membunuh, mengusir, dan menghambat serangga hama
untuk makan, serta mengendalikan penyakit tanaman.
Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui populasi hama dan
persentase serangan hama pada tanaman kubis. Dan mengetahui efektifitas
pestisida nabati (Mimba, Gadung, Laos, dan Serai) terhadap hama pada tanaman
kubis. Metode penelitian faktor tunggal dengan menggunakan lima perlakuan
pestisida yaitu mimba dan laos, mimba dan serai, mimba dan gadung, mimba,
serai, laos, gadung, pestisida kimia Regent. Dengan ulangan sebanyak 5 (lima)
kali.
Berdasarkan penelitian tentang efektifitas pestisida nabati (mimba,

gadung, laos, dan serai) terhadap hama pada tanaman kubis, dapat disimpulkan
bahwa : Populasi hama pada tanaman kubis yang terbanyak terdapat pada
perlakuan A sebesar 218,4, kemudian diikuti perlakuan D sebesar 204,44, C
sebesar 195,84 dan B sebesar 79,52. Sedangkan persentase serangan hama yang
terbesar terdapat pada perlakuan D sebesar 60,12 %, yang diikuti perlakuan A
sebesar 57,37 %, C sebesar 52,56 % dan B sebesar 37,62 % dan efektifitas
pestisida nabati yang terbaik terdapat pada perlakuan B (mimba+gadung), yang
kemudian diikuti perlakuan C (mimba+serai), A (mimba+gadung+serai+laos) dan
D (mimba+laos).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayahNya yang telah dilimpahkan sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi, dengan judul “EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI (MIMBA,
GADUNG, LAOS, SERAI,)

TERHADAP HAMA PADA TANAMAN


KUBIS (Brassica oleracea L .)”
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Strata 1 pada Program Studi Agroteknologi di Fakultas Pertanian
UPN “Veteran” Jawa Timur. Disertai harapan semoga laporan dalam penyusunan
skripsi ini dapat diterima, maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih sebesar besarnya kepada : Ir. Hj. Sri Rahayuningtias MP. selaku
dosen pembimbing utama. dan Ir. Hj. Wiwik Sri Harijani MP, selaku dosen
pembimbing pendamping. Yang telah meluangkan waktu dalam membimbing
dengan penuh kesabaran dan ketelatenannya kepada penulis.
Juga tidak ketinggalan ucapan terima kasih disampaikan kepada :
1. Dr. Ir. Ramdan Hidayat MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian UPN
“Veteran” Jawa Timur Surabaya.
2. Ir. Mulyadi, MS, selaku Ketua Prorgam Studi Ilmu Agrotekonologi
3. Kedua orang tua yang selalu memberikan motivasi, doa dan dukungan
finansial dan material segenap jiwa raga untuk saya.
4. Akbar Transtito, Triono, Andy Dharma Wijaya, Badru Tamam, Rahadi
purbantoro, Dolyto franata yang menjadi semangat dan inspirasi saya.
5. Teman-seperjuangan


angkatan

2008

jurusan

Agroteknologi

“Veteran” Jawa Timur yang selalu memberikan semangat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

UPN

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih belum
sempurna, untuk itu peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun. Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.


Surabaya, Juni 2013

Peneliti

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................ii
DAFTAR TABEL .............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................v
I. PENDAHULUAN .........................................................................................1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... ....2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... ....3
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. ....3
II. TINJ AUAN PUSTAKA ..............................................................................4

2.1. Tanaman Kubis.......................................................................................4
2.1.1. Sisitimatika Tanaman Kubis ................................................................4
2.1.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kubis...........................................................4
2.1.3. Penanaman .........................................................................................4
2.1.4. Pemupukan ..........................................................................................5

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.5. Pengairan ............................................................................................5
2.2. Hama Utama Yang Menyerang Tanaman Kubis .....................................6
2.2.1. Plutella xylostella ............................................................................. .. 6
2.2.2. Ulat Grayak (Spodoptera litura) ....................................................... .. 7
2.3. Pestisida Nabati ................................................................................... 10
2.3.1. Pemanfaatan Pestisida Nabati Dalam PHT ........................................ 10
2.3.2. Cara Kerja Pestisida Nabati .............................................................. 11
2.3.3. Beberapa Keunggulan Dan Kelemahan Pestisida Nabati ................... 11
2.3.4. Tanaman Serai .................................................................................. 12
2.3.5. Tanaman Laos .................................................................................. 13
2.2.6. Tanaman Gadung .............................................................................. 14

2.3.7. Mimba .............................................................................................. 15
2.4. Hipotesis ............................................................................................. 16
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 17
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 17
3.2. Bahan dan Alat .................................................................................... 17
3.3. Metode Penelitian ................................................................................ 17
3.4. Pembuatan Komposisi Pestisida Nabati ............................................... 18

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.5. Pelaksanaan Penelitian......................................................................... 19
3.5.1. Penanaman Tanaman Kubis .............................................................. 19
3.5.1.1. Persemaian .................................................................................... 19
3.5.1.2 Pengolahan Tanah .......................................................................... 19
3.5.1.3. Penanaman .................................................................................... 19
3.5.1.4. Pemupukan .................................................................................... 20
3.5.1.5. Pengairan ....................................................................................... 20
3.6. Pengamatan ......................................................................................... 20
3.7. Pengolahan Data .................................................................................. 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 22
4.1. Gejala Serangan Pada Tunas, Batang, Daun......................................... 22
4.2. Populasi Hama Pada Tanaman Kubis .................................................. 24
4.3. Persentase Serangan Hama .................................................................. 26
4.4. Efektivitas Pestisida Nabati ................................................................. 31
V. KESIMPULAN ........................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 34
LAMPIRAN...................................................................................................... 37

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman
Teks

1.

Populasi Serangan Hama Ulat Grayak .........................................................24

2.

Persentase Serangan Hama Pada Tanaman Kubis ........................................28

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

Teks
1. Denah Penempatan Perlakuan Penelitian ................................................18
2. Gejala Tanaman Kubis Yang Terserang Spodoptera litura......................22
3. Hama Ulat Spodoptera litura Yang Menyerang Tanaman Kubis.............22

Lampiran
1. Petak Percobaan Penelitian Pestisida Nabati ...........................................37
2. Petak Percobaan Penelitian Pestisida Nabati ...........................................37
3. Gadung...................................................................................................38
4. Serai .......................................................................................................38
5. Laos .......................................................................................................39
6. Daun Mimba ..........................................................................................39
7. Gejala serangan hama pada tanaman kubis .............................................40
8. Hama Spodoptera litura L pada tanaman kubis ......................................40

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Indonesia dikenal memiliki keunggulan komparatif pada keaneka-ragaman
sumberdaya alamnya, terutama sumberdaya hayati (biodiversity), dengan
demikian pembangunan pertanian dianggap sesuai untuk dapat menangkap
keunggulan komparatif Indonesia ini. Pertanian yang memanfaatkan keunggulan
komparatif pada akhirnya tidak dapat diandalkan jika gagal memenuhi tuntutan
kebutuhan masyarakat yang terus meningkat.
Peraturan Pemerintah no.6/1995 ditetapkan bahwa perlindungan tanaman
dilaksanakan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) harus mengacu
pada prinsip PHT penekanan pengendalian tetap pada cara-cara bercocok tanam
dan pendayagunaan musuh alami hama, sedang Insektisida kimia hanya
digunakan bila cara-cara non kimiawi tidak bisa menekan populasi hama pada
tingkat ambang batas ekonomi (atau yang merugikan). Prinsip PHT yang lain
dengan cara pemantauan teratur dan pengendalian dengan menggunakan musuh
alami (Anonim, 2007).
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dikaji potensi beberapa Tanaman
Obat dan Rempah (TRO)

untuk dikembangkan sebagai pestisida nabati.

Tanaman secara alamiah diketahui menghasilkan senyawa sekunder yang dapat
dimanfaatkan untuk melindungi dirinya dari serangan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT). Hasil ekstraksi senyawa kimia ini berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai pestisida nabati yang lebih selektif dan kurang persisten

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

dialam jika dibandingkan dengan bahan aktif pestisida sintetis sehingga
penggunaannya aman bagi para petani, pengguna, dan lingkungan di sekitarnya
(Regnault-Roger, 2005).
Berbagai cara ditempuh untuk mengatasi hama pengganggu dengan
menggunakan varietas tahan, mengadakan pergiliran tanaman, penanaman
serempak dan penggunaan pestisida (Cahyono, 2002). Penggunaan pestisida
khususnya yang bersifat sintesis berkembang luas karena dianggap paling cepat
dan ampuh mengatasi gangguan hama, tetapi penggunaannya ternyata
menimbulkan kerugian seperti terjadinya resistensi hama, resurjensi hama,
terbunuhnya musuh alami dan masalah pencemaran lingkungan

dan sangat

berbahaya bagi manusia (Kardinan, 2005).
Salah satu teknik pengendalian yang memenuhi persyaratan tersebut di
atas adalah pengendalian dengan menggunakan Pestisida Nabati, yaitu pestisida
yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan nabati yang ada dialam ini, mudah
didapat dan terjangkau harganya. Pemanfaatan dan formulasi bahan-bahan nabati
untuk pestisida dalam mengendalikan OPT diharapkan dapat dijadikan titik tolak
dalam usaha pelestarian, dan merupakan cara pendekatan tidak langsung
masyarakat petani dalam ikut mengembangkan teknik pelestarian lingkungan.
1.2. Perumusan Masalah
Dampak negatif dari penggunaan bahan-bahan kimia yang bersifat racun
dapat menyebabkan hama-hama sekunder, musnahnya jenis-jenis serangga yang
bermanfaat, serta adanya residu pestisida yang tinggi ada komponen biotik dan
abiotik dalam agroekosistem sehingga mengganggu kesehatan manusia dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

keseimbangan

lingkungan,

oleh

karena

itu

upaya pengembangan cara

pengendalian dengan menggunakan pestisida nabati yang dicampur dan sesuai
dengan perlakuan penelitian.

Pestisida nabati yang digunakan

berasal dari

tanaman rempah dan obat seperti mimba, gadung, serai, dan laos yang digunakan
sebagai pestisida nabati ramah lingkungan. Berdasarkan dari uraian tersebut maka
dapat dirumuskan permasalahan daripada penelitian ini
1. Berbagai formulasi campuran pestisida nabati dapat menekan populasi
hama dan mengurangi tingkat persentase serangan pada tanaman kubis.
2. Pestisida nabati (Mimba, Gadung, Laos, dan Serai) efektif terhadap hama
pada tanaman kubis.
1.3.

Tujuan Penelitian.

1. Mengetahui efektifitas pestisida nabati (Mimba, Gadung, Laos, dan Serai)
terhadap hama pada tanaman kubis.
1.4.
1

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi formulasi
yang efektif pestisida nabati pada tanaman kubis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

II.

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Kubis
2.1.1. Sistematika Tanaman Kubis
Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi dan sistematika botani, tanaman
kubis adalah termasuk :
Kingdom

: Spermatophyte

Filum

: Angiospermae

Kelas

: dicotyledonae

Ordo

: Papavorales

Family

: Cruciferae ( Brassicaceae)

Genus

: Brassica

Spesies

: Brassica oleracea L.

2.1.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kubis
Tanaman kubis dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi.
Pada dataran rendah kubis merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki
potensi untuk dikembangkan, karena peluang pasar yang terbuka lebar.
Pertumbuhan optimum didapatkan pada tanah yang banyak mengandung humus,
gembur, porus, pH tanah antara 6-7. Kubis dapat ditanam sepanjang tahun dengan
pemeliharaan lebih intensif (Rukmana, 1994).
2.1.3. Penanaman
Sebelum penanaman maka dilakukan pengolahan lahan untuk tanaman
kubis dengan ciri tanah dibajak sedalam 20-30 cm, kemudian dilakukan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

pembersihan dan pembuatan drainase yang baik, selanjutnya membuat garitan
dangkal (+ 10 cm) sesuai dengan jarak antar baris dan diikuti pembuatan lubang
tanam sesuai dengan jarak tanam kubis. Pada barisan lubang tanaman harus
disiapkan juga untuk penempatan pupuk dasar dan penanaman bibit kubis.
Pindah tanam bibit kubis dilakukan pada saat bibit telah berumur 2-3 minggu
dapat dilakukan pada pagi atau sore hari dengan persyaratan bibit tersebut telah
melalui proses pembumbunan dengan kondisi tanah yang cukup lembab. Bibit
kubis ditanam dengan jarak tanam 50 x 40 cm atau 50 x 50 cm. Penanaman secara
tumpang sari antara tanaman tomat dengan kubis sangat dianjurkan karena dapat
mengurangi hama Plutella pada kubis, dimana tanaman tomat dapat ditanam satu
bulan sebelum penanaman kubis (Rukmana, 1994).
2.1.4. Pemupukan
Pemupukan diberikan beberapa saat tanaman berumur 4 minggu setelah
tanam, dengan memberikan sisa pupuk NPK sebanyak 10gr pertanaman.
Pemupukan dilakukan dengan cara meletakkan pupuk pada lubang dekat tanaman
dengan jarak 10 cm dari batang tanam, selanjutnya ditutup kembali dengan tanah,
setelah pemupukan dilakukan pengairan (Rukmana, 1994).
2.1.5. Pengairan
Tanaman kubis sangat membutuhkan air yang cukup sehingga kegiatan
pengairan sangat penting karena merupakan faktor yang kritis apabila terjadi
kekurangan air. Pada saat musim kemarau, pengairan dapat dilakukan dengan cara
penggenangan air selama dua kali seminggu, sampai terbentuknya krop yaitu pada
umur ± 60 hari. (Rukmana, 1994).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.

Hama Utama Yang Menyerang Tanaman Kubis

2.2.1. Plutella xylostella
Serangga hama ini dikenal dengan ulat daun kubis atau diamond back
moth, termasuk ordo Lepidoptera, family Plutellidae dan mernpunyai daerah
penyebaran di Indonesia. Ngengat P. xylostella kecil berwarna coklat kelabu, pada
sayap depan terdapat tanda ”tiga berlian”. Ngengat aktif pada senja dan malam
hari dengan meletakkan telur tersebar pada daun. Stadium telur 3-5 hari. Larva
instar pertama berukuran 1,2 mm berwarna hijau cerah dengan kepala tampak
hitam. Stadium larva 7-11 hari. Pupanya tertutup oleh kokon, berwarna kuning
pucat. Daur hidupnya berkisar 21 hari. Daun yang terserang P. xylostella
berlubang-lubang dan bila serangan berat tinggal tulang daun. Serangan berat
terjadi pada musim kemarau, saat tanaman berumur 5-8 minggu. Tanaman inang
P. xylostella adalah petsai, brokoli, dan kubis-kubisan lainnya, (Arifin, 1992).
Pengendalian
Teknologi pengendalian yang digunakan hendaknya diutamakan yang
mendorong berfungsinya proses pengendalian alami yang mampu menekan
populasi pada aras keseimbangan yang rendah, oleh sebab itu teknologi
pengendalian OPT yang dirancang petani seyogyanya mengacu pada prinsip
pengendalian yang spesifik lokasi serta terpadu, yaitu Penerapan Pengendalian
Hama Terpadu. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan bila ditemukan 3
paket telur pada 10 tanaman dan 5 % tanaman terserang hama tersebut.
Pengendalian kimia cara tersebut dapat menghemat/menekan penggunaan
pestisida 7 – 11 kali penyemprotan.

Selain itu dapat juga digunakan pestisida

nabati atau pengendalian secara biologi sesuai dengan dosis anjuran antara lain

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

dengan : Bacillus thurigiensis, biji sirsak atau dengan menggunakan biji nimba
30 gr/liter. Untuk pengendalian hama ulat kubis Plutella xytostella dapat
dilakukan dengan cara mekanis dan kimia. Cara mekanis yaitu dengan
memusnahkan dan mengumpulkan semua larva imago yang ditemukan,
sedangkan cara kimiawi dilakukan dengan penggunaan pestisida selektif bila
ditemukan 5 larva setiap 10 tanaman dan 5% dari jumlah tanaman telah terserang
hama tersebut. Dengan melakukan pengamatan, maka akan menghemat
penggunaan pestisida 7 – 11 kali penyemprotan dengan dosis 0,5 – 1cc/liter tiap
penyemprotan, (Arifin, 1992).
2.2.2.

Spodoptera litura L (Ulat Grayak)
Spodoptera litura L pada instar pertama tubuh larvanya berwarna hijau

kuning, panjang 2,00 sampai 2,74 mm dan tubuh berbulu-bulu halus, kepala
berwarna hitam dengan lebar 0,2-0,3 mm. Instar kedua, tubuh berwarna hijau
dengan panjang 3,75-10,00 mm, bulu - bulunya tidak terlihat lagi dan pada ruas
abdomen pertama terdapat garis hitam meningkat pada bagian dorsal terdapat
garis putih memanjang dari toraks hingga ujung abdomen, pada toraks terdapat
empat buah titik yang berbaris dua-dua, (Indrayani, Subiyakto dan Ghotama,
2004).
Larva instar ketiga memiliki panjang tubuh 8,0 – 15,0 mm dengan lebar
kepala 0,5 – 0,6 mm. Pada bagian kiri dan kanan abdomen terdapat garis zig-zag
berwarna putih dan bulatan hitam sepanjang tubuh. Instar keempat , kelima dan
keenam agak sulit dibedakan. Untuk panjang tubuh instar ke empat 13-20 mm,
instar kelima 25-35 mm dan instar ke enam 35-50 mm. Mulai instar keempat
warna bervariasi yaitu hitam, hijau, keputihan, hijau kekuningan atau hijau

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

keunguan.Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua
atau hitam kecoklat-coklatan.Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa
tanpa rumah pupa (kokon) berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6
cm. Imago berupa ngengat dengan warna hitam kecoklatan. Pada sayap depan
ditemukan spot-spot berwarna hitam dengan strip-strip putih dan kuning. Sayap
belakang biasanya berwarna putih, (Kalshoven, 1981).
Spodoptera litura L hidup dalam kisaran inang yang luas dan bersifat
polifagus. Karena itu hama ini dapat menimbulkan kerusakan serius. Menurut
Sudarmo (2005) kerusakan yang ditimbulkan pada stadium larva berupa
kerusakan pada daun tanaman inang sehingga daun menjadi berlubang-lubang.
Larva instar 1 dan 2 memakan seluruh permukaan daun, kecuali epidermis
permukaan atas tulang daun. Larva instar 3-5 makan seluruh bagian helai daun
muda tetapi tidak makan tulang daun yang tua. Daur hidup S. litura Sebagai
anggota ordo lepidoptera, S. Litura mempunyai tipe metamorfosis sempurna
dengan stadia perkembangan telur, larva, pupa dan imago, (Mardiningsih dan
Barriyah, 1995).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi telur dapat mencapai 3000
butir per induk betina yang tersusun atas 11 kelompok dengan rerata 350 butir
telur per kelompok (Arifin, 1992). Telur biasanya diletakkan di bawah permukaan
bawah daun secara berkelompok berkisar 4-8 kelompok (Untung, 1993). Jumlah
telur setiap kelompok antara 30-100 butir. Telur tersebut ditutupi dengan bulubulu berwarna coklat keemasan. Diameter telur 0,3mm sedangkan lama stadia
telur berkisarn antara 3-4 hari (Kalshoven, 1981). Larva S. litura yang baru keluar
memiliki panjang tubuh 2mm. Ciri khas larva S. litura adalah terdapat 2 buah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

bintik hitam berbentuk bulan sabit pada tiap ruas abdomen terutama ruas ke-4 dan
ke-10 yang dibatasi oleh garis-garis lateral dan dorsal berwarna kuning yang
membujur sepanjang badan (Arifin, 1992). Lama stadium larva 18-33 hari
(Kalshoven, 1981). Sebelum telur menetas, larva yang baru keluar dari telur tidak
segera meninggalkan kelompoknya tetapi tetap berkelompok (Indrayani, et, al
2004). Selama stadium larva serangga ini mengalami enam instar yang
berlangsung selama 13-17 hari dengan rerata 14 hari.
Menjelang masa prepupa, larva membentuk jalinan benang untuk
melindungi diri dari pada masa pupa. Masa prepupa merupakan stadium larva
berhenti makan dan tidak aktif bergerak yang dicirikan dengan pemendekan tubuh
larva. Panjang prepupa 1,4-1,9 cm dengan rerata 1,68 cm dan lebarnya 3,5-4mm
dengan rerata 3,7 mm. Masa prepupa berkisar antara 1-2 hari (Mardiningsih dan
Barriyah, 1995). Pupa S.litura berwarna merah gelap dengan panjang 15-20 mm
dan bentuknya meruncing ke ujung dan tumpul pada bagian kepala. Pupa
terbentuk di dalam rongga-rongga tanah di dekat permukaan tanah (Arifin, 1992).
Masa pupa di dalam tanah berlangsung 12-16 hari (Indrayani, et al, 2004).
Imago muncul pada sore hari dan malam hari, sedangkan pada pagi hari,
serangga jantan biasanya terbang di atas tanaman, serangga betina diam pada
tanaman sambil melepaskan feromon. Perkembangan dari telur sampai imago
berlangsung selama ± 35 hari. Faktor density dependent (bertautan padat) yaitu
faktor penghambat laju populasi hama ini adalah sifatnya yang kanibal.
Sedangkan populasi telur dan larva instar muda dapat tertekan oleh curah hujan
yang tinggi, kelembaban yang tinggi yang mana membuat larva mudah terserang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

jamur. Musim kering dapat berpengaruh pada tanah dalam menghambat
perkembangan pupa ( Kalshoven, 1981).

2.3.

Pestisida Nabati
Nirwana (2012) menyatakan bahwa pestisida nabati adalah pestisida yang

bahan dasarnya didapat dari tanaman yang bergetah. Sudah lama digunakan oleh
petani dan sekarang mulai diminati karena mahalnya pertisida kimiawi, dan
disamping itu pestisida kimiawi telah mengakibatkan hama pengganggu tanaman
menjadi kebal dan merusak tatanan siklus lingkungan, terutama mengakibatkan
penurunan perlahan-lahan yang sangat berpengruh terhadap kesehatan manusia,
baik yang melakukan penyemprotan dan juga terhadap sebagian hasil produksi
yang langsung dikonsumsi seperti buah-buahan, tumbuhan sayur mayur dan
lainnya.
Pestisida nabati bisa dibuat dengan sederhana dan dapat dikerjakan oleh
kelompok tani atau petani, pestisida nabati yang dibuat dari hasil perasan,
rendaman, ekstrak dari bagian tanaman.
Pestisida nabati merupakan produk alam yang berasal dari tumbuhan yang
mengandung bioaktif seperti alkaloid senyawa skunder yang jika diaplikasikan ke
ke jasad sasaran (hama) dapat mempengaruhi sistem syaraf, terganggunya
reproduksi, keseimbangan hormon, prilaku berupa penarik/pemikat, penolak,
mengurangi nafsu makan dan terganggunya sistem pernafasan. Senyawa bioaktif
dalam tumbuhan bahan pestisida nabati dapat dimanfaatkan sama seperti pestisida
sintetis. Bagian tumbuhan yang bahan pestisida nabati bisa digunakan dalam
bentuk utuh, bubuk/tepung maupun ekstrak (Anonim, 2007)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.3.1. Pemanfaatan Pestisida Nabati Dalam PHT.
Dalam peraturan pemerintah no.6/1995 ditetapkan bahwa perlindungan
tanaman dilaksanakan dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) harus
mengacu pada prinsip PHT penekanan pengendalian tetap pada cara-cara
bercocok tanam dan pendayagunaan musuh alami hama, sedang Insektisida botani
hanya digunakan bila cara-cara non kimiawi tidak bisa menekan populasi hama
pada tingkat ambang batas ekonomi (atau yang merugikan). Prinsip PHT yang
lain dengan cara pemantauan teratur dan pengendalian dengan menggunakan
musuh alami.
2.3.2. Cara kerja Pestisida Nabati.
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman
atau tumbuhan yang sebenarnya yang ada di sekitar kita. Penggunaan pestisida
nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan, harganya relatif murah
apabila dibandingkan dengan pestisida kimia (Sudarmo, 2005). Pestisida nabati
dapat membunuh atau menganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja
yang unik yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara
kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu : merusak perkembangan telur, larva,
dan pupa; menghambat pergantian kulit; menganggu komunikasi serangga;
menyebabkan serangga menolak makan; menghambat reproduksi serangga betina;
mengurangi nafsu makan dan mengusir serangga (repellent); memblokir
kemampuan makan serangga; menghambat perkembangan patogen penyakit
(Anonim, 2007).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.3.3. Beberapa Keunggulan dan Kelemahan Pestisida Nabati (Sudarmo,
2005)
Keunggulan :
- Murah dan mudah dibuat
- Tidak menyebabkan keracunan pada tanaman (toksisitas)
- Tidak menimbulkan kekebalan pada hama
- Relatif aman bagi lingkungan
- Kompatibel bila digabung dengan cara pengendalian yang lain.
- Hasil pertanian yang sehat dan bebas residu pestisida.
Kelemahan :
- Daya kerja relatif lambat
- Tidak membunuh langsung terhadap sasaran
- Tidak tahan terhadap sinar matahari
- Kurang praktis
- Tidak tahan disimpan
- Penyemprotan dilakukan berulang- ulang
2.3.4. Tanaman Serai
Klasifikasi tanaman serai (Untung , 1993)
Kerajaan

: Plantae

Ordo

: Poales

Famili

: Poaceae

Genus

: Cymbopogon

Spesies

: C. citratus

Nama binomial

: Cymbopogon citratus

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Serai merupakan tanaman herbal menaun dan merupakan jenis rumput
rumputan dengan daun tunggal berjubai dengan tinggi tanaman antara 50-100 cm.
Panjang dan lebar 1,5 cm daunnya kasar dan tajam tulang daun berjajar
permukaan atas bawah berambut berwarna hijau muda. Dengan insektisida nabati
yang bahan dasarnya berasal dari tanaman serai (Cymbopogon nardus), karena
jenis ini memiliki kemampuan untuk menurunkan populasi hama (Kardinan,
1992). Bagian daun serai

banyak mengandung minyak atsiri yang terdiri dari

senyawa sitral, sitronella, geraniol, mirsena, nerol, farsenol, metal heptenon, dan
diptena. Bahan aktif yang mengandung zat beracun adalah geraniol.
2.3.5. Tanaman Laos
Nirwana (2012) menyatakan bahwa tanaman laos bernama latin Alpina
galangal dikenal juga dengan nama lain lengkuas, laja (sunda), langkueh
(minang) dll. Bagian tanaman ini yang sering dipergunakan sebagai bahan obat
adalah rimpangnya.

Tanaman lengkuas merupakan tumbuhan herbal/terna

menahun tinggi 1,5 – 2 m, tegak, terrestrial, dengan kumpulan daun berbentuk
roset dekat permukaan tanah. Akar serabut tumbuh disekitar rimpang, warna
coklat muda dan tidak berbatang nyata, batang terdapat didalam tanah sebagai
rimpang yang bercabang sangat kuat, cabangnya banyak, berumbi, aromatik. Akar
sangat banyak. Umbi berwarna putih dengan tepi berwarna coklat kekuningan.
Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1 % minyak atsiri berwarna
kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48 %, sineol 20 % - 30
%,eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen, δ-pinen, galangin, dan lain-lain. Selai n itu
rimpang juga mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

yang disebut kaemferida dan galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat,
kuersetin, amilum, beberapa senyawa flavonoid, dan lain-lain.
Penelitian yang lebih intensif menemukan bahwa rimpang lengkuas
mengandung zat-zat yang dapat menhambat enzim xanthin oksidase sehingga
bersifat sebagai antitumor, yaitu trans p-kumari diasetat, transkoniferil diasetat,
asetoksi chavikol asetat, asetoksi eugenol setat, dan 4-hidroksi benzaidehida. Juga
mengandung suatu senyawa diarilheptanoid yang dinamakan 1-(4-hidroksifenil)7-fenilheptan-3,5-diol. Mengandung kariofilen oksida, kario- filenol, kuersetin-3metal eter, isoramnetin, kaemferida, galangin, galangin-3-metil eter, ramnositrin
dan 7-hidroksi-3,5-dimetoksiflavon. (Anonim, 2005).
2.3.6. Gadung
Petani Indonesia menggunakan ubi ini sebagai pestisida alami untuk
mengusir hama tanaman. Banyak formula yang bisa dibuat, seperti misalnya
ditambahkan dengan daun nimba/mimba. Berbagai jenis tumbuhan menghasilkan
metabolit sekunder yang fungsinya antara lain untuk mempertahankan diri
terhadap organisme pengganggu. Secara kimiawi senyawa-senyawa kimia itu
dapat bersifat sederhana atau komplek, dan dapat meracuni organism yang
memakannya. Salah satu contoh metabolic sekunder yang dihasilkan tumbuhan
dan bersifat toksik tersebut alkaloid. alkaloid merupakan suatu substansi yang
bersifat basa, mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan kerapkali juga
bersifat toksik terhadap manusia,

bahan beracun yang terdapat dalam umbi

gadung yang sudah diteliti adalah dioskorin (alkaloid) dengan rumus molekul

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

C13H19O2N dan dioscin. Akaloid dioskorin bersifat polar sehingga dapat larut
kedalam air, (Sait, 1991).
Menurut Heyne (1987), umbi gadung banyak sekali mengandung racun
yang mengakibatkan gatal pada tangan dan tubuh, dan kadang-kadang kulit
manusia dapat mengelupas. Zat racun yang terkandung didalam umbi gadung
termasuk

alkaloid

padat,

yakni dioskorin

(dioscorine),yang

mempunyai

pembangkit kejang seperti halnya pikrotoksin (picrotoxine). Uji efektivitas ubi
gadung sebagai pestisida nabati dengan menggunakan cairan perasan dewasa ini
telah tersosialisasi penggunannya pada beberapa kelompok tani di Sultra.
Kelemahan penggunaan cairan perasan (ekstrak) ubi gadung di lahan pertanian
antara lain, cairan perasan yang diperoleh mengandung bahan-bahan yang mudah
terfermentasi menghasilkan bau yang busuk. Kedua, jika diperas secara manual
dan terkontak langsung dengan kulit, akan menimbulkan rasa gatal, sehingga
petani enggan melakukannya.
2.3.7. Mimba
Mimba (Azadirachta indica), secara umum pestisida nabati diartikan
sebagai suatu pestisida yang bahan dasanya berasal dari tumbuhan yang relatif
mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, oleh karena
terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai
(bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman
bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang. (Rukmana,
1994),

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Serbuk biji mimba merupakan alternatif lain komponen pengendali hama
nonkimia yang berasal dari tumbuhan (Azadirachta Indica), sebagai bahan aktif
utama ekstrak biji mimba merupakan senyawa liminoid yang sangat beracun bagi
serangga hama fitofagus. Pengaruh azadirachtin terhadap serangga antara lain
sebagai

penghambat

pertumbuhan

(growth

regulator),

penolak

makan

(antifeedant), dan penghambat reproduksi (Indrayani, Subiyakto dan Ghotama,
2004). Azacdirachtin tidak berbahaya bagi organisme bukan sasaran seperti
parasitoid, predator dan berbagai serangga penyerbuk (Lowery dan Isman, 1995;
Naumann dan Isman, 1996 dalam. Indriyani dkk, 2004).
Mimba (A. Indica) merupakan tumbuhan yang umum ditanam sebagai
tanaman peneduh. Tanaman ini mempunyai potensi yang tinggi sebagai
insektisida botanik. Karena bersifat toksid terhadap beberapa jenis hama dari ordo
Orthoptera, Homoptera, Coleoptera, Lepidoptera, Diptera dan Heteroptera
(Jacobson, 1981). Daun dan biji mimba diketahui mengandung Azadirachtin
(Partopuro, 1989; Sudarmadji, 1994). Mengingat tanaman ini tersedia dalam
jumlah yang relatif banyak, maka para ahli biologi di Indonesia sejak tahun 1980an mulai banyak

yang

mencoba menggunakan ekstrak

mimba untuk

mengendalikan hama tanaman.
Ekstrak mimba dapat dibuat secara sederhana dengan menggunakan air
sebagai pelarut. Salah satu cara pengendalian hama di lapangan ialah dengan
menyemprotnya pada tanaman. Konsentrasi penyemprotan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pengendalian hama dan produksi tanaman. Penyemprotan
ekstrak daun mimba secara periodik dengan konsentrasi yang tepat diharapkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas tanaman termasuk sawi yang
merupakan objek penelitian (Prijono dan Triwidodo, 1994).
2.4.

1.

Hipotesis

Formulasi campuran pestisida nabati (Mimba, Gadung, Laos, dan Serai) dapat
mengurangi intensitas serangan dan menekan populasi hama pada tanaman
kubis.

2.

Formulasi campuran pestisida nabati efektif untuk mengendalikan hama pada
tanaman kubis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

III.

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, dengan ketinggian tempat 6 meter
di atas permukaan laut dan dimulai bulan Oktober - Desember 2012.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan : yaitu tanaman kubis (Brassica oleracea L) Varietas Semenis, daun
mimba, umbi gadung, Serai, laos, pupuk organik dan anorganik, keberadaan hama
secara alamiah, pestisida kimia regent.
Alat : cangkul, meteran, Kaca pembesar, ember plastik, alat tumbuk, alat
semprot (Hand Sprayer) serta timbangan dan polibag semai.
3.3. Metode Penelitian
Metode penelitian dengan menggunakan faktor tunggal dan perbandingan
beberapa perlakuan antara yaitu.
A. Mimba+Gadung+Laos+Serai
B. Mimba+Gadung
C. Mimba+Serai
D. Mimba+Laos
E. Kimia Regent
Diulang sebanyak 5 (lima) kali, denah penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3A3
1B1
5C5
4D4
5E5

2B2
5D5
1A1
4C4
4E4

2D2
5D5
1A1
3A3
4B4

2A2
5B5
2C2
3D3
1E1

5A5
3B3
3C3
3E3
2E2

Gambar 1. Denah Penelitian Efektivitas Pestisida Nabati

Keterangan :
1 – 5 adalah perlakuan dan ulangan
A adalah mimba + gadung + laos + serai
B adalah mimba + gadung
C adalah mimba + serai
D adalah mimba + laos
E adalah kimia Regent
3.4. Pembuatan Komposisi Pestisida Nabati
A. Komposisi untuk A yaitu mimba 1 kg; ½ kg gadung; ½ kg laos; ½ kg serai
dicampur kemudian ditumbuk dan tambahkan air 1 liter kemudian diamkan 2
x 24 jam, setelah itu disaring dan diambil 50 ml, kemudian ditambah air 1
liter setelah itu diaplikasikan pada tanaman 50 cc.
B. Komposisinya mimba 1 kg; ½ kg gadung; tumbuk dan kemudian tambahkan
air 1 liter setelah itu diamkan 2 x 24 jam disaring dan diambil 50 ml
kemudian ditambah air 1 liter setelah itu diaplikasikan pada tanaman 50 cc.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

C. Komposisinya mimba 1 kg; ½ kg serai; tumbuk kemudian tambahkan air 1
liter setelah itu diamkan 2 x 24 jam disaring dan diambil 50 ml dan ditambah
air 1 liter setelah itu diaplikasikan pada tanaman 50 cc.
D. Komposisinya mimba 1 kg; ½ kg laos; tumbuk dan kemudian tambahkan air
1 liter setelah itu didiamkan 2 x 24 jam disaring dan diambil 50 ml dan
ditambahkan air 1 liter setelah itu diaplikasikan pada tanaman 50 cc.
E. Insektisida kimia menggunakan bahan aktif Fipronil sebanyak 5ml, dilarutkan
dengan 1 liter air, kemudian siap diaplikasikan pada tanaman 50 cc.
3.5. Pelaksanaan Penelitian
3.5.1. Penanaman Tanaman Kubis
3.5.1.1. Persemaian
Benih kubis yang digunakan adalah varietas Seminis, benih sebelum
disemaikan perlu direndam kedalam air untuk mengetahui kualitas daripada benih,
benih kubis yang mengambang diambil dan buang. Selanjutnya benih disemaikan
di polibag persemaian setelah berumur 2- 3 minggu bibit siap untuk dipindahkan
ke tempat penanaman.
3.5.1.2. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara pemberiaan tanah, pupuk
kandang dan kompos ke bak penanaman sesuai dengan kebutuhan, dimana
perbandingan antara tanah : pupuk kandang : kompos adalah 4 : 1 : 1.
3.5.1.3. Penanaman
Sebelum penanaman maka membuat garitan dangkal (+ 10 cm) sesuai
dengan jarak antar baris dan diikuti pembuatan lubang tanam sesuai dengan jarak
tanam kubis 40 x 40 Cm. Pindah tanam bibit kubis dilakukan pada saat bibit telah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

berumur 2-3 minggu dapat dilakukan pada pagi atau sore hari dengan persyaratan
bibit tersebut telah melalui proses pembumbunan dengan kondisi tanah yang
cukup lembab.

3.5.1.4. Pemupukan
Pemupukan diberikan pada saat tanaman 1 minggu setelah tanam dengan
memberikan

pupuk Urea sebanyak 4 gram/tanaman. Dengan cara meletakkan

pupuk pada lubang dekat tanaman dengan jarak 10 cm dari lubang tanam,
selanjutnya ditutup kembali dengan tanah, setelah pemupukan dilakukan
penyiraman.
3.5.1.5. Pengairan
Tanaman kubis sangat membutuhkan air yang cukup sehingga kegiatan
penyiraman sangat penting karena merupakan faktor yang kritis apabila terjadi
kekurangan air. Penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali pagi dan sore hari
3.5.1.6. Pengendalian Hama Penyakit
Pengendalian hama disesuaikan dengan perlakuan penelitian pestisida
nabati.
3.6. Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali dan di mulai pada saat tanaman
telah berumur 10 hari setelah tanam sampai tanaman membentuk Crop kurang
lebih 2 bulan. Parameter pengamatan meliputi gejala serangan, pada tunas, batang,
daun, populasi serangga hama (Spodoptera sp), dan persentase serangan dihitung
dengan rumus umum sebagai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

P = B/A x 100 %
Dimana :
P. adalah Presentase Kerusakan
A. adalah Jumlah tanaman yang amati
B. adalah Jumlah tanaman yang terserang
Intensitas serangan, dengan mengamati kerusakan pada tanaman disetiap
tanaman sampel. Penentuan tingkat kerusakan tanaman kubis adalah sebagai
berikut : (Anonim, 2007)
1. Sangat berat, kerusakan > 50%
2. Berat, kerusakan 30%-50%
3. Cukup berat, kerusakan 15%-29%
4. Ringan, kerusakan 1%-14%
5. Tidak ada serangan, kerusakan 0%

3.7. Pengolahan Data
Data hasil pengamatan yang diperoleh

dilakukan penjumlahan dari

masing-masing variabel yang diamati, meliputi Populasi Hama dan persentase
serangan pada tanaman kubis. Kemudian data yang telah ditabulasi di cari
reratanya mulai pengamatan 1-16.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gejala Serangan Pada Tunas, Batang, Daun
Pada pengamatan gejala serangan pada tunas, batang, daun menunjukkan
adanya serangan pada masing-masing perlakuan formulasi pestisida nabati
(mimba gadung serai laos, mimba gadung, mimba serai, mimba laos).
Diketahui adanya lubang didaun dan tunas, hal ini dapat dilihat pada
berikut ini.

Gambar 2. Gejala Tanaman Kubis Yang Terserang Spodoptera litura

Gambar 3. Hama Ulat Spodoptera litura Yang Menyerang Tanaman Kubis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hal ditunjukkan pada Tabel 1 dimana mulai pengamatan 1 sampai dengan
pengamatan ke16 rerata gejala serangan hama mengalami fluktuasi naik turun
sesuai dengan perlakuan formulasi pestisida nabati, Perlakuan A reratanya sebesar
218,4, perlakuan B sebesar 79,52, perlakuan C sebesar 195,84, perlakuan D
sebesar 204,44 dan perlakuan E sebagai pembanding sebesar 11,84.
Usaha peningkatan dan mempertahankan produksi tanaman seringkali
dihadapkan adanya gangguan hama dan penyakit. Kerugian besar bahkan
kegagalan panen dapat terjadi bila gangguan tersebut tidak diatasi dengan baik.
Kehilangan hasil kubis akibat serangan hama cukup tinggi yakni dapat mencapai
100% oleh Ulat Grayak (Spodoptera litura) Jenis hama ini menempati kedudukan
sebagai hama utama (Rukmana, 1994). Pestisida nabati saat ini banyak dipelajari
peranannya dalam mengendalikan berbagai jenis hama di pertanaman. Pestisida
ini diyakini lebih aman bagi kehidupan, karena bahan aktifnya berasal dari
senyawa sekunder tanaman sehingga residunya mudah terurai di alam (Regnault
Roger 2005).

Pemanfaatan senyawa sekunder tanaman sebagai bahan aktif

pestisida didasari pada fungsinya bagi tanaman yang secara alamiah digunakan
untuk perlindungan dari serangan hama.
Nirwana, (2012) menyatakan bahwa pestisida nabati adalah pestisida yang
bahan dasarnya didapat dari tanaman yang bergetah. Sudah lama digunakan oleh
petani dan sekarang mulai diminati karena mahalnya pertisida kimiawi. Dan
disamping itu pestisida kimiawi telah mengakibatkan hama penggaggu tanaman
menjadi kebal dan merusak tatanan siklus lingkungan, terutama mengakibatkan
penurunan perlahan-lahan yang sangat berpengruh terhadap kesehatan manusia,
baik yang melakukan penyemprotan dan juga terhadap sebagian hasil produksi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

yang langsung dikonsumsi seperti buah-buahan,tumbuhan sayur mayur dan
lainnya. Pestisida nabati bisa dibuat dengan sederhana yang dikerjakan oleh
kelompok tani atau petani perorangan. Pestisida nabati yang dibuat berupa
larutan,hasil perasan,rendaman,ekstrak dan rebusan dari bagian tanaman, daun,
batang, akar dari jenis tanaman yang bisa dimanfaatkan dengan cara
sederhana,misalnya daun nimba,sirih ,mahoni dsb.
4.2. Populasi Hama Pada Tanaman Kubis
Hasil pengamatan penelitian efektifitas pestisida nabati (Mimba, Gadung,
Laos, dan Serai) terhadap hama pada tanaman kobis (Brassica oleracea L)
memberikan hasil yang tidak sama untuk masing-masing perlakuan,
Tabel 1. Populasi Serangan Hama Ulat Grayak Spodoptera litura L Pada Berbagai
Perlakuan.
No

Perlakuan

Rata-Rata Populasi

1.

A (mimba, gadung, laos, serai)

218,4

2.

B (mimba, gadung)

79,52

3.

C (mimba, laos)

195,84

4.

D (mimba, serai)

204,44

5.

E (kimia regent)

11,84

Dari Tabel 1. Dapat Dilihat Populasi Hama Spodoptera litura L

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

250

Jumlah
populasi

200
150
100
50
0
A

B

C

D

E

Perlakuan

Gambar 4. Histogram Populasi Hama Tanaman Kubis

Dari hasil pengamatan perlakuan A (Mimba+Gadung,+Laos +Serai) rata-rata
mulai pengamatan 1 sampai dengan pengamatan 16 memberikan jumlah populasi
sebanyak 218,40. Perlakuan B (Mimba+Gadung) rata-rata mulai pengamatan 1
sampai dengan pengamatan 16 memberikan jumlah populasi sebanyak 79,52.
Perlakuan C (mimba + serai) rata-rata mulai pengamatan 1 sampai dengan
pengamatan 16 memberikan jumlah populasi sebanyak 195,84. Perlakuan D
(mimba+laos) rata-rata mulai pengamatan 1 sampai dengan pengamatan 16
memberikan jumlah populasi sebanyak 204,44. Sedangkan perlakuan E (Kimia
reagent Bahan aktif Fipronil 50 gr/l) rata-rata mulai pengamatan 1 sampai dengan
pengamatan 16 memberikan jumlah populasi sebanyak 11,84. (Tabel 1). Dengan
demikian dapat dikatakan diantara empat perlakuan campuran pestisida nabati
tersebut yang paling baik adalah perlakuan B (mimba+gadung), kemudian
perlakuan C (mimba+serai, perlakuan D (mimba + laos) kemudian perlakuan A
(mimba + serai + laos + gadung), sedangkan perlakuan kimia tetap dapat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya