PERENCANAAN PEMESANAN DAN PENJADWALAN AKTIVITAS DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) DI PT. INDRAMUKTI SEGARA.

PERENCANAAN PEMESANAN DAN PENJ ADWALAN AKTIVITAS
DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUTION
REQUIREMENT PLANNING (DRP) DI PT. INDRAMUKTI SEGARA

Skripsi

O leh :
SUKMA YONATA KRISTYABUDI

NPM : 0832010029

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

i


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan kasih sayangnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini dengan judul :
PERENCANAAN PEMESANAN DAN PENJ ADWALAN AKTIVITAS
DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUTION
REQUIREMENT PLANNING (DRP) DI PT. INDRAMUKTI SEGARA
Tiada kata yang pantas untuk diucapkan selain doa yang tulus sebagai ucapan rasa
syukur dan terima kasih yang sedalam-dalamya atas segala yang diberikanNya.
Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas
Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan
bantuan dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada :
1. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. M. Anang F, MT. dan Bapak Ir. Tri Susilo, MM. Selaku Dosen
Pembimbing.
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Industri yang telah memberikan bekal
ilmu pengetahuan kepada penulis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

5. Bapak Heru Pranoto, SE, MM selaku pimpinan di PT. Indramukti Segara,
Surabaya sekaligus pembimbing lapangan yang telah memberikan fasilitas dan
bantuan kepada penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini.
6. Untuk Keluarga, Kedua Orang Tuaku, Bapak Suwit dan Ibu Nurmaidah
tercinta yang mendidik dan merawat hingga dewasa dan senantiasa
memberikan nasehat. Untuk Sukma Ageng Prasetyo dan Mbak Wulan serta
saudara-saudaraku yang telah memberikan dukungan, semangat dan bantuan
baik secara material maupun spiritual dalam memotivasi saya sehingga

terselesainya skripsi ini.
7. Untuk Ruce Dwi Kur niawati tersayang beserta keluarga terima kasih atas
do’a dan semangatnya yang sudah diberikan kepada saya.
8. Kepada seluruh teman-teman Jurusan Teknik Industri angkatan 2008 dan
pararel A yang telah memberikan motivasi dan tenaga dalam proses
penyusunan sehingga terselesaikan skripsi ini, khususnya Fer y, Fahmey,
Moch Sueb, Dede, Bambang, Yem Hilda, Yem Etr y, Dinda, Ayu, Riska,
Dwi A, Far id Z, dan Rek’D.
Semoga Tuhan Yesus senantiasa memberikan balasan atas kebaikan yang
telah diberikan. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata,
semoga hasil pemikiran yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi
setiap pembaca pada umumnya dan PT. Indramukti Segara, Surabaya pada
khususnya.
Surabaya, April 2012
Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................

i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………

iii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................

vi

DAFTAR TABEL…………………………………………………………….

vii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….


ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2

Rumusan Masalah .......................................................................... 2

1.3

Batasan Masalah. ............................................................................ 2

1.4

Asumsi ............................................................................................ 3

1.5


Tujuan Penelitian............................................................................. 3

1.6

Manfaat Penelitian........................................................................... 3

1.7

Sistematika Penulisan...................................................................... 4

BAB II
2.1

TINJ AUAN PUSTAKA
Pengertian Distribusi…………........................................................ 6
2.1.1 Fungsi Distribusi………………………………. …….........7

2.2


Distribution Requirement Planning ............................................... 10
2.2.1 Konsep Distribution Requirement Planning…... …….......14
2.2.2 Fungsi Distribution Requirement Planning…... ……........19

2.3

Penentuan Ukuran Lot dan Stock Pengaman .............................. ..21

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iv

2.3.1 Reorder Piont System (ROP)…... …………….……..........25
2.4

Distribusi Persediaan………………………..…………………….26
2.4.1 Timbulnya Persediaan……...…... …………….…….........27
2.4.2 Fungsi Persediaan……...…... …………….………............29

2.4.3 Jenis Persediaan……......…... …………….………............29
2.4.4 Biaya-biaya Dalam Sistem Persedian…….……….............31
2.4.5 Sistem Persedian Demand Indepenpendent ………............32
2.4.5.1 Sistem Economic OrderQuantity (EOQ).... ………............32
2.4.6 Sistem Produksi Tipe Batch…………….. ………..............32

2.5

Peramalan…………………………………………………….…....40
2.5.1 Prinsip-prinsip Peramalan……………….. ……….............45
2.5.2 Metode Peramalan……..……………….. ………..............46
2.5.3 Peramalan Demand Bulanan…..……….. ………...............53

2.6
BAB III

Penelitian Terdahulu…………………...…………………….……56
METODE PENELITIAN

3.1


Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 65

3.2

Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ............................. 65

3.3

Metode Pengumpulan Data............................................................ 66

3.4

Metode Pengolahan Data............................................................... 66

3.5

Langkah – Langkah Pemecahan Masalah..................................... 69

BAB IV


HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Pengumpulan Data......................................................................... 79

4.2

Biaya Distribusi Perusahaan………………………….………….. 83

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

4.3

Biaya Distribusi dengan metode DRP Tahun 2011 ……………... 87


4.4

Peramalan Permintaan Produk…………………………………… 92

4.5

Jadwal Distribusi………………………………………………... 102

4.6

Analisa Dan Pembahasan………………………………………...104

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan.................................................................................. 116

5.2

Saran..............................................................................................118

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI

Distribution Requirement Planning (DRP) mengolah informasi untuk
memperlancar dan mengatur pemasaran agar supply dan demand lebih seimbang.
Dengan melakukan peramalan permintaan dari data periode sebelumnya sebagai
acuan atau memesan bahan baku ke pemasok. Dengan acuan tersebut perusahaan
bisa tepat waktu memenuhi permintaan pelanggan serta menyiapkan tersedianya
produk yang cukup dan tidak berlebihan sehingga dapat diketahui banyaknya
jumlah produk yang harus disediakan ditiap wilayah distribusi (Economic Order
Quantity), kapan dilakukanya pemesanan kembali.Sehingga didapatkan biaya
distribusi yang lebih kecil dan ditekan seminimum
PT. INDRAMUKTI SEGARA adalah perusahaan yang bergerak dalam
industri pembuatan bawang goreng, bumbu pecel,. Di dalam perusahaan ini
perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi produk belum terkoordinasi
dengan baik, sehingga permintaan untuk produk yang datang pada waktu, jumlah,
dan tempat yang berlainan kurang terkontrol sehingga mengakibatkan terjadinya
kekurangan atau kelebihan persediaan pada masing-masing warehouse, dan
mengakibatkan total biaya distribusi menjadi tinggi.
Tujuan penelitian adalah merencanakan pemesanan dan penjadwalan
aktivitas distribusi produk bawang goreng dan pecel ke empat kota tujuan, yaitu
Banyuwangi, Malang, Blitar, Kediri dan untuk menentukan total biaya distribusi
minimum.
Hasil penelitian dengan metode DRP (Distribution Requrement Planning)
yang memberikan perbandingan dari metode perusahaan pada saat melakukan
pengiriman adalah sebesar Rp.58.266.750,- pada tahun 2011, sedangkan dengan
metode memakai DRP (Distribution Requrement Planning) perusahaan
mengeluarkan biaya sebesar Rp. 51.097.350,-,maka dengan memakai metode
DRP (Distribution Requrement Planning) perusahaan dapat menghemat biaya
kirim sebesar Rp.7.169.400 atau 12% per tahun. Sehingga pada tahun berikutnya
perusahaan bisa memperoleh biaya distribusi sebesar Rp. 51.314.900,-per tahun
dengan memakai DRP (Distribution Requrement Planning).

Kata Kunci : Distr ibusi, (Distribution Requrement Planning),Economic Order
Quantity.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat dan
peningkatan permintaan layanan lebih dari pelanggan. Dalam memenangkan persaingan tersebut
perusahan menggunakan berbagai cara diantaranya meningkatkan kepuasan pelanggan melalui
produk berkualitas, ketepatan waktu pengiriman, dan efisiensi biaya. Kebijaksanaan untuk
pengendalian persediaan produk pada suatu lokasi tertentu dapat menimbulkan masalah pada
manajemen dalam mengkoordinasikan perencanaan distribusi dari bagian pemasaran, juga pada
bagian produksi yang menghasilkan tingkat persediaan produk yang dihasilkan terbaik, sehingga
tingkat kepuasan konsumen maupun keuntungan perusahaan dapat terjaga.
PT. INDRAMUKTI SEGARA adalah perusahaan yang bergerak dalam industri
pembuatan bawang goreng, bumbu pecel,. Produk bawang goreng yang dihasilkan oleh PT.
INDRAMUKTI SEGARA adalah bawang goreng dengan nama merk SINTI, BJ, dan bumbu
pecel dengan nama merk SINTI dan BJ. Perusahaan PT. INDRAMUKTI SEGARA melakukan
distribusi produknya melalui distributor yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia anatara lain,
yaitu di kota Banyuwangi, Malang, Blitar, Kediri. Pengiriman produk dilakukan sesuai dengan
permintaan masing-masing distributor dengan menggunakan sarana transportasi darat

yang

memliki resiko dan biaya terkecil dan dapat menjangkau daerah pemasaran.
Distribusi yang dilakukan perusahaan PT. INDRAMUKTI SEGARA didasarkan atas
permintaan dari para distributor yang bertindak sebagai warehouse. Perusahaan mendistribusikan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2
produk pada masing-masing warehouse yang mana pendistribusian tersebut kurang efektif dilihat
dari kebutuhan tiap daerah dan perencanaan distribusi yang dijalankan oleh perusahaan memiliki
beberapa kelemahan. Diantaranya adalah sering terjadinya kelebihan atau kekurangan terhadap
permintaan produk dan keterlambatan pengiriman produk atas suatu pesanan. Hal ini karena
pihak perusahaan belum dapat memperkirakan kapan permintaan yang akan datang dan berapa
jumlah yang akan dipesan. Sehingga pihak perusahaan akan mengalami kekurangan persediaan
produk. Sebaliknya, ketika tidak terjadi pesanan perusahaan akan mengalami kelebihan
persediaan produk yang mengakibatkan biaya meningkat karena gudang menjadi penuh.
Dengan adanya masalah tersebut, maka dilakukan perencanaan dan penjadwalan
distribusi dengan metode Distribution Requirement Planning (DRP). Diharapkan dengan adanya
perencanaan pemesanan dan penjadwalan distribusi yang baik, keberhasilan dalam pemenuhan
permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal, kinerja penjualan meningkat dalam
memenuhi order dengan tepat waktu dan tepat jumlah sehingga didapatkan biaya distribusi yang
lebih kecil dan ditekan seminimum .

1.2.

Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah :
”Bagaimana perencanaan pemesanan dan penjadwalan aktivitas distribusi produk sesuai

permintaan

dari

masing-masing

warehouse

dengan

biaya

distribusi

minimum

PT.

INDRAMUKTI SEGARA?”

1.3

Batasan Masalah
Dengan tanpa mengurangi maksud dan tujuan penelitian serta untuk menyederhanakan

penelitian, maka penulis melakukan pembatasan masalah yaitu sebagai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3
1.

Proses produksi tidak dibahas secara khusus dalam penulisan skripsi ini.

2. Biaya produksi (set-up) untuk masing-masing produk tidak dibahas.
3. Terdapat 4 kota tujuan distribusi, yaitu di kota, Banyuwangi, Malang, Blitar, Kediri.
1.4

Asumsi
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa asumsi yaitu sebagai berikut :

1. Tidak diijinkan adanya back order.
2. Kapasitas penyimpanan produk gudang cukup tersedia.
3. Harga produk tidak mengalami perubahan selama penelitian.

1.5.

Tujuan Penelitian
Dari penelitian ini mempunyai tujuan yaitu:

Perencanaan pemesanan dan penjadwalan aktivitas pendistribusian produk Bawang goreng
merah dan Bumbu pecel, ke empat kota tujuan, yaitu di kota Banyuwangi, Malang, Blitar,
Kediri.Dan untuk menentukan total biaya distribusi yang minimum.

1.6.

Manfaat Penelitian
Manfaaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

Bagi Perusahaan:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau informasi bagi perusahan
mengenai perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi yang tepat sehingga dapat memenuhi
kebutuhan konsumen dengan tepat waktu.
Bagi Universitas :
1. Memberikan Informasi mengenai metode Distribution Requirement Planning (DRP).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4
2. Menambah koleksi perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Surabaya.
Bagi Penulis :
Menambah wawasan, pengetahuan dan kemampuan dalam Teknik Industri khususnya dalam
bidang perencanaan pemesanan dan penjadwalan aktivitas distribusi untuk memecahkan
permasalahan dalam dunia nyata.

1.7.
BAB I

Sistematika Penulisan
PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan, asumsi, tujuan, manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori dasar yang membahas masalah distribusi yang
digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini. Dimana nantinya tinjauan pustaka ini
akan dijadikan sebagai acuan kerangka berfikir didalam menyelesaiakan pemasalahan
yang ada, baik dalam melakukan pengolahan data maupun dalam menginterpretasikan
hasil yang diperoleh dari pengolahan data.

BAB III METODE PENELITIAN
Berisi suatu alur atau kerangka kerja yang terstruktur dan sistematis yang merupakan
suatu proses dimana terdiri dari tahap-tahap yang saling terkait satu sama lainnya atau
dalam artian hasil dari suatu tahap akan menjadi masukan bagi tahap berikutnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan ditampilkan seluruh data yang dihasilkan dari perencanaan
distribusi, dengan menggunakan metode Distribution Requirement Planning (DRP),
kemudian dianalisa mengenai alternatif solusi-solusi yang diharapkan dapat menjawab
permasalahan yang dikaji.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari perencanaan distribusi yang telah
dilakukan sehingga dapat memberikan suatu masukan bagi pihak perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Distribusi
Distribusi adalah suatu penyampaian barang atau jasa dari produsen ke

konsumen dan pemakai, sewaktu dan dimana barang atau jasa tersebut diperlukan (
Indrajit, 2003 ). Sistem distribusi itu sendiri, secara bebas dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu sistem tarik ( Pull system ) dan sistem dorong ( Push System ). (
Richardus, 2003 )
Kegiatan distribusi semakin penting artinya bagi supply chain dewasa ini
dengan semakin banyaknya perusahaan yang harus melakukan pengiriman langsung
ke pelanggan. Tumbuhnya industri dot com yang menyediakan pelayanan pembelian
on-line dengan pengiriman langsung ke pintu pelanggan membuat kegiatan distribusi
menjadi semakin besar pada supply chain. Pelangan yang membeli buku di toko akan
menanggung biaya distribusi yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang
membeli buku secara on-line dan dihantar langsung ke alamat pelanggan. Distribusi
juga bagian yang bertanggung terhadap perencanaa, palaksananaan, dan pengendalian
aliran material darri produsen ke konsumen dengan suatu keuntungan. Jenis – jenis
distribusi persediaan terdiri dari distribusi fisik, sistem distribusi push and pull dan
Distirbution Requirement Planning. ( Hakim, 2003 )
Tetapi salah satu hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam mengelola
kegiatan pengiriman adalah tradeoff antara biaya dengan kecepatan respon dari suatu
mode distribusi.

Biaya pengiriman akan tinggi kalau perusahaan sangat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

mementingkan kecepatan respon. Misalnya, apabila semua order dikirim dalam
jangka waktu satu hari sejak ada permintaan order, maka seringkali pengiriman
dilakukan dengan volume kecil dan tidak mencapai skala ekonomi yang memadai.
Perusahaan sering melakukan penggabungan pesanan dalam bebrapa periode yang
berbeda sehingga pengiriman tidak dilakukan setiap hari misalnya, tetapi tiap dua
atau tiga hari. Praktek melakukan penggabungan waktu dalam proses pengiriman ini
biasanya dinamakan dengan istilah temporal aggregation.

2.1.1

Fungsi Distribusi
Manajemen distribusi harus mampu mengatur dan mengendalikan arus

penerimaan dan pengiriman produk , serta kemampuan analisa transportasi yang kuat
dalam pendistribusian produk perusahaan.
Tiga pengertian penting dalam mendukung pelaksanaan manajemen
distribusi (Shcell. 2002 ) yaitu :
1. Fungsi distribusi sebagai salah satu fungsi transportasi perusahaan yang
merupakan fungsi bisnis.
2. Sistem distribusi tidak dapat terlepas dari sistem secara

keseluruhan dalam

perusahaan , dimana terkait dengan bidang-bidang fungsi lain diluar produksi dan
operasi.
3. Unsur penting dalam distribusi adalah pengambilan keputusan dan analisa
transportasi maka penekanan utama dalam pembahasan distribusi adalah suatu
proses pengambilan keputusan dan kemampuan analisa.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Pada prinsipnya fungsi distribusi ini bertujuan untuk menciptakan pelayanan
yang tinggi ke pelanggan yang bisa dilihat dari tingkat service level yang dicapai,
kecepatan pengiriman, kesempurnaan barang sampai ke tangan pelanggan, serta
pelayanan purna jual yang memuaskan.
Dalam upayanya untuk memenuhi tujuan-tujuan di atas, siapapun yang
melaksanakan (internal perusahaan atau mitra pihak ketiga), manajemen distribusi
pada umumnya melakukan sejumlah fungsi dasar yang terdiri dari :
1. Melakukan segmentasi dan menentukan target service level segmentasi
pelanggan perlu dilakukan karena kontribusi mereka pada revenue perusahaan
bisa sangat bervariasi dan karakteristik tiap pelanggan bisa sangat berbeda antara
satu dengan lainya.
2. Menentukan mode distribusi yang akan digunakan. Tiap mode distribusi
memiliki karakteritik yang berbeda dan mempunyai keunggulan serta kelemahan
yang berbeda juga. Kombinasi dua atau lebih mode transportasi tentu bisa atau
bahkan harus dilakukan tergantung pada situasi yang dihadapi.
3. Melakukan konsolidasi informasi dan pengiriman. Konsolidasi merupakan kata
kunci yang sangat penting dewasa ini. Tekanan untuk melakukan pengiriman
cepat namun murah menjadi pendorong utama perlunya melakukan konsolidasi
informasi maupun pengiriman. Salah satu contoh konsolidasi informasi adalah
konsolidasi data permintaan dari berbagai regional distribution center oleh
central warehouse untuk keperluan pembuatan jadwal pengiriman.
4. Melakukan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman. Salah satu kegiatan
operasional yang dilakukan oleg gudang atau distributor adalah menentukan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

kapan sebuah truk harus berangkat dan rute mana yang harus dilalui untuk
memenuhi permintaan dari sejumlah pelanggan. Apabila jumlah pelanggan
sedikit, keputusan ini bisa diambil dengan relative gampang. Penjadwalan dan
penentuan

rute

pengiriman

adalah

pekerjaan

yang

sangat

sulit

dan

kekurngtepatan dalam mengambil dua keputusan tersebut bisa berimplikasi pada
biaya pengiriman dan penyimpanan yang tinggi.
5. Memberikan pelayanan nilai tambah. Disamping mengirimkan produk ke
pelanggan, jaringan distribusi semakin banyak dipercaya untuk melakukan proses
nilai tambah tersebut tadinya dilakukan oleh pabrik. Beberapa proses nilai
tambah yang bisa dikerjakan oleh distributor adalah pengepakan, pelabelan
harga, pemberian barcode, dan sebagainya.
6. Menyimpan

persediaan.

Jaringan

distribusi

selalu

melibatkan

proses

penyimpanan produk baik di suatu gudang pusat atau gudang regional, maupun
di toko di mana produk tersebut dipajang untuk dijual. Oleh karena itu
manajamen distribusi tidak bisa dilepaskan dari manajemen pergudangan.
7. Menagani pengembalian (return). Manajemen distribusi juga punya tanggung
jawab untuk melaksanakan kegiatan pengembalian produk dari hilir ke hulu
dalam supply chain. Pengembalian ini bisa karena produk rusak atau tidak terjual
sampi batas waktu penjualanya habis. Proses pengembalian produk lumrah
dengan sebutan reverse logistics.
Apabila manajemen perusahaan akan memisahkan jenis proses distribusi dari
segi bentuk proses maka ini berarti bahwa jenis proses distribusi dalam perusahaan
yang bersangkutan semata – semata mendasarkan diri pada perbedaan yang pada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

umumnya akan dikaitkan pada masalah–masalah umum pada bidang distribusi
masing–masing perusahaan tersebut. Atas dasar bentuk dari proses distribusi tersebut
dilaksanakan oleh masing–masing perusahaan yang ada maka proses pemasaran dapat
dibgi menjadi beberapa jenis yaitu : (Baroto, 2002)
a) Proses Distribusi Langsung
Merupakan suatu proses distribusi yang menitikberatkan pada proses distribusi
secara langsung yang ditujukan kepada perusahaan Contoh : pengiriman produk
perusahaan manufaktur.
b) Proses Distribusi Tidak Langsung
Merupakan proses distribusi dimana pelaksanaan proses tersebut dititikberatkan
pada distribusi dengan menggunakan media jasa pengiriman swasta maupun
media pengiriman BUMN. Contoh : perusahaan mendistribusikan produknya
dengan menggunakan jasa pengiriman barang.

2.2

Distribution Requirement Planning
Istilah DRP memiliki dua pengertian yang berbeda, yaitu : distribution

requirement planning dan distribution resource planning.
Distribution Requirement Planning adalah berfungsi menentukan kebutuhankebutuhan untuk mengisi kembali inventori pada distribution center. Sedangkan
Distribution Resource Planning merupakan perluasan dari distribution requirement
planning yang mencakup lebih dari sekadar sistem perencanaan dan pengendalian
pengisian kembali inventori, tetapi ditambah dengan perencanaan dan pengendalian
dari sumber-sumber yang terkait dalam sistem distribusi seperti : warehouse space,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

tenaga kerja, uang, fasilitas transportasi dan warehousing. Termasuk di sini adalah
keterkaitan dari replenishment system ke financial system dan penggunaan simulasi
sebagai alat untuk meningkatkan performansi sistem. (Gasperz, Vincent, 2004, hal
300-301)
Distribution Requirement planning merupakan aplikasi dari angka logika
Material Requirement Planning (MRP). Persediaan Bill of Material (BOM) pada
MRP diganti dengan Bill of

Distribution (BOD) pada Distribution Requirement

Planning (DRP) menggunakan logika Time Phased On Point (TPOP) untuk
memerlukan pengadaan kebutuhan pada jaringan (Richard J. Tersine, Principle
Inventory and Material Management, 1998).
Distribution Requirement Planning didasarkan pada peramalan kebutuhan
pada level terendah dalam jaringan tersebut yang akan menentukan kebutuhan
persediaan pada level yang lebih tinggi.
Konsep umum DRP dapat dilihat dalam gambar 2.2

Gambar 2.1 Distribution Requirement Planning
( Sumber : Principle Inventory and Material Management, Richard J. Tersine, 1998).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Persamaan :

1.
2.
3.
4.
5.

Menggunakan cara perhitungan matematis yang sama.
Mempunyai matriks komponen perhitungan yang sama.
Membedakan Independent demand dan dependent demand.
Metode berlaku untuk dependent demand.
Keduannya menggunakan cara pemesanan berdasarkan
rentang waktu.
Tabel 2.1. Persamaan MRP dan DRP

Per bedaan :

MRP
Untuk kegiatan manufakturing.
Menghitung
kebutuhan
tiap
komponen.
Cocok untuk pabrik jenis rakitan.

DRP
Untuk kegiatan distribusi.
Menghitung kebutuhan barang
untuk tiap pusat distribusi.
Cocok untuk sistem distribusi
bertingkat.
Biasanya untuk bahan baku/ Biasanya untuk barang jadi/
penolong.
komoditas.
MRP adalah proses dari atas, yaitu DRP adalah proses dari bawah,
dari Master Production Schedule yaitu dari kebutuhan Retail ke
ke kebutuhan tiap komponen.
Distritibution
Center
dan
Warehouse Center.
Semua
kebutuhan
komponen Kebutuhan
Retail
bersifat
bersifat dependent.
Independent,
sedangkan
kebutuhan DC dan WC bersifat
Dependent.

(Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo- Jakarta. hal 249)
Tabel 2.2. Perbedaan MRP dan DRP
.

(James H. Green, PhD, 2nd , Mc. Grow-Hill, Inc., 1987, hal. 222).
Gambar 2.6 Perbedaan MRP dan DRP

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Pada gambar 2.6 diperlihatkan perbedaan struktur dari MRP dan DRP. Pada
gambar (a) terlihat struktur produk (BOM) yaitu produk terdiri dari 3 komponen.
Untuk MRP, langkah awalnya adalah melakukan perencanaan (JIP) untuk kemudian
tiap-tiap komponen dapat dijadwalkan kebutunannya.
Sedangkan pada gambar (b) merupakan struktur distribusi (BOD) terlihat 1
sumber penawaran (SS) terdiri dari 3 pusat distribusi (DC). Pada DRP, langkah
awalnya adalah membuat perencanaan permintaan dari masing-masing pusat
distribusi untuk kemudian sumber penawaran melakukan eksekusi berupa pemenuhan
kebutuhan tiap-tipa pusat distribusi.
Distribution Requirement Planning didasarkan pada peramalan kebutuhan pada
level terendah dalam jaringan tersebut yang akan menentukan kebutuhan persediaan
pada level yang lebih tinggi.
Pengolahan data dengan metode DRP dimulai dengan perhitungan Safety Stock
(SS) untuk mengetahui batasan inventory agar tidak terjadi stock out. Kemudian
dilakukan perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) untuk mengetahui berapa
jumlah produk yang harus disediakan baik oleh masing – masing warehouse.
Formulasi Safety Stock adalah :
S = B - D .L

Reorder Point:
B = DL + Z α σ L

Dimana :
S

= Safety Stock

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

B

= Titik reorder

D

= Rata - rata demand

L

= Lead time



= Standard deviasi permintaan

EOQ ditentukan dengan melihat dengan melihat demand bulanan tiap item pada
masing-masing distributor.
Nilai EOQ dirumuskan :
EOQ =

Rm

2 × Rm × C
H

= Rata – rata permintaan tiap bulan (unit)
=

D
12

C

= Biaya Pengiriman (Rp./kirim)

H

= Biaya Penyimpanan (Rp./unit/bulan)

2.2.1 Konsep Distribution Requirement Planning
Distribution Requirement Planning adalah suatu metode untuk menangani
pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi multi eselon. Metode ini
menggunakan demand independent, dimana dilakukan peramalan untuk memenuhi
struktur pengadaannya. Berapapun banyaknya level yang ada dalam jaringan
distribusi, semoga merupakan variabel yang dependent level yang langsung
memenuhi customer.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Distribution Requirement Planning lebih menekankan pada aktivitas
penjadwalan daripada aktivitas pemesanan. DRP mengantisipasi kebutuhan
mendatang dengan perencanaan pada setiap level pada jaringan distribusi. Metode ini
dapat memprediksi masalah sebelum masalah-masalah tersebut terjadi memberikan
titik pandang terhadap jaringan distribusi.

Distribution Requirement Planning tiap Warehouse dan item ditabulasikan
sebagai berikut :
X Distribution Center
Safety Stock

:
Past
Due

Lead Time
:
Lot size
:
Period
1 2 3 4 5 6

7

8

Gross Requirement
Schedule Receipts
Projected On Hand
Net Requirements
Planned Order Receipts
Planned Order Release

(Ariyani 2008, hal 140).
Tabel 2.7 Hasil Analisa Perhitungan DRP untuk tiap Warehouse

Menurut Ariyani (2008) Logika dasar pengisisan DRP adalah sebgai berikut :
1. Gross requirement / forecast demand diperoleh dari hasil peramalan
(forecasting).
2. Dari hasil peramalan distribusi local, hitung time phaed net requirement. Net
requirement tersebut mengidentifikasikan kapan level persediaan (scheduled
receipt-projected on hand periode sebelumnya) dipenuhi oleh gross requirement.
Untuk sebuah periode :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Net requirement = (gross requirement + safety stock) – (schedule receipt +
projected on hand periode sebelumnya).
Nilai net requirement yang dicatat (recorded) adalah nilai yang bernilai positif.
3. Setelah itu dihasilkan sebuah planned order receipt sejumlah net requirement
tersebut (ukuran lot tertentu) pada periode tersebut.
4. Ditentukan hari dimana harus melakukan pemesanan tersebut (planed order
release) dengan mengurangkan hari terjadwalnya planned order receipt dengan
lead time.
5. Dihitung projected on hand pada periode tersebut :
Projected on hand = (projected on hand periode sebelumnya + scedulle receipt +
planned order receipt) – (gross requirement).
6. Besarnya planned order release menjadi gross requirement pada periode yang
sama untuk level berikutnya dari jaringan distribusi.

Empat langkah utama harus diterapkan satu pada periode pemesanan dan
pada setiap item, langkah – langkah tersebut adalah :

1. Netting
Netting adalah proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih
yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan
persediaan. Data yang dibutuhkan dalam proses kebutuhan bersih ini adalah :
-

Kebutuhan kotor untuk setiap periode.

-

Persediaan yang dimiliki pada awal perencanaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

-

Rencana penerimaan untuk setiap periode perencanaan.

2. Lotting
Lotting adalah proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan optimal untuk
setiap item secara individual didasarkan pada kebutuhan bersih yang telah
dilakukan.
3. Offsetting
Langkah ini bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk melakukan
rencana pemesanan dalam rangka memenuhi kebutuhan bersih.
4. Explosion
Proses explosion adalah proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat
jaringan distribusi yang lebih rendah.
DRP sangat berperan baik untuk sistem distribusi manufaktur yang integrasi
maupun sistem distribusi murni. Dengan kebutuhan persediaan time phasing pada
tiap level dalam jaringan distribusi, DRP memiliki kemampuan untuk memprediksi
suatu problem benar-benar terjadi. Sistem DRP bekerja berdasarkan penjadwalan
yang telah dibuat untuk permintaan di masa yang akan datang sehingga mampu
mengantisipasi perencanaan masa depan dengan perencanaan yang lebih dini pada
setiap level distribusi. Untuk organisasi manufaktur, yang memproduksi untuk
memenuhi persediaan serta untuk dijual melalui jaringan distribusinya sendiri

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Keuntungan yang didapat dari penerapan metode DRP adalah :
1.

Dapat dikenali saling ketergantungan persediaan distribusi dan manufaktur.

2.

Sebuah jaringan distribusi yang lengkap dapat disusun, yang memberikan
gambaran yang jelas dari atas maupun dari bawah jaringan.

3.

DRP menyusun kerangka kerja untuk pengendalian logistik total dari distribusi
ke manufaktur untuk pembelian.

4.

DRP menyediakan masukkan untuk perencanaan penjadwalan distribusi dari
sumber penawaran ke titik distribusi.
Menurut Vollman (2006), untuk menyelesaikan DRP langkah langkah yang

diperlukan adalah
1. Menentukan kebutuhan bersuh adalah selisih kebutuhan kotor dengan persediaan
yang ada di tangan.
2. Menentukan jumlah pesanan (ukuran lot)
3. Penentuan jumlah pesanan pada setiap jaringan distribusi, didasarkan pada
kebutuhan bersih. Sistem penentuan jumlah pesanan yang dapat dugunakan
antara lain LFL, EOQ, dan FOQ.
4. Menentukan Bill of Distribution (BOD) dan kebutuhan kotor di setiap jaringan
distribusi, sedangakn kebutuhan kotor untuk setiap jaringan distribusi ditentukan
berdasarkan Planned Order Release jaringan distribusi.
5. Menentukan tanggal pemesanan adalah dengan menentukan saat yang tepat
untuk melakukan pemesanan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

2.2.2 Fungsi Distribution Requirement Planning
Distribusi Requirement Planning sangat berperan baik untuk sistem distribusi.
Dengan kebutuhannya persediaan time phasing pada tiap level jaringan distribusi.
DRP Sistem Distribution Requirement Planning bekerja berdasarkan penjadwalan
yang telah dibuat untuk permintaan di masa yang akan datang sehingga mampu
mengantisipasi perencanaan masa depan dengan perencanaan yang lebih dini pada
setiap level distribusi. Untuk organisasi manufaktur, yang memproduksi untuk
memenuhi persediaan serta untuk dijual melalui jaringan distribusinya sendiri.
Performansi dapat ditingkatkan dengan mengintegrasikan sistem MRP dan DRP
sekaligus.
K ebutuhan

Efisiensi
MP S

Distribusi

DR P

M DC

R DC

LD C

Perencanaan Produksi
Produksi

LDC

LD C

Komponen

Komponen

MR P

Sub
Assembly

Komponen

Kom ponen

K omponen

(Richard J. Tersine, Fourth, Elsevler Science Publishing Co., Inc., hal. 465)
Gambar 2.2 Integrasi Distribusi dan Manufaktur.

Kedua sistem tersebut digabungkan melalui Master Distribution Schedulle
(MDS). Dimana DRP akan menyatukan jumlah permintaan yang harus dipenuhi
berdasarkan ramalan, yang akan dijadikan sebagai input untuk MDS. Dan selanjutnya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

proyeksi kebutuhan produk jadi dari Master Production Schedulle (MPS) menjadi
input bagi MRP, yang akan menghitung kebutuhan komponen dan sub assembly yang
harus dipenuhi seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.10.
Keterangan :
MPS = Master Production Schedulle
MDC = Master Distribution Center
RDC

= Regional Distribution Center

LDC

= Lower Distribution Center

Perencanaan

horizon

Distribution

Requirement

Planning

seharusnya

sekurang-kurangnya sama dengan lead time kumulatif. Penjadwalan ulang dan
jaringan dilakukan secara periodik, biasanya sekurang-kurangnya sekali seminggu.
Menurut Green 1987, keuntungan yang didapat dari penerapan metode DRP adalah :
1.

Dapat

dikenali

saling

ketergantungan

persediaan

distribusi

dan

manufaktur.
2.

Sebuah jaringan distribusi yang lengkap dapat disusun, yang memberikan
gambaran yang jelas dari atas maupun dari bawah jaringan.

3.

DRP menyusun kerangka kerja untuk pengendalian logistik total dari
distribusi ke manufaktur untuk pembelian.

4.

DRP menyediakan masukan untuk perencanaan penjadwalan distrbusi dari
sumber penawaran ke titik distribusi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

2.3

Penentuan Ukuran Lot dan Stock Pengaman
Penentuan ukuran lot dalam distribusi dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti frekuensi pengiriman, EOQ, ukuran kapasitas konsumen serta jumlah total
yang dibutuhkan.
Teknik-teknik penentuan ukuran lot diantaranya sebagai berikut :
1. EOQ
2. Lot For Lot (LFL)
3. Fixed Order Interval (FOI)
4. Periode Order Quantity (POQ)
5. Least Unit Cost
6. Least Total Cost
7. Part Periode Balancing
8. Wagner Within Algoritma
9. Fixed Periode Requirement
Beberapa faktor yang menentukan ukuran lot yaitu : (Indrajit, Eko &
Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo- Jakarta. hal 246)
1.

Ketentuan pemasok

2.

Perhitungan ekonomis (EOQ)

3.

Frekuensi pengiriman

4.

Ukuran kontainer pengiriman

5.

Total ukuran berat (tonase) atau volume (m3)
Dalam hal persediaan pengaman, perlu diperhatikan bahwa pengadaan

persediaan pengaman ini berbeda antara sistem distribusi satu tingkat atau tunggal

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

dengan sistem distribusi multitingkat. Dalam distribusi multitingkat, harus dihindari
adanya duplikasi penimbunan persediaan pengaman.
Ukuran lot tidak didasarkan pada minimum biaya penyimpanan dan biaya
pemesanan, bila biaya penyimpanan tidak diidentifikasikan baik secara marginal
ataupun incremental.
Kebutuhan stock pengaman dalam suatu sistem multi eselon berbeda untuk
tiap-tiap lokasi. Secara umum stock pengaman tidak dapat diasumsikan untuk semua
eselon, namun disentralisasikan untuk masing-masing eselon. Bila item tersebut
berharga mahal dengan demand yang relative murah, entralisasi stock pengaman
merupakan alternatif terbaik, sebaliknya bila item tersebut berharga atau mempunyai
biaya yang cukup rendah demand yang cukup tinggi, maka, alternatif terbaik adalah
desentralisasi stock pengaman pada level terendah untuk meningkatkan service level.
Formulasi stock pengaman adalah
S = B − DL
Dimana :
S : Stock Pengaman
B : Titik Reorder

D : Rata-rata Demand Harian
L : Lead Time
Penentuan titik reorder (B) yang digunakan untuk menentukan stock
pengaman tidak dapat digunakan teknik atau cara yang biasa dipakai, serta

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

mempertimbangkan tingkat servive level yang diinginkan. Formulasinya berdasarkan
tingkat service level yang digunakan.
Service level 95 %, artinya bahwa probabilitas 95 % dari permintaan tersebut
tidak akan melebihi dari permintaan selama periode masa tenggang. Dengan kata lain,
permintaan akan terpenuhi dalam 95%.
Resiko kehilangan biaya berkaitan erat dengan tingkat pelayanan. Tingkat
pelayanan sebesar 95% menunjukkan bahwa resiko kehabisan persediaan sebesar 5
%.
Tingkat Pelayanan = 100% - resiko kehabisan stock
(Rangkuti.F,(2004), PT. Raja Grafindo Persada - Jakarta)

Titik Reorder

Tingkat Service Level

DL + 3,09

αD L

99.9 %

DL + 2,58

αD L

99.5 %

DL + 2,33

αD L

99 %

DL + 1,96

αD L

97.5 %

DL + 1,64

αD L

95 %

DL + 1,28

αD L

90 %

DL + 1,04

αD L

85 %

DL + 0,85

αD L

80 %

DL + 0,67

αD L

75 %

(Richard J. Tersine. 3rd, Elsevler Science Publishing Co., Jnc., 1988. hal. 214)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

Tabel 2.8 Formulasi titik reorder berdasarkan Distribusi Normal Standart
Tabel di atas menunjukkan hubungan antara tingkat pelayanan dengan reorder
point. Misal kita menggunakan tingkat pelayanan 95 %, maka untuk menghitung
safety stock kita menggunakan rumus reorder point DL + 1,64α D L , dan begitu
seterusnya.
Perhitungan untuk mencari persediaan pengaman dapat dengan menggunakan
deviasi standar, atau dapat langsung dengan menggunakan MAD. Perlu dicatat bahwa
perhitungan persediaan pengaman dengan menggunakan rumus standar deviasi ada
kekurangan, yaitu perhitungan standar deviasi menyangkut perhitungan perkalian,
pangkat, akar, dan cukup rumit. Untuk lebih mempermudah dalam perhitungan dapat
digunakan rumus MAD (mean absolute debviation). Formulasi MAD adalah :
Persediaan Pengaman = MAD X Faktor Pengaman
Keterangan :
- MAD

= pemakain barang selama waktu pemesan.

- Faktor Pengaman

= faktor keaman yang dihitung untuk MAD, yang
besarnya tergantung dari tingkat layanan.

Contoh perhitungan berikut ini akan lebih menjelaskan penggunaan rumus
tersebut. Berapa besarnya persediaan pengaman yang paling optimal apabila
ditetapkan bahwa tingkat layanan yang dikehendaki adalah 95% dan diketahui bahwa
jumlah pemakaian selama tiga puluh (30) kali waktu pemesanan, sebagai berikut :
26
13
33

5 20
7 19
10 5

13
19
18

18
9
9

13
22
9

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

10
13
MAD =

3 18
13 17

10
17

10
17

7
17

( 26 − 14 ) + (14 − 13 ) + .... + (17 − 14 ) 156
=
= 5 .2 satuan
30
30

Sehingga, Deviasi Standar = 5.20 X 1.25 = 6.50 satuan
Jadi, Persediaan Pengaman = 5.20 X 2.06 = 10.7 = 11 satuan

2.3.1 Reorder Point System (ROP)
Dalam sistem ROP setiap pusat distribusi pada tingkat lebih rendah
meramalkan permintaan untuk produk guna melayani pelangganya, kemudian
memesan dari pusat distribusi pada tingkat lebih tinggi (main warehouse) apabila
kuantitas dalam stock pada pusat distribusi pada tingkat lebih rendah (branch
warehouse) mencapai ROP.
Sistem tarik dengan ROP menimbulkan Cascading effect, yaitu ; input ke
setiap tingkat adalah output dari tingkat atau tahap sebelumnya, sehingga
menyebabkan saling ketergantungan di antara tingkat-tingkat dalam sistem distribusi.
Pada dasarnya metode ROP merupakan suatu teknik pengisian kembali
inventori apabila total stock on-hand plus on-order jatuh atau berada dibawah titik
pemesanan kembali (reorder point = ROP). ROP merupakan metode inventori yang
menempatkan suatu pesanan untuk lot tertentu apabila kuantitas on-hand berkurang
sampai tingkat yang ditentukan terlebih dahulu yang dikenal sebagai titik pemesanan
kembali (ROP). ROP dihitung berdasarkan formula :

ROP = DLT + SS

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

ROP

= Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)

DLT

= Permintaan Selama Waktu Tunggu (Demand During Lead Time)

SS

= Stock Pengaman (Safety Stock)
Terdapat 4 (empat) factor yang menentukan ROP, yaitu :

1.

Tingkat permintaan.

2.

Waktu tunggu.

3.

Ketidakpastian dalam tingkat permintaan dan waktu tunggu pengisian
kembali.

4.

Kebijaksanaan manajemen berkaitan dengan tingkat pelayanan pelanggan
yang dapat diterima.

Sumber : (Gasperz, Vincent, 2004, hal 291-292)
2.4

Distribusi Per sediaan
Distribusi adalah bagian yang bertangung jawab terhadap perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendaliaan aliran material dari produsen ke konsumen dengan
suatu keuntungan. Pergerakan / aliran material ini terdiri dari pasokan yang
merupakan pergerakkan dan penyimpanan bahan mentah dari pemasok ke pabrikan,
dan distribusi yang mempunyai pergerakkan barang jadi dari pabrik ke pelanggan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Pemasok

Pabrik

Sistem Distribusi

Pelanggan

Gambar 2.3 Sistem Logistik
(Sumber : “Pengendalian Persediaan Suatu Pendekatan Kuantitatif”,Biegel, J.E,
1992)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

Sedangkan persediaan merupakan semua barang dan bahan yang dipakai
dalam proses produksi dan distribusi perusahaan.
Jadi distribusi persediaan adalah suatu aktifitas perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian proses produksi dan distribusi perusahaan dari produsen hingga sampai
ke konsumen untuk memperoleh suatu keuntungan.
Distribusi sangatlah penting, sebab pada umumnya pemasok pabrikan, dan
pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan meluasnya pasar,
tentunya akan diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya pembelian
atau biaya produksi akan berkurang, sehingga akan meningkatkan keuntungan
perusahaan untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan sistem distribusi yang baik.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi adalah saluran distribusi,
jenis pasar yang akan dilayani, karakteristik produk, jenis transportasi yang
digunakan.

2.4.1 Timbulnya Per sediaan
Sebab-sebab diperlukannya persediaan dalam suatu sistem, baik sistem
manufaktur maupun non manufaktur dapat diklasifikasikan ke dalam lima alasan
antara lain :
1. Faktor Waktu
Bila jangka waktu pengiriman bahan relatif lama. Dalam suatu proses
produksi, pengiriman material dari supplier, pemeriksaan bahan baku, pembuat
produk dan pengiriman ke konsumen melalui persediaan perusahaan dapat
mengurangi rentang waktu dalam pemenuhan demand.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

2. Faktor Ketidakseimbangan
Seringkali jumlah yang dibeli lebih besar dari pada yang dibutuhkan.
Kerena membeli dalam jumlah yang besar pada umunya lebih ekonomis/murah,
sehingga sebagian bahan/barang yang belum digunakan disimpan sebagai
persediaan.
3. Faktor yang tidak pasti
Persediaan menjadikan perusahaan memiliki “rasa aman” terhadap kejadiankejadian yang tidak di harapkan dan tidak terencana. Apabila terjadi kesalahan
dalam perkiraan, pengiriman yang tertunda, kerusakan mesin dan kondisi alam
yang tidak pasti, maka pemenuhan kebutuhan bahan baku dapat dilakukan dengan
menggunakan persediaan yang telah ada.
4. Faktor ekonomi
Faktor ini dapat memberikan alternatif pengurangan biaya karena adanya
persediaan, perusahaan dapat membeli bahan baku ataupun berproduksi pada
tingkat yang menguntungkan. Pembelian bahan baku pada tingkat tertentu dapat
menghasilkan discount. Persediaan juga mampu untuk menstabilkan kebutuhan
mesin maupun manusia di suatu proses produksi.
5. Faktor keuntungan
Keinginan melakukan spekulasi untuk mendapatkan keuntungan besar dari
kenaikan harga barang di masa mendatang.
(“Pengendalian Persediaan Suatu Pendekatan Kuantitatif”,Biegel, J.E, 1992)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

29

2.4.2

Fungsi Per sediaan
Persediaan mempunyai beberapa fungsi dalam memenuhi kebutuhan,

diantaranya adalah sebagai berikut (Sofyan Assauri, 1993, hal. 219) :
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang
dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat
digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus
produksi.
5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
6. Memberikan pelayanan (service) kepada langganan dengan sebaik-baiknya,
dimana keinginan langanan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan
jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.
7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau
penjualannya.

2.4.3 J enis Persediaan
Persediaan dapat dibedakan dalam lima jenis, yaitu:
a. Persediaan bahan baku (raw materials stock) yaitu persediaan dari barang-barang
yang digunakan dalam proses produksi, dimana barang tersebut diperoleh dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

30

sumber-sumber alam atau dibeli dari supplier yang menghasilkan bahan baku
bagi perusahaan yang menggunakannya.
b. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process) yai