RKPD Kota Bogor 2012 bab iv rkpd2012

(1)

BAB IV

PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan

Dengan memperhatikan kondisi, potensi, , permasalahan, tantangan, peluang yang ada di Kota bogor, dan mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, serta merujuk RPJMD 2010-2014, yang merupakan tahun ke dua RPJMD, hasil evaluasi pembangunan tahun 2009,2010 dan tahun berjalan 2011, serta perumusan permasalahan dan tantangan pada tahun 2012, maka tujuan dan sasaran pembangunan tahun 2012 diuraikan sebagai berikut:

Misi 1. Mengembangkan Perekonomian Masyarakat Yang Bertumpu Pada Kegiatan Jasa Perdagangan, dilaksanakan dengan tujuan dan sasaran sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengembangan perekonomian khususnya sektor perdagangan, dengan sasaran: meningkatnya daya saing pada sektor perdagangan.

2. Meningkatkan pengembangan perekonomian pada sektor industri, dengan sasaran:

a. Meningkatnya kegiatan industri rumah tangga, industri kecil dan menengah yang tangguh mandiri dan berdaya saing.

b. Tersedianya informasi sentra-sentra IKM.

3. Meningkatkan peran koperasi dan UKM, dengan sasaran meningkatnya ketangguhan dan kemandirian koperasi dan UKM.

4. Meningkatkan penanaman modal, dengan sasaran meningkatnya nilai dan jumlah investasi.

5. Mengembangkan pariwisata daerah, dengan sasaran meningkatnya kunjungan wisatawan.

6. Meningkatkan kesempatan kerja, dengan sasaran meningkatnya perluasan kesempatan kerja.


(2)

7. Meningkatkan ketahanan pangan, dengan sasaran meningkatnya ketahanan pangan.

8. Meningkatkan pengembangan sektor pertanian berbasis agribisnis, dengan sasaran berkembangnya usaha agribisnis.

Misi 2. Mewujudkan kota yang bersih, dengan sarana prasarana transportasi yang berkualitas, maka tujuan, sasaran, dan strategi pembangunan adalah sebagai berikut :

1.

Menjadikan lingkungan bersih dan

berkelanjutan.

Lingkungan bersih dan berkelanjutan

dicapai melalui peningkatan pelayanan

persampahan dan pengelolaan TPA,

sosialisasi penanganan sampah berbasis

masyarakat, dan meningkatkan upaya

konservasi sumber daya alam, serta

meningkatkan fungsi ruang terbuka hijau.

Untuk itu sasaran yang akan dicapai

adalah:

a.

Terwujudnya pengelolaan sampah yang

terpadu,

dengan

strategi

:

Meningkatkan pelayanan persampahan.

b.

Terciptanya keseimbangan lingkungan


(3)

1)

Meningkatkan upaya pemulihan

dan konservasi sumber daya air,

udara, dan tanah.

2)

Meningkatkan fungsi dan luas

ruang terbuka hijau.

3)

Meningkatkan

kondisi

infrastruktur sumber daya air.

2. Mewujudkan transportasi yang aman, nyaman, dan terjangkau. Transportasi yang aman dan nyaman dapat dicapai melalui peningkatan sarana – prasarana, yaitu meningkatkan kualitas pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan, dan sistem drainase. Selain itu perlu penataan sistem transportasi kota, terutama di daerah rawan macet. Sedangkan transportasi yang terjangkau dapat dicapai melalui moda angkutan massal. Untuk itu sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Terwujudnya sarana dan prasarana transportasi yang layak dan berkualitas, dengan strategi : Meningkatkan kualitas perencanaan, pembangunan, dan pemeliharaan jalan dan jembatan.

b. Terwujudnya sistem transportasi kota yang terpadu, dengan strategi : Penataan lalulintas di kawasan rawan kemacetan.

3. Memenuhi kebutuhan pemanfaatan ruang yang efektif dan efisien. Pemanfaatan ruang yang efektif dan efisien dimulai dari perencanaan tata ruang yang terpadu, dan meningkatkan konsistensi pemanfaatan dan pengendalian ruang. Untuk itu sasaran yang akan dicapai adalah:

a. Terciptanya penataan ruang yang terpadu dan berwawasan lingkungan, dengan strategi :

a.a.1) Menyusun rencana tata ruang yang produktif dan berwawasan lingkungan.


(4)

a.a.3) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataaan ruang.

a.a.4) Meningkatkan konsistensi pemanfaatan dan pengendalian ruang.

b. Terpenuhinya permukiman sehat, dengan strategi :

b.a.1) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana dasar permukiman.

b.a.2) Meningkatkan kualitas mitigasi bencana.

b.a.3) Meningkatkan kualitas bangunan.

Misi 3. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Dengan Penekanan Pada Penuntasan Wajib Belajar 12 Tahun, Serta Peningkatan Kesehatan Dan Keterampilan Masyarakat. Tujuan, Sasaran dan Strategi dari pencapaian Misi 3 Kota Bogor adalah:

a..1.Meningkatkan pendidikan dan keterampilan masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai adalah :

a..1.a. Meningkatnya mutu pendidikan dan keterampilan masyarakat, dengan strategi peningkatan akses layanan, mutu dan tata kelola pendidikan serta budi pekerti.

a..1.b. Menanamkan sikap dan mental wirausaha serta budi pekerti, dengan strategi penyusunan kurikulum bermuatan budi pekerti dan kewirausahaan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha.

a..1.c. Meningkatnya kualitas tenaga pendidik dan kependidikan, dengan strategi peningkatan mutu tenaga pendidik dan kependidikan.

a..1.d. Meningkatnya kualitas pendidikan non formal, dengan strategi peningkatan layanan akses mutu, pendidikan kewirausahaan non formal.

a..1.e. Meningkatnya layanan pendidikan bagi masyarakat yang berkebutuhan khusus, dengan strategi peningkatan layanan pendidikan inklusif.


(5)

a..1.f. Meningkatnya kunjungan ke perpustakaan sekolah, dengan strategi peningkatan jumlah perpustakaan dan koleksi buku serta peningkatan minat baca.

a..1.g. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan, dengan strategi peningkatan kualitas tenaga kerja serta sarana prasarana pelatihan kerja.

2 Meningkatkan peran pemuda yang berdaya saing dalam menghadapi tantangan global serta meningkatkan peran organisasi kepemudaan. Sasaran yang akan dicapai adalah : meningkatnya kualitas pemuda dalam menghadapi globalisasi, dengan strategi peningkatan IPTEK dan IMTAQ pemuda agar mempunyai daya saing.

3. Meningkatkan prestasi olahraga dan memasyarakatkan olahraga.

4. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui lingkungan sehat, perilaku sehat serta pelayanan kesehatan yang berkualitas. 5. Meningkatkan peran perempuan dalam bermasyarakat/berpolitik/

bernegara serta perlindungan terhadap hak perempuan dan anak. Sasaran yang akan dicapai adalah meningkatnya peran perempuan dalam berpolitik/ kemasyarakatan, terlindunginya anak-anak dan perempuan dari tindak kekerasan, dengan strategi peningkatan pendidikan dan keterampilan perempuan dan peningkatan perlindungan terhadap hak-hak anak dan perempuan.

6. Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan ketahanan keluarga.

7. Meningkatkan budaya baca masyarakat.

8. Melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya daerah. Sasaran yang akan dicapai: meningkatnya kuantitas dan kualitas seniman/budayawan serta lestarinya dan berkembangnya seni, dengan strategi Peningkatan pemeliharaan dan pengembangan seni budaya lokal yang selaras dengan perkembangan zaman.

9. Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat penyandang masalah sosial dan lembaga sosial masyarakat. Sasaran yang akan dicapai : Meningkatnya jangkauan pelayanan terhadap penyandang masalah


(6)

kesejahteraan sosial, dengan strategi peningkatan perlindungan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial.

10.

Meningkatkan peran lembaga/organisasi keagamaan, sosial dalam menunjang kerukunan hidup beragama dan bermasyarakat. Sasaran yang akan dicapai: meningkatnya

peran lembaga keagamaan dan sosial dalam

mengimplementasikan ajaran agama serta bermasyarakat, dengan strategi peningkatan peran lembaga keagamaan dan organisasi sosial dalam menunjang kerukunan hidup beragama dan bermasyarakat.

Misi 4. Peningkatan Pelayanan Publik dan Partisipasi Masyarakat, adapun Tujuan, Sasaran dan Strategi adalah:

a..1.g.i.1. Membangun sistem organisasi pemerintahan yang transparan, tertib, bersih dan berwibawa, dengan sasaran : terbangunnya sistem organisasi pemerintahan yang transparan, tertib, bersih dan berwibawa, yang diwujudkan melalui strategi:

a. Melakukan penataan struktur organisasi pemerintah daerah yang proporsional, serta mengembangkan profesionalisme aparat dan menerapkan insentif berbasis kinerja.

b. Meningkatkan kerjasama antar daerah, kerjasama daerah dengan pihak ketiga.

c. Meningkatkan pembinaan ketentraman ketertiban masyarakat, satuan perlindungan masyarakat dan unsur terlatih lainnya.

d. Meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel.

e. Meningkatkan penataan sistem hukum di daerah.

f. Meningkatkan kapasitas kelembagaan perwakilan rakyat daerah.

g. Meningkatkan kinerja aparatur kecamatan dan kelurahan.

h. Meningkatkan profesionalisme aparat pemerintah daerah dalam pelayanan publik.


(7)

a..1.a.i.2. Meningkatkan peran masyarakat dan lembaga kemasyarakatan dalam berbagai program dan kegiatan pembangunan, dengan sasaran : meningkatnya peran serta masyarakat dan lembaga kemasyarakatan dalam kegiatan pembangunan, yang diwujudkan melalui strategi : penguatan kelembagaan dan pengembangan partisipasi masyarakat.

a..1.a.i.3. Meningkatkan peran statistik dalam proses pembangunan, dengan sasaran : meningkatnya penggunaan data statistik dalam setiap proses pembangunan, yang diwujudkan melalui strategi: meningkatkan kualitas data dan informasi pendukung perencanaan daerah.

a..1.a.i.4. Meningkatkan kinerja pengelolaaan kearsipan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan sasaran: tersedianya data/arsip untuk mendukung manajemen pemerintahan daerah, yang diwujudkan melalui strategi: meningkatkan kinerja pengelolaan kearsipan daerah dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan.

a..1.a.i.5. Meningkatnya pengembangan dan penerapan teknologi informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat, dengan sasaran: meningkatnya mutu layanan komunikasi dan informatika di Kota Bogor, yang diwujudkan melalui strategi : mengembangkan dan menerapkan teknologi informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

a..1.a.i.6. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang demokratis dan mewujudkan masyarakat Kota Bogor yang tanggap bencana, dengan sasaran : meningkatkan peran pemerintah dan masyarakat dalam kehidupan demokratis dan terciptanya masyarakat yang tanggap bencana, yang diwujudkan melalui strategi : meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan politik dan meningkatnya kapasitas aparatur serta masyarakat dalam penanggulangan bencana.

a..1.a.i.7. Meningkatnya tertib administrasi pertanahan, dengan sasaran : terwujudnya tertib administrasi pertanahan, yang


(8)

diwujudkan melalui strategi: menata dan mengendalikan administrasi pertanahan.

a..1.a.i.8. Meningkatkan kualitas pelayanan dan sistem administrasi kependudukan, dengan sasaran: meningkatnya kualitas data kependudukan dan kualitas layanan kependudukan, yang diwujudkan melalui strategi : penataan penyelenggaraan sistem pelayanan dan administrasi kependudukan.

a..1.a.i.9. Mewujudkan perencanaan dan penganggaran pembangunan yang berkualitas, terintegrasi, dan pastisipatif, dengan sasaran : meningkatnya kinerja perencanaan pembangunan, yang diwujudkan melalui strategi:

a..1.a.i.9.a. Mewujudkan kerjasama pembangunan antar daerah yang saling menguntungkan.

a..1.a.i.9.b. Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan dan mengembangkan perencanaan yang terintegrasi dan partisipatif.

4.2. Prioritas Pembangunan

Prioritas pembangunan Kota Bogor pada periode 2010 – 2014 adalah :

b.a.3.1. Transportasi

b.a.3.2.Kemiskinan

b.a.3.3.Kebersihan

b.a.3.4.Pedagang Kaki Lima

Prioritas pembangunan tersebut merupakan lanjutan penanganan 4 prioritas pembangunan yang sama pada periode 2004 – 2009, mengingat berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaannya dipandang perlu untuk dilanjutkan, diperbaiki maupun ditambahkan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

1) Transportasi

Pelaksanaan pembangunan transportasi yang tertuang dalam Misi 2 bertujuan mewujudkan transportasi yang aman, nyaman dan terjangkau, mempunyai sasaran terwujudnya sarana dan prasarana transportasi yang


(9)

layak dan berkualitas dan terwujudnya sistem transportasi kota yang terpadu. Strategi Pembangunan periode 2010 – 2014, lebih diarahkan pada aspek seperti berikut ini:

1.i.a. Tahap Pertama adalah penataan infrastruktur (Jalan dan Terminal).

1.i.b. Tahap Kedua adalah traffic engineering (penataan sistem lalu lintas).

1.i.c. Tahap Ketiga adalah penataan angkutan umum.

2) Kemiskinan

Kemiskinan masih merupakan masalah sekaligus tantangan dalam pembangunan Kota Bogor menjadi kota jasa yang bersih, indah, aman dan nyaman. Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) di Kota Bogor sebanyak 43.749 pada tahun 2007 dengan kriteria yang dikeluarkan oleh Tim Kordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Bogor yakni terdapat 14 kriteria.

Model intervensi yang akan dilakukan pada periode 2010 - 2014 adalah memberikan bantuan kepada Kepala Keluarga miskin sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini harus didukung oleh kuatnya database keluarga miskin yang harus diintervensi sesuai dengan permasalahannya. Penanganan kemiskinan bukan hanya tanggungjawab Pemerintah saja namun tanggungjawab seluruh masyarakat pula. Oleh sebab itu penanganan yang baik dan tidak tumpang tindih antara peran SKPD dengan pemangku kepentingan lainnya serta adanya link and macth antar pihak. Untuk itu perlu dilakukan pendataan ulang secara menyeluruh dan akurat yang melibatkan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Badan Pusat Statistik, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Bogor dan pihak Kelurahan serta Kecamatan.

Dari berbagai jenis kegiatan intervensi yang telah dilakukan pada tahun 2005 – 2009, beberapa kegiatan masih dapat diteruskan pada periode 2010 - 2014, namun dengan fokus pendampingan dan penguatan kelembagaan serta penguatan monitoring dan evaluasi agar menjadi lebih mandiri, dengan tahapan seperti tercantum pada tabel 4.1 berikut ini.


(10)

Tabel 4.1

Tahapan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 2010 - 2014

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

Lembaga Perguliran Modal

Channeling Penguatan Penguatan Penguatan Penguatan

Kegiatan Ekonomi Pendampin gan dan Modal Usaha Pendampin gan dan Modal Usaha Pendampin gan Mandiri Mandiri

Sosial Bantuan Bantuan Bantuan Bantuan Bantuan Sarana

Prasarana

Bantuan Bantuan Bantuan Bantuan Bantuan Pendukung Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan Evaluasi 3) Kebersihan

Untuk meningkatkan pengelolaan sampah di Kota Bogor berdasarkan program dan kegiatan yang telah dilaksanakan tahun 2005 – 2009, maka untuk tahun 2010 – 2014 disusun strategi prioritas pembangunan kebersihan di Kota Bogor pada Misi 2, yang bertujuan untuk menjadikan lingkungan bersih dan berkelanjutan, dengan sasaran terwujudnya pengelolaan persampahan yang terpadu. Adapun strategi yang ditempuh adalah meningkatkan pelayanan persampahan. Prioritas penanganan kebersihan ditekankan pada peningkatan kapasitas pelayanan persampahan, pengoptimalan TPA Galuga dan persiapan dukungan pada TPA Nambo, serta peningkatan sistem pengelolaan dengan konsep 3R, yakni sebagai berikut :

1. Pengurangan jumlah sampah terangkut ke TPA melalui penanganan sampah di sumber berbasis masyarakat (3R)

2. Optimalisasi TPA Galuga melalui :

a..1.a. Penanganan pasca bencana

b. Penataan TPA Galuga :

• Pengelolaan sesuai MOU

• Pengelolaan pasca penutupan

3. Penyiapan TPA skala kota (TPPAS) dan dukungan terhasap TPA Regional Nambo


(11)

4. Penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah :

1.a. Pewadahan (tong sampah, TPS, container)

1.b.Pengangkutan (dump truk, arm roll dan gerobak)

1.c. Pengelolaan (transfer depo, TPA)

4) Pedagang Kaki Lima

Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Bogor tumbuh dan berkembang pesat hingga menimbulkan banyak permasalahan. Sebagaimana lazimnya, PKL menempati lapak yang peruntukannya bukan untuk berdagang seperti trotoar, badan jalan, emperan toko, taman (ruang terbuka), dan terminal. Akibatnya, fungsi peruntukan tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga terjadi kesemrawutan, kemacetan, dan kotor. Pada gilirannya, kota jauh dari keteraturan, kebersihan dan keindahan. Oleh karena itu, PKL harus ditata sehingga tidak menimbulkan permasalahan tersebut.

Dalam menangani PKL akan berhadapan dengan banyak pertentangan dan perlawanan baik dari pihak PKL maupun pihak lain (LSM) dengan dalih mulai dari kesulitan tempat berusaha sampai pada isu hak azasi manusia. Hal ini mengisyaratkan bahwa penataan PKL harus dilakukan secara cermat, terencana dan berbasis hukum. Paradoks terjadi dalam semua upaya, di satu sisi penegakan hukum peruntukan tempat atau lokasi berhadapan dengan kewajiban membangun perekonomian rakyat secara luas di sisi yang lain. Prioritas perlu ditetapkan ketika dua tujuan yang berbeda dan saling bertentangan.

Tujuan penataan PKL adalah terwujudnya Kota Bogor yang bersih, indah dan nyaman bebas dari PKL berdasarkan peraturan dan perundang-undangan. Sasaran penataan PKL adalah Kota Bogor bersih, bebas macet dan kumuh akibat PKL serta tertatanya PKL yang tidak mengganggu ketertiban umum.

Berdasarkan pengalaman tahun 2005 – 2009, secara umum strategi penataan PKL (sektor informal) adalah mengalokasikan ruang untuk kegiatan sektor informal dengan strategi :


(12)

a.i.1. Menata ruang kegiatan sektor informal yang ada

a.i.2. Mengalokasikan ruang baru untuk kegiatan sektor informal

a.i.3. Melibatkan masyarakat dalam pengendalian ruang untuk sektor informal

Sedangkan rencana penataan PKL dilaksanakan dengan melalui :

a.i.3.a.i.1. Menempatkan sektor informal di lokasi yang direncanakan.

a.i.3.a.i.2. Menata kawasan yang dimanfaatkan untuk kegiatan sektor informal.

a.i.3.a.i.3. Membatasi pemanfaatan ruang terbuka publik untuk kegiatan sektor informal dengan pembatasan area dan pengaturan waktu berdagang.

a.i.3.a.i.4. Mengoptimalkan fungsi pasar untuk mengakomodir kebutuhan ruang sektor informal.

a.i.3.a.i.5. Mengintegrasikan kegiatan sektor formal dan sektor informal.

a.i.3.a.i.6. Melibatkan pemangku kepentingan dalam menjaga fasilitas publik agar tidak digunakan untuk kegiatan sektor informal.

a.i.3.a.i.7. Mewajibkan setiap pengembang perumahan untuk mengalokasikan ruang untuk kegiatan sektor informal.

Strategi yang dapat ditempuh penanganan PKL tahun 2010 - 2014 difokuskan pada :

a.i.1. Penataan Lokasi PKL

i.a. Penegasan titik lokasi PKL, berikut dengan pengaturan jenis komoditas, model desain berjualan, dan waktu berjualan.

i.b. Mewajibkan pengembang menyediakan pasar tradisional skala lingkungan di perumahan-perumahan


(13)

i.c. Mewajibkan pusat perbelanjaan modern menyediakan ruang untuk PKL khususnya makanan dengan insentif yang menarik

i.d. Meredisain pasar yang ada agar nyaman bagi penjual dan pembeli khususnya komoditas hasil pertanian

i.e. Pendataan registrasi PKL untuk mengendalikan jumlah PKL, dengan memberikan tanda khusus resmi

a.i.2. Penertiban PKL yakni :

a. Penertiban PKL yang lebih tegas di luar lokasi titik PKL (strickly forbidden area) khususnya di Jalan Arteri dan Kolektor

b. Target penertiban PKL yakni 21 titik lokasi

a.i.3. Pembinaan PKL, yakni dengan :

a.i.3.a. Pembinaan dan penyuluhan peningkatan displin PKL.

a.i.3.b. Pembinaan dan pemantauan kebersihan, keamanan dari komoditas yang dijual PKL dengan target 300 PKL.

a.i.4. Kelembagaan pengelolaan

68.i.1.a. Perlu dibentuk tim kerja khusus penanganan PKL dengan rencana kerja dan monitoring evaluasi yang terjadwal dan terukur.

68.i.1.b. Dalam pemantauan dan penertiban PKL dilaksanakan dengan kerjasama dengan seluruh elemen masyarakat.

68.i.1.c. Perlu ada peninjauan kembali terhadap Perda Nomor 13 Tahun 2005 khususnya mengenai kebijakan dan kriteria lokasi PKL.


(1)

diwujudkan melalui strategi: menata dan mengendalikan administrasi pertanahan.

a..1.a.i.8. Meningkatkan kualitas pelayanan dan sistem administrasi kependudukan, dengan sasaran: meningkatnya kualitas data kependudukan dan kualitas layanan kependudukan, yang diwujudkan melalui strategi : penataan penyelenggaraan sistem pelayanan dan administrasi kependudukan.

a..1.a.i.9. Mewujudkan perencanaan dan penganggaran pembangunan yang berkualitas, terintegrasi, dan pastisipatif, dengan sasaran : meningkatnya kinerja perencanaan pembangunan, yang diwujudkan melalui strategi:

a..1.a.i.9.a. Mewujudkan kerjasama pembangunan antar daerah yang saling menguntungkan.

a..1.a.i.9.b. Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan dan mengembangkan perencanaan yang terintegrasi dan partisipatif.

4.2. Prioritas Pembangunan

Prioritas pembangunan Kota Bogor pada periode 2010 – 2014 adalah : b.a.3.1. Transportasi

b.a.3.2.Kemiskinan b.a.3.3.Kebersihan

b.a.3.4.Pedagang Kaki Lima

Prioritas pembangunan tersebut merupakan lanjutan penanganan 4 prioritas pembangunan yang sama pada periode 2004 – 2009, mengingat berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaannya dipandang perlu untuk dilanjutkan, diperbaiki maupun ditambahkan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

1) Transportasi

Pelaksanaan pembangunan transportasi yang tertuang dalam Misi 2 bertujuan mewujudkan transportasi yang aman, nyaman dan terjangkau, mempunyai sasaran terwujudnya sarana dan prasarana transportasi yang


(2)

layak dan berkualitas dan terwujudnya sistem transportasi kota yang terpadu. Strategi Pembangunan periode 2010 – 2014, lebih diarahkan pada aspek seperti berikut ini:

1.i.a. Tahap Pertama adalah penataan infrastruktur (Jalan dan Terminal). 1.i.b. Tahap Kedua adalah traffic engineering (penataan sistem lalu lintas). 1.i.c. Tahap Ketiga adalah penataan angkutan umum.

2) Kemiskinan

Kemiskinan masih merupakan masalah sekaligus tantangan dalam pembangunan Kota Bogor menjadi kota jasa yang bersih, indah, aman dan nyaman. Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) di Kota Bogor sebanyak 43.749 pada tahun 2007 dengan kriteria yang dikeluarkan oleh Tim Kordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Bogor yakni terdapat 14 kriteria.

Model intervensi yang akan dilakukan pada periode 2010 - 2014 adalah memberikan bantuan kepada Kepala Keluarga miskin sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini harus didukung oleh kuatnya database keluarga miskin yang harus diintervensi sesuai dengan permasalahannya. Penanganan kemiskinan bukan hanya tanggungjawab Pemerintah saja namun tanggungjawab seluruh masyarakat pula. Oleh sebab itu penanganan yang baik dan tidak tumpang tindih antara peran SKPD dengan pemangku kepentingan lainnya serta adanya link and macth antar pihak. Untuk itu perlu dilakukan pendataan ulang secara menyeluruh dan akurat yang melibatkan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Badan Pusat Statistik, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Bogor dan pihak Kelurahan serta Kecamatan.

Dari berbagai jenis kegiatan intervensi yang telah dilakukan pada tahun 2005 – 2009, beberapa kegiatan masih dapat diteruskan pada periode 2010 - 2014, namun dengan fokus pendampingan dan penguatan kelembagaan serta penguatan monitoring dan evaluasi agar menjadi lebih mandiri, dengan tahapan seperti tercantum pada tabel 4.1 berikut ini.


(3)

Tabel 4.1

Tahapan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 2010 - 2014

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

Lembaga Perguliran Modal

Channeling Penguatan Penguatan Penguatan Penguatan

Kegiatan Ekonomi Pendampin gan dan Modal Usaha Pendampin gan dan Modal Usaha Pendampin gan Mandiri Mandiri

Sosial Bantuan Bantuan Bantuan Bantuan Bantuan

Sarana Prasarana

Bantuan Bantuan Bantuan Bantuan Bantuan

Pendukung Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan Evaluasi 3) Kebersihan

Untuk meningkatkan pengelolaan sampah di Kota Bogor berdasarkan program dan kegiatan yang telah dilaksanakan tahun 2005 – 2009, maka untuk tahun 2010 – 2014 disusun strategi prioritas pembangunan kebersihan di Kota Bogor pada Misi 2, yang bertujuan untuk menjadikan lingkungan bersih dan berkelanjutan, dengan sasaran terwujudnya pengelolaan persampahan yang terpadu. Adapun strategi yang ditempuh adalah meningkatkan pelayanan persampahan. Prioritas penanganan kebersihan ditekankan pada peningkatan kapasitas pelayanan persampahan, pengoptimalan TPA Galuga dan persiapan dukungan pada TPA Nambo, serta peningkatan sistem pengelolaan dengan konsep 3R, yakni sebagai berikut :

1. Pengurangan jumlah sampah terangkut ke TPA melalui penanganan sampah di sumber berbasis masyarakat (3R)

2. Optimalisasi TPA Galuga melalui : a..1.a. Penanganan pasca bencana

b. Penataan TPA Galuga :

• Pengelolaan sesuai MOU

• Pengelolaan pasca penutupan

3. Penyiapan TPA skala kota (TPPAS) dan dukungan terhasap TPA Regional Nambo


(4)

4. Penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah :

1.a. Pewadahan (tong sampah, TPS, container)

1.b.Pengangkutan (dump truk, arm roll dan gerobak) 1.c. Pengelolaan (transfer depo, TPA)

4) Pedagang Kaki Lima

Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Bogor tumbuh dan berkembang pesat hingga menimbulkan banyak permasalahan. Sebagaimana lazimnya, PKL menempati lapak yang peruntukannya bukan untuk berdagang seperti trotoar, badan jalan, emperan toko, taman (ruang terbuka), dan terminal. Akibatnya, fungsi peruntukan tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga terjadi kesemrawutan, kemacetan, dan kotor. Pada gilirannya, kota jauh dari keteraturan, kebersihan dan keindahan. Oleh karena itu, PKL harus ditata sehingga tidak menimbulkan permasalahan tersebut.

Dalam menangani PKL akan berhadapan dengan banyak pertentangan dan perlawanan baik dari pihak PKL maupun pihak lain (LSM) dengan dalih mulai dari kesulitan tempat berusaha sampai pada isu hak azasi manusia. Hal ini mengisyaratkan bahwa penataan PKL harus dilakukan secara cermat, terencana dan berbasis hukum. Paradoks terjadi dalam semua upaya, di satu sisi penegakan hukum peruntukan tempat atau lokasi berhadapan dengan kewajiban membangun perekonomian rakyat secara luas di sisi yang lain. Prioritas perlu ditetapkan ketika dua tujuan yang berbeda dan saling bertentangan.

Tujuan penataan PKL adalah terwujudnya Kota Bogor yang bersih, indah dan nyaman bebas dari PKL berdasarkan peraturan dan perundang-undangan. Sasaran penataan PKL adalah Kota Bogor bersih, bebas macet dan kumuh akibat PKL serta tertatanya PKL yang tidak mengganggu ketertiban umum.

Berdasarkan pengalaman tahun 2005 – 2009, secara umum strategi penataan PKL (sektor informal) adalah mengalokasikan ruang untuk kegiatan sektor informal dengan strategi :


(5)

a.i.1. Menata ruang kegiatan sektor informal yang ada

a.i.2. Mengalokasikan ruang baru untuk kegiatan sektor informal

a.i.3. Melibatkan masyarakat dalam pengendalian ruang untuk sektor informal

Sedangkan rencana penataan PKL dilaksanakan dengan melalui :

a.i.3.a.i.1. Menempatkan sektor informal

di lokasi yang direncanakan.

a.i.3.a.i.2. Menata kawasan yang

dimanfaatkan untuk kegiatan sektor informal.

a.i.3.a.i.3. Membatasi pemanfaatan

ruang terbuka publik untuk kegiatan sektor informal dengan pembatasan area dan pengaturan waktu berdagang.

a.i.3.a.i.4. Mengoptimalkan fungsi pasar

untuk mengakomodir kebutuhan ruang sektor informal.

a.i.3.a.i.5. Mengintegrasikan kegiatan

sektor formal dan sektor informal.

a.i.3.a.i.6. Melibatkan pemangku

kepentingan dalam menjaga fasilitas publik agar tidak digunakan untuk kegiatan sektor informal.

a.i.3.a.i.7. Mewajibkan setiap

pengembang perumahan untuk mengalokasikan ruang untuk kegiatan sektor informal.

Strategi yang dapat ditempuh penanganan PKL tahun 2010 - 2014 difokuskan pada :

a.i.1. Penataan Lokasi PKL

i.a. Penegasan titik lokasi PKL, berikut dengan pengaturan jenis komoditas, model desain berjualan, dan waktu berjualan.

i.b. Mewajibkan pengembang menyediakan pasar tradisional skala lingkungan di perumahan-perumahan


(6)

i.c. Mewajibkan pusat perbelanjaan modern menyediakan ruang untuk PKL khususnya makanan dengan insentif yang menarik

i.d. Meredisain pasar yang ada agar nyaman bagi penjual dan pembeli khususnya komoditas hasil pertanian

i.e. Pendataan registrasi PKL untuk mengendalikan jumlah PKL, dengan memberikan tanda khusus resmi

a.i.2. Penertiban PKL yakni :

a. Penertiban PKL yang lebih tegas di luar lokasi titik PKL (strickly forbidden area) khususnya di Jalan Arteri dan Kolektor

b. Target penertiban PKL yakni 21 titik lokasi

a.i.3. Pembinaan PKL, yakni dengan :

a.i.3.a. Pembinaan dan penyuluhan peningkatan displin PKL.

a.i.3.b. Pembinaan dan pemantauan kebersihan, keamanan dari komoditas yang dijual PKL dengan target 300 PKL.

a.i.4. Kelembagaan pengelolaan

68.i.1.a. Perlu dibentuk tim kerja khusus penanganan PKL dengan rencana kerja dan monitoring evaluasi yang terjadwal dan terukur.

68.i.1.b. Dalam pemantauan dan penertiban PKL dilaksanakan dengan kerjasama dengan seluruh elemen masyarakat.

68.i.1.c. Perlu ada peninjauan kembali terhadap Perda Nomor 13 Tahun 2005 khususnya mengenai kebijakan dan kriteria lokasi PKL.