PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBASIS TEKNIK PEMECAHAN MASALAH MENURUT POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DAN KECAKAPAN SOSIAL SISWA SMA AL-AZHAR MEDAN.

(1)

SMA AL-AZHAR MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

S Y A I F U L A N S H A R I

NIM : 081188710061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

P R O G R A M P A S C A S A R J A N A

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2013


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBASIS TEKNIK PEMECAHAN MASALAH MENURUT POLYA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

DAN KECAKAPAN SOSIAL SISWA SMA AL-AZHAR MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

S Y A I F U L A N S H A R I

NIM : 081188710061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

P R O G R A M P A S C A S A R J A N A

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2013


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

i

Sosial Siswa Kelas XI Plus A SMA Plus Al-Azhar Medan. Tesis. Medan. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang bertujuan untuk menemukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan kecakapan sosial siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya. Penelitian ini dilakukan di SMA Plus Al-Azhar Medan, Jalan Pintu Air No. 214 Kwala Bekala, Padang Bulan Medan.

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari tiga kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observation), dan refleksi (reflecting).

Jumlah subjek dalam pelaksanaan siklus masing-masing 22 orang siswa kelas XI Plus A Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan : (1) terjadi peningkatan hasil belajar Matematika untuk persentase ketuntasan klasikalnya sebesar 22,73% dan rata-rata kelas sebesar 6,41, dimana pada siklus I menunjukkan skor rata-rata kelas mencapai 72,36 dengan persentase ketuntasan klasikalnya sebesar 68,18%, dan pada siklus II skor rata-rata kelas mencapai 78,77 dengan persentase ketuntasan klasikalnya sebesar 90,91%. (2) Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya efektif dalam peningkatan hasil belajar Matematika. Hasil pengamatan dari kedua pengamat dari sisi siswa bahwa nilai rata-rata kedua pengamat pada siklus I adalah 76,25%, siklus II adalah 88,75%. Dari sisi guru yang telah dilaksanakan pada siklus I nilai persentase rata-rata dari kedua pengamat adalah 81,81%, sedangkan siklus II yaitu 90,91%. (3) Respon siswa selama mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siklus I dan siklus II sangat positif baik dari data yang diperoleh melalui pengamatan maupun dari hasil wawancara dengan siswa. Hal ini mempengaruhi Kecakapan sosial siswa diantaranya mengenai kemampuan bekerjasama, tanggungjawab sosial, berinteraksi, dan pengelolaan konflik.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan kecakapan sosial siswa.

Kata Kunci: Kemampuan pemecahan masalah, kecakapan sosial siswa, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw


(8)

ii ABSTRACT

SYAIFUL ANSHARI. The implementation of cooperative learning model based Jigsaw type by Polya problem solving techniques to improve mathematical problem solving ability and social skills student of XI Plus A Senior High School Al-Azhar Medan post graduate program UNIMED.

The research in aimed at discovering action learning model that can enhance mathematical problem solving ability and social skills of student through the application type Jigsaw cooperative learning model based on problem solving technique by Polya. The research was conducted at the Senior High School Al-Azhar Medan.

The research was conducted in two cycles, each consisting in three meetings. Each cycles of consists of planning, acting, observation and reflecting.

Number of subjects in each execution cycle is 22 students of class XI Plus A in the academic year of 2012/2013. Based on the analyses, of data obrained condusion: (1) an increas in mathematics learning outcomer for its classical completeness is 22, 73 % and class averag is 6, 41, where as in cycle I shows the average score of 72, 36 with a precentage of classical completeness is 68, 18 % and in cycles II, the class average score reach 78, 77 with the classical completeness precentage 90, 91%. (2) the implementation of coorporative Jigsaw type based according to Polya problem solving technique. Effective in improving mathematic learning outcomes. The observation of two observes, from the students side, that the average value of the two observes in cycle I was 76, 25%, cycle II was 88, 75 %. From the teachers that have been implemented in cycle I, the average precentage of the value. Of the two observers was 81, 81 %, meanwhile cycle II was 90, 91 % . (3) student responses during the type Jigsaw cooperative learning model cycle I and cycle II was very positive both from data obtain through observation and from interview with students. This effects the social life of students such us, social responsibillity, interaction and conflict management.

Based on the result of this research it can be concluded that the implementation of cooperative learning model based jigsaw type by Polya problem solving techniques can increase mathematical problem solving ability and social skills student.

Key Word: Problem-Solving abilities, social skills student, Jigsaw type cooperative learning model


(9)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, petunjuk, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Teknik

Pemecahan Masalah Menurut Polya Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Kecakapan Sosial Siswa SMA Al Azhar Medan”.

Penulisan tesis ini adalah merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan. Dalam Penulisan tesis ini penulis merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan tesis ini.

Dalam penulisan tesis ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyelesaian penulisan ini, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. H. Dian Armanto, M.Pd.,M.A.,M.Sc.,Ph.D , selaku

Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing, memberi arahan, saran -saran, dan motivasi kepada penulis baik pada s aat mengikuti perkuliahan di Program Pasca Sar jana UNIMED maupun selama


(10)

iv penyusunan Tesis.

2. Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, MS, selaku pembimbing II

yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing, memberi arahan, saran-saran, dan motivasi kepada penulis selama penyusunan Tesis.

3. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk mengikuti Perkuliahan di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pasca

Sarjana Universitas Negeri Medan yang telah banyak memberikan bantuan kemudahan adminsitrasi di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

5. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd, selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika.

6. Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika sekaligus sebagai narasumber/penguji.

7. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd dan Prof. Dr. Asmin, M.Pd

selaku narasumber/penguji yang telah banyak memberi masukan untuk perbaikan tesis ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang

telah memberikan berbagai Ilmu Pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.


(11)

v

10. Rekan-rekan mahasiswa kelas A Pendidikan Matematika Angkatan IV

yang memberikan semangat, motivasi, dan bekerjasama selama mengikuti perkuliahan di Program Pasca Sarjana Unimed.

11. Rekan-rekan guru SD BI Al-Azhar Medan atas bantuan, dukungan dan doa.

12. Teristimewa tentunya kepada istri, anak-anakku M. Naufal Azmi dan Tazkiaturrahma yang menghadirkan sketsa indah dalam hidupku. Selain itu yang tak terlupakan tentunya Ibunda tersayang yang selalu mendoakan Penulis agar dipermudah dalam penulisan tesis ini.

13. Semua pihak yang ikut membantu penulis, yang pada kesempatan ini tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat memperkaya khasanah penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.

Medan, Maret 2013 Penulis

Syaiful Anshari NIM 081188710061


(12)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Batasan Masalah ... 8

1.4 Rumusan Masalah ... 8

1.5 Tujuan Penelitian ... 9

1.6 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika ... 11

2.2 Pemecahan Masalah Matematika ... 14

2.3 Kecakapan Sosial ... 26

2.4 Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif ... 30

b.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 40

2.5 Teori Belajar yang Relevan dengan Pembelajaran Koope rat i f . . .. . . .. . . .. . 4 7 2.6 Penelitian yang Relevan ... 49

2.7 Kerangka Konseptual ... 50

2.8 Perumusan Hipotesis Tindakan ... 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 55

3.2 Subjek dan Objek Penelitian ... 55

3.3 Jenis Penelitian ... 55

3.4 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Penelitian ... 56

3.5 Definisi Operasional ... 56

3.6 Desain Penelitian ... 56

3.7 Teknik dan Alat Pengumpul Data ... 67

3.8 Uji Coba Instrumen ... 74

3.9 Teknik Analisis Data ... 86


(13)

vii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 90

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus I ... 90

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus II ... 110

4.1.3 Deskripsi Penilaian Kecakapan Sosial ... 125

4.1.4 Deskripsi Jawaban Angket Kecakapan Sosial ... 129

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 136

4.2.1 Faktor Pembelajaran ... 136

4.2.2 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa ... 138

4.2.3 Kecakapan Sosial Siswa ... 141

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 143

5.2 Implikasi ... 145

5.3 Saran ... 146

DAFTAR PUSTAKA ... 148 LAMPIRAN


(14)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif ... 38

2.2 Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu ... 45

2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 46

3.1 Kisi-kisi Soal Trigonometri ... 69

3.2 Kisi-kisi Tes Pemecahan Masalah ... 70

3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemecahan Masalah ... 71

3.4 Kisi-kisi Angket Kecakapan Sosial ... 74

3.5 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 75

3.6 Hasil Validasi Tes Pemecahan Masalah Matematika ... 76

3.7 Hasil Validasi Angket Kecakapan Sosial Siswa ... 77

3.8 Validitas Hasil Uji Coba Tes Pemecahan Masalah ... 80

3.9 Tingkat Kesukaran Hasil Uji Coba Tes Pemecahan Masalah ... 83

3.10 Daya Pembeda Hasil Uji Coba Tes Pemecahan Masalah ... 84

4.1 Pembagian Tugas Pada Kelompok Ahli ... 92

4.2 Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... 94

4.3 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif Siklus I ... 99

4.4 Refleksi Keberhasilan Pembelajaran pada Siklus I ... 110

4.5 Hasil Tes Evaluasi Siklus II ... 113

4.6 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif Siklus II ... 116

4.7 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 124

4.8 Data Distribusi Frekuensi Jawaban Siswa pada Angket Kecakapan Sosial ... 126

4.9 Ringkasan Hasil Jawaban Siswa ... 127

4.10 Refleksi Keberhasilan Pembelajaran pada Siklus II ... 135


(15)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Alur Pemecahan Masalah Menggunakan Matematika ... 19

2.2 Cluster-Seating Arrangement ... 34

2.3 Swing-Seating Arrangement ... 34

2.4 Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 37

2.5 Ilustrasi hubungan antara home team dan expert team ... 41

2.6 Ilustrasi Pembagian Kelompok Jigsaw ... 42

3.1 Rencana Penelitian Tindakan Kelas (Hopkins, 1993) ... 58

4.1 Alternatif jawaban/kinerja siswa pertama dalam menyelesaikan soal dengan menggunakan teknik pemecahan masalah menurut Polya ... 107

4.1 Alternatif jawaban/kinerja siswa kedua dalam menyelesaikan soal dengan menggunakan teknik pemecahan masalah menurut Polya ... 108


(16)

x

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman 4.1 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Kooperatif Siklus I ... 100 4.2 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Kooperatif Siklus II ... 117 4.3 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ... 125


(17)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN A

A.1 Kisi-kisi Instrumen Tes Pemecahan Masalah ... 150

A.2 Pedoman Penskoran Tes Pemecahan Masalah ... 151

A.3 Tes Pemecahan Masalah ... 152

A.4 Alternatif Kunci Jawaban Tes Pemecahan Masalah ... 156

LAMPIRAN B B.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 168

B.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 175

B.3 Buku Ssiswa (Lembar Ahli) ... 183

B.4 Lembar Aktivitas Siswa ... 209

LAMPIRAN C C.1 Kisi-kisi Angket Kecakapan Sosial Siswa ... 220

C.2 Angket Kecakapan Sosial Siswa ... 221

C.3 Observasi Model Pembelajaran Kooperatif dari sisi Siswa ... 227

C.4 Observasi Guru dalam Pembelajaran Kooperatif ... 228

C.5 Pedoman Wawancara ... 229

LAMPIRAN D D.1 Laporan Hasil Validasi Ahli Perangkat Pembelajaran ... 230

D.2 Laporan Hasil Uji Coba Penelitian ... 240

LAMPIRAN E E.1 Hasil Observasi Model Pembelajaran Kooperatif dari Sisi Siswa ... 257

E.2 Hasil Observasi Guru dalam Model Pembelajaran Kooperatif Oleh Pengamat ... 267

E.3 Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kemampuan Akademik ... 275

E.4 Nama-nama Kelompok dan Anggotanya ... 276

E.5 Daftar Nilai Awal dan Nilai Akhir Tiap Siklus ... 277

LAMPIRAN F F.1 Dokumentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 280

F.2 Surat-surat ... 283


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan pelajaran yang penting, banyak aktivitas yang dilakukan manusia berhubungan dengan matematika, contohnya menghitung ongkos angkot, berbelanja, berjalan, dan lain-lain. Bahkan Niss (Hadi, 2005) menyatakan lebih luas lagi bahwa:

Salah satu alasan utama diberikan matematika kepada siswa-siswa di sekolah adalah untuk memberikan kepada individu pengetahuan yang dapat membantu mereka mengatasi berbagai hal dalam kehidupan, seperti pendidikan atau pekerjaan, kehidupan pribadi, kehidupan sosial, dan kehidupan sebagai warga Negara.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak akan lepas dengan berbagai masalah. Masalah yang dihadapi manusia semakin hari semakin kompleks seirama dengan bertambah tanggungjawab yang diembannya. Setiap manusia mempunyai cara tersendiri untuk menyikapi masalah. Ada yang berusaha untuk menyelesaikannya dan ada yang berusaha untuk menghindar dari masalah yang dihadapinya. Orang yang berani menghadapi dan berusaha memecahkan masalah adalah lebih baik dari orang yang menghindar dari masalah.

Untuk mengatasi masalah orang harus belajar bagaimana mengelola masalah yang dihadapinya. Dalam mengelola masalah dibutuhkan kemampuan berpikir secara kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Kecakapan hidup (life skill) merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi masalah hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya


(19)

(Depdiknas,2003:5). Sikap dan cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya. Diharapkan bahwa semua yang belajar matematika dapat berpikir secara rasional sehingga dapat menjadi pemecah masalah yang baik. Akan tetapi fakta dilapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah. Hal ini didasarkan hasil penelitian menurut Wardani (Purba : 2010) bahwa secara klasikal kemampuan pemecahan masalah matematika siswa belum mencapai taraf ketuntasan belajar. Setiawan (2008) juga mengungkapkan di dalam pembelajaran siswa tidak dibiasakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan matematika yang membutuhkan rencana, strategi, dan mengeksplorasikan kemampuan menggeneralisasi dalam penyelesaian masalah.

Dalam pembelajaran matematika di kelas XI Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMA Plus Al-Azhar Medan dijumpai beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal matematika terutama yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah. Pada beberapa soal trigonometri kelas XI Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) misalnya, dijumpai soal-soal yang memerlukan pemecahan masalah yang tidak setiap siswa mampu menyelesaikannya. Sebagai contoh terlihat dari jawaban siswa tentang suatu soal yang mengukur pemecahan masalah matematika siswa di kelas XI Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMA Plus Al-Azhar Medan sebagai berikut: Tentukan semua nilai x yang memenuhi cos 2x – 3cos x + 2 = 0 untuk 00≤ x ≤ 3600.


(20)

3

Dari 20 siswa, 4 orang di antaranya tidak menjawab soal tersebut, 9 orang menjawab dengan jawaban yang salah dan 7 orang menjawab dengan jawaban yang benar. Data tersebut menunjukkan bahwa masih cukup banyak siswa dalam pemecahan masalah trigonometri yang masih lemah. Siswa mengalami kesulitan untuk memahami maksud soal tersebut, merumuskan apa yang diketahui dari soal tersebut, rencana penyelesaian siswa kurang terarah dan proses perhitungan atau strategi penyelesaian dari jawaban yang dibuat siswa belum benar serta siswa tidak memeriksa kembali jawabannya. Hal ini diperkuat dengan laporan TIMSS (Setiawan : 2000) juga menyebutkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam pemecahan masalah matematik hanya 25% dibanding dengan negara-negara seperti Singapura, Hongkong, Taiwan dan Jepang yang sudah di atas 75%.

Berdasarkan hasil pengamatan dan interview sementara terhadap siswa diperoleh bahwa; Pertama, ternyata dikalangan siswa masih membudaya cara belajar hafalan yang dilakukan siswa saat ulangan, hal ini dapat diketahui dari jawaban ulangan siswa dimana siswa tidak mampu menggunakan rumus yang telah diajarkan dalam menyelesaikan pemecahan masalah matematika. Kedua, siswa hanya mau belajar ketika di kelas saja dan malas untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR), hal ini dapat diketahui dari nilai tugas siswa yang masih rendah. Ketiga, Cara menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika siswa juga cendrung tidak terstruktur seperti langkah-langkah yang telah digariskan Polya. Ini disebabkan soal yang diberikan selama ini adalah soal berbentuk pilihan ganda yang menyediakan pilihan jawaban sehingga siswa dengan mudahnya menetukan jawaban dari soal yang diberikan tanpa memperhitungkan benar atau


(21)

salah, hal ini tentunya tidak dapat mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Keempat, kecakapan sosial yang dimiliki siswa masih sangat rendah di antara kemampuan siswa dalam menghargai pendapat orang lain dan bekerjasama di dalam kelompok pada proses pembelajaran matematika.

Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika saat ini adalah kurang diterapkannya pembelajaran siswa aktif (active learning). Ini dapat dilihat dari kurangnya siswa mendominasi aktifitas pembelajaran, siswa malu bahkan takut bertanya, mengemukakan gagasan, mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya. Guru lebih banyak mengajarkan matematika secara tradisional, yaitu secara informatif dengan metode ceramah, dan pemberian tugas. Pembelajaran matematika dengan metode ini kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi sesamanya, mengeluarkan pendapat. Kegiatan belajar seperti ini lebih bersifat individual ( Lie, 2002: 26). Keberhasilan metode ini sangat bergantung kepada kemampuan siswa untuk mengingat dan kemampuan improvisasi guru. Diperkuat oleh Hadi (2005) menyatakan:

Beberapa hal yang menjadi ciri pembelajaran matematika di Indonesia selama ini adalah pembelajaran berpusat pada guru. Guru menyampaikan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah atau ekspositori sementara para siswa mencatatnya pada buku catatan. Guru dianggap berhasil apabila dapat mengelola kelas sedemikian rupa sehingga siswa-siswa tertib dan tenang mengikuti pelajaran yang disampaikan guru, pengajaran dianggap sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada para siswa. Siswa dianggap berhasil dalam belajar apabila mampu mengingat banyak fakta dan mampu menyampaikan kembali fakta-fakta tersebut kepada orang lain atau menggunakannya untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Guru sendiri merasa belum mengajar kalau tidak menjelaskan materi kepada para siswa.

Pendapat yang sama juga dikemukakan dari hasil penjajakan yang dilakukan Slameto (2006) menunjukkan bahwa umumnya proses pembelajaran


(22)

5

matematika yang ditemuinya masih dilakukan secara konvensional, driil bahkan ceramah. Proses pembelajaran seperti ini hanya menekankan kepada tuntutan pencapaian kurikulum ketimbang mengembangkan kemampuan belajar siswa. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Hudojo (2003) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran seperti ini tidak mengakomodasi pengembangan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, penalaran, koneksi dan komunikasi matematika siswa.

Oleh karena itu perlu adanya metode yang bervariasi agar jalannya proses belajar mengajar tidak membosankan, sehingga dapat menarik perhatian siswa untuk belajar dan pada akhirnya kualitas pembelajaran semakin meningkat. Selain tidak membosankan, matematika juga dapat dibuat menjadi rekreatif dan menyenangkan. Matematika yang menyenangkan dapat disuguhkan dalam bentuk permainan, lagu-lagu yang diciptakan sendiri atau gambar-gambar yang memadukan angka dengan hewan atau bunga dan buah-buahan. Jika anak salah menjawab jangan pernah memarahi, menghukum atau mencela, tetap berikan pujian dan kemudian mengulangi pertanyaan sambil menjelaskan jawaban yang tepat. Matematika tidak hanya lagi terfokus pada hitungan aritmatika semata tetapi matematika lebih kepada penalaran yang menggunakan logika. Matematika bukan hanya sekedar aktivitas penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian. Belajar matematika harus aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan hidup. Sehingga siswa senang dan tertarik untuk belajar matematika yang akan berdampak pada penguasaan dan pemahaman materi matematika yang merupakan ilmu dasar pengembangan sains dan teknologi.


(23)

Menyikapi permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran matematika di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pentingnya pemecahan masalah matematika siswa yang akhirnya mengakibatkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, maka perlu dicari solusi model dan teknik pembelajaran yang dapat mengakomodasi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Salah satu model pembelajaran matematika yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya. Hal ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Nasution, (2008:123) bahwa “dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran Matematika dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa,

membuat suasana belajar lebih menyenangkan dan tidak membosankan”. Hal ini

juga sesuai dengan yang dinyatakan Ibrahim (2000:7) bahwa “Model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar dan perubahan norma yang berhubungan dengan kemampuan pemecahan masalah.”

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dilaksanakan agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara kelompok, sehingga dapat mengakomodir kesempatan yang sama bagi siswa untuk mencapai keberhasilan pada kelas yang siswanya berjumlah banyak. Jigsaw


(24)

7

didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Mengumumkan pengakuan atau penghargaan dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah salah satu hal yang dapat meningkatkan motivasi dan semangat siswa dalam belajar. Hal seperti ini tidak didapatkan pada pembelajaran kelompok biasa. Dalam kaitannya dengan kemampuan pemecahan masalah, teknik/langkah-langkah pemecahan masalah yang dikemukakan George Polya menjadi penting dilaksanakan oleh guru sebagai acuan guru dalam memberikan skor terhadap langkah-langkah hasil penyelesaian siswa sehingga guru tidak hanya sekilas mengoreksi kemudian memberikan skor. Penilaian tidak hanya pada hasil akhir tetapi juga memalui proses. Sedangkan bagi siswa dapat menuntun siswa untuk berfikir logis, kreatif, melatih keterampilan membaca dan membuat pernyataan yang benar, membuat analisis serta mampu mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian sangat tepat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Teknik Pemecahan Masalah Menurut Polya Dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Kecakapan Sosial Siswa di Kelas XI A SMA Plus Al-Azhar Medan”.


(25)

1.2 Identifikasi Masalah

Beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut: (1) Model pembelajaran yang selama ini digunakan kurang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran; (2) Kemampuan menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika siswa masih rendah, ini disebabkan selama ini siswa terbiasa mengerjakan soal pilihan ganda. (3) Siswa kurang menguasai langkah -langkah pemecahan masalah yang dijelaskan Polya sehingga belum mampu menggunakannya dalam menyelesaikan soal yang mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan baik; (4) Motivasi siswa kurang dalam proses belajar mengajar; (5) Siswa kurang menguasai materi pelajaran, sehingga tingkat keberhasilan siswa juga rendah. (6) kurangnya kecakapan sosial siswa dalam proses pembelajaran Matematika.

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan kecakapan sosial siswa di Kelas XI A SMA Plus Al-Azhar Medan T.P. 2012/2013.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan permasalahan penelitian ini sebagai berikut:


(26)

9

teknik pemecahan masalah menurut Polya dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa di Kelas XI A SMA Plus Al-Azhar Medan?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

di Kelas XI A SMA Plus Al-Azhar Medan yang diajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya?

3. Bagaimana efektivitas pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di Kelas XI A SMA Plus Al-Azhar Medan?

4. Bagaimana level kecakapan sosial siswa di Kelas XI A SMA Plus Al-Azhar

Medan?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa

melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya di Kelas XI A SMA Plus Al-Azhar Medan.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa di Kelas XI A SMA Plus Al-Azhar Medan yang diajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya.


(27)

3. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di Kelas XI A SMA Plus Al-Azhar Medan.

4. Untuk meningkatkan level kecakapan sosial siswa melalui model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya di Kelas XI A SMA Plus Al-Azhar Medan.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Bagi siswa, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya merupakan salah satu teknik dan model pembelajaran yang memberi kesempatan memperkaya pengalaman belajarnya. Dengan demikian diharapkan siswa tidak lagi menganut budaya belajar menghafal, dan sekedar menyelesaikan tugas dan pekerjaan rumah yang diberikan guru tetapi berubah menjadi budaya belajar bermakna.

2. Bagi guru, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya merupakan salah satu alternatif teknik dan model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah matematika siswa selain metode belajar yang sudah dilakukan. 3. Bagi Sekolah/kelembagaan, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya di sekolah diharapkan dapat mengembangkan/meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran.


(28)

143

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab IV dan temuan selama pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah:

1. Model pembelajaran dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya. Proses pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini mengikuti sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya. Teknik/langkah pemecahan masalah dalam penelitian ini meliputi kegiatan 1) memahami masalah, 2) merencanakan penyelesaian, 3) melakukan perhitungan dan 4) memeriksa kembali.

2. Hasil belajar Matematika (kemampuan pemecahan masalah matematika)

siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya meningkat. Hasil evaluasi pada akhir siklus I menunjukkan skor rata-rata kelas mencapai 72,36 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 68,18%. Pada siklus II rata-rata kelas mencapai 78,77 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 90,91%. Dengan demikian terjadi peningkatan pada persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 22,73%.


(29)

3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya efektif digunakan dalam meningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kecakapan sosial siswa. Hal ini dapat dilihat dari indikator ketercapaian. Ketuntasan belajar klasikal siswa pada akhir siklus mencapai 90,91%. Selanjutnya hasil pengamatan dari kedua pengamat terhadap aktivitas siswa bahwa nilai rata-rata kedua pengamat pada akhir siklus adalah 88,75% yang berarti baik, sedangkan terhadap aktivitas guru nilai persentase rata-rata dari kedua pengamat adalah 90,91% yang berarti sangat baik.

4. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya juga mempengaruhi kecakapan sosial siswa. Ada 10 (sepuluh) kecakapan sosial siswa yang dinilai, diantaranya ada sebanyak, a) 100,00% siswa senang bekerjasama atau belajar dalam kelompok, ini menunjukkan kecakapan sosial siswa dalam hal kemampuan bekerjasama siswa dengan teman yang lain sudah sangat baik, b) 86,36% siswa senang membantu teman yang belum memahami pelajaran yang diajarkan guru, ini menunjukkan kecakapan sosial siswa dalam hal menunjukkan tanggung jawab sosial siswa sudah baik, c) 81,82% siswa tidak suka melukai perasaan temannya ini menunjukkan kecakapan sosial siswa dalam hal mengendalikan emosi sudah baik, d) 81,82% siswa yang senang memiliki banyak teman ini menunjukkan kecakapan sosial siswa dalam hal berinteraksi dengan orang sudah baik, e) 100,00% siswa lebih suka menghindari permusuhan dan pertengkaran ini


(30)

145

menunjukkan kecakapan sosial siswa dalam hal mengelola konflik sangat baik, f) sedangkan kecakapan sosial siswa dalam hal toleransi masih kurang hal ini dibuktikan dengan 18,18% siswa masih suka memilih-milih teman, g) kecakapan sosial dalam hal membudayakan sikap sportif dan displin direspon dengan baik, ini ditunjukkan bahwa 81,82% siswa dengan besar hati menerima kritikan dari temannya yang lain, h) Sebanyak 86,36% siswa menjawab sangat setuju dan setuju untuk berusaha mendengarkan pendapat teman dengan baik, ini menunjukkan kecakapan sosial siswa dalam hal mendengarkan teman yang lain sudah baik, i) kecakapan sosial siswa dalam hal kemampuan berkomunikasi dengan orang lain cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan 72,73% siswa yang sangat setuju dan setuju, akan menelpon temannya untuk menanyakan kabar atau tentang pekerjaan rumah (PR), j) sedangkan untuk kecakapan sosial siswa dalam hal memimpin masih kurang baik, hal ini ditunjukkan dengan respon siswa hanya 36,36% siswa yang lebih suka menjadi ketua kelompok daripada anggota kelompok. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membuat suasana belajar lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

5.2.Implikasi

Untuk peningkatan hasil belajar Matematika (kemampuan pemecahan masalah matematika) siswa melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya perlu dikemukakan rekomendasi sesuai dengan hasil penelitian action research sebagai berikut:


(31)

1. Bagi siswa, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya membawa dampak positif pada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, dalam arti proses dan hasil belajar (kemampuan pemecahan masalah matematika) siswa meningkat. Selain itu juga membawa dampak positif pada kecakapan sosial siswa karena pembelajaran model ini dilakukan dalam kelompok sehingga siswa dituntut untuk mampu bekerja dan belajar dalam kelompok yang secara langsung akan mempengaruhi kecakapan sosial siswa.

2. Bagi guru, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya dalam pembelajaran dapat digunakan guru sebagai acuan untuk mengetahui kedalaman pemahaman dan penguasaan materi Trigonometri oleh siswa, mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa (tinggi, sedang dan rendah) sehingga akan mempermudah pembagian kelompok.

3. Bagi pembelajaran, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya dapat diterapkan pada setiap materi pelajaran Matematika, terutama pada materi Matematika yang menuntut pembelajaran dalam kelompok.

5.3.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi guru, agar mempertimbangkan penerapan model pembelajaran


(32)

147

dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar

(kemampuan pemecahan masalah matematika). Mengingat, model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya ini dapat meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan guru dalam membelajarkan Matematika. Agar model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasisi teknik pemecahan masalah menurut Polya ini dapat terlaksana dengan baik, maka guru harus :

a. Menguasai materi pelajaran.

b. Memahami model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya.

c. Berkonsultasi dengan ahli yang memahami model pembelajaran

kooperatif Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya.

d. Mempunyai keinginan dan keberanian untuk menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya.

2. Bagi siswa, agar dapat meningkatkan aktivitasnya dalam kegiatan

pembelajaran agar terjadi pembelajaran yang berfokus pada siswa atau student centered. Dengan demikian apabila aktivitas siswa ini terjadi seperti yang diharapkan maka pastinya akan meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Bagi sekolah, agar mendukung terhadap perkembangan inovasi pembelajaran

yang telah dilakukan guru guna perbaikan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dalam hal ini kemampuan pemecahan masalah matematika dan kecakapan sosial siswa.


(1)

3. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di Kelas XI A SMA Plus Al-Azhar Medan.

4. Untuk meningkatkan level kecakapan sosial siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya di Kelas XI A SMA Plus Al-Azhar Medan.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Bagi siswa, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya merupakan salah satu teknik dan model pembelajaran yang memberi kesempatan memperkaya pengalaman belajarnya. Dengan demikian diharapkan siswa tidak lagi menganut budaya belajar menghafal, dan sekedar menyelesaikan tugas dan pekerjaan rumah yang diberikan guru tetapi berubah menjadi budaya belajar bermakna.

2. Bagi guru, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya merupakan salah satu alternatif teknik dan model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah matematika siswa selain metode belajar yang sudah dilakukan. 3. Bagi Sekolah/kelembagaan, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya di sekolah diharapkan dapat mengembangkan/meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran.


(2)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab IV dan temuan selama pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah:

1. Model pembelajaran dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya. Proses pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini mengikuti sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya. Teknik/langkah pemecahan masalah dalam penelitian ini meliputi kegiatan 1) memahami masalah, 2) merencanakan penyelesaian, 3) melakukan perhitungan dan 4) memeriksa kembali.

2. Hasil belajar Matematika (kemampuan pemecahan masalah matematika) siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya meningkat. Hasil evaluasi pada akhir siklus I menunjukkan skor rata-rata kelas mencapai 72,36 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 68,18%. Pada siklus II rata-rata kelas mencapai 78,77 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 90,91%. Dengan demikian terjadi peningkatan pada persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 22,73%.


(3)

3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya efektif digunakan dalam meningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kecakapan sosial siswa. Hal ini dapat dilihat dari indikator ketercapaian. Ketuntasan belajar klasikal siswa pada akhir siklus mencapai 90,91%. Selanjutnya hasil pengamatan dari kedua pengamat terhadap aktivitas siswa bahwa nilai rata-rata kedua pengamat pada akhir siklus adalah 88,75% yang berarti baik, sedangkan terhadap aktivitas guru nilai persentase rata-rata dari kedua pengamat adalah 90,91% yang berarti sangat baik.

4. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya juga mempengaruhi kecakapan sosial siswa. Ada 10 (sepuluh) kecakapan sosial siswa yang dinilai, diantaranya ada sebanyak, a) 100,00% siswa senang bekerjasama atau belajar dalam kelompok, ini menunjukkan kecakapan sosial siswa dalam hal kemampuan bekerjasama siswa dengan teman yang lain sudah sangat baik, b) 86,36% siswa senang membantu teman yang belum memahami pelajaran yang diajarkan guru, ini menunjukkan kecakapan sosial siswa dalam hal menunjukkan tanggung jawab sosial siswa sudah baik, c) 81,82% siswa tidak suka melukai perasaan temannya ini menunjukkan kecakapan sosial siswa dalam hal mengendalikan emosi sudah baik, d) 81,82% siswa yang senang memiliki banyak teman ini menunjukkan kecakapan sosial siswa dalam hal berinteraksi dengan orang sudah baik, e) 100,00% siswa lebih suka menghindari permusuhan dan pertengkaran ini


(4)

menunjukkan kecakapan sosial siswa dalam hal mengelola konflik sangat baik, f) sedangkan kecakapan sosial siswa dalam hal toleransi masih kurang hal ini dibuktikan dengan 18,18% siswa masih suka memilih-milih teman, g) kecakapan sosial dalam hal membudayakan sikap sportif dan displin direspon dengan baik, ini ditunjukkan bahwa 81,82% siswa dengan besar hati menerima kritikan dari temannya yang lain, h) Sebanyak 86,36% siswa menjawab sangat setuju dan setuju untuk berusaha mendengarkan pendapat teman dengan baik, ini menunjukkan kecakapan sosial siswa dalam hal mendengarkan teman yang lain sudah baik, i) kecakapan sosial siswa dalam hal kemampuan berkomunikasi dengan orang lain cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan 72,73% siswa yang sangat setuju dan setuju, akan menelpon temannya untuk menanyakan kabar atau tentang pekerjaan rumah (PR), j) sedangkan untuk kecakapan sosial siswa dalam hal memimpin masih kurang baik, hal ini ditunjukkan dengan respon siswa hanya 36,36% siswa yang lebih suka menjadi ketua kelompok daripada anggota kelompok. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membuat suasana belajar lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

5.2.Implikasi

Untuk peningkatan hasil belajar Matematika (kemampuan pemecahan masalah matematika) siswa melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya perlu dikemukakan rekomendasi sesuai dengan hasil penelitian action research sebagai berikut:


(5)

1. Bagi siswa, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya membawa dampak positif pada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, dalam arti proses dan hasil belajar (kemampuan pemecahan masalah matematika) siswa meningkat. Selain itu juga membawa dampak positif pada kecakapan sosial siswa karena pembelajaran model ini dilakukan dalam kelompok sehingga siswa dituntut untuk mampu bekerja dan belajar dalam kelompok yang secara langsung akan mempengaruhi kecakapan sosial siswa.

2. Bagi guru, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya dalam pembelajaran dapat digunakan guru sebagai acuan untuk mengetahui kedalaman pemahaman dan penguasaan materi Trigonometri oleh siswa, mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa (tinggi, sedang dan rendah) sehingga akan mempermudah pembagian kelompok.

3. Bagi pembelajaran, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya dapat diterapkan pada setiap materi pelajaran Matematika, terutama pada materi Matematika yang menuntut pembelajaran dalam kelompok.

5.3.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi guru, agar mempertimbangkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya


(6)

dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar (kemampuan pemecahan masalah matematika). Mengingat, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya ini dapat meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan guru dalam membelajarkan Matematika. Agar model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasisi teknik pemecahan masalah menurut Polya ini dapat terlaksana dengan baik, maka guru harus :

a. Menguasai materi pelajaran.

b. Memahami model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya.

c. Berkonsultasi dengan ahli yang memahami model pembelajaran kooperatif Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya. d. Mempunyai keinginan dan keberanian untuk menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis teknik pemecahan masalah menurut Polya.

2. Bagi siswa, agar dapat meningkatkan aktivitasnya dalam kegiatan pembelajaran agar terjadi pembelajaran yang berfokus pada siswa atau student centered. Dengan demikian apabila aktivitas siswa ini terjadi seperti yang diharapkan maka pastinya akan meningkatkan kualitas pembelajaran. 3. Bagi sekolah, agar mendukung terhadap perkembangan inovasi pembelajaran

yang telah dilakukan guru guna perbaikan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dalam hal ini kemampuan pemecahan masalah matematika dan kecakapan sosial siswa.