UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK PADA MATERI ARITMETIKA SOSIAL KELAS VII MTS AL-JIHAD MEDAN.
i
Judul Skripsi
:Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi
Kelompok Pada Materi Aritmatika Sosial Di Kelas
VII MTs.Al-Jihad Medan
Nama Mahasiswa
: Muhammad Rizky Mazaly
NIM
: 409 111 048
Program Studi
: Pendidikan Matematika
Jurusan
: Matematika
Menyetujui :
Dosen Pembimbing Skripsi
Prof. Dr. Mukhtar,M.Pd
NIP.19590807 198303 1 033
Mengetahui:
FMIPA UNIMED
Dekan,
Jurusan Matematika
Ketua,
Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D
NIP.19590805 198601 1 001
Drs. Syafari, M.Pd
NIP.19540929 198903 1 001
Tanggal Lulus : 15 Agustus 2013
i
iii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MAS AL AH MAT E MAT I KA S I S WA M E L AL UI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE INVESTIGASI KELOMPOK PADA MATERI
ARITMETIKA SOSIAL KELAS VII
MTS AL-JIHAD MEDAN
Muhammad Rizky Mazaly (NIM : 409111048)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
pemecahan masalah siswa setelah diterapkan model Kooperatif Learning Tipe
Investigasi Kelompok di kelas VII MTs. Al-Jihad Medan. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VII MTs. Al-Jihad Medan yang berjumlah
60 orang yang terdiri dari dua kelas yang masing-masing berjumlah 30 siswa.
Objek penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Learning
Tipe Investigasi Kelompok .
Soal tes kemampuan pemecahan masalah berbentuk uraian, setiap siklus
dilakukan satu kali tes kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil tes awal di
kelas VII-1 diperoleh persentase ketuntasan klasikal sebesar 16,7% dengan ratarata 49,75, dan di kelas VII-2 diperoleh persentase ketuntasan klasikal sebesar
30% dengan rata-rata 54,28, pada siklus I (kelas VII-1) terjadi peningkatan
persentase ketuntasan klasikal sebesar 66,7% dengan nilai rata-rata 69,92 dan
pada siklus II (kelas VII-2) terjadi peningkatan persentase ketuntasan klasikal
sebesar 86,7% dengan rata-rata 80,75. Hal ini dapat juga dilihat dari hasil tes yang
diberikan kepada siswa dari segi aspek pemecahan masalah yakni pada siklus 1
diperoleh 29 siswa (96%) yang dapat memahami masalah, diperoleh 18 siswa
(60%) yang dapat merencanakan penyelesaian masalah, diperoleh 13 siswa
(43,3%) yang dapat menyelesaikan masalah, dan diperoleh 17 siswa (56,7%) yang
dapat memeriksa kembali. Pada siklus II terjadi peningkatan sebanyak 30 siswa
(100%) yang dapat memahami masalah, 23 siswa (76,7%) yang dapat
merencanakan penyelesaian masalah, 21 siswa (70%) yang dapat menyelesaikan
masalah, 23 siswa (76,7%) yang dapat memeriksa kembali. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan oleh observer, diperoleh pengelolaan pembelajaran yang
dilaksanakan guru pada siklus I dapat dikatakan termasuk kategori baik. Pada
siklus II, tingkat kemampuan peneliti mengelola pembelajaran termasuk kategori
sangat baik.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII MTs.
Al-Jihad Medan sehingga pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Investigasi
Kelompok dapat dijadikan salah satu altenatif pembelajaran dalam meningkatkan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan berkahNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang
direncanakan.
Skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Investigasi Kelompok Pada Materi Aritmetika Sosial Kelas VII MTs. AlJihad Medan”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak
Prof. Dr. Mukhtar , M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan, masukan dan saran-saran kepada penulis sejak awal
penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih
juga disampaikan kepada Ibu Faiz Ahyaningsih, S.Si, M.Si, Bapak Drs. Yasifati
Hia, M.Si, dan Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd, yang telah memberikan masukan
dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai dengan selesainya
penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Drs.
M. Manullang, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh
Bapak/Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED
yang telah membantu penulis. Penghargaan Juga disampaikan kepada Bapak dan
Ibu Guru Matematika yang telah banyak membantu selama penelitian ini.
Teristimewa saya sampaikan terimakasih kepada Ayahanda Alimuddin dan
Ibunda tercinta Mazdalifah Nasution, yang selalu senantiasa membantu penulis
dan memberikan semangat yang luar biasa bagi penulis serta dana kepada saya
dalam menyelesaikan studi di Unimed, dan sanak keluarga yang selalu senantiasa
berdo`a dan memberikan dorongan semangat bagi penulis. Dan tidak lupa pula
penulis menyampaikan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan yang selalu
memberikan motivasi bagi penulis yaitu kelas Dik. A reguler, kelas Dik. B reguler
dan kelas Ekstensi stambuk 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu,
khususnya sahabatku Atma Fredy, Hadi Dayat, Hasan, Saddam dan teman-teman
v
seperjuangan lainnya yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu yang selalu
membangkitkan semangat bagi penulis.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi
skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan,
Juli 2013
Penulis,
Muhammad Rizky Mazaly
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Daftar Lampiran
xii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
6
1.3. Batasan Masalah
6
1.4. Rumusan Masalah
7
1.5. Tujuan Penelitian
6
1.6. Manfaat Penelitian
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
9
2.1. Kerangka Teoritis
9
2.1.1. Pengertian Belajar Matematika
9
2.1.2. Pengertian Pembelajaran Matematika
10
2.1.3. Pengertian Hasil Belajar
11
2.2. Pengertian Pemecahan Masalah Matematika
12
2.2.1. Kemampuan Pemecahan Masalah
14
2.3. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Investigasi Kelompok
15
2.3.1. Model Pembelajaran Kooperatif
15
2.3.2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok
20
vii
2.3.3. Langkah-langkah Pembelajaran Model
Investigasi Kelompok
22
2.3.4. Prinsip Pengelolaan
23
2.3.5. Sistem Sosial
24
2.3.6. Sistem Pendukung
24
2.3.7. Dampak Langsung dan Tak Langsung
24
2.3.8. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Investigasi
Kelompok
24
2.4. Aritmetika Sosial
25
2.5. Teori Belajar Yang Mendukung
33
2.6. Kerangka Konseptual
36
2.7. Hipotesis
37
BAB III METODE PENELITIAN
38
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
38
3.1.1.Tempat Penelitian
38
3.1.2.Waktu Penelitian
38
3.2. Subjek Penelitian
38
3.3. Objek Penelitian
38
3.4. Jenis Penelitian
38
3.5. Prosedur Penelitian
39
3.6. Tenik Pengumpulan Data
44
3.7. Tenik Analisis Data
45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
50
4.1. Hasil Penelitian
50
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Tes Awal
50
4.1.1.1 Alternatif Pemecahan Siklus I ( Rencana Tindakan Siklus I )
55
4.1.1.2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
55
4.1.1.3. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I
59
4.1.1.4. Analisis Data Hasil TKPM I (Siklus I)
64
4.1.1.5. Refleksi Siklus I
67
viii
4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
67
4.1.2.1 Alternatif Pemecahan Siklus II ( Rencana Tindakan Siklus II )
68
4.1.2.2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
69
4.1.2.3. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II
73
4.1.2.4. Analisis Data Hasil TKPM II (Siklus II)
76
4.1.2.5. Refleksi II
78
4.2. Temuan Penelitian
79
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
80
4.3.1. Faktor Pembelajaran
80
4.3.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
86
5.1. Kesimpulan
86
5.2. Saran
88
DAFTAR PUSTAKA
89
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif
dengan Kelompok Belajar Konvensional
17
Tabel 2.2
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
20
Tabel 2.3
Perbandingan Empat Model dalam Pembelajaran
Kooperatif
21
Tabel 3.1
Nama-nama Validator
44
Tabel 3.2
Hasil Validitas Tes Awal
44
Tabel 3.3
Hasil Validitas Tes Pemecahan Masalah I
44
Tabel 3.4
Hasil Validitas Tes Pemecahan Masalah II
44
Tabel 3.5
Konversi Skor Mentah menjadi Skor Standar
46
Tabel 3.6
Kriteria Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
47
Tabel 4.1
Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari
Aspek Pemecahan Masalah pada Tes Awal di Kelas VII-1 50
Tabel 4.2
Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari
Aspek Pemecahan Masalah pada Tes Awal
Tabel 4.3
51
Persentase TKPM Siswa Berdasarkan
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Pada
Tes Awal di Kelas VII-1
Tabel 4.4
51
Persentase TKPM Siswa Berdasarkan
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Pada
Tes Awal di Kelas VII-2
Tabel 4.5
Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Tes Awal
di Kelas VII-1
Tabel 4.6
54
Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pada Pembelajaran Siklus I
Tabel 4.8
54
Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Tes Awal
di Kelas VII-2
Tabel 4.7
53
Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari
62
xi
Kategori Pemecahan Masalah pada TPKM I
Tabel 4.9
Persentase TKPM Siswa Berdasarkan
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah pada TKPM I
Table 4.10
75
Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari
Kategori Pemecahan Masalah pada TPKM II
Tabel 4.13
66
Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pada Pembelajaran Siklus I
Tabel 4.12
65
Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
siklus I
Tabel 4.11
65
77
Persentase TKPM Siswa Berdasarkan
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah pada TKPM I
77
Tabel 4.14
Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada TKPM II
78
Tabel 4.15
Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa Tiap Tindakan
82
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1
Penelitian Tindakan Kelas
43
Gambar 3.2
Lokasi Penelitian
203
Gambar 3.3
Peneliti Sedang Menyampaiakan Tujuan Pembelajaran
203
Gambar 3.4
Siswa Sedang Berdiskusi
204
Gambar 3.5
Peneliti Sedang Membimbing Jalannya Diskusi
205
Gambar 3.6
Salah Satu Kelompok Menyajikan Hasil Diskusi Di
Depan Kelas
205
Gambar 3.7
Siswa Melaksanakan Tes Pemecahan Masalah
206
Gambar 3.8
Peneliti Sedang Mewawancarai Siswa I
206
Gambar 3.9
Peneliti Sedang Mewawancarai Siswa II
207
Gambar 4.0
Observator Sedang Mengobservasi Peneliti
207
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II
Lampiran 3
Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I)
Lampiran 4
Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II)
Lampiran 5
Kunci Jawaban LAS I
Lampiran 6
Kunci Jawaban LAS II
Lampiran 7
Lembar Tes Awal
Lampiran 8
Lembar Tes Pemecahan Masalah I
Lampiran 9
Lembar Tes Pemecahan Masalah II
Lampiran 10
Kunci Jawaban Tes Awal
Lampiran 11
Kunci Jawaban Tes Kemampuan I
Lampiran 12
Kunci Jawaban Tes Kemampuan II
Lampiran 13
Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Lampiran 14
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Lampiran 15
Lembar Validitas Soal Tes Awal
Lampiran 16
Lembar Validitas Soal Tes Pemecahan Masalah I
Lampiran 17
Lembar Validitas Soal Tes Pemecahan Masalah II
Lampiran 18
Lembar Validitas Soal Tes Awal
Lampiran 19
Lembar Validitas Soal Tes Pemecahan Masalah I
Lampiran 20
Lembar Validitas Soal Tes Pemecahan Masalah II
Lampiran 21
Lembar Validitas Soal Tes Awal
Lampiran 22
Lembar Validitas Soal Tes Pemecahan Masalah I
Lampiran 23
Lembar Validitas Soal Tes Pemecahan Masalah II
Lampiran 24
Lembar Observasi Siklus I (Pertemuan I)
Lampiran 25
Lembar Observasi Siklus I (Pertemuan II)
Lampiran 26
Lembar Observasi Siklus II (Pertemuan I)
Lampiran 27
Lembar Observasi Siklus II (Pertemuan II)
Lampiran 28
Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I (Pertemuan I)
Lampiran 29
Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I (Pertemuan II)
xiii
Lampiran 30
Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II (Pertemuan I)
Lampiran 31
Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II (Pertemuan II)
Lampiran 32
Lembar Wawancara
Lampiran 33
Hasil Wawancara
Lampiran 34
Tabel
Penentuan
Persentase
Kemampuan
Siswa
Memecahkan Masalah Untuk Setiap Kategori I,II,III, dan
IV Pada Tes Awal di Kelas VII-1
Lampiran 35
Tabel
Penentuan
Persentase
Kemampuan
Siswa
Memecahkan Masalah Untuk Setiap Kategori I,II,III, dan
IV Pada Tes Awal di Kelas VII-2
Lampiran 36
Tabel
Penentuan
Persentase
Kemampuan
Siswa
Memecahkan Masalah Untuk Setiap Kategori I,II,III, dan
IV Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I (TKPM I)
Lampiran 37
Tabel
Penentuan
Persentase
Kemampuan
Siswa
Memecahkan Masalah Untuk Setiap Kategori I,II,III, dan
IV Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II (TKPM
II)
Lampiran 38
Foto-Foto Pada Saat Penelitian Di MTs. Al-Jihad Medan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat. Oleh
karena itu pendidikan harus dirancang dan dilaksanakan dalam kaitan yang
harmonis dan selaras dengan aspirasi dan kebutuhan yang dirasakan oleh
masyarakat.
Peranan
Pendidikan
di
dalam
menjamin
keberlangsungan
pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh suatu bangsa sangat penting
sekali, karena hanya lewat pendidikan itulah dapat dihasilkan manusia yang
berkualitas, intelek dan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk melaksanakan
pembangunan bangsa.
Pemerintah
selalu
melakukan
penyempurnaan
kurikulum
untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Berdasarkan sumber (http : // www. prayudi
.wordpress .com) menyatakan :
“Di antara hasil terbaru penyempurnaan tersebut adalah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu kelebihan dari kurikulum
tersebut ini adalah dinyatakan pemecahan masalah (problem solving),
penalaran (reasoning), komunikasi (communicaation), dan menghargai
kegunaan matematika sebagai tujuan pembelajaran matematika SD, SMP,
SMA, dan SMK disamping tujuan yang berkaitan dengan pemahaman
konsep yang sudah dikenal guru”.
Menganalisis kurikulum merupakan salah satu kegiatan yang perlu
dilakukan oleh seorang guru/calon guru, karena kurikulum merupakan acuan
pokok yang harus dikaji oleh para guru yang merencanakan, melaksanakan, dan
menindaklanjuti
pembelajaran
mata
pelajaran
yang
dibinanya.
Dengan
menganalisis kurikulum, kita akan mendapatkan informasi mengenai tujuan
diajarkannya materi pelajaran yang kita ajarkan, kedalaman serta keluasan dari
setiap pokok/sub pokok bahasan, dan cara bagaimana kita mengajarkannya.
Dengan demikian kita dapat melaksanakan kurikulum sesuai dengan harapan.
2
Terkait dengan hal diatas dalam Erman, dkk (2003:57) mengatakan
bahwa: “Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk
memperoleh pemahaman melaui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan
yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi)”. Dengan pengamatan
terhadap contoh-contoh dan bukan contoh diharapkan siswa mampu menangkap
pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstraksi ini, siswa dilatih untuk
membuat pikiran, terkaan, atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman
atau
pengetahuan
yang
dikembangkan
melalui
contoh-contoh
khusus
(generalisasi).
Dalam menyelesaikan soal diperlukan kemampuan dalam memecahkan
masalah. Kemampuan ini diperoleh dengan memberikan banyak latihan
mengerjakan soal, seperti yang dikemukakan oleh Hudojo (2005:127) bahwa:
“Suatu pertanyaan akan merupakan masalah hanya jika seseorang tidak
mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk
menemukan jawaban pertanyaan tersebut, pertanyaan itu juga dapat
terselinap dalam suatu situasi sedemikian sehingga situasi itu sendiri perlu
mendapatkan penyelesaian.”
Nampak di sini bahwa memecahkan masalah itu merupakan aktivitas
mental yang tinggi. Perlu diketahui bahwa suatu pertanyaan merupakan masalah
bergantung kepada individu dan waktu.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin.
Pemecahan masalah didefinisikan oleh Polya (dalam Hudojo, 2005:76)
sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan
yang tidak dengan segera dapat dicapai. Karena itu pemecahan masalah
merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi.
3
Suryadi, dkk (dalam Suherman , Erman, dkk UPI 2003:89) dalam
surveinya tentang current situation on mathematics and science education in
Bandung yang disponsori oleh JICA, menyatakan penemuan bahwa :
“Pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan
matematika yang dianggap penting baik oleh para guru maupun siswa di
semua tingkatan mulai dari SD sampai SMU. Namun hal tersebut
dianggap bagian yang paling sulit dalam mempelajarinya maupun bagi
guru dalam mengajarkannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa
yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya”.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir.
Hasil Penelitian yang dilakukan The National Assesment of Educational
Progress (NAEP) (dalam Suherman,dkk,2003 : 90) menunjukkan bahwa
siswa kelas tiga memperoleh prestasi baik dalam soal setting yang dikenal
siswa. Sekitar 90% siswa berhasil dengan baik menyelesaikan soal
pemecahan masalah yang memuat penjumlahan bilangan bulat dengan satu
penyelesaian, dan 70% dari mereka berhasil dengan baik menyelesaikan
soal yang memuat pengurangan dengan satu langkah penyelesaian. Dalam
soal pemecahan masalah dengan dua langkah penyelesaian, prestasi
mereka kurang begitu baik. Sekitar 30% siswa kelas tiga berhasil dengan
baik meyelesaikan soal pemecahan masalah yang memuat
penjumlahan/pengurangan dengan dua langkah penyelesaian, sedangkan
77% siswa kelas tujuh dapat menyelesaikan dengan baik jenis soal yang
sama.
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa pemecahan masalah harus
didasarkan atas adanya struktur kognitif yang dimiliki siswa dan tingkat
keberhasilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah menurun
drastis manakala setting (konteks) permasalahannya diganti dengan hal yang tidak
dikenal mereka. Padahal permasalahan matematikanya tetap sama.
Tingkat kesulitan soal pemecahan masalah harus disesuaikan dengan
tingkat kemampuan anak. Berdasarkan hasil penelitian Driscoll (dalam Erman,
dkk 2003:91), pada anak usia sekolah dasar kemampuan pemecahan masalah erat
sekali hubungannya dengan kemampuan pemecahan masalah, sedangkan pada
4
anak yang lebih dewasa, misalkan siswa SLTA, kaitan antar dua hal tersebut
sangat kecil.
Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang
untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus
dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang
anak dan anak tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan
benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah.
Dari pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk memperoleh
kemampuan pemecahan masalah, seorang harus memiliki banyak pengalaman
dalam memecahkan berbagai masalah.
Menurut Bruner (dalam Dahar 2011:81), mengatakan belajar dan
pemecahan masalah bergantung pada penyelidikan alternative. Oleh karena itu,
pengajaran atau instruksi harus memperlancar dan mengatur penyelidikanpenyelidikan altenatif ditinjau dari segi siswa.
Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci dan prasyarat bagi siswa
untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu tolok ukur bahwa siswa telah belajar
dengan baik ialah jika siswa itu dapat mempelajari apa yang seharusnya dipelajari,
sehingga indicator hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai oleh siswa.
Sedangkan menurut Trianto (2009), pembelajaran merupakan aspek
kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Dalam
makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari
seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa
dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan untuk mengatasi
segala masalah dalam pendidikan yang terjadi di lapangan masih kurang tepat
penggunaannya terhadap materi yang sedang atau yang akan dielajari. Untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa tersebut dibutuhkan sikap
5
belajar yang berbeda, lebih terbuka dan tertantang untuk berperan serta aktif
dengan memberikan gagasan sebanyak mungkin.
Salah satu model pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan daya
matematis siswa adalah model pembelajaran investigasi kelompok. Menurut
Rusman (2012:222), model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok
dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara
perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk
membantu terjadinya pembagian tanggungjawab ketika siswa mengikuti
pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial. Menurut
Trianto (2009):
Dalam implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen.
Kelompok disini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban
persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya
siswa memilih topik untuk di selidiki, dan melakukan penyelidikan yang
mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 12 Februari 2013
dengan bapak Abdurrahman, S.Pd sebagai guru kelas VII Mts.Al-Jihad Medan,
yang juga menjadi alasan Saya memilih lokasi sekolah tersebut untuk dijadikan
tempat penelitian Saya adalah karena Saya memiliki keakraban dan sering
berdiskusi tentang proses pembelajaran matematika kepada guru tersebut. Beliau
mengatakan bahwa kemampuan dalam memecahkan masalah matematika masih
rendah, serta nilai yang diperoleh sebagian siswa dalam beberapa ulangan harian
masih dibawah nilai KKM (Kriteria Nilai Minimum). Hal ini terjadi karena minat
belajar siswa masih kurang terhadap pembelajaran matematika.
Berdasarkan kenyataan diatas, bahwa tingkat kemampuan pemecahan
masalah anak-anak masih rendah, serta arti dan pentinganya peranan pemecahan
6
masalah dalam kehidupan, dengan demikian perlu untuk memberikan sebuah
lingkungan belajar yang dapat merangsang dan mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.
Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi
Kelompok Pada Materi Aritmetika Sosial Kelas VII Mts. Al-Jihad Medan
Tahun Ajaran 2012/2013”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat
diidentifikasi beberapa masalah yaitu:
1. Rendahnya kemampuan siswa menyelesaikan soal pemecahan masalah
matematika.
2. Banyaknya siswa yang menganggap matematika sebagai mata pelajaran
yang sulit.
3. Kegiatan pembelajaran yang masih berpusat pada guru dan penggunaan
model pembelajaran yang kurang bervariasi.
4. Siswa masih sulit menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah
5. Model pembelajaran yang digunakan masih kurang tepat dengan materi
yang diajarkan.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah dan keterbatasan peneliti, maka
masalah yang disebutkan dalam identifikasi masalah diatas dibatasi pada upaya
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok pada materic Aritmetika
Sosial di kelas VII Mts. Al-Jihad Medan Tahun Ajaran 2012/2013.
7
1.4 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
investigasi kelompok dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa pada materi aritmetika sosial di kelas VII
Mts.Al-Jihad Medan tahun ajaran 2012/2013?
2. Apakah aktivitas belajar siswa meningkat ketika diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok pada materi
aritmetika sosial di kelas VII Mts.Al-Jihad Medan tahun ajaran
2012/2013?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe
investigasi kelompok pada materi aritmetika sosial di kelas VII
Mts.Al-Jihad Medan tahun ajaran 2012/2013?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah strategi penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe investigasi kelompok dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa pada materi aritmetika sosial di
kelas VII Mts.Al-Jihad Medan tahun ajaran 2012/2013
2. Untuk mengetahui apakah aktivitas belajar siswa meningkat ketika
diterapkannya
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
investigasi
kelompok pada materi aritmetika sosial di kelas VII Mts.Al-Jihad
Medan tahun ajaran 2012/2013
3. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa setelah diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe investigasi kelompok pada materi aritmetika sosial di
kelas VII Mts.Al-Jihad Medan tahun ajaran 2012/2013
8
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah:
1. Bagi guru, sebagai informasi mengenai kemampuan pemecahan masalah
siswa yang diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe investigasi kelompok pada materi aritmetika sosial.
2. Bagi siswa, untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada
materi aritmetika sosial.
3. Bagi peneliti, hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan untuk menerapkan model pembelajaran investigasi
kelompok pada materi aritmetika sosial maupun materi lain dan dapat
dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.
4. Bagi sekolah, sebagai salah satu alternatif dalam mengambil keputusan
yang tepat pada peningkatan kualitas pengajaran, serta menjadi bahan
pertimbangan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa
khususnya mata pelajaran matematika.
5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian sejenis.
86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :
1. Berdasarkan dari hasil penelitian, diperoleh bahwa ada peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam menyelesaikan
soal-soal aritnetika sosial dengan mengacu pada indikator pemecahan
masalah dengan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe
investigasi kelompok yang digabung dengan metode tanya jawab, diskusi
serta melibatkan siswa dalam membahas soal dan latihan misalnya siswa
menulis hasil diskusi didepan kelas.
2. Dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh observer,
diperoleh bahwa aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung terjadi
peningkatan. Pada siklus I keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan
masih sedikit tentang materi aritmetika sosial. Hanya beberapa siswa yang
mengajukan pertanyaan, sedangkan sebagian besar yang lain lebih
memilih pasif, dalam proses diskusi masih ditemukan siswa yang kurang
berpartisifasi aktif. Tetapi pada siklus II, aktivitas siswa semakin baik dan
aktif dimana kekompakkan antar anggota kelompok sudah mengalami
peningkatan dari siklus I.
3. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah antara siswa kelas VII-1 dan
VII-2 MTs. Al-Jihad Medan dapat dilihat berdasarkan langkah-langkah
pemecahan masalah dari siklus I (kelas VII-1) ke siklus II (kelas VII-2).
Pada langkah memahami masalah meningkat dari 96% menjadi 100%
berkategori sangat baik. Pada langkah merencanakan penyelesaian
masalah meningkat dari 60% menjadi 76,7% berkategori baik. Pada
langkah menyelesaikan masalah sesuai rencana meningkat dari 43,3%
berkategori kurang baik menjdai 70% berkategori baik. Pada langkah
memeriksa kembali prosedur hasil penyelesaian meningkat dari 56,7%
berkategori kurang baik menjadi 76,7% berkategori baik.
87
5.2. Saran
Dengan melihat hasil penelitian ini penulis mengajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1.
Kepada guru, khusunya guru matematika pembelajaran Kooperatif
Learning tipe investigasi kelompok dapat menjadi salah satu alternatif
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa,
khususnya pada materi aritmetika sosial dan perlu diuji coba untuk
materi yang lain.
2.
Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini
hanya dilakukan di kelas VII-1 dan VII-2 MTs. Al-Jihad Medan Tahun
Ajaran 2012/2013.
89
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi., (2009), Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Dahar, Wills., (2011), Teori-Teori Belajar & Pembelajaran, Erlangga, Jakarta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.,
(2011), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan FMIPA UNIMED, FMIPA UNIMED.
Firmansyah, Darma., (2005), Matematika untuk SMP dan Mts Kelas VII, PT
Sarana Panca Karya Nusa, Bandung.
Istarani., (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Kunandar, S.Pd, M.Si., (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Rajawali Pers, Jakarta.
Kusaeri, Suprananto., (2012), Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, Graha Ilmu
Yogyakarta.
Rusman., (2012), Model-Model Pembelajaran, Rajawali Press. Jakarta.
Sabri, Ahmad., (2010), Strategi Belajar Mengajar, Quantum Teaching, Ciputat.
Sanjaya, Wina., (2008), Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana
Prenada Group, Jakarta.
Santyasa, I Wayan., Model-Model Pembelajaran Inovatif, Makalah Juni 2007 :
13-14.
Slavin, R.E., (2005), Cooperative Learning, Nusa Media, Bandung.
89
Suherman, Erman, dkk., (2003), Strategi Pembelajaran Kontemporer, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Trianto, (2009)., Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Prenada
Media Group, Jakarta.
http://www.prayudi.wordpress.com (diakses Maret 2012)
http://matlibra-math.blogspot.com/2013/03/penskoran-pemecahan-masalah.html
ii
RIWAYAT HDUP
Muhammad Rizky Mazaly dilahirkan di Medan, pada tanggal 2 Desember 1991.
Ayah bernama Alimuddin dan Ibu bernama Mazdalifah Nasution dan merupakan
anak pertama dari satu bersaudara. Pada tahun 1997, penulis masuk SD Negeri
060877 Medan, dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003, penulis melanjutkan
sekolah di SMP Negeri 12 Medan, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006,
penulis melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, dan lulus pada
tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima di Program Studi Pendidikan
Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Medan, kegiatan intrakurikuler di Universitas Negeri
Medan yang pernah diikuti adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tahun
2010 dan Ukhuwah Mahasiswa Muslim Matematika (UMMAT) pada tahun 20092011.
Judul Skripsi
:Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi
Kelompok Pada Materi Aritmatika Sosial Di Kelas
VII MTs.Al-Jihad Medan
Nama Mahasiswa
: Muhammad Rizky Mazaly
NIM
: 409 111 048
Program Studi
: Pendidikan Matematika
Jurusan
: Matematika
Menyetujui :
Dosen Pembimbing Skripsi
Prof. Dr. Mukhtar,M.Pd
NIP.19590807 198303 1 033
Mengetahui:
FMIPA UNIMED
Dekan,
Jurusan Matematika
Ketua,
Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D
NIP.19590805 198601 1 001
Drs. Syafari, M.Pd
NIP.19540929 198903 1 001
Tanggal Lulus : 15 Agustus 2013
i
iii
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MAS AL AH MAT E MAT I KA S I S WA M E L AL UI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE INVESTIGASI KELOMPOK PADA MATERI
ARITMETIKA SOSIAL KELAS VII
MTS AL-JIHAD MEDAN
Muhammad Rizky Mazaly (NIM : 409111048)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
pemecahan masalah siswa setelah diterapkan model Kooperatif Learning Tipe
Investigasi Kelompok di kelas VII MTs. Al-Jihad Medan. Jenis penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VII MTs. Al-Jihad Medan yang berjumlah
60 orang yang terdiri dari dua kelas yang masing-masing berjumlah 30 siswa.
Objek penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa melalui penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Learning
Tipe Investigasi Kelompok .
Soal tes kemampuan pemecahan masalah berbentuk uraian, setiap siklus
dilakukan satu kali tes kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil tes awal di
kelas VII-1 diperoleh persentase ketuntasan klasikal sebesar 16,7% dengan ratarata 49,75, dan di kelas VII-2 diperoleh persentase ketuntasan klasikal sebesar
30% dengan rata-rata 54,28, pada siklus I (kelas VII-1) terjadi peningkatan
persentase ketuntasan klasikal sebesar 66,7% dengan nilai rata-rata 69,92 dan
pada siklus II (kelas VII-2) terjadi peningkatan persentase ketuntasan klasikal
sebesar 86,7% dengan rata-rata 80,75. Hal ini dapat juga dilihat dari hasil tes yang
diberikan kepada siswa dari segi aspek pemecahan masalah yakni pada siklus 1
diperoleh 29 siswa (96%) yang dapat memahami masalah, diperoleh 18 siswa
(60%) yang dapat merencanakan penyelesaian masalah, diperoleh 13 siswa
(43,3%) yang dapat menyelesaikan masalah, dan diperoleh 17 siswa (56,7%) yang
dapat memeriksa kembali. Pada siklus II terjadi peningkatan sebanyak 30 siswa
(100%) yang dapat memahami masalah, 23 siswa (76,7%) yang dapat
merencanakan penyelesaian masalah, 21 siswa (70%) yang dapat menyelesaikan
masalah, 23 siswa (76,7%) yang dapat memeriksa kembali. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan oleh observer, diperoleh pengelolaan pembelajaran yang
dilaksanakan guru pada siklus I dapat dikatakan termasuk kategori baik. Pada
siklus II, tingkat kemampuan peneliti mengelola pembelajaran termasuk kategori
sangat baik.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII MTs.
Al-Jihad Medan sehingga pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Investigasi
Kelompok dapat dijadikan salah satu altenatif pembelajaran dalam meningkatkan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan berkahNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis
sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang
direncanakan.
Skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Investigasi Kelompok Pada Materi Aritmetika Sosial Kelas VII MTs. AlJihad Medan”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak
Prof. Dr. Mukhtar , M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan, masukan dan saran-saran kepada penulis sejak awal
penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih
juga disampaikan kepada Ibu Faiz Ahyaningsih, S.Si, M.Si, Bapak Drs. Yasifati
Hia, M.Si, dan Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd, yang telah memberikan masukan
dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai dengan selesainya
penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Drs.
M. Manullang, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing Akademik dan kepada seluruh
Bapak/Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED
yang telah membantu penulis. Penghargaan Juga disampaikan kepada Bapak dan
Ibu Guru Matematika yang telah banyak membantu selama penelitian ini.
Teristimewa saya sampaikan terimakasih kepada Ayahanda Alimuddin dan
Ibunda tercinta Mazdalifah Nasution, yang selalu senantiasa membantu penulis
dan memberikan semangat yang luar biasa bagi penulis serta dana kepada saya
dalam menyelesaikan studi di Unimed, dan sanak keluarga yang selalu senantiasa
berdo`a dan memberikan dorongan semangat bagi penulis. Dan tidak lupa pula
penulis menyampaikan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan yang selalu
memberikan motivasi bagi penulis yaitu kelas Dik. A reguler, kelas Dik. B reguler
dan kelas Ekstensi stambuk 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu,
khususnya sahabatku Atma Fredy, Hadi Dayat, Hasan, Saddam dan teman-teman
v
seperjuangan lainnya yang tidak bisa saya tuliskan satu persatu yang selalu
membangkitkan semangat bagi penulis.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya isi
skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan,
Juli 2013
Penulis,
Muhammad Rizky Mazaly
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Daftar Lampiran
xii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang Masalah
1
1.2. Identifikasi Masalah
6
1.3. Batasan Masalah
6
1.4. Rumusan Masalah
7
1.5. Tujuan Penelitian
6
1.6. Manfaat Penelitian
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
9
2.1. Kerangka Teoritis
9
2.1.1. Pengertian Belajar Matematika
9
2.1.2. Pengertian Pembelajaran Matematika
10
2.1.3. Pengertian Hasil Belajar
11
2.2. Pengertian Pemecahan Masalah Matematika
12
2.2.1. Kemampuan Pemecahan Masalah
14
2.3. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Investigasi Kelompok
15
2.3.1. Model Pembelajaran Kooperatif
15
2.3.2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok
20
vii
2.3.3. Langkah-langkah Pembelajaran Model
Investigasi Kelompok
22
2.3.4. Prinsip Pengelolaan
23
2.3.5. Sistem Sosial
24
2.3.6. Sistem Pendukung
24
2.3.7. Dampak Langsung dan Tak Langsung
24
2.3.8. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Investigasi
Kelompok
24
2.4. Aritmetika Sosial
25
2.5. Teori Belajar Yang Mendukung
33
2.6. Kerangka Konseptual
36
2.7. Hipotesis
37
BAB III METODE PENELITIAN
38
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
38
3.1.1.Tempat Penelitian
38
3.1.2.Waktu Penelitian
38
3.2. Subjek Penelitian
38
3.3. Objek Penelitian
38
3.4. Jenis Penelitian
38
3.5. Prosedur Penelitian
39
3.6. Tenik Pengumpulan Data
44
3.7. Tenik Analisis Data
45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
50
4.1. Hasil Penelitian
50
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Tes Awal
50
4.1.1.1 Alternatif Pemecahan Siklus I ( Rencana Tindakan Siklus I )
55
4.1.1.2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
55
4.1.1.3. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I
59
4.1.1.4. Analisis Data Hasil TKPM I (Siklus I)
64
4.1.1.5. Refleksi Siklus I
67
viii
4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
67
4.1.2.1 Alternatif Pemecahan Siklus II ( Rencana Tindakan Siklus II )
68
4.1.2.2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
69
4.1.2.3. Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II
73
4.1.2.4. Analisis Data Hasil TKPM II (Siklus II)
76
4.1.2.5. Refleksi II
78
4.2. Temuan Penelitian
79
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
80
4.3.1. Faktor Pembelajaran
80
4.3.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
86
5.1. Kesimpulan
86
5.2. Saran
88
DAFTAR PUSTAKA
89
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif
dengan Kelompok Belajar Konvensional
17
Tabel 2.2
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
20
Tabel 2.3
Perbandingan Empat Model dalam Pembelajaran
Kooperatif
21
Tabel 3.1
Nama-nama Validator
44
Tabel 3.2
Hasil Validitas Tes Awal
44
Tabel 3.3
Hasil Validitas Tes Pemecahan Masalah I
44
Tabel 3.4
Hasil Validitas Tes Pemecahan Masalah II
44
Tabel 3.5
Konversi Skor Mentah menjadi Skor Standar
46
Tabel 3.6
Kriteria Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
47
Tabel 4.1
Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari
Aspek Pemecahan Masalah pada Tes Awal di Kelas VII-1 50
Tabel 4.2
Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari
Aspek Pemecahan Masalah pada Tes Awal
Tabel 4.3
51
Persentase TKPM Siswa Berdasarkan
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Pada
Tes Awal di Kelas VII-1
Tabel 4.4
51
Persentase TKPM Siswa Berdasarkan
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Pada
Tes Awal di Kelas VII-2
Tabel 4.5
Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Tes Awal
di Kelas VII-1
Tabel 4.6
54
Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pada Pembelajaran Siklus I
Tabel 4.8
54
Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Tes Awal
di Kelas VII-2
Tabel 4.7
53
Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari
62
xi
Kategori Pemecahan Masalah pada TPKM I
Tabel 4.9
Persentase TKPM Siswa Berdasarkan
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah pada TKPM I
Table 4.10
75
Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari
Kategori Pemecahan Masalah pada TPKM II
Tabel 4.13
66
Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Pada Pembelajaran Siklus I
Tabel 4.12
65
Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
siklus I
Tabel 4.11
65
77
Persentase TKPM Siswa Berdasarkan
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah pada TKPM I
77
Tabel 4.14
Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada TKPM II
78
Tabel 4.15
Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa Tiap Tindakan
82
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1
Penelitian Tindakan Kelas
43
Gambar 3.2
Lokasi Penelitian
203
Gambar 3.3
Peneliti Sedang Menyampaiakan Tujuan Pembelajaran
203
Gambar 3.4
Siswa Sedang Berdiskusi
204
Gambar 3.5
Peneliti Sedang Membimbing Jalannya Diskusi
205
Gambar 3.6
Salah Satu Kelompok Menyajikan Hasil Diskusi Di
Depan Kelas
205
Gambar 3.7
Siswa Melaksanakan Tes Pemecahan Masalah
206
Gambar 3.8
Peneliti Sedang Mewawancarai Siswa I
206
Gambar 3.9
Peneliti Sedang Mewawancarai Siswa II
207
Gambar 4.0
Observator Sedang Mengobservasi Peneliti
207
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II
Lampiran 3
Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I)
Lampiran 4
Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II)
Lampiran 5
Kunci Jawaban LAS I
Lampiran 6
Kunci Jawaban LAS II
Lampiran 7
Lembar Tes Awal
Lampiran 8
Lembar Tes Pemecahan Masalah I
Lampiran 9
Lembar Tes Pemecahan Masalah II
Lampiran 10
Kunci Jawaban Tes Awal
Lampiran 11
Kunci Jawaban Tes Kemampuan I
Lampiran 12
Kunci Jawaban Tes Kemampuan II
Lampiran 13
Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Lampiran 14
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Lampiran 15
Lembar Validitas Soal Tes Awal
Lampiran 16
Lembar Validitas Soal Tes Pemecahan Masalah I
Lampiran 17
Lembar Validitas Soal Tes Pemecahan Masalah II
Lampiran 18
Lembar Validitas Soal Tes Awal
Lampiran 19
Lembar Validitas Soal Tes Pemecahan Masalah I
Lampiran 20
Lembar Validitas Soal Tes Pemecahan Masalah II
Lampiran 21
Lembar Validitas Soal Tes Awal
Lampiran 22
Lembar Validitas Soal Tes Pemecahan Masalah I
Lampiran 23
Lembar Validitas Soal Tes Pemecahan Masalah II
Lampiran 24
Lembar Observasi Siklus I (Pertemuan I)
Lampiran 25
Lembar Observasi Siklus I (Pertemuan II)
Lampiran 26
Lembar Observasi Siklus II (Pertemuan I)
Lampiran 27
Lembar Observasi Siklus II (Pertemuan II)
Lampiran 28
Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I (Pertemuan I)
Lampiran 29
Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I (Pertemuan II)
xiii
Lampiran 30
Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II (Pertemuan I)
Lampiran 31
Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II (Pertemuan II)
Lampiran 32
Lembar Wawancara
Lampiran 33
Hasil Wawancara
Lampiran 34
Tabel
Penentuan
Persentase
Kemampuan
Siswa
Memecahkan Masalah Untuk Setiap Kategori I,II,III, dan
IV Pada Tes Awal di Kelas VII-1
Lampiran 35
Tabel
Penentuan
Persentase
Kemampuan
Siswa
Memecahkan Masalah Untuk Setiap Kategori I,II,III, dan
IV Pada Tes Awal di Kelas VII-2
Lampiran 36
Tabel
Penentuan
Persentase
Kemampuan
Siswa
Memecahkan Masalah Untuk Setiap Kategori I,II,III, dan
IV Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I (TKPM I)
Lampiran 37
Tabel
Penentuan
Persentase
Kemampuan
Siswa
Memecahkan Masalah Untuk Setiap Kategori I,II,III, dan
IV Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II (TKPM
II)
Lampiran 38
Foto-Foto Pada Saat Penelitian Di MTs. Al-Jihad Medan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat. Oleh
karena itu pendidikan harus dirancang dan dilaksanakan dalam kaitan yang
harmonis dan selaras dengan aspirasi dan kebutuhan yang dirasakan oleh
masyarakat.
Peranan
Pendidikan
di
dalam
menjamin
keberlangsungan
pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh suatu bangsa sangat penting
sekali, karena hanya lewat pendidikan itulah dapat dihasilkan manusia yang
berkualitas, intelek dan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk melaksanakan
pembangunan bangsa.
Pemerintah
selalu
melakukan
penyempurnaan
kurikulum
untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Berdasarkan sumber (http : // www. prayudi
.wordpress .com) menyatakan :
“Di antara hasil terbaru penyempurnaan tersebut adalah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu kelebihan dari kurikulum
tersebut ini adalah dinyatakan pemecahan masalah (problem solving),
penalaran (reasoning), komunikasi (communicaation), dan menghargai
kegunaan matematika sebagai tujuan pembelajaran matematika SD, SMP,
SMA, dan SMK disamping tujuan yang berkaitan dengan pemahaman
konsep yang sudah dikenal guru”.
Menganalisis kurikulum merupakan salah satu kegiatan yang perlu
dilakukan oleh seorang guru/calon guru, karena kurikulum merupakan acuan
pokok yang harus dikaji oleh para guru yang merencanakan, melaksanakan, dan
menindaklanjuti
pembelajaran
mata
pelajaran
yang
dibinanya.
Dengan
menganalisis kurikulum, kita akan mendapatkan informasi mengenai tujuan
diajarkannya materi pelajaran yang kita ajarkan, kedalaman serta keluasan dari
setiap pokok/sub pokok bahasan, dan cara bagaimana kita mengajarkannya.
Dengan demikian kita dapat melaksanakan kurikulum sesuai dengan harapan.
2
Terkait dengan hal diatas dalam Erman, dkk (2003:57) mengatakan
bahwa: “Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk
memperoleh pemahaman melaui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan
yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi)”. Dengan pengamatan
terhadap contoh-contoh dan bukan contoh diharapkan siswa mampu menangkap
pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstraksi ini, siswa dilatih untuk
membuat pikiran, terkaan, atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman
atau
pengetahuan
yang
dikembangkan
melalui
contoh-contoh
khusus
(generalisasi).
Dalam menyelesaikan soal diperlukan kemampuan dalam memecahkan
masalah. Kemampuan ini diperoleh dengan memberikan banyak latihan
mengerjakan soal, seperti yang dikemukakan oleh Hudojo (2005:127) bahwa:
“Suatu pertanyaan akan merupakan masalah hanya jika seseorang tidak
mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk
menemukan jawaban pertanyaan tersebut, pertanyaan itu juga dapat
terselinap dalam suatu situasi sedemikian sehingga situasi itu sendiri perlu
mendapatkan penyelesaian.”
Nampak di sini bahwa memecahkan masalah itu merupakan aktivitas
mental yang tinggi. Perlu diketahui bahwa suatu pertanyaan merupakan masalah
bergantung kepada individu dan waktu.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa
dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin.
Pemecahan masalah didefinisikan oleh Polya (dalam Hudojo, 2005:76)
sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan
yang tidak dengan segera dapat dicapai. Karena itu pemecahan masalah
merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi.
3
Suryadi, dkk (dalam Suherman , Erman, dkk UPI 2003:89) dalam
surveinya tentang current situation on mathematics and science education in
Bandung yang disponsori oleh JICA, menyatakan penemuan bahwa :
“Pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan
matematika yang dianggap penting baik oleh para guru maupun siswa di
semua tingkatan mulai dari SD sampai SMU. Namun hal tersebut
dianggap bagian yang paling sulit dalam mempelajarinya maupun bagi
guru dalam mengajarkannya, akan tetapi tidak tahu secara langsung apa
yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya”.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir.
Hasil Penelitian yang dilakukan The National Assesment of Educational
Progress (NAEP) (dalam Suherman,dkk,2003 : 90) menunjukkan bahwa
siswa kelas tiga memperoleh prestasi baik dalam soal setting yang dikenal
siswa. Sekitar 90% siswa berhasil dengan baik menyelesaikan soal
pemecahan masalah yang memuat penjumlahan bilangan bulat dengan satu
penyelesaian, dan 70% dari mereka berhasil dengan baik menyelesaikan
soal yang memuat pengurangan dengan satu langkah penyelesaian. Dalam
soal pemecahan masalah dengan dua langkah penyelesaian, prestasi
mereka kurang begitu baik. Sekitar 30% siswa kelas tiga berhasil dengan
baik meyelesaikan soal pemecahan masalah yang memuat
penjumlahan/pengurangan dengan dua langkah penyelesaian, sedangkan
77% siswa kelas tujuh dapat menyelesaikan dengan baik jenis soal yang
sama.
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa pemecahan masalah harus
didasarkan atas adanya struktur kognitif yang dimiliki siswa dan tingkat
keberhasilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah menurun
drastis manakala setting (konteks) permasalahannya diganti dengan hal yang tidak
dikenal mereka. Padahal permasalahan matematikanya tetap sama.
Tingkat kesulitan soal pemecahan masalah harus disesuaikan dengan
tingkat kemampuan anak. Berdasarkan hasil penelitian Driscoll (dalam Erman,
dkk 2003:91), pada anak usia sekolah dasar kemampuan pemecahan masalah erat
sekali hubungannya dengan kemampuan pemecahan masalah, sedangkan pada
4
anak yang lebih dewasa, misalkan siswa SLTA, kaitan antar dua hal tersebut
sangat kecil.
Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang
untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus
dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang
anak dan anak tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan
benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah.
Dari pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk memperoleh
kemampuan pemecahan masalah, seorang harus memiliki banyak pengalaman
dalam memecahkan berbagai masalah.
Menurut Bruner (dalam Dahar 2011:81), mengatakan belajar dan
pemecahan masalah bergantung pada penyelidikan alternative. Oleh karena itu,
pengajaran atau instruksi harus memperlancar dan mengatur penyelidikanpenyelidikan altenatif ditinjau dari segi siswa.
Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci dan prasyarat bagi siswa
untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu tolok ukur bahwa siswa telah belajar
dengan baik ialah jika siswa itu dapat mempelajari apa yang seharusnya dipelajari,
sehingga indicator hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai oleh siswa.
Sedangkan menurut Trianto (2009), pembelajaran merupakan aspek
kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Dalam
makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari
seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa
dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan untuk mengatasi
segala masalah dalam pendidikan yang terjadi di lapangan masih kurang tepat
penggunaannya terhadap materi yang sedang atau yang akan dielajari. Untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa tersebut dibutuhkan sikap
5
belajar yang berbeda, lebih terbuka dan tertantang untuk berperan serta aktif
dengan memberikan gagasan sebanyak mungkin.
Salah satu model pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan daya
matematis siswa adalah model pembelajaran investigasi kelompok. Menurut
Rusman (2012:222), model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok
dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara
perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk
membantu terjadinya pembagian tanggungjawab ketika siswa mengikuti
pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial. Menurut
Trianto (2009):
Dalam implementasi tipe investigasi kelompok guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen.
Kelompok disini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban
persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya
siswa memilih topik untuk di selidiki, dan melakukan penyelidikan yang
mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada tanggal 12 Februari 2013
dengan bapak Abdurrahman, S.Pd sebagai guru kelas VII Mts.Al-Jihad Medan,
yang juga menjadi alasan Saya memilih lokasi sekolah tersebut untuk dijadikan
tempat penelitian Saya adalah karena Saya memiliki keakraban dan sering
berdiskusi tentang proses pembelajaran matematika kepada guru tersebut. Beliau
mengatakan bahwa kemampuan dalam memecahkan masalah matematika masih
rendah, serta nilai yang diperoleh sebagian siswa dalam beberapa ulangan harian
masih dibawah nilai KKM (Kriteria Nilai Minimum). Hal ini terjadi karena minat
belajar siswa masih kurang terhadap pembelajaran matematika.
Berdasarkan kenyataan diatas, bahwa tingkat kemampuan pemecahan
masalah anak-anak masih rendah, serta arti dan pentinganya peranan pemecahan
6
masalah dalam kehidupan, dengan demikian perlu untuk memberikan sebuah
lingkungan belajar yang dapat merangsang dan mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.
Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi
Kelompok Pada Materi Aritmetika Sosial Kelas VII Mts. Al-Jihad Medan
Tahun Ajaran 2012/2013”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat
diidentifikasi beberapa masalah yaitu:
1. Rendahnya kemampuan siswa menyelesaikan soal pemecahan masalah
matematika.
2. Banyaknya siswa yang menganggap matematika sebagai mata pelajaran
yang sulit.
3. Kegiatan pembelajaran yang masih berpusat pada guru dan penggunaan
model pembelajaran yang kurang bervariasi.
4. Siswa masih sulit menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah
5. Model pembelajaran yang digunakan masih kurang tepat dengan materi
yang diajarkan.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah dan keterbatasan peneliti, maka
masalah yang disebutkan dalam identifikasi masalah diatas dibatasi pada upaya
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok pada materic Aritmetika
Sosial di kelas VII Mts. Al-Jihad Medan Tahun Ajaran 2012/2013.
7
1.4 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
investigasi kelompok dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa pada materi aritmetika sosial di kelas VII
Mts.Al-Jihad Medan tahun ajaran 2012/2013?
2. Apakah aktivitas belajar siswa meningkat ketika diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok pada materi
aritmetika sosial di kelas VII Mts.Al-Jihad Medan tahun ajaran
2012/2013?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe
investigasi kelompok pada materi aritmetika sosial di kelas VII
Mts.Al-Jihad Medan tahun ajaran 2012/2013?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah strategi penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe investigasi kelompok dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa pada materi aritmetika sosial di
kelas VII Mts.Al-Jihad Medan tahun ajaran 2012/2013
2. Untuk mengetahui apakah aktivitas belajar siswa meningkat ketika
diterapkannya
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
investigasi
kelompok pada materi aritmetika sosial di kelas VII Mts.Al-Jihad
Medan tahun ajaran 2012/2013
3. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa setelah diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe investigasi kelompok pada materi aritmetika sosial di
kelas VII Mts.Al-Jihad Medan tahun ajaran 2012/2013
8
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah:
1. Bagi guru, sebagai informasi mengenai kemampuan pemecahan masalah
siswa yang diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe investigasi kelompok pada materi aritmetika sosial.
2. Bagi siswa, untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada
materi aritmetika sosial.
3. Bagi peneliti, hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan untuk menerapkan model pembelajaran investigasi
kelompok pada materi aritmetika sosial maupun materi lain dan dapat
dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.
4. Bagi sekolah, sebagai salah satu alternatif dalam mengambil keputusan
yang tepat pada peningkatan kualitas pengajaran, serta menjadi bahan
pertimbangan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa
khususnya mata pelajaran matematika.
5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian sejenis.
86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :
1. Berdasarkan dari hasil penelitian, diperoleh bahwa ada peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam menyelesaikan
soal-soal aritnetika sosial dengan mengacu pada indikator pemecahan
masalah dengan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe
investigasi kelompok yang digabung dengan metode tanya jawab, diskusi
serta melibatkan siswa dalam membahas soal dan latihan misalnya siswa
menulis hasil diskusi didepan kelas.
2. Dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh observer,
diperoleh bahwa aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung terjadi
peningkatan. Pada siklus I keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan
masih sedikit tentang materi aritmetika sosial. Hanya beberapa siswa yang
mengajukan pertanyaan, sedangkan sebagian besar yang lain lebih
memilih pasif, dalam proses diskusi masih ditemukan siswa yang kurang
berpartisifasi aktif. Tetapi pada siklus II, aktivitas siswa semakin baik dan
aktif dimana kekompakkan antar anggota kelompok sudah mengalami
peningkatan dari siklus I.
3. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah antara siswa kelas VII-1 dan
VII-2 MTs. Al-Jihad Medan dapat dilihat berdasarkan langkah-langkah
pemecahan masalah dari siklus I (kelas VII-1) ke siklus II (kelas VII-2).
Pada langkah memahami masalah meningkat dari 96% menjadi 100%
berkategori sangat baik. Pada langkah merencanakan penyelesaian
masalah meningkat dari 60% menjadi 76,7% berkategori baik. Pada
langkah menyelesaikan masalah sesuai rencana meningkat dari 43,3%
berkategori kurang baik menjdai 70% berkategori baik. Pada langkah
memeriksa kembali prosedur hasil penyelesaian meningkat dari 56,7%
berkategori kurang baik menjadi 76,7% berkategori baik.
87
5.2. Saran
Dengan melihat hasil penelitian ini penulis mengajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1.
Kepada guru, khusunya guru matematika pembelajaran Kooperatif
Learning tipe investigasi kelompok dapat menjadi salah satu alternatif
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa,
khususnya pada materi aritmetika sosial dan perlu diuji coba untuk
materi yang lain.
2.
Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini
hanya dilakukan di kelas VII-1 dan VII-2 MTs. Al-Jihad Medan Tahun
Ajaran 2012/2013.
89
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi., (2009), Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Dahar, Wills., (2011), Teori-Teori Belajar & Pembelajaran, Erlangga, Jakarta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.,
(2011), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan FMIPA UNIMED, FMIPA UNIMED.
Firmansyah, Darma., (2005), Matematika untuk SMP dan Mts Kelas VII, PT
Sarana Panca Karya Nusa, Bandung.
Istarani., (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Kunandar, S.Pd, M.Si., (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Rajawali Pers, Jakarta.
Kusaeri, Suprananto., (2012), Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, Graha Ilmu
Yogyakarta.
Rusman., (2012), Model-Model Pembelajaran, Rajawali Press. Jakarta.
Sabri, Ahmad., (2010), Strategi Belajar Mengajar, Quantum Teaching, Ciputat.
Sanjaya, Wina., (2008), Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana
Prenada Group, Jakarta.
Santyasa, I Wayan., Model-Model Pembelajaran Inovatif, Makalah Juni 2007 :
13-14.
Slavin, R.E., (2005), Cooperative Learning, Nusa Media, Bandung.
89
Suherman, Erman, dkk., (2003), Strategi Pembelajaran Kontemporer, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Trianto, (2009)., Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Prenada
Media Group, Jakarta.
http://www.prayudi.wordpress.com (diakses Maret 2012)
http://matlibra-math.blogspot.com/2013/03/penskoran-pemecahan-masalah.html
ii
RIWAYAT HDUP
Muhammad Rizky Mazaly dilahirkan di Medan, pada tanggal 2 Desember 1991.
Ayah bernama Alimuddin dan Ibu bernama Mazdalifah Nasution dan merupakan
anak pertama dari satu bersaudara. Pada tahun 1997, penulis masuk SD Negeri
060877 Medan, dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003, penulis melanjutkan
sekolah di SMP Negeri 12 Medan, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006,
penulis melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, dan lulus pada
tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima di Program Studi Pendidikan
Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Medan, kegiatan intrakurikuler di Universitas Negeri
Medan yang pernah diikuti adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tahun
2010 dan Ukhuwah Mahasiswa Muslim Matematika (UMMAT) pada tahun 20092011.