PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN KREATIVITAS TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA DI SMA NEGERI 1 PEUKAN PIDIE.

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN KREATIVITAS TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA DI

SMA NEGERI 1 PEUKAN PIDIE

TESIS

OLEH: MAINISA NIM. 8126175010

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN TAHUN 2014


(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN KREATIVITAS TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA DI

SMA NEGERI 1 PEUKAN PIDIE

TESIS

OLEH: MAINISA NIM. 8126175010

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN TAHUN 2014


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Mainisa. Nim 8126175010. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Dan Kreativitas Terhadap Kererampilan Generik Sains Siswa Di SMA Negeri 1 Peukan Pidie . Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negei Medan, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui perbedaan keterampilan generik sains siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri dan pembelajaran konvensional. (2) Mengetahui keterampilan generik sains antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan siswa yang mempunyai kreativitas rendah. (3) Mengetahui interaksi antara model pembelajarn inkuiri dengan kreativitas terhadap kererampilan generik sains siswa pada materi alat-alat optik. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimen, dengan desain penelitian two-group-pre-test- dan post-test. Populasi penilitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester II SMA Negeri 1 Peukan Pidie T.A. 2013/2014 sebanyak 5 kelas (152 orang). Sampel penelitian terdiri dari 2 kelas yaitu kelas X-1 dan kelas X-4 yang ambil secara Cluster random sampling. Kelas X-1 diajar dengan model pembelajaran Inkuiri (kelas Eksperimen) dan kelas X-4 diajar dengan pemelajaran konvensional (kelas kontrol). Instrumen penelitian berupas tes keterampilan generic sains dan tes kreativitas. Data dianalisis menggunakan SPSS 17, hasil penguji hipotesis ANAVA 2 jalur sebagai berikut: (1) Model pembelajaran Inkuri lebih baik dalam meningkatkan keterampilan generik sains siswa dari pada pembelajaran konvensional. (2) Keterampilan generik sains siswa yang mempunyai kreativitas tinggi lebih baik disbanding dengan siswa yang mempunyaui kreativitas rendah. (3) Ada interaksi antara model pembelajaran Inkuiri denga pempelajaaran konvensional dan kreativtas terhadap keterampilan generik sains siswa. Persem [emomglatam letera,[o;am generik sains untuk kelas eksperimen lebih besar dari pada penigkatan keterampilan generic sains kelas kontrol.

Kataa Kunci : Model pembelajaran Inkuiri, Fisika, Kreativitas, Keterampilan Generik Sains.


(7)

ABSTRACT

Mainisa, Nim 8126175010. The Effect of the Inquiry Learning Model and Creativity on Student Science Generic Skills at SMA Negeri 1 Peukan Pidie.

Thesis. Medan : Physics Education, Graduate Study Program, State University of Medan, 2014

This research aimed to: (1) find the difference of student achievement of science generic skills using Inquiry learning model and conventional learning, (2) to generic skills achievement of science generic skills between high creativity student with those who had low creativity. (3) to figure the interaction between the creativity and learning model to achievement of science generic skills on optic topic. This research was quasi experiment, using two-group pretest of grade X SMA Negeri 1 Peukan Pidie Learning Year 2013/2014, with total amount of 5 classes (152 students). The samples consist of two class, which are class X-1 and class X-4 were taken by Cluster Random Sampling. Class X-1 was taught using conventional Learning (control class). The data was analyzed using CPSS 17, and hypothesis is tested using two way ANAVA. The research result shows that: (1) the inquiry learning model was better than conventional learning in improving science generic skills of students. (2) the science generic skills of high creativity student is better than those who had the low creativity. (3) the interaction is exist between creativity and learning model related to the improvement of science generic skills of student. The Percentage of student with good achievement of science of generic skills of experiment class was higher than the control class. Keyword: inquiry learning model, physics, creativity, science generic skills.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis sampaikan kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmad dan Karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul:

“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN KREATIVITAS

TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA DI SMA NEGERI 1 PEUKAN PIDIE” dapat diselesaikan. Tesis ini disususn dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika pada Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Negeri Medan.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd sebagai Direktur Program Pascasarjana UNIMED dana para Asisten Direktur, Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika dan para staf administrasi Program Pascasarjana yang telah memberikan bantuan kepada penulis untuk kelancaran studi dan penyelesaian tesis ini.

2. Bapak Dr. H. Ridwan A.Sani, M.Si. sebagai pembimbing I dan Ibu Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si. sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, saran serta motivasi kepada penulis sejak awal rencana penelitian sampai selesainya penyusunan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M. sebagai penguji I, Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S. sebagai penguji II dan Ibu Dr. Mariati P. Simanjuntak, S.Pd., M.Si.sebagai penguji III, yang telah memberikan saran dan masukan mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyususnan tesis ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana Unimed yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis.

5. Bapak Razali, S.Pd sebagai kepala sekolah SMA Negeri 1 Peukan Pidie, Wakil kepala Sekolah SMA Negeri 1 Peukan Pidie, Ibu Halimatussakdiah dan Ibu Ainal Mardhiah sebagai guru bidang studi Fisika dan para guru serta


(9)

iv

staf administrasi yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis melakukan izin penelitian.

6. Ayahanda Drs. H. Zainal Abidin H dan Ibunda Hj. Salbiah, S.Pd tercinta yang terus memberikan dukungan baik moril maupun materil, doa, motivasi serta kasih sayang yang tak pernah henti dalam menyelesaikan studi di UNIMED.

7. Adinda Muharrir serta sanak keluarga yang selalu memberikan dukungan dana doa dalam menyelesaikan tesis.

8. Teristimewa Aulianur Akbar yang selalu memberi motivasi dan semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi di UNIMED.

9. Rekan seperjuangan angkatan ke-III tahun ajaran 2012 prodi Pendidikan Fisika yang tidak bisa disebutkan sau persatu yang senantiasa membantu dan mendukung untuk tetap semangat menyelesaikan studi dan tesis ini.

10. Sahabat-sahabat terdekat yang tidak bisa disebut satu persatu yang senantiasa membantu dan mendukung untuk tetap semangat kepada penulis.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini, namun penulis menyadarai masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tesis ini. Semoga isi tesis ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, Mei 2014 Penulis,

Mainisa


(10)

v

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 10

1.3. Pembatasan Masalah ... 10

1.4. Rumusan Masalah ... 11

1.5. Tujuan Penelitian ... 11

1.6. Manfaat Penelitian ... 12

1.7. Definisi Operasional ... 12

BAB II : KAJIAN PUSTAKA 2.1.Model Pembelajaran Inkuiri ... 15

2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri ... 15

2.1.2. Langkah-langkah Model Pembelajaran inkuiri ... 18

2.1.3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri ... 23

2.1.4. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran Inkuiri .... 25

2.2.Kreatifitas ... 29

2.2.1. Definisi Kreatifitas ... 29

2.2.2. Indikator kreatifitas ... 31

2.3.Keterampilan Generik Sains ... 38

2.3.1. Pengertian Keterampilan Generik Sains ... 38

2.3.2. Indikator Keterampilan Generik Sains ... 42


(11)

vi

2.5.Penelitian Yang Relevan ... 50

2.6.Kerangka Konseptual ... 54

2.7.Hipotesis Penelitian ... 57

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 59

3.2.Populasi dan Sampel Penelitian ... 59

3.3.Variabel Penelitian ... 60

3.4.Jenis dan Desain Penelitian ... 60

3.5.Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 62

3.6.Teknik Pengumpulan Data ... 66

3.6.1. Instrumen Tes Keterampilan Generik Sains ... 66

3.6.2. Instrumen Kreatifitas ... 68

3.6.3. Uji Coba Instrumen ... 69

3.7.Validitas Tes Keterampilan Generik Sains ... 69

3.7.1. Validitas Butir Tes Keterampilan Generik Sains ... 70

3.7.2. Validitas Isi ... 70

3.7.3. Reabilitas ... 71

3.7.4. Tingkat Kesukaran ... 72

3.7.5. Daya Pembeda ... 72

3.8. Teknik Analisis Data ... 73

3.9. Pengujian Peningkatan Keterampilan Generik sains ... 76

3.10. Pengujian Hipotesis ANAVA ... 77

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil penelitian ... 79

4.1.1. Deskrispsi Hasil Penelitian ... 79


(12)

vii

4.1.1.2. Tingkat Kesukaran Test ... 81

4.1.1.3. Daya pembeda Test ... 81

4.2.Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ... 81

4.2.1.Deskriptif Statistik Hasil Penelitian ... 82

4.2.2.Uji Asumsi ... 83

4.2.2.1. Uji Normalitas Test Keterampilan Generik Sains ... 83

4.2.2.2. Uji Homogenitas ... 83

4.2.2.3. Uji T Pretest ... 85

4.2.2.4. Analisis Hasil Kreativitas Siswa ... 86

4.3.Pengujian Hipotesis ... 89

4.3.1. Hipotesis Pertama ... 90

4.3.2. Hipotesis Kedua ... 92

4.3.3. Hipotesis Ketiga ... 94

4.3.4. Analisis Data Indeks Gain-N ... 98

4.3.5. Pembahasan ... 103

4.3.5.1. Perbedaan Hasil Keterampilan Generik Sains siswa yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Inkuiri dan Pembelajaran Konvensional. ... 103

4.3.5.2. Pengaruh Tingkat Kreatifitas Terhadap Keterampilan Generik Sains Pada Materi Alat-alat Optik . ... 109

4.3.5.3. Interaksi Antara Model Pembelajaran Inkuiri dan Pembelajaran Konvensional dengan Tingkat kreatifitas Dalam Mempengaruhi Keterampilan Generik Sains. ... 112

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 115


(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Nilai rata-rata dan ketuntasan mata pelajaran Fisika semester

genap kelas X SMA Negeri 1 Peukan Pidie ... 8

2.1 Langkah-langkah Model pembelajaran Inkuiri ... 21

2.2 Indikaor Kreativitas ... 34

2.3. Indikator Keterampilan Generik Sains ... 47

3.1 Keadaan Siswa/Siswi di SMA Negeri 1 Peukan Pidie ... 59

3.2 Rancangan Penelitian ... 60

3.3 Desain Analisis ANAVA 2 x 2 ... 61

3.4 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran ... 64

3.5 Aspek Keterampilan Generik Sains ... 66

3.6 Kisi-kisi Instrumen Kreativitas Siswa ... 68

4.1 Hasil Uji Validitas Tes ... 80

4.2 Hasil Uji Reabilitas ... 81

4.3 Data Deskriptif Statistik Keterampilan Generik Sains ... 82

4.4 Uji Normalitas ... 83

4.5 Uji Homogenitas Nilai Pretes ... 84

4.6 Uji Homogenitas Nilai Postes ... 84

4.7. Uji T Pretes ... 85

4.8 Hasil Skor Kreativitas ... 87

4.9 ANAVA Faktorial 2x2 ... 90


(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Bagan Alur Prosedur Penelitian ... 65 4.1. Diagram Batang Persentase Hasil Kreativitas Siswa Pada Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol Tiap Indikator ... 89 4.2. Diagram Batang Perbandingan Nilai Postes KGS Model Pembelajaran

Inkuiri dengan Pembelajaran Konvensional ... 92 4.3. Diagram Batang Perbandingan Nilai Postes KGS siswa pada

Kreativitas Tinggi dengan Kreativitas Rendah Pada Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ... 93 4.4. Pola Garis Interaksi Antara Model Pembelajaran Inkuiri dan Pembelajaran

Konvensional dengan Tingkat Kreativitas Terhadap Keterampilan

Generik Sains ... 95 4.5. Diagram Batang Persentase Postes Keterampilan Generik Sains Pada


(15)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus Pembelajaran ... 121

2. Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 123

3. Bahan Ajar ... 161

4. Lembar Kerja Siswa (LKS)... 189

5. Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 197

6. Butir Soal Keterampilan Generik Sains ... 206

7. Jawaban Butir Soal Keterampilan Generik Sains ... 220

8. Butir Soal Kreativitas ... 225

9. Rumus ANAVA ... 230

10. Uji Coba Validitas Test ... 232

11. Reabilitas Test ... 233

12. Tingkat Kesukaran Test ... 234

13. Daya Beda Test ... 235

14. Daftar Nama Siswa ... 236

15. Tabulasi Hasil Jawaban Pretest Kelas Kontrol ... 237

16. Tabulasi Hasil Jawaban Postest Kelas Kontrol ... 238

17. Tabulasi Hasil Jawaban Pretest Kelas Eksperimen... 239

18. Tabulasi Hasil Jawaban Pretest Kelas Eksperimen... 240

19. Tabulasi Hasil Jawaban Soal Kreativitas Kelas Kontrol ... 241


(16)

xi

21. Distribusi Data Penelitian Kelas Kontrol ... 243

22. Distribusi Data Penelitian Kelas Eksperimen ... 244

23. Deskriptif Statistik Data Penelitian ... 245

24. Uji Normalitas Data Penelitian ... 247

25. Uji Homogenitas dan Uji T Pretes ... 248

26. Uji ANAVA ... 249

27. Uji Scheffe ... 251

28. Diagram Batang Data Hasil Penelitian ... 252

29. Lembar Validitas Isi ... 252


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Kecenderungan pendidikan di Indonesia secara umum masih dominan pembelajaran konvensional dan kurang variatifnya model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Hal inilah yang membuat daya serap siswa lemah karena hanya mendengarkan penjelasan dari guru.

Berdasarkan hal tersebut diperlukan perubahan paradigma pembelajaran dari yang berpusat pada guru ke yang berpusat pada siswa. Hal ini dapat membuat siswa proaktif untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajar dan interaksi dengan lingkungan. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat suatu proses yang menjadi inti kegiatan belajar disebut dengan pembelajaran yang menitikberatkan pada keterlibatan siswa dalam mempelajari sesuatu, begitu juga dalam mata pelajaran Fisika.

Ilmu Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang materi, energi dan interaksi-interaksinya serta peristiwa dan fenomena alam yang sangat penting untuk dipelajari. Fisika berhubungan dengan semua gejala yang terjadi di dunia yang sangat menarik untuk dipelajari. Ilmu fisika merupakan ilmu yang sarat dengan konsep-konsep dari konsep sederhana sampai ke konsep yang lebih komplek. Pengajaran fisika tingkat SMA menguraikan dan menganalisis struktur dan


(18)

2

peristiwa alam, teknik dan dunia sekelilingnya yang semua individu harus berpikir kritis dalam mempelajarinya (Sagala, 2011).

Selanjutnya Lulu (2011) menegaskan bahwa pembelajaran Fisika bertujuan agar siswa dapat memahami konsep-konsep Fisika yang saling terkait serta mengembangkan daya penalaran dan berpikir untuk memecahkan masalah-masalah Fisika yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Berkenaan dengan penjelasan di atas maka dapat dipahami bahwa fisika berkaitan dengan 3 aspek, yaitu : proses, produk dan sikap. Fisika di pandang sebagai proses dimana siswa harus memiliki pengetahuan dan penyadaran akan tanggung jawab terhadap proses pembelajaran yang dilakukan. Dalam hal ini dibutuhkan usaha dalam membimbing dan mengarahkan perkembangan berpikir siswa dalam mempelajari fisika (sains) untuk mendapatkan pengetahuan tentang sains. Fisika sebagai produk adalah suatu hasil pengetahuan mencakup teori, hukum serta konsep-konsep yang dikembangkan untuk pengetahuan manusia dan rasa ingin tahu yang mendalam tentang berbagai macam teori tersebut. Sedangkan Fisika di pandang sebagai aspek sikap dimana seorang ilmuan harus memiliki rasa tanggung jawab, disiplin, tekun dan jujur ketika mencari dan mengembangkan pengetahuan baru. Dengan demikian cara berpikir dan berbuat dalam mempelajari berbagai konsep sains harus diimbangi dengan kemampuan dasar yang dimiliki setiap manusia, karena itu ada keterampilan generik sains. Keterampilan generik adalah keterampilan berpikir dalam pembelajarn sanis yang digunakan secara umum dalam berbagai kerja ilmiah (Brotosiswoyo, 2000).


(19)

3

Keterampilan generik sains merupakan keterampilan berpikir dalam pembelajaran sains yang harus dimiliki setiap siswa. Keterampilan generik juga keterampilan dasar yang wajib dikuasai siswa. Kemampuan dasar siswa merupakan kemampuan yang sangat luas yang dapat digunakan untuk mempelajari dan menggunakan berbagai konsep dari berbagai disiplin ilmu. Jika kemampuan dasar siswa ini diintegrasikan dengan pengetahuan mengenai sains akan menjadi kompetensi generik yang dapat digunakan untuk mempelajari dan menggunakan berbagai pengetahuan sains dalam berbagai konteks sains untuk memenuhi kebutuhan hidup siswa di berbagai situasi hidupnya (Sunyono, 2009). Pembelajaran sains melalui keterampilan generik sains adalah membekalkan keterampilan generik sains kepada siswa sebagai pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Keterampilan ini sangat penting mengingat dewasa ini banyak siswa yang tidak lagi memiliki kesan yang mendalam terhadap proses belajar mengajar terutama pembelajaran Fisika. Dengan memodifikasi model pembelajaran dengan keterampilan generik sains diharapkan siswa akan ikut berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran Fisika.

Keterampilan generik sains dalam penelitian ini relevan bila diterapkan melalui model pembelajaran inkuiri. Dimana model pembelajaran inkuiri sangat menekankan kepada proses mencari informasi, melakukan penyelidikan dan menemukan sendiri materi pelajaran dengan bimbingan guru, sehingga siswa berpikir aktif dalam pembelajaran.


(20)

4

Pelaksanaan inkuiri dalam kelas yaitu guru membagi tugas meneliti suatu masalah di kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas dalam kelompok. Hasil kerjanya didiskusikan kemudian membuat laporan yang tersusun baik (Rostiyah, 2001).

Menurut Joyce dkk (2009), model pembelajaran inkuiri dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahu.

Berkenaan dengan hal tersebut NSES (National Sains Education Standar, 2000) menyatakan bahwa pembelajaran sains di kelas seharusnya siswa diharapkan dapat menunjukkan adanya keingintahuan dan mendefinisikan pertanyaan berdasarkan ilmu pengetahuan yang sedang berkembang sekarang, adanya penjelasan awal/hipotesis, menjelaskan observasi berdasarkan bukti, mengusahakan adanya penjelasan-penjelasan lain yang mendukung observasi tersebut dan kemudian siswa diharapkan dapat menyampaikan penjelasan dari observasi tersebut (NRC, 2000).

Model pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka


(21)

5

berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Peneliti pun tertarik untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran inkuiri untuk membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan generiknya.

Berdasarkan paparan di atas maka jelas bahwa pembelajaran berbasis inkuiri sangat penting untuk dilaksanakan dalam proses pembelajaran fisika, dikarenakan dapat melatih siswa untuk belajar mandiri, berpikir dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan. Hal ini sesuai dengan penelitian Wirtha dan Rapi (2009) menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa. Selain itu penelitian Wijaya dkk (2012), menunjukkan adanya pengaruh Collaborative Ranking Tasks (CRT) Berbantuan e-Learning dalam meningkatkan keterampilan generik sains mahasiswa dengan meningkatnya keterampilan genrik sains dimana diketahui bahwa skor rata-rata keterampilan genrik saisn mahasiswa kelompok eksperimen berbeda sebesar 40% dibanding keterampilan generik sains mahasiswa kelompok kontrol. Selanjutnya, Navies Luthvitasari dkk dalam penelitiannya diperoleh pencapaian kemahiran generik saina siswa melalui skor post test adalah 72,45% (kategori tinggi), peningkatan kemahiran generik sains siswa adalah sebesar 0,64 dan termasuk dalam kategori sedang. Dan Kristianingsih dkk dalam penelitiann inovatif pendidikan dengan hasil belajar kognitif siswa yang diperoleh dari tes akhir tiap siklus pembelajaran inkuiri dengan metode pictorial riddle adalah pada siklus pertama gain sebesar 0,27% sedangkan pada siklus kedua sebesar 0,32 %.


(22)

6

Namun sampai saat ini, keterampilan generik sains siswa belum ditangani secara sungguh-sungguh oleh para guru di sekolah sehingga siswa masih banyak yang kurang terampil menggunakan keterampilan generik sains yang berdampak pada hasil belajar siswa rendah. Hal ini mendukung pernyataan Ariyati (2010) bahwa rendahnya kualitas pendidikan disebabkan karena rendahnya keterampilan generik sains peserta didik. Pada umumnya pembelajaran diarahkan untuk menghafal dan menimbun informasi, sehingga peserta didik pintar secara teoritis tetapi miskin aplikasi. Akibatnya keterampilan generik sains menjadi beku, bahkan menjadi susah untuk dikembangkan.

Permasalahan yang sama juga ditemukan di SMA Negeri 1 Peukan Pidie. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan komunikasi langsung dengan guru bidang studi Fisika pada tanggal 2 September 2013 1 diketahui bahwa siswa masih memiliki kemampuan dasar rendah yang ditunjukkan dengan minimnya aktivitas bertanya, menjawab, menanggapi dan mengemukakan pendapat, menalar, dan kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal Fisika. Saat mengerjakan soal latihan pada materi cahaya, siswa keliru menyatakan jarak fokus cermin, perbesaran linear bayangan dan jarak benda ke cermin dalam bentuk f, M dan s, mengkonversi satuan panjang dari centimeter ke meter atau sebaliknya. Siswa juga bingung menyelesaikan soal yang berhubungan dengan penentuan besarnya sudut pada pembiasan cahaya (sinus, cosinus dan tangen). Selain itu, saat guru menanyakan bagaimana sifat-sifat cahaya berdasarkan pengamatan langsung terhadap cahaya yang

__________

1


(23)

7

masuk melalui jendela ruang kelasnya, siswa tidak bisa memberi jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Jadi tampak bahwa keterampilan generik sains pada aspek bahasa simbolik, kerangka logika taat asas, pemodelan matematika dan pengamatan langsung masih sangat kurang dimiliki siswa saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan untuk aspek pengamatan tak langsung, kesadaran akan skala besaran, sebab akibat, inferensi logika dan membangun konsep kurang dilatihkan. Guru Fisika masih menggunakan pembelajaran konvensional yang didominasi ceramah sehingga proses pembelajaran berlangsung satu arah. Siswa cenderung pasif dalam belajar dan hanya mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu siswa hanya melakukan praktikum-praktikum berdasarkan lembar percobaan yang diberikan guru, hal ini berdampak pada terhambatnya kreativitas yang telah dimiliki oleh siswa. Dalam pelaksanaan praktikum di sekolah, khususnya materi alat-alat optik, guru tidak mempunyai fasilitas alat praktikum seperti mikroskop, lup dan periskop. Hal ini dapat menghambat pelaksanaan pembelajaran sehingga menuntut guru untuk membuat alat praktikum sederhana.

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru. Daya kreativitas seseorang mengacu kepada kemampuan yang menandai ciri-ciri seseorang yang kreatif. Jika siswa memiliki kreativitas tinggi dalam proses pembelajaran maka siswa dapat merancang alat peraga sederhana yang pada akhirnya dapat meningkatkan keterampilan generik sains siswa.

Materi di kelas X yang di anggap sulit yaitu alat-alat optik, karena pada materi ini siswa hanya mempelajarinya dengan membaca dan memahami bagian-bagian dari


(24)

8

alat-alat optik tersebut. Dalam materi alat-alat optik ini guru hanya menyampaikan konsep dasar yang terdapat pada pembahasan alat-alat optik, sehingga siswa belajar dengan konsep abstrak tanpa pernah melihat dengan nyata alat-alat optik tersebut khusunya mikroskop, lup dan periskop. Sehingga berdampak pada rendahnya nilai fisika siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) rata-rata di SMA yaitu 75,00 yang di peroleh pada ulangan kelas X semester 2, 2 tahun terakhir di SMA Negeri 1 Peukan Pidie yang dicantumkan pada tabel 1.1. berikut:

Tabel 1.1. Data nilai rata-rata dan ketuntasan mata pelajaran Fisika Semester genap kelas X SMA Negeri 1 Peukan Pidie

Tahun Pelajaran Nilai rata-rata KKM

2011/2012 65,50 75,00

2012/2013 70,00 75,00

Sumber: Arsip Tata Usaha SMA Negeri 1 Peukan Pidie

Sehingga untuk menuntaskannya guru harus mengadakan remedial kepada siswa tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pengetahuan adalah model pembelajaran inkuiri dimana model tersebut mendorong siswa untuk berpikir secara kritis dan analitik untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009). Namun demikian tidak semua guru menerapkan model pembelajaran tersebut, hal ini dikarenakan keterbatasan guru dalam memahami langkah-langkah penerapan model pembelajaran.


(25)

9

Berdasarkan data awal yang diperoleh, terlihat masih adanya kesenjangan antara kenyataan dan harapan yang diharapkan tercapai dalam kurikulum 2013 untuk SMA pada Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Fisika, yaitu menyajikan ide/rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa. Kompetensi dasar Fisika di SMA keseluruhan menuntut kemampuan dasar siswa untuk mampu menyelidiki dan merancang alat percobaan berbagai macam alat-alat optik. Materi Fisika SMA khususnya di kelas X tentang alat-alat-alat-alat optik merupakan salah satu materi penting yang harus dipelajari siswa karena berhubungan dengan kehidupan sehari-sehari. Selama ini pembelajaran tentang materi alat-alat optik diajarkan guru hanya dengan pembelajaran konvensional (teacher center) sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pemikiran di atas, penggunaan model pembelajaran inkuiri dapat menjadi daya tarik siswa untuk meningkatkan keterampilan generiknya terhadap pelajaran fisika khususnya materi alat-alat optik. Dengan demikian Penulis sangat tertarik untuk meneliti dan mengkaji permasalahan ini lebih lanjut dalam tesis yang

berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Dan Kreativitas Terhadap


(26)

10

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, ditemukan beberapa identifikasi masalah antara lain:

1) Proses pembelajaran Fisika sebagian besar hanya menekankan pada aspek menghafal konsep-konsep, prinsip-prinsip atau rumus

2) Kurangnya Kemampuan generik sains siswa dalam pembelajaran Fisika.

3) Siswa melaksanakan praktikum sesuai dengan yang dicontohkan guru, sehingga kreativitas yang sudah ada dalam diri siswa menjadi terhambat.

4) Siswa masih pasif dalam proses pembelajaran;

5) Salah satu materi Fisika yang sulit dipahami siswa adalah materi Alat-alat Optik 6) Belum diterapkan inovasi dalam pembelajaran khususnya model pembelajaran

inkuiri pada materi alat-alat optik.

1.3. Pembatasan Masalah

Mengingat keluasan ruang lingkup permasalahan seperti yang telah diidentifikasi di atas, maka penelitian ini perlu dibatasi supaya apa yang diteliti menjadi lebih terfokus pada permasalahan yang mendasar dan memberikan dampak yang luas terhadap hasil belajar apabila permasalahan ini diteliti. Penelitian ini dibatasi pada: Keterampilan Generik Sains siswa, kreativitas siswa dan subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Peukan Pidie.


(27)

11

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis dapat mengajukan pertanyaan penelitian, yaitu :

1) Apakah ada perbedaan keterampilan generik sains siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri dan pembelajaran konvensional?

2) Apakah terdapat perbedaan keterampilan generik sains pada siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi dan pada siswa yang memiliki tingkat kreativitas rendah?

3) Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran inkuiri dengan kreativitas terhadap keterampilan generik sains siswa pada materi alat-alat optik?

1.5.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan generik sains siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri dan pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan generik sains pada siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi dan pada siswa yang memiliki tingkat kreativitas rendah.

3. Untuk mengetahui adanya interaksi antara model pembelajaran inkuiri dengan kreativitas terhadap keterampilan generik sains siswa pada materi alat-alat optik.


(28)

12

1.6.Manfaat Penelitian

Secara praktis, penelitian ini diharapkan: (1) Bagi guru, dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya merencanakan dan memilih model pembelajaran pada materi Fisika lainnya yang sesuai dengan kompetensi dan tujuan yang diharapkan, sehingga dapat meningkatkan keterampilan generik sains siswa dan (2) Bagi siswa, dapat menumbuhkembangkan atau meningkatkan keterampilan generik sains dalam pembelajaran Fisika.

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan: (1) Bagi peneliti, dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya; dan (2) Bagi para pengambil kebijakan pendidikan, dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan dalam meningkatkan kemampuan kompetensi dasar Fisika siswa SMA.

1.7.Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan timbulnya pengertian dan penafsiran maka penulis perlu memberi batasan terhadap pengertian dari beberapa istilah yang terdapat dalam judul. Adapun istilah-istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri adalah suatu teknik atau cara yang digunakan dalam pembelajaran yang menekankan kepada proses mencari sumber sendiri serta meneliti sendiri inti dari materi pelajaran. Dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar


(29)

13

menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Adapun langkah model pembelajaran inkuiri adalah : (1) merumuskan masalah, (2) merencanakan dan melaksanakan, (3) memanfaatkan teknologi dan matematika untuk memperbaiki penyelidikan, (4) memformulasikan dan memperbaiki penjelasan ilmiah dan model – model dengan menggunakan logika dan fakta-fakta yang ada, (5) menganalisis dan meninjau kembali penjelasan-penjelasan yang akan dibuat, (6) mengkomunikasikan langkah-langkah dan hasil penyelidikan dan mempertahankan argumentasi ilmiah (NRC, 2000)

2. Kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang ada sebelumnya dalam bentuk ciri-ciri aptitude dan non aptitude, yang meliputi kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas berpikir, memperinci, menilai, rasa ingin tahu, imajinatif, tertantang, berani mengambil resiko, dan sifat menghargai (Semiawan, 2009)

3. Keterampilan Generik Sains

Keterampilan Generik Sains merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yaitu pengembangan kemampuan dasar berpikir siswa dalam belajar, sehingga siswa secara aktif dapat mengembangkan dan menerapkan kemampuan berpikirnya.

Keterampilan generik sains adalah keterampilan yang dapat digunakan untuk mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan berbagai masalah sains. Pada


(30)

14

konsep Alat-alat optik, indikator keterampilan generik sains meliputi: (1) pengamatan langsung, (2) pengamatan tak langsung, (3) kesadaran tentang skala besaran, (4) bahasa simbolik, (5) kerangka logika taat-asas, (6) inferensi logika, (7) hukum sebab akibat, (8) pemodelan matematika dan (9) membangun konsep (Brotosiswoyo, 2000)


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Model pembelajaran inukiri lebih baik dalam meningkatkan keterampilan generik sains siswa dari pada pembelajaran konvensional. Hal ini berdasarkan hasil keterampilan generik sains yang telah dicapai oleh kelas ekperimen dan kelas kontrol, yaitu terdapat perbedaan hasil keterampilan generik sains antara kelas ekperimen dan kelas kontrol. Kelas ekperimen mengalami peningkatan gain ternormalisasi rata-rata sebesar 0,67 dengan kategori sedang dan kelas kontrol mengalami peningkatan gain ternormalisasi rata-rata sebesar 0,60 dengan kategori sedang. Walaupun masing kelas berada pada kategori yang sama, tetapi kelas eksperimen yang diberi model pembelajaran inkuiri menunjukkan peningkatan hasil keterampilan generik sains yang lebih tinggi dari pada kelas kontrol yang diberi pembelajaran konvensional.

2. Hasil keterampilan generik sains siswa yang memiliki tingkat kreatifitas tinggi lebih baik dibandingkan dengan keterampilan generik sains siswa yang memiliki tingkat kreatifitas rendah. Hal ini juga ditandai dari perolehan indikator yang memiliki persentase paling tinggi adalah keterampilan menilai sebesar 86,67% di kelas eksperimen dan 84,44% di kelas kontrol, sedangkan yang paling rendah adalah sifat meghargai yaitu 60,67% di kelas eksperimen dan 58,00% di kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa di kedua kelompok sampel


(32)

dominan memiliki keterampilan menilai dari pada indikator yang lain dan yang paling sedikit dimiliki oleh siswa adalah sifat menghargai.

3. Terdapat interaksi model pembelajaran inkuiri dan konvensional dengan tingkat kreativitas terhadap keterampilan generik siswa. Kreativitas pada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional tidak berperan, hal ini dapat dilihat dari hasil keterampilan generik sains yang diperoleh siswa masih rendah baik pada siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi dan tingkat kreativitas rendah. Sedangkan kreativitas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri sangat berperan, hal ini dapat dilihat dari hasil keterampilan generik sains yang diperoleh siswa lebih tinggi pada siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi dibandingkan dengan hasil keterampilan generik sains pada siswa yang memliki tingkat kreativitas rendah.

B. Saran

1. Peneliti selanjutnya lebih kreatif dalam mengkonsep materi pelajaran yang akan dibagikan kepada siswa. Konsep yang diberikan kepada siswa harus mampu menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih termotivasi untuk mudah memahami materi pelajaran nantinya.

2. Peranan perpustakaan di sekolah juga mempengaruhi hasil pengajaran, oleh karena itu perlu dilengkapi buku-buku yang berhubungan dengan pelajaran.

3. Dalam menerapkan model pembelajaran sebaiknya diperhitungkan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai terlalu banyak dalam satu


(33)

kelompok, karena akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja sepenuhnya.

4. Untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri maka siswa harus memiliki tingkat kreativitas tinggi, kerena jika siswa memiliki tingkat kreativitas tinggi jika dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri memperoleh hasil keterampilan generik sains yang tinggi.


(34)

117

DAFTAR PUSTAKA

A.F.C. Wijaya, T.R.Ramalis, (2012). Collaborative Ranking Tasks (Crt) Berbantuan E-Learning Untuk Meningkatan Keterampilan Generik Sains Mahasiswa Calon Guru Fisika. Jurnal pendidikan Fisika Indonesia 8, ISSN : 1693-1246 Juli 2012.

Arikunto, S .(2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Arends,R.I. (2008). Learning to Teach (5th ed.), Singapore: McGrow

Hill-BookCo.

Agus, M. (2007). Alat Peraga Sederhana Multifungsi untuk Pembelajaran Geografi. Jakarta : Jurnal Pendidikan inovatif Vol.2/No.2/Maret/2007 , (online), (http://jurnaljpi.wordpress.com, diakses 25 November 2013). Ariyati E (2010). Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan

Kemapuan Berpikir Kritis Mahasiswa, jurnal Matematika dan IPA, Vol 1 No.2 Juli 2010.

Brotosiswoyo, B.S. (2000).” Hakekat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi “,

dalam Hakekat Pembelajaran MIPA & Kiat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta : Proyek Pengembangan Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan Nasional.

Dahar, (2011). Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga.

Darliana, (2006). Pembelajaran IPA dengan Kompetensi Generik Sains, (Online) tersedia dalam :http::// www.Kependidikan.com, diakses 11 Agustus 2013. D.D. Kristianingsih, S.E. Sukiswo, S. Khanafiyah, (2010). Peningkatan Hasil

Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Metode Pictorial Riddle Pada Pokok Bahasan Alat- Alat Optik di SMP. Jurnal pendidikan Fisika Indonesia 8, ISSN : 1693-1246 Januari 2010.

Dedi Supriadi.(1994). Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek. Alfabeta. Bandung.

Foster, B. (2009). Fisika SMA Kelas X untuk 1B, Jakarta: Erlangga. Guilford, J.P. (1977). Way Beyond the IQ, Buffalo, Creative Learning Press.


(35)

118

Gunawan , Agus Setiawan, Dwi H. Widyantoro. (2013). Model Virtual Laboratory Fisika Modern Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Calon Guru, Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran (Jpp), Vol 20, No 1.

Hartono. (2006). “Pembelajaran Fisika Modern Bagi Mahasiswa Calon Guru”. Disertasi. Program Doktor pada Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Ikhsanuddin dan Tuszie Widhiyanti (2007). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa pada Topikhidrolisis garam dan Sifat Koligatif Larutan, Journal Of Innovative Science Education. ISSN: 2222-6311.

James Sumayku. (2011). Hubungan Kreativitas Dan Sikap Siswa Dalam Proses Pembelajaran Dengan Pencapaian Prestasi Belajar Pada Jurusan Listrik Di Smk Negeri 2 Bitung, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan: Volume 2, Nomor 2, ISSN 2087-3581

Joyce, B., Weil,M. & Calhoun, E. (2009). Models of Teaching 8th ed. Model-model Pengajaran (Terjemahan Achmad Fawai & Ateilla Mirza), Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kanginan, M. (2004). Fisika SMA Kelas X, Jakarta:Erlangga.

Ketang Wiyono, Agus Setiawan, dan Andi Suhandi, (2009). Model Pembelajaran

Multimedia Interaktif Relativitas Khusus Untuk Meningkatkan

Keterampilan Generik Sains Siswa SMA. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Vol. III No. 1, Maret 2009

Liliasari, Setiawan, A., Widodo, A., (2007). Model-model Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk mengembangkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Pebelajar. Laporan Penelitian HPTP. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana - UPI.

Lulu G, Tujuan Pembelajaran IPA Munurut BSNP, (Online), tersedia dalam: http://www.directeblog.co.id, diakses 2 juni 2013.

Leo Prasetio, (2000). Mengerti Fisika, Yogyakarta: Andi Offset.

Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics preparation and conceptual learning gain in Physics: A Possible hidden variable in

diagnostic pretest score”. Am.J.Phys. 70,(2),1259-1267.[Online].Tersedia: www.physic.lastate.edu/per/does/addendum_on_normalizedgain. diakses 7 Januari 2014


(36)

119

Munandar, Utami. (2009). Anak-Anak Berbakat: Pembinaan dan Pendidikannya. Rajawali. Jakarta.

Munandar.Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Depdiknas dan Rineka Cipta: Jakarta.

Navies Luthvitasari, Ngurah Made D.P, Suharto Linuwih, (2012). Implementasi Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Dan Kemahiran Generik Sains. Journal Of Innovative Science Education. ISSN: 2252-6412

Nugroho, A. (2005). Strategi Jitu memilih Metode statistic Penelitian dengan SPSS, Andi offsite :Yogyakarta

Nurachmandani, S. (2009). Fisika 1 untuk SMA kelas X, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

NRC, (2000). National Sains Education Standard, Washington.D.C: National Academi Press,

Rosmanidar, (2010) Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Konsep Getaran dan Gelombang di Kelas VIII A MTsN Montasik, Skripsi, Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry.

Rostiyah N.K, (2001). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfbeta.

Sagala, Y. S. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPA Dan Kecakapan Sosial Siswa Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK) 2 Binjai. Medan: Tesis Pascasarjana Unimed Medan.

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cet ke 2, Jakarta: Kencana.

Saprudin, sutarno, liliasari. (2010). Developing Generic Science Skills Of Prospective Teacher Through Offline and Online Interactive Multimedia

in Physics Learning. Proceding of the 4th International Conference on

Teacher; Join Conference UPI & UPSI Bandung. Indonesia 8-10 November 2010.

Semiawan, Conny dkk. (2009). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Gramedia: Jakarta.


(37)

120

Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Bandung : Tarsito.

Sunyono, Pembelajaran IPA dengan Keterampilan Generik Sains, (Online) diakses melalui situs: Documents%20and%20Settings/IMC/My%20 keterampilan%20generik%20sains.htm, diakses 2 september 2013.

Suriyani, (2007) Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Keterampilan Generik Sains Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Tinombo. Jurnal Pendidikan: Mitra Sains ISSN: 2302-2027

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suyanti, R.D. (2008). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kimia

Anorganik Terintegrasi Berbasis Multimedia Komputer Dalam

Mengembangkan Kemampuan Generik Sains, Disertasi: Universitas Pendidikan Indonesia.

U.A. Deta, Suparmin, S.Widha. (2013). Pengaruh metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek, Kreativitas serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan. Vol 9 (2). Hal. 6-7. (online). (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe, diakses 27 Mei 2013).

Trianto, (2007). Mendesain Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wahidmurni, (2010). Evaluasi Pembelajaran Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Litera.

Wirtha, (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Dan Kecakapan Sosial Siswa Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK) 2 B.Aceh. Unsyiah : Tesis Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.

W. Gulo, (2005). Strategi Belajar Mengajar, Cet. III, Jakarta: Grasindo.

Zulaikha, S. 1997. Survey Tentang Kendala yang Dihadapi Guru Dalam menggunakan Alat peraga dan Merakit Alat-alat Sederhana Dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Denpasar Selatan. Denpasar: Jurnal Aneka Widya STKIP Singaraja, No.

6/TH.XXX/Oktober/1997, (online),

(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/30697128138.pdf, diakses 25 November 2013).


(1)

dominan memiliki keterampilan menilai dari pada indikator yang lain dan yang paling sedikit dimiliki oleh siswa adalah sifat menghargai.

3. Terdapat interaksi model pembelajaran inkuiri dan konvensional dengan tingkat kreativitas terhadap keterampilan generik siswa. Kreativitas pada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional tidak berperan, hal ini dapat dilihat dari hasil keterampilan generik sains yang diperoleh siswa masih rendah baik pada siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi dan tingkat kreativitas rendah. Sedangkan kreativitas siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inkuiri sangat berperan, hal ini dapat dilihat dari hasil keterampilan generik sains yang diperoleh siswa lebih tinggi pada siswa yang memiliki tingkat kreativitas tinggi dibandingkan dengan hasil keterampilan generik sains pada siswa yang memliki tingkat kreativitas rendah.

B. Saran

1. Peneliti selanjutnya lebih kreatif dalam mengkonsep materi pelajaran yang akan dibagikan kepada siswa. Konsep yang diberikan kepada siswa harus mampu menarik perhatian siswa sehingga siswa lebih termotivasi untuk mudah memahami materi pelajaran nantinya.

2. Peranan perpustakaan di sekolah juga mempengaruhi hasil pengajaran, oleh karena itu perlu dilengkapi buku-buku yang berhubungan dengan pelajaran.

3. Dalam menerapkan model pembelajaran sebaiknya diperhitungkan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai terlalu banyak dalam satu


(2)

kelompok, karena akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja sepenuhnya.

4. Untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri maka siswa harus memiliki tingkat kreativitas tinggi, kerena jika siswa memiliki tingkat kreativitas tinggi jika dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri memperoleh hasil keterampilan generik sains yang tinggi.


(3)

117

DAFTAR PUSTAKA

A.F.C. Wijaya, T.R.Ramalis, (2012). Collaborative Ranking Tasks (Crt) Berbantuan E-Learning Untuk Meningkatan Keterampilan Generik Sains Mahasiswa Calon Guru Fisika. Jurnal pendidikan Fisika Indonesia 8, ISSN : 1693-1246 Juli 2012.

Arikunto, S .(2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Arends,R.I. (2008). Learning to Teach (5th ed.), Singapore: McGrow

Hill-BookCo.

Agus, M. (2007). Alat Peraga Sederhana Multifungsi untuk Pembelajaran Geografi. Jakarta : Jurnal Pendidikan inovatif Vol.2/No.2/Maret/2007 , (online), (http://jurnaljpi.wordpress.com, diakses 25 November 2013). Ariyati E (2010). Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan

Kemapuan Berpikir Kritis Mahasiswa, jurnal Matematika dan IPA, Vol 1 No.2 Juli 2010.

Brotosiswoyo, B.S. (2000).” Hakekat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi “, dalam Hakekat Pembelajaran MIPA & Kiat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta : Proyek Pengembangan Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan Nasional.

Dahar, (2011). Teori-teori Belajar, Jakarta: Erlangga.

Darliana, (2006). Pembelajaran IPA dengan Kompetensi Generik Sains, (Online) tersedia dalam :http::// www.Kependidikan.com, diakses 11 Agustus 2013. D.D. Kristianingsih, S.E. Sukiswo, S. Khanafiyah, (2010). Peningkatan Hasil

Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Metode Pictorial Riddle Pada Pokok Bahasan Alat- Alat Optik di SMP. Jurnal pendidikan Fisika Indonesia 8, ISSN : 1693-1246 Januari 2010.

Dedi Supriadi.(1994). Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek. Alfabeta. Bandung.

Foster, B. (2009). Fisika SMA Kelas X untuk 1B, Jakarta: Erlangga.


(4)

118

Gunawan , Agus Setiawan, Dwi H. Widyantoro. (2013). Model Virtual Laboratory Fisika Modern Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Calon Guru, Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran (Jpp), Vol 20, No 1.

Hartono. (2006). “Pembelajaran Fisika Modern Bagi Mahasiswa Calon Guru”. Disertasi. Program Doktor pada Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Ikhsanuddin dan Tuszie Widhiyanti (2007). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa pada Topikhidrolisis garam dan Sifat Koligatif Larutan, Journal Of Innovative Science Education. ISSN: 2222-6311.

James Sumayku. (2011). Hubungan Kreativitas Dan Sikap Siswa Dalam Proses Pembelajaran Dengan Pencapaian Prestasi Belajar Pada Jurusan Listrik Di Smk Negeri 2 Bitung, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan: Volume 2, Nomor 2, ISSN 2087-3581

Joyce, B., Weil,M. & Calhoun, E. (2009). Models of Teaching 8th ed. Model-model Pengajaran (Terjemahan Achmad Fawai & Ateilla Mirza), Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kanginan, M. (2004). Fisika SMA Kelas X, Jakarta:Erlangga.

Ketang Wiyono, Agus Setiawan, dan Andi Suhandi, (2009). Model Pembelajaran

Multimedia Interaktif Relativitas Khusus Untuk Meningkatkan

Keterampilan Generik Sains Siswa SMA. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, Vol. III No. 1, Maret 2009

Liliasari, Setiawan, A., Widodo, A., (2007). Model-model Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk mengembangkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Tingkat Tinggi Pebelajar. Laporan Penelitian HPTP. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana - UPI.

Lulu G, Tujuan Pembelajaran IPA Munurut BSNP, (Online), tersedia dalam: http://www.directeblog.co.id, diakses 2 juni 2013.

Leo Prasetio, (2000). Mengerti Fisika, Yogyakarta: Andi Offset.

Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics preparation and conceptual learning gain in Physics: A Possible hidden variable in

diagnostic pretest score”. Am.J.Phys. 70,(2),1259-1267.[Online].Tersedia:

www.physic.lastate.edu/per/does/addendum_on_normalizedgain. diakses 7 Januari 2014


(5)

119

Munandar, Utami. (2009). Anak-Anak Berbakat: Pembinaan dan Pendidikannya. Rajawali. Jakarta.

Munandar.Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Depdiknas dan Rineka Cipta: Jakarta.

Navies Luthvitasari, Ngurah Made D.P, Suharto Linuwih, (2012). Implementasi Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif Dan Kemahiran Generik Sains. Journal Of Innovative Science Education. ISSN: 2252-6412

Nugroho, A. (2005). Strategi Jitu memilih Metode statistic Penelitian dengan SPSS, Andi offsite :Yogyakarta

Nurachmandani, S. (2009). Fisika 1 untuk SMA kelas X, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

NRC, (2000). National Sains Education Standard, Washington.D.C: National Academi Press,

Rosmanidar, (2010) Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Konsep Getaran dan Gelombang di Kelas VIII A MTsN Montasik, Skripsi, Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry.

Rostiyah N.K, (2001). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfbeta.

Sagala, Y. S. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPA Dan Kecakapan Sosial Siswa Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK) 2 Binjai. Medan: Tesis Pascasarjana Unimed Medan.

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cet ke 2, Jakarta: Kencana.

Saprudin, sutarno, liliasari. (2010). Developing Generic Science Skills Of Prospective Teacher Through Offline and Online Interactive Multimedia in Physics Learning. Proceding of the 4th International Conference on Teacher; Join Conference UPI & UPSI Bandung. Indonesia 8-10 November 2010.

Semiawan, Conny dkk. (2009). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Gramedia: Jakarta.


(6)

120

Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Bandung : Tarsito.

Sunyono, Pembelajaran IPA dengan Keterampilan Generik Sains, (Online) diakses melalui situs: Documents%20and%20Settings/IMC/My%20 keterampilan%20generik%20sains.htm, diakses 2 september 2013.

Suriyani, (2007) Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Keterampilan Generik Sains Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Tinombo. Jurnal Pendidikan: Mitra Sains ISSN: 2302-2027

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Suyanti, R.D. (2008). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kimia

Anorganik Terintegrasi Berbasis Multimedia Komputer Dalam

Mengembangkan Kemampuan Generik Sains, Disertasi: Universitas Pendidikan Indonesia.

U.A. Deta, Suparmin, S.Widha. (2013). Pengaruh metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek, Kreativitas serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan. Vol 9 (2). Hal. 6-7. (online). (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe, diakses 27 Mei 2013).

Trianto, (2007). Mendesain Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wahidmurni, (2010). Evaluasi Pembelajaran Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Litera.

Wirtha, (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Dan Kecakapan Sosial Siswa Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK) 2 B.Aceh. Unsyiah : Tesis Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.

W. Gulo, (2005). Strategi Belajar Mengajar, Cet. III, Jakarta: Grasindo.

Zulaikha, S. 1997. Survey Tentang Kendala yang Dihadapi Guru Dalam menggunakan Alat peraga dan Merakit Alat-alat Sederhana Dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Denpasar Selatan. Denpasar: Jurnal Aneka Widya STKIP Singaraja, No.

6/TH.XXX/Oktober/1997, (online),

(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/30697128138.pdf, diakses 25 November 2013).