PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF JIGSAW.

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF JIGSAW

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:
ZUHEYRI
NIM. 8106172056

PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

ABSTRAK

ZUHEYRI. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan
Masalah Matematik Siswa SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Koperatif Jigsaw. Tesis. Medan. Program
Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Mengetahui perbedaan peningkatan
kemampuan koneski matematik menggunakan model pembelajaran kooperatif
jigsaw dengan pembelajaran biasa; 2) Mengetahui perbedaan peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematik dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif jigsaw dengan pembelajaran biasa; 3) Mendeskripsikan
aktivitas siswa selama proses model pembelajaran kooperatif jigsaw; dan 4)
Mendeskripsikan proses jawaban siswa saat menyelesaikan soal-soal koneksi dan
pemecahan masalah pada saat model pembelajaran kooperatif jigsaw.
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Populasi penelitian ini
adalah siswa SMP N1 Percut Sei Tuan. Pemilihan sampel dilakukan secara
random dengan mengacak kelas. Instrumen yang digunakan terdiri dari: 1) tes
kemampuan koneksi matematik; 2) tes kemampuan pemecahan masalah
matematik; 3) lembar pengamatan aktivitas siswa. Adapun tes yang digunakan
untuk memperoleh data adalah tes berbentuk uraian. Data penelitian ini dianalisis
dengan menggunakan analisis statistik nonparametrik. Analisis statistik data

dilakukan dengan analisis kovarian (ANAKOVA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat perbedaan peningkatan koneksi
matematik siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif jigsaw dengan pembelajaran biasa; 2) terdapat perbedaan peningkatan
pemecahan masalah matematik siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif jigsaw dengan pembelajaran biasa; 3) proses jawaban
siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif jigsaw lebih
bervariasi dari pada proses jawaban siswa pada pembelajaran biasa; 4) aktivitas
siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif jigsaw sangat baik dan berada pada interval toleransi yang telah
ditentukan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan agar pembelajaran
kooperatif jigsaw pada pembelajaran matematika dapat dijadikan salah satu
alternative bagi guru matematika untuk meningkatkan kemampuan koneksi
matematik dan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw, Koneksi, Pemecahan
Masalah.

i


ABSTRACT
ZUHEYRI. The Differences Improvement of Students’ Ability on
Mathematics Connection and Problem Solving by Using Cooperative
Learning Jigsaw at SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan. Thesis. Medan:
Department of Educational Mathematics Post-Graduate State University of
Medan, 2015.

This study was aimed: 1) To find out differences in improvement of the ability in
mathematical connections using cooperative learning jigsaw with conventional
learning; 2) To find out differences in improvement of mathematical problem
solving using cooperative learning jigsaw with conventional learning; 3) To
describes students’ activities during the learning-teaching of coopperative learning
jigsaw; 4) To describe the way of answering mathematics connection and in
mathematical problem solving using cooperative learning jigsaw .
This was a quasi-experimental research. The population was student. of SMP N 1
Percut Sei Tuan. The sample was selected randomly with random class. The
instrument was consisted of: 1) Mathematics connection test; 2) Mathematics
problem solving test; 3) The observation sheet of student activity. The tests used
to obtain the data was essay test. The data was analyzed by using statistical
analysis nonparamatic. Statistical analysis of data conducted by analysis of

covariance (Anacova).
The results showed that: 1) There was difference between students improvement
on mathematics connection ability taught by using cooperative learning jigsaw
and taught by conventional learning; 2) There was difference between students
improvement on mathematics problem solving ability taught by using cooperative
learning jigsaw and taught by conventional learning; 3) The way of students’
answer taught by using cooperative learning jigsaw was more varied than the one
taught by using conventional learning; 4) Students’ activities were very well by
cooperative learning jigsaw and were a intervals of a predetermined tolerance.
Based on these results, the researcher suggested that cooperative learning jigsaw
can be used as an alternative to the teachers of mathematics to improve students’
ability on mathematics connection and problem solving.
Keyword: Model Using Cooperative Learning Jigsaw, Connection, Problem
Solving

ii

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis,

sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Perbedaan
Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematik
Siswa SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Koperatif Jigsaw”. Salawat dan salam penulis sanjungkan kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah ummat.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan baik langsung maupun tidak
langsung sampai terselesainya proposal tesis ini. Semoga Allah Swt memberikan
balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan
khususnya peneliti sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S, selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku dosen pemimbing II yang telah
meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan,
arahan dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragai, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, dan
Bapak Dr. KMS. M. Amin Fauzi, M.Pd selaku nara sumber yang telah banyak
memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd
selaku ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika yang setiap


iii

saat memberikan kemudahan, arahan dan nasehat yang sangat berharga bagi
penulis.
4. Direktur, Asisten Direktur I, II, dan III beserta Staf Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan yang telah memberikan bantuan dan kesempatan
kepada penulis menyelesaikan tesis ini.
5. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.
6. Kedua orang tua saya Bapak Muhammad Anwaruddin Pulungan dan Ibu
Faridah Hanum Siregar beserta Bapak dan Ibu mertua Bapak alm Marahiggo
Harahap dan Ibu Hj. Tonggi Siregar yang telah memberikan dukungan moril
maupun materi yang tak terhingga.
7. Istriku tercinta Elfi Fitriyani Harahap, S.S beserta anak-anaku tersayang Nur
Ziyadatuzzahro’ Pulungan, Muhammad Faqih Alfayyad Pulungan dan Afiqah
Karimatuzzahro’ Pulungan yang senantiasa menyemangati dan menghibur.
8. Adinda Muhammad Daut Siagian, M.Pd, Suwanto, dan Fitriani, M.Pd beserta
teman-teman seperjuangan Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang
selalu memberikan motivasi dan waktunya untuk berdiskusi.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga
tesis ini dapat memberikan masukan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga
dapat memperkaya khasanan dalam membuat tesis dan dapat memberi inspirasi
untuk penelitian lebih lanjut.
Penulis

Zuheyri
NIM. 8106172056

iv

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK
......................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................
DAFTAR ISI
......................................................................
DAFTAR TABEL

......................................................................
DAFTAR GAMBAR
......................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................
A. Latar Belakang Masalah .......................................................
B. Identifikasi Masalah .............................................................
C. Pembatasan Masalah ............................................................
D. Rumusan Masalah ................................................................
E. Tujuan Penelitian .................................................................
F. Manfaat Penelitian ...............................................................
G. Defenisi Operasional ............................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...............................................................
A. Kerangka Teoretis ................................................................
1. Koneksi Matematik ........................................................
a. Pengertian Koneksi Matematik ................................
b. Tujuan dan Jenis Koneksi Matematik ......................
c. Kemampuan Koneksi Matematik .............................
2. Pemecahan Masalah Matematik .....................................
a. Pengertian Masalah dan Pemecahan Masalah ..........
b. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ....................

3. Pembelajaran Matematika ..............................................
4. Model Pembelajaran Kooperatif.....................................
5. Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw .........................
6. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran .............................
7. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran..................
8. Teori Belajar Pendukung ................................................
B. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................
C. Kerangka Konseptual ...........................................................
D. Hipotesis Penelitian..............................................................
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................
A. Jenis Penelitian .....................................................................
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................
C. Populasi dan Sampel ............................................................
D. Mekanisme dan Rancangan .................................................
E. Variabel Penelitian ...............................................................
F. Prosedur Penelitian...............................................................
G. Instrument dan Teknik Pengumpulan Data ..........................
H. Teknik Analisis Data ............................................................

v


i
iii
ii
vii
ix
1
1
17
17
18
18
19
20
23
23
23
23
25
27

28
28
34
35
38
44
49
50
53
58
59
64
65
65
65
66
66
73
75
77
82

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................
A. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................
4.1.Statistik Deskripsi Kemampuan Koneksi dan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa .....
4.2.Statistic Inferensial Data Penelitian................................
4.3.Hasil Analisis Data Aktivitas .........................................
4.4.Proses Jawaban Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Koneksi Matematik maupun Pemecahan Masalah .........
4.5.Temuan Penelitian ..........................................................
4.6.Pembahasan Hasil Penelitian ..........................................
4.7.Keterbatasan Penelitian ..................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................
A. Kesimpulan ......................................................................
B. Saran
......................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................

vi

94
94
94
127
155
158
165
168
180
182
182
183
186

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Koperatif ............................................. 43
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Koperatif .......................... 45
Tabel 2.3 Indikator-Indikator/Aspek yang Diamati pada Kemampuan Guru
Mengelola Pembelajaran ................................................................. 51
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 72
Tabel 3.2 Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas,
Variabel Terikat dan Kontrol .......................................................... 72
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kemampuan Koneksi Matematik .................................... 78
Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Kemampuan Koneksi Matematik .................. 78
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah ................................... 80
Tabel 3.6 Nilai Alternatif Pemecahan Masalah Matematika .......................... 81
Tabel 3.7 Persentase Waktu Ideal dan Batas Toleransi Aktivitas Siswa ........ 83
Tabel 3.8 Kriteria Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ..................... 84
Tabel 3.9 Rancangan Analisis Data ................................................................ 85
Tabel 3.10 Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data, Alat Uji
dan Uji Statistik ............................................................................... 94
Tabel 4.1 Data-Data Statistik Pre Test Kemampuan Koneksi Matematika
Kelas Eksperimen ............................................................................ 95
Tabel 4.2 Kategori Hasil Pre Test Kemampuan Koneksi Matematika pada
Kelas Eksperimen ............................................................................ 96
Tabel 4.3 Data-Data Statistik Pre Test Kemampuan Koneksi Kelas Kontrol . 97
Tabel 4.4 Kategori Nilai Pre Test Kemampuan Koneksi Matematika pada
Kelas Kontrol .................................................................................. 97
Tabel 4.5 Data-Data Statistik untuk Tiap Indikator pada Keempat Soal Pre
Test .................................................................................................. 98
Tabel 4.6 Data-Data Statistik Post Test Kemampuan Koneksi Matematika
Kelas Eksperimen ............................................................................ 100
Tabel 4.7 Kategori Post Test Kemampuan Koneksi Matematika pada Kelas
Eksperimen ...................................................................................... 100
Tabel 4.8 Data-Data Statistik Post Test Kemampuan Koneksi Kelas Kontrol
.......................................................................................................... 102
Tabel 4.10 Data-Data Statistik untuk Tiap Indikator pada Keempat Soal Post
Test .................................................................................................. 103
Tabel 4.11 Data-Data Statistik Pre Test Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Kelas Eksperimen ........................................................ 104
Tabel 4.12 Kategori Hasil Pre Test Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Kelas Eksperimen ........................................................ 105
Tabel 4.13 Data-Data Statistik Pre Test Kemampuan Pemecahan Masalah
Kelas Kontrol .................................................................................. 106
Tabel 4.14 Kategori Hasil Pre Test Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika pada Kelas Kontrol ...................................................... 106
Tabel 4.15 Data-Data Statistik untuk Langkah-Langkah Penyelesaian
Masalah pada Keempat Soal Pre Test ............................................. 107

vii

Tabel 4.16 Data-Data Statistik Post Test Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Kelas Eksperimen ........................................................ 109
Tabel 4.17 Kategoti Post Test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
pada Kelas Eksperimen ................................................................... 109
Tabel 4.18 Data-Data Statistik Post Test Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Kelas Eksperimen ........................................................ 111
Tabel 4.19 Kategori Post Test Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
pada Kelas Kontrol .......................................................................... 111
Tabel 4.20 Data-Data Statistik untuk Langkah-Langkah Penyelesaian
Masalah pada Keempat Soal Post Test ........................................... 112
Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas Pre Test Kemampuan Koneksi Matematika
Siswa Kelas Eksperimen ................................................................. 115
Tabel 4.22 Hasil Uji Normalitas Pre Test Kemampuan Koneksi Matematik
Siswa Kelas Eksperimen ................................................................. 116
Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Post Test Kemampuan Koneksi Matematik
pada Kelas Eksperimen ................................................................... 117
Tabel 4.24 Hasil Uji Normalitas Post Test Kemampuan Koneksi Matematik
pada Kelas Kontrol .......................................................................... 117
Tabel 4.25 Hasil Uji Homogenitas Pre Test Kemampuan Koneksi Matematik 118
Tabel 4.26 Hasil Uji Homogenitas Post Test Kemampuan Konesksi
Matematik ........................................................................................ 119
Tabel 4.27 Koefisien Regresi Pre Test Kemampuan Koneksi Matematik pada
Kelas Eksperiman ............................................................................ 119
Tabel 4.28 Koefisien Regresi Pre Test Kemampuan Koneksi Matematik pada
Kelas Kontrol .................................................................................. 120
Tabel 4.29 Analisis Variasi untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Koneksi matematik pada Kelas Eksperimen ................................... 121
Tabel 4.30 Analisis Variasi untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Koneksi Matematika pada kelas Kontrol ........................................ 122
Tabel 4.31 Analisis Variasi Untuk Uji Keberartian Regresi Kemampuan
Koneksi Matematika Kelas Eksperimen ......................................... 123
Tabel 4.32 Analisis Varians untuk Uji Keberartian Regresi Kemampuan
Koneksi Matematik Kelas Kontrol .................................................. 124
Tabel 4.33 Uji Kesamaan Koefisien Regresi Kemampuan Koneksi
Matematika ...................................................................................... 125
Tabel 4.34 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan
Koneksi Matematika ....................................................................... 127
Tabel 4.35 Hasil Uji Normalitas Pre Test Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Kelas Eksperimen ............................................. 129
Tabel 4.36 Hasil Uji Normalitas Pre Test Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Siswa Kelas Kontrol ..................................................... 129
Tabel 4.37 Hasil Uji Normalitas Post Test Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik pada Kelas Eksperimen ................................................. 130
Tabel 4.38 Hasil Uji Normalitas Post Test Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik pada Kelas Kontrol ....................................................... 130

viii

Tabel 4.39 Hasil Uji Homogenitas Pre Test Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .......................... 132
Tabel 4.40 Hasil Uji Homogenitas Post Test Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............ 132
Tabel 4.41 Koefisien Regresi Pre Test Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik pada Kelas Eksperimen ................................................. 133
Tabel 4.42 Koefisien Regresi Pre Test Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik pada Kelas Kontrol ....................................................... 133
Tabel 4.43 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik pada Kelas Eksperimen ............... 135
Tabel 4.44 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik pada Kelas Kontrol ...................... 136
Tabel 4.45 Analisis Varians untuk Uji Keberartian Regresi Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik pada Kelas Eksperimen ............... 137
Tabel 4.46 Analisis Varians untuk Uji Keberartian Regresi Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik pada Kelas Kontrol ...................... 138
Tabel 4.47 Uji Kesamaan Koefisien Regresi Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematik ......................................................................... 139
Tabel 4.48 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan
Pemecahan Masalah ........................................................................ 141
Tabel 4.49 Hasil Analisis Persentase Waktu Aktivitas Siswa Selama Proses
Pembelajaran dengan Kooperatif Tipe Jigsaw ................................ 143

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1
Gambar 1.2
Gambar 2.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7

Gambar 4.8

Gambar 4.9
Gambar 4.10

Gambar 4.11

Gambar 4.12
Gambar 4.13
Gambar 4.14
Gambar 4.15
Gambar 4.16
Gambar 4.17
Gambar 4.18
Gambar 4.19

Halaman
Hasil Kerja Siswa tentang Pemecahan Masalah ......................... 7
Hasil Kerja Siswa tentang Koneksi Matematika ........................ 9
Pembentukan Koperatif Jigsaw .................................................. 45
Diagram Batang Tingkatan Perolehan Nilai Pre Test
Kemampuan Koneksi Matematika pada kelas Eksperimen ........ 96
Diagram Batang Perolehan Nilai Pre Test Kemampuan
Koneksi Matematika pada Kelas Kontrol ................................... 98
Diagram Batang Hasil Pre Test Kemampuan Koneksi
Matematika untuk Masing-Masing Indikator ............................. 99
Diagram Batang Tingkatan Perolehan Nilai Pre Test
Kemampuan Koneksi Matematika pada Kelas Eksperimen ...... 101
Diagram Batang Perolehan Nilai Post Test Koneksi
Matematika pada Kelas Kontrol ................................................. 102
Diagram Batang Hasil Post Test Kemampuan Koneksi
Matematika untuk Masing-Masing Indikator .............................. 103
Diagram Batang Tingkatan Perolehan Nilai Pre Test
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada kelas
Eksperimen ................................................................................. 105
Diagram Batang Tingkatan Perolehan Nilai Pre Test
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Kelas
Kontrol ........................................................................................ 107
Histogram Perolehan Nilai Pre Test Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika untuk Masing-Masing Aspek ................... 108
Diagram Batang Tingkatan Perolehan Nilai Post Test
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Kelas
Eksperimen ................................................................................. 100
Diagram Batang Tingkatan Perolehan Nilai Post Test
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Kelas
Kontrol ......................................................................................... 112
Histogram Perolehan Nilai Pre Test Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika untuk Masing-Masing Aspek ................... 113
Diagram Retana Persentase Waktu Aktivitas Siswa .................. 144
Jawaban Siswa pada Pre Test Koneksi Matematika Soal No. 1 . 146
Jawaban Siswa pada Post Test Koneksi Matematika Soal No. 1
..................................................................................................... 146
Jawaban Siswa pada Pre Test Koneksi Matematika Soal No.2 .. 147
Jawaban Siswa pada Post Test Koneksi Matematika Soal No. 2
..................................................................................................... 147
Jawaban Siswa pada Pre Test Koneksi Matematika untuk Soal
No.3 ............................................................................................ 148
Jawaban Siswa pada Post Test Koneksi Matematika untuk
Soal No. 3 ................................................................................... 148

xii

Gambar 4.20 Jawaban Siswa pada Pre Test Pemecahan Masalah untuk Soal
No.1 ............................................................................................ 149
Gambar 4.21 Jawaban Siswa pada Post Test Pemecahan Masalah untuk Soal
No. 1 ........................................................................................... 149
Gambar 4.22 Jawaban Siswa pada Pre Test Pemecahan Masalah untuk Soal
No.2 ............................................................................................ 150
Gambar 4.23 Jawaban Siswa pada Post Test Pemecahan Masalah untuk Soal
No. 2 ........................................................................................... 150
Gambar 4.24 Jawaban Siswa pada Pre Test Pemecahan masalah untuk Soal
No. 3 ............................................................................................ 151
Gambar 4.25 Jawaban Siswa pada Pre Test Pemecahan Masalah untuk Soal
No. 4 ........................................................................................... 152
Gambar 4.26 Jawaban Siswa pada Post Test Pemecahan Masalah untuk Soal
No. 4 ........................................................................................... 152

xiii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
RPP I ..................................................................................... 98
RPP II .................................................................................... 102
RPP III ................................................................................... 106
RPP IV ................................................................................... 110
RPP V .................................................................................... 114
LAS I ..................................................................................... 118
LAS II ................................................................................... 126
LAS III ................................................................................... 132
LAS IV .................................................................................. 140
LAS V ................................................................................... 146
Lembar Pengamatan Kegiatan Pembelajaran (Aktivitas
Siswa) ..................................................................................... 152
Lampiran 1.12 Lembar Pengamatan Kegiatan Pembelajaran (Kemampuan
Mengelola Pembelajaran ....................................................... 153
Lampiran 2.1 Kemampuan Tes Awal (kemampuan Pemecahan Masalah) .. 155
Lampiran 2.2 Alternatif Jawaban Tes Awal Pemecahan Masalah ............... 156
Lampiran 2.3 Kemampuan Tes Awal (Kemampuan Koneksi Matematika) 158
Lampiran 2.4 Alternatif Jawaban Tes Awal Koneksi Matematika............... 159
Lampiran 2.5 Kemampuan Tes Akhir (Kemampuan Pemecahan Masalah) 162
Lampiran 2.6 Alternatif Jawaban Tes Akhir Pemecahan Masalah............... 163
Lampiran 2.7 Kemampuan Tes Akhir (Kemampuan Koneksi Matematika) 166
Lampiran 2.8 Alternatif Jawaban Tes Akhir Koneksi Matematika .............. 167
Lampiran 1.1
Lampiran 1.2
Lampiran 1.3
Lampiran 1.4
Lampiran 1.5
Lampiran 1.6
Lampiran 1.7
Lampiran 1.8
Lampiran 1.9
Lampiran 1.10
Lampiran 1.11

xii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat
penting. Pendidikan merupakan sarana dan alat yang sangat tepat dalam
membentuk karakter masyarakat dan bangsa sesuai dengan yang diharapkan.
Pendidikan juga menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu
bangsa yang berbudaya dan dapat menyelesaikan masalah kehidupan yang
dihadapinya. Seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi yang sangat
pesat, dalam keadaan seperti ini disadari bahwa pendidikan merupakan kebutuhan
yang harus dipenuhi.
Untuk memperkuat pernyataan di atas, hal tersebut juga diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3 berbunyi “Pendidikan Nasional bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Untuk mempermudah dalam mencapai tujuan Pendidikan Nasional
tersebut di atas, maka pemerintah menyediakan suatu lembaga formal yang akan
menghasilkan manusia yang sesuai dengan bunyi Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tersebut . Dalam pencapaian tujuan itu maka lembaga tersebut

1

2

memiliki tingkatan pendidikan yang dapat dilakukan yaitu mulai dari SD, SMP,
SMA dan Perguruan Tinggi. Upaya dalam menghasilkan manusia menjadi
generasi penerus bangsa yang berilmu dan berjiwa pancasila dan dapat menjadi
sumber daya manusia yang profesional.
Sejalan dengan kemajuan zaman, tentunya pengetahuan semakin
berkembang. Agar suatu negara bisa lebih maju, maka negara tersebut perlu
memiliki manusia-manusia yang ahli teknologi. Untuk keperluan ini tentunya
mereka perlu pembelajaran matematika sebab matematika memegang peranan
yang sangat penting bagi perkembangan teknologi itu sendiri. Tanpa bantuan
matematika tidak mungkin terjadi perkembangan teknologi seperti sekarang ini.
Pembelajaran matematika dimaksudkan sebagai proses yang sengaja
dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah)
yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika sekolah. Unsur pokok
dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai salah satu perancang proses,
proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran, siswa
sebagai pelaksana kegiatan belajar, dan matematika sekolah sebagai objek yang
dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi atau pelajaran. Rancangan
pembelajaran matematika sekolah harus merujuk pada penciptaan kondisi situasi
lingkunagn kelas/sekolah yang mengarah pada terciptanya suasana belajar yang
optimal bagi siswa. Pembelajaran matematika di sekolah dikatakan berhasil jika
siswa dapat belajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Dalam kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan beberapa tujuan pembelajaran

3

matematika di sekolah, antara lain: (1) Mengembangkan aktifitas kreatif yang
melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan. (2) mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah. (3) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Matematika

mempelajari

tentang

keteraturan,

struktur

yang

terorganisasikan, konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, berstruktur
dan sistematika, mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep
paling kompleks.
Matematika yang disajikan kepada siswa yang berupa masalah akan
memberikan motivasi kepada mereka untuk mempelajari pelajaran tersebut. Para
siswa akan merasa puas bila mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapkan
kepadanya. Kepuasan intelektual ini merupakan hadiah intrinsik bagi siswa
tersebut. Karena itu alangkah baiknya bila aktivitas-aktivitas matematika seperti
mencari generalisasi dan menanamkan konsep melalui strategi pemecahan
masalah.
Namun

pada

kenyataannya

pendidikan

matematika

masih

memprihatinkan dilihat dari rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa.
Rendahnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika menunjukkan
bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap salah satu siswa SMP menyatakan
bahwa ketika proses pembelajaran matematika berlangsung dari hari ke hari guru
hanya menggunakan model pembelajaran yang sama yaitu guru menjelaskan

4

materi dan memberikan rumus, contoh dan latihan-latihan yang banyak sehingga
menyebabkan siswa bosan dan malas mengikuti pelajaran matematika karena
siswa sudah mengetahui kegiatan-kegiatan apa saja yang akan mereka lakukan.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran
matematika yang di lakukan oleh guru bersifat menoton sehingga menyebabkan
kemampuan berpikir matematik siswa tidak berkembang dan meningkat.
Kemampuan berpikir matematik telah banyak mendapat perhatian para
peneliti maupun pendidik. Gagasan aktivitas matematika yang berfokus pada
kemampuan tersebut memandang matematika sebagai proses aktif dinamik,
generatif, dan eksploratif. Proses matematika itu dinamakan dengan istilah
bernalar dan berpikir matematika tingkat tinggi (high-level mathematical thinking
and reasoning). Maka pembelajaran matematika difokuskan pada kecakapan
sebagai berikut (NCTM, 2000: 29):
1. Kemampuan memecahkan masalah (problem solving).
2. Menyampaikan ide/gagasan (communication).
3. Pembuktian penalaran (reasoning).
4. Representasi (representation).
5. Koneksi (connection).
Kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi bersifat kompleks dan
memerlukan prasyarat konsep dan proses dari yang lebih rendah baik dari segi
materi

maupun

cara

mempelajari/mengajarkannya,

sehingga

dalam

pembelajarannya perlu dipertimbangkan tugas matematika serta suasana belajar
yang mendukung untuk mendorong kemampuan berpikir matematik tingkat

5

tinggi. Hal ini menyangkut pengambilan keputusan pembelajaran yang digunakan
di kelas. Dari kelima kemampuan di atas, diketahui bahwa kemampuan
pemecahan masalah dan koneksi matematik siswa sangatlah perlu ditingkatkan
guna menjadi bekal dalam menghadapi masa depannya.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan matematika
sekolah. Dalam kurikulum (2003:11) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran
matematika adalah :
1) Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menerik kesimpulan,
misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksprimen,
menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan ekonsisten.
2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi
dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil,
rasa ingin tahu, mebuat predeksi serta mencoba-coba.
3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan ngrafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.
Dari tujuan pembelajaran matematika di atas bahwa siswa harus memiliki
kemampuan dalam memecahan suatu masalah. Pemecahan masalah matematika
merupakan hal yang sangat penting sehingga menjadi tujuan umum pengajaran
matematika bahkan sebagai jantungnya matematika, yang lebih mengutamakan
proses daripada hasil. Russefendi (1991:291) menyatakan bahwa kemampuan
pemecahan masalah amatlah penting bukan saja bagi mereka yang kemudian hari
akan mendalami matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan
menerapkannya baik dalam bidang studi lain maupun dalam kehidupan seharihari.
Proses berpikir dalam pemecahan masalah memerlukan kemampuan
mengorganisasikan strategi. Hal ini akan melatih orang berpikir kritis, logis, dan

6

kreatif yang sangat diperlukan dalam menghadapi perkembangan masyarakat.
Hudojo (2005: 130) menambahkan, bila seorang siswa dilatih untuk
menyelesaikan masalah, maka siswa itu akan mampu mengambil keputusan sebab
siswa itu menjadi mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan
informasi yang relevan, menganalisis informasi, dan menyadari betapa perlunya
meneliti kembali hasil yang telah diperoleh. Dari uraian di atas, disimpulkan
bahwa kemampuan pemecahan masalah sangatlah penting bagi siswa sehingga
perlu diikutsertakan dalam kegiatan pembelajaran matematika.
Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dapat dilihat dari alur
siswa dalam menyelesaikan masalah. Langkah-langkah yang perlu dilakukan
dalam pemecahan masalah ini adalah (1) memahami masalah, yaitu siswa mampu
menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan soal, apakah data yang diperlukan
cukup atau berlebih; (2) merencanakan penyelesaian, yaitu siswa mampu
menuliskan algoritma yang akan ditempuh untuk menyelesaikan soal, konsepkonsep matematika apa yang diperlukan untuk menyelesaikan soal tersebut; (3)
melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah,

yaitu siswa menyelesaikan

soal sesuai dengan algoritma yang direncanakan; dan (4) memeriksa kembali
hasil, apakah hasil yang diperoleh sudah benar atau belum, jika belum maka siswa
perlu mengecek ulang algoritma penyelesaiaannya.
Pada kenyataannya, kemampuan pemecahan masalah matematik siswa
masih rendah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa ketika diberi soal sebagai
berikut, Harga 2 buah pulpen dan 2 buah pensil Rp 5000,- harga 3 buah pulpen

7

dan 5 buah pensil Rp 9500,- tentukan harga 1 buah pulpen dan 3 buah pensil?
Berikut pola jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut:

(a)

(b)

(c)
Gambar 1. 1. (a), (b), dan (c) Jawaban Pemecahan Masalah Matematik Siswa

8

Dari hasil penyelesaian soal tersebut terlihat bahwa siswa tidak memahami
soal dan menuliskan jawaban yang tidak berstruktur. Kemudian siswa tidak
mampu menghubungkan fakta-fakta tersebut sehingga mereka juga tidak dapat
menentukan hasil yang ingin dicapai. Dari 25 orang siswa hanya 4 orang siswa
saja yang menyelesaikan masalah tersebut hingga tahap menyelesaikan masalah,
sedangkan 21 orang siswa belum mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan
baik dan benar. Dari fakta tersebut kita dapat melihat bahwa kemampuan
pemecahan masalah siswa masih sangat kurang dan perlu ditingkatkan.
Selain kemampuan penyelesaian masalah matematik, hasil pembelajaran
matematika lain yang diharapkan adalah kemampuan siswa dalam melakukan
koneksi matematik. Menurut (NCTM, 2000: 274) pentingnya kemampuan koneksi
matematik karena berpikir matematik mencakup mencari koneksi dan membuat
koneksi membangun pemahaman matematika. Tanpa koneksi siswa harus belajar,
mengingat banyak konsep dan kemampuan yang terisolasi. Dengan koneksi siswa
dapat membangun pemahaman baru pada pengetahuan sebelumnya.
Koneksi matematik bertujuan untuk membantu persepsi siswa, dengan
cara melihat matematika sebagai bagian terintegrasi dengan kehidupan. Materi
pelajaran akan tambah berarti dan menyenangkan jika siswa mempelajari materi
pelajaran yang dikaitkan dengan konteks kehidupan mereka. Koneksi matematik
meliputi indikator-indikator berikut: 1) mencari hubungan berbagai representasi
konsep dan prosedur; 2) memahami hubungan antar topik matematika; 3)
menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari; 4)
memahami representasi ekuivalen konsep yang sama; 5) mencari koneksi satu

9

prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen; 6) menggunakan
koneksi antar topik matematika dan koneksi antar topik matematika dengan topik
lain.
Melalui koneksi matematik maka konsep pemikiran dan wawasan siswa
akan semakin terbuka terhadap matematika, tidak hanya terfokus pada topik
tertentu yang sedang dipelajari, sehingga akan menimbulkan sifat positif terhadap
matematika itu sendiri. Membuat koneksi merupakan standar yang jelas dalam
pendidikan matematika yang juga menjadi salah satu standar utama yang
disarankan NCTM di atas.
Apabila dilihat dari fakta yang ada, kemampuan koneksi matematik siswa
masih rendah dilihat dari jawaban siswa ketika diberi soal sebagai berikut, Erlin
dan Diana pergi ke took Gramdia. Erlin membeli 2 komik dan 5 krayon lalu ia
membayar Rp. 180.000,- dan Diana membeli 3 komik dan 7 krayon dan
membayar Rp. 259.000,-. Berapakah harga komik dan krayon tersebut, jika komik
diberi diskon 50% dank rayon 30% berapakah harga komik dan krayon semula?

(a)

10

(b)
Gambar 1. 2 (a) dan (b) Jawaban Koneksi Matematik Siswa
Dari hasil penyelesaian soal diatas terlihat bahwa siswa belum mampu
mengaitkan penyelesaian soal tersebut terhadap materi lain terkait dengan
SPLDV, bahkan siswa juga belum mampu menyelesaikan masalah tersebut
dengan baik dan benar. Dari 25 orang peserta yang diberikan tes hanya 3 orang
siswa saja yang menyelesaikan masalah tersebut sampai menemukan harga komik
dan krayon saja, dan 22 orang siswa lagi belum mampu menyelesaikan masalah
tersebut. Dari fakta tersebut kita dapat melihat bahwa siswa belum mampu
menguasai kemampuan koneksi matematika.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka pemecahan masalah matematika dan
koneksi matematik sangat penting untuk dimiliki siswa. Agar pencapaian kedua
kemampuan matematik tersebut sesuai dengan yang diharapkan, maka seorang
guru harus memperhatikan dan mempertimbangkan perencanaan pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
Namun pada kenyataannya, berdasarkan wawancara langsung dengan

11

salah satu siswa SMP, menyatakan bahwa mereka tidak pernah aktif dalam
mengikuti pembelajaran khususnya pembelajaran matematika, bahkan mereka
bosan, dan malas mengikuti pembelajaran matematika.
Faktor yang menyebabkan siswa tidak pernah aktif belajar, yaitu (1)
banyaknya materi atau konsep matematika yang harus dipelajari, (2) banyaknya
istilah dalam matematika yang harus diketahui dan diingat, (3) kegiatan belajar
mengajar yang kurang menarik perhatian, (4) pembelajaran lebih terfokus pada
guru sebagai pemberi informasi, dan kurang melibatkan siswa, dan (5) model
pembelajaran yang diterapkan tidak membangkitkan semangat siswa untuk
menyenangi matematika”.
Selama ini pelajaran matematika masih lebih banyak berpusat pada guru
sehingga tidak mendorong timbulnya kreatifitas siswa. Keterlibatan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar sangat sedikit, yang menyebabkan siswa enggan
berpikir dan menimbulkan perasaan jenuh dalam mengikuti pelajaran matematika.
Paradigma lama, dimana guru dianggap sebagai “orang yang serba tahu
segalanya” harus dihilangkan. Guru sebagai fasilitator yang berfungsi membantu
siswa untuk mengembangkan potensinya dengan cara yang terbaik. Sehingga
keberadaan siswa harus benar-benar diperhatikan, agar tujuan pembelajaran yang
kita inginkan dapat tercapai sesuai dengan harapan. Karena siswa adalah suatu
organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan potensi
yang sedang berkembang. Sehingga pendidikan perlu mengarahkan tingkah laku
dan perbuatan menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan.
Akan tetapi kenyataannya, pendidikan yang ada saat ini merupakan

12

pendidikam tradisional, seperti yang diungkapkan Ruseffendi (1991: 350)
pengajaran tradisional ialah pengajaran pada umumnya yang biasa kita lakukan
sehari-hari. “pendidikan tradisional tidak mengenal bahkan sama sekali tidak
menggunakan asas aktivitas dalam proses belajar mengajar”. Para siswa hanya
mendengarkan hal-hal yang dipompakan oleh guru. Kegiatan mandiri dianggap
tidak ada maknanya, karena guru adalah orang yang serba tahu dan menentukan
segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Sistem penuangan lebih mudah
pelaksanaannya bagi guru dan tidak ada masalah atau kesulitan. Guru cukup
mempelajari materi dari buku, lalu disampaikan kepada siswa. Di sisi lain, siswa
hanya bertugas menerima dan menelan, mereka diam dan bersikap pasif.
Padahal pada hakikatnya, proses pendidikan bertujuan untuk membentuk
manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup serta
diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif. Cara berpikir
seperti ini dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika. Hal ini sangat
dimungkinkan karena matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan
menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi,
generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah.

Cornelius

(Abdurrahman, 2003: 253) mengemukakan lima alasan perlunya siswa belajar
matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir jelas dan logis, (2)
sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari–hari, (3) sarana mengenal
pola–pola

hubungan

dan

generalisasi

pengalaman,

(4)

sarana

untuk

mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatan kesadaran
terhadap perkembangan budaya.

13

Dari penjelasan ilmuan dan pakar matematika diatas terlihat pentingnya
peserta

didik

mampu

memecahkan

masalah

dan

berinteraksi

serta

mengkoneksikan matematika yang sedang dipelajari dengan kehidupan nyata
siswa agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. Akan tetapi, ketika penulis
mengadakan kunjungan di SMP N-1 Percut Sei Tuan terlihat peserta didik kurang
termotivasi dalam menerima materi yang diberikan guru matematika. Penulis
semakin yakin bahwa ada ketidaksesuaian antara guru dengan siswa.
Pembelajaran matematika di SMP bertujuan agar siswa mempunyai
kemampuan yang dapat digunakan. Dengan memiliki kemampuan matematika,
siswa diharapkan dapat menggunakan kemampuannya menghadapi masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan tersebut, hendaknya guru
dapat mengelola kegiatan pembelajaran dengan baik dan memahami tugas/peran
guru sebagai nara sumber, komunikator, mediator, pembimbing yang dapat
memilih tugas-tugas matematika, model, strategi dan pendekatan pembelajaran
matematika yang tepat sehingga dapat memotivasi minat siswa dan meningkatkan
keterampilan siswa, menciptakan suasana kelas yang mendorong tercapainya
penemuan dan pengembangan ide matematika, dan membimbing secara
individual, kelompok serta klasikal. Dengan demikian, mengajar menjadi suatu
proses yang melibatkan secara optimum siswa-siswa untuk berpartisipasi di dalam
proses belajar.
Guru diharapkan mampu mengajarkan bagaimana peserta didik bisa
berhubungan dengan masalah yang dihadapi dan dapat mengatasi masalah yang
muncul di masyarakat dengan cara memberikan tantangan yang berupa kasus-

14

kasus yang sering terjadi di masyarakat yang terkait dengan bidang studi. melalui
kegiatan tersebut diharapkan peserta didik dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki, yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai bekal kemandirian dalam
menghadapi berbagai tantangan di masyarakat. bahkan lebih jauh lagi diharapkan
bisa ikut andil dalam mengembangkan potensi masyarakatnya.
Pada kenyataannya, guru belum mampu melakukan pembelajaran sesuai
yang diharapkan. Dari hasil diskusi penulis dengan guru bidang studi dapat ditarik
kesimpulan bahwa pada saat mengajar, guru bidang studi hanya terfokus pada
hasil akhir yang dicapai oleh peserta didik. Disamping itu juga, metode
pembelajaran yang digunakan saat mengajar tidak terencana sehingga tidak ada
kesiapan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran yang akan diajarkan.
Guru bidang studi juga menuturkan tidak dapat menyimpulkan pembahasan
matematika yang menjadi masalah bagi peserta didiknya”.
Dari permasalahan di atas, diperkirakan penyebab siswa tidak mampu
menyelesaikannya karena model pembelajaran yang selama ini tidak mendukung
peningkatan kemampuan matematik siswa khususnya dalam meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematik siswa. Dalam hal ini
penulis menawarkan sebuah model pembelajaran alternatife yang nantinya
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan yang diinginkan. Penulis memilih
salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
matematik tingkat tinggi yaitu model pembelajaran koperatif jigsaw. Hal ini
sejalan dengan pendapat Yamin (2013:99) menyatakan bahwa melalui usaha
pembelajaran koperatif jigsaw peserta didik sebagai pusat pembelajaran akan

15

ditandai oleh adanya aktif, berpartisipasi, bekerja, berinteraksi, menemukan dan
memecahkan masalah. Sehingga melalui penerapan model pembelajaran ini, maka
peserta didik akan menjadi aktif melakukan berbagai aktivitas belajar, yang tidak
hanya mendengarkan, tetapi mereka harus terlibat secara aktif mencari,
menemukan, mendiskusikan, merumuskan, dan melaporkan hasil belajarnya.
Selain itu, Yamin (2013:100) menyatakan bahwa model pembelajaran koperatif
jigsaw juga digunakan untuk mendorong tujuan-tujuan pembelajaran tingkat
tinggi. Sehingga dalam hal ini pemecahan masalah dan koneksi matematik adalah
merupakan kemampuan tingkat tinggi sehingga model pembelajaran koperatif
jigsaw sangat cocok digunakan dalam meningkatkan kemampuan tingkat tinggi
khususnya dalam penelitian ini pemecahan masalah dan koneksi matematik.
Pembelajaran koperatif jigsaw merupakan model pembelajaran koperatif
yang mendorong siswa beraktivitas dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Wardani dalam Isjoni dan
Mohd. Arif Ismail, 2008:155). Pembelajaran koperatif jigsaw merupakan suatu
model pembelajaran yang siswanya dibentuk menjadi kelompok-kelompok kecil
beranggotakan 4 sampai 6 orang, bekerja secara kolaboratif dengan struktur
kelompok heterogen, dengan pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus
dirancang, untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama
selama berlangsungnya proses pembelajaran dan mencari sendiri dengan didasari
pada pengetahuan yang telah dimilikinya. Implementasi model pembelajaran ini
diupayakan agar meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik dan

16

kemampuan koneksi matematik siswa, serta penciptaan iklim yang kondusif bagi
siswa dalam pengembangan daya nalar dan berpikir tingkat tingginya.
Adapun sintak dari model pembelajaran koperatif jigsaw ini meliputi
menyampaikan

tujuan

dan

memotivasi

siswa,

menyajikan

informasi,

mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, membimbing
kelompok bekerja dan belajar, evaluasi dan memberikan penghargaan.
Pengembangan pembelajaran ini hanya dimungkinkan jika hubungan kerjasama
antar siswa terjalin dengan baik, komunikasi tercipta secara dialogis, kolaborasi
dan partisipasi dapat terbentuk dan terbina secara efektif serta hubungan
persahabatan yang saling percaya dapat terjalin dengan baik.
Maka model pembelajaran ini berorientasi kepada penciptaan iklim yang
kondusif yang dapat membangun hubungan kerjasama, berbagi informasi,
pengetahuan dan pengalaman antar se

Dokumen yang terkait

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED PROBLEM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMA.

0 2 43

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR MENGUNAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VII SMPN 2 PERCUT SEI TUAN.

0 2 21

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 2 40

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMK NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN MELALUI PENDEKATAN DIFFERENTIATED INSTRUCTION.

0 2 49

PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL.

0 6 41

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 4 PERCUT SEI TUAN.

0 7 42

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMP DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 4 43

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMP DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH.

0 4 5

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 1 LHOKSUKON MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM).

1 2 37

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

0 0 7