MAKNA SIMBOL TOR-TOR ILAH MARDOGEI PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN.

MAKNA SIMBOL TOR-TOR ILAH MARDOGEI PADA
MASYARAKAT SIMALUNGUN

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh :

SEFRINA WAHYUNI
NIM. 2103340059

JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.

Medan,

Maret 2014

Sefrina Wahyuni
NIM 2103340059

ABSTRAK
Sefrina Wahyuni, 2103340059, Makna Simbol Tor-tor Ilah Mardogei pada
Masyarakat Simalungun. Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri
Medan. 2015
Tor-tor Ilah Mardogei disajikan pada pesta Rondang Bintang. Tor-tor Ilah
Mardogei menceritakan tentang kegiatan masyarakat Simalungun pada saat panen
raya. Tor-tor Ilah Mardogei diiringi dengan syair lagu yang dilantunkan langsung
oleh para penarinya sebagai tempo dari gerak Tor-tor tersebut.

Teori-teori yang digunakan dalam penuangan hasil penelitian serta teori
pendukung yang berhubungan dengan topik penelitian yaitu teori bentuk, teori
makna, teori simbol, pengertian makna simbol, teori tari, dan pengertian Tor-tor.
Waktu penelitian yang digunakan untuk membahas tentang Makna Simbol Tortor Ilah Mardogei pada Masyarakat Simalungun dilakukan selama 2 bulan, yaitu
pada bulan Desember 2014 sampai bulan Februari 2015. Tempat penelitian
adalah di Huta III Silau Malela Kecamatan Gunung Malela Kabupaten
Simalungun. Populasi pada penelitian ini adalah warga biasa, tokoh adat, dan
seniman-seniman Simalungun.. Sampel pada penelitian ini adalah bagian dari
populasi, yaitu 2 orang seniman dan 2 orang Tokoh Adat yang mengerti dan
memahami serta berkecimpung pada Tor-tor Ilah Mardogei. Teknik pengumpulan
data meliputi studi kepustakaan, wawancara, observasi, dan dokumentasi, yang
kemudian di analisis dengan metode deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa bentuk
dari Tor-tor Ilah Mardogei adalah lima rangkaian gerak yakni, manabi omei,
mardogei, manjomur omei, mangipas dan mamurpur omei, dan manunjung omei.
Makna yang terdapat dalam Tor-tor Ilah Mardogei termasuk dalam makna
mimetik dan metaforik, karena Tor-tor ini menggambarkan tentang kegiatan
bertani pada masyarakat Simalungun tepatnya pada saat musim panen. Simbol
yang terdapat pada Tor-tor Ilah Mardogei dapat dilihat dari gerak, musik, dan
busana.

Kata kunci: Tor-tor Ilah Mardogei, Bentuk, Makna Simbol

i

KATA PENGANTAR
Asslamua’alaikum Warahmatullahi wa Barakatuh,
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadiarat Allah SWT, yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ni yang berjudul “Makna Simbol Tor-tor Ilah Mardogei

pada Masyarakat Simalungun”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang sudah ditetapkan untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Sendratasik Program Studi
Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. Sebagai
manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penulisan, tata bahasa dan
penyampaian ide penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun perbaikan dimasa yang akan datang.
Dalam penelesaian tugas akahir ini, penulis juga mengalami berbagai
kendala. Namun berkat doa dan bantuan dan semangat dari berbagai pihak,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Disini penulis dengan segala
kerendahan hati mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.

Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2.

Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.

3.

Uyuni Widiastuti, M.Pd selaku ketua Jurusan Sendratasik

4.

Nurwani S.S.T M.Hum selaku Dosen pembimbing Akademik sekaligus
Ketua Prodi Pendidikan Tari

5.


Drs. Inggit Prasetiawan, M.Sn selaku Dosen Pembimbing I

6.

Dra. Tuty Rahayu M.Si selaku Dosen Pembimbing II

7.

Martozet, S.Sn, M.A selaku Narasumber

8.

Bapak Iskandar Muda, M.Sn selaku Narasumber

9.

Bapak / Ibu Dosen Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Medan yang telah memberikan ilmu dan kasih sayangnya selama
proses pembelajaran berlangsung dan selama perkuliahan.


ii

10. Terkhusus dan teristimewa yang paling penulis sayangi dan cintai Ayahanda
Abdullah, S.Pd dan Ibunda Nurhayati Ginting, S.Pd, terimakasih ayah, mama
berkat do’a, dukungan, perhatian, kesabaran, jerih payah, dan pengorbanan Ayah
dan Mama sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya dan dapat
membanggakan Ayah dan Mama.

11. Teristimewa untuk adik penulis tersayang Fajrin Laily Rahma, Ikhsan Agi
Try, Rafly Hafiz Maulana, dan kakak sepupu Ester Novalinda Saragih
yang selalu memberikan perhatian, pengertian, do’a, dukungan dan
motivasi sehingga dapat menyelesaikan studi ini.
12. Sahabat sekaligus teman seperjuangan penulis Faisal Reza, Jelita Fitri, Sheila
Roisyah Hutasuhut dan Putri Norma Sari Hasibuan, S.Pd yang telah banyak
menghabiskan waktu, tenaga, kenangan, kisah dan peristiwa persahabatan yang
menjadi keluarga. Terimakasih buat do’a dukungan serta pengertiannya.

13. Teman-teman Pendidikan Tari Stambuk 2010 terimakasih atas perhatian do’a,
dukungan, saran, ide, dalam proses penyelesaian Skripsi.

Akhirnya kata penulis mengucapkan banyak terimaksih kepada seluruh pihak
yang turut membantu dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Wasslamua’alaikum Warahmatullahi wa Barakatuh,

Medan,

Maret 2015

Penulis

SEFRINA WAHYUNI
NIM 2103340059

iii

DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
BAB I PEMBAHASAN ....................................................................................
A. LatarBelakang.....................................................................................
B. IdentifikasiMasalah ............................................................................
C. PembatasanMasalah ...........................................................................
D. RumusanMasalah ...............................................................................
E. Tujuan Penelitian ................................................................................
F. Manfaat Penelitian ............................ .................................................

1
1
6
7
8
9
9

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ......
A. LandasanTeoritis ................................................................................
1. Pengertian Bentuk ..........................................................................

2. Teori Makna.. .................................................................................
3. Teori Simbol .... ............................................................................
4. Pengertian Makna Simbol ..............................................................
5. Teori Tari .......................................................................................
6. Pengertian Tor-tor..........................................................................
B. KerangkaKonseptual ..................... ....................................................

11
11
11
12
13
14
14
15
16

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................
A. MetodePenelitian ................................... ............................................
B. LokasidanWaktuPenelitian ....................... .........................................

1. LokasiPenelitian ............................................................................
2. WaktuPenelitian ....................................................... .....................
C. PopulasidanSampel ............................................................................
1. Populasi ..........................................................................................
2. Sampel ...........................................................................................
D. TeknikPengumpulanData ..... .............................................................
1. Studi Kepustakaan.................................................. .......................
2. Wawancara ....................................................................................
3. Observasi .......................................................................................
4. Dokumentasi ..................................................................................
E. TeknikAnalisis Data ..........................................................................

17
17
18
18
18
18
18
19

19
20
22
23
23
23

BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...................................................
1. Letak Geografis dan Luas Kecamatan Nagori ..............................
2. Jumlah Penduduk ..........................................................................
3. Sistem Kekerabatan ......................................................................

25
25
25
27
28

iv

4. Mata Pencaharian .........................................................................
5. Sistem Religi.................................................................................
B. Tor-tor Ilah Mardogei ........................................................................
1. Bentuk Tor-tor Ilah Mardogei ......................................................
2. Makna Gerak Tor-tor Ilah Mardogei ...........................................
3. Simbol Gerak Tor-tor Ilah Mardogei ...........................................

39
31
33
33
46
47

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 57
A. Kesimpulan ......................................................................................... 57
B. Saran ................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 60
DAFTAR ACUAN INTERNET ....................................................................... 62
LAMPIRAN .....................................................................................................

v

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Agama ...........................................................................

31

Tabel 4.2 Ragam Gerak Tor-tor Ilah Mardogei .............................................

34

Tabel 4.3 Deskripsi Gerak Tor-tor Ilah Mardogei .........................................

35

Tabel 4.4 Makna Gerak Tor-tor Ilah Mardogei .............................................

46

Tabel 4.5 Simbol Gerak Tor-tor Ilah Mardogei .............................................

47

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ..................................................................

16

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Gunung Malela .................................................

25

Gambar 4.2 Diagram Mata Pencaharian Masyarakat Silau Malela ................

30

Gambar 4.3 Ragi Sattik. ..................................................................................

52

Gambar 4.4 Suri-suri (Hadang-hadangan) ......................................................

53

Gambar 4.5 Heoi Bookou .................................................................................

54

Gambar 4.6 Hati Rongga .................................................................................

55

Gambar 4.7 Suri-suri .......................................................................................

55

Gambar 4.8 Mange-mange...............................................................................

56

Gambar 4.9 Daun Sirih ....................................................................................

56

vi

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Provinsi Sumatera Utara memiliki beberapa suku batak yaitu suku Batak
Toba, Batak Pakpak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing – Angkola, dan Batak
Simalungun. Batak Simalungun merupakan salah satu suku Batak yang menetap
di Wilayah Kabupaten Simalungun. Mayoritas masyarakat Simalungun bermata
pencaharian sebagai petani, ini disebabkan karena sebahagian masyarakat
Simalungun tinggal didaerah pegunungan yang tanahnya subur, hawanya sejuk
sehingga sesuai dengan bercocok tanam sehingga dari dulu hingga sekarang
mereka hidup dari lahan pertanian. Adapun jenis tanaman yang mereka tanam
adalah padi dan jagung, karena padi adalah makanan pokok sehari-hari dan jagung
adalah makanan tambahan jika hasil padi tidak mencukupi.
Sama halnya dengan Batak Toba, Batak Pakpak - Dairi, Batak Karo, Batak
Mandailing – Angkola, yang memiliki sistem kekerabatan begitu juga dengan
Batak Simalungun. Sistem kekerabatan yang dimiliki oleh masyarakat
Simalungun adalah berdasarkan Tolu Sahundulan (tiga sama duduk) yang
komposisinya terdiri dari:
 Sanina, yakni orang-orang semarga (saudara semarga)

 Tondong, yakni pihak pemberi istri (pihak orang tua istri)

 Anak Boru, yakni pihak penerima istri atau pihak yang mengambil istri dari
suatu kelompok marga.

2

Setiap suku memiliki adat istiadat serta perbedaan budaya yang
mengungkapkan ciri khas mereka masing-masing, misalnya dalam hal bahasa,
pakaian adat, kesenian, baik itu seni tari, seni musik, seni rupa. Kesenian adalah
bagian

dari

budaya

dan

merupakan

sarana

yang

digunakan

untuk

mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia yang diciptakan sebagai
media ungkap untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dan dilaksanakan pada
berbagai kegiatan baik itu upacara, hiburan, maupun pertunjukan. Kesenian
merupakan warisan nenek moyang terdahulu yang sejak dulu sudah membudaya
dan harus dikembangkan karena dapat menjadi identitas pribadi suatu masyarakat.
Kesenian itu sendiri terbagi beberapa cabang diantaranya seni tari, seni rupa, seni
musik dan seni teater. Semua bentuk kesenian ini menjadi suatu kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan.
Masyarakat Simalungun melakukan aktivitas-aktivitas yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari yang menyertakan kesenian sebagai kelengkapan
pelaksanaan kegiatan. Salah satu kesenian yang digunakan adalah seni tari. Seni
Tari adalah ungkapan jiwa yang mengandung unsur keindahan dalam bentuk
gerakan teratur sesuai dengan tempo musik pengiring yang memiliki makna
tertentu. Gerakan didalam tari bukanlah gerakan yang realistis, melainkan gerak
yang telah dibentuk ekspresif dan estetis seperti yang dikemukakan BPH
Suryadiningrat dalam Nurwani (2008:12) bahwa tari adalah gerakan-gerakan dari
seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan iringan musik, serta
mempunyai maksud tertentu. Pada masyarakat Simalungun, tari-tarian dijadikan
sebagai media komunikasi dalam mengungkapkan atau menyampaikan pesan

3

kepada penikmat seni di dalam berbagai kegiatan. Tari dalam masyarakat
Simalungun disebut juga dengan Tor-tor, salah satunya adalah Tor-tor Ilah
Mardogei.
Tor-tor Ilah Mardogei disajikan pada acara Pesta Rondang Bintang.
Khususnya di Simalungun, para pemuka adat bersama tokoh masyarakat yang
disebut dengan Partuha Maujana (Patuha= tokoh adat, Maujana=Cendikiawan),
sejak 20 tahun silam mencoba menggali dan melestarikan budaya Simalungun
adengan menggelar Pesta Rondang Bintang.
Pesta Rondang Bintang merupakan pesta kebudayaan masyarakat
Simalungun yang dulu disebut Pesta Pariama (pesta muda-mudi) yang dilakukan
pada saat Rondang Bintang (bulan purnama) seusai musim panen raya. Kegiatan
ini dulunya merupakan pesta adat yang menggambarkan ungkapan rasa syukur
atas panen raya yang dilakukan, selain itu pada Pesta Rondang Bintang ini juga
dimanfaatkan sebagai ajang petemuan menjalin kasih atau mencari jodoh dan
pembinaan semangat gotongroyong para remaja sebagai generasi penerus. Pesta
Rondang Bintang diadakan dengan tujuan agar kesenian Simalungun dapat
dilestarikan dan menjadi aset kebudayaan yang menandakan ciri khas masyarakat
Simalungun. Pada Pesta Rondang Bintang banyak sekali pertunjukan yang
ditampilkan seperti musik tradisional Simalungun yaitu Gondang Somba,
Gondang Simonang-monang, Gonrang Sipitu-pitu, Gong, dan Sarunei. Ada juga
peragaan busana Simalungun seperti busana pengantin, baik pagelaran busana
pengantin kuno, hingga busana pengantin modern. Sedangkan tari-tarian yang di
tampilkan adalah Tor-tor Sombah, Tor-tor Harouan Bolon, Tor-tor Manduda,

4

Tor-tor Sitalasari, Tor-tor Toping-toping/ Huda-huda, Tor-tor Usihan dan Tor-tor
Ilah . Ada beberapa jenis Tor-tor Ilah yang ditampilkan pada Pesta Rondang
Bintang , diantaranya: 1). Ilah Bolon, 2). Ilah Mardogei, 3). Ilah Manduda, 4).
Ilah Majetter, 5). lah Marindong, 6). Ilah Sibuat Gulom
Tor-tor Ilah Mardogei telah ada sejak terbentuknya Simalungun yaitu pada
zaman raja-raja Simalungun. Jika dilihat dari segi fungsinya Tor-tor Ilah
Mardogei adalah sebagai tari pertunjukan yang dipertunjukkan dalam acara Pesta
Rondang Bintang. Tor-tor ini merupakan tarian berpasangan yang dilakukan
secara berkelompok. Tor-tor ini ditarikan oleh muda-mudi (lelaki dan wanita)
remaja di Kabupaten Simalungun. Tor-tor Ilah Mardogei merupakan tarian yang
gerakannya diiringi lagu yang dinyanyikan langsung oleh penarinya. Tarian ini
juga menggambarkan rasa suka cita.
Tor-tor Ilah Mardogei adalah tarian yang menceritakan tentang kegiatan
masyarakat Simalungun pada saat musim panen. Sebagaimana diketahui bahwa
mereka melakukan pekerjaan tersebut secara bergotong-royong dan dilaksanakan
pada bulan purnama dikarenakan pada zaman dahulu belum adanya listrik yang
masuk ke kampung atau desa, sehingga mereka melakukan pekerjaan tersebut
dibawah terangnya bulan purnama. Mereka bekerja sambil menari dan menyanyi.
Adapun rangkaian tarian ini dimulai dari gerakan manabi omei (menyabit atau
memotong padi), mardogei

(memijak-mijak padi agar bulir padi lepas dari

tangkainya), manjomur omei (menjemur padi), mamurpur dan mangipas omei
(mengipas padi) dan gerakan terkhir adalah manunjung omei (mengangkat padi
dengan cara membawanya di atas kepala). Ciri khas dari Tor-tor Ilah Mardogei

5

adalah hentakan kaki yaitu gerakan yang menandakan bahwasannya mereka
sedang Mardogei (memijak-mijak padi agar bulir padi lepas dari tangkainya).
Musik pengiring tari ini adalah musik internal yaitu dimana para penari
menyanyikan syair Ilah Mardogei dengan tempo yang telah ditentukan dan
dinyanyikan secara bergantian oleh penari wanita dan pria. Adapun syair Ilah
Mardogei adalah:
La i luya barah hujon mardogei aloya….2x
1. Sihala nanirunjei da botou, rap rap sihala bolon
Sattabi bani umbei da botou, hearna lang tarhorom
Tarhorom do na minei da botou, tarsunggul Sidangolon
Nai mada tongon Sonaima ah.... 3x
Gurjab hundi parim tene botou, ase hu gurjab hundi parondo... 2x
2. Dalan hu tinggi raja da botou, lopusan dolok marawan
Megah ma da uhurta da botou, jumpa ma pariama
Nai mada tongon Sonaima ah.... 3x
Gurjab hundi parim tene botou, ase hu gurjab hundi parondo... 2x
3. Marbuah ma lapotei da botou, i lambung ni sihala
Ijon hita mardogei da botou, bai musim pariama
Nai mada tongon Sonaima ah.... 3x
Gurjab hundi parim tene botou, ase hu gurjab hundi parondo... 2x
4. Marbunga pitta-pitta da botou, i dalan juma robu
Megah ma da uhurta da botou, domma dapot pinarstta
5. Anggo bai juma robu da botou, tubuan lata-lata

6

Age loja marhorja da botou, domma buei omei ta
Nai mada tongon Sonaima ah.... 3x
Tujuan dilaksanakannya Tor-tor Ilah Mardogei ini adalah agar para remaja
atau yang sering disebut dengan ABG (Anak Boru Garama) mencintai dan dapat
melestarikan kebudayaan. Dikarenakan pada Pesta Rondang Bintang banyak
terdapat tarian, nyanyian dan musik yang diciptakan langsung oleh orang-orang
Simalungun, yang mencerminkan kebiasaan dan ciri khas masyarakat Simalungun
dengan bergotong-royong.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk menggali kembali
Tor-tor Ilah Mardogei dengan mengangkat tari ini sebagai topik penelitian dengan
judul : Makna Simbol Tor-tor Ilah Mardogei Pada Masyarakat Simalungun

B. Identifikasi Masalah
Dalam sebuah topik penelitian, akan ditemukan identifikasi masalah yang
banyak berdasarkan uraian dari latar belakang. Identifikasi masalah diperlukan
dalam sebuah rancangan penelitian, agar penulis dapat melihat apa-apa saja
masalah yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Ali dalam Marta Sri Ulina
(2013:04) yang menyatakan :
“Untuk kepentingan karya ilmiah, sesuatu yang perlu diperhatikan
adalah masalah penelitian sedapat mungkin diusahakan tidak
terlalu luas. Masalah yang luas akan menghasilkan analisis yang
sempit sebaliknya bila ruang lingkup masalah dipersempit, maka
dapat diharapkan analisis secara luas dan mendalam.”

7

Untuk itu dari uraian latar belakang masalah di atas, penulis akan
membuat identifikasi masalah agar dapat mengetahui hal-hal yang diteliti adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimna bentuk Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat Simalungun ?
2. Apa makna gerak yang terdapat pada Tor-tor Ilah Mardogei pada
masyarakat Simalungun ?
3. Apa Simbol yang terdapat pada Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat
Simalungun ?
4. Apa fungsi yang terdapat pada Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat
Simalungun ?
5. Bagaimana musik pengiring Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat
Simalungun ?
6. Bagaimana bentuk penyajian Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat
Simalungun ?

C. Pembatasan Masalah
Dalam sebuah topik penelitian, akan ditemukan identifikasi masalah yang
banyak berdasarkan uraian dari latar belakang. Identifikasi masalah diperlukan
dalam sebuah rancangan penelitian, agar penulis dapat melihat apa-apa saja
masalah yang ada. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Surakhmad
(1990:36) yang menyatakan bahwa :
“sebuah masalah yang dirumuskan terlalu luas tidak perlu dipakai
sebagai masalah penyelidikan, tidak akan pernah jelas batasanbatasan masalah, pembatasan ini perlu, bukan saja untuk
mempermudah atau menyederhanakan masalah bagi penyelidikan

8

akan tetapi juga menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang
diperlukan dalam memecahkan masalah, waktu, ongkos, dan lain
sebagainya”
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perlunya pembatasan
masalah dalam sebuah penelitian, maka untuk itu dalam penelitian ini penulis
menentukan batasan-batasan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat Simalungun ?
2. Apa makna yang terdapat pada Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat
Simalungun ?
3. Apa simbol yang terdapat pada Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat
Simalungun ?

D. Rumusan Masalah
Dalam sebuah penelitian, sebelum melakukan pengumpulan data di
lapangan, diperlukan rumusan dari topik atau kajian yang menjadi dasar dalam
melaksanakan penelitian berdasarkan dari batasan masalah yang sudah ditentukan.
Dalam perumusan masalah kita akan mampu untuk lebih memperkecil batasanbatasan yang telah dibuat dan sekaligus berfungsi untuk lebih mempertajam arah
penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Maryeani (2005:14) bahwa :
“Rumusan masalah merupakan jabaran detail fokus penelitian yang
akan digarap. Rumusan masalah menjadi semacam kontrak bagi
peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk menemukan
jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan
masalahnya. Rumusan masalah juga bisa disikapi sebagai jabaran
fokus penelitian karena dalam praktiknya, proses penelitian
senantiasa berfokus pada butir-butir masalah sebagimana
dirumuskan. ”

9

Berdasarkan pendapat diatas, sekaligus berdasarkan uraian latar belakang
masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut “ Bagaimana bentuk dan makna simbol yang terdapat
pada Tor-tor Ilah Mardogei pada masyarakat Simalungun.

E. Tujuan Penelitian
Penelitian merupakan suatu pemikiran mengenai apa yang ingin dibahas
dan diteliti dalam kegiatan penelitian. Menurut pendapat Arikunto dan Suharsini
(1995:69) menyatakan bahwa “penelitian adalah suatu rumusan kalimat yang
menunjukkan adanya hasil yang diperoleh setelah penelitian ini selesai”. Tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan

bentuk

Tor-tor

Ilah

Mardogei

pada

masyarakat

Simalungun.
2. Mendeskripsikan makna yang terdapat pada Tor-tor Ilah Mardogei pada
masyarakat Simalungun.
3. Mendeskripsikan simbol yang terdapat pada Tor-tor Ilah Mardogei pada
masyarakat Simalungun.

F. Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian yang telah ditetapkan maka akan diharapkan dapat
memberi manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat luas.
Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :

10

1. Sebagai bahan informasi bagi lembaga yang membutuhkan, khususnya
kepada mahasiswa jurusan Sendratasik, dimana penulis menuntut ilmu di
Program Studi Seni Tari.
2. Sebagai bahan referensi bagi pihak lain yang bersangkutan dalam
pelestarian dan perkembangan kesenian Simalungun.
3. Menjadi sumber informasi bagi para pembaca mengenai Tor-tor Ilah
Mardogei pada masyarakat Simalungun.
4. Sebagai bahan referensi bagi penulis lainnya yang hendak meneliti bentuk
kesenian ini lebih lanjut.
5. Sebagai motivasi bagi setiap pembaca khususnya masyarakat Simalungun
agar tetap melestarikan kebudayaan khususnya kesenian tari Simalungun.

57

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari semua penelitian yang telah diteliti dilapangan berdasarkan dengan
uraian yang sudah dijelaskan mulai dari latar belakang sampai dengan
pembahasan maka peneliti dapat menyimpulan keseluruhan dari hasil penelitian
terhadap Tor-tor Ilah Mardogei di Huta III Silau Malela Kecamatan Gunung
Malela Kabupaten Simalungun sebagai berikut :
1. Tor-tor Ilah Mardogei menggambarkan tentang kegiatan masyarakat
Simalungun pada saat musim panen yang dilakukan secara bergotongroyong pada malam Rondang Bintang. Mereka bekerja sambil menari dan
menyanyi. Tor-tor ini merupakan tarian berpasangan yang dilakukan secara
berkelompok. Tor-tor ini ditarikan oleh muda-mudi (lelaki dan wanita).
Adapun rangkaian gerak tarian ini dimulai dari gerakan manabi omei,
mardogei, manjomur omei, mangipas dan mamurpur omei, gerakan terkhir
adalah manunjung omei. Ciri khas dari Tor-tor Ilah Mardogei adalah
hentakan kaki yaitu gerakan yang menandakan bahwasannya mereka sedang
Mardogei (memijak-mijak padi agar bulir padi lepas dari tangkainya).
2. Terkait dengan bentuk, pada Tortor Ilah Mardogei mencakup berbagai
simbol yang memiliki makna. Adapun makna simbol yang terdapat pada
geraknya, yaitu dimulai dari gerakan manabi omei (menyabit atau
memotong padi), mardogei (memijak-mijak padi agar bulir padi lepas dari

57

58

tangkainya), manjomur omei (menjemur padi), mangipas dan mamurpur
omei (Padi dikipas agar bulir padi yang kosong terbang dan terbuang dan
akan mendapatkan hasil padi yang baik) dan gerakan terkhir adalah
manunjung omei (mengangkat padi dengan cara membawanya di atas
kepala)
3. Musik iringan pada Tortor Ilah Mardogei merupakan musik internal yang
berasal dari dalam tubuh penari (hentakan kaki dan vocal).
4. Busana yang digunakan penari pada Tor-tor Ilah Mardogei untuk pria
adalah Ragih Pane, Heoi bokkou. Sedangkan untuk penari wanita adalah
Hati Rongga,

suri-suri dan untuk aksesorisnya yang digunakan adalah

mangei-mangei dan daun sirih.

B. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan diatas maka
peneliti dapat memberikan beberapa saran, yaitu :
1. Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap kepada pemerintah
daerah Simalungun agar memberikan perhatian khusus pada tari tradisi
lainnya agar tarian yang dimiliki masyarakat Simalungun dalam
penyajiannya dapat diangkat kepermukaan agar tetap menjadi seni budaya
yang tetap dijunjung tinggi.
2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan agar seluruh masyarakat
Simalungun agar tetap menjaga dan melestarikan kebudayaan Simalungun
yang telah diwariskan oleh leluhur kita sehingga kesenian Simalungun ini

59

akan tetap dilestarikan dengan baik dan dibudidayakan kembali oleh
masyarakat Simalungun
3. Diharapkan kepada Pemerintahan Kabupaten Simalungun lebih sering
mengadakan pertunjukan kesenian Simalungun karena akan sangat
membantu masyarakat luas dapat mengenal dan memahami kesenian
Simalungun baik secara bentuk geraknya hingga makna yang ingin di
sampaikan akan tersampaikan kepada penikmat seni maupun masyarakat
yang menyaksikannya.

60

DAFTAR PUSTAKA
Damanik, Erond L. (2012). Peradaban Simalungun. Pematangsiantar : Komite
Penerbit Buku Simalungun
Hariani, Dini. (2012). Makna Simbol Tor-tor Naposo Nauli Bulung pada
Masyarakat Angkola. Medan :Universitas Negari Medan.
Hidayat, Aziz Alimut. (2007). Pemecahan Masalah dalam Penelitian. Bandung
Mardiana. (2007). Bentuk dan Makna Kajian Tor-tor Sombah. Medan
Maryaeni. (2005). Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Bumi Aksara
Mery, LA. (1986). Dance Composition The Basis Elements. Terjemahan
Soedarsono. Yogyakarta : Legaligo
Nasution, Afni Dayanti. (2014). Makna Teks Tari Ilah Bolon dalam Upacara
Rondang Bintang. Medan :Universitas Negari Medan.
Nurwani. (2008) Pengantar Pengetahuan Tari, Fakultas Bahasa dan Seni. Medan
: Universitas Negari Medan
Ningsih, Susi Surah. (2012). Keberadaan Horja Harangan Pada Masyarakat
Simalungun. Medan : Universitas Negeri Medan
Purba, Jamin. (2011). Uapacara Adat Marhajabuan Pada Masyarakat
Simalungun Studi Analisis Terhadap Tor-tor. Medan : Universitas Negeri
Medan
Patuha Maujana Simalungun. (2008). SINALSAL, Sahap Pakon Aksara
Simalungun. : Dewan Pimpinan Pusat Komite Nasional Pemuda
Simalungun Indonesia.
Royce, Anya Peterson. (2010) The Antropology of Dance Terjemahan F.X
Widaryanto. Bandung : STSI Press Bandung
Soedarsono, R.M. (1976). Pengantar Pengetahuan Tari. Yogyakarta : ASTI
Soedarsono, R.M. (1978) Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari.
Yogyakarta: Akademi Seni Tari Indonesia
Sri Ulina, Marta. (2013). Tor-tor Bodan Na Haudanan Sebagai Seni Pertunjukan
dalam Pesta Rondang Bintang di Kecamatan Raya Kabupaten
Simalungun. Medan : Universitas Negeri Medan

61

Sugiono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Surakhmad, W. (1990). Metode Penelitian. Jakarta : Gramedia
Suharsini, Arikunto. (1995). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta : PT. Asdi Mahasatya
Yuningtyas, Risty. (2014). Perkembangan Pesta Rondang Bintang Pada
Masyarakat Simalungun. Medan : Universitas Negeri Medan
Zulhafni P, Wiwien. (2013). Dokomentasi Tari Berdasarkan Fungsi Di Kabupaten
Simalungun. Medan : Universitas Negeri Medan.

62

DAFTAR ACUAN INTERNET
http://www.kebudayaanSimalungun.com
http://www.google.pengertiansampelmenurutparaahli.html
http://id.m.wikipedia.org/wiki.Tor-tor
http://www.wikipwdia.com