BENTUK TOR-TOR BALANGSAHUA PADA MASYARAKAT TANAH JAWA DI KABUPATEN SIMALUNGUN.

BENTUK TOR-TOR BALANGSAHUA PADA MASYARAKAT
TANAH JAWA DI KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
HASVARA DHIBA INANTA LUBIS
NIM. 2103140020

JURUSAN SENDRATASIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TARI
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah tertulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan,

Maret 2015

Hasvara Dhiba Inanta Lubis
NIM 2103140020

ABSTRAK
HASVARA DHIBA INANTA LUBIS, NIM 2103140020 Bentuk Tor-Tor
Balangsahua Pada Masyarakat Tanah Jawa Di Kabupaten Simalungun.
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan. 2015
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk Tor-tor Balangsahua pada
masyarakat Tanah Jawa di Kabupaten Simalungun
Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori yang
berhubung kait dengan topik pembahasan, seperti teori bentuk dan teori elemenelemen tari serta kerangka konseptual sebagai penjabaran masalah yang terdapat
didalamnya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif
yang memberikan gambaran, uraian, keterangan tentang suatu keadaan yang
sedang terjadi berdasarkan fakta-fakta yang ada dilapangan. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi lapangan dan wawancara dengan beberapa
narasumber untuk mendapatkan data tentang
Tor-tor Balangsahua di
Simalungun. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah para penari
dan pemusik yang ada dalam Tor-tor Balangsahua ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Bentuk Tor-tor balangsahua ini
berkaitan dengan gerakan yang didapat dari tingkah laku belalang yang hanya
untuk menghibur masyarakat Simalungun, penari harus mempunyai kemampuan
terampil dalam olah gerak, peka terhadap musik dan dapat mengekspresikan tari
yang dibawakan serta dapat mengolah atau mengisi ruang panggung. Tor-tor
Balangsahua Tor-tor balangsahua bertema usihan atau yang biasa disebut tarian
yang menirukan bentuk gerak binatang. Gerak pada Tor-tor balangsahua terdiri
dari empat motif yaitu gerak penghormatan atau sombah, gerak terbang, gerak
menirukan bentuk belalang dan gerak dihar. Iringan musik yang digunakan
adalah Haro-haro, sedangkan alat musik yang digunakan antara lain Ogung,
Sarunei, dan Gondrang. Tata rias yang digunakan dalam Tor-tor balangsahua
difokuskan pada penari pria atau yang biasa disebut penari. Untuk penari

menggunakan tata rias yang sederhana tanpa menggunakan rias wajah yang
menyerupai belalang. Busana yang dipakai oleh penari terdiri dari: Penutup
kepala atau Destar, Selendang di bahu atau Suri-suri, Kain bagian pinggang
hingga ke kaki atau Hiou. Tor-tor balangsahua menggunakan pentas prosenium.
Setting yang digunakan dalam Tor-tor balangsahua dirancang menyerupai
suasana hutan. Lighting dan properti didalam Tor-tor balangsahua tidak
digunakan dalam pertunjukan tersebut.

Kata Kunci : Bentuk Tor-tor balangsahua, Masyarakat Simalungun.

i

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan limpahan rahmat dan berkat-Nya sehingga Skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Adapun judul Skripsi ini adalah “Bentuk Tor-tor
Balangsahua Pada Masyarakat Tanah Jawa di Kabupaten Simalungun”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan di Universitas Negeri Medan.
Dalam penulisan Skripsi ini penulis tidak terlepas dari hambatan-hambatan

dan banyak kesulitan dalam penyelesaiannya, namun dengan usaha dan kerja
keras yang maksimal dan bantuan dari segala pihak, akhirnya Skripsi ini dapat
terselesaikan juga. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini, antara
lain:
1. Prof. Dr. H. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor UNIMED
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sendratasik
4. Nurwani, S.S.T.,M.Hum selaku Ketua Prodi Pendidikan Tari sekaligus
Dosen Pembimbing Akademik
5. Dra. Tuti Rahayu, M.Si selaku Pembimbing I dan Iskandar Muda, S.Sn,
M.Sn selaku pembimbing II.
6. Yusnizar Heniwati, S.S.T., M.Hum selaku Dosen Penguji.
7. Semua Dosen Jurusan Sendratasik yang telah memberi banyak ilmu
selama perkuliahan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
8. Kedua orang tua tercinta Hasvande Bosy Lubis dan Carolina Siregar telah
memberikan segenap kasih sayang serta dukungan penuh kepada penulis
serta doa yang selalu menyertai sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini

i


dalam meraih Gelar S-1, Kakak tersayang Hasvara Dhita Niary Lubis yang
telah memberi doa dan semangat bagi penulis dan Abangda Rahmad
Husein Nasution, S.Pd yang menjadi penyemangat sejati baik suka dan
duka yang telah banyak memberikan motivasi, terlebih perhatian selama
proses penyelesaian Skripsi ini.
9. Sahabat, Lusiana Rusadi, Sandra Juliana Samosir, Harrini Maelini
Mubarrak Lubis, Jelita Chayang yang senantiasa bersama-sama berjuang
dalam mengerjakan Skripsi dan memberi semangat satu sama lain.
10. Raminah Garingging dan Sri Sultan Saragih selaku Narasumber yang telah
banyak memberikan pengetahuan tentang topik penelitian ini.
Disadari bahwa Skripsi ini masih memiliki kelemahan baik isi maupun tata
bahasa, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi sempurnanya Skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih.

Medan,

Maret 2015


Penulis

Hasvara Dhiba Inanta Lubis

ii

DAFTAR ISI

Page
ABASTRAK….. ....................................................................................

i

KATA PENGANTAR ...........................................................................

ii

DAFTAR ISI .........................................................................................

iv


DAFTAR GAMBAR .............................................................................

vi

DAFTAR FOTO ...................................................................................

vii

BAB I : PENDAHULUAN....................................................................

1

A. Latar Belakang ............................................................................

1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................

4


C. Pembatasan Masalah ...................................................................

5

D. Rumusan Masalah .......................................................................

5

E. Tujuan Penelitian.........................................................................

5

F. Manfaat Penelitian.......................................................................

6

BAB II : LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Landasan Teoritis ........................................................................


7

1. Teori Bentuk ...........................................................................

7

2. Elemen-elemen Tari ...............................................................

8

a. Pengertian Tema ........................................................

8

b. Pengertian Gerak .......................................................

8

c. Pengertian Iringan atau Musik ..................................


10

d. Pengertian Tata Rias..................................................

10

e. Pengertian Tata Busana .............................................

11

f. Pengertian Pentas ......................................................

11

g. Pengertian Setting .....................................................

11

h. Pengertian Lighting ...................................................


12

i. Pengertian Properti ....................................................

12

3. Pengertian Tor-tor...................................................................

12

B. Kerangka Konseptual ..................................................................

13

i

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN .........................................

15

A. Metode Penelitian ........................................................................

15

B. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................

15

1. Lokasi Penelitian ...................................................................

15

2. Waktu Penelitian ....................................................................

16

C. Populasi dan Sampel ...................................................................

16

1. Populasi

.............................................................................

16

2. Sampel

.............................................................................

16

D. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................

17

1. Studi Pustaka .........................................................................

17

2. Wawancara .............................................................................

19

3. Observasi .............................................................................

19

4. Dokumentasi ...........................................................................

20

E. Teknik Analisis Data ...................................................................

20

BAB IV : PEMBAHASAN ...................................................................

21

A. Letak Geografis Kabupaten Simalungun ....................................

21

B. Latar Belakang Adat dan Budaya Serta Perekonomian Masyarakat
Simalungun .................................................................................

24

1. Asal Usul Simalungun .................................................................

24

2. Masyarakat Simalungun ..............................................................

26

a. Sistem Kekerabatan ...................................................

26

b. Sistem Kepercayaan ..................................................

27

c. Sistem Mata Pencaharian ..........................................

28

C. Pesta Rondang Bittang ................................................................

29

D. Bentuk dan Elemen Tor-tor balangsahua ...................................

30

BAB V: PENUTUP ...............................................................................

48

A. Kesimpulan..................................................................................

48

B. Saran ............................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

51

DAFTAR ACUAN INTERNET ..........................................................

51

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Lokasi Kecamatan Tanah Jawa ..................................

23

Gambar 4.2 Pentas Prosenium pada Tor-tor balangsahua .....................

46

i

DAFTAR FOTO
Foto 4.1

Pertunjukan Tor-tor balangsahua ......................................

31

Foto 4.2

Masuk dan Proses Penghormatan ......................................

33

Foto 4.3

Penghormatan atau Sombah...............................................

33

Foto 4.4

Proses Naik ........................................................................

34

Foto 4.5

Terbang ..............................................................................

34

Foto 4.6

Gerak Belalang ..................................................................

35

Foto 4.7

Dihar ..................................................................................

35

Foto 4.8

Terbang ..............................................................................

36

Foto 4.9

Geral Belalang ...................................................................

36

Foto 4.10

Penghormatan Terakhir......................................................

37

Foto 4.11 Gerak yang menggunakan Ruang ...........................................

39

Foto 4.12 Gerak yang menggunakan Waktu ..........................................

39

Foto 4.13 Gerak yang menggunakan Tenaga ..........................................

40

Foto 4.14 Alat Musik Ogung ..................................................................

41

Foto 4.15 Alat Musik Sarunei .................................................................

42

Foto 4.16 Alat Musik Gondrang ............................................................

42

Foto 4.17 Ekspresi Wajah Belalang ........................................................

43

Foto 4.18 Penutup kepala atau Destar .....................................................

44

Foto 4.19 Kain selendang atau Suri-suri .................................................

45

Foto 4.20 Kain bagian pinggang hingga ke kaki atau Hiou. ...................

45

i

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesenian merupakan induk dari beberapa bentuk cabang seni yang ada di
Indonesia, diantaranya seni tari, seni musik, seni rupa, seni drama dan seni sastra.
Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa “Kesenian adalah
penciptaan wujud-wujud yang merupakan simbol dari perasaan manusia”.
Kesenian juga merupakan salah satu bentuk aktifitas masyarakat. Segala bentuk
dan fungsinya akan berkaitan dengan kehidupan masyarakat setempat. Kita
mengetahui bahwa kebudayaan tradisional sangat banyak ragamnya di Indonesia,
melibatkan perhatian yang serius untuk melestarikannya, agar tidak punah dan
hilang, karena kebudayaan itu sendiri merupakan kekayaan yang dimiliki oleh
suatu bangsa. Masing-masing terbagi menjadi sejumlah Kabupaten dan
Kecamatan yang semakin menunjukkan betapa majemuknya bangsa Indonesia.
Sumatera Utara adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang dikenal
banyak memiliki keragaman budaya. Keberagaman budaya ini terlihat dari
berbagai macam etnis yang mendiami wilayah provinsi Sumatera Utara. Adapun
beberapa etnis tersebut antara lain Melayu, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah,
Tapanuli Selatan, Nias, Karo, Pak-Pak Dairi, dan Simalungun. Simalungun
merupakan salah satu daerah Sumatera Utara yang memiliki adat yang sangat
kental. Berbagai macam budaya tradisional terdapat di daerah ini.
Simalungun juga kaya akan keseniannya, baik seni tari, seni musik, dan
seni rupa. Kesenian ini dikembangkan dan dilestarikan dengan adanya pagelaran
1

2

atau pertunjukan. Hal ini diadakan dengan tujuan agar kesenian Simalungun tidak
punah dan menjadi aset kebudayaan yang menandakan ciri khas masyarakat
Simalungun sesuai dengan tradisi dan kebiasaan para leluhur. Karena hilangnya
suatu kebudayaan pada masyarakat merupakan hilangnya suatu identitas
masyarakat tersebut.
Tari merupakan cabang dari kebudayaan yang merupakan hasil karya cipta
manusia yang diwariskan secara turun menurun. Tari merupakan bagian dari
kebiasaan dalam kehidupan manusia dalam berinteraksi baik dengan manusia
maupun dengan alam sekitarnya. Dilihat dari segi fungsi tari Soedarsono dalam
Nurwani (2010;42) terdiri dari tiga bagian yaitu: “tari upacara, tari hiburan dan
tari pertunjukan”. Tari upacara merupakan tari yang berhubungan dengan agama
dan nilai sakral yang magis. Sedangkan tari hiburan merupakan tari yang
menimbulkan

rasa

kegembiraan

dalam

pergaulan,

sehingga

sifatnya

menyenangkan, dan tari pertunjukan merupakan tari yang ditampilkan ditempat
khusus, baik dipanggung tertutup maupun terbuka, sehingga tarian ini disebut juga
dengan tarian teatrikal.
Tor-tor Balangsahua merupakan bagian dari Tor-tor Usihan atau tarian
totemitis atau menyerupai gerak hewan yang berasal dari daerah Simalungun. Tortor Usihan merupakan bentuk tari yang terinspirasi dari rangsang visual atau
penglihatan dan rangsang audio (berdasarkan nama gual). Tor-tor Balangsahua
juga terdapat dalam rangkaian Tor-tor dihar karena Tor-tor Balangsahua
merupakan salah satu jurus silat yang ada pada Tor-tor dihar, dimana gerakan
silat yang diambil dari teknik dan gerakan belalang dalam melakukan sombah.

3

Tor-tor adalah suatu media utama bagi masyarakat Simalungun dalam
pelaksanaan pertunjukan adat, sehingga masyarakat harus menjaga dan
melestarikannya. Oleh karena itu dalam setiap pelaksanaan pertunjukan ada
manortor atau menari. Sedangkan Balangsahuwa merupakan kata lain dari
belalang, sehingga Tor-tor Balangsahua ini menirukan beberapa gerakan yang
mirip seperti gerakan belalang. Tor-tor Balangsahua ini sering ditampilkan pada
pertunjukan adat masyarakat Simalungun.
Tor-tor asli Simalungun yang kita kenal dengan Tor-tor Balangsahua
(jurus belalang) asli warisan nenek moyang Simalungun. Bentuk Tor-tor
Balangsahua ini dapat ditarikan oleh seorang penari juga bisa ditarikan oleh
sepasang penari. Pada dahulunya Tor-tor Balangsahua ini seluruh gerakan asli
melirukan gerak belalang. Tor-tor Balangsahua ini ditarikan oleh sepasang penari
yang menandakan belalang jantan dan belalang betina. Belalang jantan memiliki
warna hijau muda sedangkan belalang betina memiliki warna hijau tua atau
hamper mirip warna kecoklatan, artinya gerakan balalang jantan pada Tor-tor
Balangsahua ini terlihat lebih bersifat mengikuti kemana gerak belalang betina,
sedangkan gerak belalang betina bersifat malu-malu. Namun pada tahun 1940
Tor-tor Balangsahua ini diangkat kembali oleh seniman daerah Simalungun
dengan menambahkan dihar (silat) dan dapat ditarikan oleh seorang penari. Penari
menarikan Tor-tor Balangsahua dengan jurus yang bergerak seperti belalang
dengan disertai ekspresi wajah seperti belalang. Gerak dalam Tor-tor
Balangsahua ini sangat mirip dengan bentuk belalang.

4

Dihar dalam Tor-tor Balangsahua ini memiliki keunikan, penari tidak
boleh menyerang duluan, kemudian jurus dengan tenaga pukulan yang diberikan
lawan tidak boleh dibalas dengan tenaga pukulan yang lebih besar. Gelanggang
tempat atraksi dihar biasanya di kelilingi lambei horsing (semacam janur kuning)
sebagai pembatas agar tidak sembarangan penonton atau orang lain masuk
dikarenakan dihar ini memiliki gaib yang datang tanpa disadari oleh para penari,
dan juga dapat mengetahui mana yang berniat baik dan mana yang berniat buruk.
Ketertarikan penulis untuk mengangkat judul Bentuk Tor-tor Balangsahua
Pada Masyarakat Tanah Jawa di Kabupaten Simalungun, dikarenakan penulis
melihat adanya kesenian yang harus dipertahankan agar menjadi salah satu
identitas masyarakat Simalungun. Selain tidak ada minat, kesungguhan dan
kemauan, generasi yang jarang bisa meluangkan waktu, juga tidak adanya
sanggar-sanggar latihan akibat minim dana. Hal-hal mendasar inilah yang tidak
dimiliki generasi muda sekarang.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin mengkaji lebih dalam
tentang Tor-tor Balangsahua yang dilakukan oleh masyarakat Simalungun
sebagai bentuk pendataan agar Tor-tor Balangsahua tetap hidup dan berkembang
dalam kehidupan bermasyarakat.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dapat diteliti, yakni
sebagai berikut.
1. Bagaimana bentuk Tor-tor Balangsahua?
2. Bagaimana elemen-elemen tari dalam Tor-tor Balangsahua?

5

3. Bagaimana gerak Tor-tor Balangsahua?
4. Bagaimana keberadaan Tor-tor Balangsahua pada masyarakat tanah
jawa?
5. Bagaimana asal-usul Tor-tor Balangsahua?
6. Bagaimana Peranan Tor-tor Balangsahua?

C. Pembatasan Masalah
Dalam suatu penelitian diperlukan adanya pembatasan masalah agar
masalah yang diteliti tidak terlalu luas. Batasan masalah merupakan kunci
pertanyaan dalam sebuah riset yang akan dicari jawabannya melalui penelitian.
Dengan pertimbangan diatas, luasnya permasalahan dan terbatasnya waktu
dan kemampuan yang ada pada penulis, maka dalam pembatasan masalah dapat
ditinjau dari sisi sebagai berikut:
1. Bagaimana Bentuk Tor-tor Balangsahua pada masyarakat Tanah Jawa di
Kabupaten Simalungun?

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas,
maka masalah yang harus dijawab didalam penelitian ini, dapat dirumuskan
sebagai berikut: “Bagaimana bentuk Tor-tor Balangsahua pada masyarakat tanah
jawa di Kabupaten Simalungun”

E. Tujuan Penelitian
Kegiatan penelitian senantiasa berorientasi pada tujuan. Oleh sebab itu,
penelitian ini bertujuan untuk:

6

1. Mendeskripsikan bentuk Tor-tor Balangsahua pada masyarakat Tanah
Jawa di Kabupaten Simalungun
2. Mendeskripsikan elemen-elemen tari pada Tor-tor Balangsahua

F. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, maka diharapkan tulisan dalam
penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas yang diuraikan sebagai
berikut:
1. Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
pembelajaran seni tari.
2. Dapat menjadi masukan bagi masyarakat dalam merencanakan program
pemeliharaan, pelestaraian, penegmbangan dalam seni tari
3. Dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan untuk penelitian – penelitian
yang relevan.

BAB V
PENUTUP
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil beberapa
kesimpulan dan saran sebagai berikut.

A. Kesimpulan
Dari yang telah diteliti dan diuraikan yang sudah dijelaskan dari latar
belakang sampai dengan pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan dari
keseluruhan hasil penelitian terhadap Tor-tor balangsahuadi Kecamatan Tanah
Jawa Kabupaten Simalungun.
Kesimpulan dimulai dari keterangan yang mnjelaskan bahwa:
1. Tor-tor balangsahua adalah tari yang berasal dari Kabupaten Simalungun.
2. Tor-tor

balangsahua

disebut

juga

Tor-tor

usihan

atau

tarian

totemitif/menyerupai. Balangsahua berasal dari bahasa Simalungun yang
artinya belalang sembah. Tor-tor balangsahua ini memiliki urutan cerita
singkat sebagai dasar pengembangan gerak menjadi gerak tari.
3. Seni pertunjukan dalam Tor-tor balangsahua adalah

merupakan

pengalaman langsung seniman/penari yang dikemas menjadi suatu
tampilan tarian yang menarik penikmat terhibur. Kemampuan penari dari
cara menyajikannya, intensitas penghayatan ini memberikan rasa terhibur
kapada penikmat.
4. Ekspresi merupakan pengungkapan perasaan atau pernyataan terdalam
wujud yang bias diamati. Perasaan tersebut merupakan pengalaman

48

49

seorang melihat seekor belalang, dan pengalaman tersebut dijadikan objek,
diatur dan dikelola sehingga terciptalah Tor-tor balangsahua yang unik
dan menghibur penonton.
5. Tor-tor balangsahua ini disajikan dalam pesta Rondang Bittang yang
diadakan setahun sekali dalam Kabupaten Simalungun.
6. Pesta Rondang Bittang adalah pesta rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat.
Rondang Bittang biasanya dimanfaakan untuk muda-mudi belajar menari
dan mainan lainnya. Dengan penuh sukaria di halaman. (laman bolog).
Pesta Rondang Bittang merupakan suatu wadah yang dapat menggali,
menumbuh kembangkan dan mensosialisasikan.
7. Busana yang digunakan Rondang Bittang adalah yaitu busana sederhana
yang mencirikan khas Simalungun yaitu menggunakan ulos Simalungun
dan kain dan Rondang Bittang dilakukan menggunakan panggung
prosedium dan lapangan.

B. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka
penulis dapat memberikan beberapa saran yaitu:
1. Agar Tor-tor Rondang Bittang dapat dikembangkan, diperlukan upaya
pengembangan yang melibatkan semua pihak dalam hal ini termasuk
pemerintah dan masyarakat.

50

2. Kepada pihak yang berkompeten terhadap bidang kebudayaan khususnya
Simalungun dapat memberikan perhatian lebih dan memberi kesempatan
kepada masyarakat untuk mengembangkan kebudayaan Simalungun
3. Kepada generasi muda diharapkan untuk dapat mempelajari lebih dalam
lagi tari-tari tradisional Simalungun secara baik dan benar sesuai dengan
norma norma adat istiadat guna pelestarian budayanya.

51

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Aziz Alimut Hidayat.(2007). Metode Penelitian Kebidanadan Teknik Analis Data.
Surabaya : Salemba Media.
Hadi, Y, Sumadiyo. (2002). Kajian Tari. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher.
Hidajat, Robby. (2005). Wawasan Seni Tari, Jurusan Seni dan Desain.
Universitas Negeri Malang.
Hutapea, Yere. (2013). Bentuk Koreografer Tor-tor Dihar Sitarlak di Kabupaten
Simalungun. Skripsi. Universitas Negeri Medan: Medan.
H.Muchtar, 2010. Bimbingan Skripsi, Thesis dan Artikel Ilmiah, Jambi: Gaung
Persada Press.
Langer, Suzanne, K, 1998. Problematika Seni Terjemahan F.X Widyarto,
Bandung: Akademi Seni Tari Indonesia.
Nasution H Irwan, dkk. (2002). Metodologi Penelitian. IAIN Sumatera Utara:
Medan.
Nurwani, (2010). Pengetahuan Seni Tari, diktat Jurusan Sendratasik Universitas
Negeri Medan.
Purba, Jamin. (2011). Upacara Marhajobuan Pada Masyarakat Simalungun Studi
Analisa Terhadap Tor-tor. Skripsi.Universitas Negeri Medan: Medan.
Putri, Nurul Aprila. (2013). Teknik dan Gaya Tari Manduda Pada Masyarakat
Simalungun Atas dan Masyarakat Simalungun Bawah. Skripsi. Universitas
Negeri Medan: Medan
Sihaloho, Martha. (2013). Tor-tor Bodat Na Haudanan Sebagai Seni Pada Pesta
Rondang Bintang di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun. Skripsi.
Universitas Negeri Medan: Medan.
Sipayung, Junaidi. (2013). Mengenal Tor-tor dan Hagualon Simalungun.
Pematang Siantar: Sanggar Seni dan Budaya Simalungun Bhatara Guru.
Sugiono.(2005). Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandung.
Smith, Jacqueline, (1985). Komposisi Tari Terjemahan Ben Suharto, Yogyakarta:
Ikalast

52

Wardiyanta. (2006). Metode Penelitian Pariwisata. ANDI: Yogyakarta.
Zulhafni, Wiwien. (2013). Dokumentasi Tari Berdasarkan Fungsi di Kabupaten
Simalungun. Skripsi.Universitas Negeri Medan: Medan.
http://jejak_komunitas_Simalungun
http://www.wikipedia indonesia.com
http:/kaskus.com