MAKNA SIMBOL TOR-TOR SIMODAK-ODAK PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN.

MAKNA SIMBOL TOR-TOR SIMODAK-ODAK
PADA MASYARAKAT SIMALUNGUN

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

REYSITA LASSARI DAMANIK
NIM 2103340047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TARI
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
atas mukjizatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik,
Sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Makna Simbol

Tortor Simodak-odak Pada Masyarakat Simalungun”. Penulisan Skripsi ini
bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Tari Jurusan Seni Drama, Tari, dan Musik, Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Penulisan Skripsi ini terwujud berkat bantuan beberapa pihak. Melalui
halaman ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada :


Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan



Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Medan



Uyuni Widiastuti. M.Pd Ketua Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan




Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si Ketua Prodi Pendidikan Tari



Nurwani, S.S.T, M.Hum Pembimbing Skripsi I



Martozet, S. Sn, MA Pembimbing Skripsi II



Dra. Dilinar Adlin, M.Pd dosen Pembimbing Akademik



Seluruh Dosen di Jurusan Sendratasik khususnya Program Studi Pendidikan
Tari yang telah banyak memberikan dorongan dan motivasi dalam

menyelesaikan perkuliahan



Haris Hemdy Purba, Enna Saragih, Risjon Saragih narasumber yang
memberikan banyak informasi dan masukan mengenai Tortor Simodak-odak



Teristimewa untuk keluarga terkasih, Kepada Ayahanda tercinta Sukenri
Damanik dan Ibunda Dra. Sahma Anny Saragih, terimakasih kepada bapak,

ii
 

dan mamak yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan moril dan
materil kepada penulis. Kepada adik Nova Oseva Damanik, Gian Luccas
Pande Damanik yang selalu memberikan semangat. Kepada keluarga besar
Damanik dan Saragih yang juga selalu memberikan motivasi bagi penulis



Ucapan terimakasih kepada sahabat Riris Desnia, Dita Ayu, Erlin, Yoa.
Keluarga Seni Tari 2010, khususnya Afrianty, Riris G, Nuri, Launi, Kiki,
Novia. Teman sesama mahasiswa Sendratasik khususnya Tri, Grace, Delfiana,
Kristian, Romulus, Sortali Dancer dan Benni Sinaga yang telah memberikan
dukungan, bantuan, semangat dan doa kepada penulis
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak

yang turut membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan semoga Skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan,
Penulis,

September 2015

Reysita Lassari Damanik
NIM. 2103340047

iii

 

 

ABSTRAK

REYSITA LASSARI DAMANIK, NIM 2103340047. Makna Simbol Tor-tor
Simodak-odak Pada Masyarakat Simalungun.  Fakultas Bahasa Dan Seni,
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN. 2015 
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk yang terdapat pada
Tortor Simodak-odak, makna simbol gerak Tortor Simodak-odak
pada
masyarakat Simalungun. 
Dalam pembahasan penulisan ini, digunakan teori-teori yang berhubungan dengan
topik penulisan, seperti teori bentuk menurut Sal Murgianto, teori makna simbol
menurut Lonergan dan pengertian tortor menurut Tambunan.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Untuk melengkapi
data-data dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi lapangan, video,
wawancara dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat
Simalungun yang berada di Kabupaten Simalungun Kecamatan Raya pada desa

Merek Raya, seniman dan tokoh adat setempat.  
Hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul dapat diketahui bahwa Tor-tor
Simodak-odak merupakan tor-tor yang diciptakan oleh salah satu Seniman
Simalungun yaitu Taralamsyah Saragih, pada Tahun 1958 merupakan salah satu
tor-tor yang bertema percintaan. Dalam gerakan pada tor-tor Simodak-odak ini
sendiri merupakan inspirasi dari Taralamsyah Saragih dari melihat pemudapemudi Simalungun, makna yang terkandung dalam gerak tor-tor ini berbedabeda, bukan hanya sekedar indah tetapi berlandaskan falsafah kehidupan
masyarakat Simalungun. Tor-tor Simodak-odak dilihat dari bentuk, seperti
menurut pendapat dari Sal Murgianto bahwa bentuk dalam tari terbagi menjadi
bentuk dalam dan bentuk luar. Adapun bentuk dalam meliputi ; ide, gagasan,
tema. Pada tor-tor Simodak-odak memiliki tema yaitu tentang percintaan, karena
tor-tor ini menceritakan muda-mudi yang sedang dirajut asmara. Bentuk luar
meliputi : gerak, iringan, busana dan rias. Tor-tor Simodak-odak memiliki tujuh
ragam gerak. Iringan dari tor-tor Simodak-odak menggunakan alat musik seperti
gonrang, gong, tulila, sarune, dan arbab. Busana yang digunakan pada tor-tor
Simodak-odak adalah bulang, suri-suri naboru, kebaya, ragi pane naboru, gotong,
ragi pane dalahi, suri-suri dalahi, baju sibirong, salawar ganjang.
Tor-tor Simodak-odak dilihat dari makna simbol, gerak dari tor-tor Simodakodak setiap ragamnya memiliki makna tersendiri. Iringan musik tor-tor Simodakodak menggunakan musik gonrang sipitu-pitu atau disebut gonrang bolon yang
memiliki tempo yang sedang tetapi menggambarkan suasana yang gembira.

Kata kunci : Tortor Simodak-odak, Makna Simbol.

 


 

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Uraian Ragam Gerak Tor-tor Simodak-odak ...................................................

37

Tabel 4.2 Makna Simbol Ragam Gerak Tor-tor Simodak-odak.......................................

51

Tabel 4.3 Makna Syair Lagu Simodak-odak ....................................................................

54

Tabel 4.4 Makna Busana Penari Laki-Laki Tor-tor Simodak-odak .................................


56

Tabel 4.5 Makna Busana Penari Perempuan Tor-tor Simodak-odak ...............................

58

 
 

vii
 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual .......................................................................
Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian .......................................................................
Gambar 4.2 Foto. Mardalan nanget ......................................................................
Gambar 4.3 Foto. Geleng hu siamun, geleng hu sambilou ...................................
Gambar 4.4 Foto. Maneser hu siamun, manerser hu sambilou ............................

Gambar 4.5 Foto. Hundul ......................................................................................
Gambar 4.6 Foto. Hundul ......................................................................................
Gambar 4.7 Foto. Jonjong .....................................................................................
Gambar 4.8 Foto. Malangkah putor hu siamun, putor hu sambilou ....................
Gambar 4.9 Foto. Eta Marpadan ..........................................................................
Gambar 4.10 Foto. Eta Marpadan ........................................................................
Gambar 4.11 Foto. Maluppat paekat padan..........................................................
Gambar 4.12 Foto. Gonrang Sipitu-pitu ...............................................................
Gambar 4.13 Foto. Ogung .....................................................................................
Gambar 4.14 Foto. Tulila ......................................................................................
Gambar 4.15 Foto. Sarune dan Sulim ...................................................................
Gambar 4.16 Foto. Arbab ......................................................................................
Gambar 4.17 Foto. Busana Tor-tor Simodak-odak ...............................................
Gambar 4.18 Foto. Mardalan nanget ....................................................................
Gambar 4.19 Foto. Geleng hu siamun, geleng hu sambilou .................................
Gambar 4.20 Foto. Maneser hu siamun, manerser hu sambilou ..........................
Gambar 4.21 Foto. Hundul ....................................................................................
Gambar 4.22 Foto. Malangkah putor hu siamun, putor hu sambilou ..................
Gambar 4.23 Foto. Eta Marpadan ........................................................................
Gambar 4.24 Foto. Maluppat paekat padan..........................................................

Gambar 4.25 Foto. Gotong ....................................................................................
Gambar 4.26 Foto. Baju ........................................................................................
Gambar 4.27 Foto. Suri-suri..................................................................................
Gambar 4.28 Foto. Ragipane ................................................................................
Gambar 4.29 Foto. Salawar panjang ....................................................................
Gambar 4.30 Foto. Bulang ....................................................................................
Gambar 4.31 Foto. Kebaya....................................................................................
Gambar 4.32 Foto. Suri-suri..................................................................................
Gambar 4.33 Foto. Ragipane ................................................................................
Gambar 4.34 Foto. Tata Rias Penari Simodak-odak .............................................
 
 
 
 
 
iv
 

17
29

37
37
38
39
39
40
40
41
41
41
43
44
45
45
46
48
51
51
52
52
52
53
53
56
56
57
57
57
58
58
59
59
60

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan
nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang
membudaya, secara turun temurun diwariskan sampai dengan sekarang. Kesenian
merupakan salah satu unsur dari kebudayaan, dimana menjadi bagian yang
mendukung keberadaan suatu masyarakat tersebut. Aktivitas yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat tidak bisa terlepas dari seni. Kesenian juga menjadi sarana
interaksi dan komunikasi antara sesama, baik alam dan juga kepada Pencipta.
Setiap masyarakat yang berbeda tempat maka berbeda juga kebudayaannya, sama
halnya dengan kesenian. Kesenian menjadi keindahan tersendiri bagi setiap
masyarakat yang memilikinya.
“Kesenian atau diambil dari kata dasar ‘seni’ merupakan wujud yang
terindra, seni itu berada diluar benda seni yang berupa nilai, apa yang disebut
indah, baik, adil, sederhana,dan bahagia” (Jakob Sumardjo, 1999:11). Inilah
menunjukkan bahwa seni merupakan sesuatu yang terlahir dari jiwa manusia yang
diekpresikan kedalam suatu wujud (benda) yang disebut karya seni dan memiliki
keindahan tersendiri. Salah satu dari wujud (benda) yang dimaksud adalah seperti
gerak pada seni tari. Tari sebagai keindahan tidak hanya dilihat dipandang indah
melalui geraknya saja tetapi juga bagaimana hubungan tari tersebut dengan
masyarakatnya.

1

2

“Tari dan masyarakat adalah suatu hal yang saling menyatu, karena baik
tari yang berasal dari budaya primitif, tradisional, pedesaan dengan ciri
kerakyatan, maupun tari yang berkembang di perkotaan, tari modern atau tari
kreasi baru, kehadirannya sesungguhnya tak akan terlepas dari masyarakat
pendukungnya” (Sumandiyo Hadi, 2005). Lahirnya tari dalam suatu masyarakat
adalah bagian dari aktivitas atau kegiatan oleh sekelompok orang yang memiliki
arti dan tujuan tertentu. Tari tersebut sengaja diciptakan sebagai bentuk ungkapan
syukur atau sukacita, penyembahan Kepada Sang Pencipta, sebagai bentuk
penghormatan kepada raja, orangtua, sebagai bentuk ungkapan kesedihan atau
dukacita yang dialami oleh sesama, juga sebagai bentuk hiburan dalam
masyarakat.
Tari telah menjadi salah satu bagian dari warisan kesenian yang
membudaya sampai saat ini. Setiap masyarakat yang berasal dari negeri, wilayah,
suku-suku yang ada di dunia telah sejak lama mengenal tari, dan tari menjadi icon
bagi masing-masing masyarakat sesuai dengan suku dan kebudayaannya.
keberagaman etnis di Sumatera Utara merupakan salah satu kekayaan budaya di
negri Indonesia, setiap etnis memiliki masing-masing kesenian dan tari yang
berbeda-beda. Melayu, Nias, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Karo, Batak
Toba, dan Simalungun memiliki khas tersendiri pada masing-masing tariannya
sesuai dengan karakteristik setiap etnis.
Simalungun dikenal merupakan bagian dari Sub Suku Batak, yang juga
salah satu etnis dari Sumatera Utara. Kabupaten Simalungun adalah tempat asal
dari masyarakat asli Simalungun. Daerah ini terkenal sebagai daerah pertanian,

3

karena sebagian besar dari masyarakatnya bekerja sebagai petani. Masyarakat
Simalungun menjunjung tinggi nilai kekeluarga atau marharoan (bergotong
royong), sehingga apapun kegiatan yang bersifat kemasyarakatan diawali dengan
mariah (musyawarah) dan dikerjakan secara marharoan (bergotong royong).
Selain semangat marharoan. Selain itu, dapat ditemukan aktifitas-aktifitas yang
berkaitan dengan seni pada kehidupan sehari-harinya pada masyarakat
Simalungun ini, dimana aktifitas tersebut menyertakan kesenian sebagai
kelengkapan pelaksanaan suatu kegiatan. Dari beberapa bentuk kesenian, salah
satu bentuk kesenian yang digunakan adalah seni tari.
Tor-tor atau tari pada masyarakat Simalungun sejak dulu mempunyai
makna dan maksud tertentu yang sampai dengan sekarang masih tetap digunakan.
Tor-tor merupakan salah satu media penyampaian penghormatan maupun
penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai media penghormatan pada
Raja-raja, orangtua atau tamu terhormat, sebagai media ungkapan rasa syukur atas
berkat, begitu juga sebagai media ungkapan rasa dukacita terhadap musibah atau
kemalangan yang dialami oleh anggota masyarakat.
Upacara

adat pada masyarakat Simalungun sampai sekarang masih

dilaksanakan dengan menggunakan Tor-tor sebagai pelengkap kegiatan tersebut,
seperti: upacara adat marhajabuan (pernikahan), kelahiran, upacara adat kematian
sayur matua. Selain menjadi pelengkap kegiatan adat yang bersifat upacara, Tortor juga sering ditampilkan sebagai hiburan dalam salah suatu acara yang juga
menjadi khas dari masyarakat Simalungun yaitu Pesta Rondang Bintang.

4

Salah satu tor-tor yang ditampilkan sebagai hiburan pada masyarakat
Simalungun adalah Tor-tor Simodak-odak. Tor-tor ini merupakan salah satu tarian
yang diciptakan oleh salah satu seniman yang juga merupakan keturunan dari Raja
Raya Tuan Rondahaim yaitu Taralamsyah Saragih. Tor-tor ini diciptakan pada
tahun 1958 dan pertama kali ditampilkan pada suatu acara yang bertajub Semalam
di Simalungun yang diadakan di Bioskop Ria Pematang Siantar pada tahun 1959.
Bentuk penyajian dari Tor-tor yang bertemakan percintaan ini ditarikan secara
berpasangan. Biasanya Tor-tor ini ditarikan oleh tiga pasang penari, yaitu tiga
orang penari perempuan dan tiga orang penari laki-laki. Musik pengiring dalam
pertunjukkan Tor-tor Simodak-odak ini adalah sarunei, gong, gonrang sipitu-pitu,
sulina, arbab, tulilla. Lagu yang dimainkan sebagai pengiring adalah lagu yang
berjudul Simodak-odak yang juga menjadi nama dari Tor-tor ini.
Kebudayaan dari masa ke masa telah menjadi icon tersendiri bagi
masyarakatnya. icon, lambang atau simbol mempunyai makna dan maksud
tersendiri. Menurut Geertz dalam Yuliawan ( 2012 :21 ) mengatakan bahwa “
manusia hidup dalam suatu kebudayaan yang didalamnya berarti simbol-simbol
yang menyiratkan makna. Kebudayaan dihayati dan menjadi pemahaman bersama
dalam kelompok masyarakatnya.”
Kebanyakan dari kita, hanya sebagian kecil yang mengetahui dengan jelas
tentang simbol-simbol tersebut. Perkembangan zaman banyak merubah keinginan
dan kepedulian terhadap budaya sendiri semakin minim. Keberagaman bentuk dan
karya seni yang ada menuntut kita sebagai generasi baru untuk terus menggali dan
memperkenalkannya kepada khalayak banyak. Hal tersebut adalah sebagai bentuk

5

perwujudan syukur atas warisan leluhur dan menumbuhkan rasa cinta budaya baik
bagi diri sendiri juga bagi sesama.
Nilai-nilai tradisi pada setiap karya seni, simbol-simbol yang menyimpan
makna dan maksud tertentu, harus dapat diungkapkan, diinterventariskan,
didokumentasi serta diteliti sesuai dengan tuntutan ilmiah. Sehingga kebudayaan
yang sudah atau yang belum tergali dapat terjamin kebenarannya dimasa yang
akan datang. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti
lebih jauh tentang keberadaan Tor-tor Simodak-odak, bentuk, makna dan simbol
Tor-tor Simodak-odak ini pada masyarakat Simalungun di Desa Merek Raya.
Sehingga penulis tertarik untuk mengangkat penelitian dengan judul “ Makna
dan Simbol Tor-tor Simodak-odak Pada Masyarakat Simalungun”.

B. Identifikasi Masalah
Masalah adalah bagian terpenting dari penelitian, masalah adalah pokok
dari penelitian itu sendiri. Tanpa ada masalah maka penelitian tidak akan dapat
dilakukan. Identifikasi masalah sangat penting dilakukan dengan benar, agar
penelitian dapat terarah dengan baik, sehingga masalah yang akan dibahas masih
tetap dalam ruang lingkup penelitian dan tidak melebar atau lari dari topik
penelitian. Bagian inilah yang dapat membantu Peneliti dalam mengemukakan
masalah yang akan diteliti, agar masalah yang teliti dapat terpecahkan melalui
proses yang sistematis, logis dan ilmiah.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dari latar belakang, adapun
indetifikasi masalah dari topik yang diangkat adalah sebagai berikut :

6

1.

Bagaimanakah

keberadaan

Tor-tor

Simodak-odak

pada

masyarakat

Simalungun?
2.

Bagaimanakah sejarah dari Tor-tor Simodak-odak pada masyarakat
Simalungun?

3.

Bagaimanakah bentuk penyajian Tor-tor Simodak-odak pada masyarakat
Simalungun?

4.

Bagaimanakah makna simbol Tor-tor Simodak-odak pada masyarakat
Simalungun?

C. Pembatasan masalah
Pembatasan

masalah

adalah

lanjutan

dari

identifikasi

masalah,

pemabatasan masalah bertujuan untuk membatasi pemabahasan agar topik
menjadi terfokus, menjaga agar pembahasan tidak meluas atau melebar dan
penelitian tepat pada sasarannya. Berdasarkan penelitian diatas serta dengan
memandang sangat luasnya cakupan masalah, serta keterbatasan yang dimiliki
peneliti baik waktu, dana, serta kemampuan teoritis, maka penulis melakukan
pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang ditetapkan adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah bentuk penyajian Tor-tor Simodak-odak pada masyarakat
Simalungun?
2. Bagaimanakah makna simbol Tor-tor Simodak-odak pada masyarakat
Simalungun?

7

D. Rumusan masalah
Setelah identifikasi masalah yang dilanjutkan dengan pembatasan masalah,
maka disini peneliti akan merumuskan masalah-masalah menjadi satu pokok
pembahasan. Menurut Ir. I Made Wirartha, M.Si (2006), mengatakan bahwa
“Usulan penelitian perlu merumuskan masalah pokok yang akan diteliti.
Perumusan atau pernyataan masalah tersebut menunjukkan gambaran yang akan
dicapai dan arah analisis yang akan dilakukan dalam proses penulisan usulan
penelitian”.
Seperti pernyataan diatas agar penelitian diharapkan dapat memfokuskan
dan memusatkan masalah yang akan diteliti, sebagai gambaran dari tujuan yang
akan dicapai. Maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu :
Bagaimana bentuk dan makna simbol Tor-Tor Simodak-Odak pada masyarakat
Simalungun?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah pedoman yang mengarahkan pencapaian tujuan
dalam judul penelitian yang diajukan. Tujuan penelitian haruslah benar-benar
mengacu pada rumusan masalah dalam penelitian. Sehingga pencapaian yang
diinginkan tepat pada sasaran, tidak meleset dari apa yang telah dirumuskan.
Adapun tujuan dari penelitian ini dikemukakan sebagai berikut :
1.

Mendeskripsikan bentuk gerak Tor-tor Simodak-odak

2.

Mendeskripsikan makna simbol ragam gerak Tor-tor Simodak-odak

8

F.

Manfaat Penelitian
Selain mempunyai tujuan tertentu, sebuah penelitian diharapkan memiliki

manfaat. Manfaat penelitian berisikan tentang alasan dan tujuan dari sebuah
penelitian. Masalah yang diangkat menjadi topik penelitian diharapkan dapat
bermanfaat, tidak hanya bagi Peneliti tetapi diharapkan dapat menjadi suatu media
informasi baru dan dapat digali atau dikembangkan dilain waktu. Adapun manfaat
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Sebagai salah satu upaya penggalian kembali kebudayaan yang menjadi
bagian dari masyarakat Simalungun

2.

Sebagai media informasi bagi masyarakat luas tentang kebudayaan
masyarakat Simalungun

3.

Sebagai edukasi tentang pengetahuan dalam meningkatkan kepedulian
terhadap kebudayaaan sendiri.

4.

Sebagai bahan reverensi yang dapat digunakan untuk suatu pembelajaran
atau penelitian khususnya dalam seni tari dimasa mendatang.

5.

Sebagai wawasan peneliti tentang pengetahuan yang didapat dari penelitian
khususnya dalam seni tari, dimana merupakan tugas akhir atau Skripsi yang
diajukan guna memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Sendratasik Prodi Seni Tari Universitas Negeri
Medan.

64

DAFTAR PUSTAKA

Danesi, Marcel. 2012. Pesan Tanda dan Makna.Yogyakarta : Salasutra
Dr. Yuliawan Kasmahidayat. 2015. Apresiasi Simbol dan Seni Nusantara.
Bandung: CV. Bintang Warli Artika
Dilistone, F.W. 2002. The Power Of Symbol. Yogyakarta: Kanisius
Febrina, 2009. Keberadaan Tor-torManapei Suri-Suri dalam Pesta Rondang
Bintang Pada Masyarakat Simalungun.Skripsi untuk memperoleh gelar
S1 pada program studi Seni Tari.Medan : Universitas Negeri Medan
Hadi, Y. Sumandiyo. 2005. Sosiologi Tari, Yogyakarta : Pustaka
Ir. I Made Wirartha, M.Si. 2006. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi,
dan Tesis.Yogyakarta : ANDI
Kurnia, Devia . 2013. Makna Dan Simbol Gerak Tari Resam Berume Pada
Masyarakat Gayo Kabupaten Aceh Tengah. Skripsi untuk memperoleh
gelar S1 pada program studi Seni Tari.Medan : Universitas Negeri
Medan.
Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Jakarta
:Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah- Dapertemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Pandiangan, Tionar.2009“Tor-Tor Nasiaran Pada Masyarakat Simalungun
Kajiian Terhadap Makna, Fungsi, dan Bentuk Penyajian.”.Skripsi
untuk memperoleh gelar S1 pada program studi Seni Tari.Medan :
Universitas Negeri Medan
Royce Peterson, Anya. 2007. Antropology Of Dance, Terjemahan F.X
Widiaryanto. Bandung : Sunan Ambu PRESS STSI Bandung
Sri Ulina, Martha. 2013. Tor-tor Bodat Na Haudanan Sebagai Seni Pertunjukan
dalam Pesta Rondang Bintang di Kecamatan Raya Kabupaten
Simalungun. Skripsi untuk memperoleh gelar S1 pada program studi
Seni Tari.Medan : Universitas Negeri Medan.

64

65

Sipayung, Dian Novita. 2011. Perkembangan dan Makna Tor-tor Sombah Seratus
Duapuluh dalam Upacara Penyambutan Pada Masyarakat
Simalungun. Skripsi untuk memperoleh gelar S1 pada program studi
Seni Tari.Medan : Universitas Negeri Medan
Soselisa, Hermien Lola. 1987. Makna Simbolik Beberapa Sajen Slametan
Tingkeban. Skripsi untuk memperoleh gelar sarjana dalam ilmu
antropologi.Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Surakhmad, Arikunto. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito
Zuhhafni P, Wiwin. 2013. Dokumentasi Tari Berdasarkan Fungsi di Kabupaten
Simalungun.Skripsi untuk memperoleh gelar S1 pada program studi
Seni Tari.Medan : Universitas Negeri Medan.

https://www.google.co.id/search?q=arbab+alat+musik+simalungun&biw=1366&b
ih=632&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=EOKcVZ_PIIjluQTuyZi4DA
&ved=0CBoQsAQ#imgrc=_
http://www.mycultured.co.cc
http://juttaghhhh.blogspot.com/p/sedikit-tentang-budaya-simalungun.html
http://discover.odai.yale.edu/ydc/Record/2340528
https://id.wikipedia.org/wiki/Ogung