PENERAPAN PENDEKATAN SEMIOTIK DENGAN CONCEPT ATTAINMENT MODEL BAGI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGKAJI PUISI : Penelitian pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah STKIP Sebelas April Sumedang.

(1)

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Anggapan Dasar ... 12

G. Variabel Penelitian ... 12

H. Hipotesis Penelitian ... 13

I. Definisi Operasional ... 13

BAB II. KAJIAN TEORETIS A. Model Mengajar ... 15

1. Pengertian dan Jenis Model Mengajar ... 15

2. Model Pemrosesan Informasi ... 22

B. Concept Attaiment Model ... 24

C. Puisi ... 26

1. Pemahaman Puisi ... 26

2. Puisi Kontemporer ... 28

3. Puisi Sutardji Calzoum Bachri ... 30

D. Struktur Semantik ... 40

E. Makna Asosiatif ... 42

F. Pendekatan dalam Kajian Sastra ... 48

1. Model-Model Kajian Sastra ... 49

2. Pendekatan Kajian Sastra ... 53

3. Pendekatan Semiotik ... 59

G. Pembelajaran Apresiasi Sastra ... 65

1. Pemahaman tentang Apresiasi Sastra ... 66

2. Evaluasi Pembelajaran Sastra ... 69

H. Pembelajaran Sastra di STKIP Sebelas April Sumedang ... 72

BAB III. METODE DAN TEKNIK PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 79

B. Variabel Penelitian ... 80


(2)

x

D. Ruang Lingkup Penelitian ... 81

E. Teknik Penelitian ... 82

F. Prosedur Pengumpulan Data ... 83

G. Prosedur Pengolahan Data ... 85

H. Rancangan Penelitian ... 87

I. Instrumen Penelitian ... 92

1. Desain Model Analisis Semiotik ... 93

2. Silabus Perkuliahan ... 101

3. Format Lembar Kerja Mahasiswa ... 101

4. Kriteria Penilaian ... 102

5. Format Observasi ... 104

6. Daftar Pertanyaan ... 106

7. Format Angket ... 107

8. Materi Perkuliahan ... 108

J. Kegiatan Penelitian ... 109

BAB IV. DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Semiotik terhadap Puisi Sutardji C.B ... 112

B. Naskah Akademik Model Analisis Semiotik ... 122

C. Deskripsi Kegiatan Pengembangan Model awal ... 138

1. Kegiatan Pembelajaran ... 139

2. Analisis Pengembangan Model Awal ... 140

D. Penerapan Model ... 142

1. Pertemuan Pertama ... 143

a. Deskripsi Proses dan Materi Pembelajaran ... 143

b. Analisis Proses Pembelajaran ... 154

c. Analisis Materi Pembelajaran ... 158

2. Pertemuan Kedua ... 159

a. Deskripsi Proses dan Materi Pembelajaran ... 159

b. Analisis Proses Pembelajaran ... 168

c. Analisis Materi Pembelajaran ... 173

3. Pertemuan ketiga ... 175

a. Deskripsi Proses dan Materi Pembelajaran ... 175

b. Analisis Proses Pembelajaran ... 185

c. Analisis Materi Pembelajaran ... 190

4. Pertemuan keempat ... 191

a. Deskripsi Proses dan Materi Pembelajaran ... 191

b. Analisis Proses Pembelajaran ... 198

c. Analisis Materi Pembelajaran ... 199

E. Deskripsi Kemampuan Mengkaji Puisi Mahasiswa ... 200

1. Pengantar ... 200

2. Kemampuan Menentukan Kata Kunci ... 201

a. Deskripsi Data ... 201

b. Analisis Data ... 203

3. Kemampuan Menentukan Makna Asosiatif Kata Kunci ... 203


(3)

xi

b. Analisis Data ... 208

4. Kemampuan Menyesuaikan Hasil Kajian dengan Makna Asosiatif ... 222

a. Deskripsi Data ... 222

b. Analisis Data ... 224

5. Kemampuan Pemanfaatan Ciri-Ciri Puisi dalam Hasil Kajian ... 226

a. Deskripsi Data ... 226

b. Analisis Data ... 227

6. Kemampuan Melengkapi Hasil Kajian dengan Unsur Isi Puisi ... 228

a. Deskripsi Data ... 228

b. Analisis Data ... 230

7. Kemampuan Memaparkan Isi Hasil Kajian ... 231

a. Deskripsi Data ... 231

b. Analisis Data ... 233

9. Kemampuan Menafsirkan Isi Puisi ... 235

a. Deskripsi Data ... 235

b. Analisis Data ... 237

F. Tanggapan Atas Proses Pembelajaran ... 238

1. Tanggapan Dosen ... 238

2. Tanggapan Mahasiswa ... 241

G. Pembahasan Hasil Analisis ... 250

1. Proses Pembelajaran ... 250

a. Fase I : Penyajian Data dan Identifikasi Konsep ... 252

b. Fase II : Tes Pencapaian Konsep ... 258

c. Fase III : Analisis Strategi Berpikir ... 263

d. Rangkuman Pembahasan ... 264

2. Kemampuan Mengkaji Puisi ... 267

a. Kemampuan Menggunakan Landasan Bahasa dalam Proses Menafsirkan Puisi ... 268

b. Kemampuan Memanfaatkan Karakteristik Puisi dalam Proses Penafsiran ... 271

c. Kemampuan Memaparkan Cerita Hasil Penafsiran Secara Lengkap ... 272

d. Kemampuan Menafsirkan Isi Puisi Secara`Tepat ... 274

e. Rangkuman Pembahasan ... 276

H. Pengujian Hipotesis ... 278

I. Model Analisis Semiotik Hasil Pengembangan ... 291

1. Orientasi Model ... 291

2. Sintakmatik ... 292

3. Sistem Sosial ... 298

4. Prinsip-Prinsip Pengelolaan/Reaksi ... 299

5. Sistem Pendukung ... 299


(4)

xii BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 302

1. Pembelajaran Apresiasi Puisi ... 302

2. Kemampuan Mengkaji Puisi ... 307

B. Saran ... 312

DAFTAR PUSTAKA ... 314

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 322

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 432


(5)

xiii

DAFTAR TABEL

TABEL Hal.

3.1 Kriteria Skor Penggunaan Landasan Satuan Bahasa

Dalam Penafsiran………. 102

3.2 Kriteria Skor Komponen Pemanfaatan Karakteristik Puisi dalam Penafsiran……….……… 103

3.3 Kriteria Skor Komponen Kejelasan Isi Hasil Kajian………. 103

3.4 Kriteria Skor Ketepatan Hasil Kajian Puisi……… 104

3.5 Format Observasi Aktivitas Dosen………. 104

3.6 Format Observasi Aktivitas Mahasiswa………. 106

3.7 Format Angket untuk Mahasiswa……… 107

3.8 Deskripsi Pertemuan di Kelas Eksperimen………. 110

4.1 Pengelompokan Jenis Puisi (Lembar Kerja 1)……… 149

4.2 Alasan Pengelompokan Jenis Puisi Konvensional (Lembar Kerja 2)……….. 150

4.3 Alasan Pengelompokan Jenis Puisi Kontemporer (Lembar Kerja 2)….. 150

4.4 Karakteristik Puisi Kontemporer (Lembar Kerja 3)……….…….. 151

4.5 Definisi Puisi Kontemporer (Puisi Sutardji) (Lembar Kerja 4)……….. 152

4.6 Kata Kunci dalam Puisi “Tapi”……… 160

4.7 Ciri-Ciri Kata Kunci dalam Puisi (Lembar Kerja 5)……… 162

4.8 Definisi Kata Kunci dalam Puisi (Lembar Kerja 6)……… 164


(6)

xiv

4.10 Strategi Berpikir Menentukan Kata Kunci dalam Puisi

(Lembar Kerja 8)……….. 167

4.11 Kata Kunci dalam Puisi “Sepisaupi” (Lembar Kerja 7)………. 176

4.12 Makna Asosiatif Kata Kunci Sepi (Lembar Kerja 9)………. 177

4.13 Makna Asosiatif Kata Kunci Pisau (Lembar Kerja 9).………. 177

4.14 Makna Asosiatif Kata Kunci Dosa (Lembar Kerja 9)………. 178

4.15 Makna Asosiatif Kata Kunci Nyanyi (Lembar Kerja 9)……….……… 179

4.16 Makna Asosiatif Kata Kunci Luka (Lembar Kerja 9)………. 180

4.17 Makna Asosiatif Kata Kunci Duri (Lembar Kerja 9)………. 181

4.18 Hasil Penafsiran Isi Puisi “Sepisaupi” (Lembar Kerja 10)………. 184

4.19 Strategi Berpikir dalam Menafsirkan Puisi Kontemporer (Lembar kerja 11)………. 193

4.20 Daftar Kata Kunci dalam Hasil Kajian Responden……… 202

4.21 Makna Asosiatif Kata Kunci Tragedi... 204

4.22 Makna Asosiatif Kata Kunci Kawin... 205

4.23 Makna Asosiatif Kata Kunci Kasih…... 207

4.24 Makna Asosiatif yang dipilih dari Kata Kunci……… 222

4.25 Pemunculan Ciri-Ciri Puisi Mantra dalam Hasil Kajian……… 226

4.26 Keberadaan Unsur-Unsur Isi Puisi dalam Hasil Kajian Puisi………… 229

4.27 Kemampuan Memaparkan Isi Hasil Kajian……… 232

4.28 Kemampuan Menafsirkan Isi Puisi Secara Tepat……….. 236

4.29 Deskripsi Statistik……… 279

4.30 Uji Normalitas Data Gain……… 280


(7)

xv

4.32 Uji Mann-Whitney Gain 2A dan 2B (Mann-Whitney Test)………….. 287 4.33 Uji Mann-Whitney Gain 3A dan 3B (Mann-Whitney Test)………….. 288 4.34 Uji Mann-Whitney Gain 4A dan 4B (Mann-Whitney Test)………….. 290 4.35 Kegiatan Dosen dan Mahasiswa dalam Fase I……… 293 4.36 Kegiatan Dosen dan Mahasiswa dalam Fase II..……… 295 4.37 Kegiatan Dosen dan Mahasiswa dalam Fase III….……… 297


(8)

xvi

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Hal.

2.1 Sistem Pemrosesan Informasi Menurut Richard Arends……… 22

2.2 Model Proses Informasi Ellen D. Gagne………. 23

2.3 Syntax of The Selection Model of Concept Attainment……… 25

2.4 Asosiasi Makna Ferdinand de Saussure………. 44

2.5 Medan Makna yang Bersifat Asosiatif oleh C. Bally………. 45

2.6 Medan Makna oleh J. Trier……….. 46

2.7 Kerangka Teori Abrams………... 50

2.8 Pendekatan Fry………. 50

2.9 Pendekatan Morris-Klaus………. 52

2.10 Pendekatan Foulkes………. 53

2.11 Keterkaitan Penyair, Karya Sastra, dan Pembaca………. 57

3.1 Prosedur Pengumpulan Data……… 84

3.2 Alur Penelitian……….. 92

3.3 Konsep Model MAS………. 97

4.1 Grafik Gain Penggunaan Landasan Satuan Bahasa dalam Penafsiran Puisi Kelas Eksperimen………. 281

4.2 Grafik Gain Pemanfaatan Karateristik Puisi dalam Penafsiran Kelas Eksperimen……….. 281


(9)

xvii

4.4 Grafik Gain Ketepatan Hasil Penafsiran Isi Puisi Kelas Eksperimen……. 282 4.5 Grafik Gain Penggunaan Landasan Satuan Bahasa dalam

Penafsiran Puisi Kelas Kontrol………. 283 4.6 Grafik Gain Pemanfaatan Karateristik Puisi dalam Penafsiran

Kelas Kontrol………. 283 4.7 Grafik Gain Kelengkapan Cerita Hasil Penafsiran Kelas Kontrol……….. 284 4.8 Grafik Gain Ketepatan Hasil Penafsiran Isi Puisi Kelas Kontrol………… 284 4.9 Dampak Instruksional dan Pengiring MAS………. . 301


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Posisi penting pendidikan dalam membangun kualitas bangsa menuntut penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara profesional dan terpadu. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada masa kini upaya meningkatkan sumber daya manusia suatu bangsa sangat bergantung pada kualitas penyelenggaraan pendidikan. Proses membentuk kualitas bangsa tidak dapat dilepaskan dari perkembangan masyarakat dunia dewasa ini. Pembaharuan dalam bidang pendidikan sudah diamanatkan oleh UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (2003:35) bahwa “Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam sistem pendidikan”. Beragam peristiwa yang terjadi di tanah air dalam bidang ekonomi, politik, sosial, pemerintahan, teknologi, seni dan budaya, serta toleransi beragama pada beberapa tahun terakhir menunjukkan gejala bahwa kualitas manusia Indonesia secara umum masih belum sesuai dengan tuntutan tujuan pendidikan nasional.

Apabila kita mengacu pada UU Sisdiknas di atas tampak bahwa pelaksanaan pengajaran mengharuskan terciptanya suatu pendidikan bermutu yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya dan lingkungan belajar yang mendukung. Kedua persyaratan di


(11)

atas hanya dapat tercapai melalui upaya sinergis dari berbagai pihak terkait dan berkepentingan dengan penyelenggaraan pendidikan.

Sampai saat ini sudah banyak kemajuan yang dicapai bidang pendidikan, khususnya pendidikan formal di Indonesia. Akan tetapi, masih ada beberapa permasalahan mendasar dalam pendidikan formal kita sehingga mempengaruhi essensi lembaga pendidikan itu sendiri dan lebih lanjut terhadap eksistensi kebangsaan kita di masyarakat dunia. Seperti dilaporkan oleh Tim PISA Indonesia tahun 2003 (2003:6) bahwa prestasi siswa Indonesia dalam literasi membaca menduduki peringkat ke-39 dari 41 negara yang diteliti. Hal ini tentulah sangat memprihatinkan dunia pendidikan kita.

Guru dan tenaga kependidikan lainnya merupakan posisi sentral dalam upaya percepatan perkembangan pendidikan, menjadi lebih penting dewasa ini. Keadaan tersebut memiliki konsekuensi tersendiri, yakni guru dituntut untuk lebih kompeten dan profesional. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Henry Clay Lindgren (1967:6) seperti dikutip oleh Yoyo Mulyana (2000) bahwa salah satu dampak dari ledakan perkembangan pendidikan adalah guru dituntut untuk menjadi lebih ahli, lebih professional.

Pemahaman guru tentang konsep-konsep pendidikan terkini sangat penting agar aktivitas pembelajaran tidak selalu berpusat pada guru. Sampai saat ini aktivitas pembelajaran di sekolah masih banyak berpusat pada faktor guru. Padahal seseorang dikatakan telah belajar apabila telah terjadi perubahan dirinya, yakni perubahan dalam hal kesiapan menghadapi lingkungan. Konsekuensinya, belajar harus mensyaratkan keaktifan siswa sehingga muncul pengalaman dan


(12)

keinginan untuk memahami sesuatu. Hal ini sejalan dengan Prinsip Pengembangan Kurikulum dan Prinsip Pelaksanaan Kurikulum seperti yang diamanatkan oleh Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 (2006:7-10).

I.K. Davies (1971) memaparkan tiga prinsip dalam belajar, yakni:

1. apapun yang dipelajari siswa, maka dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Oleh karena itu, dalam pembelajaran siswalah yang harus aktif;

2. penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti;

3. seorang siswa akan lebih meningkat motivasi belajarnya apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

Pendapat Davies di atas sejalan dengan konsep Jerome Bruner dalam teori belajar penemuannya (discovery). Menurut Bruner belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia sehingga memberikan hasil yang sangat berarti bagi dirinya. Berusaha sendiri untuk mencari pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Sampai dewasa ini pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah masih jauh dari hasil yang diharapkan. Problema yang muncul dalam pengajaran tersebut berkaitan dengan banyak komponen yang terdapat dalam dunia pendidikan itu sendiri, seperti aspek guru, siswa, kurikulum, buku ajar, evaluasi, dan masyarakat. B. Rahmanto (1988:44-46) menyatakan ada dua macam hambatan dalam upaya mengajarkan cara menikmati sastra. Hambatan pertama adalah adanya anggapan sementara orang yang berpendapat bahwa secara praktis puisi sudah tidak ada gunanya lagi. Masyarakat menganggap keberhasilan hidup


(13)

seseorang semakin mudah apabila dia menguasai ilmu ekonomi, ilmu-ilmu eksak, dan lainnya. Sebaliknya mereka beranggapan bahwa sastra, terutama puisi, hanya berhubungan dengan pengolahan kata dan tidak berguna pada saat berbisnis, membangun gedung, dan lainnya. Hambatan kedua adalah pandangan yang disertai prasangka bahwa mempelajari puisi sering tersandung pada ‘pengalaman pahit’ kehidupan.

Selain hambatan di atas, pembelajaran puisi di sekolah kurang memuaskan karena pengetahuan guru Bahasa Indonesia tentang apa dan bagaimana puisi itu sangat kurang. Seperti diungkapkan oleh Soni Farid Maulana (Pikiran Rakyat, 13-12-2009) bahwa penyebabnya banyak hal, seperti “Pertama guru memang tidak suka sastra, kedua karena guru yang mengajar bukan dari bidangnya, ketiga karena mahasiswa tidak aktif dalam kegiatan sastra”. Kondisi di sekolah menunjukkan kenyataan yang sesuai dengan pendapat di atas.

Keluhan masyarakat, terutama masyarakat sastra terhadap hasil pembelajaran sastra di sekolah masih kerap terdengar sampai saat ini. Keluhan tersebut terutama ditujukan pada pembelajaran puisi di sekolah. Materi pembelajaran puisi di sekolah dianggap masih terpaku pada teori dan sejarah

sastra. Yus Rusyana (2003) dalam makalahnya Membangun Suasana Demokratis

dalam Pendidikan Sastra di Sekolah menyatakan bahwa keberadaan teori sastra dalam pembelajaran sastra cukup penting, tetapi bukanlah untuk disampaikan sebagai teori yang lepas dari pengalaman siswa mengapresiasi hasil sastra, melainkan sebagai landasan yang digunakan pada waktu mengapresiasi dan


(14)

menelaah hasil sastra. Lebih lanjut Beliau menyatakan bahwa “Bagaimanapun, pengajaran sastra harus benar ditinjau dari segi ilmu sastra”.

Secara keseluruhan keluhan yang dilontarkan masyarakat berkenaan dengan hambatan dalam pengajaran sastra, menurut Suminto A. Sayuti (Jabrohim, 1994: 2) menyangkut faktor buku pelajaran sastra, faktor sarana, faktor guru, sistem ujian, dan faktor sastra Indonesia itu sendiri. Akan tetapi, faktor guru lah yang paling berperan terhadap kelemahan pembelajaran sastra sampai saat ini. Kondisi pengajaran sastra di Indonesia dewasa ini menunjukkan kecenderungan-kecenderungan yang kurang memberi kebebasan bagi siswa untu menafsirkan teks sastra menurut pemahaman mereka sendiri. Suminto A. Sayuti (2003) dalam

makalahnya Menuju Pengajaran Bahasa dan Sastra yang Bermakna

mendeskripsikan hal tersebut seperti berikut.

Pada sisi lain, secara lebih spesifik, diduga terdapat tiga kecenderungan utama yang sering terjadi dalam pengajaran sastra di sekolah. Pertama, apabila berkenaan dengan makna teks, para guru lebih mengistimewakan intensi pengarang secara berlebihan sebagai sesuatu yang “terbaik”. Kedua, teks seringkali disikapi sebagai sebuah dunia yang tertutup bagi siswa. Guru-guru cenderung menyarankan bahwa sejumlah tafsiran terhadap teks tertentu tidak bisa dilakukan secara sederhana. Ketiga, guru seringkali mendevaluasi latar belakang dan pengalaman siswa dalam kaitannya dengan membaca teks.

Kecenderungan-kecenderungan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh pandangan realisme ekspresif, selain pandangan yang memiliki keyakinan bahwa “hanya terdapat satu penafsiran teks yang secara objektif benar”.

Salah satu jenis karya sastra yang diajarkan di sekolah adalah puisi. Pembelajaran puisi di sekolah masih belum mencapai hasil yang optimal karena masih berpusat pada pendapat guru. Siswa masih belum dioptimalkan melakukan


(15)

aktivitas berimajinasi ketika mengapresiasi puisi. Penerapan pendekatan struktural dalam pembelajaran sastra di sekolah telah memberi semacam batasan yang mengekang aktivitas imajinasi siswa. Kekakuan hasil apresiasi karya sastra, khususnya puisi terjadi karena selama ini apabila dihadapkan pada pembelajaran kajian puisi maka siswa langsung menjuruskan proses pengkajiannya pada aspek instrinsik puisi. Akibatnya, hasil kajian puisi siswa umumnya disajikan dalam bentuk pointer-pointer dari unsur intrinsik puisi, bukan dalam bentuk paparan.

Karya sastra di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat sejalan dengan perkembangan masyarakat Indonesia itu sendiri. Sejak dipelopori oleh Chairil Anwar karya puisi Indonesia terus berkembang. Perkembangan terbaru puisi Indonesia adalah munculnya puisi kontemporer. Kemunculan bentuk puisi tersebut menambah khasanah perbendaharaan karya sastra puisi di Indonesia. Puisi kontemporer (karya Sutardji C.B.) sejak Kurikulum 1994 telah dimasukkan sebagai salah satu materi pembelajaran puisi di SMA (Parera dan Tasai, 1996:158). Pada Permendiknas RI Nomor 23 Tahun 2006 (2006:84) pemahaman puisi kontemporer menjadi salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa tingkat SMA/MA.

Puisi kontemporeer (puisi Sutardji C.B.) memiliki karakteristik yang menyerupai mantra dalam budaya lisan masyarakat Indonesia. Keberadaan puisi ini memiliki membawa karakteristik baru yang sebelumnya tidak ditampilkan dalam puisi-puisi konvensional, seperti tipografi yang khas, penggunaan nonsense, dan penggunaan kata-kata dengan makna kata yang menyimpang jauh dari bahasa komunikasi sehari-hari. Inovasi lain yang menonjol dari puisi Sutardji


(16)

adalah penjungkirbalikan atas konsep larik. Selama ini larik puisi dianggap sama dengan kalimat dalam wacana nonsastra, sehingga memiliki ciri bermakna. Tidak demikian halnya dalam puisi Sutardji, banyak ditemukan larik-larik yang tidak mungkin dibaca dan dimakna berdasarkan konvensi bahasa, maupun konvensi sastra. Puisi kontemporer (khususnya puisi Sutardji C.B.) banyak menggunakan kata-kata yang hanya berfungsi sebagai alat untuk memunculkan irama tertentu yang mampu menimbulkan suasana magis. Oleh karena terdapat banyak perbedaan karakteristik puisi kontemporer (Sutardji) dengan puisi konvensional, maka metode yang selama ini diterapkan untuk membaca dan memahami puisi konvensional kurang relevan bila digunakan untuk membaca dan memahami puisi tersebut.

Kajian atas puisi Sutardji C.B. telah banyak dilakukan para ahli dan peneliti. Kajian tersebut umumnya tetap menerapkan teori semiotik, yakni dengan berdasarkan pemahaman makna kata-kata kunci yang terdapat dalam puisi, seperti yang diterapkan oleh Rachmat Djoko Pradopo (2003). Akan tetapi, kajian atas puisi yang banyak dilakukan para ahli tidak menyertakan langkah-langkah penafsiran makna untuk menghasilkan pemahaman seperti yang mereka ungkapkan. Hasil pemaknaan atas puisi Sutardji yang diungkapkan para ahli lebih banyak ditentukan oleh keluasan wawasan pengetahuan dan pengalaman mereka. Apabila proses pemaknaan tersebut dilakukan oleh pembaca umumnya tentulah akan mengalami kesulitan yang sangat besar karena proses pemahaman puisi tersebut sangat berbeda dengan puisi-puisi lain pada umumnya.


(17)

Penelitian tentang pembelajaran puisi kontemporer (khususnya karya Sutardji C.B.) di Indonesia masih jarang dilakukan. Kajian puisi tersebut lebih banyak dilakukan dalam bentuk kritik sastra. Penelitian yang berkenaan dengan kajian puisi dengan model semiotik telah sering dilakukan, tetapi masih terbatas pada puisi-puisi konvensional, sebagai pertentangan dengan puisi kontemporer, baik berupa kritik sastra maupun dalam bentuk pengajaran. Penelitian tentang model semiotik yang diterapkan pada puisi masih perlu dilakukan, terkait dengan kejelasan langkah-langkah strategis yang mendasari instrumen penelitian, langkah-langkah kajian, dan faktor-faktor lainnya. Oleh karenanya, saat ini masih dipandang perlu dilakukan penelitian berkenaan dengan model belajar dan mengajar mengkaji puisi kontemporer.

Penelitian ini menerapkan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) dari Jerome Bruner. Penelitian yang menerapkan model tersebut dalam pembelajaran sastra telah dilaksanakan oleh H.E. Suryatin (1997) dan Yoyo

Mulyana (2000). H.E. Suryatin mengadakan penelitian dengan Concept

Attainment Model yang dipadukan dengan pendekatan Resepsi Sastra dalam pembelajaran apresiasi novel pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS IKIP Bandung Tahun 1997. Hasil penelitian beliau menyimpulkan bahwa model yang digunakan dapat meningkatkan ragam kemampuan apresiasi sastra, hubungan, derajat keterikatan dan daya determinasi, serta pengaruh antara kemampuan resepsi dan kemampuan apresiasi sastra secara efektif. Sedangkan Yoyo Mulyana mengadakan penelitian pembelajaran puisi dengan menerapkan Concept Attainment Model dielaborasikan dengan konsep struktural semiotik


(18)

(MMSS). Model tersebut dibandingkan dengan Model Respon Pembaca (MMRP). Hasil penelitian Yoyo Mulyana menunjukkan bahwa hasil belajar kajian puisi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FPBS IKIP Bandung kelompok eksperimen (MMRP) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar kelompok kontrol (MMSS).

Penelitian yang penulis laksanakan dapat digolongkan sebagai penelitian lanjutan dari penelitian Yoyo Mulyana (2000). Penulis tetap menerapkan Concept Attainment Model yang dipadukan dengan pendekatan Semiotik, tetapi pengkajian puisi menerapkan teori analisis makna asosiasi. Hal ini peneliti rancang karena pengkajian puisi kontemporer (khususnya puisi Sutardji C.B.) berbeda dengan pengkajian puisi konvensional.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada penerapan Concept Attainment Model yang dipadukan dengan pendekatan Semiotik dalam pembelajaran puisi di mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah STKIP Sebelas April Sumedang. Kajian penelitian dipusatkan pada kualitas pembelajaran puisi dan hasil pembelajaran puisi. Pada akhirnya penelitian ini dirancang untuk menentukan model pembelajaran puisi yang efektif sehingga diharapkan akan meningkatkan kualitas pengajaran puisi. Sedangkan puisi yang dibahas dan diajarkan pada penerapan model ini dibatasi pada puisi-puisi karya Sutardji Calzoum Bachri yang terdapat dalam kumpulan puisinya O Amuk Kapak.


(19)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, masalah penelitian ini peneliti rumuskan dalam beberapa kalimat pertanyaan berikut.

1. Apakah penerapan pendekatan Semiotik yang dipadukan dengan Concept

Attainnment Model berpengaruh terhadap kualitas proses pembelajaran puisi? 2. Bagaimana kemampuan mahasiswa dalam mengkaji puisi setelah penerapan

pendekatan Semiotik yang dipadukan dengan Concept Attainnment Model ? 3. Apakah terdapat peningkatan antara hasil pretes dan postes kemampuan

mengkaji puisi mahasiswa setelah pembelajaran?

4. Bagaimana aktivitas mahasiswa dan dosen selama proses pembelajaran puisi?

5. Bagaimana respon mahasiswa terhadap proses pembelajaran?

6. Bagaimana respon dosen terhadap model pembelajaran?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

1. kualitas proses pembelajaran puisi dengan menerapkan pendekatan Semiotik yang dipadukan dengan Concept Attainment Model ;

2. kemampuan mengkaji puisi oleh mahasiswa sebelum dan sesudah proses pembelajaran;

3. peningkatan antara hasil pretes dan postes kemampuan mengkaji puisi mahasiswa;

4. aktivitas mahasiswa dan dosen selama proses pembelajaran puisi;


(20)

6. respon dosen terhadap model pembelajaran;

7. model analisis semiotik (MAS) yang merupakan model hasil elaborasi pendekatan Semiotik dengan Concept Attainment Model.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini mengujicobakan pendekatan Semiotik yang dipadukan dengan Concept Attainment Model dalam pembelajaran apresiasi puisi. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dirumuskan Model Analisis Semiotik yang diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang dialami pembaca dalam mengapresiasi puisi, khususnya apresiasi puisi kontemporer. Dari penelitian ini diharapkan dapat dirumuskan teori-teori dan prinsip-prinsip yang didasarkan pada hasil penelitian untuk peningkatan kualitas pembelajaran puisi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat pada tiga aspek berikut.

1. Terwujudnya sebuah model mengajar kajian puisi yang merupakan

penggabungan teori pendidikan dan teori sastra. Dengan hasil demikian diharapkan terjadi pengembangan ilmu dalam pembelajaran sastra.

2. Keluhan masyarakat atas kendala pembelajaran puisi, terutama puisi

kontemporer (puisi Sutardji C.B.), dapat diatasi melalui produk penelitian ini, yakni Model Analisis Semiotik.


(21)

3. Produk penelitian ini yang berupa model pembelajaran diharapkan dapat menjadi jembatan penghubung antara perguruan tinggi keguruan dengan masyarakat pengguna, yakni pihak sekolah.

F. Anggapan Dasar

Beberapa anggapan dasar yang melandasi penelitian ini sebagai berikut. 1. Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila peserta didik ikut

berpartisipasi secara aktif di dalamnya (Hartley & Davies, 1978).

2. Peserta didik akan lebih mudah memahami dan merespon materi pembelajaran

apabila materi pembelajaran disusun dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan yang logis (mudah menuju kompleks).

3. Media penyampaian puisi adalah bahasa. Oleh karena itu, untuk memahami puisi harus mengkaji unsur bahasa yang digunakan dalam puisi. Kreasi kata dalam puisi tidak menghilangkan pengertian dalam kata tersebut. Kata tanpa pengertian tidak mungkin; dalam arti, kata tidak berpengertian kehilangan cirinya yang khas sebagai bahasa, hanya akan menjadi bunyi (Teeuw, 1980:148).

G. Variabel Penelitian

Penelitian ini memuat tiga variabel, yakni 1) pendekatan Semiotik yang dipadukan dengan Concept Attainment Model (sebagai konsep awal Model Analisis Semiotik) sebagai variabel bebas/independen, 2) hasil makna asosiatif


(22)

atas kata kunci, dan 3) hasil belajar kajian puisi oleh mahasiswa sebagai variabel terikat/dependen.

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini peneliti rumuskan sebagai berikut : Kemampuan mengkaji puisi pada subjek penelitian yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan Semiotik yang dipadukan dengan Concept Attainment Model lebih tinggi dibandingkan dengan subjek penelitian yang tidak mendapat pembelajaran dengan model tersebut.

I. Definisi Operasional

Berikut peneliti akan memaparkan beberapa konsep yang terdapat dalam penelitian ini. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kekeliruan penafsiran pada pembaca.

1. Puisi Sutardji Calzoum Bachri termasuk puisi kontemporer yang memanfaatkan ciri-ciri mantra dalam penulisannya. Beberapa sebutan untuk puisi Sutardji adalah puisi yang mantra, puisi yang bersifat mantra, puisi gelap, dan puisi yang menggunakan bentuk mantra.

2. Kemampuan mengkaji puisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan mahasiswa menafsirkan isi puisi berdasarkan pengembangan makna asosiatif dari kata-kata kunci yang diambil dari puisi. Selain hasil penafsiran atas isi puisi, kemampuan lain yang dikaji dalam penelitian ini


(23)

adalah kemampuan mahasiswa dalam mengembangkan asosiasi makna dari sebuah kata kunci yang berasal dari puisi.

3. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan antara kata tersebut dengan keadaan di luar bahasa. Jumlah makna asosiasi sebuah kata yang dihasilkan oleh seseorang bergantung pada unsur psikis, pengetahuan, dan pengalaman orang tersebut.

4. Concept Attainment Model (Model Pencapaian Konsep) adalah model mengajar yang diciptakan oleh Jerome Bruner. Model ini disusun untuk mengembangkan berpikir induktif, menganalisis, serta mengembangkan konsep.

5. Model Analisis Semiotik adalah model mengajar yang merupakan hasil perpaduan pendekatan semiotik dengan Model Pencapaian Konsep. Model ini masih memiliki kaitan dengan pendekatan struktural dalam kajian puisi.


(24)

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Bagian ini akan memaparkan pembahasan tentang 1) metode penelitian, 2) variabel penelitian, 3) sumber data penelitian, 4) populasi dan sampel penelitian, 5) ruang lingkup penelitian, 6) teknik penelitian, 7) prosedur pengumpulan data, 8) prosedur analisis data, 9) desain penelitian, 10) konsep awal model analisis semiotik, 11) instrumen penelitian, 12) materi pembelajaran.

A. Metode Penelitian

Seperti telah dipaparkan pada bab pertama, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan pendekatan semiotik yang dipadukan dengan Concept Attainment Model dalam pembelajaran apresiasi puisi kontemporer pada mahasiswa Prodi Dikbasasinda STKIP Sebelas April Sumedang. Penelitian dilakukan pada mahasiswa semester 4. Pemilihan mahasiswa tersebut karena mata kuliah “Puisi” diberikan di semester 4. Dalam penelitian ini penulis tidak melakukan pemilihan subjek penelitian secara random, tetapi menerima kondisi subjek penelitian seperti apa adanya. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu (Quasi-experimental design) (Fraenkel & Wallen, 1993:253; Van Dalen, 1979:263, Sukmadinata, 2005:207; Syamsuddin A.R. & Damaianti, 2007:162). Desain kuasi eksperimen yang dipilih adalah The Matching-Only Pretest-Postest Control Group Design (Desain Kelompok Kontrol Pretes-Postes Berpasangan) (Fraenkel & Wallen, 1993:253; Sukmadinata, 2005:207;


(25)

Syamsuddin A.R. & Damaianti, 2007:163) atau disebut juga Nonrandomized Control-group Prestest-Postest Design (Van Dalen, 1979:263). Desain penelitian ini menempatkan mahasiswa dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian kedua kelompok diberi tes awal. Selanjutnya kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran pendekatan semiotik yang dipadukan dengan Concept Attainment Model sedangkan kelompok kontrol bukan model tersebut. Setelah pembelajaran berakhir, kedua kelompok diberi tes akhir. Dalam bentuk diagram, desain penelitian dengan tipe The Matching-Only Pretest-Postest Control Group design berdasarkan konsep Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen tersebut dapat digambarkan seperti berikut.

Treatment group O M X 1 O

Control group O M X 2 O

(Fraenkel & Wallen, 1993:253)

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini mengandung tiga variabel. Ketiga variabel yang dimaksud adalah 1) Model Analisis Semiotik (sebagai model hasil elaborasi pendekatan semiotik dengan Concept Attainment Model) sebagai variabel bebas/independen, dan 2) hasil belajar kajian puisi kontemporer (puisi Sutardji) oleh mahasiswa Program Studi Dikbasasinda STKIP Sebelas April Sumedang sebagai variabel terkait/dependen, dan 3) hasil makna asosiatif kata kunci.


(26)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang dilaksanakan pada mahasiswa semester 4 Program Studi Dikbasasinda STKIP Sebelas April Sumedang. Populasi penelitian ini adalah hasil belajar kajian puisi pada mahasiswa semester 4 Program Studi Dikbasasinda STKIP Sebelas April Sumedang tahun akademik 2009/2010. Mahasiswa semester 4 Prodi Dikbasasinda tahun akademik 2009/2010 berjumlah 60 orang yang terbagi dalam kelas 4 A berjumlah 30 orang dan kelas 4 B berjumlah 30 orang. Apabila merujuk pada pendapat Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (1993:92) bahwa for experimental and causal-comparative studies, we recommend a minimum of 30 individuals per group, maka kondisi mahasiswa di atas dapat dijadikan sampel penelitian karena telah memenuhi jumlah minimum yang disyaratkan. Selanjutnya, mahasiswa di kelas 4A dijadikan kelas eksperimen dan kelas 4B dijadikan kelas kontrol. Dengan demikian sampel penelitian adalah hasil belajar kajian puisi mahasiswa kelas 4A.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mencakup faktor-faktor berikut di bawah ini.

1) Faktor Mahasiswa

Dari faktor mahasiswa ini yang menjadi fokus kajiannya adalah (1) hasil belajar puisi yang akan diamati dari hasil tes kajian puisi, (2) aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran dengan pendekatan semiotik yang dipadukan dengan


(27)

Concept Attainment Model yang diperoleh melalui hasil observasi, dan (3) respon mahasiswa terhadap proses pembelajaran yang akan didapat dari hasil angket. 2) Faktor Dosen

Faktor dosen yang menjadi fokus kajiannya adalah (1) aktivitas dosen saat menerapkan model yang didapat melalui observasi dan (2) respon dosen atas penerapan model yang didapat melalui wawancara.

E. Teknik Penelitian

Teknik penelitian merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan empat teknik penelitian berikut.

1) Tes

Tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil kajian puisi oleh mahasiswa. Evaluasi atas kemampuan kajian mahasiswa atas puisi Sutardji C.B. didasarkan pada perkembangan kinerja mahasiswa selama proses perkuliahan. Kinerja mahasiswa dilihat dari hasil kajian dimulai dari tahap penentuan kata kunci, tahap penentuan asosiasi makna kata kunci, dan tahap apresiasi makna puisi. Perkembangan kualitas dari setiap tahap itulah yang akan dipaparkan secara kualitatif.

Tes dalam penelitian ini terbagi atas dua jenis, yakni (1) tes awal, digunakan untuk mengetahui hasil kajian puisi oleh mahasiswa sebelum dilaksanakannya perlakuan, (2) Tes akhir digunakan untuk mengetahui hasil kajian puisi oleh mahasiswa sesudah diterapkan perlakuan.


(28)

2) Angket

Angket digunakan untuk menggali respon mahasiswa atas pembelajaran yang telah dilakukan.

3) Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kualitas proses pembelajaran, selama penerapan model.

4) Model mengajar

Penerapan model mengajar dilakukan untuk memberi perlakuan mengajar kepada subjek penelitian.

5) Wawancara

Teknik ini digunakan untuk menggali tanggapan dosen terhadap kelayakan model analisis semiotik digunakan dalam perkuliahan regular.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis, yakni data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa kinerja kemampuan apresiasi puisi oleh mahasiswa, aktivitas dosen dan mahasiswa selama pembelajaran, serta respon dosen dan mahasiswa atas pembelajaran. Sedangkan data kuantitatif berupa hasil tes (tes awal dan tes akhir) yang merupakan konversi dari data kualitatif.

Adapun tahapan/prosedur pengumpulan data adalah sebagai berikut. 1) Peneliti melaksanakan tes awal kepada subjek penelitian. Tes ini dilaksanakan

pada pertemuan pertama. Puisi yang diteskan berjudul “Tragedi Winka dan Sihkha” karya Sutardji C.B. Selanjutnya dilaksanakan proses pembelajaran.


(29)

2) Peneliti melaksanakan observasi terhadap aktivitas dosen dan mahasiswa selama pembelajaran puisi dengan menerapkan konsep awal Model Analisis Semiotik. Pembelajaran dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan.

3) Peneliti melaksanakan tes akhir kepada subjek penelitian. Tes ini dilaksanakan pada pertemuan terakhir (keenam).

4) Kegiatan menggali respon mahasiswa melalui angket dan respon dosen melalui wawancara. Angket untuk mahasiswa disebarkan setelah pelaksanaan tes akhir (postes) pada pertemuan keenam pembelajaran.

5) Peneliti mengadakan diskusi sekaligus refleksi dengan dosen pengajar untuk mengembangkan model awal sehingga diperoleh model akhir.

Secara lebih jelas, prosedur pengumpulan data tergantung pada bagan bawah ini.

Gambar 3.1

Prosedur Pengumpulan Data

1 Melaksanakan tes awal

2 Melaksanakan penelitian pembelajaran

3 Melaksanakan tes akhir

4

Menggali respon mahasiswa dan dosen

5

Diskusi dan refleksi untuk mendapatkan model akhir


(30)

G. Prosedur Pengolahan Data

Prosedur atau teknik pengolahan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Data hasil kajian puisi yang dibuat oleh mahasiswa diolah secara kualitatif. Analisis secara kualitatif tersebut dilakukan terhadap aspek:

1. penggunaan landasan satuan bahasa dalam proses penafsiran (data 1); 2. pemanfaatan karateristik puisi mantra dalam hasil penafsiran (data 2); 3. kelengkapan cerita hasil penafsiran (data 3); dan

4. ketepatan hasil penafsiran (data 4)

Selanjutnya, data kualitatif tersebut diubah menjadi data kuantitatif yang didapat dari hasil tes diolah melalui penskoran dalam bentuk data ordinal. Penskoran dilakukan berdasarkan kriteria skor yang telah penulis susun. 2) Selanjutnya, data yang sudah berbentuk skor dianalisis untuk mengetahui

peningkatan keempat aspek di atas dengan cara dihitung menggunakan gain ternormalisasi dari Melzer dan Hake (Sugiyono, 2007:120; Sudjana, 2005:238, 291) dengan rumus:

Pretest Skor -Maksimal Skor

Pretest Skor -Postest Skor =

G

Untuk analisis kualitatif, tingkat gain ditafsirkan dengan kriteria sebagai berikut:

G ≥ 0,7 : tinggi 0,3 ≤ G < 0,7 : sedang G < 0,3 : rendah


(31)

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan pada peningkatan masing-masing aspek antara siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol, data diolah dengan bantuan Microsoft Excel XP (2007) dan SPSS Statistics 17.0 (2008) melalui langkah-langkah sebagai berikut.

a. Uji normalitas data gain masing-masing aspek dari kedua kelas menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-WilkTest. b. Apabila pasangan data pada aspek yang sama keduanya berdistribusi

normal dilanjutkan dengan uji homogenitas varians dengan menggunakan Levene’s Test.

c. Apabila diketahui kedua data berdistribusi normal dan variansnya homogen, signifikansi perbedaan rata-rata gain kedua kelompok dihitung dengan uji t menggunakan uji statistik Compare Mean Independent Samples Test. d. Apabila salah satu atau kedua data pada aspek yang sama tidak berdistribusi

normal, signifikansi perbedaan rata-rata gain diuji menggunakan Wilcoxon Test.

3) Data dari kualitas aktivitas pembelajaran diolah secara kualitatif. Analisis aktivitas pembelajaran didasarkan atas 3 bentuk perilaku dalam model ini, yakni perilaku mengidentifikasi konsep, perilaku menyusun hipotesis, dan perilaku merumuskan definisi konsep. Selain dari analisis aspek bentuk perilaku tersebut, analisis proses pembelajaran juga berdasarkan tiga fase yang terdapat dalam Concept Attainment Model.

4) Data dari respon mahasiswa dan dosen diolah secara kualitatif dan selanjutnya dikonversi dalam bentuk persentase.


(32)

H. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan pola aktivitas proses penelitian dari awal hingga akhir. Penelitian ini dimulai dari aktivitas studi pendahuluan hingga diperoleh hasil akhir penelitian, sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

Tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini ada beberapa komponen yang harus disusun dan direncanakan sebagai berikut.

a. Pengumpulan data awal di lapangan. Ada dua jenis data yang dikumpulkan pada tahap ini, yakni data tentang kegiatan perkuliahan sastra, khususnya puisi dan data tentang materi perkuliahan sastra yang terdapat dalam silabus Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah (Dikbasasinda) STKIP Sebelas April Sumedang. Data awal tentang perkuliahan sastra di Prodi Dikbasasinda diperoleh melalui kegiatan pengamatan langsung. Pengamatan

difokuskan pada proses perkuliahan mata kuliah “Puisi”. Kegiatan

pengamatan dilakukan selama tiga kali pertemuan mata kuliah tersebut. Untuk melengkapi data tersebut, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa mahasiswa dan dosen mata kuliah “Puisi”. Selanjutnya informasi dari hasil pengamatan langsung dan wawancara tersebut akan dikaji sebagai salah satu


(33)

dasar pemikiran dalam merumuskan konsep awwal Model Analisis Semiotik dalam perkuliahan puisi.

Kajian silabus mata kuliah-mata kuliah sastra di Prodi Dikbasasinda STKIP Sebelas April Sumedang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang keberadaan materi puisi kontemporer dan pendekatan semiotik. Kedua data tersebut dibutuhkan untuk menyusun materi perkuliahan yang akan disampaikan selama proses penelitian.

b. Kajian Pustaka. Kajian pustaka meliputi: 1) model-model mengajar, 2) pengembangan konsep berpikir, dan 3) pengkajian dan apresiasi puisi. Dari hasil kajian pustaka selanjutnya disusun konsep awal model analisis semiotik. c. Pemilihan materi pembelajaran. Dalam hal ini penulis telah memilih sejumlah

puisi karya Sutardji Calzoum Bachri. Materi puisi terbagi dua, yakni pertama materi puisi sebagai contoh yang kata kuncinya telah disediakan oleh dosen dan kedua materi puisi yang akan dikaji secara sepenuhnya oleh mahasiswa. Disamping itu dipersiapkan juga materi teori tentang pendekatan semiotik, makna asosiatif, dan puisi kontemporer.

c. Pengembangan awal model, dalam hal ini penulis merancang konsep awal Model Analisis Semiotik untuk pembelajaran puisi. Tahap-tahap pelaksanaan konsep awal Model Analisis Semiotik disusun berdasarkan Model Pengelolaan Konsep (Concept Attainment Model).

d. Instrumen penelitian, dalam hal ini penulis menyusun pedoman observasi dan angket untuk menggali sejumlah data dari proses dan hasil penerapan model


(34)

pembelajaran, aktivitas dosen dan mahasiswa, serta tanggapan mahasiswa dan dosen yang diperoleh melalui angket.

e. Jenis observasi dan angket, observasi yang digunakan adalah observasi partisipatif. Peneliti hanya berperan sebagai observer, sedangkan penerapan model mengajar (dosen) adalah dosen rekan sejawat. Angket yang digunakan jenis tertutup dengan empat pilihan jawaban.

2. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 1998:160). Uji validitas dilakukan terhadap konsep awal Model Analisis Semiotik dan instrumen (soal pretes dan postes). Validitas (kesahihan) dilakukan agar sebuah instrumen memang mengukur apa yang harus diukur dan juga agar variabel terikat yang muncul memang akibat atau dipengaruhi oleh variabel bebas (Black & Champion, 1992:193). Beberapa langkah yang peneliti lakukan untuk menguji kesahihan instrumen penelitian sebagai berikut.

a. Penulis meminta pertimbangan pakar pendidikan dan teman sejawat atas konsep awal model analisis semiotik dan instrumen tes yang telah disusun. Pakar yang diminta pertimbangan adalah 3 orang doktor di bidang ilmu pendidikan, sedangkan teman sejawat/seprofesi adalah lulusan Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, yakni 2 orang tingkat doktor, 4 orang tingkat magister, dan 2 orang tingkat sarjana. Setelah mendapat pertimbangan dari para pakar dan teman sejawat, penulis mengujicobakan awal atas instrumen yang


(35)

telah disusun. Berdasarkan pertimbangan para ahli bahwa konsep awal model analisis semiotik dan instrumen penelitian yang telah peneliti susun sudah memadai dan layak untuk diujicobakan. Pertimbangan para ahli berkenaan dengan materi puisi dan bentuk instrumen tes telah peneliti kaji dan peneliti lakukan penyempurnaan pada instrumen-instrumen dimaksud.

b. Pelaksanaan penelitian dilakukan sebagai bagian pertemuan kelas dari mata kuliah di kelas tersebut sehingga mahasiswa dapat berlaku alamiah seperti proses perkuliahan umumnya. Melalui kondisi yang alami ini diharapkan data penelitian yang terkumpul dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya. c. Peneliti mengumpulkan sebanyak-banyaknya data dan informasi berkenaan

dengan kegiatan perkuliahan sastra, khususnya puisi, pada kelas mahasiswa yang akan dilaksanakan penelitian. Informasi yang dikumpulkan berkenaan dengan metode pembelajaran puisi yang telah dilaksanakan dosen, hambatan-hambatan yang dialami mahasiswa dalam pembelajaran apresiasi puisi, tujuan pembelajaran apresiasi puisi, data prestasi akademik mata kuliah sastra mahasiswa.

3. Tahap Uji Coba Awal

Uji coba awal ini dilaksanakan di mahasiswa Dikbasasinda semester 6. Berdasarkan hasil uji coba awal tersebut dikaji kelemahan-kelemahan yang terdapat pada konsep awal model dan instrumen pretes dan postes. Diskusi peninjauan instrumen tersebut juga melibatkan rekan sejawat. Langkah ini dilanjutkan dengan revisi. Model awal pembelajaran hasil revisi ini selanjutnya akan diuji coba di mahasiswa Dikbasasinda semester 4.


(36)

4. Pengujian Konsep Model Awal Secara Operasional

Kegiatan ini mencakup pemberlakuan konsep awal Model Analisis Semiotik dalam mengapresiasi puisi pada mahasiswa semester 4 Program studi Dikbasasinda STKIP Sebelas April Sumedang. Pada tahap pelaksanaan ini ada beberapa aktivitas yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut :

b. Pelaksanaan pretes, mahasiswa diberi tes awal sebelum mereka diberi perlakukan berupa penerapan model mengajar yang telah dipersiapkan.

c. Pemberian perlakuan, peneliti melaksanakan uji coba model dalam

Pembelajaran Puisi.

d. Pengamatan proses, peneliti melakukan observasi terhadap segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran.

e. Pelaksanaan postes, mahasiswa diberikan tes akhir untuk mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

f. Penyebaran angket, mahasiswa diminta menyampaikan tanggapan tertulis pada angket mengenai proses pembelajaran yang telah diikutinya.

5. Tahap Refleksi

Pada tahap ini peneliti meninjau kembali hasil uji coba yang didapat, kemudian berdasarkan hasil belajar, hasil observasi, dan hasil angket dikembangkan model akhir pembelajaran.

Secara lebih ringkas, prosedur eksperimen di atas dapat dilihat pada bagan berikut.


(37)

Gambar 3.2 : Alur Penelitian

I. Instrumen Penelitian

Ada tiga macam data dalam penelitian ini, yakni data berupa hasil kerja mahasiswa yang diperoleh melalui tes, data hasil observasi pembelajaran, dan data hasil wawancara/angket. Data hasil tes dikaji secara kualitatif berdasarkan perkembangan hasil-hasil yang dicapai mahasiswa untuk setiap tahap pembelajaran. Selanjutnya, data hasil tes tersebut diubah menjadi bentuk skor dan dianalisis dengan menggunakan komputer. Sedangkan data hasil observasi dan data hasil wawancara/angket dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Tahap Persiapan

- Kajian pustaka

- Penyusunan model pembelajaran

- Penyusunan instrumen penelitian

Tahap Pelaksanaan - tes awal

- perlakuan

- observasi

- tes akhir

- penyebaran angket

Tahap Refleksi

- peninjauan hasil uji coba

- pengembangan model akhir

Tahap Ujicoba Awal - Uji validitas instrumen

- Pelaksanaan uji coba awal

- Peninjauan instrumen penelitian


(38)

Penelitian ini menggunakan enam jenis instrumen, yakni (1) desain model analisis semiotik, (2) format analisis makna asosiatif kata kunci, (3) format penilaian tes apresiasi puisi, (4) format observasi, (5) format angket, dan (6) materi perkuliahan. Secara rinci penjelasan keenam instrumen tersebut sebagai berikut.

1. Desain Model Analisis Semiotik a. Orientasi Model

Model pembelajaran ini bersumber dari model concept attainment : the basics of thinking yang dikemukakan oleh Jerome Bruner. Model Jerome Bruner ini memiliki kemiripan konsep dengan Inductive Thinking Model dari Hilda Taba dan Advance Organizer Model dari David Ausubel (Joice and Weil, 1972:27). Concept Attainment Model merupakan hasil pengembangan studi tentang berpikir (A Study of Thinking) oleh Jerome Bruner, Jacqueline Goodnow, dan George Austin.

Seperti yang diungkapkan oleh Ellen D. Gagne (1985) dan Richard Arends (1997) bahwa seseorang menerima pengetahuan dari lingkungan/rangsangan eksternal melalui reseptor/pencatatan penginderaan. Selanjutnya informasi yang diterima diteruskan ke short-term memory. Informasi tertentu yang mendapat “perhatian” individu tersebut selanjutnya akan dikirim dan disimpan dalam jangka waktu sangat lama dalam long-term memory.

Dalam proses belajar banyak sekali informasi/konsep yang harus diingat dan dihapalkan oleh siswa dalam waktu yang singkat dan cepat. Sedangkan


(39)

sarana pencatat informasi tersebut, yakni short-term memory, kapasitasnya sangat terbatas sehingga tidak mungkin individu mampu mengingat semua informasi yang diterimanya. Diyakini bahwa sebuah informasi atau konsep tidaklah berdiri sendiri tetapi akan berkaitan dengan informasi atau konsep lainnya. Dalam belajar siswa harus mampu menghubungkan dan mengelompokkan informasi atau konsep baru yang diterimanya dengan konsep-konsep yang telah tersimpan dalam long-term memory miliknya. Dari ilustrasi tersebut dapat dikatakan bahwa konsep Information Processing Model yang merupakan induk dari concept attainment model menitikberatkan pada interaksi antara analisis kognitif dengan pengalaman seseorang dalam bentuuk perilaku intelektual dan emosional.

Studi Jerome Bruner, Jacqueline Goodnow, dan George Austin berfokus pada kajian “konsep” yang meliputi masalah “apakah konsep itu dan apa manfaat memahami suatu konsep”. Konsep atau pengertian merupakan kondisi utama yang diperlukan untuk menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan objek-objeknya (Djamarah & Zain, 2002:17). Sedangkan Kardi (1997:2) mengutip pendapat Carol mendefinisikan konsep sebagai suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain. Dengan menguasai “konsep” maka seseorang akan dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut “konsep” itu, misalnya menurut warna, bentuk, besar, jumlah, dan sebagainya.


(40)

Jerome Bruner (Joyce & Weil, 1972: 31) menyatakan bahwa setiap konsep memiliki lima elemen. Setelah mampu menentukan elemen-elemen dari sebuah konsep, selanjutnya seseorang akan mampu membuat “peta konsep” atas suatu konsep. Martin (Trianto, 2007:159) mendefinisikan `“peta konsep” sebagai ilustrasi grafis konkret yang mengidentifikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama. Trianto (2007:159) mengutip pendapat Dahar mengemukakan beberapa ciri peta konsep seperti berikut.

(1) Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk

memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi, matematika. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.

(2) Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi, atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antara konsep-konsep.

(3) Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep

yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep yang lain.

(4) Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.

Studi Bruner, Goodnow, dan Austin (Joice and Weil, 1972:28) menyimpulkan bahwa penyusunan “kategori” membantu kita mengelompokkan objek yang memiliki perbedaan nyata tetapi mereka dapat diklasifikasikan dalam


(41)

kelompok yang sama berdasarkan ciri-ciri umumnya. Studi yang dilakukan

Bruner, dkk. menyebutkan proses berpikir sebagai “pengkategorian”

(categorizing). Aktivitas penyusunan kategori menurut teori Bruner disebut

pencapaian konsep (concept attainment), yakni aktivitas mencari dan

menginventarisasi beberapa atribut yang akan digunakan untuk membedakan antara contoh dan bukan contoh dari berbagai kategori. Dalam proses concept attainment, konsep sudah disediakan.

Menurut Bruner, aktivitas pengkategorian sesungguhnya memiliki dua komponen, yakni the act of concept formation dan the act of concept attainment. Aktivitas mengelompokkan konsep merupakan langkah awal dari pengembangan konsep. Akan tetapi, terdapat perbedaan antara kedua aktivitas tersebut (Joice and Weil, 1972:29), yakni (1) tujuan dan penekanan dari keduanya berbeda, (2) langkah-langkah proses berpikir kedua aktivitas berbeda, (3) kedua proses mental tersebut menuntut proses pembelajaran yang berbeda pula. Model Berpikir Induktif dari Hilda Taba adalah contoh dari a concept formation strategy. Pada model ini siswa bersama-sama mengelompokkan contoh konsep berdasarkan beberapa dasar dan bentuk sebanyak yang mereka kehendaki. Setiap kelompok

contoh menggambarkan suatu konsep yang berbeda. Sedangkan dalam a concept

attainment hanya terdapat satu konsep. Dengan memanfaatkan petunjuk yang diberikan guru, siswa mencoba menentukan identitas dan definisi suatu konsep.

Hasil studi Jerome Bruner tentang pencapaian konsep (concept attainment) memberikan manfaat yang besar bagi proses pembelajaran. Pertama, melalui pemahaman atas hakikat konsep dan aktivitas konseptual, kita dapat lebih


(42)

membedakan apakah siswa memang telah mampu mencapai pemahaman suatu konsep ataukah hanya mengulang kata-kata tanpa pemahaman konseptual yang mendalam. Kedua, kita akan dapat mengenali strategi pengkategorian yang dilakukan oleh siswa dan membantu mereka untuk menggunakan strategi yang lebih efektif. Ketiga, kita dapat meningkatkan kualitas pembelajaran tentang belajar konsep.

b. Sintakmatik

Gambaran fase-fase Model Analisis Semiotik di atas dipaparkan pada diagram di bawah ini.

F A S E III

FASE I FASE II

Gambar 3.3

Konsep Model Analisis Semiotik

Diagram Model Analisis Semiotik berikut menggambarkan langkah-langkah pokok kegiatan dosen dan mahasiswa selama proses belajar mengajar.

P U I S I K O N S E P Identifikasi Makna Asosiatif Konsep Pengetahuan Pembaca Pengalaman Pembaca Hipotesis Penafsiran isi Puisi Tes Pencapaian Konsep P U I S I Analisis Strategi Berpikir Rumusan Strategi Berpikir Diskusi guru dan siswa Asesmen Kinerja Bimbingan terstruktur oleh dosen


(43)

Diagram berikut diadaptasi dari hasil adaptasi Udin Saripudin (Irawan, dkk., 1996:89) berdasarkan teori Jerome Bruner (Joyce & Weils, 2000:10).

Kegiatan Dosen Langkah-Langkah Pokok Kegiatan Mahasiswa

• Menyajikan teori • Membandingkan

yang relevan contoh

• Meminta hipotesis • Membuat hipotesis

• Meminta simpulan • Membuat apresiasi

hasil apresiasi puisi

• Meminta contoh • Mencari contoh

konsep lain konsep dari puisi

• Meminta hipotesis lain

dari konsep • Membuat hipotesis

• Meminta hasil dari konsep yang

kajian berdasarkan ditemukan

penemuan konsep

Menanyakan strategi • Mengungkapkan

penemuan proses/strategi

• Membimbing kegiatan berpikir

diskusi • Berdiskusi dan

merumuskan strategi berpikir

Gambar 3.4

Kegiatan Dosen dan Mahasiswa dalam MAS

Concept Attainment model yang merupakan dasar dari model analisis semiotik menuntut agar siswa mampu mencapai pemahaman atas suatu konsep dan merumuskan strategi pencapaian konsep tersebut. Kedua proses tersebut harus dilakukan oleh siswa sendiri melalui bimbingan guru dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terstruktur dan arahan-arahan secara lisan. Bruce Joyce,

Marsha Weil, & Emily Calhoun (2000:160) menyatakan bahwa Concept

Attainment model termasuk model mengajar yang moderat. Guru mengontrol Penyajian Data

Analisis Strategi Berpikir Pengetesan Pencapaian


(44)

setiap fase pembelajaran secara cermat, tetapi tetap menekankan teknik tanya jawab/dialog dengan siswa atau antarsiswa dalam tiap fase. Model ini menekankan interaksi siswa selama pembelajaran. Pengembangan konsep pada diri siswa dilakukan melalui proses berpikir induktif.

c. Sistem Sosial

Model ini memiliki struktur yang moderat. Dosen melakukan pengendalian terhadap aktivitas mahasiswa, tetapi dapat dikembangkan menjadi kegiatan dialog bebas dalam fase itu. Beberapa kondisi yang harus diperhatikan dan diciptakan pada penerapan model ini ialah

1) dosen harus memilih dan mengorganisasi bahan dan mengurutkannya dari yang sederhana menuju yang kompleks;

2) dosen harus memilih kemampuan menemukan konsep dalam puisi yang disajikan dan menjelaskan asosiasi dari setiap konsep tersebut;

3) dosen harus memiliki kemampuan mengapresiasi puisi berdasarkan kaitan antarasosiasi yang dihasilkan dari setiap konsep;

4) dosen harus mampu mengorganisasi pembelajaran sehingga mahasiswa lebih dapat memperlihatkan inisiatifnya untuk melakukan proses induktif bersamaan dengan bertambahnya pengalaman dalam keterlibatan dirinya pada proses belajar.

d.Prinsip-Prinsip Pengelolaan/Reaksi

Selama proses mengkaji puisi berjalan, dosen diharapkan menjadi


(45)

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan sebagai berikut.

1) Dosen dapat memberikan dukungan dengan menitikberatkan pada sifat hipotesis selama diskusi berlangsung.

2) Dosen memberikan bantuan kepada mahasiswa dalam mempertimbangkan pilihan hipotesis satu dari yang lainnya.

3) Dosen dapat memusatkan fokus mahasiswa pada contoh-contoh yang spesifik. 4) Dosen dapat membantu mahasiswa dalam mendiskusikan dan menilai strategi

berpikir yang telah mereka laksanakan.

e. Sistem Pendukung

Sarana pendukung yang dibutuhkan berupa bahan-bahan dan data-data terpilih dan terorganisasikan dalam bentuk unit-unit yang berfungsi memberikan contoh-contoh. Para mahasiswa dalam model ini tidak diberi tugas untuk menemukan konsep yang baru, tetapi mereka harus dapat memperoleh konsep yang tepat yang telah dipilihkan oleh dosen. Bila mahasiswa telah dapat berpikir semakin kompleks, mereka dapat bertukar pikiran dan bekerjasama dalam membuat unit-unit data, seperti yang dilakukan dalam fase dua di atas.

f. Penerapan

Model ini bertujuan agar mahasiswa mampu menemukan dan memperoleh konsep baru dari sebuah puisi yang diapresiasinya berdasarkan kata kunci. Untuk mencapai hal tersebut maka dosen harus mengkondisikannya dengan cara menyajikan dan memberi tanggapan pada contoh-contoh puisi. Sebagai kelanjutan


(46)

dari penerapan model ini, mahasiswa mampu memperoleh konsep baru tentang hubungan semiotik pada tingkat individu atau kelompok.

2. Silabus Perkuliahan

Silabus perkuliahan untuk penerapan Model Analisis Semiotik ini dibuat untuk 4 kali pertemuan kelas. Silabus perkuliahan dibuat berdasarkan ketentuan di STKIP Sebelas April Sumedang.

3. Format Lembar Kerja Mahasiswa

Selama proses belajar mengajar mahasiswa menuliskan hasil temuan dan diskusi mereka dalam format lembar kerja mahasiswa berikut. Format kerja mahasiswa dibuat sesuai dengan tiga tahap utama dalam Model Analisis Semiotik. Lembar kerja mahasiswa terbagi atas:

1) lembar kerja 1: pengelompokkan puisi

2) lembar kerja 2: alasan dalam pengelompokkan puisi 3) lembar kerja 3: karakteristik puisi kontemporer 4) lembar kerja 4: definisi puisi kontemporer 5) lembar kerja 5: karakteristik kata kunci 6) lembar kerja 6: definisi kata kunci 7) lembar kerja 7: daftar kata kunci

8) lembar kerja 8: strategi berpikir dalam menentukan kata kunci 9) lembar kerja 9: makna asosiatif kata kunci

10)lembar kerja 10: penafsiran isi puisi


(47)

4. Kriteria Penilaian

Penilaian dilaksanakan di awal dan di akhir pembelajaran. Penilaian kemampuan mengkaji puisi didasarkan atas empat komponen, yakni (1) penggunaan landasan satuan bahasa dalam proses penafsiran, (2) pemanfaatan aspek karakteristik puisi Sutardji dalam kajian makna puisi, (3) kejelasan isi kajian puisi, dan (4) ketepatan hasil kajian. Untuk komponen penilaian nomor (4) penulis menggunakan dua landasan, yakni:

a) hasil analisis penulis atas makna puisi “Tragedi Winka & Sihkha”

b) hasil penafsiran pakar (Rachmat Djoko Pradopo) atas puisi “Tragedi Winka & Sihkha”.

Hasil tes tiap mahasiswa dinilai oleh tiga orang yang berkompetensi dalam bidangnya. Skor hasil tes tiap mahasiswa adalah rata-rata skor dari ketiga penilai. Kriteria penskoran untuk tiap komponen di atas dipaparkan berikut ini.

Tabel 3.1 Kriteria Skor

Penggunaan Landasan Satuan Bahasa dalam Penafsiran

Rentang Skor Deskripsi

0 – 2.5 Hasil kajian hanya berdasarkan pada penafsiran satu satuan

bahasa dalam puisi

2.6 – 5.0 Hasil kajian berdasarkan pada penafsiran beberapa satuan bahasa dalam puisi

5.1 – 7.5 Hasil kajian berdasarkan pada penafsiran beberapa satuan bahasa dalam puisi dan sudah memperlihatkan kaitan diantaranya

7.6 – 10 Hasil kajian berdasarkan pada penafsiran beberapa satuan bahasa dalam puisi dan sudah memperlihatkan kaitan diantaranya serta dipaparkan secara tepat


(48)

Tabel 3.2 Kriteria Skor

Komponen Pemanfaatan Karakteristik Puisi Mantra dalam Penafsiran

Komponen karakteristik puisi mantra mencakup 5 deskriptor, yakni: 1. unsur penonjolan pengulangan

2. unsur kata-kata nonsense 3. unsur tipografi yang sugestif

4. unsur penyimpangan kaedah bahasa

5. unsur penyimpangan dalam keserasian makna kalimat

Rentang Skor Deskripsi

0 – 2.5 Tidak ada satu pun deskriptor yang dimanfaatkan dalam

hasil kajian puisi

2.6 – 5.0 Ada deskriptor yang dimanfaatkan tapi kurang mendukung

hasil kajian puisi

5.1 – 7.5 Ada deskriptor yang dimanfaatkan hasil kajian puisi dan penjelasan pengaruh deskriptor terhadap hasil kajian puisi sudah tepat

7.6 – 10 Ada deskriptor yang dimanfaatkan hasil kajian puisi dan pemilihan deskriptor serta penjelasan pengaruh deskriptor terhadap hasil kajian puisi sudah tepat

Tabel 3.3 Kriteria Skor

Komponen Kejelasan isi Hasil Kajian Komponen kejadian dalam puisi:

1) kejadian sebelum perkawinan 2) kejadian saat berumah tangga 3) kejadian masa akhir rumah tangga

Rentang Skor Deskripsi

0 – 2.5 Hasil kajian hanya mendeskripsikan sebagian kecil

kejadian yang terkandung dalam puisi

2.6 – 5.0 Hasil kajian sudah mendeskripsikan sebagian besar

kejadian yang terkandung dalam puisi

5.1 – 7.5 Hasil kajian sudah mendeskripsikan seluruh kejadian yang

terkandung dalam puisi

7.6 – 10 Hasil kajian sudah mendeskripsikan seluruh kejadian yang


(49)

Tabel 3.4 Kriteria Skor

Ketepatan Hasil Kajian Puisi

Rentang Skor Deskripsi

0 – 2.5 Hanya sebagian kecil hasil kajian yang sesuai dengan hasil

penjajagan awal

2.6 – 5.0 Beberapa bagian hasil kajian sesuai dengan hasil

penjajagan awal

5.1 – 7.5 Lebih dari setengah dari hasil kajian sesuai dengan hasil penjajagan awal

7.6 – 10 Seluruh hasil kajian sudah sesuai dengan hasil penjajagan awal

5. Format Observasi

Pengamatan dilakukan selama proses perkuliahan untuk mendapat deskripsi tentang bobot pelaksanaan tiap-tiap tahap model, aktivitas mahasiswa dan dosen. Format observasi terbagi atas format observasi aktivitas dosen dan format observasi aktivitas mahasiswa.

Tabel 3.5

Format Observasi Aktivitas Dosen

No. Rincian Kegiatan

Ya Tdk Seluruh-nya Sebagian Besar Kurang 1

Dosen memaparkan teori tentang pendekatan semiotik, makna asosiatif, dan puisi kontemporer

2

Dosen menyajikan puisi Sutardji yang belum pernah dikaji sebelum oleh mahasiswa dalam perkuliahan

3

Dosen membimbing mahasiswa menemukan jawaban menggunakan pertanyaan-pertanyaan terstruktur


(50)

No. Rincian Kegiatan Ya Tdk Seluruh-nya Sebagian Besar Kurang 4

Bimbingan melalui pertanyaan yang diberikan dosen mampu mengoptimal-kan aktivitas dan strategi berpikir mahasiswa dalam pembelajaran 5

Dosen memberikan waktu yang cukup bagi mahasiswa berdiskusi dalam setiap fase kegiatan

6

Dosen memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipahami oleh

mahasiswa dan mahasiswa dapat

memberikan respon yang relevan/tepat 7

Dosen memberikan respon positif atas jawaban dan hasil yang dicapai oleh mahasiswa

8

Dosen tidak memberikan hasil jadi untuk setiap konsep, tetapi melibatkan mahasiswa melalui proses diskusi 9

Dosen bersama mahasiswa

merumuskan simpulan atas strategi berpikir

10

Dosen memberikan waktu dan kesempatan yang merata dan sama kepada setiap kelompok untuk mengemukakan pendapat

11 Dosen mencatat setiap

jawaban/penda-pat mahasiswa di papan tulis 12

Dosen mengklarifikasi jawaban/penda-pat suatu kelompok kepada kelompok lain

13

Dosen membuat pertanyaan yang spesifik dan mudah dipahami oleh mahasiswa

14

Dosen mampu mengoptimalkan mahasiswa memanfaatkan semua potensi dan sarana dalam memberikan jawaban/pendapat


(51)

Tabel 3.6

Format Observasi Aktivitas Mahasiswa

No. Rincian Kegiatan

Ya Tdk Seluruh-nya Sebagian Besar Kurang 1

Menjawab pertanyaan dosen tanpa ditunjuk oleh dosen

2

Mencari kata kunci dari puisi secara sungguh-sungguh

3

Memperhatikan dan mengapresiasi secara positif jawaban/pendapat dari kelompok lain

4 Melakukan kegiatan diskusi dalam

kelompok secara sungguh-sungguh

5 Memperlihatkan motivasi tinggi dan

keceriaan selama proses pembelajaran 6

Memahami arah dan jawaban yang dikehendaki atas pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan dosen

7

Mahasiswa memahami fase-fase Model Analisis Semiotik yang diperlihatkan dalam aktivitas mereka

8

Memberikan jawaban/ pendapat yang beragam, bukan hanya meniru

jawaban/pendapat kelompok lain

9 Jawaban/pendapat yang disampaikan

oleh mahasiswa telah spesifik 10

Waktu yang diberikan untuk berdiskusi digunakan secara efektif dan selesai sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan

6. Daftar Pertanyaan

Wawancara digunakan untuk menggali pendapat dosen tentang model analisis semiotik. Kegiatan wawancara berpedoman pada daftar pertanyaan berikut.


(52)

1) Bagaimana tanggapan Anda terhadap konsep belajar yang ada dalam model analisis semiotik?

2) Bagaimana tanggapan Anda terhadap tahap-tahap pelaksanaan model

analisis semiotik? Apakah terdapat kelemahan dari tahap-tahap pembelajaran yang telah dilaksanakan?

3) Apakah terdapat hambatan selama pelaksanaan pembelajaran?

4) Apakah pembelajaran dengan model analisis semiotik mudah untuk

dilaksanakan?

5) Apakah pembelajaran dengan model analisis semiotik dapat juga

digunakan untuk pembelajaran apresiasi puisi konvensional?

7. Format Angket

Angket dibagikan kepada mahasiswa untuk menggali tanggapan mahasiswa (kelas eksperimen) atas tahap-tahap belajar yang telah dilaksanakan, manfaat atas hasil belajar dalam mengkaji puisi kontemporer dan puisi pada umumnya, dan nurturan efek dari pembelajaran.

Tabel 3.7

Format Angket untuk Mahasiswa

No. Pertanyaan

Pilihan Jawaban Sangat

setuju Setuju

Kurang setuju

Tidak setuju

1 Selama pembelajaran saya terlibat

secara aktif dalam proses

pembelajaran

2 Selama pembelajaran kualitas kerja sama saya dengan rekan-rekan lain semakin meningkat


(53)

No. Pertanyaan

Pilihan Jawaban Sangat

setuju Setuju

Kurang setuju

Tidak setuju

3 Bentuk diskusi kelompok selama

pembelajaran telah mempererat

keakraban saya dengan rekan-rekan lain

4 Materi ajar yang disusun dari contoh-contoh nyata kemudian diakhiri dengan merumuskan teori, telah

membantu saya lebih mudah

memahami materi pembelajaran

5 Selama dan setelah pembelajaran

saya menjadi lebih memahami materi

pelajaran dibandingkan dengan

perkuliahan lainnya

6 Setelah pembelajaran, menurut saya menentukan kata kunci dalam puisi itu mudah

7 Setelah pembelajaran, menurut saya menentukan makna asosiatif dari kata kunci dalam puisi itu mudah

8 Setelah pembelajaran, menurut saya menafsirkan isi puisi Sutardji C.B. berdasarkan makna asosiatif dari kata kunci menjadi lebih mudah

9 Menurut saya cara mengkaji puisi

Sutardji C.B. dengan berdasarkan makna asosiatif ini dapat juga

diterapkan saat mengkaji puisi

konvensional

10 Pembelajaran ini telah meningkatkan motivasi saya belajar apresiasi puisi untuk waktu ke depan

8. Materi Perkuliahan

Materi puisi yang digunakan dalam pembelajaran berjumlah 4 buah, yakni puisi Sutardji C.B yang berjudul “Tapi”, “Sepisaupi”, “Hilang (Ketemu)”, dan “Tragedi Winka & Sihkha”. Puisi “Tapi” dan “Hilang (Ketemu)” dikaji pada fase


(54)

I, sedangkan “Sepisaupi” dikaji pada fase II. Selain puisi-puisi di atas, penulis juga memberikan empat judul puisi Sutardji yang berbeda untuk tiap kelompok sebagai bahan kajian tugas terstruktur.

J. Kegiatan Penelitian

Seperti telah dipaparkan di bagian terdahulu bahwa penelitian ini dilaksanakan di Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah (Dikbasasinda) STKIP Sebelas April Sumedang semester 4 tahun akademik 2009/2010. Berikut tahap-tahap penelitian yang dilakukan.

1. Tahap Persiapan

Tahap ini dilakukan selama satu bulan, yakni di bulan Mei 2010. Kegiatan pada tahap ini diisi dengan suvei pembelajaran apresiasi puisi yang sedang berlangsung di mahasiswa semester 4 Prodi Dikbasasinda. Aktivitas peneliti dalam tahap ini diisi dengan kegiatan observasi proses pembelajaran di mahasiswa semester 4 dan dialog/wawancara dengan dosen mata kuliah “Puisi”. Dalam tahap ini peneliti menyusun instrumen penelitian dan mendiskusikannya dengan beberapa pihak, termasuk dosen mata kuliah “Puisi”.

2. Tahap Pengembangan Model Awal

Tahap ini dilaksanakan di mahasiswa semester 6. Kegiatan pengembangan model awal dilaksanakan minggu ketiga dan keempat Mei 2010.


(55)

3. Tahap Pelaksanaan Uji Coba

Tahap ini dilaksanakan dalam enam kali pertemuan kelas. Deskripsi kegiatan dalam tahap ini dipaparkan dalam tabel berikut.

Tabel 3.8

Deskripsi Pertemuan di Kelas Eksperimen

Pertemuan Waktu Kegiatan

Pertama Minggu pertama

Juni 2010

Pretes (mahasiswa mengkaji puisi Sutardji C.B.)

Kedua Minggu kedua

Juni 2010

Pembelajaran tentang pendekatan semiotik dan makna asosiatif serta puisi kontemporer

Ketiga Minggu ketiga

Juni 2010

Penyajian data dan identifikasi kata kunci dari puisi

Pertemuan Waktu Kegiatan

Keempat Minggu keempat

Juni 2010

Tes pencapaian konsep

Kelima Minggu pertama

Juli 2010

Menganalisis strategi berpikir

Keenam Minggu kedua

Juli 2010

Postes (mahasiswa mengkaji puisi Sutardji C.B.)


(1)

Hasanuddin. 2002. Membaca dan Menilai Sajak Pengantar Pengkajian dan

Interpretasi. Bandung: Angkasa.

Hornby, A.S., dkk. 1973. The Advanced Learner’s Dictionary of Current English. London: Oxford University Press.

Irawan, Prasetya, dkk. 1996. Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan

Mengajar. Depdikbud: Dikti.

Jabrohim (ed). 1994. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jabrohim (ed). 2003. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Joyce, Bruce, dkk. 2000. Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.

Joyce, Bruce & Marsha Weil. 1980. Models of Teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Junus, Umar. 1981. Mitos dan Komunikasi. Jakarta: Sinar Harapan.

Junus, Umar. 1983. Dari Peristiwa ke Imajinasi : Wajah Sastra dan Budaya

Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Kemp, Jerrold E. 1994. Proses Perancangan Pengajaran (terj.). Bandung: ITB Lodge, David (ed.). 1978. 20th Century Literary Criticism. New York: Longman. Luria, Alexander R. 1982. Language and Cognition. New York: John Wiley &

Sons.

Luxemburg, Jan van. dkk. 1991. Tentang Sastra (terj. Akhadiati Ikram). Jakarta: Intermasa.

Maulana, Soni Farid. Pikiran Rakyat. “Mengajar Sastra Tidak Mudah”. 13 Desember 2009.

Mulyana, Yoyo. 2000. Keefektifan Model Mengajar Respon Pembaca dalam

Pengajaran Pengkajian Puisi. Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana

UPI Bandung.

Myers, Jack & Michael Simms. 1989. The Longman Dictionary of Poetic Terms. New York: Longman.


(2)

Natawidjaja, P. Suparman. 1981. Apresiasi Sastra Budaya. Jakarta: Intermasa. Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Nadeak, Wilson. 1985. Pengajaran Apresiasi Puisi untuk Sekolah Lanjutan Atas. Bandung: Sinar Baru.

Newton, K.M. 1988. Twentieth-Century Literary Theory. London: Macmillan Education LTD.

Newton, K.M. 1990. Menafsirkan Teks (terj. Soelistia). Semarang: IKIP Semarang Press.

Noth, Winfried. 1990. Handbook of Semiotics. Indianapolis: Indiana University Press.

Nurgiantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurkancana, Wayan & P.P.N. Sumartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Parera, J.D. dan S. Amran T. 1996. Terampil Berbahasa Indonesia 4. Jakarta: Depdikbud.

Parera, Jos Daniel. 2004. Teori Semantik. di

http:/books.google.co.id/books?id=sNi45QHII7MC&pg=PA138&dq=asos iatif&lr=&…15/02/2010.

Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika : Tafsir Cultural Studdies Atas

Matinya Makna. Bandung: Jalasutra.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan

Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Preminger, Alex, dkk. 1974. Princeton Encyclopedia of Poetry and Poetics. Princeton: Princeton University Press.

Probst, R.E. 1988. Response and Analysis : Teaching Literature in Junior and


(3)

Purwanto, M. Ngalim. 2000. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rahman. 2007. Model Mengajar & Bahan Pembelajaran. Jatinangor: Alqa Prisma Interdelta.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Ratna, Nyoman Khuta. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Khuta. 2005. Sastra dan Cultural Studies : Representasi Fiksi dan

Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rosenblatt, Louise M. 1983. Literature as Exploration. New York: The Modern Language Association of America.

Rusyana, Yus. 1970. Bagbagan Puisi Mantra Sunda. Bandung: Projek Penelitian Pantun & Folklore Sunda.

Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang. Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung:

CV Diponegoro.

Rusyana, Yus, dkk. 2000. Prosa Tradisional : Pengertian, Klasifikasi, dan Teks. Jakarta: Pusat Bahasa.

Rusyana, Yus. 2003. “Membangun Suasana Demokratis dalam Pendidikan Sastra di Sekolah”. Makalah Kongres Bahasa Indonesia VIII. Jakarta: Pusat Bahasa.

Sardjono, Partini. 1992. Pengantar Pengkajian Sastra. Bandung: Pustaka Wina. Sarup, Madan. 1993. Posstrukturalisme dan Posmodernisme : Sebuah Pengantar

kritis (terj. Medhy Aginta Hidayat). Yogyakarta: Penerbit Jendela.

Sayuti, Suminto S. 2003. “Menuju Pengajaran Bahasa dan Sastra yang Bermakna. Makalah Kongres Bahasa Indonesia VIII. Jakarta: Pusat Bahasa.

Segers, Rien T. 2000. Evaluasi Teks Sastra : Sebuah Penelitian Eksperimental

Berdasarkan Teori Semiotik dan Estetika resepsi (terj. Suminto A. Sayuti).


(4)

Selden, Raman. 1986. A Reader’s Guide to Contemporary Literary Theory. Sussex: The Harvester Press.

Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: PT Gramedia. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta.

Suharianto, S. 1982. Berkenalan dengan Cipta Seni. Semarang: Mutiara Permata Widya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sukmara, Dian. 2007. Implimentasi Life Skill dalam KTSP. Bandung: Mughni Sejahtera.

Sultan HB, Sri. 2008. Mantra dan Jati Diri Bangsa. Di http://alangalangkumitir.wordpress.com/category/mantra-dan-jati-diri... Sumardi, Muljanto (ed.). 1992. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa

dan Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sumardjo, Jakob & Saini K.M. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Suryadi AG, Linus (ed.). 1987. Tonggak Antologi Puisi Indonesia Modern 1. Jakarta: PT Gramedia.

Suryatin, H.E. 1997. Efektivitas Model Mengajar Resepsi dan Pendekatan Resepsi Sastra dalam Pengajaran Sastra untuk Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Sastra (Studi Deskriptif Experimentasi-Teknik Penelitian Subjek

Tunggal). Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana IKIP Bandung.

Syamsuddin A.R. dan Vismaia S. Damaianti. 2007. Metode Penelitian Pendidikan

Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(5)

Tarigan, Henry Guntur. 1993. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa. Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: PT Gramedia.

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

The Free Dictionary. 2010. Mantra. Di http://thefreedictionary.com/mantra.

25/10/2010.

Tim PISA Indonesia. 2003. Kemampuan Dasar Hidup (Prestasi Leterasi Membaca, Matematika, dan Sains Anak Indonesia Usia 15 Tahun di

Dunia Internasional). Jakarta: OECD PISA.

Tirtawirya, Putu Arya. 1983. Apresiasi Puisi dan Prosa. Ende-Flores: Nusa Indah.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik :

Konsep, Landasan Teoritis – Praktis dan Implementasinya. Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Uno, Hamzah B. 2008. Perencanaa Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Moh. Uzer. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Verhaar, J.W.U. 1978. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Vygotsky, Lev. 1989. Thought and Language. Massachusetts: The MIT Press. Waluyo, Herman J. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Wellek, Rene & Austin Warren. 1993. Teori Kesusastraan (terj. Melani Budianta). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wikipedia. 2010. Mantra. Di http://en.wikipedia.org/wiki/Mantra. 25/10/2010. Wolfreys, Julian. 1999. Literary Theories: A Reader and Guide. Edinburgh:

Edinburgh University Press.

Wordiq.com. 2010. Mantra-Definition. Di http://www.wordiq.com/definition/ Mantra. 25/10/2010.

Yunus, Umar. 1981. Perkembangan Puisi Indonesia dan Melayu Modern. Jakarta : Bhatara Karya Aksara.


(6)

Zaidan, Abdul Rozak, dkk. 2000. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka. Zaimar, Okke K.S. 1990. Menelusuri Makna “Ziarah” Karya Iwan Simatupang.

Jakarta: ILDP.

Zakaria, Sofyan. 1981. Kamus Kecil Kesusastraan Inddonesia. Bandung: Singgalang.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN STRATEGI BELAJAR BAHASA DENGAN PENGUATAN EFIKASI DIRI BAGI PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA FORMAL : Studi Kuasieksperimen pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya).

0 2 88

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STATISTIKA BERBANTUAN R (PSB-R) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN STATISTIS : Penelitian terhadap Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Sebelas April Sumedang.

8 34 24

PENINGKATAN PENGUASAAN UNSUR-UNSUR SINTAKSIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF: Studi Eksperimen terhadap Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Garut.

0 3 58

KEBIASAAN MEMBACA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS SEBELAS MARET.

0 0 15

vol 21 no2 ed sept2011 04

0 0 8

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN STRUCTURE III MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INGGRIS MELALUI PENDEKATAN BERBASIS TEKS1

0 0 1

View of REALISASI STRUKTUR SINTAKSIS PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA IA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI BANGKALAN

0 0 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE DAN KEMAMPUAN AWAL TERHADAP KEMAMPUAN TELAAH PROSA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP YPM BANGKO

0 1 15

View of Kemampuan Mahasiswa Semester IV Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Membedakan Kata Majemuk dan Frasa

0 0 10

Perbedaan kemampuan memahami ejaan dalam kalimat antara mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah dan mahasiswa program studi Sastra Indonesia : studi kasus di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Fakultas Sastra, USD -

0 1 175