PEMBINAAN KEAGAMAAN TERHADAP NARAPIDANA DEMI TERCAPAINYA PRIBADI YANG MANDIRI : Studi Kasus Di Lembaga Pemasyarakatan I Cirebon.
PEMBINAAN KEAGAMAAN TERHADAP NARAPIDANA
DEMI TERCAPAINYA PRIBADI YANG MANDIRI
(Studi Kasus Di Lembaga Pemasyarakatan f Cirebon)
TESIS
Diajukan Kepada Panrtia Ujian Tesis
Instftut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Pendidikan Umum
Oleh:
ABDUL LATIF
NIM. 9596161
PROGRAM PASCASARJANA
BIDANG STUDI PENDIDIKAN UMUM
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1999
Disetujui dan Disyahkan oleh Pembimbing
Untuk Mengikuti Ujian Tahap II
PROF. DR. H. MAMAN ABDURAHMAN
Pembimbing
PROF. H. NU'MAN SUMANTRI, M.
Pembimbing
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1999
ABSTRAK
riai»« Lem^ga Pemasyarakatan (Lapas)
mlir h,T
berperan penting
" ^epribad±an manusia y*"S seda^ menjalan?
S™,n r3K
^na Pelan59^an yang telah dibuatnya.
rf™*
lemb*°a tersebut dipandang strategis berkenaan
e
JrhH" -erebaknya kejahatan yang sudah barang
tentu menambah penghunx Lembaga Pemasyarakatan.
*n HPnnLtJtan te,Dritis men9enai kaitan pembinaan keagama
an dengan kemandxnan, pertama-tama berangkat dari aksioma teorx tungsional, bahwa segala hal yang tidak berfungsx akan lenyap dengan sendirinya. Karena agama sejak dulu
T^nnlt 5a!
ada' JelaS
bahwa a9ama
rungsx,
atau ini,maSih
bahkan memerankan
sejumlah
fungsi.mempunyai
Tampak
bahwa kaitan agama dengan masaiah moral demikian erat.
d.rfio Pnu ^ moralitas «enjadikan indikasi masaiah kemandirxan. BBahwa manusia mandiri adalah manusia yana memi-
termoraTku'at*" dalSm kemampuan' berkepribadian sehat dan
Kemandirian seseorang pada hakekatnya erat kaitan-
linri.fr9aH
"ilai-nilai religius atau agama yang menjadi
landasan dalam perxlaku seseorang. Dilihat dari seqi
rif? ' kemandirian P^fa hakekatnya sebagai konsekwensi
darx
adanya keyakxnan atau iman dan takwa, hal ini
men-
yangkut masaiah akidah.
flria, . Fenomena menarik yang timbul di lokasi penelitian
adalah bahwa beberapa keterampilan yang ditunjukkan untuk
melatih para napi juga telah lama diselenggarakan di
sana. Dan keterampilan tersebut ada beberapa napi yanq
cenderung dapat hidup mandiri. Mereka mampu untuk memperbaikx niesm membuat konveksi, dan bercocok tanam yang
baxk dan berhasil.
'
y
rian . Dari dua visi aktivitas yakni kegiatan keagamaan
dan kegiatan keterampilan yang sudah lama berlangsunq di
Lembaga Pemasyarakatan I Cirebon tersebut,
temyata
mendapat
perhatian
beragam dari para napi.
Mereka
ada
ri^LoSerpUS dal3f men9ik"ti program yang dilaksanakan
Lembaga Pemasyarakatan, sehingga mereka itu mendapat
penxngkatan kualitas individu baik dari pembekalan nilai-
nxlax agama maupun dalam hal kemampuan fraktis. Sedangkan
napx laxnnya yang kurang responsif terhadap program
me'Teka
cenderung kurang memperoleh peningkatan
kualitas
individu dalam kedua visi nilai yang ada dalam program di
Lembaga Pemasyarakatan.
IX
proses
rll„
"pendidikan1^:
k«9a™ sebagai
suatu
pendxdikan dan Pembinaan
proses sosialisasi
nilai-nila^
keagamaan mempersyaratkan suatu mekanisme dan proles yanq"
da,r;kterTs,tiP
^ **"*
kond^
araktenstik J
nara pidana
sebagai
sasaran^aitkan
pembinaan egHal
^n'ci^KnT
di^akan
°leb L-ba9a
Pemasyaraklx«n Lxrebon I. Yan^
Vang menjadx
permasalahan,
bagaiamana
ddIp
dan proses pembinaan tersebut secara parigdiSatik serl*
secara konseptual teoritis apakah hal tersebut Llah
of"?"?",
paradi9ma
yang menekankan
padf 'tersebu
pane apa '
pendekatankSPada
pendxdikan.
Sehingga
hasil pembinaan
dapat memasyaraktkan kembali para nara pidana pad^ Tlno-
kungan msyarakat secara alamiah.
P
Berdasarkan fokus masaiah tersebut di atas
"9
nene-
tiin^v.-r dlktmban^-n kedalam tiga pertanyaan 'penllT-
^- P ^ ^
-«
^ssr;jtCir^?
2>- ^"-"ii- reidsiamLarb:gP;
Prn?\
h" Pend°ron5 naPi "ntuk hidup mandiri -?
^t
oleh parafinapr?Rdirian ^
b*^™*™ Y™* ditampilkan
riotif araT^t^H dilakukan ««lalui dengan metode deskti? D,S ifi ' ?T°an pendekata" kualitatif naturalis-
ii ;.rJfa
t ^!laka"
teknik>
si
partxsxpatxf
dan stuidenQan
dokumentasi.
Dxperoleh
temuan
penelitian:
wawancara, observa1).
Pembinaan
di
tZtT 1
PSr5>'arakatan
I Cirebon
dilakukan
di Salam
tembok
lembaga
pemasyarakatan.
Pembinaan
dimulai
dari
narapidana tersebut
masuk,
lalu
di te-im,
Pema=»arfllffltan
*- =
^
^a-iu ui
r.e. ima
remar/arakatan (atas dasar putusan hakim
dT
I»«h
di
Lembaga
yanc tel^h
pastx) sampai menjalani program release, balk beruoa
pemberxan bersyarat (pre release treatment maupun p^mberxan pelepasan bersyarat. 2). Subjek pembinaan adalah
«arga negara yang karena sesuatu hal dlputu^ pidana
hxlang kemerdekaan oleh hakim kemudian mereka Lnjatan
b n;i ;\?r;"?-- peiaos.onai (u%> Kriteria manusia yang memiliki iman dan
taqwa
adalah manusia yang mampu memandang segala sesuatu dengan
penuh
kebijakan,
baik
berperilaku
sebagai
individu,
sebagai anggota suatu komunitas masyarakat, atau
khalifah fil ardhi. Manusia yang beriman dan
sebagai
bertaqwapun
akan
mampu menjadi sosok manusia yang sadar akan
kenya
taan
dalam hidupnya serta mampu melakukan hubungan
baik
secara vertikal dengan Allah SWT, mampu secara horizontal
dengan sesama manusia (Mardiatmadja, 1990 : 19).
Pembinaan keagamaan menekankan pendidikan keimanan
dan
ketaqwaan,
nilai.
Dengan
ketaqwaan
merupakan
demikian pendidikan
merupakan
pendidikan
pengembangan
"sentral"
dimensi yang
dalam
pendidikan
nilai
keimanan
sangat
penting
secara umum. Yang mencakup
nilai-nilai. Sebagaimana
pada
dan
dari
pelestarian
Kosasih
Djahiri,
(1992:2) berpendapat bahwa: nilai logik, etik dan estetik
3alah satunya bersumber dari agama, disamping ilmu penge
tahuan dan ipoleksosbudhankam. Selain itu dalam pandangan
dunia
konteks
makna
yang dikemukakan
oleh
PH.Phenix
(1957:7)
nilai yang lahir dari agama termasuk pada
dunia
ilmu sinoptik. Phenix berpendapat, agama berkenaan dengan
makna-makna
yang mutlak (ultimate meaning)
yang
bangkan keseluruhan, keutuhan dan trasendental.
melam-
16
F.
DEFINISI OPERASIONAL
1. Pembinaan;
yaitu
merupakan
salah
satu
fungsi
upaya pengendalian profesional
manajemen,
terhadap
semua
unsur organisasi/program agar unsur tersebut berfungsi
sebagaimana mestinya, sehingga rencana untuk
tujuan
dan
mencapai
dapat terlaksana atau tercapai secara
efisien. (Hersey dan Blanchard,
operasional,
pembinaan
Djudju
Sudjana
1982:3).
(1992:38)
memiliki dua sub-fungsi,
efektif
Secara
menyatakan;
yaitu
pengawasan
dan
supervisi. Prinsip dasar supervisi ini
dan
kerjasama maka pembinaan ini
bimbingan
cenderung
memiliki
makna upaya pembelajaran dalam makna yang luas.
ditegaskan
bahwa
pembinaan
dalam
Dapat
penelitian
ini,
dilihat dari segi proses yang bermakna pembelajaran.
2. Pendidikan
umum; membekali individu
dengan
pengeta
huan, keterampilan, kemampuan, dan sikap secara
inte-
gratif
hidup
yang
agar dapat dipergunakan untuk menjalani
utuh,
baik selaku individu,
anggota
keluarga,
anggota masyarakat, maupun selaku warga negara.
4. Narapidana;
adalah
orang
yang
secara
resmi
dinyatakan bersalah oleh hakim karena telah
telah
melanggar
ketentuan pidana sebagaimana dalam undang-undang.
5. Keagamaan; Suatu kepercayaan yang merupakan
dari
kebenaran
merupakan
yang tinggi adaah agama.
dasar-dasar
kepercayaan dalam
implikasi
Dan
agama
aqidah
yang
mengikat
dari
seseorang
agama
adalah
itu. Kepercayaan
tauhid
diserahkan
dengan persoalan
tertinggi
dimana segenap
kepada
yang
hidup
Allah. Penyerahan
prinsipil
dalam
seorang
ini
Islam
muslim
melahirkan
ketentraman dan ketenangan baginya.
6. Kemandirian;
saan.
merupakan salah satu ciri
dari
kedewa-
Orang yang mandiri memiliki kemauan dan
puan usaha untuk memenuhi tuntutan kebutuhan
secara
sah,
wajar dan bertanggung jawab.
kemam
hidupnya
Namun
tidak
berarti bahwa orang mandiri lepas dari
orang
lain, tidak identik dengan orang yang
ini
bantuan
memiliki
sikap individualistik. Orang yang mandiri adalah orang
yang
hidup
ditengah-tengah
masyarakat
sekitarnya,
namun memiliki tanggung jawab untuk memenuhi
kebutuhan
itu
mandiri
mempunyai makna tanggung jawab, tidak menyita
hak-hak
orang
hidupnya secara wajar. Karena
tuntutan
lain, mampu mememnuhi tuntutan kebutuhan
pokok
minimalnya, punya keberanian untuk mengambil resiko.
BAB III
METODOLOGI, PROSEDUR, DAN TEKNIK PENELITIAN
Metodologi
penelitian pada hakekatnya
pembahasan
metode
yang diterapkan dalam proses
penelitian.
Secara
teknis
operasional, metodologi menunjukkan prosedur
dan
teknik. Prosedur berkenaan dengan tahapan-tahapan peneli
tian,
sedangkan teknik menitik beratkan
pengumpulan
data,
pemilihan kasus,
dan
pada
cara-cara
analisa
data.
Dapat ditegaskan metodologi, prosedur, dan teknik peneli
tian
merupakan
penting
untuk
suatu kesatuan dan
menjadi
dapat memberikan arahan yang
persyaratan
cermat
dan
teliti dalam keseluruhan pelaksanaan penelitian.
A.
Metode Penelitian
1. Pendekatan terhadap Masaiah
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan
dan
proses
agama
karena
yang
sosialisasi
dan
internalisasi
melandasi perilaku mandiri para
pola
nilai-nilai
napi,
itu permasalahan pokok yang akan diungkap
dengan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan
oleh
sesuai
pada
sub pokok bahasan terdahulu yang berkenaan dengan keberadaan
aktivitas pembinaan, nilai-nilai agama yang
poten-
sial menjadi faktor pendorong dan profil kemandirian pada
para napi di Lembaga Pemasyarakatan I Cirebon.
74
75
Dengan demikian, penelitian
menyentuh kealamiahan sumber
data yang bersifat menyeluruh dari kehidupan nara
di
LP.
Sekaitan dengan ini, Lexy J.
mengingatkan,
berusaha
penelitian dalam
untuk
memahami arti
Moleong
pandangan
peristiwa
pidana
(1991:91)
fenomenologis
dan
kaitannya
terhadap orang-orang dalam situasi tertentu.
Mencermati kondisi permasalahan tersebut dan untuk
mencapai
dang
tujuan penelitian, maka pendekatan yang
relevan
adalah
pendekatan
kualitatif.
dipan-
Alasannya
adalah berdasarkan pertimbangan berikut.
a. Berkenaan dengan sifat masaiah yang ditelititi
Penelitian
sosialisasi
lembaga
dan
ini
bertitiktolak dari
transformasi nilai-nilai
suatu
keagamaan
pemasyarakat. Permasalahan pokok berangkat
asumsi dan realitas bahwa perilaku mandiri atau
rian
gejala
para narapidana
di
dari
kemandi
merupakan kunci keberhasilan
para
lembaga pemasyarakat. Dilain pihak karakteristik
narapi
dana sangat beragam, dengan latar belakang kasus
kejaha
tan dan kondisi kesehatan jiwa yang rusak, hal ini
memp
ersyaratkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku
narapidana
untuk
bisa
yang
mengacu
kepada
hidup dan diterima
perilaku
oleh
para
kemandirian,
masyarakat
kelak.
Mengingat perubahan sikap dan perilaku merupakan
masaiah
pendidikan,
menjadi
maka
faktor determinan
proses pembinaan
diasumsikan
dalam pembentukan kemandirian.
Untuk
memahami
perilaku seperti
digambarkan
di
atas, peneliti bermaksud melakukan kajian secara mendalam
mengenai
Dengan
profil perilaku mandiri dan pola
demikian,
pembinaan
pembinaannya.
perilaku mandiri narapidana dan
pada lembaga pemasyarakatan I Cirebon,
ditangkap dari
berbagai
sisi
yang
pola
dapat
menjadikan
kajian
semakin luas, dalam, dan menyeluruh.
Pendekatan kualitatif diasumsikan membantu peneli
ti
dalam
bahkan
mencari dan menemukan
teori
konsep
atau
proposisi
berdasarkan pada data (grounded
Pendekatan grounded yang induktif mengandung
theory).
pembaharuan
dan terstruktur lebih longgar dalam menjaring data, yaitu
penyusunan teori substantif yang berakar pada data (Abdul
Syukur Ibrahim dan Machrus Syamsuddin, 1985:15).
b. Pengetahuan Mengenai Subjek
Penelitian
dupan
ini mengambil lokasi di lapangan
narapidana di
tempat
Penelitian
lembaga
pemasyarakatan,
kehi
sebagai
belajar (sosialisasi) dan tempat tinggal.
sumber
informasi atau responden adalah; para narapidana
dengan
kriteria
dipandang
telah
menunjukan
kondisi
perilaku
mandiri.
Dalam rangka menguji validasi data sumber
masi
diklasifikasi menjadi; narapidana,
infor
pengelola
atau
Pimpinan dan staf lembaga pemasyarakatan, dan nara sumber
lainnya yang memberikan pembinaan serta keluarga
narapi-
dana.
Dalam
beberapa
dan
hal ini, peneliti
akan
berhadapan
aspek perilaku mandiri narapidana yang
diwawancarai
dengan
diamati
dari aspek sifat-sifatnya dan
proses
pembinaannya.
2. Subjek Penelitian
Di dalam suatu penelitian, subjek peneliti merupa
kan sesuatu yang kedudukannya sangat sentral karena
pada
subjek itulah terdapat variabel penelitian (dalam peneli
tian kualitatif disebut sistem pola yang diamati).
Kete-
patan
karya
memilih subjek penelitian menentukan
yang mengandung kebenaran ilmiah dan secara
dapat
hasil
konsepsional
dipertanggungjawabkan. Sehingga, hasil
penelitian
dapat terhindar dari error bila subjek penelitian diambil
secara cermat yang didasari pemikiran ilmiah.
Dalam penelitian ini
di
lingkungan
menjadi
subjeknya ialah
lembaga pemasyarakatan.
narapidana
Sedangkan yang
objek ialah peristiwanya (event) yang dalam
hal
ini ialah perilaku mandiri narapidana dan pola dan proses
pembinaannya. Subjek penelitian dibagi menjadi dua
kate-
gori, yakni sumber informasi dan informan.
Narapidana sebagai sumber informasi atau responden
adalah orang yang menjadi kasus penelitian yang
memberi
kan data utama tentang diri sendiri dan
latar
belakang
kehidupannya. Sumber informasi ialah orang yang
menceri-
takan tentang dirinya sendiri.
Informan
adalah pimpinan dan staf
lembaga
serta
narapidana lainnya. Informan inilah yang memberikan
data
pelengkap tentang identitas kehidupan kasus, yaitu
orang
yang
menceritakan
kasus).
orang lain
(menceritakan
kehidupan
Lexy J. Moleong (1991 : 90) menyebutkan bahwa
:
"informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi
tentang
penelitian".
situasi dan kondisi
latar
Di samping itu ditegaskan juga
belakang
bahwa
manfaatan informan bagi peneliti adalah agar dalam
yang
relatif singkat, banyak informasi yang
jadi
sebagai internal sampling, karena
suatu
kejadian
yang
informan
ditemukan
waktu
terjangkau,
faatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau
ingkan
"pe-
diman
memband-
dari
subjek
lainnya".
Menyadari
untuk
maka
pentingnya kedudukan subjek
penelitian
memberikan jaminan terhadap hasil penelitian
dalam uraian berikut disajikan
proses
ini,
penelusuran
sumber informasi dan kriteria persyaratannya.
a.
Su»ber
informasi
Sebagaimana
responden
yaitu
ialah
orang
dikemukakan,
orang yang
sumber
menjadi
yang menceritakan tentang
sehingga
diperoleh
data utama tentang
belakang
kehidupannya.
informasi
kasus
penelitian,
dirinya
diri
atau
dan
sendiri
latar
Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (1990 : 374)
peneliti dari San Fransisco State University,
menyatakan
bahwa sampling dalam studi-studi observasi pada
tive
Research,
menyeleksi
jelas
memungkinkan bagi
sample
para
purposif. Sampel
Qualita
peneliti
yang
untuk
dicari
sudah
dan dipilih yang itu saja. Sehingga, perihal
yang
diobservasi sudah terarah dan itulah yang dipilih.
Subjek
objeknya
penelitian
Menurut
observer
apakah
manusia,
sedangkan
adalah event atau peristiwanya, yaitu
mandiri narapidana
studi
ini ialah
perilaku
dan proses pembinaannya.
Earl Babbie, ada dua
dalam
penelitian
tingkatan
sampling
kualitatif.
sampel yang dapat diambil memiliki
Pertama,
situasi
serupa itu. Misalnya, apabila satu buah kelas
yang
observasi,
maka kelas yang lain sudah diwakili. Kedua, apakah obser
vasi
yang dilakukan oleh peneliti itu
kemungkinan
sebagian
observasi dapat dilakukan.
komponen
yang diobservasi itu
mewakili
seluruh
Maksudnya,
dapat
dari
mengerti
seluruh komponen yang ada.
Pemilihan sumber informasi dilakukan secara purpo
sif, yaitu penetapan sampel berdasarkan tujuan
Tegasnya
menjadi
man,
sampel-sampel penelitian
kualitatif
tertentu.
cenderung
lebih purposif dari pada acak (Miles dan
1992 : 47).
Huber-
Lincoln
dan
Guba (dalam Sanafiah Faisal)
menye
butkan bahwa dalam proses pengumpulan data tentang
topik,
bila variasi informasi tak muncul atau
suatu
ditemukan
lagi, maka peneliti tak perlu lagi melanjutkannya
dengan
mencari informasi atau sampel baru, artinya jumlah sampel
atau
sumber informasi bisa sangat sedikit atau
orang
saja,
sangat
tetapi
tergantung
bisa juga sangat
beberapa
banyak.
dari pemilihan sumber
Hal
ini
informasi
dan
keragaman fenomena yang diteliti.
Dalam
Huberman
pemilihan
(1992
kasus yang diteliti,
: 30) menegaskan
bahwa
Miles
dan
istilah
kasus
Perlu dicatat kami menggunakan kata "situs"
dalam
dengan kata situs, sebagai berikut.
pengertian yang sama dengan kata "kasus". Kedua-duanya
mengacu
pada fenomena yang sama; yaitu suatu
konteks
terbatas, dimana seseorang mengkaji peristiwa-peristiwa,
proses dan hasilnya. Perlu ditegaskan pula
suatu "kasus" dapat mencakup lingkup latar yang
sebuah sekolah, sebuah program, sebuah proyek
bahwa
luas,
khusus',
suatu jaringan, suatu komunitas, dan bahkan perilaku
seseorang individu sepanjang waktu dalam suatu ling
kungan yang khusus. Kata "situs" dipilih disini karena
hal itu mengingatkan pada kami bahwa suatu "kasus"
senantiasa terjadi dalam latar yang khusus, sementara
kita
tidak
dapat mengkaji
"kasus-kasus"
tanpa sama sekali mengaitkannya dengan cara
individual
memandang
yang sering dilakukan oleh peneliti kualitatif.
Berdasarkan
lihan
penjelasan tersebut, maka dalam
kasus penelitian ini yang menjadi
narapidana,
sedangkan
yang merupakan
kasusnya
lingkup
pemi
ialah
latarnya
ialah peristiwa (event) yaitu profil perilaku mandiri dan
proses pembinaan narapidana.
b. Kriteria kasus penelitian
Dalam rangka memilih kasus penelitian, maka seper
ti
yang
kasus
telah digariskan
dilakukan
terdahulu
bahwa
melalui wawancara kepada
penelusuran
informan
dan
kemudian dilanjutkan dengan wawancara terhadap setiap
calon kasus sehingga ditemukan kasus atau sumber informa
si yang memenuhi kriteria persyaratan, sebagai berikut :
1) Memiliki data identitas warga yang tercatat di lembaga
pemasyarakatan I Cirebon.
2) Tercatat
sebagai narapidana dengan kondite baik,
dan
mengacu kepada pola hidup mandiri.
3) Usaha warga tidak terbatas pada golongan usia produktif kerja, tetapi semua golongan masih dapat
berusaha
(Diadaftasikan dari Malcolm S. Knowles, 1980 : 24).
Kasus-kasus
dipersyaratkan
penelitian yang
berindikasi
seperti
tersebut merupakan sumber informasi
atau
responden yang diwawancarai secara mendalam untuk member!
kan jawaban terhadap fokus masaiah penelitian J.
Vreden-
bregt (1978 : 38) menegaskan bahwa :
Sifat khas dari :case study" adalah suatu pendeka
tan
yang
bertujuan
untuk
memepertahankan
keutuhan
(wholeness) dari objek, artinya data yang dikumpulkan
dalam rangka "studi kasus", dipelajari sebagai suatu
keseluruhan yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk
memperkembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai
objek
kasus
yang
bersangkutan, yang
berarti
bahwa
harus disifatkan sebagai suatu penelitian
eksploratif.
studi
yang
B
Mendasari
pengamatan
pemikiran di atas, maka
serta teknik lainnya adalah
keutuhan
objek
penelitian ini
yaitu
wawancara
untuk
dan
mendalami
perilaku
mandiri
narapidana dan pola pembinaannya.
B. Prosedur Penelitian
Sebagaimana dijelaskan pada bagian awal
bab
III ini, bahwa prosedur penelitian
penulisan
merupakan
unsur
penting dari metodologi yang membahas langkah-langkah
di
dalam suatu proses penelitian. Suharsimi Arikunto (1992 :
14-15) mengisyaratkan sebelas langkah prosedur penelitian
yang harus dilalui, adalah :
(1)
meroilih masaiah, (2) Studi
Merumuskan
masaiah,
(4) Merumuskan
Menentukan
variabel dan sumber data,
pendahuluan,
anggaran
(3)
dasar
(4a) Merumuskan hipotesis, (5) Memilih pendekatan, (6)
dan
menyusun
(7)
instrumen, (8) Mengumpulkan
Menentukan
data,
(9)
Analisa data, (10) Menarik kesimpulan dan (11) Menulis
laporan.
Menyimak
menunjukkan
prosedur penelitian
tersebut,
ternyata
unsur yang utuh dan sistematis dalam
proses
penelitian. Modifikasi prosedur penelitian dari kuantita-
tif menjadi kualitatif, sepuluh langkah yang telah
dofikasi,
diklasifikasikan menjadi tiga
langkah
dimo-
pokok,
yaitu : 1) Pembuatan rancangan penelitian, 2) Pelaksanaan
penelitian, dan 3) Pembuatan laporan penelitian.
Adapun ketiga prosedur pokok dan komponennya dalam
penelitian kualitatif dapat diuraikan sebagai berikut.
B.v
1. Penbuatan rencana penelitian
'Pada
tahap
ini,
peneliti
melakukan
persiapan-
persiapan yang meliputi : memilih masaiah, studi pendahu-
luan, merumuskan fokus masaiah, memilihpendekatan, menen
tukan sistem pola yang diamati dan sumber data.
mana
layaknya
suatu penelitian ilmiah, pada
Sebagai
tahap
ini
peneliti menyusun desain penelitian untuk kemudian dikon-
sultasikan kepada para pakar di bidang pendidikan,
tama mengenai penting dan aktualnya masaiah yang
yang dalam hal ini menyoroti
dan
2.
terudipilih
perilaku mandiri narapidana
proses pembinaannya.
Pelaksanaan Penelitian
Pada langkah ini, peneliti melakukan kegiatan yang
meliputi:
menentukan
mengumpulkan
temuan
kembali
instrumen,
data, analisa data, dan membuat
kesimpulan
peneliti.
beberapa
sebelum
aspek
dan
dan
Dalam
kegiatan
selama
menyusun
konteks
dalam
penelitian
penelitian
kualitatif
pelaksanaan
dikerjakan
berlangsung.
Misalnya,
pembuatan instrumen baik berupa pedoman observasi, wawan
cara
maupun
Tetapi
instrumen
strument),
hanya
pedoman untuk studi
yang
dokumen.
prinsip dalam penelitian
penelitian ialah peneliti sendiri
sedangkan
memuat
pedoman
pertanyaan
kunci
ini
bahwa
(human
observasi
dan
untuk
membuka
in
wawancara
penelitian di antaranya pertanyaan untuk meneliti
masaiah
karak-
84
teristik
narapidana,
pembinaannya,
perilaku
mandiri
narapidana
serta penelusuran nilai-nilai agama
dan
islam
yang disosialisasikan.
3.
Pembuatan laporan penelitian
Langkah
yaitu
ini merupakan puncak kegiatan
dilakukan
setelah penelitian
penelitian
lapangan
berakhir,
sekalipun laporan ini telah dimulai dalam proses
peneli
tian berlangsung,
Penuli
seperti pembuatan analisa data.
san laporan dalam penelitian ini menjurus kepada
penuli
san tesis sebagai suatu karya ilmiah.
Pengorganisasian penulisan laporan penelitian
dituangkan
tinjauan
ke
dalam lima bab, yaitu
kepustakaan,
metodologi,
pembahasan hasil penelitian,
ini
bab
pendahuluan,
hasil
penelitian,
kesimpulan dan saran.
C. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Pada bagian ini disajikan pemikiran teknis peneli
tian mengenai instrumen, teknik pengumpulan data, analisa
data,
1.
dan batas akhir penelitian.
Instrumen penelitian
Dalam upaya menemukan fakta dan data secara alami-
ah peneliti langsung berperan sebagai intsrument
tian.
dengan
Artinya,
peneliti
secara
langsung
peneli
berinteraksi
sumber informasi dalam suatu wawancara bebas
dan
65
mengamati
situasi sosial serta informasi
yang
tersedia
Dalam kaitannya dengan fokus penelitian,
peneliti
dalam dokumen.
membekali
diri
dengan pedoman
wawancara
yaitu
profil
perilaku manidir dan pola pembinaannya, serta nilai-nilai
mandiri. Pedoman wawancara dimaksud merupakan pertanyaanpertanyaan
kunci
mengungkapkan
berarti,
untuk membuka
pengalaman
bahwa
selain
hidup
pedoman
pemikiran
dan
kasus
belajar.
wawancara
dalam
Hal
ini
(terlampir)
masih terbuka kesempatan peneliti untuk meminta
penjela-
san sekitar mendalami ungkapan-ungkapan kasus atau sumber
informasi.
2. Teknik pengumpulan data
Teknik
pengumpulan
data
dalam
penelitian
ini
adalah wawancara yang mendalam (indepth interview) dengan
responden dan melakukan pengamatan langsung
(participant
observation) terhadap situasi sosial di lapangan baik
di
rumah, ditempat kerja, maupun di berbagai tempat kegiatan
lainnya, dan melakukan kajian dokumen. Selama pengamatan,
peneliti
sepenuhnya
melebur
dalam
kegiatan-kegiatan
tersebut, dan bertindak sebagai pembinaan atau da'i tetap
di lembaga pemasyarakatan I Cirebon.
Alat yang dipergunakan dalam wawancara, pengamatan
dan
kajian dokumen adalah lembar isian,
pedoman
wawan
cara, tape recorder, dan serta lembar catatan lapangan.
86
3.
Analisis data
Data yang dikumpulkan pada setiap pertemuan
sung
di analisa. Miles dan Huberman (1992 : 16)
lang
berpan-
dangan bahwa analisa terdiri dari tiga alur kegiatan yang
terjadi
data,
secara bersama yaitu : reduksi
dan
penarikan
data,
penyajian
kesimpulan/verifikasi.
Meliputi
pembuatan pedoman analisis data dan analisis yang berkai
tan dengan konsep dan teori dalam pembahasan.
Dari hasi
DEMI TERCAPAINYA PRIBADI YANG MANDIRI
(Studi Kasus Di Lembaga Pemasyarakatan f Cirebon)
TESIS
Diajukan Kepada Panrtia Ujian Tesis
Instftut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Pendidikan Umum
Oleh:
ABDUL LATIF
NIM. 9596161
PROGRAM PASCASARJANA
BIDANG STUDI PENDIDIKAN UMUM
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1999
Disetujui dan Disyahkan oleh Pembimbing
Untuk Mengikuti Ujian Tahap II
PROF. DR. H. MAMAN ABDURAHMAN
Pembimbing
PROF. H. NU'MAN SUMANTRI, M.
Pembimbing
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1999
ABSTRAK
riai»« Lem^ga Pemasyarakatan (Lapas)
mlir h,T
berperan penting
" ^epribad±an manusia y*"S seda^ menjalan?
S™,n r3K
^na Pelan59^an yang telah dibuatnya.
rf™*
lemb*°a tersebut dipandang strategis berkenaan
e
JrhH" -erebaknya kejahatan yang sudah barang
tentu menambah penghunx Lembaga Pemasyarakatan.
*n HPnnLtJtan te,Dritis men9enai kaitan pembinaan keagama
an dengan kemandxnan, pertama-tama berangkat dari aksioma teorx tungsional, bahwa segala hal yang tidak berfungsx akan lenyap dengan sendirinya. Karena agama sejak dulu
T^nnlt 5a!
ada' JelaS
bahwa a9ama
rungsx,
atau ini,maSih
bahkan memerankan
sejumlah
fungsi.mempunyai
Tampak
bahwa kaitan agama dengan masaiah moral demikian erat.
d.rfio Pnu ^ moralitas «enjadikan indikasi masaiah kemandirxan. BBahwa manusia mandiri adalah manusia yana memi-
termoraTku'at*" dalSm kemampuan' berkepribadian sehat dan
Kemandirian seseorang pada hakekatnya erat kaitan-
linri.fr9aH
"ilai-nilai religius atau agama yang menjadi
landasan dalam perxlaku seseorang. Dilihat dari seqi
rif? ' kemandirian P^fa hakekatnya sebagai konsekwensi
darx
adanya keyakxnan atau iman dan takwa, hal ini
men-
yangkut masaiah akidah.
flria, . Fenomena menarik yang timbul di lokasi penelitian
adalah bahwa beberapa keterampilan yang ditunjukkan untuk
melatih para napi juga telah lama diselenggarakan di
sana. Dan keterampilan tersebut ada beberapa napi yanq
cenderung dapat hidup mandiri. Mereka mampu untuk memperbaikx niesm membuat konveksi, dan bercocok tanam yang
baxk dan berhasil.
'
y
rian . Dari dua visi aktivitas yakni kegiatan keagamaan
dan kegiatan keterampilan yang sudah lama berlangsunq di
Lembaga Pemasyarakatan I Cirebon tersebut,
temyata
mendapat
perhatian
beragam dari para napi.
Mereka
ada
ri^LoSerpUS dal3f men9ik"ti program yang dilaksanakan
Lembaga Pemasyarakatan, sehingga mereka itu mendapat
penxngkatan kualitas individu baik dari pembekalan nilai-
nxlax agama maupun dalam hal kemampuan fraktis. Sedangkan
napx laxnnya yang kurang responsif terhadap program
me'Teka
cenderung kurang memperoleh peningkatan
kualitas
individu dalam kedua visi nilai yang ada dalam program di
Lembaga Pemasyarakatan.
IX
proses
rll„
"pendidikan1^:
k«9a™ sebagai
suatu
pendxdikan dan Pembinaan
proses sosialisasi
nilai-nila^
keagamaan mempersyaratkan suatu mekanisme dan proles yanq"
da,r;kterTs,tiP
^ **"*
kond^
araktenstik J
nara pidana
sebagai
sasaran^aitkan
pembinaan egHal
^n'ci^KnT
di^akan
°leb L-ba9a
Pemasyaraklx«n Lxrebon I. Yan^
Vang menjadx
permasalahan,
bagaiamana
ddIp
dan proses pembinaan tersebut secara parigdiSatik serl*
secara konseptual teoritis apakah hal tersebut Llah
of"?"?",
paradi9ma
yang menekankan
padf 'tersebu
pane apa '
pendekatankSPada
pendxdikan.
Sehingga
hasil pembinaan
dapat memasyaraktkan kembali para nara pidana pad^ Tlno-
kungan msyarakat secara alamiah.
P
Berdasarkan fokus masaiah tersebut di atas
"9
nene-
tiin^v.-r dlktmban^-n kedalam tiga pertanyaan 'penllT-
^- P ^ ^
-«
^ssr;jtCir^?
2>- ^"-"ii- reidsiamLarb:gP;
Prn?\
h" Pend°ron5 naPi "ntuk hidup mandiri -?
^t
oleh parafinapr?Rdirian ^
b*^™*™ Y™* ditampilkan
riotif araT^t^H dilakukan ««lalui dengan metode deskti? D,S ifi ' ?T°an pendekata" kualitatif naturalis-
ii ;.rJfa
t ^!laka"
teknik>
si
partxsxpatxf
dan stuidenQan
dokumentasi.
Dxperoleh
temuan
penelitian:
wawancara, observa1).
Pembinaan
di
tZtT 1
PSr5>'arakatan
I Cirebon
dilakukan
di Salam
tembok
lembaga
pemasyarakatan.
Pembinaan
dimulai
dari
narapidana tersebut
masuk,
lalu
di te-im,
Pema=»arfllffltan
*- =
^
^a-iu ui
r.e. ima
remar/arakatan (atas dasar putusan hakim
dT
I»«h
di
Lembaga
yanc tel^h
pastx) sampai menjalani program release, balk beruoa
pemberxan bersyarat (pre release treatment maupun p^mberxan pelepasan bersyarat. 2). Subjek pembinaan adalah
«arga negara yang karena sesuatu hal dlputu^ pidana
hxlang kemerdekaan oleh hakim kemudian mereka Lnjatan
b n;i ;\?r;"?-- peiaos.onai (u%> Kriteria manusia yang memiliki iman dan
taqwa
adalah manusia yang mampu memandang segala sesuatu dengan
penuh
kebijakan,
baik
berperilaku
sebagai
individu,
sebagai anggota suatu komunitas masyarakat, atau
khalifah fil ardhi. Manusia yang beriman dan
sebagai
bertaqwapun
akan
mampu menjadi sosok manusia yang sadar akan
kenya
taan
dalam hidupnya serta mampu melakukan hubungan
baik
secara vertikal dengan Allah SWT, mampu secara horizontal
dengan sesama manusia (Mardiatmadja, 1990 : 19).
Pembinaan keagamaan menekankan pendidikan keimanan
dan
ketaqwaan,
nilai.
Dengan
ketaqwaan
merupakan
demikian pendidikan
merupakan
pendidikan
pengembangan
"sentral"
dimensi yang
dalam
pendidikan
nilai
keimanan
sangat
penting
secara umum. Yang mencakup
nilai-nilai. Sebagaimana
pada
dan
dari
pelestarian
Kosasih
Djahiri,
(1992:2) berpendapat bahwa: nilai logik, etik dan estetik
3alah satunya bersumber dari agama, disamping ilmu penge
tahuan dan ipoleksosbudhankam. Selain itu dalam pandangan
dunia
konteks
makna
yang dikemukakan
oleh
PH.Phenix
(1957:7)
nilai yang lahir dari agama termasuk pada
dunia
ilmu sinoptik. Phenix berpendapat, agama berkenaan dengan
makna-makna
yang mutlak (ultimate meaning)
yang
bangkan keseluruhan, keutuhan dan trasendental.
melam-
16
F.
DEFINISI OPERASIONAL
1. Pembinaan;
yaitu
merupakan
salah
satu
fungsi
upaya pengendalian profesional
manajemen,
terhadap
semua
unsur organisasi/program agar unsur tersebut berfungsi
sebagaimana mestinya, sehingga rencana untuk
tujuan
dan
mencapai
dapat terlaksana atau tercapai secara
efisien. (Hersey dan Blanchard,
operasional,
pembinaan
Djudju
Sudjana
1982:3).
(1992:38)
memiliki dua sub-fungsi,
efektif
Secara
menyatakan;
yaitu
pengawasan
dan
supervisi. Prinsip dasar supervisi ini
dan
kerjasama maka pembinaan ini
bimbingan
cenderung
memiliki
makna upaya pembelajaran dalam makna yang luas.
ditegaskan
bahwa
pembinaan
dalam
Dapat
penelitian
ini,
dilihat dari segi proses yang bermakna pembelajaran.
2. Pendidikan
umum; membekali individu
dengan
pengeta
huan, keterampilan, kemampuan, dan sikap secara
inte-
gratif
hidup
yang
agar dapat dipergunakan untuk menjalani
utuh,
baik selaku individu,
anggota
keluarga,
anggota masyarakat, maupun selaku warga negara.
4. Narapidana;
adalah
orang
yang
secara
resmi
dinyatakan bersalah oleh hakim karena telah
telah
melanggar
ketentuan pidana sebagaimana dalam undang-undang.
5. Keagamaan; Suatu kepercayaan yang merupakan
dari
kebenaran
merupakan
yang tinggi adaah agama.
dasar-dasar
kepercayaan dalam
implikasi
Dan
agama
aqidah
yang
mengikat
dari
seseorang
agama
adalah
itu. Kepercayaan
tauhid
diserahkan
dengan persoalan
tertinggi
dimana segenap
kepada
yang
hidup
Allah. Penyerahan
prinsipil
dalam
seorang
ini
Islam
muslim
melahirkan
ketentraman dan ketenangan baginya.
6. Kemandirian;
saan.
merupakan salah satu ciri
dari
kedewa-
Orang yang mandiri memiliki kemauan dan
puan usaha untuk memenuhi tuntutan kebutuhan
secara
sah,
wajar dan bertanggung jawab.
kemam
hidupnya
Namun
tidak
berarti bahwa orang mandiri lepas dari
orang
lain, tidak identik dengan orang yang
ini
bantuan
memiliki
sikap individualistik. Orang yang mandiri adalah orang
yang
hidup
ditengah-tengah
masyarakat
sekitarnya,
namun memiliki tanggung jawab untuk memenuhi
kebutuhan
itu
mandiri
mempunyai makna tanggung jawab, tidak menyita
hak-hak
orang
hidupnya secara wajar. Karena
tuntutan
lain, mampu mememnuhi tuntutan kebutuhan
pokok
minimalnya, punya keberanian untuk mengambil resiko.
BAB III
METODOLOGI, PROSEDUR, DAN TEKNIK PENELITIAN
Metodologi
penelitian pada hakekatnya
pembahasan
metode
yang diterapkan dalam proses
penelitian.
Secara
teknis
operasional, metodologi menunjukkan prosedur
dan
teknik. Prosedur berkenaan dengan tahapan-tahapan peneli
tian,
sedangkan teknik menitik beratkan
pengumpulan
data,
pemilihan kasus,
dan
pada
cara-cara
analisa
data.
Dapat ditegaskan metodologi, prosedur, dan teknik peneli
tian
merupakan
penting
untuk
suatu kesatuan dan
menjadi
dapat memberikan arahan yang
persyaratan
cermat
dan
teliti dalam keseluruhan pelaksanaan penelitian.
A.
Metode Penelitian
1. Pendekatan terhadap Masaiah
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan
dan
proses
agama
karena
yang
sosialisasi
dan
internalisasi
melandasi perilaku mandiri para
pola
nilai-nilai
napi,
itu permasalahan pokok yang akan diungkap
dengan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan
oleh
sesuai
pada
sub pokok bahasan terdahulu yang berkenaan dengan keberadaan
aktivitas pembinaan, nilai-nilai agama yang
poten-
sial menjadi faktor pendorong dan profil kemandirian pada
para napi di Lembaga Pemasyarakatan I Cirebon.
74
75
Dengan demikian, penelitian
menyentuh kealamiahan sumber
data yang bersifat menyeluruh dari kehidupan nara
di
LP.
Sekaitan dengan ini, Lexy J.
mengingatkan,
berusaha
penelitian dalam
untuk
memahami arti
Moleong
pandangan
peristiwa
pidana
(1991:91)
fenomenologis
dan
kaitannya
terhadap orang-orang dalam situasi tertentu.
Mencermati kondisi permasalahan tersebut dan untuk
mencapai
dang
tujuan penelitian, maka pendekatan yang
relevan
adalah
pendekatan
kualitatif.
dipan-
Alasannya
adalah berdasarkan pertimbangan berikut.
a. Berkenaan dengan sifat masaiah yang ditelititi
Penelitian
sosialisasi
lembaga
dan
ini
bertitiktolak dari
transformasi nilai-nilai
suatu
keagamaan
pemasyarakat. Permasalahan pokok berangkat
asumsi dan realitas bahwa perilaku mandiri atau
rian
gejala
para narapidana
di
dari
kemandi
merupakan kunci keberhasilan
para
lembaga pemasyarakat. Dilain pihak karakteristik
narapi
dana sangat beragam, dengan latar belakang kasus
kejaha
tan dan kondisi kesehatan jiwa yang rusak, hal ini
memp
ersyaratkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku
narapidana
untuk
bisa
yang
mengacu
kepada
hidup dan diterima
perilaku
oleh
para
kemandirian,
masyarakat
kelak.
Mengingat perubahan sikap dan perilaku merupakan
masaiah
pendidikan,
menjadi
maka
faktor determinan
proses pembinaan
diasumsikan
dalam pembentukan kemandirian.
Untuk
memahami
perilaku seperti
digambarkan
di
atas, peneliti bermaksud melakukan kajian secara mendalam
mengenai
Dengan
profil perilaku mandiri dan pola
demikian,
pembinaan
pembinaannya.
perilaku mandiri narapidana dan
pada lembaga pemasyarakatan I Cirebon,
ditangkap dari
berbagai
sisi
yang
pola
dapat
menjadikan
kajian
semakin luas, dalam, dan menyeluruh.
Pendekatan kualitatif diasumsikan membantu peneli
ti
dalam
bahkan
mencari dan menemukan
teori
konsep
atau
proposisi
berdasarkan pada data (grounded
Pendekatan grounded yang induktif mengandung
theory).
pembaharuan
dan terstruktur lebih longgar dalam menjaring data, yaitu
penyusunan teori substantif yang berakar pada data (Abdul
Syukur Ibrahim dan Machrus Syamsuddin, 1985:15).
b. Pengetahuan Mengenai Subjek
Penelitian
dupan
ini mengambil lokasi di lapangan
narapidana di
tempat
Penelitian
lembaga
pemasyarakatan,
kehi
sebagai
belajar (sosialisasi) dan tempat tinggal.
sumber
informasi atau responden adalah; para narapidana
dengan
kriteria
dipandang
telah
menunjukan
kondisi
perilaku
mandiri.
Dalam rangka menguji validasi data sumber
masi
diklasifikasi menjadi; narapidana,
infor
pengelola
atau
Pimpinan dan staf lembaga pemasyarakatan, dan nara sumber
lainnya yang memberikan pembinaan serta keluarga
narapi-
dana.
Dalam
beberapa
dan
hal ini, peneliti
akan
berhadapan
aspek perilaku mandiri narapidana yang
diwawancarai
dengan
diamati
dari aspek sifat-sifatnya dan
proses
pembinaannya.
2. Subjek Penelitian
Di dalam suatu penelitian, subjek peneliti merupa
kan sesuatu yang kedudukannya sangat sentral karena
pada
subjek itulah terdapat variabel penelitian (dalam peneli
tian kualitatif disebut sistem pola yang diamati).
Kete-
patan
karya
memilih subjek penelitian menentukan
yang mengandung kebenaran ilmiah dan secara
dapat
hasil
konsepsional
dipertanggungjawabkan. Sehingga, hasil
penelitian
dapat terhindar dari error bila subjek penelitian diambil
secara cermat yang didasari pemikiran ilmiah.
Dalam penelitian ini
di
lingkungan
menjadi
subjeknya ialah
lembaga pemasyarakatan.
narapidana
Sedangkan yang
objek ialah peristiwanya (event) yang dalam
hal
ini ialah perilaku mandiri narapidana dan pola dan proses
pembinaannya. Subjek penelitian dibagi menjadi dua
kate-
gori, yakni sumber informasi dan informan.
Narapidana sebagai sumber informasi atau responden
adalah orang yang menjadi kasus penelitian yang
memberi
kan data utama tentang diri sendiri dan
latar
belakang
kehidupannya. Sumber informasi ialah orang yang
menceri-
takan tentang dirinya sendiri.
Informan
adalah pimpinan dan staf
lembaga
serta
narapidana lainnya. Informan inilah yang memberikan
data
pelengkap tentang identitas kehidupan kasus, yaitu
orang
yang
menceritakan
kasus).
orang lain
(menceritakan
kehidupan
Lexy J. Moleong (1991 : 90) menyebutkan bahwa
:
"informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi
tentang
penelitian".
situasi dan kondisi
latar
Di samping itu ditegaskan juga
belakang
bahwa
manfaatan informan bagi peneliti adalah agar dalam
yang
relatif singkat, banyak informasi yang
jadi
sebagai internal sampling, karena
suatu
kejadian
yang
informan
ditemukan
waktu
terjangkau,
faatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau
ingkan
"pe-
diman
memband-
dari
subjek
lainnya".
Menyadari
untuk
maka
pentingnya kedudukan subjek
penelitian
memberikan jaminan terhadap hasil penelitian
dalam uraian berikut disajikan
proses
ini,
penelusuran
sumber informasi dan kriteria persyaratannya.
a.
Su»ber
informasi
Sebagaimana
responden
yaitu
ialah
orang
dikemukakan,
orang yang
sumber
menjadi
yang menceritakan tentang
sehingga
diperoleh
data utama tentang
belakang
kehidupannya.
informasi
kasus
penelitian,
dirinya
diri
atau
dan
sendiri
latar
Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (1990 : 374)
peneliti dari San Fransisco State University,
menyatakan
bahwa sampling dalam studi-studi observasi pada
tive
Research,
menyeleksi
jelas
memungkinkan bagi
sample
para
purposif. Sampel
Qualita
peneliti
yang
untuk
dicari
sudah
dan dipilih yang itu saja. Sehingga, perihal
yang
diobservasi sudah terarah dan itulah yang dipilih.
Subjek
objeknya
penelitian
Menurut
observer
apakah
manusia,
sedangkan
adalah event atau peristiwanya, yaitu
mandiri narapidana
studi
ini ialah
perilaku
dan proses pembinaannya.
Earl Babbie, ada dua
dalam
penelitian
tingkatan
sampling
kualitatif.
sampel yang dapat diambil memiliki
Pertama,
situasi
serupa itu. Misalnya, apabila satu buah kelas
yang
observasi,
maka kelas yang lain sudah diwakili. Kedua, apakah obser
vasi
yang dilakukan oleh peneliti itu
kemungkinan
sebagian
observasi dapat dilakukan.
komponen
yang diobservasi itu
mewakili
seluruh
Maksudnya,
dapat
dari
mengerti
seluruh komponen yang ada.
Pemilihan sumber informasi dilakukan secara purpo
sif, yaitu penetapan sampel berdasarkan tujuan
Tegasnya
menjadi
man,
sampel-sampel penelitian
kualitatif
tertentu.
cenderung
lebih purposif dari pada acak (Miles dan
1992 : 47).
Huber-
Lincoln
dan
Guba (dalam Sanafiah Faisal)
menye
butkan bahwa dalam proses pengumpulan data tentang
topik,
bila variasi informasi tak muncul atau
suatu
ditemukan
lagi, maka peneliti tak perlu lagi melanjutkannya
dengan
mencari informasi atau sampel baru, artinya jumlah sampel
atau
sumber informasi bisa sangat sedikit atau
orang
saja,
sangat
tetapi
tergantung
bisa juga sangat
beberapa
banyak.
dari pemilihan sumber
Hal
ini
informasi
dan
keragaman fenomena yang diteliti.
Dalam
Huberman
pemilihan
(1992
kasus yang diteliti,
: 30) menegaskan
bahwa
Miles
dan
istilah
kasus
Perlu dicatat kami menggunakan kata "situs"
dalam
dengan kata situs, sebagai berikut.
pengertian yang sama dengan kata "kasus". Kedua-duanya
mengacu
pada fenomena yang sama; yaitu suatu
konteks
terbatas, dimana seseorang mengkaji peristiwa-peristiwa,
proses dan hasilnya. Perlu ditegaskan pula
suatu "kasus" dapat mencakup lingkup latar yang
sebuah sekolah, sebuah program, sebuah proyek
bahwa
luas,
khusus',
suatu jaringan, suatu komunitas, dan bahkan perilaku
seseorang individu sepanjang waktu dalam suatu ling
kungan yang khusus. Kata "situs" dipilih disini karena
hal itu mengingatkan pada kami bahwa suatu "kasus"
senantiasa terjadi dalam latar yang khusus, sementara
kita
tidak
dapat mengkaji
"kasus-kasus"
tanpa sama sekali mengaitkannya dengan cara
individual
memandang
yang sering dilakukan oleh peneliti kualitatif.
Berdasarkan
lihan
penjelasan tersebut, maka dalam
kasus penelitian ini yang menjadi
narapidana,
sedangkan
yang merupakan
kasusnya
lingkup
pemi
ialah
latarnya
ialah peristiwa (event) yaitu profil perilaku mandiri dan
proses pembinaan narapidana.
b. Kriteria kasus penelitian
Dalam rangka memilih kasus penelitian, maka seper
ti
yang
kasus
telah digariskan
dilakukan
terdahulu
bahwa
melalui wawancara kepada
penelusuran
informan
dan
kemudian dilanjutkan dengan wawancara terhadap setiap
calon kasus sehingga ditemukan kasus atau sumber informa
si yang memenuhi kriteria persyaratan, sebagai berikut :
1) Memiliki data identitas warga yang tercatat di lembaga
pemasyarakatan I Cirebon.
2) Tercatat
sebagai narapidana dengan kondite baik,
dan
mengacu kepada pola hidup mandiri.
3) Usaha warga tidak terbatas pada golongan usia produktif kerja, tetapi semua golongan masih dapat
berusaha
(Diadaftasikan dari Malcolm S. Knowles, 1980 : 24).
Kasus-kasus
dipersyaratkan
penelitian yang
berindikasi
seperti
tersebut merupakan sumber informasi
atau
responden yang diwawancarai secara mendalam untuk member!
kan jawaban terhadap fokus masaiah penelitian J.
Vreden-
bregt (1978 : 38) menegaskan bahwa :
Sifat khas dari :case study" adalah suatu pendeka
tan
yang
bertujuan
untuk
memepertahankan
keutuhan
(wholeness) dari objek, artinya data yang dikumpulkan
dalam rangka "studi kasus", dipelajari sebagai suatu
keseluruhan yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk
memperkembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai
objek
kasus
yang
bersangkutan, yang
berarti
bahwa
harus disifatkan sebagai suatu penelitian
eksploratif.
studi
yang
B
Mendasari
pengamatan
pemikiran di atas, maka
serta teknik lainnya adalah
keutuhan
objek
penelitian ini
yaitu
wawancara
untuk
dan
mendalami
perilaku
mandiri
narapidana dan pola pembinaannya.
B. Prosedur Penelitian
Sebagaimana dijelaskan pada bagian awal
bab
III ini, bahwa prosedur penelitian
penulisan
merupakan
unsur
penting dari metodologi yang membahas langkah-langkah
di
dalam suatu proses penelitian. Suharsimi Arikunto (1992 :
14-15) mengisyaratkan sebelas langkah prosedur penelitian
yang harus dilalui, adalah :
(1)
meroilih masaiah, (2) Studi
Merumuskan
masaiah,
(4) Merumuskan
Menentukan
variabel dan sumber data,
pendahuluan,
anggaran
(3)
dasar
(4a) Merumuskan hipotesis, (5) Memilih pendekatan, (6)
dan
menyusun
(7)
instrumen, (8) Mengumpulkan
Menentukan
data,
(9)
Analisa data, (10) Menarik kesimpulan dan (11) Menulis
laporan.
Menyimak
menunjukkan
prosedur penelitian
tersebut,
ternyata
unsur yang utuh dan sistematis dalam
proses
penelitian. Modifikasi prosedur penelitian dari kuantita-
tif menjadi kualitatif, sepuluh langkah yang telah
dofikasi,
diklasifikasikan menjadi tiga
langkah
dimo-
pokok,
yaitu : 1) Pembuatan rancangan penelitian, 2) Pelaksanaan
penelitian, dan 3) Pembuatan laporan penelitian.
Adapun ketiga prosedur pokok dan komponennya dalam
penelitian kualitatif dapat diuraikan sebagai berikut.
B.v
1. Penbuatan rencana penelitian
'Pada
tahap
ini,
peneliti
melakukan
persiapan-
persiapan yang meliputi : memilih masaiah, studi pendahu-
luan, merumuskan fokus masaiah, memilihpendekatan, menen
tukan sistem pola yang diamati dan sumber data.
mana
layaknya
suatu penelitian ilmiah, pada
Sebagai
tahap
ini
peneliti menyusun desain penelitian untuk kemudian dikon-
sultasikan kepada para pakar di bidang pendidikan,
tama mengenai penting dan aktualnya masaiah yang
yang dalam hal ini menyoroti
dan
2.
terudipilih
perilaku mandiri narapidana
proses pembinaannya.
Pelaksanaan Penelitian
Pada langkah ini, peneliti melakukan kegiatan yang
meliputi:
menentukan
mengumpulkan
temuan
kembali
instrumen,
data, analisa data, dan membuat
kesimpulan
peneliti.
beberapa
sebelum
aspek
dan
dan
Dalam
kegiatan
selama
menyusun
konteks
dalam
penelitian
penelitian
kualitatif
pelaksanaan
dikerjakan
berlangsung.
Misalnya,
pembuatan instrumen baik berupa pedoman observasi, wawan
cara
maupun
Tetapi
instrumen
strument),
hanya
pedoman untuk studi
yang
dokumen.
prinsip dalam penelitian
penelitian ialah peneliti sendiri
sedangkan
memuat
pedoman
pertanyaan
kunci
ini
bahwa
(human
observasi
dan
untuk
membuka
in
wawancara
penelitian di antaranya pertanyaan untuk meneliti
masaiah
karak-
84
teristik
narapidana,
pembinaannya,
perilaku
mandiri
narapidana
serta penelusuran nilai-nilai agama
dan
islam
yang disosialisasikan.
3.
Pembuatan laporan penelitian
Langkah
yaitu
ini merupakan puncak kegiatan
dilakukan
setelah penelitian
penelitian
lapangan
berakhir,
sekalipun laporan ini telah dimulai dalam proses
peneli
tian berlangsung,
Penuli
seperti pembuatan analisa data.
san laporan dalam penelitian ini menjurus kepada
penuli
san tesis sebagai suatu karya ilmiah.
Pengorganisasian penulisan laporan penelitian
dituangkan
tinjauan
ke
dalam lima bab, yaitu
kepustakaan,
metodologi,
pembahasan hasil penelitian,
ini
bab
pendahuluan,
hasil
penelitian,
kesimpulan dan saran.
C. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Pada bagian ini disajikan pemikiran teknis peneli
tian mengenai instrumen, teknik pengumpulan data, analisa
data,
1.
dan batas akhir penelitian.
Instrumen penelitian
Dalam upaya menemukan fakta dan data secara alami-
ah peneliti langsung berperan sebagai intsrument
tian.
dengan
Artinya,
peneliti
secara
langsung
peneli
berinteraksi
sumber informasi dalam suatu wawancara bebas
dan
65
mengamati
situasi sosial serta informasi
yang
tersedia
Dalam kaitannya dengan fokus penelitian,
peneliti
dalam dokumen.
membekali
diri
dengan pedoman
wawancara
yaitu
profil
perilaku manidir dan pola pembinaannya, serta nilai-nilai
mandiri. Pedoman wawancara dimaksud merupakan pertanyaanpertanyaan
kunci
mengungkapkan
berarti,
untuk membuka
pengalaman
bahwa
selain
hidup
pedoman
pemikiran
dan
kasus
belajar.
wawancara
dalam
Hal
ini
(terlampir)
masih terbuka kesempatan peneliti untuk meminta
penjela-
san sekitar mendalami ungkapan-ungkapan kasus atau sumber
informasi.
2. Teknik pengumpulan data
Teknik
pengumpulan
data
dalam
penelitian
ini
adalah wawancara yang mendalam (indepth interview) dengan
responden dan melakukan pengamatan langsung
(participant
observation) terhadap situasi sosial di lapangan baik
di
rumah, ditempat kerja, maupun di berbagai tempat kegiatan
lainnya, dan melakukan kajian dokumen. Selama pengamatan,
peneliti
sepenuhnya
melebur
dalam
kegiatan-kegiatan
tersebut, dan bertindak sebagai pembinaan atau da'i tetap
di lembaga pemasyarakatan I Cirebon.
Alat yang dipergunakan dalam wawancara, pengamatan
dan
kajian dokumen adalah lembar isian,
pedoman
wawan
cara, tape recorder, dan serta lembar catatan lapangan.
86
3.
Analisis data
Data yang dikumpulkan pada setiap pertemuan
sung
di analisa. Miles dan Huberman (1992 : 16)
lang
berpan-
dangan bahwa analisa terdiri dari tiga alur kegiatan yang
terjadi
data,
secara bersama yaitu : reduksi
dan
penarikan
data,
penyajian
kesimpulan/verifikasi.
Meliputi
pembuatan pedoman analisis data dan analisis yang berkai
tan dengan konsep dan teori dalam pembahasan.
Dari hasi