STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI WIDYAISWARA DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DI LEMBAGA PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM.

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI WIDYAISWARA DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DI LEMBAGA PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA

KEPENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (Studi Deskriptif Di Lembaga PPPPTK IPA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

ANGGA VIRGIANA 0803165

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN

KOMPETENSI WIDYAISWARA DALAM

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DI

LEMBAGA PUSAT PENGEMBANGAN

DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN

TENAGA KEPENDIDIKAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM

(Studi Deskriptif Di Lembaga PPPPTK IPA)

Oleh

Angga Virgiana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Angga Virgiana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Angga Virgiana

(0803165)

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMPETENSI WIDYAISWARA DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DI LEMBAGA PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA

KEPENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (Studi Deskriptif Di Lembaga PPPPTK IPA)

Disetujui dan disahkan oleh:

PEMBIMBING I

Drs. Daman Hermawan, M. Pd. NIP. 19480501 197302 1 001

PEMBIMBING II

Dr. Nani Hartini, M. Pd. NIP. 19780331 200102 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Endang Herawan, M. Pd. NIP. 19600810 198603 1 001


(4)

mendidik, mengajar, dan melatih PNS melalui kegiatan diklat, dalam prakteknya kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran dihadapkan dengan beberapa kendala. Kendala tersebut seperti, belum optimalnya kegiatan penyusunan dan realisasi dari GBPP dan SAP, masih terdapat kesulitan dalam menerapkan pembelajaran orang dewasa, dan belum optimalnya kontribusi lembaga dalam hal membina dan mengembangkan kompetensi widyaiswara. Bertolak dari pemikiran di atas peneliti melakukan penelitian tentang “Strategi Pengembangan Kompetensi Widyaiswara dalam Pengelolaan Pembelajaran Di Lembaga Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (Studi Deskriptif Di lembaga PPPPTK IPA)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran di lembaga PPPPTK IPA, mendeskripsikan pembinaan dan pengembangan kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran oleh lembaga PPPPTK IPA, mendeskripsikan faktor-faktor strategis yang mempengaruhi kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran di lembaga PPPPTK IPA, mendeskripsikan upaya-upaya pemecahan masalah yang dihadapi oleh widyaiswara dalam mengelola pembelajaran di lembaga PPPPTK IPA, dan merumuskan strategi untuk meningkatkan kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran di lembaga PPPPTK IPA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif pendekatan kualitatif dengan subyek penelitian adalah Koordinator Widyaiswara Lembaga PPPPTK IPA, Kelompok jabatan Fungsional Widyaiswara Lembaga PPPPTK IPA, Kepegawaian Lembaga PPPPTK IPA, Peserta Diklat dari salah satu kegiatan diklat yang dilaksanakan oleh Lembaga PPPPTK IPA. Temuan penelitian (1) kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran di Lembaga PPPPTK IPA menunjukan kinerja yang baik walapun masih terdapat kendala yang dihadapi. Hal ini ditandai dengan hasil kegiatan pelaksanaan diklat rata-rata menunjukan hasil yang memuaskan baik dari penampilan widyaiswara secara keseluruhan dalam mengelola pembelajaran maupun dari penilaian kemampuan peserta. (2) pembinaan dan pengembangan kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran belum berjalan secara optimal, hal ini dikarenakan keterbatasan pihak lembaga PPPPTK IPA dan lembaga lain yang bersangkutan dalam mengakomodasi semua kebutuhan widyaiswara karena anggaran biaya yang terbatas. Hal ini berdampak kepada pemerataan kesempatan widyaiswara dalam mengikuti kegiatan pembinaan dan pengembangan kompetensi yang diselenggarakan. (3) faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi widyaiswara antara lain adalah faktor penunjang internal : a) motivasi diri, b) pengalaman, c) pengetahuan, d) karakteristik pribadi, e) latar belakang pendidikan, penunjang eksternal : a) sarana dan prasarana pembelajaran, b) pembinaan dan pengembangan kompetensi oleh lembaga, c) kerjasama panitia diklat, d) partisipasi aktif peserta diklat, e) kewajiban sebagai seorang pendidik, f) iklim kerja. penghambat internal : a) rasa malas, b) manajemen waktu, penghambat eksternal : a) beban kerja, dan b) kurangnya kesempatan mengembangkan diri. (4) kemampuan widyaiswara dalam memecahkan masalah secara mandiri telah berupaya optimal dengan keterbatasan yang ada melalui kegiatan diskusi formal dan informal serta pengamatan langsung rekan kerja yang sedang mengajar.

Rekomendasi untuk PPPPTK IPA membuat mekasnisme yang jelas dalam membina dan mengembangkan kompetensi widyaiswara, untuk pemerintah dan lembaga lain mengoptimalkan kegiatan-kegiatan positif berdasarkan kebutuhan widyaiswara, untuk peneliti selanjutnya melaksanakan penelitian pengoptimalan peran lembaga baik itu internal


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

1. Tujuan Umum ... 11

2. Tujuan Khusus ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

1. Segi Teoritis ... 12

2. Segi Operasional ... 12

E. Asumsi Penelitian ... 12

F. Sistematika Skripsi ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka ... 17

1. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia ... 17

a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia ... 17

b. Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia ... 19

c. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia ... 21

2. Konsep Kompetensi ... 25

a. Pengertian Kompetensi ... 25

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi ... 30

3. Ruang Lingkup Pengelolaan Pembelajaran ... 35

a. Pengertian Pengelolaan Pembelajaran ... 35

b. Mengelola Pembelajaran ... 40

4. Konsep Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogi) ... 63

a. Pengertian Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogi) ... 63

b. Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa (Andragogi) ... 65

5. Konsep Widyaiswara ... 70

a. Pengertian Widyaiswara ... 70

b. Kompetensi Widyaiswara ... 71


(6)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 79

1. Lokasi Penelitian ... 79

2. Sumber Data Penelitian daan Informan ... 80

B. Metode dan Pendekatan Penelitian ... 81

1. Metode Penelitian... 81

2. Pendekatan Penelitian ... 82

C. Definisi Operasional... 83

D. Instrumen Penelitian... 84

E. Teknik Pengumpulan Data ... 91

1. Observasi ... 92

2. Wawancara ... 97

3. Dokumentasi ... 99

4. Triangulasi... 100

F. Analisis Data ... 102

1. Data Reduction (Reduksi data) ... 103

2. Data Display (Penyajian Data) ... 104

3. Penarikan Kesimpulan/verifikasi ... 104

G. Uji Keabsahan Data... 105

1. Kredibilitas (Validitas Internal) ... 106

2. Transferabilitas (validitas Eksternal) ... 107

3. Dependabilitas (Reliabilitas) ... 107

4. Konfirmabilitas (Objektivitas) ... 108

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 109

1. Gambaran Kompetensi Widyaiswara dalam Pengelolaan Pembelajaran Di Lembaga PPPPTK IPA ... 109

2. Gambaran Pembinaan dan Pengembangan Kompetensi Widyaiswara dalam Pengelolaan Pembelajaran Di Lembaga PPPPTK IPA ... 126

3. Faktor-faktor Strategis yang Mempengaruhi Kompetensi Widyaiswara dalam Pengelolaan Pembelajaran Di Lembaga PPPPTK IPA ... 131

4. Upaya Pemecahan Masalah-masalah yang Dihadapi Oleh Widyasiwara dalam Mengelola Pembelajaran Di Lembaga PPPPTK IPA ... 142

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 145

1. Gambaran Kompetensi Widyaiswara dalam Pengelolaan Pembelajaran Di Lembaga PPPPTK IPA ... 146

2. Gambaran Pembinaan dan Pengembangan Kompetensi Widyaiswara dalam Pengelolaan Pembelajaran Di Lembaga PPPPTK IPA ... 163 3. Faktor-faktor Strategis yang Mempengaruhi Kompetensi


(7)

Lembaga PPPPTK IPA ... 167

4. Upaya Pemecahan Masalah-masalah yang Dihadapi Oleh Widyasiwara dalam Mengelola Pembelajaran Di Lembaga PPPPTK IPA ... 176

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 178

1. Gambaran Kompetensi Widyaiswara dalam Pengelolaan Pembelajaran Di Lembaga PPPPTK IPA ... 178

2. Gambaran Pembinaan dan Pengembangan Kompetensi Widyaiswara dalam Pengelolaan Pembelajaran Di Lembaga PPPPTK IPA ... 180

3. Faktor-faktor Strategis yang Mempengaruhi Kompetensi Widyaiswara dalam Pengelolaan Pembelajaran Di Lembaga PPPPTK IPA ... 180

4. Upaya Pemecahan Masalah-masalah yang Dihadapi Oleh Widyasiwara dalam Mengelola Pembelajaran Di Lembaga PPPPTK IPA ... 181

B. Saran ... 182

1. Saran Bagi Widyaiswara Lembaga PPPPTK IPA ... 182

2. Saran Bagi Lembaga PPPPTK IPA ... 183

3. Saran Bagi Pemerintah dan Lembaga lain ... 183

4. Saran Bagi Peneliti selanjutnya ... 184

DAFTAR PUSTAKA ... 185

DAFTAR LAMPIRAN ... 189 RIWAYAT HIDUP


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Perbandingan Tujuan Pendidikan Orang Dewasa Di Beberapa

Negara ... 64 3.1 Sumber Data Penelitian ... 81 3.2 Gambaran Pengumpulan Data Penelitian... 87 Strategi untuk Meningkatkan Kompetensi Widyaiswara dalam Pengelolaan Pembelajaran Di Lembaga PPPPTK IPA ... 200


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Keterkaitan Evaluasi-Penilaian-Pengukuran dan Tes ... 59

2.2 Fungsi Penilaian ... 61

2.3 Kerangka Berpikir Penelitian ... 76

3.1 Situasi Sosial (Social Situation) ... 80

3.2 Macam-macam Teknik Pengumpulan Data ... 91

3.3 Macam-macam Teknik Observasi... 93

3.4 Tahap Observasi ... 96

3.5 Triangulasi Teknik Pengumpulam Data... 101

3.6 Triangulasi Sumber Pengumpulan Data... 101

3.7 Uji Keabsahan Data... 106

4.1 Contoh Format Dokumen GBPP ... 111

4.2 Contoh Format Dokumen SAP ... 113

4.3 Contoh Rekapitulasi Nilai Akademik Permateri ... 124

4.4 Alur Penyusunan Bahan Ajar ... 150


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Keberhasilan dan kesuksesan kinerja suatu organisasi ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Sumber daya manusia yang memiliki kemampuan kompeten dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, akan mempunyai peranan penting terhadap perkembangan organisasi ke arah yang lebih baik. Potensi sumber daya manusia akan semakin bertambah seiring perubahan jaman, hal ini menunjukan bahwa peran sumber daya manusia sangat dibutuhkan dari waktu ke waktu dalam menghadapi berbagai tantangan kemajuan dan perubahan yang dialami organisasi saat ini dan masa yang akan datang.

Pernyataan di atas, didukung oleh pendapat seorang ahli bernama Foulkes, (1975) dikutip oleh Herwan, (2009) dalam (www. uns.ac.id/ files/2009/03/peran-strategis.doc) yang memprediksi bahwa peran sumber daya manusia akan semakin strategis dari waktu ke waktu. Berikut adalah pendapatnya yang menjelaskan pernyataan tersebut :

For many years it has been said that capital is the bottleneck

for a developing industry. I don’t think this any longer holds true. I think it’s the work force and the company’s inability to recruit and

maintain a good work force that does constitute the bottleneck for

production. … I think this will hold true even more in the future. (Bertahun-tahun berkembang pendapat bahwa modal merupakan hambatan dalam industri yang berkembang. Menurut saya, hal ini tidak lagi sepenuhnya benar. Menurut saya, angkatan kerja dan ketidakmampuan perusahaan merekrut dan mempertahankan angkatan kerja yang baik merupakan penyebab hambatan dalam organisasi...


(11)

Saya kira hal ini masih akan bertahan, bahkan di masa yang akan datang).

Pendapat tersebut di atas menyimpulkan bahwa, peran sumber daya manusia yang berkualitas memang sangat dibutuhkan dalam bagian organisasi pada waktu sekarang maupun masa yang akan datang, dalam membantu organisasi untuk berkembang dan menghadapi tantangan dan permasalahan yang muncul, membantu organisasi untuk tetap bertahan, serta mempermudah dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Sama halnya dalam upaya pembangunan pendidikan, sumber daya manusia memiliki peran yang sangat penting dalam proses pencapaian tujuan pendidikan. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan sumber daya manusia berkualitas yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk senantiasa meningkatkan kualitasnya secara terus menerus dan berkesinambungan (continous quality improvement). Sumber daya manusia yang dimaksud salah satunya adalah seorang pendidik yang kompeten dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 disebutkan tentang pengertian pendidik bahwa :

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Lebih lanjut dalam BAB 39 Ayat 2 disebutkan bahwa :

Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta


(12)

melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Peran penting seorang pendidik dalam menyelenggarakan pendidikan ditunjukan dengan berbagai hal, dalam lembaga pendidikan dan pelatihan salah satu komponen yang mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan diklat adalah pengajar atau widyaiswara. Widyaiswara merupakan salah satu tenaga fungsional yang tugasnya mendidik, mengajar dan melatih (dikjartih). Hal tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Widyaisawara dan Angka Kreditnya menyebutkan bahwa : “Widyaiswara adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk mendidik, mengajar dan/atau melatih PNS pada Lembaga Diklat Pemerintah”.

Kesuksesan suatu program pengajaran diklat juga akan sangat ditentukan oleh profesionalisme yang dimiliki oleh widyaiswara. Widyaiswara yang profesional akan memiliki kompetensi atau kemampuan mengajar dan kemampuan memfasilitasi yang unggul dalam suatu proses pembelajaran/pelatihan. Kompetensi sendiri bermakna “an ability to do

something or for a task.” Berdasarkan hal tersebut bahwa seseorang “mempunyai kompetensi untuk mengelola pekerjaan” atau secara lebih spesifik, “mempunyai kompetensi untuk merencanakan serangkaian aktivitas untuk mencapai target.” (Prihadi, 2004:83). Kompetensi merujuk pada kemampuan secara umum untuk menjalankan sebuah job atau bagian dari sebuah job secara kompeten. Kompetensi yang wajib dimiliki widyaiswara


(13)

tercantum dalam Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Widyaiswara BAB IV Pasal 5 adalah sebagai berikut :

Standar Kompetensi Widyaiswara terdiri atas: a. Kompetensi pengelolaan pembelajaran; b. Kompetensi kepribadian;

c. Kompetensi sosial; d. Kompetensi substantif.

Kompetensi pengelolaan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi dominan yang harus dimiliki widyaiswara. Kompetensi pengelolaan pembelajaran adalah kemampuan yang harus dimiliki widyaiswara dalam merencanakan, menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Lebih lanjut dalam BAB IV Pasal 6 Ayat 2 kompetensi pengelolaan pembelajaran meliputi kemampuan :

a. Membuat Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)/Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat (RBPMD) dan Satuan Acara Pembelajaran (SAP)/Rencana Pembelajaran (RP); b. Menyusun bahan ajar;

c. menerapkan pembelajaran orang dewasa;

d. Melakukan komunikasi yang efektif dengan peserta; e. Memotivasi semangat belajar peserta; dan

f. Mengevaluasi pembelajaran.

Widyaiswara yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih serta memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang kewidyaiswaraan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai widyaiswara dengan kemampuan maksimal tidak terkecuali dalam mengelola pembelajaran diklat. Widyaiswara yang kompeten dalam mengelola pembelajaran akan lebih mampu membawa dan menciptakan lingkungan


(14)

kelasnya dan membawa peserta diklat pada pencapaian hasil belajar yang optimal.

Widyaiswara dituntut untuk dapat mentransfer ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diarahkan bagi penanaman nilai-nilai individu, sosial dan institusi, serta diharapkan mampu menstimulasi upaya peningkatan kompetensi peserta diklat dengan memanfaatkan spesialisasi keahlian dan keilmuan yang dimilikinya. Untuk itu sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih, widyaiswara dituntut memiliki kompetensi yang lebih mumpuni dibanding peserta diklat dan widyaswara harus menjadi inspirator bagi peserta diklat, sehingga setelah mengikuti kediklatan, peserta mampu meningkatkan kompetensi dan keterampilannya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Hal-hal di atas tersebut didukung oleh pendapat Adi Riyanto Suprayitno, (2009) dalam (www.arsury.blogspot.com) yang mengatakan bahwa : “Seandainya diklat dapat diasosiasikan sebagai sebatang pohon yang indah maka widyaiswara lebih tepat diibaratkan sebagai akar pohon tersebut. Kekuatan dan kesuburan “pohon diklat” amat bergantung kepada kualitas akarnya.”

Memperhatikan kondisi nyata, kinerja widyaiswara cenderung belum optimal, khususnya dalam mengelola pembelajaran. Berdasarkan fakta yang diamati dan dirasakan oleh Djuanda, (2009:20) dalam (bdkjakarta.kemenag.go.id), selama menggeluti profesi widyaiswara di Balai Diklat Keagamaan Jakarta, dalam jurnal penelitiannya banyak komentar yang dikemukakan para peserta, panitia, pejabat dan staf, serta sesama widyaiswara


(15)

yang bernada „miring‟ terhadap kinerja widyaiswara, diantara kritikan yang sering ditujukan terhadap widyaiswara antara lain :

1. Dalam perencanaan pembelajaran seperti pembuatan rancang bangun (GBPP) masih banyak yang belum sesuai dengan ketentuan, satuan acara perkuliahan (SAP) terkesan tidak rinci, pemilihan warna slide kurang menarik, penyusunan bahan ajar belum memadai, pemilihan dan penggunaan media belum optimal, begitu pula dalam pembuatan instrumen pembelajaran belum mendukung.

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran ditemui masih menggunakan pendekatan pedagogi bukan andragogi, kegiatan pembelajaran masih monoton, cara menjawab pertanyaan yang kurang akurat dan mengembang tidak fokus, serta munculnya sifat emosional yang perlu dikendalikan.

3. Dalam membuat evaluasi hasil belajar masih banyak yang belum menguasai teknik dan tujuannya, sehingga alat evaluasi hasil belajar yang digunakan sebagai pretest dan postest maupun ujian akademis belum dapat dijadikan sebagai parameter keberhasilan proses pembelajaran yang akurat.

4. Kegiatan pengembangan profesi widyaiswara masih perlu ditingkatkan, dimana widyaiswara masih kurang aktif membaca, menulis dan mendiskusikan hasil bacaan atau tulisannnya.


(16)

5. Kerjasama antar sesama widyaiswara dan pejabat struktural masih belum optimal sehingga sering dirasakan adanya kebuntuan komunikasi, kelemahan dalam pemberdayaan widyaiswara dan penyelenggaraan program diklat.

Selain itu, adapun permasalahan lain yang muncul menurut hasil studi mengenai kinerja profesional widyaiswara BPG secara kualitatif dideskripsikan seperti berikut ini. Materi sajian widyaiswara memang bersifat fungsional, namun penyampaiannya seringkali monoton, kurang siap menerima kritikan dari peserta, kurang pandai membaca situasi dan kondisi, penguasaan keilmuan cenderung berorientasi pada bidang studi semata, dan kurang wawasan makro kependidikan dan inovasinya. Pada tingkat proses interaksi dengan peserta, masih ada widyaiswara yang kurang mampu menimba dan membangkitkan potensi peserta, banyak menggunakan metode ceramah sehingga membosankan, adakalanya dalam menjawab pertanyaan peserta secara kurang mencapai sasaran, pengaturan waktu dalam penyampaian materi kurang teralokasi, dan kurang melembagakan iklim dialogis selama penataran. (Danim, 2010:88-89).

Dari berbagai fenomena yang muncul terkait dengan kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran, widyaiswara mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas peserta diklat, karena dengan diklat yang dilaksanakannya dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta diklat. Apabila kendala yang muncul


(17)

tidak secepatnya di tindak lanjuti, maka akan berdampak kepada efektifitas pembelajaran, dan tujuan pembelajaran tidak tercapai secara optimal.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Lembaga Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan atau disebut PPPPTK, PPPPTK mempunyai tugas melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan bidangnya. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 8 Tahun 2007 pasal 2, PPPPTK menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a. Penyusunan program pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan;

b. Pengelolaan data dan informasi peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan;

c. Fasilitasi dan pelaksanaan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan;

d. Evaluasi program dan fasilitasi peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan; dan

e. Pelaksanaan urusan administrasi PPPPTK.

Lembaga PPPPTK IPA sebagai lembaga yang ditugasi untuk mengembangkan sains melalui berbagai kegiatan diklat, pengkajian, penelitian, dan pengembangan bahan ajar terus berusaha meningkatkan kualitas SDM bagi tenaga teknis dan tenaga fungsional. Dalam hal menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, lembaga PPPPTK IPA tidak sedikit mendapatkan kendala, salah satunya kendala yang muncul mengenai pegawai widyaiswara yang berperan sebagai aktor dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan. Informasi yang di dapat melalui wawancara terhadap beberapa pegawai widyaiswara diantaranya seperti, belum


(18)

meratanya kompetensi widyaiswara khususnya kompetensi pengelolaan pembelajaran, dikarenakan belum adanya kesempatan yang merata untuk widyaiswara mengikuti diklat dalam meningkatkan kompetensinya, dan proporsi jumlah widyaiswara belum memenuhi kebutuhan lembaga terutama dalam menyelenggarakan pembelajaran.

Fakta lain menyebutkan bahwa, keluhan dari peserta diklat tentang kemampuan mengajar widyaiswara, diantaranya dalam penyampaian materi lebih banyak teori dibanding dengan prakteknya, dan terkadang materi tidak sesuai dengan kebutuhan peserta diklat. Jumlah keseluruhan widyaiswara di Lembaga PPPPTK IPA berjumlah 54 orang dengan jabatan sebagai berikut : Widyaiswara Pertama berjumlah 5 orang, Widyaiswara Muda berjumlah 25 orang, Widyaiswara Madya berjumlah 24 orang.

Mengingat pentingnya peran widyaiswara dalam mendidik, mengajar dan/atau melatih PNS dan melihat fenomena yang muncul tentang permasalahan yang dihadapi oleh widyaiswara, lalu tuntutan perkembangan zaman yang semakin kompleks, maka peningkatan kompetensi dan profesionalitas widyaiswara menjadi kebutuhan yang sangat mendesak. Berdasarkan hal-hal di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam melalui proses penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Kompetensi Widyaiswara dalam Pengelolaan Pembelajaran Di Lembaga Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam” (Studi Deskriptif Di Lembaga PPPPTK IPA).


(19)

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian disusun berfungsi untuk memberikan arahan yang jelas mengenai aspek dan topik-topik penting yang akan diteliti. Adapun Pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran, dilihat dari kegiatan a). merencanakan, b). menyusun, c). melaksanakan, dan d). mengevaluasi pembelajaran di Lembaga PPPPTK IPA ?

2. Bagaimanakah proses pembinaan dan pengembangan kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran di Lembaga PPPPTK IPA ?

3. Apa saja faktor-faktor strategis yang mempengaruhi kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran di Lembaga PPPPTK IPA ?

4. Bagaimana upaya pemecahan masalah-masalah yang di hadapi oleh widyaiswara dalam mengelola pembelajaran di Lembaga PPPPTK IPA ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.


(20)

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum dan mengetahui lebih jelas mengenai kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran di Lembaga PPPPTK IPA.

2. Tujuan Khusus

Adapun secara khusus yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Memperoleh gambaran yang jelas mengenai kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran, dilihat dari kegiatan a). merencanakan, b). menyusun, c). melaksanakan, dan d). mengevaluasi pembelajaran di Lembaga PPPPTK IPA.

2) Memperoleh gambaran yang jelas mengenai proses pembinaan dan pengembangan kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran di Lembaga PPPPTK IPA.

3) Memperoleh gambaran yang jelas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran di Lembaga PPPPTK IPA.

4) Memperoleh gambaran yang jelas mengenai upaya pemecahan masalah-masalah yang dihadapi oleh widyaiswara dalam mengelola pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk berbagai pihak. Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


(21)

1. Segi Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu administrasi Pendidikan, khususnya dalam pengembangan sumber daya manusia, yaitu dalam hal kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran dan menyampaikan hambatan-hambatan yang ada dalam meningkatkan kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan kajian penelitian selanjutnya.

2. Segi Operasional

a) Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengembangan pola pikir peneliti khususnya dalam kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran. b) Bagi Lembaga, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan yang berarti bagi pihak lembaga, khususnya dalam memberikan perhatian lebih dalam meningkatkan kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran.

c) Bagi Dunia Pendidikan pada umumnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan, sumber inspirasi untuk lebih memperdalam permasalahan yang berkaitan dengan kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran.

E. Asumsi Penelitian

Untuk menyatakan maksud yang ingin dicapai dari sebuah karangan ilmiah, hendaknya disertai landasan berpikir yang akan dijadikan pijakan


(22)

darimana, dengan cara apa karangan ilmiah itu dapat disusun. Berdasarkan hal tersebut, maka yang menjadi asumsi dalam penelitian ini adalah :

1) Sumber daya manusia dalam suatu organisasi, memerlukan pembinaan dan pengembangan secara terus menerus dalam upaya meningkatkan kompetensi mereka, agar dapat memberi sumbangan bagi pencapaian tujuan organisasi.

2) Setiap widyaiswara dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensi yang dimilikinya, tidak terkecuali kompetensi pengelolaan pembelajaran yang menjadi kompetensi dominan dari kompetensi widyaiswara lainnya.

3) Widyaiswara merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, melalui pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.

4) Widyaiswara yang memiliki kompetensi profesional khususnya dalam pengelolaan pembelajaran, akan lebih mampu menciptakan suasana pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, serta akan lebih mampu mentransferkan ilmu pengetahuan kepada peserta diklat, sehingga tercapainya tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta diklat.

F. Sistematika Skripsi

Dalam struktur organisasi skripsi, berisi tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam penelitian. Adapun struktur organisasi dalam penelitian skripsi ini adalah :


(23)

1. Judul

Judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “Kompetensi Widyaiswara dalam Pengelolaan Pembelajaran Di Lembaga PPPPTK IPA” (Studi Deskriptif Kompetensi Widyaiswara dalam Pengelolaan Pembelajaran Di Lembaga PPPPTK IPA).

2. Halaman Pengesahan

Skripsi ini telah di setujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing : 1) Pembimbing 1 : Drs. Daman Hermawan, M.Pd

NIP. 19480501 197302 1 001 2) Pembimbing II : Dr. Nani Hartini, M.Pd

NIP. 19780331 200102 2 001 3. Pernyataan Tentang Keaslian Karya Ilmiah

Penulis telah menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Skripsi ini merupakan Karya Tulis Ilmiah asli karya penulis tidak plagiarisme, ataupun mengutip dengan cara yang tidak dianjurkan dalam tata cara penulisan karya ilmiah, dan merupakan hasil pemikiran penulis dengan di bimbingan oleh dosen pembimbing.

4. Abstrak

Uraian singkat yang termuat dalam abstrak adalah : judul, hakikat penelitian, tujuan dilakukannya penelitian, metode penelitian yang dipakai dan teknik pengumpulan datanya, serta hasil temuan dan rekomendasi.

5. Kata Pengantar


(24)

6. Ucapan Terima Kasih

Berisikan ucapan dan kalimat yang mengungkapkan bentuk penghargaan dan apresiasi, serta rasa syukur yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah berusaha membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

7. Daftar Isi

Memuat penyajian sistematika isi secara rinci, yang berfungsi untuk mempermudah para pembaca mencari judul atau subjudul bagian yang ingin dibacanya.

8. Daftar Tabel

Menyajikan tabel secara berurutan mulai dari tabel pertama sampai dengan tabel terakhir yang tercantum pada penelitian.

9. Daftar Gambar

Menyajikan gambar secara berurutan mulai dari gambar pertama sampai dengan gambar terakhir yang tercantum pada penelitian.

10.Daftar Lampiran

Menyajikan lampiran secara berurutan mulai dari lampiran pertama sampai dengan lampiran terakhir yang tercantum pada penelitian.

11.BAB I Pendahuluan

Berisi uraian tentang pendahuluan skripsi yang memuat : latar balakang penelitian, Pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Asumsi penelitian, dan struktur organisasi penelitian.


(25)

12.BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran

Berisi uraian tentang konsep, teori, dan hasil penelitian terdahulu yang relevan, serta kerangka pemikiran peneliti.

13.BAB III Metode Penelitian

Berisi tentang penjabaran yang secara rinci mengenai metode dan beberapa komponen penelitian.

14.BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berisi tentang pengolahan atau analisis data beserta pembahasan dan analisis hasil temuan di lapangan dengan pemaparan data, dan pembahasan data.

15.BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi

Berisi tentang penyajian penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan di lapangan.

16.Daftar Pustaka

Memuat semua sumber tertulis, diantaranya seperti buku, artikel jurnal, dokumen resmi, atau sumber-sumber lain dari internet sebagai referensi dalam penyelesaian skripsi.

17.Lampiran


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian berdasarkan Lokasi Penelitian dan Sumber data dipilih dengan menggunakan teknik pengambilan sampel adalah nonprobabilty sampling, dimana pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling snowball sampling, adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar. (Sugiyono, 2010:300).

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian, berusaha untuk menemukan data dan fakta terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) yang berada di Jalan Diponegoro No 12 Bandung.


(27)

2. Sumber Data Penelitian dan Informan

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, apalagi sampel. Pada pendekatan kualitatif sumber data lebih tepat disebut dengan situasi sosial tertentu, yang menjadi subjek penelitian adalah benda, hal atau orang yang padanya melekat data tentang objek penelitian. Seperti yang diutarakan oleh Djam‟an Satori, (2007:2) bahwa, “Pada penelitian kualitatif tidak mengenal istilah populasi, apalagi sampel. Populasi atau sampel pada pendekatan kualitatif lebih tepat disebut sumber data pada situasi sosial (Social Situation)”. Spradley, dalam (Sugiono, 2010:297) mengemukakan bahwa “Social Situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu : tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis”. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (activity), orang-orang (actors), yang ada pada tempat (place) tertentu.

Gambar 3.1

Situasi Sosial (Social Situation),(Sugiono, 2010:298) Social

Situation Place/tempat

Activity/aktivitas Actor/orang


(28)

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan sampel dengan cara non-probability sampling, dengan menggunakan teknik sampling snowball sampling. Berdasarkan jenis data yang diperlukan peneliti menetapkan sekelompok objek yang dijadikan sumber data dalam penelitian yang bentuknya dapat berupa manusia, benda-benda, dokumen-dokumen dan sebagainya. Maka dalam penelitian ini yang menjadi sumber data penelitian adalah :

Tabel 3.1

Sumber Data Penelitian NO Sumber Data dan Informan

1. Koordinator Widyaiswara PPPPTK IPA 2. Kelompok Jabatan Fungsional Widyaiswara

PPPPTK IPA

3. Bagian Kepegawaian PPPPTK IPA 4. Peserta Diklat

5. Dokumen-dokumen pendukung lainnya

B. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, seperti halnya dalam menyelesaikan penelitian yang dilakukan. Sugiyono, (2010: 6) menyebutkan bahwa :


(29)

dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mengungkapkan data empiris yang ada di lapangan dengan cara menguraikan dan menginterpretasikan suatu fenomena dengan apa adanya dan menghubungkan sebab-akibat terhadap sesuatu yang terjadi pada saat penelitian, agar diperoleh gambaran realita yang konkret mengenai hal yang diteliti. Dengan kata lain tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat suatu gambaran yang sistematis, faktual, dan akurat mengenai fenomena yang diteliti.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dikatakan oleh Bogdan dan Taylor, (1998) (Djam‟an Satori, 2007:1) adalah „Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati‟. Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat mengangkat aktualitas, realitas dan persepsi sasaran penelitian tanpa tercemar oleh pengukuran formal atau pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya sudah terbentuk.

Penelitian kualitatif dilakukan karena ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses atau langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang


(30)

suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik suatu artifak dan lain sebagainya.

Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif, penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran di lembaga pendidikan dan pelatihan.

C. Definisi Operasional

Supaya tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul dan ruang lingkup masalah yang diteliti, maka terlebih dahulu penulis akan menjelaskan definisi istilah yang terkandung dalam judul ini sehingga terdapat persamaan pandangan antara penulis dan pembaca. Dalam penelitian ini terdapat beberapa yang perlu dijabarkan yakni sebagai berikut :

Kompetensi, adalah “Suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan, serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut”. (Wibowo, 2011:324). Kompetensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran meliputi kegiatan merencanakan, menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.

Widyaiswara, menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional


(31)

Widyaiswara dan Angka Kreditnya menyebutkan bahwa, “Widyaiswara adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk mendidik, mengajar dan/atau melatih PNS pada

Lembaga Diklat Pemerintah”. Widyaiswara yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah pegawai fungsional widyaiswara yang melaksanakan pengelolaan pembelajaran di lembaga diklat.

Pengelolaan Pembelajaran, merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (Majid, 2011:111). Pengelolaan pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengelolaan pembelajaran orang dewasa yang dilakukan oleh widyaiswara dalam mendidik, mengajar dan melatih peserta diklat meliputi perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, dan pengevaluasian pembelajaran.

D. Instrumen Penelitian

Nilai kepercayaan suatu penelitian terletak pada hasil penelitian yang diperoleh secara valid dan reliabel dan ini sangat tergantung pada kualitas data yang diperoleh dari sumber data yang tepat melalui pengungkapan (instrumen) yang berkualitas. (Djam‟an Satori dan Aan Komariah, 2011:61).

Djam‟an Satori, (2007:9) mengemukakan bahwa “Instrument

penelitian merupakan tumpahan teori dan pengetahuan yang dimiliki si peneliti mengenai fenomena yang diharapkan mampu mengungkap informasi-informasi penting dari fenomena yang diteliti”.


(32)

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan orang yang membuka kunci, menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat, tertib dan leluasa, dan bahkan ada yang menyebutnya sebagai key instrument. (Djam‟an Satori dan Aan Komariah, 2011:61).

Djam‟an Satori, (2007 : 10) mengatakan bahwa :

Kategori instrument yang baik dalam penelitian kualitatif adalah instrument yang memiliki pemahaman yang baik akan metodologi penelitian, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun secara logistiknya.

Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti sebagai instrumen mempunyai peran yang sangat penting, semakin luas penguasaan peneliti terhadap teori serta semakin luas wawasan peneliti maka semakin banyak informasi yang dihasilkan. Peneliti sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan dari temuan di lapangan. (Sugiyono, 2010:306).

Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Nasution, (1988) yang dikutip oleh Sugiyono, (2010:306-307) menyatakan bahwa :

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian hipotesa yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang


(33)

serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya. Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Menurut Nasution, (1988) dalam Sugiyono, (2010:307-308) peneliti sebagai instrumen peneliti serasi dengan penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian

2) Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus 3) Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen

berupa teks atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia

4) Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita

5) Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika

6) Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan

7) Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain dari pada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.


(34)

Gambaran Pengumpulan Data Penelitian

No

Fokus Sub Fokus Data yang diperlukan Jenis Data

Teknik Pengumpulan

Data

Sumber Data

1. Gambaran Kompetensi

Widyaiswara dalam

Pengelolaan Pembelajaran

a. Membuat Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)/Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat (RBPMD) dan Satuan Acara Pembelajaran (SAP)/Rencana Pembelajaran (RP).

a. Langkah-langkah dalam pembuatan GBPP dan SAP/RP.

b. Kendala-kendala yang dihadapi.

a. Data Primer dan Sekunder b. Data Primer

a. Wawancara b. Dokumentasi

a.Koordinator Widyaiswara b.Widyaiswara c. Contoh GBPP

dan SAP/RP b. Menyusun Bahan Ajar. a. Aspek yang penting

dalam penyusunan bahan ajar.

a. Data Primer dan Sekunder b. Data Primer

a. Wawancara b. Dokumentasi

a. Koordinator Widyaiswara b. Contoh Modul,

Handout, dan Power Point. c. Menerapkan Pembelajaran Orang

Dewasa.

a. Strategi dalam menerapkan

pembelajaran orang dewasa.

b. Strategi dalam

a. Data Primer b. Data Primer c. Data Primer

a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi a. Widyaiswara b. Koordinator Widyaiswara


(35)

menerapkan.

pembelajaran orang dewasa dan mengelola kelas.

d. Melakukan Komunikasi yang Efektif dengan Peserta.

a. Interaksi dalam pembelajaran.

b. Kendala-kendala yang dihadapi.

a. Data Primer b. Data Primer

a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi a. Koordinator Widyaiswara b. Widyaiswara c. Peserta Diklat e. Memotivasi Semangat Belajar

Peserta.

a. Strategi dalam memotivasi semangat belajar peserta.

b. Kendala-kendala yang dihadapi.

a. Data Primer dan Sekunder b. Data Primer

a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi a.Koordinator Widyaiswara b.Widyaiswara c.Peserta Diklat f. Mengevaluasi Pembelajaran. a. Teknik Evaluasi.

b. Daya serap peserta diklat

a. Data Primer dan Sekunder b. Data Primer

a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi a. Koordinator Widyaiswara b. Widyaiswara c. Peserta Diklat


(36)

Pengembangan

Kompetensi Widyaiswara

dalam Pengelolaan

Pembelajaran

widyaiswara.

b. Intensitas dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan.

c. Manfaat pendidikan dan pelatihan.

b. Data Primer

c. Data Primer

Widyaiswara b. Widyaiswara

b.Proses pembinaan dan pengembangan oleh lembaga.

a. Upaya yang dilakukan

lembaga dalam

pembinaan dan

pengembangan WI

a. Data Primer a. Wawancara a. Koordinator Widyaiswara b. Widyaiswara c. Kepegawaian

3. Faktor-faktor Strategis

yang Mempengaruhi

Kompetensi Widyaiswara

dalam Pengelolaan

Pembelajaran.

a. Faktor Penunjang Internal. a. Faktor-faktor penunjang internal kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan

pembelajaran.

a. Data Primer a. Wawancara a. Koordinator Widyaiswara b. Widyaiswara c. Faktor Penunjang Eksternal. a. Faktor-faktor penunjang

eksternal kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan

pembelajaran.

a. Data Primer a. Wawancara b. Observasi

a. Koordinator Widyaiswara b. Widyaiswara d. Faktor Penghambat Internal. a. Faktor-faktor

penghambat internal kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran.

b. Data Primer a. Wawancara a. Koordinator Widyaiswara b. Widyaiswara


(37)

kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran.

Widyaiswara b. Widyaiswara

4. Upaya Pemecahan

Masalah-masalah yang di hadapi Oleh Widyaiswara

dalam Mengalola

Pembelajaran.

a. Kemampuan dalam Memecahkan Masalah.

a. Strategi dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

a. Data Primer b. Wawancara a. Koordinator Widyaiswara b. Widyaiswara


(38)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu hal yang paling utama dalam sebuah penelitian, hal ini karena tujuan utama dari sebuah penelitian adalah untuk memperoleh data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Ketepatan pemilihan teknik pengumpulan data akan berpengaruh pada data yang dihasilkan. Terdapat berbagai macam teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, menurut Sugiyono, (2010:309) “Secara umum terdapat empat macam teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi”. Lebih lanjut ditunjukan pada gambar berikut :

Gambar 3.2

Macam-macam Teknik Pengumpulan Data (Sugiyono, 2010:309)

Macam-macam teknik pengumpulan data

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Triangulasi / Gabungan


(39)

1. Observasi

Observasi dalam Kamus besar Bahasa Indonesia berarti pengamatan atau peninjauan secara cermat. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti untuk melihat/terjun langsung ke lapangan. Senada dengan Djam‟an Satori dan Aan Komariah, (2011:104) yang mengatakan bahwa :

Metode pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan.

Observasi memberi peluang pada peneliti untuk menggali data perilaku subjek secara luas, mampu menangkap berbagai macam interaksi, dan secara terbuka mengeksplorasi topik penelitiannya. Dengan pengamatan langsung, peneliti bisa mengembangkan satu perspektif menyeluruh mengenai pemahaman satu konteks yang sedang diteliti. Observasi (Observation) atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang paling utama dalam penelitian kualitatif. Melalui observasi langsung peneliti dapat memperoleh data yang diharapkan, tetapi peneliti harus dilatih terlebih dahulu sebelum melakukan observasi sehingga akan menghasilkan data yang baik.

Alwasilah C, (2003) dalam Djam‟an Satori dan Aan Komariah, (2011:107) menjelaskan perlunya observasi dalam penelitian kualitatif, yaitu :

1) Perilaku responden secara alami sesungguhnya adalah manifestasi kode dan aturan dalam suatu budaya, bukan sekedar rutinitas kultural. Ini cenderung dianggap biasa-biasa saja terutama oleh anggota masyarakatnya sendiri. Mereka baru sadar akan kode dan


(40)

aturan itu manakala dihadapkan pada peneliti dari luar budayanya sendiri.

2) Tugas peneliti kualitatif adalah mengeksplisitkan aturan dan kode itu sesuai dengan konteks keterjadian tingkah laku dalam persepsi emik ara responden.

3) Budaya adalah pengetahuan dan pengalaman kolektif para anggotanya. Untuk berfungsi maksimal dalam suatu budaya, setiap anggota masyarakat harus mempraktikan rutinitas budayanya sesuai dengan aturan-aturan tadi. Misalnya dalam budaya akademik Amerika, rutinitas itu antara lain empat hal, yaitu : presentasi di depan kelas, diskusi kelompok, partisipasi kelas, dan berkonsultasi.

Sanafiah Faisal, (1990) dalam (Sugiyono, 2010:310) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak terstruktur (unstructured observation). Selanjutnya Spradley, (1988) dalam (Sugiyono, 2010:310) membagi observasi berpastisipasi menjadi empat, yaitu : passive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation. Untuk memudahkan pemahaman tentang bermacam-macam observasi, maka dapat digambarkan seperti gambar berikut :

Gambar 3.3 Macam-macam observasi Observasi Partisipatif Observasi terus terang dan tersamar Observasi tak terstruktur Observasi yang pasif Observasi yang moderat Observasi yang aktif Observasi yang lengkap


(41)

1) Observasi Partisipatif

Dalam observasi ini, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya.

Susan Stainback, (1988) dalam (Sugiyono, 2010:311) menyatakan “In participant observation, the researcher observes what

people do, listent to what they say, and participates in their activities”

dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Beberapa jenis observasi partisipatif adalah : a) Partisipasi pasif (passive participation) : means the research is

present at the scene of action but does not interact or participate. Jadi dalam hal ini peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

b) Partisipasi moderat (moderate participation) : means that the researcher maintains a balance between being insider and being outsider. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut obseservasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.


(42)

c) Partisipasi aktif (active participation) : means that the researcher generally does what others in the setting do. Dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.

d) Partisipasi lengkap (complete participation) : means researcher is a natural participant. This is the highest level of involvement. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.

2) Observasi Terus Terang atau Tersamar

Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi. 3) Observasi Tak Berstruktur

Observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur, karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi akan


(43)

berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan penelitian tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

Menurut Spradley, (1980) dalam (Sugiyono, 2010:315) tahapan observasi terdiri dari 1) observasi deskriptif, 2) observasi terfokus, dan 3) observasi terseleksi yang ditunjukan seperti gambar berikut :

1 2 3

TAHAP DESKRIPSI Memasuki situasi sosial : ada tempat, actor, dan aktivitas.

TAHAP REDUKSI Menentukan focus : memilih diantara yang

telah dideskripsikan

TAHAP SELEKSI Mengurai focus : menjadi komponen

yang lebih rinci

Gambar 3.4

Tahap Observasi, (Sugiyono, 2010:316)

1) Observasi deskriptif

Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai obyek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan penjelajahan umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data direkam, oleh karena itu hasil dari observasi ini disimpulkan dalam keadaan


(44)

yang belum tertata. Observasi tahap ini sering disebut sebagai grand tour observation, dan peneliti menghasilkan kesimpulan pertama. Bila dilihat dari segi analisis maka peneliti melakukan analisis domain, sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui. 2) Observasi terfokus

Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertantu. Observasi ini juga dinamakan observasi terfokus, karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus.

3) Observasi terseleksi

Pada tahap observasi ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus, maka pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, kontras-kontras/perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain. Pada tahap ini diharapkan peneliti telah dapat menemukan pemahaman yang mendalam atau hipotesis. Menurut Spradley, (Sugiyono, 2010:317), observasi terseleksi ini masih dinamakan mini tour observation.

2. Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti dan responden penelitian. Tanya jawab yang dilakukan bertujuan untuk


(45)

mengambil keterangan, informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui proses komunikasi secara langsung dengan sumber-sumber data. Komunikasi yang dilakukan dalam bentuk dialog secara lisan atau sering disebut metode tanya jawab dengan sumber data penelitian. Menurut Djam‟an Satori dan Aan Komariah, (2011:130) mengemukakan bahwa :

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistic dan jelas dari informan.

Esternberg, (2002) dalam (Sugiyono, 2010: 319) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu :

1) Wawancara Terstruktur (Structured Interview)

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengtahui dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.


(46)

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, di mana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.

3) Wawancara Tidak Berstruktur (Unstructured Interview)

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan salah satu cara dalam mengumpulkan data penelitian secara tidak langsung, artinya data didapatkan melalui dokumen-dokumen pendukung yang berhubungan dengan data yang akan diteliti. Menurut Djam‟an Satori dan Aan Komariah, (2011:148) yang dimaksud dengan dokumen adalah, “Catatan kejadian yang sudah lampau yang dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan dan karya bentuk”. Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan


(47)

penelitian lalu ditelaah secara seksama sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.

Dengan teknik dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi mereka memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni dan karya pikir. Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas tinggi. Sebagai contoh banyak foto-foto yang tidak mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu. Demikian juga autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri, sehingga subyektif.

4. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi


(48)

sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

Dalam triangulasi, Susan Stainback, (1988) dalam (Sugiyono, 2010: 330) menyatakan bahwa “the aim is not to determine the truth about some

social phenomenon, rather the purpose of triangulation is to increase one’s

understanding of what ever is being investigated”. Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.

Gambar. 3.5

Triangulasi “teknik” pengumpulan data (bermacam-macam cara

pada sumber yang sama), (Sugiyono, 2010:331).

Gambar. 3.6 Observasi

Partisipatif

Wawancara mendalam

Dokumentasi

Sumber data

Wawancara mendalam

A

B


(49)

Triangulasi “sumber” pengumpulan data (satu teknik pengumpulan data pada bermacam-macam sumber data A, B, C)

(Sugiyono, 2010:331)

Selanjutnya Mathinson, (1988) dalam Sugiyono, (2010:332) mengemukakan bahwa “the value of triangulation lies in providing evidence

–whether convergent, inconsistent, or contradictory”. Nilai dari teknik pengumpulan data dengan trianggulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontrakdiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik trianggulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Melalui triangualsi “can build on the strengths of each type of data collection while minimazing the weakness in any single approach” (Patton, 1980 dalam Sugiyono, 2010:332). Dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.

F. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu tahap yang penting dan menentukan. Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan, (Sugiyono, 2010:334) menyatakan bahwa :

Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what your own understanding of them and enble you to present what you have discovered to other.


(50)

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Analsisi data dalam penelitian kualitatif dilakukan dari mulai sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Sebagaimana diungkapkan Nasution (1998) dalam (Sugiyono, 2010:336) bahwa “Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, display data, dan kesimpulan/verifikasi. Sama halnya dengan model Miles and Huberman yang mengatakan bahwa, “aktivitas dalam analisis data kualitatif meliputi data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification”.

1. Data Reduction (Reduksi data)

Reduksi data merupakan langkah penulisan data yang diperoleh dari lapangan kedalam bentuk uraian atau laporan yang rinci. Selanjutnya data dirangku, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal penting, diberi susunan yang lebih sistematis sehingga memudahkan peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh jika diperlukan, selain itu data dipilah-pilah lagi,


(51)

dan data yang tidak relevan dengan aspek yang diteliti tidak digunakan. Dalam mereduksi data adalah jika menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, serta belum memiliki pola. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keluasan, dan kedalaman wawasan yang tinggi.

2. Data Display (Penyajian Data)

Langkah selanjutnya setelah direduksi, adalah mendisplaykan atau menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif bentuk penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman, (1984) dalam (Sugiyono, 2010:341) menyatakan “the most frequent from of display for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. “looking at display help us to understand what is happening and to do some thing-futher analysis or caution on that understanding” Miles and Huberman, (1984) dalam (Sugiyono, 2010:341). Selain dengan teks yang naratif, display data juga dapat disajikan dalam bentuk grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.


(52)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang dibuat oleh peneliti apabila didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab fokus penelitian yang telah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan fokus penelitian dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada dilapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

G. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian sering hanya ditekankan pada uji valididtas dan reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia,


(53)

dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya.

Dalam penelitian kualitatif, kriteria utama terhadap data hasil penelitian adalah valid, reliabel, dan obyektif. Sugiono, (2010:266) menyebutkan bahwa, “Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi: Uji credibility (Validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (objektivitas)”. Hal ini dapat terlihat dalam gambar berikut ini:

Gambar 3.7

Uji Keabsahan Data (Sugiyono, 2010:367)

1. Kredibilitas (Validitas Internal)

Menurut Sugiyono, (2010: 368) „uji kredibilitas merupakan proses menguji keabsahan melalui perpanjangan proses pengamatan, peningkatan

Uji Kredibilitas Data

Uji Transferability

Uji Dependability

Uji Konfirmability Uji Keabsahan


(54)

kasus negatif dan member check’. Dalam penelitian ini uji kredibilitas dilakukan menggunakan member check, yang ditujukan untuk menguji kecocokan antara konsep penelitian dengan responden untuk data penelitian. Proses member check ini dilakukan dengan merangkum data hasil eksplorasi, kemudian dilaporkan kembali pada subjek penelitian yang menjadi sumber informasi. Tujuannya ialah untuk menghilangkan persepsi yang berbeda-beda atas data-data yang diperoleh dalam proses penelitian.

2.

Transferabilitas (Validitas Eksternal)

Menurut Sugiyono, (2010:376-377) mengemukakan bahwa :

Uji transferabilitas menunjukkan derajat ketepatan atau dapat tidaknya diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Oleh karena itu, supaya hasil penelitian ini dapat diterapkan pada konteks dan situasi lain, maka perlu dibuatnya laporan yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.

Cara uji transferabilitas ini, bertujuan untuk mengukur sejauh mana hasil penelitian tentang Kompetensi Widyaiswara dalam Pengelolaan Pembelajaran di PPPPTK IPA Bandung. Hal ini dilakukan melalui analisis reflektif terhadap makna-makna esensial dan temuan-temuan penelitian, yang didalamnya terdapat komponen pada hasil penelitian tersebut.

3. Dependabilitas (Reliabilitas)

Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reliabilitas. Suatu penelitian yang reliable adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian.


(55)

Cara ini dilakukan untuk memperoleh keyakinan terhadap data penelitian yang diperoleh pada saat tahap eksplorasi yang berkaitan dengan Kompetensi Widyaiswara dalam Pengelolaan Pembelajaran di PPPPTK IPA Bandung. Proses ini dilakukan melalui beberapa cara, yaitu: memperluas harapan awal penelitian, memfokuskan penelitian dengan cara melihat sumber data lain, membuat kutipan ekstensif yang berasal dari catatan lapangan dan hasil wawancara, menggunakan data penelitian lainnya sebagai sumber pengecekan, serta melaporkan proses pengumpulan data tersebut selama penelitian.

4. Konfirmabilitas (Objektivitas)

Pengujian komfirmabilitas dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji komfirmabilitas mirip dengan uji dependabilitas, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji komfarmibilitas berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar komfirmabilitas.


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan dari temuan-temuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka berikut ini disajikan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan.

1. Kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran merupakan salah satu dari empat standar kompetensi yang wajib dimiliki oleh setiap widyaiswara. Kompetensi pengelolaan pembelajaran sangat berkontribusi menunjang kinerja widyaiswara dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS di lembaga diklat pemerintah. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, serangkaian kegiatan widyaiswara dalam mengelola pembelajaran dimulai dari tahap perencanaan pembelajaran dengan kegiatan membuat GBPP dan SAP, serta menyusun bahan ajar. Tahap kegiatan pelaksanaan pembelajaran terdapat hal-hal penting yang harus diperhatikan seperti, kemampuan dalam menerapkan pembelajaran orang dewasa, kemampuan dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan peserta, dan kemampuan dalam memotivasi semangat belajar peserta. Tahap evaluasi pembelajaran terdapat kegiatan proses mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh widyaiswara dalam menentukan


(57)

tercapai atau tidaknya kompetensi peserta yang diharapkan. Penampilan widyaiswara dalam mengelola pembelajaran di Lembaga PPPPTK IPA menunjukan kinerja yang baik. Hal ini ditandai dengan kegiatan pelaksanaan diklat yang dilangsungkan rata-rata menunjukan hasil yang memuaskan baik dari segi penilaian penampilan widyaiswara secara keseluruhan dalam mengelola pembelajaran maupun dari penilaian kemampuan dan hasil atau produk diklat yang dibuat oleh peserta. Akan tetapi bukan berarti tidak terdapat kendala yang dihadapi oleh widyaiswara, beberapa masalah yang muncul seperti dilihat dari segi perencanaan pembelajaran ketika pembuatan dan realisasi GBPP dan SAP belum sepenuhnya optimal. Hal ini disebabkan karena proses analisis kebutuhan peserta tidak menggambarkan sepenuhnya tentang kompetensi peserta yang dibutuhkan, sehingga berdampak kepada pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya dan belum optimalnya pemenuhan kompetensi yang dibutuhkan peserta. Permasalahan lain adalah ketika widyaiswara dihadapkan dengan peserta yang rata-rata dari segi usia, pangkat, dan golongan setingkat atau jauh lebih tinggi dari dirinya menyebabkan penampilan widyaiswara dalam mengajar di kelas belum menunjukan penampilan yang maksimal ditandai adanya rasa kurang percaya diri dalam menghadapi peserta. Selain itu, diklat teknis untuk pengelolaan pembelajaran belum secara khusus dilaksanakan untuk widyaiswara.


(58)

2. Pembinaan dan pengembangan kompetensi widyaiswara memiliki peranan penting dalam meningkatkan kinerja widyaiswara dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, kontribusi lembaga baik itu pihak internal maupun eksternal mempunyai kedudukan strategis untuk membina dan mengembangkan kompetensi widyaiswara melalui berbagai kegiatan positif seperti, In House Training, diklat Training Of Trainer untuk widyaiswara, seminar, memberikan kesempatan kepada widyaiswara untuk melanjutkan studi di pendidikan formal dan lain-lain. Faktanya, kegiatan tersebut belum berjalan secara optimal, hal ini dikarenakan keterbatasan pihak lembaga baik itu dari lembaga internal PPPPTK IPA maupun lembaga eksternal yang mempunyai wewenang untuk membina dan mengembangkan kompetensi widyaiswara. Kondisi ini berdampak kepada pemerataan kesempatan bagi widyaiswara dalam mengikuti kegiatan pembinaan dan pengembangan kompetensi widyaiswara.

3. Kompetensi widyaiswara dalam pengelolaan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik itu faktor yang dapat menunjang maupun faktor yang dapat menghambat kinerja widyaiswara dalam mengajar. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor strategis tersebut dibagi ke dalam beberapa kategori seperti faktor penunjang internal terdapat lima hal yang mempengaruhi antara lain adalah : 1) motivasi diri, 2) pengalaman, 3) pengetahuan, 4) karakteristik pribadi, dan 5) latar belakang pendidikan. Dari segi faktor penunjang


(1)

penerapan kegiatan-kegiatan ice breaking, dan 5) Diklat tentang pembuatan karya tulis ilmiah.

4. Kepada peneliti selanjutnya dalam hal ini peneliti merasa belum sempurna pada apa yang diperoleh dari hasil penelitian. Masih ada beberapa hal yang belum sempat diteliti lebih dalam terutama dalam hal mengoptimalkan pembinaan dan pengembangan kompetensi widyaiswara khususnya dalam mengelola pembelajaran. Oleh karena itu diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menggugah minat bagi peneliti selanjutnya, sehingga penelitian yang sudah ada menjadi lebih sempurna dan bermanfaat untuk peningkatan kinerja widyaiswara.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : PT Remaja Rosdakarya. Atmodiwirio, Soebagio. (2005). Manajemen Pelatihan. Jakarta : PT Ardadizya

Jaya.

Danim, Sudarwan. (2010). Inovasi Pendidikan (Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan). Bandung : Pustaka Setia.

Depdikbud, (1994). Pedoman Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud.

Fauzi, Ikka Kartika. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung. Alfabeta.

Gomes, Faustino Cardoso. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Andi Offset.

Hamalik, Oemar. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara. Hasibuan, H. Malayu S.P. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :

Bumi Aksara.

Komariah, Aan. dan Satori, Djam’an. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Majid, Abdul. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sedamaryanti. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung : PT Refika Aditama. Satori, Djam’an. (2007). Metode Penelitian Kualitatif (mata kuliah analisis


(3)

Sopiatin, Popi. (2007). Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan siswa. Bogor : Ghalia Indonesia.

Sudjana. (2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan (Teori dan Aplikasi). Bandung : Falah Production.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Prihadi, Syaiful F. (2004). Assessment Centre. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2010). Pengelolaan Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia : Jurusan Administrasi Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung. UPI Press.

Uno, Hamzah B. (2010). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara. Usman, Moh. Uzer. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Wibowo. (2011). Manajemen Kinerja. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.

2. Selain Jurnal dan Buku a. Skripsi

Anggraeni, Susi Rezi. (2012). Studi Deskriptif Tentang Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran Widyaiswara di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Geologi Bandung. Skripsi pada Jurusan Teknologi Pendidikan FIP UPI: Tidak Diterbitkan.


(4)

Juniati, Shella Pratiwi. (2010). Pengaruh Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran Widyaiswara Terhadap Efektifitas Pembelajaran di PPPPTK TK dan PLB. Skripsi Pada Jurusan Adpend FIP UPI : Tidak Diterbitkan.

Nuralam, Bayu. (2010). Pengaruh manajemen pembelajaran terhadap prestasi peserta didik Di SMP N 52 Bandung. Skripsi Pada Jurusan Adpend FIP UPI : Tidak Diterbitkan.

3. Sumber dari Internet

Ardiansyah, Asrori. (2011). Pengertian Manajemen Pembelajaran. (Online). Tersedia : http://www.asrori.com/2011/05/artikel-pembelajaran-pengertian.html. (Juni 2012).

Asmin, (...). Konsep Dan Metode Pembelajaran Untuk Orang Dewasa (Andragogi). (Online). Tersedia : http:// Psikologinet.com. (Juni 2012). Djuanda, M. (2009). “ Peningkatan Kompetensi Widyaiswara Teknis Melalui

Lesson Study”. 3, 20-23. (Online). Tersedia : http// bdkjakarta.kemenag.go.id (Maret 2012).

Istiqomah, Nur Euis. (2009). Persamaan dan Perbedaan Pembelajaran dan

Pengajaran. (Online). Tersedia

:http://secarikcatatansangpenyairkecil.blogspot.com/2011/05/persamaan-dan-perbedaan-pembelajaran.html (Juni 2012).

Jacub, Djuhernaidi. (2011). Perencanaan dan Pengelolaan Pembelajaran. (Online). Tersedia : http://juhernaidy.blogspot.com/2011/07/perencanaan-dan-pengelolaan.html. (Juni 2012).

Jauhari, Nurudin. (2007). Ice Breaking. (Online). Tersedia :http://trainingoutbound.blogdetik.com/ (Oktober 2012).

Karyana, Adang S. (...). Pengembangan Profesionalisme Widyaiswara Pasca Permenpan Nomor 14 Tahun 2009. (online). Tersedia : http://arsury.blogspot.com. (Maret 2012).


(5)

Malik, Halim. (2011). Teori Belajar Andragogi dan Penerapannya. (Online). Tersedia : http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/23/teori-belajar-andragogi-dan-penerapannya/. (Juni 2012).

Mustikasari, Ardiani. (2009). Pembelajaran Orang Dewasa. (Online). Tersedia : http://edu-articles.com/pembelajaran-orang-dewasa/. (Juni 2012).

Parwiyanto, Herwan. (2009). Peran Strategis Manajemen Sumber Daya Manusia.

(Online). Tersedia :

http://herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id/files/2009/03/peran-strategis.doc. (9 juli 2012).

Roestiyah. (2011). Pengertian Metode Pembelajaran Brainstorming. (Online). Tersedia : http://www.farhan-bjm.web.id/2011/09/pengertian-metode-pembelajaran.html(Oktober 2012).

Suprayitno, Adi Riyanto. (2009). Mengembangkan Kompetensi Profesional

Widyaiswara. (online). Tersedia :

http://arsury.blogspot.com/2009/01/mengembangkan-kompetensi-profesional.html (Maret 2012).

4. Undang-undang

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 5 Tahun 2008 Tentang

Standar Kompetensi Widyaiswara.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 8 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Standar Nasional Pendidikan.


(6)