EFEKTIVITAS TEKNIK ROLE-PLAY UNTUK MENGEMBANGKAN SELF-ESTEEM PESERTA DIDIK : Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas X Negeri 15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

(1)

EFEKTIVITAS TEKNIK ROLE-PLAY UNTUK

MENGEMBANGKAN SELF-ESTEEM PESERTA DIDIK

(Studi Eksperimen Kuasi terhadap Peserta Didik Kelas X SMK Negeri

15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

Oleh NURAINI

1004674

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Prof. Dr. Uman Suherman AS, M. Pd NIP. 196206321986101001

Pembimbing II,

Dr. Ilfiandra, M.Pd NIP 197211241999031003

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd NIP 195206201980021001


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul: “Efektivitas Teknik

Role-Play untuk Mengembangkan Self-Esteem Peserta Didik (Studi Eksperimen Kuasi

pada Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013)” beserta isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2013 Pembuat Pernyataan,


(4)

Nuraini. (2013). Efektivitas Teknik Role-Play untuk Mengembangkan Self-Esteem Peserta Didik (Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas X Negeri 15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013). Pembimbing I: Prof. Dr. Uman Suherman AS, M. Pd, Pembimbing II: Dr. Ilfiandra, M.Pd.

Penelitian bertujuan menguji efektivitas teknik role-play dalam mengembangkan self-esteem peserta didik. Metode penelitian menggunakan eksperimen kuasi dengan desain penelitian

nonequivalent pretest-posttest control group design dan menggunakan pendekatan

kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan angket self-esteem. Partisipan penelitian berjumlah 14 orang (11 peserta didik laki-laki dan 3 perempuan) pada masing-masing kelompok eksperimen dan kontrol dengan menggunakan teknik simple random

sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) self-esteem peserta didik berada pada

kategori sedang; (2) rumusan program intervensi teknik role-play difokuskan untuk untuk mengembangkan self-esteem peserta didik yang berada pada kategori rendah dan memelihara aspek self-esteem lainnya; dan (3) teknik role-play yang diterapkan dalam rancangan program bimbingan kelompok secara spesifik efektif mengembangkan aspek self-esteem peserta didik, kecuali indikator Adanya keikutsertaan dalam kegiatan di lingkungan sekitar pada aspek Keberartian. Rekomendasi hasil penelitian ditujukan kepada guru Bimbingan dan Konseling, kepala sekolah, serta peneliti selanjutnya. Guru Bimbingan dan konseling mengembangkan

self-esteem peserta didik dengan membantu mereka untuk dapat: (1) menerima dan mencintai

diri sendiri; (2) mengevaluasi diri secara objektif (menyadari kelebihan dan kekurangan diri); (3) mengembangkan potensi yang dimiliki; serta (4) meningkatkan prestasi dan mengembangkan coping skill. Kepala sekolah dapat menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam optimalisasi kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling bagi peserta didik. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan teknik selain role-play seperti sosiodrama dan permainan simulasi, atau teknik lain yang dianggap cocok untuk mengembangkan self-esteem peserta didik, serta dapat menggunakan alat pengumpulan data selain angket untuk memperoleh data yang lebih mendalam.


(5)

Nuraini. (2013). The Effectiveness of Role-Play Technique to Improve Student’s Self-Esteem (Quasi-Experimental Study of Class 10th SMKN 15 Jakarta in Academic Year 2012/2013). Supervisor I: Prof. Dr. Uman Suherman AS, M. Pd, Supervisor II: Dr. Ilfiandra, M.Pd.

The study aims to examine the effectiveness of role-play techniques in improving student's self-esteem. The research method used a quasi experimental research with nonequivalent pretest-posttest control group design. Data was collected using a questionnaire of self-esteem. The participants of study were students of class 10th total of 14 participants (11 male students and 3 female students) in each experimental and control group with simple random sampling technique. The results are: (1) student’s self-esteem is in moderate category; (2) an intervention program of role-play techniques focused to improve student’s self-esteem who are in the low category and maintain other aspects of self-esteem; and (3) group guidance program through the use of role-play techniques is specifically effective to improving student's self-esteem, except the indicator There is participation in activities in the neighborhood in the Aspects of Significance. The recommendations are for school counselor, principals, and further research. School counselor helping students to improve their self-esteem by helping them to: (1) accept and love themselves; (2) objectively evaluate themselves (self-aware of their advantages and disadvantages); (3) develop their potential; and (4) improve performance and develop the coping skills. Principals can provide the necessary facilities and infrastructure to optimize the activities of guidance and counseling services for students. Further researchers can use other techniques beside of role-play technique such as sociodramatic and simulation games, or other techniques that are

considered suitable to improve student’s self-esteem, and be able to use data collection tool than questionnaires to obtain more in-depth data.


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ……….

ABSTRACT………

i ii

KATA PENGANTAR ………... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………. v

DAFTAR ISI ……….. viii

DAFTAR TABEL……….. x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… B. Identifikasi Masalah…………...……….. C. Tujuan Penelitian ……… D. Variabel Penelitian Definisi Operasional……… E. Manfaat Penelitian ……….. F. Asumsi Penelitian………. 1 10 10 11 14 15 BAB II PENGEMBANGAN SELF-ESTEEM PESERTA DIDIK MELALUI TEKNIK ROLE-PLAY A. Konsep Dasar Self-Esteem ……… 17

B. Teknik Role-Play untuk Mengembangkan Self-esteem Peserta Didik……… 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian ………. 60

B. Populasi dan Sampel ...……… 62

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………. 63

D. Pengembangan Instrumen Penelitian……… 66

E. Uji Coba Instrumen Penelitian ……… 69

F. Prosedur Pengolahan Data ……….. 71

G. Teknik Analisis Data ………... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Self-Esteem Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta ……… 75 B. Program Bimbingan Kelompok dengan Menggunakan


(7)

Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta ………….. C. Validitas Rasional Rumusan Program Bimbingan ……….. D. Implementasi Teknik Role-Play untuk Mengembangkan

Self-Esteem Peserta Didik SMK Negeri 15 Jakarta………..

E. Efektivitas Teknik Role-Play untuk Mengembangkan

Self-Esteem Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta ……

F. Keterbatasan Penelitian ……….

87 98 100 107 119 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ……… 120

B. Rekomendasi ………. 121

DAFTAR PUSTAKA ……….. 123


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengungkap Self-Esteem Peserta

didik……….. 67

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Item ……… 70

Tabel 3.3 Kategori Skor Self-Esteem Peserta didik ………. 72

Tabel 3.4 Pengekategorian Self-Esteem Peserta didik ………. 72

Tabel 4.1 Gambaran Umum Self-Esteem Peserta didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta Tahun ajaran 2012/2013 ……… 75

Tabel 4.2 Profil Self-Esteem Peserta didik tiap Aspek ………. 81

Tabel 4.3 Profil Self-Esteem Peserta didik Tiap Indikator ……… 84

Tabel 4.4 Hasil Penimbangan Pakar terhadap Program ……… 99

Tabel 4.5 Uji Normalitas ……… 107

Tabel 4.6 Uji Homogenitas ……… 108 Tabel 4.7

Tabel 4.8

Hasil Uji t Indenpenden Gain pada Kelompok Eksperimen dan

Kontrol ………...

Hasil Uji t Independen Gain tiap Indikator pada Kelompok

Eksperimen dan Kontrol ………

109


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat-surat Penelitian Lampiran 2 Instrumen Penelitian Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data

Lampiran 4 Program Intervensi Layanan BK, Satuan Layanan Kegiatan Bimbingan dan Konseling (SKLBK), Skenario Kegiatan

Role-Play, Format Kontrak/Komitmen Kelompok, dan Jurnal

Kegiatan Peserta didik


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Melalui pendidikan diharapkan peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sangat diperlukan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan bangsa. Dalam pendidikan tersebut, tugas seorang peserta didik adalah belajar. Menurut Gagne (Hariyanto, 2010), belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Menurut Hilgard (Hariyanto, 2010) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.

Proses belajar tidak selalu berhasil, hasil yang dicapai antara peserta didik yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar peserta didik. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya namun digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar peserta


(11)

didik yang datang dari luar dirinya, diantaranya yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat (Sumarno, 2011).

Faktor internal diartikan sebagai faktor penyebab kesulitan belajar peserta didik yang bersumber dari dalam dirinya. Faktor internal ini dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu: faktor psikologis dan faktor fisiologis. Jika diklasifikasikan secara konseptual faktor psikologis dapat digolongkan terdiri dari faktor intelektual dan faktor non-intelektual. Faktor-faktor intelektual yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik dapat berupa tingkat kecerdasan intelektual (yang populer dikenal dengan sebutan IQ) dan bakat. Sedangkan faktor non-intelektual yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar peserta didik yang bersumber dari beberapa sifat kepribadian yang terdiri dari: (a) sikap terhadap belajar; (b) motivasi belajar. Motivasi dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi peserta didik untuk mendaya gunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi yang ada diluar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar; (c) mengelola bahan belajar yang dapat diartikan sebagai proses berpikir seseorang untuk mengolah informasi yang diterima sehingga menjadi bermakna; (d) konsentrasi belajar yang merupakan salah aspek psikologis yang sering kali tidak begitu mudah untuk diketahui oleh orang lain selain diri individu yang sedang belajar. Kesulitan berkonsentrasi merupakan indikator adanya masalah belajar yang dihadapi peserta didik, karena hal itu akan menjadi kendala didalam mencapai hasil belajar yang diharapkan; (e) rasa percaya diri yang merupakan salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktifitas fisik dan mental dalam


(12)

proses pembelajaran; (f) kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktifitas belajar yang dilakukannya (Sumarno, 2011).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa faktor non-intelektual sangat mempengaruhi proses belajar peserta didik. Salah satu diantara beberapa faktor internal yang mempengaruhi belajar peserta didik adalah rasa percaya diri peserta didik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sulaeman (2011), rasa percaya diri yang positif didorong oleh kondisi rasa penghargaan terhadap diri, baik melalui pandangan personal maupun pandangan lingkungan terhadap diri individu yang bersangkutan. Self-esteem menunjukkan peran yang signifikan dalam optimalisasi keunikan diri individu. Keunikan individu, atau peserta didik dalam konteks pendidikan, dapat didorong dengan cara meningkatkan self-esteem yang bersangkutan. Tidak mungkin seseorang akan tumbuh dengan segala keunikannya bila dirinya tidak percaya diri dan merasa tidak berharga. Apabila kondisi tersebut terjadi, maka yang muncul adalah perasaan rendah diri.

Self-esteem juga memengaruhi motivasi belajar peserta didik. Menurut

penelitian Sulistiyowati (2008) harga diri merupakan aspek kepribadian yang pada dasarnya dapat berkembang. Kurangnya harga diri pada peserta didik dapat mengakibatkan masalah akademik, olahraga, dan penampilan sosial. Selain itu dapat menimbulkan gangguan pula pada proses berfikir dalam konsentrasi belajar, dan berinteraksi dengan orang lain terutama yang masih mengikuti pendidikan sehingga berpengaruh terhadap motivasi belajar karena motivasi di


(13)

dalam pendidikan sangat berperan dalam keberhasilan mencapai tujuan. Nilai harga diri seseorang apabila turun atau rendah, akan diikuti motivasi belajar yang rendah pula.

Self-esteem juga memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar peserta

didik. Menurut penelitian Tresia (Sulistiyowati, 2008) menunjukkan adanya pengaruh antara harga diri dengan prestasi belajar dimana setiap rata-rata peningkatan atau penurunan harga diri menyebabkan peningkatan atau penurunan prestasi belajar.

Self-esteem memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan seorang

individu. Self-esteem adalah opini seseorang terhadap dirinya sendiri yang realistis dan apresiatif. Realistis berarti individu dapat secara jujur dan akurat menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta segalanya yang berada diantaranya. Apresiatif mewakili kemampuan individu memiliki perasaan yang baik terhadap keseluruhan orang yang ia lihat tersebut (Schiraldi, 2007: 3).

Schiraldi (2007: 2) mengatakan bahwa individu dengan self-esteem yang tinggi memiliki banyak keuntungan. Self-esteem berhubungan erat dengan kebahagiaan, resiliensi psikologis, dan motivasi untuk hidup sehat dan produktif.

Self-esteem yang rendah dapat merujuk pada pengalaman depresi, kecemasan,

masalah emosi, penyakit kronis, immunosuppression, dan macam-macam gejala fisik dan psikologis yang menyusahkan. Rosenberg (2007) menyatakan bahwa tidak ada yang dapat lebih membuat stres daripada pengalaman kurangnya rasa aman yang mendasar dari rasa penghargaan diri. Jadi harga diri penting bagi


(14)

kesehatan, kemampuan mengatasi masalah, kemampuan bertahan hidup, dan kesejahteraan individu.

Self-esteem yang tinggi atau rendah akan mempengaruhi kepribadian

seseorang. Berdasarkan penelitian Robins, et al. (2001) yang bertajuk Personality

Correlates of Self-Esteem, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self-esteem dengan lima dimensi besar kepribadian yaitu usia, jenis kelamin, kelas

sosial, etnis dan kewarganegaraan. Memahami hubungan antara harga diri dan kepribadian penting karena beberapa alasan. Pertama, melekatkan harga diri dalam kerangka lima besar dimensi kepribadian akan menghubungkan pada semua konstruksi psikologis lainnya dan hasil yang telah dikaitkan dengan lima besar dimensi kepribadian. Kedua, harga diri dan kepribadian cenderung berbagi akar perkembangan yang umum, dan memeriksa korelasi kepribadian dengan harga diri di seluruh rentang kehidupan memungkinkan untuk memberikan wawasan kedalam harga diri dan perkembangannya. Ketiga, dengan tambahan berdasar pada etiologi umum, harga diri dan kepribadian secara langsung mempengaruhi satu sama lain.

Pada peserta didik yang memiliki self-esteem negatif sering muncul perilaku negatif. Berawal dari perasaan tidak mampu dan berharga, mereka mengkompensasikannya dengan tindakan lain yang seolah-olah membuat ia lebih berharga. Misalnya, dengan mencari pengakuan dan perhatian dari teman-temannya. Berawal dari hal tersebut kemudian dapat muncul penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau tawuran (Sulaeman, 2011). Menurut Harter (1993) dalam Baccus, et al. (2004), harga diri yang rendah berimplikasi pada sejumlah


(15)

fenomena sosial yang konsekuensial, termasuk penyalahgunaan narkoba, permusuhan dan disfungsi hubungan.

Gejala-gejala peserta didik yang menunjukkan kecenderungan self-esteem negatif terjadi di hampir semua jenjang pendidikan, dari sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi, tidak terkecuali dengan peserta didik sekolah menengah kejuruan (SMK) yang seyogyanya merupakan pemasok utama tenaga kerja tingkat menengah.

Pada kenyataannya, peserta didik SMK seringkali kurang diperhitungkan oleh masyarakat karena ketidakmampuannya untuk bekerja setelah lulus dan banyaknya dari para lulusan tersebut yang tidak meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Banyak diantara lulusan SMK yang mengalami kegagalan dalam hal mempersiapkan mental dan kepribadiannya ketika memasuki dunia kerja. Bahkan di beberapa daerah tidak sedikit dari pandangan masyarakat yang menomorduakan pendidikan kejuruan dan menganggap bahwa peserta didik yang masuk SMK adalah „siswa buangan‟ yang tidak lulus pada seleksi masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) (Kompas, 2008). Padahal pendidikan kejuruan tidak sama dengan pendidikan umum. Pendidikan di SMK memiliki ciri tertentu yang berbeda dengan pola pendidikan di SMA, dimana peserta didik lulusan SMK harus memiliki kelebihan dalam penguasaan kompetensi kerja. Ironisnya, hal ini juga yang kemudian menambah pandangan negatif masyarakat terhadap pendidikan kejuruan manakala peserta didik lulusan SMK menjadi pengangguran dan tidak produktif (Suara Merdeka Cyber News, 2006).


(16)

Gejala yang ditunjukkan oleh peserta didik SMK akan menghambat tujuan pendidikan yang telah dicanangkan baik di tingkat nasional maupun di tingkat satuan sekolah. Dalam hal ini termasuk pula tujuan-tujuan pendidikan yang didistribusikan ke dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Isi bagi pencapaian tujuan bimbingan konseling yang dimaksud adalah Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik. Disebutkan bahwa dalam masalah pengembangan diri, peserta didik khususnya di SMK diharapkan mampu: (a) mempelajari keunikan diri dalam konteks kehidupan sosial; (b) menerima keunikan diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya; dan (c) menampilkan keunikan diri secara harmonis dalam keragaman. Di samping itu, dikaitkan dengan kesadaran gender, peserta didik SMK pun diharapkan mampu berkolaborasi secara harmonis dengan lain jenis dalam keragaman peran (Pendidikan Teknologi Vokasi, 2007). Salah satu faktor yang menunjang Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik adalah self-esteem. Oleh karena itu peserta didik SMK diharapkan memiliki self-esteem yang tinggi dan positif sehingga dapat mengoptimalkan diri untuk menuju kemandirian yang berkompetensi dan siap terjun ke dunia kerja.

Berdasarkan studi pendahuluan di SMK Negeri 15 Jakarta, kondisi

self-esteem peserta didik khususnya di Kelas X cenderung rendah. Fenomena ini

mengkhawatirkan karena sebagai peserta didik SMK, mereka diharapkan dapat mengembangkan dirinya sebaik mungkin dalam rangka mempersiapkan diri untuk dapat segera memasuki dunia kerja setelah lulus dari sekolah. Kelas X diharapkan dapat mempersiapkan dirinya sebaik mungkin sebelum mereka mengikuti


(17)

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada kelas XI, yaitu mengikuti kegiatan Pengalaman Kerja Lapangan (PKL) di perusahaan-perusahaan sebagai bekal pengalaman kerja mereka sebelum mereka benar-benar memasuki dunia kerja setelah lulus SMK. Self-esteem yang cenderung rendah akan merugikan mereka saat memasuki dunia kerja nantinya, karena akan mengurangi kemampuan mereka dalam bersaing dengan calon pekerja lainnya. Oleh sebab itulah, siswa SMK Negeri 15 Jakarta khususnya Kelas X perlu untuk mengembangkan self-esteem yang mereka miliki.

Salah satu upaya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan

self-esteemnya adalah dengan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bimbingan

dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Pemetaan layanan Bimbingan dan Konseling dalam jalur pendidikan formal terdiri dari tiga bidang, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikuler, dan bidang pembinaan peserta didik atau bimbingan dan konseling (Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling, 2008).

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan, maka diperlukan upaya dari pihak sekolah untuk diadakan pelaksanaan bimbingan guna membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya. Selain itu melalui program bimbingan dapat mencegah dan mengatasi potensi-potensi negatif, seperti peserta didik yang mengalami turunnya motivasi dan prestasi belajar, atau mengalami masalah dalam bersosialisasi dengan teman sebaya karena disebabkan oleh

self-esteem yang rendah. Pada program bimbingan ini, teknik yang dipakai adalah role-play. Program bimbingan melalui teknik role-play dibuat dalam upaya


(18)

memfasilitasi dan membantu peserta didik untuk mengembangkan self-esteem yang mereka miliki.

Shaftel & Shaftel (1967) menyatakan bahwa role-play, jika digunakan dengan benar dan terampil, secara unik cocok digunakan untuk mengeksplorasi perilaku kelompok dan dilema individu sebagaimana ia mencoba untuk menemukan tempat di banyak kelompok di kehidupannya dan pada waktu yang sama berjuang untuk mendirikan identitas pribadi dan integritasnya sendiri. Jika digunakan dengan benar, role-play memungkinkan suatu "penemuan" dalam pembelajaran yang terjadi ketika individu dalam kelompok dihadapkan pada cara yang cenderung mereka pilih untuk menyelesaikan masalah mereka dalam hubungan interpersonal, dan yang terjadi ketika, di bawah bimbingan dari orang-orang yang terlatih, peserta didik akan menyadari sistem nilai pribadi mereka. Hasilnya adalah peserta didik yang dapat membantu untuk mengembangkan kepekaan terhadap perasaan dan kesejahteraan orang lain dan untuk mengklarifikasi nilai-nilai mereka sendiri dalam perilaku etis. Dengan mengembangkan kepekaan terhadap perasaan dan kesejahteraan orang lain, serta menyadari sistem nilai pribadi mereka, maka peserta didik dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dan secara otomatis self-esteemnya akan berkembang secara lebih positif.


(19)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan studi pendahuluan berupa wawancara dengan guru BK SMKN 15 Jakarta, terdapat beberapa permasalahan yang diantaranya adalah sebagai berikut: (a) self-esteem peserta didik di SMKN 15 Jakarta cenderung rendah; (b) belum adanya upaya yang dilakukan oleh guru BK SMKN 15 Jakarta untuk mengembangkan self-esteem peserta didik; (c) Bimbingan Konseling di SMKN 15 Jakarta membutuhkan program bimbingan untuk mengembangkan

self-esteem peserta didik karena belum ada program bimbingan yang khusus

ditujukan untuk mengembangkan self-esteem peserta didik.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, secara umum penelitian ini difokuskan untuk mengembangkan dan mengetahui “efektivitas program bimbingan dengan menggunakan teknik role-play untuk mengembangkan

self-esteem peserta didik Kelas X SMKN 15 Jakarta”.

C. Tujuan Penelitian

Sasaran utama penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas teknik

role-play untuk mengembangkan self-esteem peserta didik Kelas X SMKN 15

Jakarta. Untuk mencapai tujuan umum tersebut, perlu diketahui informasi tentang: 1. Gambaran umum self-esteem peserta didik Kelas X SMKN 15 Jakarta. 2. Program bimbingan dengan teknik role-play untuk mengembangkan

self-esteem peserta didik Kelas X SMKN 15 Jakarta.

3. Efektivitas teknik role-play dalam mengembangkan self-esteem peserta didik Kelas X SMKN 15 Jakarta.


(20)

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Penelitian memiliki dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat adalah self-esteem, sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik role-play.

2. Definisi Operasional

a) Self-Esteem

Menurut Coopersmith (Burn, 1998) self-esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dari kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan, dan keberhargaan yang terdiri dari empat aspek, yaitu: (a) kekuasaan (power), yakni kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain. Kemampuan ini ditandai dengan adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima individu dari orang lain; (b) keberartian (significance), yaitu adanya kepedulian dan afeksi yang diterima dari orang lain. Menunjukkan bahwa penghargaan dan minat dari orang lain sebagai pertanda penerimaan dan popularitas dirinya, keadaan tersebut ditandai oleh kehangatan, keikutsertaan, perhatian, dan rasa suka orang lain terhadap dirinya; (c) kebajikan (virtue) meliputi ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan oleh moral, etika dan agama; (d) kompetensi (competence), yakni kemampuan untuk sukses memenuhi tuntutan prestasi. Ditandai dengan keberhasilan individu dalam mengerjakan bermacam tugas pekerjaan dengan baik dari level yang tinggi dan usia yang berbeda.


(21)

Self-esteem menurut Branden (1992) adalah: (a) kepercayaan diri dalam

kemampuan individu untuk berpikir dan mengatasi tantangan hidup; (b)keyakinan dalam hak individu untuk menjadi bahagia, perasaan berharga, memiliki kelayakan, berhak untuk menyatakan kebutuhan dan keinginan serta menikmati buah dari hasil usahanya.

Self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu evaluasi diri

yang dilakukan oleh peserta didik SMK Kelas X atas kebiasaan mengamati dirinya terhadap sikap menerima, menolak, dan mengindikasikan besarnya kepercayaan peserta didik terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan, dan keberhargaan dirinya yang meliputi empat aspek, yaitu: (a) kekuasaan (power), yaitu kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain. Kemampuan ini ditandai dengan adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima peserta didik dari orang lain; (b) keberartian (significance) yaitu adanya kepedulian dan afeksi yang diterima peserta didik dari orang lain. Keberartian menunjukkan bahwa penghargaan dan minat yang diterima peserta didik dari orang lain sebagai pertanda penerimaan dan popularitas dirinya, keadaan tersebut ditandai oleh adanya kehangatan yang didapat dari orang lain, keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan dilingkungan sekitar dirinya, adanya perhatian dari orang lain terhadap dirinya, dan adanya rasa suka orang lain terhadap dirinya; (c) kebajikan (virtue) meliputi ketaatan mengikuti standar moral dan etika, yang ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan oleh moral, etika dan agama; (d) kemampuan (competence) yaitu kemampuan untuk


(22)

sukses memenuhi tuntutan prestasi. Ditandai dengan keberhasilan peserta didik dalam mengerjakan bermacam tugas pekerjaan dengan baik.

b) Teknik Role-Play

Role-play dapat berfungsi sebagai bantuan dalam mendiagnosa ketegangan

dan akibat dari sumber kerenggangan dalam kelompok; dan role-play, apabila disusun secara terampil, dapat menjadi sebuah layanan utama sebagai prosedur untuk membantu individu menjadi lebih nyaman dengan dirinya sendiri serta lebih percaya diri dalam mempertahankan apa yang dia percaya. Role-play dapat membantu kelompok untuk mendapatkan konsep yang lebih jelas akan tanggung jawabnya untuk mendukung tiap individu. Role-play, dengan membantu untuk mengendurkan ketegangan antara individu dan kelompok, dapat banyak membantu guru dalam membangun sebuah iklim pembelajaran yang kondusif (Shaftel & Shaftel, 1967).

Role-play menawarkan pada anggota kelompok beberapa kesempatan,

pertama, untuk merasakan perasaan dan mencoba untuk memahami pengalaman orang lain; kedua, untuk memantau apa yang terjadi di dalam diri mereka sendiri; dan ketiga, dan yang paling penting, untuk mengubah persepsi dan wawasan mereka kedalam kemampuan merespon, yang dapat memfasilitasi eksplorasi dan perkembangan dari para anggota kelompok (Tolan, 2001). Dengan beberapa kesempatan yang ditawarkan oleh role-play tersebut, siswa dapat mengeksplorasi persepsi dan wawasannya mengenai dirinya sendiri dan mengembangkan kemampuan untuk menghargai dirinya lebih baik lagi.


(23)

Moreno (Corey, 2005) menyatakan bahwa sangat pentingnya untuk belajar secara spontan dan kreatif. Moreno berpendapat bahwa spontanitas merupakan “respons yang tepat untuk menghadapi situasi baru atau merupakan repons baru dan tepat untuk menghadapi situasi lama”. Secara analogi, role-play dalam mengembangkan self-esteem berusaha untuk menciptakan suasana spontanitas dan kreativitas untuk menghilangkan tekanan-tekanan yang menghambat peserta didik untuk mengekspresikan dirinya dan mengembangkan self-esteem yang ia miliki.

Teknik role-play yang digunakan dalam penelitian adalah sebuah kegiatan memainkan suatu peran yang dipimpin oleh pemandu (konselor atau guru) yang bertujuan untuk menciptakan suasana spontanitas dan kreativitas untuk menghilangkan tekanan-tekanan yang menghambat peserta didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta untuk mengekspresikan dirinya sehingga peserta didik dapat mengeksplorasi wawasan mengenai dirinya sendiri serta mengembangkan kemampuan untuk menghargai dirinya.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan teori maupun praktik pendidikan pada umumnya, dan khususnya bimbingan dan konseling. Secara teoretis, manfaat penelitian memberikan wawasan dalam khasanah bimbingan dan konseling di Indonesia, dan sebagai bahan kajian dan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan efektivitas teknik role-play untuk mengembangkan self-esteem peserta didik dan


(24)

pengembangan intervensi perilaku melalui program bimbingan untuk mengembangkan self esteem.

Sedangkan manfaat praktis yang diperoleh sebagai berikut.

1. Sebagai bahan masukan untuk guru BK dalam upaya meningkatkan dan pengembangan perilaku yang lebih positif dengan self-esteem yang positif pada peserta didik SMK.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi kepala sekolah terutama dalam rangka mengembangkan self-esteem positif peserta didik melalui pemberian fasilitas, serta wewenang dan dukungan yang memadai kepada konselor untuk mengembangkan dan menjalankan program bimbingan yang diorientasikan pada kepentingan peserta didik.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk berbagai implikasi masalah self-esteem peserta didik.

F. Asumsi Penelitian

1. Self-esteem yang tinggi atau rendah akan memengaruhi kepribadian seseorang

(Robins, et al., 2001).

2. Self-esteem memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan seorang

individu. Self-esteem adalah opini seseorang terhadap dirinya sendiri yang realistis dan apresiatif. Realistis berarti kita dapat secara jujur dan akurat menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta segalanya yang berada diantaranya. Apresiatif menyarankan agar kita memiliki perasaan yang baik terhadap keseluruhan orang yang kita lihat tersebut (Schiraldi, 2007).


(25)

3. Aspek kepribadian yang penting adalah harga diri. Harga diri yang tinggi akan mempengaruhi kepribadian seseorang (Robinson dan Shaver, 1990).

4. Role-play dapat mengembangkan keterampilan dengan cara mengundang

peserta untuk terlibat dengan satu sama lain secara lebih langsung dan segera melalui penggunaan dari peran-peran yang dimainkan (Tolan, 2001).

5. Role-play menghasilkan definisi masalah, delineasi alternatif tindakan,

eksplorasi konsekuensi dari alternatif-alternatif tersebut, dan pengambilan keputusan (Shaftel & Shaftel, 1967).


(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab tiga membahas tentang pendekatan dan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional variabel, pengembangan instrumen penelitian, uji coba intrumen penelitian, prosedur pengolahan data, dan teknik analisis data.

A. Pendekatan dan Desain Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan pada data berupa angka-angka (numerical) yang pengolahan datanya dilakukan dengan metode statistik. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui efektivitas teknik role-play untuk mengembangkan self-esteem peserta didik.Pada konteks penelitian ini pendekatan kuantitatif ditujukan untuk mengetahui perbedaan perubahan antara sebelum dilakukan tindakan (treatment) dan setelah dilakukan tindakan.

Guna menguji efektivitas teknik role-play untuk mengembangkan

self-esteem peserta didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013,

maka peneliti menggunakan metode penelitian quasi experiment. Penelitian eksperimen kuasi merupakan penelitian percobaan, yakni penelitian yang membandingkan dua kelompok sasaran penelitian, satu kelompok diberi perlakuan tertentu dan satu kelompok (kelompok kontrol) lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding. Selisih antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol menjadi ukuran pengaruh


(27)

Sesuai dengan rancangan penelitian bahwa penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi, maka peneliti menggunakan desain penelitian

Pretest-Postest One Nonequivalent Control Group Design, yaitu jenis desain yang

biasanya dipakai pada eksperimen yang menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaan atau kondisinya.

Pada desain ini, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dibandingkan secara acak (random). Dua kelompok yang ada diberi pretest, kemudian diberikan perlakuan (treatment) berupa teknik role-play pada kelompok eksperimen dan perlakuan konvensional pada kelompok kontrol, dan terakhir diberikan posttest. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan (treatment) berpengaruh terhadap perkembangan self-esteem siswa. Berikut ini desain penelitian Pretest-Postest One Nonequivalent Control Group Design (Sugiyono,2011).

E O1 X O2

K O3 - O4

Keterangan :

O1,3 : pre-test (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

O2,4 : post-test (setelah perlakuan) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

X : teknik role-play


(28)

E : Kelompok Eksperimen K : Kelompok Kontrol

B. Populasi dan Sampel

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah SMK Negeri 15 Jakarta di Jl. Mataram I Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMK Negeri 15 di Jakarta. Sampel adalah peserta didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta yang berjumlah 242 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling yaitu pemilihan sekelompok subjek penelitian secara acak/random tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi (Sugiyono, 2011).

Sampel penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah penelitian. Penentuan sampel ini disesuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang ingin dikumpulkan. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMK Negeri 15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013 yang teridentifikasi memiliki

self-esteem rendah.

Adapun langkah-langkah untuk menentukan sampel dalam penelitian ini, yaitu: (1) memberikan pre-test kepada seluruh peserta didik kelas X yang bertujuan untuk mengetahui peserta didik manakah yang memiliki self-esteem rendah. Instrumen penelitian diberikan setelah di judgment oleh pakar/ahli dalam bidang Bimbingan dan Konseling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 28 peserta didik yang terindikasi memiliki self-esteem rendah; (2) dari 28 peserta


(29)

didik yang memiliki self-esteem rendah tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 14 peserta didik untuk kelompok eksperimen dan 14 peserta didik untuk kelompok kontrol.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah self-esteem, sedangkan variabel bebasnya adalah teknik role-play. Istilah-istilah dalam penelitian ini dijelaskan secara operasional dalam uraian berikut.

1) Self-Esteem

Menurut Coopersmith (Burn, 1998) self-esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dari kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan, dan keberhargaan yang terdiri dari empat aspek, yaitu: (a) kekuasaan (power), yakni kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain. Kemampuan ini ditandai dengan adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima individu dari orang lain; (b) keberartian (significance), yaitu adanya kepedulian dan afeksi yang diterima dari orang lain. Menunjukkan bahwa penghargaan dan minat dari orang lain sebagai pertanda penerimaan dan popularitas dirinya, keadaan tersebut ditandai oleh kehangatan, keikutsertaan, perhatian, dan rasa suka orang lain terhadap dirinya; (c) kebajikan (virtue) meliputi ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan oleh moral, etika dan agama; (d)


(30)

kompetensi (competence), yakni kemampuan untuk sukses memenuhi tuntutan prestasi. Ditandai dengan keberhasilan individu dalam mengerjakan bermacam tugas pekerjaan dengan baik dari level yang tinggi dan usia yang berbeda.

Self-esteem menurut Branden (1992) adalah: (a) kepercayaan diri dalam

kemampuan individu untuk berpikir dan mengatasi tantangan hidup; (b)keyakinan dalam hak individu untuk menjadi bahagia, perasaan berharga, memiliki kelayakan, berhak untuk menyatakan kebutuhan dan keinginan serta menikmati buah dari hasil usahanya.

Self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu evaluasi diri

yang dilakukan oleh peserta didik SMK kelas X SMK Negeri 15 Jakarta atas kebiasaan mengamati dirinya terhadap sikap menerima, menolak, dan mengindikasikan besarnya kepercayaan peserta didik terhadap kemampuan, keberartian, kesuksesan, dan keberhargaan dirinya yang meliputi empat aspek, yaitu: (a) kekuasaan (power), yaitu kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain. Kemampuan ini ditandai dengan adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima peserta didik dari orang lain; (b) keberartian (significance) yaitu adanya kepedulian dan afeksi yang diterima peserta didik dari orang lain. Keberartian menunjukkan bahwa penghargaan dan minat yang diterima peserta didik dari orang lain sebagai pertanda penerimaan dan popularitas dirinya, keadaan tersebut ditandai oleh adanya kehangatan yang didapat dari orang lain, keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan dilingkungan sekitar dirinya, adanya perhatian dari orang lain terhadap dirinya, dan adanya rasa suka orang lain terhadap dirinya; (c) kebajikan (virtue) meliputi ketaatan mengikuti standar moral


(31)

dan etika, yang ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan oleh moral, etika dan agama; (d) kemampuan (competence) yaitu kemampuan untuk sukses memenuhi tuntutan prestasi. Ditandai dengan keberhasilan peserta didik dalam mengerjakan bermacam tugas pekerjaan dengan baik.

2) Teknik Role-Play

Role-play dapat berfungsi sebagai bantuan dalam mendiagnosa ketegangan

dan akibat dari sumber kerenggangan dalam kelompok; dan role-play, apabila disusun secara terampil, dapat menjadi sebuah layanan utama sebagai prosedur untuk membantu individu menjadi lebih nyaman dengan dirinya sendiri serta lebih percaya diri dalam mempertahankan apa yang dia percaya. Role-play dapat membantu kelompok untuk mendapatkan konsep yang lebih jelas akan tanggung jawabnya untuk mendukung tiap individu. Role-play, dengan membantu untuk mengendurkan ketegangan antara individu dan kelompok, dapat banyak membantu guru dalam membangun sebuah iklim pembelajaran yang kondusif (Shaftel & Shaftel, 1967).

Role-play menawarkan pada anggota kelompok beberapa kesempatan,

pertama, untuk merasakan perasaan dan mencoba untuk memahami pengalaman orang lain; kedua, untuk memantau apa yang terjadi di dalam diri mereka sendiri; dan ketiga, dan yang paling penting, untuk mengubah persepsi dan wawasan mereka kedalam kemampuan merespon, yang dapat memfasilitasi eksplorasi dan perkembangan dari para anggota kelompok (Tolan, 2001). Dengan beberapa


(32)

kesempatan yang ditawarkan oleh role-play tersebut, peserta didik dapat mengeksplorasi persepsi dan wawasannya mengenai dirinya sendiri dan mengembangkan kemampuan untuk menghargai dirinya lebih baik lagi.

Moreno (Corey, 2005) menyatakan bahwa sangat pentingnya untuk belajar secara spontan dan kreatif. Moreno berpendapat bahwa spontanitas merupakan “respons yang tepat untuk menghadapi situasi baru atau merupakan repons baru dan tepat untuk menghadapi situasi lama”. Secara analogi, role-play dalam mengembangkan self-esteem berusaha untuk menciptakan suasana spontanitas dan kreativitas untuk menghilangkan tekanan-tekanan yang menghambat peserta didik untuk mengekspresikan dirinya dan mengembangkan self-esteem yang ia miliki.

Teknik role-play yang digunakan dalam penelitian adalah sebuah kegiatan memainkan suatu peran yang dipimpin oleh pemandu (konselor atau guru) yang bertujuan untuk menciptakan suasana spontanitas dan kreativitas untuk menghilangkan tekanan-tekanan yang menghambat peserta didik Kelas X SMK Negeri 15 Jakarta untuk mengekspresikan dirinya sehingga peserta didik dapat mengeksplorasi wawasan mengenai dirinya sendiri serta mengembangkan kemampuan untuk menghargai dirinya.

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah untuk mengungkapkan

self-esteem peserta didik yang dikembangkan dari definisi operasional variabel


(33)

untuk kemudian dijabarkan dalam bentuk pernyataan. Pada pengembangannya, instrumen pengungkap self-esteem peserta didik SMK berlandaskan pada aspek-aspek self-esteem dari Coopersmith (1967), yaitu kekuasaan (power), keberartian (significance), kebajikan (virtue), dan kompetensi (competence).

Jenis instrumen pengungkap data penelitian adalah skala psikologi yang diaplikasikan dengan format rating scales (skala penilaian) dengan alternatif respon pernyataan subyek skala 2 (dua), yaitu Ya (1) dan Tidak (0).

Adapun kisi- kisi sebelum instrumen penelitian divalidasi, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengungkap Self-Esteem Peserta Didik

Variabel Aspek Indikator Subindikator No. Item

Self-esteem peserta didik 1. Kekuasaan (Power) 1.1 Memperoleh pengakuan dari orang lain

1.1.1 Memperoleh kebebasan dalam mengambil keputusan

1, 15 2

1.1.2 Memperoleh

kepercayaan dari orang lain

2, 16, 32 3 1.2 Memperoleh

rasa hormat dari orang lain

1.2.1 Pendapatnya didengar oleh orang lain

3, 17 2

1.2.2 Dihargai oleh orang lain

4, 18 2 2. Keberartian (Significance) 2.1 Adanya kehangatan yang didapat dari orang lain 2.2 Adanya keikutsertaan dalam kegiatan dilingkungan sekitar

2.1.1 Adanya kehangatan yang didapat dari keluarga

2.1.2 Adanya kehangatan yang didapat dari lingkungan pergaulan

5, 19

6, 20

2

2

2.2.1 Adanya keikutsertaan dalam kegiatan nonakademis di sekolah

2.2.2 Adanya keikutsertaan

7, 21, 39

8, 22

3


(34)

sekitar

2.3Adanya perhatian dari orang lain

2.4 Adanya penerimaan orang lain terhadap diri peserta didik

2.3.1 Adanya perhatian yang didapat dari keluarga

2.3.2 Adanya perhatian yang didapat dari teman dan guru

23, 33

9, 24

2

2

2.4.1 Adanya penerimaan keluarga terhadap diri peserta didik

2.4.2 Adanya penerimaan teman bergaul (di sekolah maupun luar sekolah) terhadap diri peserta didik.

10, 25 11, 26 2 2 3. Kebajikan (Virtue)

3.1 Taat pada peraturan yang berlaku sesuai dengan norma sosial di masyarakat

3.1.1 Berperilaku sesuai dengan sopan santun yang berlaku di masyarakat

34, 40 2

3.1.2 Berperan serta dalam memelihara keamanan dan kenyaman dalam masyarakat.

27, 35, 41

3

3.2 Taat pada peraturan yang berlaku sesuai dengan norma agama yang dianut

3.2.1 Menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianut

12, 28 2

3.2.2 Berbuat baik terhadap orang lain

29, 36 2

4. Kompetensi (Competence) 4.1 Mampu menyelesaikan tugas atau tanggung jawab yang diberikan

4.1.1 Mampu mengerjakan tugas atau tanggung jawab yang diberikan di rumah

13, 30, 37

3

4.1.2 Mampu mengerjakan tugas yang diberikan di sekolah

14, 31, 38


(35)

E. Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji coba istrumen dilakukan untuk mengukur seakurat mungkin apa yang seharusnya diukur, yang pada istilah lain dikenal sebagai validasi. Validasi instrumen ini dilakukan sebanyak dua kali pengujian, yaitu pengujian empiris dan konseptual. Namun, sebelum angket disebarkan, terlebih dahulu dilakukan analisis (judgment instrument) oleh pakar/dosen yang ahli dalam bidang instrumen dan bimbingan konseling. Hasil judgment dari pakar menekankan pada penguatan materi dan tata bahasa yang digunakan dalam instrumen penelitian agar tidak membingungkan responden.

Ketiga penimbang tersebut adalah Dr. Ipah Saripah, M.Pd dan Dr. Mubiar Agustin, M.Pd yang merupakan pakar dalam bimbingan dan konseling, serta Dr. Budi Susetyo, M.Pd. yang merupakan pakar dalam testing psikologi dan konstruksi tes. Instrumen yang telah memperoleh penilaian dari ketiga pakar kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari para penimbang tersebut.

Uji keterbacaan dilakukan pada peserta didik SMK kelas X yang tidak menjadi sampel penelitian. Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari tiap item pernyataan. Setelah uji keterbacaan maka untuk pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik SMK kelas X kemudian dilakukan uji validitas.

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat kesahihan instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat memberikan gambaran data


(36)

secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya. Dari hasil uji coba angket diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan digunakan sebagai alat pengumpul data.

Langkah-langkah pengolahan data untuk menentukan validitas instrumen dilakukan dengan metode statistika dengan menggunakan komputer program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0. Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas setiap item pernyataan adalah rank-difference correlation yang juga dikenal dengan Spearman’s rho. Pada penelitian ini item dinyatakan valid jika memiliki kooefisien validitas signifikan pada total aspek maupun total perangkat instrument, dengan nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dari 0.05 (p-value

<0.05).

Hasil uji validitas setiap item dalam instrumen self-esteem peserta didik SMK Negeri 15 Jakarta kelas X secara rinci tertera dalam Tabel 3.2 dibawah ini

Tabel 3.2

Hasil Uji Instrumen Self-Esteem Peserta Didik

Signifikasi No Item Jumlah

Valid (Dipakai) 1, 2, 3, 4, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29,30, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 39, 40, 42, 43, 44, 46, 47, 48, 49, 50, 51, dan 53

41 Tidak Valid (Dibuang) 9, 13, 14, 16, 31, 38, 39, 41, 42, 45, 51

dan 52

12

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepercayaan instrumen sebagai alat pengumpul data. Reliabilitas berkenaan dengan ketepatan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, jika instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama satau relatif sama. Pengujian reliabilitas yang dilakukan pada


(37)

instrumen penelitian adalah dengan menggunakan internal consistency. Internal

consistency (Sugiyono, 2011:131) adalah pengujian yang hanya dilakukan dengan

mencobakan instrumen sekali saja, dimana selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik tertentu.

Reliabilitas instrumen secara operasional dinyatakan sebagai koefisien korelasi (r) dan untuk menghitung uji reliabilitas instrumen ini digunakan rumus

Alpha Cronbach. Pada penelitian ini, kooefisien reliabilitas dianggap signifikan

pada total aspek maupun total perangkat intrumen, dengan nilai probabilitas

(p-value) lebih kecil dari 0.05 (p-value < 0.05). Adapun proses penghitungan

koefisien reliabilitas item juga dilakukan dengan bantuan software SPSS 16.0.

F. Prosedur Pengolahan Data

1) Penyeleksian Data dan Penyekoran

Penyeleksian data bertujuan untuk memilih data yang memadai untuk diolah berdasarkan kelengkapan jawaban, baik identitas maupun jawaban. Jumlah angket yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah angket yang disebar.

Jenis penyekoran instrumen pengungkap data penelitian ini adalah skala psikologi yang diaplikasikan dengan format rating scales (skala penilaian) dengan alternatif respon pernyataan subyek skala 2 (dua), yaitu Ya (1) dan Tidak (0).

2) Pengelompokkan Skor

Penentuan pengelompokkan skor digunakan sebagai standardisasi dalam menafsirkan skor yang ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai peserta didik dalam pendistribusian respon terhadap instrumen. Pengelompokkan


(38)

maupun skor total instrumen. Data-data yang diperoleh kemudian dikategorikan berdasarkan tingkat self-esteem peserta didik, apakah berada pada kategori tinggi, sedang atau rendah.

Pengelompokkan data untuk profil peserta didik kelas X SMK Negeri 15 Jakarta, berdasarkan tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Untuk lebih jelasnya disajikan dalam Tabel 3.3 sebagai berikut.

Tabel 3.3

Konversi Skor Self-Esteem Peserta Didik

Rentang Skor Kategori

X Tinggi

29 – 32 Sedang

X 28 Rendah

Penentukan skor dan kedudukan subjek dalam tingkatan self-esteem peserta didik dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (software)

Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.0 for Windows. Penjelasan

kategori perencanaan karir disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.4

Pengkategorian Self-Esteem Peserta Didik Rentang

Skor

Kategori Kualifikasi

X Tinggi

Peserta didik pada kategori tinggi, diartikan memiliki karakteristik yang bersifat rasionalitas, realistis, intuitif, kreatif, mandiri, fleksibel, mampu mengoreksi kesalahan, kebajikan dan sikap kooperatif. Peserta didik yang memiliki

self-esteem tinggi juga akan lebih menghargai dirinya

atau melihat dirinya sebagai individu yang bernilai dan dapat mengenali kesalahan-kesalahannya, tetapi tetap menghargai nilai-nilai yang ada pada dirinya.


(39)

memiliki self-esteem tinggi dalam hal penerimaan diri terutama dalam perilaku, sikap dan pola pikir. Ada kalanya peserta didik dengan self-esteem sedang merasa kurang yakin dengan penilaian dirinya sehingga membutuhkan dukungan yang kuat dan penerimaan dari lingkungan. Mereka menilai diri sendiri lebih baik dari orang lain, namun tidak menilai diri sendiri sebagai orang yang paling baik.

X 28 Rendah

Peserta didik pada kategori rendah memiliki karakteristik yang bersifat tidak rasional, tidak realistis, keras kepala, takut terhadap hal yang baru, mengeluh secara berlebihan dan memusuhi orang lain. Mereka cenderung mencari keamanan terhadap sesuatu yang dikenal dengan baik, tidak memiliki keinginan dan harapan yang kuat, tidak percaya pada kemampuan dirinya. Selain itu, mereka juga memiliki perasaan ditolak, ragu-ragu, dan tidak berharga serta tidak memiliki kekuatan, hal ini menyebabkan ekspektasi mereka akan masa depan sangat rendah

Penentuan kedudukan peserta didik dalam pengkategorian tingkat

self-esteem adalah untuk menentukan peserta didik yang mendapatkan perlakuan

(treatment). Setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik role-play, maka diadakan tes yang bersifat mengukur kembali self-esteem peserta didik apakah terjadi perubahan atau tidak.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan analisis statistik uji t independen (independent sample t test). Sebelum dilakukan uji t, langkah pengujian efektifitas teknik role-play ini dilakukan juga uji normalitas untuk mengetahui apakah hasil penelitian ini berdistribusi normal atau


(40)

Kolmogrov – Smirnov Test, dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 16.0 for Windows.

Pengambilan keputusan untuk mengetahui perbedaan dilakukan dengan dua cara, yaitu membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau membandingkan nilai probabilitas (Asymptotic Significance) yaitu jika probabilitas > 0,05 maka data yang digunakan berdistribusi normal dan jika probabilitas < 0,05 maka data yang digunakan tidak berdistribusi normal.

Setelah diperoleh nilai thitung, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan dengan nilat ttabel untuk mengetahui tingkat signifikansi dengan ketentuan thitung > ttabel.

Pengujian efektivitas diuji dengan metode indenpenden sample t-test dari data gain menggunakan perangkat lunak (software) Statistical Product and

Service Solutions (SPSS) 17.0 for windows. Dasar pengambilan keputusannya

dengan melihat perbandingan nilai Sig. (2-tailed) α, yaitu jika nilai Sig. (2-tailed)


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan dari penelitian efektivitas teknik role-play untuk mengembangkan self-esteem peserta didik selanjutnya diperoleh kesimpulan dan rekomendasi.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tingkat self-esteem peserta didik kelas X SMK Negeri 15 Jakarta secara umum berada pada kategori sedang. Hal ini berarti sebagian besar peserta didik memiliki self-esteem yang cenderung positif pada aspek-aspek kekuasaan (power), keberartian (significance), kebajikan (virtue), dan kompetensi (competence). Individu dengan self-esteem sedang pada dasarnya memiliki kesamaan dengan individu yang memiliki self-esteem tinggi dalam hal penerimaan diri terutama dalam perilaku, sikap dan pola pikir, namun penilaian mereka mengenai kemampuan, kekuasaan, keberartian, dan kebajikan dalam diri sendiri lebih sederhana dibanding yang lain. Mereka menilai diri sendiri lebih baik dari orang lain, namun tidak menilai diri sendiri sebagai orang yang paling baik.

Rancangan program bimbingan dengan menggunakan teknik role-play untuk mengembangkan self-esteem peserta didik diintervensikan pada peserta didik dengan tingkat self-esteem rendah dengan tujuan untuk mengembangkan


(42)

dengan menggunakan teknik role-play juga dapat diintervensikan pada seluruh peserta didik sebagai bentuk tindakan preventif.

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian, teknik role-play yang diterapkan dalam rancangan program bimbingan secara spesifik efektif dalam mengembangkan self-esteem peserta didik pada aspek-aspek dan indikator-indikator self-esteem, kecuali pada indikator-indikator adanya keikutsertaan dalam kegiatan

di lingkungan sekitar pada Aspek Keberartian. Hal tersebut dapat disebabkan

karena rasa keberartian pada diri peserta didik dipengaruhi oleh kehidupan sosial dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Kurangnya keterlibatan peserta didik dalam kegiatan di lingkungan sekitar dapat menyebabkan peserta didik merasa kurang berarti dan dapat menghambat perkembangan self-esteem yang dimilikinya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka diberikan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait, sebagai berikut.

1. Guru bimbingan dan konseling dapat menggunakan program yang dirancang dengan memperhatikan cara meningkatkan dan mengembangkan self-esteem peserta didik dengan membantu mereka untuk dapat: (1) menerima dan mencintai diri sendiri; (2) mengevaluasi diri secara objektif (menyadari kelebihan dan kekurangan diri); (3) mengembangkan potensi yang dimiliki; serta (4) meningkatkan prestasi dan mengembangkan coping skill. Guru Bimbingan dan Konseling dapat menggunakan teknik selain role-play yang


(43)

dianggap cocok untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan

self-esteem yang dimilikinya. Guru Bimbingan dan Konseling juga dapat

melakukan observasi lanjutan agar keyakinan peserta didik tentang penilaian diri yang positif dapat menetap atau semakin meningkat.

2. Kepala sekolah sebagai penanggungjawab kegiatan pendidikan di sekolah secara menyeluruh, dapat mengkoordinasi segenap kegiatan yang direncanakan, diprogramkan dan berlangsung di sekolah, termasuk menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Profil self-esteem peserta didik dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam optimalisasi layanan Bimbingan dan Konseling bagi para peserta didik, sehingga layanan yang diberikan pada peserta didik dapat membantu mereka untuk mengembangkan self-esteem yang dimiliki secara optimal.

3. Peneliti selanjutnya dapat mengaplikasikan teknik role-play dan strategi yang ada dalam program bimbingan untuk mengembangkan self-esteem peserta didik pada jenjang pendidikan yang berbeda, serta dapat menggunakan teknik selain role-play, seperti sosiodrama dan permainan simulasi, atau teknik lain yang dianggap cocok untuk mengembangkan self-esteem peserta didik. Peneliti selanjutnya juga dapat mengujicobakan program bimbingan dengan teknik

role-play untuk mengembangkan aspek dan dimensi perkembangan

kepribadian peserta didik lainnya selain self-esteem. Peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan alat pengumpulan data lain selain angket untuk memperoleh data yang lebih mendalam.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, siswandi. (2009). Role-Playing Bahasa Inggris: Landasan Teori [Online]. Tersedia: http://nazwadzulfa.wordpress.com/2009/11/21/role-playing-bahasa-inggris-landasan-teori/ [21 November 2009].

Hariyanto. (2010). Pengertian Belajar Menurut Ahli [Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/ [24 Februari 2012].

Baccus, J. R., Baldwin, M. W., Packer, D. J. (2004). “Increasing Implicit Self-Esteem Through Classical Conditioning”. American Psychological Society. 15, (7), 498-502.

Branden, Nathaniel. (1981). The Psychology of Self Esteem. New York: Bantam Books.

____________ (1992). The Power of Self-Esteem. Florida: Health Communications, Inc.

Burn, R. B. (1998). Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan

Perilaku. Alih bahasa oleh Eddy. Jakarta: Arcan.

Buss, D. M., & Craik, K. H. (1983). The Act–Frequency Approach to Personality.

Psychological Review, 90, 105–126.

Cleghorn, Patricia. (1996). The Secrets of Self Esteem. Massachusset Brisbane: Element Books Limited.

Coopersmith, S. (1967). The Antecedent of Self Esteem. San Fransisco: W.H. Freeman & Company.

Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Dariuszky, G. (2004). Membangun Harga Diri. Bandung: CV. Pionir Jaya.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Naskah Akademik Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Penerbit Depdiknas.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(45)

Diwyacitta, Devi. (2011). Hubungan antara Self Esteem dengan Tingkah Laku Agresi pada Remaja Awal (Studi Deskripsi pada Siswa Kelas VIII SMPN 3 Lembang Bandung Tahun Ajaran 2011/2012). Skripsi. Program Studi Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan. Frey, D. C. (1994). Enhancing Self Esteem. West Virginia: Accelerated

Development Inc.

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Guindon, Marry H. (2010). Self-Esteem Across The Lifespan: Issues and

Interventions. New York: Taylor & Francis Group.

Hikmatunisa, Soraya. (2011). Profil Self-Esteem Siswa Korban Bullying di

Sekolah (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas VIII SMP PAsundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Jarvis, Matt. (2000). Teori-Teori Psikologi. Bandung: Nusa Media.

Mahuri. 2011. Metode Pembelajaran Role Playing [Online]. Tersedia: http://mahurianasla.blogspot.com/2011/02/metode-pembelajaran-role-playing.html [10 Februari 2011].

Mruk, Christopher J. (2006). Self-esteem research, theory, and practice: toward a

positive psychology of self-esteem ( ed.). New York: Springer Publishing Company, Inc.

Pendidikan Teknologi Vokasi. (2007). SMK : Salah Satu Jalan Dengan Rekayasa

Ulang [Online]. Tersedia:

http://mahasiswauny.blogspot.com/2007/04/smk-salah-satu-jalan-dengan-rekayasa.html. [10 Februari 2012].

Plummer, Deborah. (2006). The adventures of the Little Tin Tortoise : a self-esteem story with activities for teachers, parents, and careers. London: Jessica Kingsley Publishers.

Prayitno & Amti, Erman. (1999). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Puad, F.N. (2011). Hubungan Antara Harga Diri dengan Kompetensi Interpersonal Usia Remaja Akhir (Studi Korelasional pada Mahasiswa Jurusan Psikologi FIP UPI Angkatan 2009). Skripsi. Program Studi


(46)

Robins, R. W. et al. (2001). “Personality Correlates of Self-Esteem”. Journal of

Research in Personality. 35, 463–482.

Morales, Rosanna. (2008). Empowering your Pupils through Role-Play

Exploring Emotions and Building Resilience. London & New York:

Routledge.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok Di Sekolah (Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizqi.

Santrock, J.W. (2007). Remaja (Edisi ke-11 Jilid Satu). Jakarta: Erlangga.

Schiraldi, Glenn R. (2007). 10 Simple Solutions for Building Self-Esteem: How to

End Self-Doubt, Gain Confidence, and Create a Positive Self-Image.

Oakland, CA: New Harbinger Publications, Inc.

Shelarina, R. (2011). Hubungan antara Sumber-sumber Self Esteem pada Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Tipe Kepribadian Introvert dengan Perceived Social Support Pecandu Narkoba dalam Masa Pemulihan di Lingkungan Yayasan Insan Hamdani Rumah Cemara. Skripsi. Program Studi Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Suara Merdeka Cyber News. (2006). Eksistensi SMK di Persimpangan Jalan [Online].Tersedia:http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0608/0 7/nas5.htm [10 Februari 2012].

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.

Sulaeman, Endang. (2011). Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk

Meningkatkan Self-Esteem Siswa SMP Negeri 43 Bandung. Skripsi pada

FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sulistiyowati. (2008). Hubungan antara Harga Diri dengan Motivasi Belajar

Mahasiswa Semester II D IV Kebidanan UNS 2007/2008. Skripsi pada

Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbitkan.

Sumarno, Alim. (2011). Faktor Internal Kesulitan Belajar Siswa [Online]. Tersedia: http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/faktor-internal-penyebab-kesulitan-belajar-siswa [24 Februari 2012].


(47)

____________ . (2011). Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Prestasi Belajar

Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi [Online]. Tersedia:

http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/pengaruh-faktor-eksternal-terhadap-prestasi-belajar-siswa-dalam-mata-pelajaran-ekonomi [24 Februari 2012].

Tolan, Janet & Lendrum, Susan. (2001). Case Material and Role Play in

Counseling Training. New York: Routledge.

Yusuf, Syamsu. (2009). Program Bimbingan & Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2009). Landasan Bimbingan dan


(1)

121

dengan menggunakan teknik role-play juga dapat diintervensikan pada seluruh peserta didik sebagai bentuk tindakan preventif.

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian, teknik role-play yang diterapkan dalam rancangan program bimbingan secara spesifik efektif dalam mengembangkan self-esteem peserta didik pada aspek-aspek dan indikator-indikator self-esteem, kecuali pada indikator-indikator adanya keikutsertaan dalam kegiatan

di lingkungan sekitar pada Aspek Keberartian. Hal tersebut dapat disebabkan

karena rasa keberartian pada diri peserta didik dipengaruhi oleh kehidupan sosial dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Kurangnya keterlibatan peserta didik dalam kegiatan di lingkungan sekitar dapat menyebabkan peserta didik merasa kurang berarti dan dapat menghambat perkembangan self-esteem yang dimilikinya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka diberikan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait, sebagai berikut.

1. Guru bimbingan dan konseling dapat menggunakan program yang dirancang dengan memperhatikan cara meningkatkan dan mengembangkan self-esteem peserta didik dengan membantu mereka untuk dapat: (1) menerima dan mencintai diri sendiri; (2) mengevaluasi diri secara objektif (menyadari kelebihan dan kekurangan diri); (3) mengembangkan potensi yang dimiliki; serta (4) meningkatkan prestasi dan mengembangkan coping skill. Guru Bimbingan dan Konseling dapat menggunakan teknik selain role-play yang


(2)

122

dianggap cocok untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan

self-esteem yang dimilikinya. Guru Bimbingan dan Konseling juga dapat

melakukan observasi lanjutan agar keyakinan peserta didik tentang penilaian diri yang positif dapat menetap atau semakin meningkat.

2. Kepala sekolah sebagai penanggungjawab kegiatan pendidikan di sekolah secara menyeluruh, dapat mengkoordinasi segenap kegiatan yang direncanakan, diprogramkan dan berlangsung di sekolah, termasuk menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Profil self-esteem peserta didik dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam optimalisasi layanan Bimbingan dan Konseling bagi para peserta didik, sehingga layanan yang diberikan pada peserta didik dapat membantu mereka untuk mengembangkan self-esteem yang dimiliki secara optimal.

3. Peneliti selanjutnya dapat mengaplikasikan teknik role-play dan strategi yang ada dalam program bimbingan untuk mengembangkan self-esteem peserta didik pada jenjang pendidikan yang berbeda, serta dapat menggunakan teknik selain role-play, seperti sosiodrama dan permainan simulasi, atau teknik lain yang dianggap cocok untuk mengembangkan self-esteem peserta didik. Peneliti selanjutnya juga dapat mengujicobakan program bimbingan dengan teknik

role-play untuk mengembangkan aspek dan dimensi perkembangan

kepribadian peserta didik lainnya selain self-esteem. Peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan alat pengumpulan data lain selain angket untuk memperoleh data yang lebih mendalam.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, siswandi. (2009). Role-Playing Bahasa Inggris: Landasan Teori [Online]. Tersedia: http://nazwadzulfa.wordpress.com/2009/11/21/role-playing-bahasa-inggris-landasan-teori/ [21 November 2009].

Hariyanto. (2010). Pengertian Belajar Menurut Ahli [Online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/ [24 Februari 2012].

Baccus, J. R., Baldwin, M. W., Packer, D. J. (2004). “Increasing Implicit Self-Esteem Through Classical Conditioning”. American Psychological Society. 15, (7), 498-502.

Branden, Nathaniel. (1981). The Psychology of Self Esteem. New York: Bantam Books.

____________ (1992). The Power of Self-Esteem. Florida: Health Communications, Inc.

Burn, R. B. (1998). Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan

Perilaku. Alih bahasa oleh Eddy. Jakarta: Arcan.

Buss, D. M., & Craik, K. H. (1983). The Act–Frequency Approach to Personality.

Psychological Review, 90, 105–126.

Cleghorn, Patricia. (1996). The Secrets of Self Esteem. Massachusset Brisbane: Element Books Limited.

Coopersmith, S. (1967). The Antecedent of Self Esteem. San Fransisco: W.H. Freeman & Company.

Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Dariuszky, G. (2004). Membangun Harga Diri. Bandung: CV. Pionir Jaya.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Naskah Akademik Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Penerbit Depdiknas.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(4)

Diwyacitta, Devi. (2011). Hubungan antara Self Esteem dengan Tingkah Laku Agresi pada Remaja Awal (Studi Deskripsi pada Siswa Kelas VIII SMPN 3 Lembang Bandung Tahun Ajaran 2011/2012). Skripsi. Program Studi Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan. Frey, D. C. (1994). Enhancing Self Esteem. West Virginia: Accelerated

Development Inc.

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Guindon, Marry H. (2010). Self-Esteem Across The Lifespan: Issues and

Interventions. New York: Taylor & Francis Group.

Hikmatunisa, Soraya. (2011). Profil Self-Esteem Siswa Korban Bullying di

Sekolah (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas VIII SMP PAsundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Jarvis, Matt. (2000). Teori-Teori Psikologi. Bandung: Nusa Media.

Mahuri. 2011. Metode Pembelajaran Role Playing [Online]. Tersedia: http://mahurianasla.blogspot.com/2011/02/metode-pembelajaran-role-playing.html [10 Februari 2011].

Mruk, Christopher J. (2006). Self-esteem research, theory, and practice: toward a

positive psychology of self-esteem ( ed.). New York: Springer Publishing Company, Inc.

Pendidikan Teknologi Vokasi. (2007). SMK : Salah Satu Jalan Dengan Rekayasa

Ulang [Online]. Tersedia:

http://mahasiswauny.blogspot.com/2007/04/smk-salah-satu-jalan-dengan-rekayasa.html. [10 Februari 2012].

Plummer, Deborah. (2006). The adventures of the Little Tin Tortoise : a self-esteem story with activities for teachers, parents, and careers. London: Jessica Kingsley Publishers.

Prayitno & Amti, Erman. (1999). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Puad, F.N. (2011). Hubungan Antara Harga Diri dengan Kompetensi Interpersonal Usia Remaja Akhir (Studi Korelasional pada Mahasiswa Jurusan Psikologi FIP UPI Angkatan 2009). Skripsi. Program Studi


(5)

Robins, R. W. et al. (2001). “Personality Correlates of Self-Esteem”. Journal of Research in Personality. 35, 463–482.

Morales, Rosanna. (2008). Empowering your Pupils through Role-Play

Exploring Emotions and Building Resilience. London & New York:

Routledge.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok Di Sekolah (Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizqi.

Santrock, J.W. (2007). Remaja (Edisi ke-11 Jilid Satu). Jakarta: Erlangga.

Schiraldi, Glenn R. (2007). 10 Simple Solutions for Building Self-Esteem: How to

End Self-Doubt, Gain Confidence, and Create a Positive Self-Image.

Oakland, CA: New Harbinger Publications, Inc.

Shelarina, R. (2011). Hubungan antara Sumber-sumber Self Esteem pada Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Tipe Kepribadian Introvert dengan Perceived Social Support Pecandu Narkoba dalam Masa Pemulihan di Lingkungan Yayasan Insan Hamdani Rumah Cemara. Skripsi. Program Studi Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.

Suara Merdeka Cyber News. (2006). Eksistensi SMK di Persimpangan Jalan [Online].Tersedia:http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0608/0 7/nas5.htm [10 Februari 2012].

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suherman, Uman. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.

Sulaeman, Endang. (2011). Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk

Meningkatkan Self-Esteem Siswa SMP Negeri 43 Bandung. Skripsi pada

FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sulistiyowati. (2008). Hubungan antara Harga Diri dengan Motivasi Belajar

Mahasiswa Semester II D IV Kebidanan UNS 2007/2008. Skripsi pada

Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbitkan.

Sumarno, Alim. (2011). Faktor Internal Kesulitan Belajar Siswa [Online]. Tersedia: http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/faktor-internal-penyebab-kesulitan-belajar-siswa [24 Februari 2012].


(6)

____________ . (2011). Pengaruh Faktor Eksternal Terhadap Prestasi Belajar

Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi [Online]. Tersedia:

http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/pengaruh-faktor-eksternal-terhadap-prestasi-belajar-siswa-dalam-mata-pelajaran-ekonomi [24 Februari 2012].

Tolan, Janet & Lendrum, Susan. (2001). Case Material and Role Play in

Counseling Training. New York: Routledge.

Yusuf, Syamsu. (2009). Program Bimbingan & Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2009). Landasan Bimbingan dan


Dokumen yang terkait

Analisis Validitas Butir Soal Tes Ulangan Akhir Semester II Bidang Studi Ekonomi Kelas X SMA Negeri Umbulsari Kabupaten Jember Tahun Ajaran 2010/2011

0 10 15

Hubungan Minat Peserta Didik Dalam Mengikuti Pendidikan Non-Formal Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Dalam Bidang Studi Fiqih di Kelas VIII Pondok Pesantren Asy-Syarif Desa Ajung Kabupaten Jember Tahun 2012/2013

0 6 3

Studi Tentang Tingkat Pemahaman Orang Tua Terhadap Laporan Hasil Belajar (LHB) Peserta Didik SMK Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

2 36 75

15 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY BERBANTUAN HANDOUT TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X MA RIBATUL MUTA’ALLIMIN KOTA PEKALONGAN

0 0 10

Efektivitas Teknik Modeling Melalui Konseling Kelompok Untuk Meningkatkan Karakter Rasa Hormat Peserta Didik (Quasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X di SMK Muhammadiyah 2 Bandung Tahun Pelajaran 20142015)

0 0 22

View of Pengembangan Minat Baca Peserta Didik : Studi Peran Kepala Sekolah

0 0 5

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Sikap Profesional Guru terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Peserta Didik Kelas X IPS di SMA Negeri 1 Ceper Tahun Ajaran 2017/2018

0 0 14

PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas V SDN Paturaman Desa Sukaratu Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 0 13

PENGARUH MEDIA PREZI TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA (Studi Eksperimen di Kelas VIII SMP Negeri 20 Kota Tasikmalaya, Tahun Ajaran 20182019)

0 0 8

Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada Peserta Didik Kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Bulu Tahun Ajaran 2017/2018

0 1 19