PERANAN POLITIK PARTAI KONGRES DAN LIGA MUSLIM DALAM PEMBAGIAN DOMINION INDIA-PAKISTAN 1935-1947.

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ……….….………..

HALAMAN PERNYATAAN ……….………...

KATA PENGANTAR ………..……..…………

UCAPAN TERIMA KASIH ……….……….

ABSTRAK ……….………..……

DAFTAR ISI ………..……. vi

DAFTAR TABEL ………...………..……….. vii

DAFTAR GAMBAR ………..……… ix

BAB I PENDAHULUAN ……….………. 1

1.1. Latar Belakang ………..……… 1

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………..……….. 3

1.3. Tujuan Penelitian ………..………. 3

1.4. Metode Penelitian ………..……… 4

1.5. Manfaat Penelitian ………..………... 7

1.6. Struktur Organisasi Skripsi ………...…………... 7


(2)

2.1. Peranan Politik Partai Kongres dan Liga Muslim 1935-1947… 10 2.2. Pembagian India Menjadi Dua Negara Dominion

(India-Pakistan) ……… 20

2.3. Kondisi India dan Pakistan setelah Pembagian 1947 …………. 25

BAB III METODE PENELITIAN ……….….. 26

3.1. Pengumpulan Sumber (Heuristik) ……….. 29

3.2. Kritik Sumber ………..……….. 32

3.3. Historiografi (Penulisan Sejarah) ………..……. 33

BAB IV DAMPAK PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI KONGRES DAN LIGA MUSLIM TERHADAP PEMBAGIAN INDIA-PAKISTAN (1935-1947 ………. 39 4.1. Gambaran Umum Kondisi Politik India (1935-1937) setelah Keluarnya India Government Act 1935 ………..…... 39 4.1.1. Latar Belakang Munculnya India Government Act 1935 …... 39

4.1.2. India Government Act 1935 (Reformasi Politik India) .. 44

4.1.3. Reaksi Partai Kongres dan Liga Muslim terhadap Pelaksanaan India Government Act 1935 ……… 51


(3)

4.2. Upaya-Upaya Partai Kongres dan Liga Muslim dalam Memperkuat Kedudukan Politiknya di India (1935-1945………..……….………..

57 4.2.1. Upaya Partai Kongres dalam Mendominasi Politik India 1937-1939 ……….. 57

4.2.2. Upaya Liga Muslim dalam Memperoleh Dukungan Politik Golongan Muslim India (1940-1945) ……….

67 4.2.3. Perang Dunia II (1939-1945) dan Akhir Dominasi

Partai Kongres di Pemerintahan Provinsi ………..……. 72

4.3. Kesepakatan Politik antara Inggris Partai Kongres dan Liga Muslim dalam Pembagian India-Pakistan (1945-1947) ………. 78

4.3.1. Partai Kongres dan Liga Muslim Mewakili Bangsa India dalam Konferensi Simla (1946) ……….. 78

4.3.2. Partai Kongres dan Liga Muslim membentuk Pemerintahan Interim ………... 90

4.3.3. Kemerdekaan dan Pembagian India menjadi Dua Negara Dominion (India-Pakistan) 1947 ……….. 94

4.4. Kondisi Politik India dan Pakistan setelah Pembagian tahun


(4)

4.4.2. Kondisi Politik Pakistan setelah Pembagian 1947 ….… 101

4.4.3. Dampak Sosial Pembagian India-Pakistan 1947 ……… 104

4.4.4. Masalah Kashmir antara India-Pakistan ………. 108

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI..…………..………. 110

5.1. Kesimpulan ……….………….……….. 110

5.2. Rekomendasi ………..……… 112

DAFTAR PUSTAKA ………..…. 115

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………...… 118


(5)

DAFTAR TABEL:

1. Tabel 4.1. Komposisi Penduduk India Berdasarkan Golongan Agama 1935-1947 ……….

47 2. Tabel 4.2. Hasil Pemilihan Provinsi tahun 1946 ………... 81 3. Tabel 4.3. Pembagian Grup Parlemen Provinsi di Parlemen Pusat... 85 4. Tabel 4.4. Hasil Referendum Northwest Frontier Province 1947 …. 98


(6)

DAFTAR GAMBAR:

1. Gambar 4.1. Peta British Raj 1935-1947 ………. 38 2. Gambar 4.2. Peta Pembagian India-Pakistan (1947) ……… 96


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketegangan politik terjadi di India menjelang kemerdekaanya dari Inggris dalam periode 1935-1947, yang ditandai dengan munculnya konflik-konflik komunal antara dua golongan terbesar dalam masyarakat India yaitu golongan Hindu dan golongan Muslim. Golongan Hindu merupakan golongan mayoritas yang jumlahnya sekitar 250 juta jiwa dari total 400 juta penduduk India. Sedangkan golongan Muslim jumlahnya sekitar 100 juta jiwa, yang merupakan golongan minoritas terbesar dibandingkan dengan golongan minoritas-minoritas lain di antaranya golongan Sikh, Budha, Parsi, dan Kristen (Anglo-Hindu) yang seluruhnya berjumlah sekitar 50 juta jiwa (Gzaznawi, 1966: 53).

Komposisi penduduk di atas mendukung dua partai politik yaitu Partai Kongres dan Liga Muslim untuk tampil di lini terdepan dalam perjuangan kemerdekaan India selama periode 1935-1947. Partai Kongres sebagian besar pendukungnya berasal dari golongan Hindu, sedangkan Liga Muslim didukung oleh golongan Muslim. Perbedaan di antara kedua partai tersebut, menyebabkan perjuangan kemerdekaan rakyat India selama periode 1935-1947 terpecah ke dalam dua kekuatan politik yaitu antara Hindu dan Muslim.


(8)

dominasi golongan Hindu di dalamnya membuat tujuan politiknya cenderung mengutamakan kepentingan-kepentingan golongan mayoritas Hindu dibanding golongan-golongan lain di India. Sedangkan, Liga Muslim berjuang untuk membela kepentingan-kepentingan politik golongan Muslim India dari dominasi politik Hindu dalam Partai Kongres. Walaupun masing-masing partai memiliki tujuan politik yang berbeda, namun dalam kurun waktu 1935-1947 keduanya sama-sama berjuang untuk membebaskan India dari belenggu kolonialisme Inggris.

India memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1947 berdasarkan India Independence Act 1947, undang-undang tersebut juga dijadikan sebagai landasan dalam pembagian India menjadi dua negara dominion. Peralihan kekusaan (transfer of power) berlangsung dengan damai dan menempuh proses konstitusional, namun menyisakan ironi karena di samping memperoleh kemerdekaan dari Inggris India harus dibagi menjadi dua negara. Pembagiannya didasarkan atas dua golongan terbesar dalam masyarakat India yaitu golongan Hindu (negara India) dan Muslim (negara Pakistan), masing-masing negara untuk sementara berstatus dominion Inggris sampai keduanya dapat membentuk konstitusinya sendiri.

Pembagian India menjadi dua negara dominion merupakan hasil kesepakatan antara Inggris dengan Partai Kongres dan Liga Muslim yang dianggap mewakili bangsa India. Penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana peranan politik Partai Kongres dan Liga Muslim dalam pembagian India menjadi dua negara dominion. Periode kajiannya dibatasi dari tahun 1935-1947, dimulai semenjak Inggris mengeluarkan India Government Act 1935 yang memicu timbulnya persaingan


(9)

politik antara Partai Kongres dan Liga Muslim, sampai pada tahun 1947 setelah Inggris mensahkan kemerdekaan India dan Pakistan.

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan perspektif yang berbeda dari tulisan-tulisan sebelumnya yang mengkaji perpolitikan India dalam periode 1935-1947. Terdapat tiga perspektif utama dalam kajian sejarah India yaitu di antaranya perspektif Hindu (India), perspektif Muslim (Pakistan), serta tulisan-tulisan di luar bangsa India dan Pakistan yang cenderung netral. Penulis akan membandingkan ketiga perspektif tersebut, dan menarik perspektif sendiri berdasarkan temuan fakta-fakta yang diperoleh selama proses penelitian berlangsung.

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Masalah utama yang dibahas dalam skripsi ini adalah “Bagaimana dampak perkembangan politik Partai Kongres dan Liga Muslim terhadap pembagian India-Pakistan dalam kurun waktu 1935-1947?” Untuk menjawab permasalahan tersebut penulis merumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum kondisi politik India antara tahun 1935-1937 setelah Inggris mengeluarkan India Government Act 1935?

2. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Partai Kongres dan Liga Muslim dalam memperkuat kedudukan politiknya dalam masyarakat India?

3. Mengapa Partai Kongres dan Liga Muslim sepakat dengan keputusan Inggris membagi India menjadi dua negara dominion (India-Pakistan) pada tahun 1947?


(10)

4. Bagaimana situasi politik India dan Pakistan pada tahun 1947 setelah terbagi menjadi dua negara dominion?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan gambaran umum kondisi perpolitikan India antara tahun 1935-1937 setelah Inggris mengeluarkan India Government Act 1935 yang memicu persaingan politik antara Partai Kongres dan Liga Muslim. 2. Mengidentifikasi upaya-upaya Partai Kongres dan Liga Muslim dalam

memperoleh dukungan rakyat dalam memperkuat kedudukan politiknya di India dalam kurun waktu 1937-1945.

3. Menganalisis kesepakatan antara Inggris, Partai Kongres, dan Liga Muslim dalam pembagian India menjadi dua negara dominion berdasarkan golongan agama yaitu India (wilayah-wilayah yang didominasi golongan Hindu) dan Pakistan (wilayah-wilayah yang didominasi oleh golongan Muslim) pada tahun 1946-1947.

4. Menganalisis situasi politik India dan Pakistan pada tahun 1947 setelah terbagi menjadi dua negara dominion.

1.4. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode historis yaitu suatu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschalk, 2008: 39). Metode historis terdiri dari tiga tahap utama yaitu heuristik (pengumpulan sumber); kritik sumber (ekstern dan intern); dan terakhir adalah historiografi atau penulisan sejarah yang di dalamnya terdiri dari kegiatan


(11)

interpretasi (penafsiran), eksplanasi (penjelasan), dan ekspose (penyajian) (Sjamsuddin, 2007: 17).

Tahap pertama, menentukkan topik dan permasalah yang akan dikaji, penulis terlebih dahulu membaca berbagai referensi mengenai sejarah politik India pada masa penjajahan Inggris. Penulis menetapkan permasalahan yang akan diteliti, setelah itu membatasi periodenya sesuai dengan fokus permasalahnya. Perhatian penulis tertuju pada peranan politik Partai Kongres dan Liga Muslim dalam pembagian India menjadi dua dominion oleh Inggris dalam kurun waktu 1935-1947. Setelah masalah ditentukan penulis membaginya ke dalam beberapa butir pertanyaan penelitian yang menjadi kerangka dasar (the body of knowledge) dari keseluruhan proses penelitian ini.

Penulis melakukan pencarian sumber guna memperoleh data-data yang diperlukan dalam menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Sumber-sumber literatur diperoleh dari beberapa perpustakaan di Kota Bandung di antaranya Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Perpustakaan Batu Api, dan Perpustakaan Musium Konferensi Asia-Afrika. Penulis menemukan sumber-sumber buku yang berasal dari berbagai perspektif baik itu buku yang ditulis oleh bangsa India dan Pakistan yang berlatar belakang Hindu dan Muslim, maupun tulisan-tulisan yang berasal dari luar bangsa India yang cenderung netral. Selain itu sebagai tambahan penulis juga memperoleh sumber-sumber baik dokumen digital, ebook, dan jurnal yang berasal dari internet.

Tahap kedua, penulis meringkas dan mengevaluasi sumber-sumber yang telah diperoleh baik berupa buku, dokumen, maupun jurnal. Penulis memilah dan


(12)

mengenai peranan politik Partai Kongres dan Liga Muslim dalam pembagian India-Pakistan (1935-1947). Pada tahap ini diperlukan kritik sumber dalam rangka menjamin kebenaran dan validitas dari data-data yang digunakan dalam penelitian. Menurut Sjamsuddin (2007: 50) di dalam penelitian sejarah terdapat dua jenis kritik sumber yaitu kritik ekstern (luar/kondisi fisik) dan kritik intern (dalam/isi).

Penulis hanya melakukan kritiks intern saja, yaitu suatu proses menilai dan mengkritisi isi dari sebuah teks atau tulisan yang dijadikan sebagai sumber historis. Data yang digunakan merupakan data sekunder atau tidak berasal dari sumber aslinya (sumber primer) baik itu dokumen atau angka statistik yang digunakan. Menurut Gottschalk (2008: 95) adapun yang dilakukan dalam proses kritik intern yaitu memilah dan membandingkan antara fakta, pendapat, atau beberapa kejanggalan yang biasa ditemui dalam sebuah teks sejarah baik berupa buku atau dokumen. Hal ini dilakukan agar data-data yang digunakan dapat dipertanggungjawabkan nilai kebenaran dan validitasnya.

Tahap terakhir adalah historigrafi, di dalamnya terdapat proses interpretasi (penafsiran), eksplanasi (penjelasan), dan ekseposisi (penyajian) terhadap sumber-sumber yang terpilih ke dalam sebuah tulisan sejarah. Penulis menggunakan konsep-konsep dalam ilmu sosial baik itu ilmu politik maupun sosiologi dalam tahap ini, yang dapat mempermudah dalam melakukan interpretasi dan eksplanasi sejarah. Adapun dalam penyajiannya mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tahun 2011.


(13)

1.5. Manfaat Penelitian

Sebuah hasil penelitian idealnya dapat memberikan manfaaat, baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan maupun bagi kemanusiaan. Adapun manfaat-manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Membuka wawasan pembaca dalam memahami kondisi perpolitikan di India pada masa pergerakan kemerdekaan sampai pembagiannya menjadi dua negara dominion (India-Pakistan) (1935-1947).

2. Mengembangkan nilai-nilai perjuangan (persatuan dan kesatuan bangsa, kerjasama, dan kesetaraan) dalam melawan segala bentuk penjajahan oleh suatu bangsa terhadap bangsa lainnya.

3. Sebagai materi diskusi dalam pembelajaran sejarah di sekolah yang membahas mengenai perkembangan gerakan kemerdekaan melawan kolonialisme, yang dapat dijadikan sebagai wacana pembanding dengan kajian sejarah pergerakan kemerdekaan yang ada di Indonesia.

1.6. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini terdiri dari lima bab, yang mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang dikeluarkan oleh UPI pada tahun 2011. Bab pertama Pendahuluan, berisi latar belakang masalah yang menjelaskan mengapa masalah dalam skripsi ini menarik untuk diteliti serta mengapa penulis menetapkan batasan periode penelitiannya antara 1935-1947. Dalam bab ini juga penulis menentukkan identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian , metode penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.


(14)

Bab kedua Kajian Pustaka, berisi mengenai pemaparan penulis mengenai beberapa karya literatur/tulisan terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas dalam skripsi ini mengenai peranan politik Partai Kongres dan Liga Muslim dalam pembagian India-Pakistan (1935-1947). Dalam kajian pustaka, penulis membandingkan, mengontraskan, dan memposisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji dikaitkan dengan masalah yang diteliti (Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI, 2011: 22). Penulis memaparkan posisi penulis di antara karya-karya terdahulu yang dikaji dalam bab ini.

Bab ketiga Metode Penelitian, membahas mengenai metode dan prosedur penelitian sejarah yang dilakukan dalam membuat skripsi ini. Proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap utama yaitu heuristik (pencarian sumber), kritik sumber, dan terakhir historiografi penulisan sejarah yang di dalamnya terdapat tiga kegiatan yaitu interpretasi, eksplanasi, dan eksposisi. Penulis memaparkan ketiga tahapan tersebut secara deskriptif berdasarkan pengalaman selama penelitian ini berlangsung.

Bab keempat Dampak Perkembangan Politik Partai Kongres dan Liga Muslim terhadap Pembagian India-Pakistan 1935-1947, berisikan pemaparan dari hasil penelitian yang terbagi ke dalam empat subbab yaitu: 4.1. Gambaran Umum Kondisi Politik India (1935-1947) setelah Keluarnya India Government Act 1935; 4.2. Upaya-Upaya Partai Kongres dan Liga Muslim dalam Memperkuat Kedudukan Politiknya di India (1935-1945); 4.3. Kesepakatan Politik antara Inggris Partai Kongres dan Liga Muslim dalam Pembagian India-Pakistan (1946-1947); dan terakhir, Kondisi Politik India-Pakistan setelah Pembagian 1947.


(15)

Bab kelima Kesimpulan dan Rekomendasi, dalam bab ini penulis akan memberikan suatu kesimpulan yang merupakan inti dari keseluruhan kajian yang dibahas dalam skripsi ini. Menurut Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI 2011 kesimpulan dan rekomendasi menyajikkan penafsiran dan pemaknaan penulis terhadap hasil analisis temuan dalam penelitian. Kesimpulan dibuat berpedoman pada rumusan masalah yang dibuat pada bab pertama.

Rekomendasi diajukkan kepada para pengguna hasil penelitian ini, serta kepada penulis berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya. Penulis akan memberikan berbagai topik penelitian sejarah yang berhubungan dengan hasil penelitian dalam skripsi ini. Selain itu, pada bagian ini penulis akan mendeskripsikan menganai manfaat dari hasil penelitian ini yang dapat digunakan sebagai materi diskusi dalam pembelajaran sejarah di sekolah mengenai gerakan kemerdekaan.


(16)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai kajian pustaka yang dilakukan oleh penulis terhadap berbagai tulisan terdahulu dari para pakar sejarah dan politik yang membahas mengenai Partai Kongres, Liga Muslim, dan masalah pembagian India menjadi dua negara dominion pada tahun 1947. Penulis membandingkan isi dari setiap karya literatur dan mengidentifikasi sudut pandang setiap penulis buku terhadap subjek-subjek yang dibahasnya yang berhubungan dengan skripsi ini. Merujuk pada Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan India tahun 2011, dalam kajian pustaka penulis menjelaskan posisi/pendirian penulis disertai alasan-alasannya.

Telaah terhadap karya-karya terdahulu dimaksudkan untuk menampilkan

“mengapa” dan “bagaimana” hasil tulisan dari pakar-pakar terdahulu tersebut dapat dijadikan sebagai referensi dalam pembuatan skripsi ini. Terdapat tiga subpokok bahasan yang dijadikan landasan penyusunan bab ini. Pertama, peranan politik Partai Kongres dan Liga Muslim 1935-1947; kedua, pembagian India menjadi dua negara dominion (India dan Pakistan); ketiga, kondisi Politik India dan Pakistan tahun 1947 setelah Pembagian.

2.1. Peranan Partai Kongres dan Liga Muslim 1935-1947

Peranan politik terbangun atas dua konsep dasar yaitu “peranan” dan

“politik”, untuk menjabarkan apa yang dimaksud peranan politik dalam konteks penelitian ini, penulis akan memaparkan beberapa pendapat para ahli ilmu politik


(17)

dan sosiologi mengenai kedua konsep tersebut. Peranan merupakan konsep yang berasal dari ilmu sosiologi, menurut Pratama dkk. (tersedia di: http://ardee.web.id/blog/2012/03/06/ ..., 30 Desember 2012) suatu peran mencakup tiga hal, yaitu:

a) Peran meliputi norma-norma terkait posisi dan tempat (kedudukan) dalam masyarakat;

b) Peran merupakan konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu (atau organisasi) dalam masyarakat;

c) Peran sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial. Struktur sosial dapat diartikan sebagai suatu jalinan atau pola hubungan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu antara lain kelompok-kelompok sosial, institusi sosial, norma sosial dan stratifikasi sosial.

Budiardjo (2008: 18) mendefinisikan politik sebagai seluruh kegiatan manusia yang menyangkut masalah memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan. Politik erat kaitannya dengan kehidupan bernegara, apa yang akan penulis bahas lebih jauh dalam skripsi ini menyangkut berbagai aktivitas politik yang berlangsung dalam suatu negara, dalam konteks di sini adalah India dalam periode 1935-1947 yang pada saat itu masih berada dalam kekuasaan imperialisme Inggris. Budiarjo (2008: 14) memaparkan bahwa politik dalam suatu negara (states) berkaitan dengan masalah kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan publik (public policy), dan alokasi atau distribusi (allocation or distribution).


(18)

Berdasarkan pada pendapat Pratama dan Budiardjo di atas, dapat disimpulkan bahwa peranan politik mencakup perilaku-perilaku dan aktivitas-aktivitas politik dalam masyarakat oleh individu atau kelompok-kelompok politik tertentu, yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan politik dalam masyarakat. Kelompok-kelompok politik yang dimaksud dalam skripsi ini adalah Partai Kongres dan Liga Muslim. Sebelum lebih jauh membahas mengenai kedua partai ini, terlebih dahulu perlu sedikit dibahas makna dari partai politik pada masa pergerakan kemerdekaan sesuai dengan konteks historisnya.

Partai politik lahir pada zaman kolonial sebagai manifestasi dari bangkitnya kesadaran nasional (Budiardjo, 2008: 423). Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Asshiddiqie yang dikutip dari (http://ardee.web.id/blog/, 30 Desember 2012) bahwa partai politik merupakan bentuk pelembagaan dari ide-de, gagasan-gagasan, serta cita-cita politik, berperan dalam proses dinamis perjuangan nilai dan kepentingan dari konstituen yang diwakilinya. Berdasarkan dua pendapat tersebut, peranan politik Partai Kongres dan Liga Muslim sebagai dua partai politik yang lahir dalam masa pergerakan, meliputi upaya-upaya yang dilakukan oleh keduanya dalam memperjuangkan nilai-nilai, gagasan-gagasan, serta cita-cita kemerdekaan India agar lepas dari penjajahan Inggris.

Skripsi ini akan banyak membahas mengenai perubahan politik yang ditimbulkan oleh Partai Kongres dan Liga Muslim berkaitan dengan peranan politiknya sebagai partai pergerakan kemerdekaan India selama periode 1935-1947. Penulis menekankan pada aspek perubahan karena hakikat dari sejarah adalah perubahan-perubahan penting yang disebabkan oleh tindakan-tindakan manusia pada masa lalu. Perubahan politik yang dimaksud dalam skripsi ini


(19)

adalah mengenai transisi kepemimpinan dari pemerintahan imperialisme Inggris ke tangan bangsa India, yang ditandai dengan berakhirnya rejim imperial Inggris di India, serta munculnya dua negara baru yaitu India dan Pakistan.

Hardgrave dan Kuchanek (1970: 37) memaparkan bahwa Partai Kongres didirikan oleh A. O. Hume dan Banerjea pada tahun 1885, awalnya bertujuan untuk mengumpulkan berbagai kaum elit India (kaum cendikia, penulis, guru, ahli hukum, dll.) dari berbagai golongan (Hindu, Muslim, Sikh, dan Ango-Hindu) untuk menuntut agar Inggris memberikan ruang yang lebih luas bagi rakyat India untuk berpartisipasi dalam pemerintahan. Bunyi tuntutannya “the germ of Native

Parliament” mereka meminta agar Inggris menyediakan tempat di parlemen, bagi perwakilan rakyat pribumi India.

Hardgrave dan Kochanek (1970:36) membagi fase perkembangan partai kongres dari 1885-1947 ke dalam tiga periode berdasarkan karakteristik dari pola gerakannya serta para pemegang kepemimpinan yang menjadi penentu dalam partai tersebut. Pertama, periode Moderat (1885-1905) diisi oleh golongan elit yang bersifat moderat, yang menjadi tuntutannya masih dalam tataran partisipasi rakyat India dalam pemerintahan Inggris-India dan belum ada konsesi mengenai kemerdekaan India dari kolonialisme Inggris. Kedua, periode ekstrimis (1905-1920) ditandai dengan naiknya kaum ekstrimis Hindu dalam kepemimpinan Partai Kongres, Bahadur Tilak tampil sebagai sosok yang paling berpengaruh yang menjadikan gerakan Partai Kongres bersifat radikal dan menggunakan cara-cara kekerasan yang memicu timbulnya berbagai kerusuhan komunal.


(20)

Inggris. Walau pun bersifat non-kooperatif seperti halnya Tilak, namun Gandhi tidak suka dengan cara-cara kekerasan yang dilakukan oleh pendahulnya itu. Dia banyak menggunakan cara-cara yang halus dalam menentang kolonialisme Inggris di India dengan perjuangan tanpa kekerasannya, yaitu dengan melakukan aksi civil disobedience (aksi mogok), dan memobilisasi rakyat India untuk tidak menggunakan produk-produk Inggris dengan prinsip ekonominya Swadesi, satyagraha perjuangan dengan kebenaran, dan tidak berpatisipasi dalam pemerintahan atau lembaga-lembaga hukum Inggris di India.

Pembagian periode perkembangan Partai Kongres antara tahun 1885-1947 oleh Hardgrave dan Kuchanek di atas menunjukkan bahwa ia hanya mengidentifikasi gerakan partai tersebut dengan tokoh tertentu saja. Periode 1920-1947 hanya diidentifikasikan dengan satu tokoh saja yaitu Gandhi, penulis memandang bahwa apa yang digambarkan Hardgrave dan Kuchenek itu parsial, ada banyak peran-peran dari para partisipator sejarah India yang teralienasi. Menurut penulis peranan politik Gandhi yang paling kuat dalam Partai Kongres hanya sampai pada tahun 1929, karena pada periode selanjutnya Gandhi telah digantikan oleh masuknya sosok Nehru, dan beberapa politikus lainnya seperti Bose, Patel, Prasad, dll. yang banyak berpengaruh dalam pergerakan Partai Kongres di parlemen.

Gandhi beralih pada peranannya dalam gerakan kelas bawah pada periode 1935-1947 dan baru terlihat setelah ia memobilisasi rakyat India dalam gerakan Quit India pada tahun 1942. Menurut penulis gerakan Partai Kongres menemukan karakteristiknya yang baru sejak tahun 1935, ketika Inggris mengeluarkan India Government Act 1935 yaitu undang-undang baru, yang banyak menciptakan


(21)

perubahan dalam perpolitikan India. Undang-undang tersebut juga mendorong Partai Kongres untuk mengubah strategi pergerakannya yang semula bertumpu pada aksi protes di jalanan, kembali pada polanya yang lama yaitu dengan melakukan gerakan di tataran elit politik.

Kajian mengenai peranan politik Partai Kongres dan Liga Muslim dalam periode 1935-1947 banyak dibahas dalam buku-buku atau tulisan-tulisan mengenai sejarah politik dan pergerakan kemerdekaan India. Buku pertama sebuah karya dari Moreas yang berjudul India Today (1960), fokus kajiannya terletak pada pengaruh nilai-nilai Hinduisme dalam tatanan politik India pada masa pra-kemerdekaan dan setelahnya. Menurut Moraes konsep nilai-nilai Hinduisme bukan hanya sekedar agama bagi rakyat India, namun juga merupakan acuan berbagai macam tindakan di dalam masyarakat. Ia menambahkan bahwa Hinduisme telah masuk ke dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat India baik itu dalam bidang sosial, ekonomi, dan politiknya (Moraes, 1960: 3). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa besarnya peran agama dalam kehidupan politik di India, hal itu cukup memberikan penjelasan awal pada penulis mengapa antara periode 1935-1947 isu agama menjadi sangat sensitif, sehingga mengatarkan bangsa India pada perpecahan yang berujung pada pembagian pada tahun 1947.

Pembahasan Moraes mengenai pergerakan kemerdekaan India yang dilakukan oleh Partai Kongres dan Liga Muslim menekankan pada konflik-konflik politik yang terjadi dalam tubuh Partai Kongres sebagai pemicu terpecahnya pergerakan kemerdekaan di India. Di satu sisi Partai Kongres berperan sebagai pemersatu berbagai golongan di India dan merupakan mesin


(22)

ajang persaingan berbagai kelompok yang ada di India terutama antara mayoritas Hindu dan minoritas terbesar Muslim.

Moraes dalam bukunya kurang begitu mengangkat mengenai peranan politik Liga Muslim dalam gerakan kemerdekaan India. Namun, Moreas pada salah satu bagian dalam bukunya menjelaskan mengenai akar konflik yang menyebabkan kurang harmonisnya hubungan antara Partai Kongres dan Liga Muslim dalam periode 1935-1947. Moraes hanya terfokus pada sosok Gandhi dan kurang mengangkat peran-peran tokoh lain di Partai Kongres. Sosok-sosok seperti Nehru, Bose, dan Muhammad Kallam Azab tidak terlalu muncul, padahal mereka tokoh-tokoh yang juga cukup menentukkan dalam kemerdekaan India.

Herman Kulke dan Dietmer memiliki sudut pandang yang berbeda dengan Moraes dalam bukunya yang berjudul A History of India (fourth edition) (2004), mereka dalam bukunya banyak membahas mengenai kondisi India dalam periode akhir kekuasaan Inggris di India antara tahun 1935-1947. Kulke cukup berimbang dalam menjelaskan peranan masing-masing tokoh utama yang memiliki pengaruh kuat dalam perpolitikan India, baik yang berasal dari Partai Kongres seperti Nehru, Gandhi, dan Bose, maupun dari Liga Muslim seperti Ali Jinnah dan Rahman Ali Khan. Tulisannya mengarahkan sudut pandang pembaca untuk memahami kondisi politik India pada periode 1935-1947 dimulai dari keluarnya India Government Act 1935.

India Government Act 1935 digambarkan oleh Kulke dan Dietmer sebagai pemicu timbulnya perpecahan antara golongan Hindu dan golongan Muslim. Dia juga banyak mengangkat peranan dari Ali Jinnah sebagai perwakilan dari Liga Muslim yang dianggap sebagai tokoh kunci dari perjuangan Muslim India untuk


(23)

mendirikan Pakistan agar terpisah dari India. Periode 1935-1947 bagi Kulke dan Dietmer merupakan sebuah ajang persaingan politik yang terjadi di India antara Partai Kongres dan Liga Muslim dalam memperoleh legitimasi politik dari rakyat India. Masuk tahun 1946 Masing-masing partai memiliki wilayah kekuasaannya sendiri, Partai Kongres di delapan provinsi, sedangkan Liga Muslim di tiga provinsi (Bengal, Punjab, dan Sind).

Kelemahan tulisan Kulke dan Dietmer adalah terlalu menekankan pada faktor-faktor ekstern seperti Perang Dunia II dan ancaman serangan Jepang sebagai faktor-faktor yang paling menentukkan dalam menentukkan kondisi politik dalam negeri India pada tahun 1947. Hal itu melahirkan pandangan bahwa bangsa India hanya mampu bereaksi dari pada memiliki inisiatif sendiri dalam memperjuangkan kemerdekaannya dari pihak Inggris. Kurangnya pendekatan kultural oleh Kulke dan Dietmer dalam memahami sosok seperti Jinnah, Nehru, dan Gandhi yang semuanya digambarkan dengan cara pandang Barat terhadap orang Timur.

Judith E. Walsh dalam bukunya yang berjudul A Brief History of India (2006) juga membahas mengenai dampak-dampak dari India Government Act 1935 terhadap perkembangan politik India antara tahun 1935-1947. Ia banyak memaparkan mengenai proses politik yang berlangsung di parlemen India dalam kurun waktu 1937-1947 antara Partai Kongres dan Liga Muslim. Dalam kajiannya Walsh menemukan persaingan yang timbul antara kedua partai tersebut, yang disebabkan oleh sistem pemilihan terpisah yang diterapkan oleh Inggris pada tahun 1937 berdasarkan India Government Act 1935.


(24)

Pemilihan parlemen provinsi pada tahun 1937 berdampak pada merenggangnya hubungan politik antara Partai Kongres dan Liga Muslim dalam kurun waktu 1937-1947. Kekalahan Liga Muslim dalam pemilihan semakin menguatkan para tokoh politik Muslim untuk sadar dalam menjaga posisi politiknya di India yang terancam oleh dominasi Partai Kongres. Liga Muslim sebagai perwakilan dari golongan Muslim, sejak tahun 1940 memimpin sebuah upaya menuju pembentukkan negara Pakistan yang wilayahnya adalah provinsi-provinsi di India yang dikusai oleh Muslim meliputi Punjab, Sind, Benggala, dan Nortwest Frontier Province.

Kelemahan dari kajian Walsh mengenai perkembangan politik India dan perjuangannya dalam memperoleh kemerdekaan adalah terlalu terfokus pada pembahasan mengenai pemilihan parlemen provinsi saja. Sedangkan, kondisi politik setelah pemilihan dan masa pemerintahan Partai Kongres dan Liga Muslim di parlemen tidak dipaparkan terlalu banyak oleh Walsh. Hal ini menimbulkan kesan bahwa Partai Kongres dan Liga Muslim tidak lebih dari dua partai yang berambisi untuk berkuasa di India dengan mengorbankan kepentingan dari rakyat banyak.

Buku selanjutnya sebuah karya dari TSG. Mulia berjudul India; Sedjarah Politik dan Pergerakan Kemerdekaan (1959), yang banyak membahas mengenai kondisi politik India pada masa pergerakan kemerdekaan sejak permulaan abad ke-19 sampai petengahan abad ke-20. Pada periode 1935-1947 baik Partai Kongres maupun Liga Muslim digambarkan keduanya berkembang dengan pesat, dan banyak wakil-wakil dari kedua partai ini yang mengisi jabatan-jabatan pemerintahan baik di tingkat provinsi maupun pusat. Aspek yang perlu dikritisi


(25)

dari tulisan Mulia, yaitu terletak pada sudut pandangnya yang terlalu nasional sentris.

Mulia menggambarkan posisi bangsa India sebagai pihak yang lemah dirugikan, dan menderita sebagai korban dari kolonialisme Inggris. Dia dalam bukunya terlalu mensucikan faham nasionalisme dalam pengertian yang asketis. Hal tersebut membuka ruang bagi munculnya interpretasi baru dewasa ini, ketika nilai-nilai nasionalisme telah berevolusi. Terjadi semacam bias zaman yang menyebabkan adanya perbedaan antara sudut pandang manusia saat ini dengan masa lalu terhadap fenomena-fenomena nasionalisme dan kemerdekaan.

R. C. Majumdar at. al. (1950) dalam bukunya yang berjudul An Advance History of India, ia memiliki sudut padang yang berbeda dengan Mulia. Perspektif Majumdar bersifat western centris, kolonialisme Inggris digambarkan dengan positif yang dianggap olehnya telah membawa India pada modernitas dan kemajuan. Majumdar lebih banyak membahas mengenai berbagai kebijakan Inggris yang berdampak positif bagi kemajuan rakyat India yang digambarkan olehnya terbelakang dan percaya pada takhayul. Munculnya berbagai gerakan kemerdekaan tidak terlepas dari berbagai program pendidikan yang dilakukan oleh Inggris di India. Sehingga, mendorong munculnya kelompok menangah baru (the new midle class) yaitu para kaum cendikia yang memperoleh pendidikan Inggris.

Majumdar memaparkan mengenai proses pergerakan kemerdekaan di India dengan pola aksi-reaksi yang terjadi antara kelompok-kelompok pergerakan kemerdekaan dengan pihak kolonial Inggris. Berbagai kebijakan yang dibuat oleh


(26)

dilakukan oleh rakyat. Sebaliknya, berbagai aksi protes rakyat biasanya timbul dikarenakan oleh ketidakpuasan terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Inggris di India. Majumdar menyebut periode 1935-1947 sebagai fase akhir dari kekuasaan Inggris di India, yang ditandai pertama dengan munculnya dua partai pergerakan yaitu Partai Kongres dan Liga Muslim yang masing-masing didukung oleh basis massa yang kuat dari golongan Hindu dan golongan Muslim. Kedua, semakin kuatnya desakan rakyat India dalam menuntut kemerdekaan India dari Inggris.

2.2.Pembagian India menjadi dua negara dominion (India dan Pakistan) Pembagian India-Pakistan (1947) dalam berbagai karya Historiografi biasa disebut dengan istilah “partition”. Konsep “partition” dalam bahasa Inggris bermakna “pembagian”, istilah ini berkembang tidak lama setelah India terbagi menjadi dua negara dominion berdasarkan golongan agama pada tahun 1947. Pandey dalam bukunya menjelaskan mengenai perkembangan konsep partition dalam menggambarkan peristiwa historis terbagi India dan Pakistan pada tahun 1947, sebagai berikut:

“Along with vernacular equivalents like batwara, vib-hajan and taqseem, and other local terms for the violence of the time that I shall have occasion

to discuss below, the English word „Partition‟ has come to be used in the region of Punjab and Delhi, UP ( Uttar Pradesh) and Bihar, Bengal and beyond, for the events (or some of the events) that marked the establishment of India and Pakistan, the Hindu–Muslim discord of that

moment and the fratricide (or „civil war‟) that occur red in 1947. In

Bangladesh, many ordinary peasants and labourers, speaking in the common Musalmani Bengali of the rural poor, refer to 1947 as

„partitioner bacchar ‟ (the year of Partition), as they refer to 1971 as „svad-hintar [or mukti-juddher ] bacchar‟ (the year of Independence, or

„of the liberation war‟ – referring to the massacres and widespread

resistance and fighting that came with the Pakistani ar my‟s actions of


(27)

Pandey dalam kutipan di atas, memaparkan bahwa konsep partition bukan hanya sekedar menjadi bahasa historiografi, namun juga familiar dalam masyarakat India maupun Pakistan yang digunakan di beberapa kawasan di antaranya Punjab dan Delhi, Uttar Pradesh, Bihar, dan Benggala. Bahkan, konsep tersebut telah diserap dalam bahasa daerah dikenal istilah „partitioner bacchar‟ (tahun pembagian/the year of partition) istilah yang digunakan oleh penduduk Bangladesh (Pakistan Timur) dalam memperingati peristiwa historis pembagian India dan Pakistan pada tahun 1947. Namun, dalam penelitian ini penulis akan

menggunakan konsep “pembagian” menggantikan konsep “partition” dalam

bahasa Inggris untuk mendeskripsikan peristiwa terbaginya India menjadi dua negara dominion oleh Inggris.

Pakistan merupakan kawasan yang didominasi oleh penduduk Muslim, kawasannya terbagi dua antara Pakistan Barat yaitu wilayah yang terdiri dari provinsi Sind, Punjab bagian barat, Northwest Frontier Province, dan kawasan princely states Balukistan. Pakistan Timur merupakan kawasan yang dulunya adalah provinsi Benggala yang di bagi dua pada tahun 1947, dimana Benggala bagian timur yang penduduknya mayoritas Muslim memilih untuk masuk dalam Pakistan, sedangkan yang barat masuk pada India. Sejak tahun 1971 Pakistan Timur melepaskan diri dari Pakistan Barat dan berubah menjadi negara yang sekarang kita kenal dengan nama Bangladesh.

Kawasan-kawasan India meliputi seluruh bekas daerah jajahan Inggris di India di luar daerah-daerah yang disebutkan di atas. Namun, beberapa kawasan yang masuk dalam kategori tribal dan princely states menjadi bahan perebutan


(28)

antara India dengan negara-negara tetangganya. Contohnya Kashmir yang sampai sekarang belum selesai permasalahannya diperebutkan oleh India dan Pakistan.

India dan Pakistan resmi merdeka dari Inggris pada tahun 1947 dengan status dominion. Status Dominion berdasarkan hasil ketetapan Imperial Conferences (1926) adalah hubungan antara Great Britain (Inggris Raya) dengan para dominionnya (negara-negara merdeka bekas jajahannya) sebagai „komunitas

otonom‟ yang terangkum di dalam Kerajaan Inggris, yang setara tidak ada subordinasi (penguasaan) satu dengan yang lainnya dalam berbagai aspek baik dalam kepentingan domestik maupun kepentingan luar negerinya. Negara-negara dominion tersebut dipersatukan dalam sebuah kesetiaan terhadap mahkota Inggris. Mereka mengakui monarki Inggris sebagai kedaulatannya, dan secara bebas tergabung sebagai anggota dari negara persemakmuran Inggris (British Commonwealth of Nations) (tersedia di: http://www.britannica.com/EBchecked, 24 Agustus 2012).

Kajian sejarah politik mengenai pembagian India-Pakistan pada tahun 1947 ditulis baik oleh penulis yang berkebangsaan India dan Pakistan maupun para penulis dari luar bangsa India. Namun, setiap tulisan memiliki perspektif yang berbeda terutama dalam mengidentifikasi mengenai faktor-faktor penyebab terbaginya India menjadi dua negara dominion pada tahun 1947. Wali Khan dalam bukunya yang berjudul Facts are Facts; The Untold Story of India‟s Partition (2004), ia membahas mengenai perpecahan politik di India setelah masa akhir penjajahan Inggris, dan ketika Inggris membagi India menjadi dua negara dominion (India dan Pakistan) pada tahun 1947.


(29)

Khan melakukan kajian terhadap berbagai dokumen yang diperolehnya dari pusat dokumen di Inggris. Hal yang menarik dari bukunya adalah perspektif Khan yang berbeda dari kebanyakan tulisan yang membahas mengenai sejarah kemerdekaan India, yang terlalu mendewakan sosok Gandhi dan perjuangan Partai Kongres. Khan dalam bukunya memberikan sebuah perspektif dengan mengangkat peranan dari gerakan politik Muslim India dengan mesin politiknya Liga Muslim, yang berupaya untuk lepas dari kekusaan Inggris dan Hindu (Partai Kongres).

Khan mengantarkan pembaca pada sebuah pemikiran bahwa terbaginya India menjadi dua negara (India-Pakistan) pada tahun 1947 merupakan kreasi dari permainan politik antara Liga Muslim dan Inggris. Menurut Khan pemisahan India-Pakistan dianggap merupakan sesuatu yang disengaja oleh Inggris, dengan menebarkan bibit-bibit komunalisme dalam masyarakat India selama masa penjajahan Inggris di India. Seperti dengan membuat kebijakan sistem elektoral terpisah (pemilihan anggota parlemen dan dewan menteri) berdasarkan golongan-golongan (communal award) dengan keluarnya India Government Act 1919 dan penyempurnaanya India Government Act 1935.

Khan berpendapat bahwa India Government Act 1935 dibuat oleh Inggris untuk memecah belah antara golongan Hindu dan golongan Muslim di India. Hal yang perlu dikritisi dari tulisan Khan adalah penggambaran mengenai Partai Kongres dan Inggris yang bersifat antagonis, dan upaya dari penulis dalam membentuk citra Muslim sebagai korban dari dominasi politik Partai Kongres. Upaya tersebut melegalkan tindakan separatisme yang dilakukan oleh Liga


(30)

Zirring berjudul Pakistan at the Crosscurrent of History (2003), yang membahas mengenai perkembangan politik Pakistan sejak masih bergabung dengan India. Zirring dalam bukunya memberikan penekanan pada sosok Ali Jinnah sebagai tokoh sentral dalam pergerakan Liga Muslim untuk mendirikan negara Pakistan. Walau fokusnya pada gerakan politik Muslim, namun buku ini ditulis oleh penulis Barat sehingga tidak seperti Khan yang cenderung terasa sentimen komunal dalam perpektifnya, dalam tulisanya ini Zirring memberikan perspektif yang netral.

Kelemahan dari tulisan Zirring adalah terlalu terfokus pada pergerakan tokoh dan kurang memberikan faktor-faktor lain yang berpengaruh bagi perjuangan kemerdekaan India. Dia mengidentikkan Liga Muslim dengan satu tokoh saja yaitu Ali Jinnah dan Partai Kongres dengan Gandhi, sehingga peran-peran lain kurang terangkat. Selain itu yang perlu dipahami bahwa faktor ekstern seperti India yang terlibat dalam Perang Dunia II antara tahun 1939-1947 juga turut menyertai suasana politik dalam negeri India dan memiliki dampak pada proses kemerdekaan India, namun ini justru tidak tersentuh dalam kajiannya.

Zirring mengabaikan aspek sosial dan budaya dalam tulisannya, padahal terbetuknya Pakistan juga tidak terlepas dari sentimen-sentimen komunal yang kuat berakar di masyarakat. Karena kajiannya terlalu fokus pada satu aspek saja yaitu Pakistan, sehingga kajiannya menjadi parsial. Menurut penulis seharusnya sejarah India pada periode kolonial Inggris harus mampu mempertemukan tiga perspektif utama yaitu India dan Pakistan, lalu ditambah dengan perspektif dari luar yang tidak memiliki kepentingan-kepentingan dan mampunyai melihat permasalahan di India secara netral.


(31)

2.3.Kondisi Politik India dan Pakistan tahun 1947 setelah Pembagian Kondisi politik India setelah terbagi menjadi dua negara dominion juga dibahas dalam buku-buku yang telah dipaparkan pada subbab sebelumnya. Namun, pada bagian ini akan dibahas beberapa karya literatur yang menurut penulis representatif untuk dijadikan sebagai bahan referensi dalam memahami kondisi India setelah pembagian pada Agustus 1947. Adapun yang menjadi perhatian dalam kajian ini adalah untuk memahami bagaimana dampak-dampak politik yang ditimbulkan dari pembagian India tahun 1947 bagi rakyat India dan Pakistan.

Gyanendra Pandey (2004) dalam berjudul Remembering Partition Violence, Nationalism and History in India, membahas mengenai dampak pembagian India-Pakistan pada tahun 1947 terhadap konflik politik-horizontal, dan kekarasan-kekerasan yang dilakukan oleh negara terhadap warga sipil. Pandey memfokus kajiannya pada perpecahan dan kekerasan genosida yang terjadi di India, yang ditandai dengan berakhirnya sebuah rejim yaitu Inggris di India, dan lahirnya dua rejim yang baru yaitu negara India dan Pakistan.

Pandey mencoba untuk menginvestigasi momen-momen perpecahan, dan berbagai kekerasan yang terjadi saat sebuah negara mengklaim untuk mendapatkan legitimasi atas indetitas kemerdekaannya. Secara spesifik dalam buku ini dianalisis mengenai gerakan-gerakan dalam membangun populasi nasional. Pandey menggunakan konsep budaya (culture) dan sejarah (history) dalam konteks klaim atas kenegara-bangsaan (nation-statehood) dan pendiriaan negara bangsa (nation-state). Dalam prosesnya akan terlihat, bagaimana aspek


(32)

lokal muncul sebagai aspek nasional, dan sebaliknya aspek nasional ditampilkan sebagai aspek lokal dalam mendukung klaim berdirinya sebuah negara.

Pandey, mencoba memberikan sesuatu yang berbeda dari tulisan-tulisan sebelumnya yang membahas mengenai pembagian India-Pakistan. Dia mengangkat kaitan antara komunalisme dan kekerasan yang berkembang di India pada masa sebelum dan sesudah pembagian. Pandey memaparkan mengenai kekerasan genosida yang biasanya menjadi isu sensitif dan kurang dibahas dalam berbagai tulisan umumnya. Hal ini dikarenakan data statistiknya yang tidak jelas dan juga berpotensi menimbulkan diskursus di dalam masyarakat antara Muslim dan Hindu di India (Pandey, 2004: 4). Menurut Pandey, sejarah perpecahan India-Pakistan lahir dengan dua wajah utama, antara perspektif yang setuju dengan gagasan pembentukan Pakistan, dan juga pihak-pihak yang memandang itu sebagai sebuah kegagalan bangsa dalam menjaga persatuannya.

Robert I Hardgrave dan Jr. Stanley A. Kochanek (1970), berjudul India (Fourth Edition) Government and Politics in a Developing Nation. Dalam bukunya Hargrave dan Kochanek membahas mengenai kondisi India setelah kemerdekaan. Penulis banyak memperoleh informasi mengenai berbagai dampak yang ditimbulkan dari pembagian India-Pakistan pada tahun 1947 bagi kondisi politik dalam negeri masing-masing negara setelah terpisah. Karya Hardgrave dan Kochanek ini sangat membantu penulis karena memberikan pemahaman dasar mengenai kondisi India setelah pembagian pada tahun 1947.

Kondisi India setelah terbagi menjadi dua negara dominion juga cukup banyak dibahas dalam buku Gzaznawi yang berjudul Story of India; Aggression Against Pakistan (1966). Dia adalah seorang penulis Muslim berkebangsaan


(33)

Pakistan yang bersifat Muslim sentris. Fokus utama dari tulisannya adalah mengenai agresi yang dilakukan oleh golongan Hindu India terhadap minoritas Muslim sejak zaman kolonial Inggris, masa pergerakan, sampai dengan konflik Kashmir yang melibatkan India dan Pakistan pasca kemerdekaan 1947. Pembagian India-Pakistan pada tahun 1947 melahirkan permasalahan selanjutnya di kawasan-kawasan princely states, seperti yang terjadi di Kashmir ketika masing-masing negara baik Pakistan maupun Liga Muslim, mengklaim kawasan ini masuk dalam negaranya.

Berdasarkan hasil telaah literatur terhadap beberapa karya historiografi terdahulu dalam bab ini, menunjukkan bahwa perjuangan kamerdekaan India tidak terlepas dari dua aktor utamanya yaitu Partai Kongres dan Liga Muslim. Proses historis yang terjadi antara tahun 1935 sampai dengan 1947 banyak menunjukkan interaksi politis di antara Inggris dengan kedua partai tersebut. Interaksi politik yang terjadi dalam periode 1935-1947 melahirkan banyak perspektif para sejarawan dalam mengkonstruksi perkembangan sejarah politik India. Namun, pada umumnya para penulis buku mengidentifikasi periode tersebut sebagai sebuah proses peralihan, dari rejim lama (kolonialisme Inggris) digantikan oleh bangkitnya rejim baru dengan munculnya dua negara yaitu India dan Pakistan.

Penulis mengidentifikasi bahwa terdapat tiga perspektif utama dalam penulisan sejarah India yang membahas mengenai Partai Kongres, Liga Muslim, dan pembagian India-Pakistan antara tahun 1935-1947. Pertama adalah perspektif Hindu yang banyak memunculkan mengenai peranan Partai Kongres dan


(34)

perjuangan Liga Muslim dalam mendirikan Pakistan dan mendukung terhadap pembagian India menjadi dua negara pada tahun 1947; terakhir perspekif yang terbentuk tanpa adanya konflik kepentingan (conflict of interest) yang turut menyertainya seperti dua perspektif sebelumnya. Pembahasannya cenderung netral namun biasanya subjektifitas masih dapat ditemukan dari ideologi penulis yang ikut terserap dalam tulisannya.


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan mengenai metode dan prosedur penelitian yang telah dilalui oleh penulis dalam membuat skripsi ini. Menurut Nazir (1988: 51) tiga hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan penelitian yaitu di antaranya:

1. Metode penelitian: panduan dalam melakukan penelitian tentang urutan-urutan bagaimana penelitian di lakukan.

2. Prosedur penelitian: tahapan-tahapan (proses) pekerjaan yang harus dilakukan dalam penelitian.

3. Teknik pengumpulan data: alat-alat yang digunakan dalam mengumpulkan data.

Penulis menggunakan metode penelitian sejarah (metode historis), yaitu suatu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau, dalam upaya untuk merekonstruksi secara imajinatif peristiwa masa lampau berdasarkan pada data-data yang diperoleh (Gottschalk, 2008: 39). Prosedur penelitian historis terdiri dari tiga tahap utama yaitu heuristik (pengumpulan sumber); kritik sumber; dan terakhir adalah historigrafi atau penulisan sejarah yang di dalamnya terdiri dari kegiatan interpretasi (penafsiran), eksplanasi (penjelasan), dan ekspose (penyajian) (Sjamsuddin, 2007: 17).

3.1. Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Pengumpulan sumber dimulai dengan mengidentifikasi terlebih dahulu sumber apa saja yang dapat penulis gunakan dalam penelitian ini. Menurut


(36)

kegiatan manusia pada masa lalu, sumber sejarah diklasifikasikan ke dalam dua jenis yaitu berupa peninggalan (relics), dan yang kedua berupa catatan (record) (Sjamsuddin, 2007: 96-97). Penulis mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses langsung terhadap sumber primer berupa dokumen atau pun arsip yang sebenarnya. Sehingga penulis menggunakan sumber-sumber sekunder, baik berupa dokumen salinan dalam bentuk digital yang penulis dapatkan melalui website, ditambah dengan berbagai kajian terdahulu baik berupa buku, tesis, autobigrafi, maupun jurnal.

Penulis bersandar pada pendapat Kour mengenai penggunaan sumber sekunder dalam penelitian sejarah, yang menyatakan bahwa:

“The data for the present study has been collected from the primary and secondary sources available in India and the subject has been studied not only problemwise but in a chronological order also. The primary sources used in the present study include Government Records etc and the secondary sources used in the present study include the books, research journals, Articles, periodicals, Magazines and Newspaper clipping related to the various aspect of the problem” (Kour, 2012: 54).

Penelitian sejarah mengenai India pra-kemerdekaan semakin maju, dengan berbagai sumber yang tersedia yang tidak hanya menggunakan sumber primer saja. Gottschalk (2008: 94), menyebutkan bahwa terdapat empat fungsi data sekunder di antaranya:

a) menjabarkan latar belakang yang cocok dengan bukti sezaman mengenai subjeknya, tetapi ia harus bersiap-siap untuk menyangsikan dan meluruskan pertelaan sekunder, bilamana suatu analisis kritis terhadap saksi-saksi sezaman memerlukan hal itu;


(37)

c) memperoleh kutipan atau petikan dari sumber-sumber sezaman atau sumber-sumber lain, tapi hanya jika mereka tidak bisa diperoleh secara lebih lengkap di tempat lain dan senantiasa dengan sikap skeptik terhadap sifat akuratnya, teurtama jika mereka diterjemahkan dari bahasa lain; d) memperoleh interpretasi dan hipotesis mengenai masalah yang sedang

dikaji, tapi hanya dengan tujuan untuk menguji atau untuk memperbaiki, dan jangan dengan maksud menerimanya secara total.

Penulis melakukan kunjungan ke beberapa perpustakaan di Kota Bandung dalam upaya mengupulkan sumber-sumber literatur yang diperlukan dalam penelitian ini. Beberapa perpustakaan yang telah dikunjungi di antaranya adalah perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, perpustakaan Musium Konferensi Asia-Afrika, dan perpustakaan Batu Api Jatinangor. Dari ketiga perpustakaan tersebut peneliti memperoleh banyak sumber yang berkaitan dengan bahasan yang sedang penulis kaji.

Beberapa buku secara khusus membahas mengenai perpolitikan India pada masa kolonial, dan beberapa membahas India secara umum, ada juga buku-buku yang fokus pada satu tokoh pergerakan seperti Nehru, Gandhi, Jinnah. Dari sekian banyak buku yang ada, penulis memilih topik-topik yang sesuai, dan buku-buku yang relevan. Penulis mengidentifikasi karakteristik buku berdasarkan latar belakang penulisnya baik itu yang berasal dari bangsa India, Pakistan, maupun para penulis buku yang berasal dari luar bangsa India namun memiliki ketertarikan terhadap perkembangan sejarah politik di India. Tujuannya adalah agar penulis mampu memahami berbagai perspektif, yang pada akhirnya dapat


(38)

menentukkan perspektif tersendiri terhadap peranan politik Partai Kongres dan Liga Muslim dalam pembagian India menjadi dua negara dominion (1935-1947).

Sumber dokumen didapatkan dalam bentuk kompilasi yang diterbitkan oleh Kenneth N. Waltz mengenai kebijakan yang dibuat Inggris pada masa kolonial di India. Selain itu peneliti juga banyak memperoleh dokumen-dokumen (berupa surat, hasil sidang, foto, dan undang-undang) yang sudah di konversi ke dalam bentuk digital yang dapat diperoleh secara online melalui situs: http://www.bl.uk/. Sebagai tambahan, penulis menggunakan data-data yang berasal dari jurnal-jurnal historis yang kajiannya memiliki keterkaitan dengan permasalan yang sedang diteliti dalam skripsi ini. Autobigrafi dari Nehru berjudul Discovery India (1989) sangat membantu dalam memahami gambaran umum suasana politik India, dilihat dari sudut padang Nehru selaku pelaku sekaligus saksi sejarah.

3.2. Kritik Sumber

Menurut Ismaun (2005: 48) sejarawan berusaha menghampiri kebenaran sejarah sedekat-dekatnya, ia harus mengumpulkan sumber-sumber sejarah untuk kemudian menggunakan sumber-sumber sejarah itu dengan meneliti isinya. Sejarah direkonstruksi dari evidensi-evindensi (bukti-bukti) yang ditemukan dalam sumber-sumber sejarah, data-data yang terdapat dalam evidensi-evindensi itu harus diuji secara kritis kebenarannya. Adapun yang dilakukan oleh penulis dalam upaya mendekati nilai kebenaran tersebut yaitu dengan melakukan kritik sumber.

Metode kritik sumber pertama kali diperkenalkan oleh Nieburh (Ismaun, 2005: 50-51) yang berupaya untuk menuliskan sejarah yang objektif yang bersandarkan atas fakta-fakta yang sebenarnya, yang tidak dilebihi dan tidak


(39)

dikurangi. Penulis menemui kendala dalam akses terhadap sumber primer, sehingga sumber dalam penulisan ini kebanyakan merupakan sumber literatur/sekunder, dan beberapa dokumen yang telah diterbitkan, sehingga penulis hanya melakukan kritik intern saja. Menurut Ismaun kritik intern adalah:

“Kritik intern atau kritik dalam untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatnya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian dari sumber lain” (Ismaun, 2005: 50).

Penulis membandingkan setiap buku yang membahas mengenai peristiwa yang sama, sehingga dapat terlihat perbedaan perspektif dari masing-masing penulis buku terhadap peristiwa tersebut. Selain itu, penulis juga membadingkan berbagai fakta yang dipaparkan dalam setiap karya literatur, dan memilih beberapa fakta dalam buku yang dipandang berimbang. Pada tahap ini penulis memilih dan mengeliminasi beberapa data yang kurang diperlukan atau data-data yang tidak jelas dalam mencantumkan sumber-sumber tulisannya. Sumber yang lebih lebih awal dipilih apabila terdapat beberapa penjelasan yang sama dari setiap sumber literatur. Adapun aspek yang diperhatikan dalam kritik intern adalah latar belakang dari penulis buku, dan untuk lembaga apa tulisan/dokumen tersebut dibuat.

3.3. Historiografi (Penulisan Sejarah)

Historiografi terdiri dari tiga aktivitas yaitu, interpretasi, eksplanasi, dan eksposisi. Ketiganya dilakukan secara bersamaan pada saat penulisan sejarah berlangsung. Berikut ini akan diuraikan secara lebih lengkap bagaimana proses dari masing-masing tahapan tersebut.


(40)

3.3.1. Interpretasi (Penafsiran)

Heideger menyatakan: “Interpretationis simply the elaboration of one’s pre-understanding. (tersedia di: www.gerrystahl.bet/cscl/papaers/ch20.pdf, 31 Desember 2012). Interpretasi merupakan elaborasi dari pemahawan awal (pre-understanding) seseorang mengenai suatu hal. Pendapat Heideger tersebut, belum cukup dalam menggambarkan interpretasi yang dimaksud dalam penelitian ini. Definisi yang lebih lengkap mengenai interpretasi dikemukakan oleh Freeman, yaitu:

Interpretation is (An educational activity which aims to reveal meaning and relationships through the use of original objects, by firsthand experience, and by illustrative media, rather than simply to communicate factual information (Tilden, Freeman, 1957: tersedia di: www.niu.edu/-carter/courses/521/Definitions%20of%20Interpretation.pdf, 31 Desember 2012).

Berdasarkan pendapat Freeman di atas, bahwa interpretasi merupakan sebuah aktifitas yang bertujuan untuk menghasilkan makna dan menemukan hubungan-hubungan setiap permasalahan/peristiwa yang menjadi objeknya, baik itu melalui pengelaman pertama, maupun menggunakan media ilustratif. Apa yang dipaparkan oleh Freeman tersebut, dilakukan dalam melakukan interpretasi dalam penelitian sejarah, penulis melakukan penafsiran terhadap berbagai fakta yang ada, dengan membuat jalinan-jalinan peristiwa sesuai dengan hukum kausalitas dalam sejarah.

Penulis mencoba untuk menemukan makna dan keterhubungan dari setiap fakta-fakta historis, berbagai pendapat dan sudut pandang para penulis sejarah mengenai bagaimana perkembangan politik Partai Kongres dan Liga Muslim berdampak pada pembagian India-Pakistan selama


(41)

periode 1935-1947. Penulis mencoba menemukan keterkaitan antara reformasi pemerintahan yang dilakukan Inggris dengan mengeluarkan India Government Act 1935, dengan berbagai konflik komunal di masyarakat, serta menguatnya posisi Partai Kongres dan Liga Muslim dalam perpolitikan India selama periode 1935-1947, yang berujung pada pembagian India menjadi dua negara dominion.

Contohnya, penulis menafsirkan bahwa berbagai bentuk interaksi antara Inggris, Partai Kongres, dan Liga Muslim selama periode 1935-1947 memiliki dampak yang besar terhadap pembagian India menjadi dua negara dominion. Hal di atas sesuai dengan pendapat Edward yang menyatakan bahwa tujuan utama dari interpretasi adalah: “aims at giving people new undestanding, new insights, new enthusiasm, new interests (tersedia di: www.niu.edu/-carter/courses/521/Definitions%20of%20In..., 31 Desember 2012).

Berdasarkan pendapat Edward, inti dasar dari interpretasi adalah bertujuan untuk memberikan tujuan, pemahaman, dan pandangan baru mengenai sesuatu permasahan (peristiwa sejarah). Dengan membadingkan berbagai pendapat yang ada, baik itu yang datang dari perspektif penulis buku yang berlatar belakang Hindu, Muslim (India) maupun di luar dari keduanya. Fakta-fakta mendukung penulis memberikan interpretasi yang berbeda. Terjadinya perubahan interpretasi sesuatu yang biasa dalam sejarah, hal tersebut membuka ruang agar penulis sejarah dapat memperbaiki pandangan-pandangan sebelumnya mengenai sebuah


(42)

interpretasi dalam ilmu sejarah biasanya dianggap sebagai akibat dari akumulasi pengetahuan serta koreksi terhadapnya, jarang sekali disebabkan oleh hilangnya data, atau perubahan dalam objeknya.

3.3.2. Eksplanasi (Penjelasan Sejarah)

Ismaun (2005: 109) memaparkan, apabila sejarawan telah berhasil menyusun fakta-fakta sehingga satu peristiwa memiliki keterkaitan dengan peristiwa lainnya dan membentuk sebuah jalinan yang utuh dan menyeluruh, selanjutnya tugasnya adalah menerangkan peristiwa-peristiwa tersebut secara utuh dalam sebuat tulisan historis. Dua aspek yang penting dalam eksplanasi yaitu menyangkut bagaimana seorang sejarawan dapat menjawab pertanyaan bagaimana (how), dan kenapa (why) mengenai permasalahan historis yang sedang ditelitinya.

Penulis sangat terbantu oleh konsep-konsep yang berasal dari ilmu politik dan sosiologi dalam memaparkan kondisi politik masyarakat India. Konsep-konsep membantu dalam menjabarkan berbagai bentuk interaksi politik, serta dampaknya bagi hubungan antar golongan dalam masyarakat India selama periode 1935-1947 ke dalam kerangka-kerangka umum dalam ilmu politik maupun sosiologi. Konsep-konsep membantu dalam menyederhanakan berbagai jalinan peristiwa yang rumit, dengan mengkategorikannya berdasarkan atribut-atribut yang sama ke dalam konsep-konsep tertentu.

3.3.3. Eksposisi (Penyajian Sejarah)

Penyajian skripsi ini berdasarkan pada rumusan permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya. Rumusan masalah merupakan kerangkan dasar pemikiran


(43)

(the body of knowledge)sehingga berbagai peristiwa yang menjadi perhatian penulis terjalin menjadi sebuah kisah yang untuh sesuai dengan hukum kausalitas dalam sejarah. Pembahasan dalam skripsi ini terbagi ke dalam empat pokok bahasan yaitu: 4.1. Gambaran Umum Kondisi Politik India (1935-1947) setelah Keluarnya India Government Act 1935; 4.2. Upaya-Upaya Partai Kongres dan Liga Muslim dalam Memperkuat Kedudukan Politiknya di India (1935-1945); 4.3. Kesepakatan Politik antara Inggris Partai Kongres dan Liga Muslim dalam Pembagian Pakistan (1946-1947); dan terakhir, Kondisi Politik India-Pakistan setelah Pembagian 1947.


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan

Penulis pada bagian ini akan memaparkan beberapa kesimpulan yang menjadi poin utama dalam pembahasan mengenai peranan Partai Kongres dan Liga Muslim dalam pembagian India-Pakistan dalam kurun waktu 1935-1947. Merujuk pada rumusan permasalahan yang telah dibuat pada bab pertama, penulis menarik kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, India Government Act 1935 merupakan pemicu timbulnya ketegangan politik antara Partai Kongres dan Liga Muslim di antara dua konflik komunal antara Hindu dan Muslim. Terpecahnya India menjadi dua negara dominion disebabkan oleh konflik-konflik politik yang terjadi antara Partai Kongres dan Liga Muslim selama kurun waktu 1935-1947. Pada dasarnya pembagian India tidak akan terjadi apabila terdapat kerja sama yang baik antara Partai Kongres dan Liga Muslim dalam menyikapi India Government Act 1935.

Kedua, terdapat dua kesalahan dari upaya politik Partai Kongres yang menyebabkan Liga Muslim tidak memiliki simpati sedikit pun pada partai ini, dan tetap kukuh pada pendiriannya untuk mendirikan Pakistan lepas dari India. Kesalahan pertama terletak pada Partai Kongres yang terlalu mendominasi pemerintahan provinsi antara tahun 1937-1939 dan tidak memberikan ruang sedikit pun bagi Liga Muslim untuk turut bagian dalam pemerintahan. Politik Hinduisme yang dilakukan Partai Kongres dalam pemerintahan-pemerintahan


(45)

provinsi yang dikuasainya menyebabkan munculnya kekhawatiran yang besar di antara golongan Muslim, sehingga mendorong mereka bersatu di bawah panji Liga Muslim untuk mendirikan negara tersendiri Pakistan.

Kesalahan berikutnya terletak pada saat Partai Kongres memutuskan meninggalkan pemerintahan provinsi dan melakukan aksi protes menentang Mission Cripps. Partai Kongres hanya memperhitungkan emosi politiknya terhadap Inggris dengan melakukan aksi non-koperatif, mereka mengabaikan potensi ancaman yang datang dari dalam. Pertumbuhan Liga Muslim yang melonjak drastis dari tahun 1940 sampai dengan 1946, selama aktifitas politik Partai Kongres terhenti sejak tahun 1942 setelah dua pemimpinnya yang paling dominan yaitu Gandhi dan Nehru ditangkap oleh Inggris.

Ketiga, peranan politik Partai Kongres dan Liga Muslim dalam pembagian India menjadi dua negara dominion terlihat dalam tiga aspek; pertama sistem elektoral terpisah dalam India government Act 1935 telah mengantarkan bangsa India ke dalam sistem dwi partai dengan munculnya Partai Kongres dan Liga Muslim yang unggul secara nasional, mengalahkan partai-partai lokal yang terdapat di 11 provinsi yang ada di India; Kedua, keberhasilan Partai Kongres dan Liga Muslim dalam pemilihan provinsi tahun 1945-1946 mengantarkan mereka untuk mewakili bangsa India berunding dengan Inggris menyiapkan kemerdekaan India dalam konferensi Simla 1946; Ketiga, Inggris membagi India menjadi dua negara dominion, karena Partai Kongres dan Liga Muslim gagal menciptakan konsensus dalam membentuk Uni India sesuai dengan skema yang ditawarkan oleh Inggris dalam Misi Kabinet di Simla pada bulan Mei 1946.


(46)

Keempat, pembagian India-Pakistan pada tahun 1947 telah berdampak munculnya permasalahan baru antara kedua negara dominion tersebut. Permasalahan dibidang politik yaitu dengan terjadi perebutan wilayah antara India dan Pakistan, terutama di tiga kawasan yaitu Junagadh, Hidrabad, dan Jammu Kashmir. Sedangkan dalam bidang sosial, proses pembagian kawasan Benggala dan Punjab telah memicu berbagai aksi kekerasan, pembunuhan, dan pembataian antara tiga kelompok komunal yaitu Muslim, Hindu, dan Sikh.

5.2. Rekomendasi

Pembahasan dalam skripsi ini menggambarkan sebuah kondisi awal yang mengenai terbentuknya dua negara baru yaitu India dan Pakistan pasca berakhirnya kolonialisme Inggris di India. Peranan Partai Kongres dan Liga Muslim dalam perpolitikan India dalam kurun waktu 1935-1947 telah mengantarakan pada pembagian India menjadi dua negara dominion. Penulis merekomendasikan beberapa tema yang dikembangkan pada penelitian selanjutnya dari hasil penelitian ini. Bagi yang berminat untuk membahas mengenai perpolitikan India pasca kemerdekaan dapat dibahas mengenai: “Dampak yang ditimbulkan pasca pembagian penduduk Muslim dan Hindu di dua provinsi yang di pecah (Benggala dan Punjab) yang dilakukan oleh pemerintah dua negara (India-Pakistan) terhadap timbulnya konflik-konflik horizontal (Hindu dan Muslim)”.

Dapat juga dilakukan studi komparasi mengenai “Perkembangan skema sistem parlementar Inggris di antara dua Negara dominion India dan Pakistan pasca pembagian tahun 1947”. Pembangunan India pasca kemerdekaan juga tidak akan lepas dari munculnya tokoh-tokoh kuat yang berpengaruh besar dalam


(47)

membangun flat-form (kerangka dasar) dalam pemerintahan India selanjutnya. Selain itu juga menarik untuk dikaji mengenai peranan para tokoh-tokoh yang tampil pasca kemerdekaan seperti Nehru, Prasad, dll. dalam membangun India yang porak-poranda pasca pembagian 1947.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai materi pengaiaan dalam mengembangkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di SMA kelas XI IPS Semester II dan XII IPS di SMA Semester II: SK 2. Menganalisis perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang. KD 2. 1. Menganalisis hubungan antara perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan.

Indonesia dalam fase perjuangan kemerdekaannya melawan kolonialisme Belanda juga sempat melakukan perjuangan konstitusional yang melibatkan berbagai elemen pemerintahan baik di dewan eksekutif maupun legislatif. Perbedaannya Indonesia melakukan perjuangan parlemen tersebut dalam upaya memperoleh pengakuaan secara de jure sebagai bangsa yang berdaulat dari Belanda dan untuk mempertahankan kawasan-kawasan nusantara yang masuk dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perbedaan dan persamaan yang terdapat antara pergerakan kemerdekaan di India dan Indonesia dapat dijadikan wacana pembanding dalam memahami karakteristik sebuah bangsa dalam mendalami nilai-nilai kebangsaan.

Wawasan siswa dapat lebih luas dalam memandang arti nasionalisme, perjuangan kemerdekaan, dan pentingnya menjaga persatuaan dalam membangun


(48)

bahwa bangsa kita pun berpotensi untuk mengalami hal yang sama (konflik dan disintegrasi bangsa) apabila nilai-nilai persatuan itu tidak dapat dijaga dan dipertahankan baik oleh bangsa Indonesia.

Penulis memandang bahwa muatan nilai-nilai perjuangan kemerdekaan dalam proses historis tersebut tidak akan lekang oleh zaman. Banyak hal yang dapat dipetik dari kajian dalam skripsi ini yang dapat dijadikan sebagai bahan pembejaran sejarah di sekolah sehingga dapat lebih membuka perspektif siswa tentang arti dari perjuangan kemerdekaan, nilai-nilai kemerdekaan, dan sebuah usaha keras dalam mencapai tujuan seperti yang telah dilakukan oleh para pendahulu, yaitu para pejuang kemerdekaan yang banyak mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadinya untuk mewujudkan cita-cita yang mulia. Pembahasan dalam skripsi ini masih sangat relevan sampai saat ini jika dikaitkan dengan pembelajaran baik di tingkat sekolah maupun universitas, atau diskusi-diskusi dan studi-studi khusus mengenai sejarah kemerdekaan India.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Almond, A. G. dan Coleman, S. J. (Eds). (1960). The Politic of Developing Areas. New Jersey: Princeton University Press.

Brown, M. J. (2006). Global South Asians; Introducing the Modern Diaspora. United Kingdom: Cambridge University Press.

Budiardjo, M. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Craib, I. (1998). Teori-Teori Sosial Modern; Dari Parson sampai Habermas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Fersh, S. (1959). India and South Asia. New York: The Macmillan Company.

Ghose, S. K. (2010). India And The Raj 1919-1947 Glory, Shame And Bondage. [Online]. Tersedia di: http://aneebs.files.wordpress.com/2010/07/book-india-and-raj-1919-1947.pdf. [Agustus 2012]

Gottschalk, L. (2008). Mengerti Sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia. Gzaznawi, K. (1966). Story of Indian Aggression Against Pakistan. Lahore: Muhammad Jammil

UN-NAGI.

Hardgrave I. R. dan Kochanek A. S. (1970). India (Fourth Edition) Government and Politics in a Developing Nation. San Diego: Harcourt Brace Javanovich Pub.

Hazil (1950). Tjermin Kehidupan Nehru. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Ismaun (2005). Pengantar Belajar: Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.

Khan, W. (2004). Facts are Facts; the Untold Story of India’s Partition. [Online]. Tersedia di: http://www.awaminationalparty.org/books/factsarefacts.pdf [17 agustus 2012]


(50)

Kulke, Herman dan Dietmer (2004). A History of India (Fourth Edition). London and New York: Routledge.

Majumdar, R.C. et al. (1950). An Advance History of India. London: Macmillan and Co.

Moore, D. C. dan Eldredge, D. (Eds). (1970). India Yesterday and Today. Toronto: Bantam Path Print.

Moraes, F. (1960). India Today. New York: Macmillan Company Press.

Mulia, T.S.G. (1957). India Sedjarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta: Balai Pustaka.

Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nehru, J. (1994). The Discovery of India. New Delhi: Oxford University Press.

Pandey, G. (2004). Remembering Partition; Violence, Nationalism, and History in India. Edinburg: Cambridge University Press.

Rauf, M. (2001). Konsensus dan Konflik Politik; sebuah Penjajagan Teoritis. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Depdiknas).

Rawlinson, H. G. (1950). A Concise History of the Indian People. London: Oxford University Press.

Ritzer, G. dan Goodman, J. D. (2010). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Media Group. Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Stępień, J. et al. (2011). Towards Freedom: Ideas of “Solidarity” in Comparison with the Thought of the Indian National Congress. New Delhi: Project Orient Publisher.

Suwarno (2012). Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Ombak. Walsh, E. J. (2006). A Brief History of India. New York: Fact on File, Inc. Welzel, C. et al. (2009). Democratization. New York: Oxford University Press.


(51)

Jurnal:

Abid, I. Q. dan Abid, M. (2008) “Muslim League Jinnah and the Hindu Mahasabha: A Study in Speeches and Statements of Quaid-I-Azam”. “Jurnal: J.R.S.P” 45 (1), 139-217.

Kour, Ved. (2012). “Muslim Politics of Separation During British Rule”. Jurnal Research Paper-History. III, 53-55.

Ensiklopedia:

Encarta Encyclopedia. (2011). Article Archieves India 1947. Tersedia di: Encarta ® 2009. © 1993-2008 Microsoft Corporation.

Situs:

Putra, A. Definisi Peranan Partai Politik. [Online] Tersedia di: http://ardee.web.id/blog/2012/03/06/definisi-peran-sosial-partai-politik/ [30 Desember 2012] Radhika. Election of 1937 [Online]. Tersedia di:

http://radhikaranjanmarxist.blogspot.com/2010/03/election-of-1937-contd-3.html. [21 November 2012]

Tanpa nama. “Dominion” dalam “Britanica Online Ensiclopedy”. [Online] Tersedia di: http://www.britannica.com/EBchecked/topic/168777/dominion. [25 Agustus 2012]

---. British Statement 1946 [Online]. Tersedia di: http://www.bl.uk/reshelp/findhelpregion/asia/india/indianindependence/transfer/transfer2/in dex.html. [12 November 2012]

---. British Statement June 3th 1947. [Online]. Tersedia di: http://www.bl.uk/reshelp/findhelpregion/asia/india/indianindependence/transfer/transfer7/in dex.html. [13 Desember 2012]

---. CSCL Paper [Online]. Tersedia di: www.gerrystahl.bet/cscl/papaers/ch20.pdf . [31 Desember 2012]


(52)

---. Election after Indian Government Act 1935 [Online]. Tersedia di: http://www.gktoday.in/elections-after-government-of-india-act-1935/ [20 November 2012] ---. Provincial Election India 1946 [Online]. Tersedia di:

http://observingliberalpakistan.blogspot.com/2011/01/provincial-elections-india-1946.html [12 November 2012]

---. Subhash: Crisis at Tripuri. [Online]. Tersedia di: http://indiansaga.com/history/ina.html. [20 November 2012]

---. The Definition of Interpretation [Online]. Tersedia di: www.niu.edu/-carter/courses/521/Definitions%20of%20Interpretation.pdf, [31 Desember 2012]


(1)

membangun flat-form (kerangka dasar) dalam pemerintahan India selanjutnya. Selain itu juga menarik untuk dikaji mengenai peranan para tokoh-tokoh yang tampil pasca kemerdekaan seperti Nehru, Prasad, dll. dalam membangun India yang porak-poranda pasca pembagian 1947.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai materi pengaiaan dalam mengembangkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di SMA kelas XI IPS Semester II dan XII IPS di SMA Semester II: SK 2. Menganalisis perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang. KD 2. 1. Menganalisis hubungan antara perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan.

Indonesia dalam fase perjuangan kemerdekaannya melawan kolonialisme Belanda juga sempat melakukan perjuangan konstitusional yang melibatkan berbagai elemen pemerintahan baik di dewan eksekutif maupun legislatif. Perbedaannya Indonesia melakukan perjuangan parlemen tersebut dalam upaya memperoleh pengakuaan secara de jure sebagai bangsa yang berdaulat dari Belanda dan untuk mempertahankan kawasan-kawasan nusantara yang masuk dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perbedaan dan persamaan yang terdapat antara pergerakan kemerdekaan di India dan Indonesia dapat dijadikan wacana pembanding dalam memahami karakteristik sebuah bangsa dalam mendalami nilai-nilai kebangsaan.

Wawasan siswa dapat lebih luas dalam memandang arti nasionalisme, perjuangan kemerdekaan, dan pentingnya menjaga persatuaan dalam membangun sebuah bangsa. Perpecahan di India dapat dijadikan sebagai potret pelajaran,


(2)

bahwa bangsa kita pun berpotensi untuk mengalami hal yang sama (konflik dan disintegrasi bangsa) apabila nilai-nilai persatuan itu tidak dapat dijaga dan dipertahankan baik oleh bangsa Indonesia.

Penulis memandang bahwa muatan nilai-nilai perjuangan kemerdekaan dalam proses historis tersebut tidak akan lekang oleh zaman. Banyak hal yang dapat dipetik dari kajian dalam skripsi ini yang dapat dijadikan sebagai bahan pembejaran sejarah di sekolah sehingga dapat lebih membuka perspektif siswa tentang arti dari perjuangan kemerdekaan, nilai-nilai kemerdekaan, dan sebuah usaha keras dalam mencapai tujuan seperti yang telah dilakukan oleh para pendahulu, yaitu para pejuang kemerdekaan yang banyak mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadinya untuk mewujudkan cita-cita yang mulia. Pembahasan dalam skripsi ini masih sangat relevan sampai saat ini jika dikaitkan dengan pembelajaran baik di tingkat sekolah maupun universitas, atau diskusi-diskusi dan studi-studi khusus mengenai sejarah kemerdekaan India.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Almond, A. G. dan Coleman, S. J. (Eds). (1960). The Politic of Developing Areas. New Jersey: Princeton University Press.

Brown, M. J. (2006). Global South Asians; Introducing the Modern Diaspora. United Kingdom: Cambridge University Press.

Budiardjo, M. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Craib, I. (1998). Teori-Teori Sosial Modern; Dari Parson sampai Habermas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Fersh, S. (1959). India and South Asia. New York: The Macmillan Company.

Ghose, S. K. (2010). India And The Raj 1919-1947 Glory, Shame And Bondage. [Online]. Tersedia di: http://aneebs.files.wordpress.com/2010/07/book-india-and-raj-1919-1947.pdf. [Agustus 2012]

Gottschalk, L. (2008). Mengerti Sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia. Gzaznawi, K. (1966). Story of Indian Aggression Against Pakistan. Lahore: Muhammad Jammil

UN-NAGI.

Hardgrave I. R. dan Kochanek A. S. (1970). India (Fourth Edition) Government and Politics in a

Developing Nation. San Diego: Harcourt Brace Javanovich Pub.

Hazil (1950). Tjermin Kehidupan Nehru. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Ismaun (2005). Pengantar Belajar: Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.

Khan, W. (2004). Facts are Facts; the Untold Story of India’s Partition. [Online]. Tersedia di: http://www.awaminationalparty.org/books/factsarefacts.pdf [17 agustus 2012]


(4)

Kulke, Herman dan Dietmer (2004). A History of India (Fourth Edition). London and New York: Routledge.

Majumdar, R.C. et al. (1950). An Advance History of India. London: Macmillan and Co.

Moore, D. C. dan Eldredge, D. (Eds). (1970). India Yesterday and Today. Toronto: Bantam Path Print.

Moraes, F. (1960). India Today. New York: Macmillan Company Press.

Mulia, T.S.G. (1957). India Sedjarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta: Balai Pustaka.

Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nehru, J. (1994). The Discovery of India. New Delhi: Oxford University Press.

Pandey, G. (2004). Remembering Partition; Violence, Nationalism, and History in India. Edinburg: Cambridge University Press.

Rauf, M. (2001). Konsensus dan Konflik Politik; sebuah Penjajagan Teoritis. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Depdiknas).

Rawlinson, H. G. (1950). A Concise History of the Indian People. London: Oxford University Press.

Ritzer, G. dan Goodman, J. D. (2010). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Media Group. Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Stępień, J. et al. (2011). Towards Freedom: Ideas of “Solidarity” in Comparison with the

Thought of the Indian National Congress. New Delhi: Project Orient Publisher.

Suwarno (2012). Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Ombak. Walsh, E. J. (2006). A Brief History of India. New York: Fact on File, Inc. Welzel, C. et al. (2009). Democratization. New York: Oxford University Press.


(5)

Jurnal:

Abid, I. Q. dan Abid, M. (2008) “Muslim League Jinnah and the Hindu Mahasabha: A Study in

Speeches and Statements of Quaid-I-Azam”. “Jurnal: J.R.S.P” 45 (1), 139-217.

Kour, Ved. (2012). “Muslim Politics of Separation During British Rule”. Jurnal Research Paper-History. III, 53-55.

Ensiklopedia:

Encarta Encyclopedia. (2011). Article Archieves India 1947. Tersedia di: Encarta ® 2009. © 1993-2008 Microsoft Corporation.

Situs:

Putra, A. Definisi Peranan Partai Politik. [Online] Tersedia di: http://ardee.web.id/blog/2012/03/06/definisi-peran-sosial-partai-politik/ [30 Desember 2012]

Radhika. Election of 1937 [Online]. Tersedia di:

http://radhikaranjanmarxist.blogspot.com/2010/03/election-of-1937-contd-3.html. [21 November 2012]

Tanpa nama. “Dominion” dalam “Britanica Online Ensiclopedy”. [Online] Tersedia di: http://www.britannica.com/EBchecked/topic/168777/dominion. [25 Agustus 2012]

---. British Statement 1946 [Online]. Tersedia di: http://www.bl.uk/reshelp/findhelpregion/asia/india/indianindependence/transfer/transfer2/in dex.html. [12 November 2012]

---. British Statement June 3th 1947. [Online]. Tersedia di: http://www.bl.uk/reshelp/findhelpregion/asia/india/indianindependence/transfer/transfer7/in dex.html. [13 Desember 2012]

---. CSCL Paper [Online]. Tersedia di: www.gerrystahl.bet/cscl/papaers/ch20.pdf . [31 Desember 2012]


(6)

---. Election after Indian Government Act 1935 [Online]. Tersedia di: http://www.gktoday.in/elections-after-government-of-india-act-1935/ [20 November 2012] ---. Provincial Election India 1946 [Online]. Tersedia di:

http://observingliberalpakistan.blogspot.com/2011/01/provincial-elections-india-1946.html [12 November 2012]

---. Subhash: Crisis at Tripuri. [Online]. Tersedia di: http://indiansaga.com/history/ina.html. [20 November 2012]

---. The Definition of Interpretation [Online]. Tersedia di: www.niu.edu/-carter/courses/521/Definitions%20of%20Interpretation.pdf, [31 Desember 2012]