Profil Kesehatan Mental Perwira Polisi Di Wilayah Kerja Polres Bandung Barat Periode 2008.

(1)

iv ABSTRAK

PROFIL KESEHATAN MENTAL PERWIRA POLISI DI WILAYAH KERJA POLRES BANDUNG BARAT PERIODE 2008

Angie Natesha Goenadi, 2009, Pembimbing : Felix Kasim., dr., Mkes., DR. dan Harry Tribowo Hadi, dr.,SpKJ

POLRI sebagai institusi yang mengutamakan keamanan, serta menjunjung tinggi asas keadilan dan mengutamakan pelayanan dan perlindungan pada masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat wilayah Bandung khususnya. Untuk itu maka sumber daya manusianya, atau individu yang ada di institusi tersebut dituntut mempunyai mental prima, fisik prima serta tingkat intelegensi yang berkualitas.

Sebagian dari masyarakat kita masih memberikan penilaian negatif terhadap citra polisi. Oleh karena itu penulis mencoba meneliti mengenai profil kesehatan perwira polisi di wilayah Bandung Barat khususnya kesehatan mental.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental perwira polisi dalam menjalankan tugas dan didalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan dari penelitian ini penulis dapat memperoleh temuan mengenai kriteria kesehatan perwira polisi sesuai dengan harapan masyarakat.

Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan in depth interview, dengan menggunakan alat ukur MMPI-2 di Polres Bandung Barat periode 2008. Pada penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa penilaian negatif terhadap citra polisi tidak seratus persen tepat. Karena didapatkan hasil yang menyatakan bahwa perwira polisi ini dalam keadaan mental yang sehat, dan cukup layak dalam kewajibannya melakukan tugas.


(2)

v ABSTRACT

Mental Health Profile of Police Officer in POLRES Bandung area in 2008 Periode

Angie Natesha Goenadi, 2009. Tutor : Felix Kasim dr., Mkes., DR.and Harry Tribowo Hadi dr., SpKJ

Indonesian Police officer is one of the institution which is responsible on society secure, had a high loyal to serve and to protect the public. So the human resources who involved in this institution should have a high quality, have the excellent mental, good physical, and qualified intelligence.

Most of our society member still have negative view or judgement on the image of police. Because of that the writer tried to do research on the health profile of police officer in the West Bandung area, specifically on their mental health.

This aim of this research is to find some factors which are affect mental health of police officer during in their daily activities or on the daily job.

The research was done using qualitative methode and in depth interview, by using MMPI-2 as a measurement device in the West Bandung Polres in the period of 2008. In this research the writer conclude that the negative opinion or a jugdement on the police image is not one hundred percent correct. Based on the research the writer have a result that show police officer in the good mental health condition and capable to full filling his obligation in doing his task or job.


(3)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

LEMBARAN PERSETUJUAN………... ii

LEMBAR PERNYATAAN……….. iii

ABSTRAK……… iv

ABSTRACT... v

PRAKARTA……….. vi

DAFTAR ISI……….. viii

DAFTAR TABEL……….. x

DAFTAR GAMBAR……….. xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………. 1

1.2. Identifikasi Masalah………. 3

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian………. 4

1.4. Manfaat Penelitian……… 4

1.5. Metologi Penelitian..………. 4

1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian..……….. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesehatan Jiwa Masyarakat……...………. 6

2.1.1. Definisi Kesehatan Jiwa dan Masyarakat……… 6

2.1.2. Ciri-ciri Jiwa Sehat………..… 6

2.1.3. Landasan Kesehatan Jiwa Masyarakat………. 7

2.1.4. Indikator Kesehatan Jiwa Masyarakat………..…… 9

2.1.5. Prinsip Pelayanan Kesehatan Jiwa……… 13

2.2. Gangguan Kesehatan Jiwa……… 14

2.2.1. Definisi Kesehatan Jiwa..………... 14

2.2.2. Prevalensi Gangguan Kesehatan Jiwa…..……….. 15

2.2.3. Penyebab Gangguan Kesehatan Jiwa………. 16

2.2.4. Macam-macam Gangguan Jiwa……….. 16

2.2.5. Pencegahan, Pengobatan dan Rehabilitasi Gangguan Jiwa……….. 20


(4)

ix

2.2.6. Pelayanan Kesehatan Jiwa Intergratif dalam Praktik

Umum……… 21

2.3. MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory)...…………... 24

2.4 Tugas Kepolisian, Wewenang, Peranan, dan Moralitasnya…………. 28

2.4.1. Tugas Kepolisian……….. 28

2.4.2. Kebijakan dan Keleluasaan Dalam Pelaksanaan Kekuasaan/ Wewenang (Police Discretion)………. 30

2.4.3. Pertanggungjawaban dan Pengawasan Diskresi Kepolisian.. 36

2.4.4. Moral dan Etika Kepolisian………... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian………...……….. 42

3.2. Lokasi dan Waktu.……… 42

3.3. Sampel Penelitian……….. 42

3.4. Instrumen Penelitian………. 42

3.5. Pengolahan dan Analisis Data……….. 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian………... 44

4.1.1. Data Umum Polres Bandung Barat………. 44

4.1.2. Struktur Organisasi Polres Bandung Barat……….. 44

4.1.3. Kekuatan Personil Polres Bandung Barat……… 46

4.2. Pembahasan………. 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan……….. 76

5.2. Saran……… 77

DAFTAR PUSTAKA………. 79

DOKUMEN……… 80

LAMPIRAN……… 81


(5)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Data Jumlah Personil Polres Bandung Barat Berdasarkan Golongan Kepangkatan Pada Tahun 2008……… 46


(6)

xi

DAFTAR GAMBAR


(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pada saat ini ada kecenderungan penderita gangguan jiwa jumlahnya mengalami peningkatan. Data hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SK-RT) yang dilakukan Badan Litbang Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1995 menunjukkan, diperkirakan terdapat 264 dari 1000 dari anggota rumah tangga mengalami gangguan kesehatan jiwa. Dan dipastikan akan terus meningkat karena krisis ekonomi dan gejolak-gejolak lainnya diseluruh daerah. Bahkan masalah dunia internasional pun akan ikut memicu terjadinya peningkatan tersebut.

Studi Bank Dunia (World Bank) pada tahun 1995 di beberapa negara menunjukkan bahwa hari-hari produktif ‘yang hilang’ atau Dissability Adjusted Life Years (DALY’s) sebesar 8,1% dari Global Burden of Disease, disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa. Angka ini lebih tinggi dari pada dampak yang disebabkan penyakit Tuberculosis (7,2%), Kanker (5,8%), Penyakit Jantung (4,4%) maupun Malaria (2,6%). Tingginya masalah tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang besar dibandingkan dengan masalah kesehatan lainnya yang ada di masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 yang dimaksud dengan “Kesehatan” adalah :

“Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis”

Atas dasar definisi kesehatan tersebut di atas, maka manusia selalu dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik). Dari unsur “badan” (organobiologik), “jiwa” (psiko-edukatif) dan “sosial” (sosio-kultural), yang tidak dititik beratkan pada “penyakit” tetapi pada kualitas hidup yang terdiri dari “kesejahteraan” dan “produktivitas sosial ekonomi”.


(8)

2

Dari definisi tersebut juga tersirat bahwa “Kesehatan Jiwa” merupakan bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari “Kesehatan” dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh.

Menurut Undang-Undang No 3 Tahun 1966 yang dimaksud dengan “Kesehatan Jiwa” adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsur kesehatan. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain Dewasa ini, banyak terjadi kasus-kasus kriminalitas yang dilakukan oleh personil POLRI yang disebabkan oleh kualitas kesehatan jiwa para pelaku. Seumas Miller et.al dalam buku “Police Ethics”, menulis bahwa tugas kepolisian adalah pekerjaan yang mempunyai profil tinggi (High Profile).

Contoh yang mudah adalah tatkala seorang petugas polisi lalu lintas yang bertugas dengan seragamnya warna coklat dan topi putih dapat dengan mudah terlihat dari jarak 100 - 500 meter di tengah lalu lintas yang padat. Peranan Hollywood yang membuat banyaknya film laga tentang kehebatan polisi dalam beraksi seperti SWAT, CSI, jaman dulu ChiPs, NYPD Blue. Peranan berita realitas di televisi nasional seperti Buser, dan sejenisnya. Munculnya berita-berita di media massa berkaitan dengan kekerasan yang terjadi di lingkungan kepolisian misalnya beberapa waktu yang lalu seorang perwira polisi di Bekasi menembak istrinya yang juga adalah anggota TNI, dimana kemudian perwira tersebut melakukan bunuh diri. Untungnya istri perwira tersebut dapat terselamatkan. Dua kasus penembakan oleh seorang petugas kepolisian ke sesama anggota polisi, satu kepada atasan dan satu lagi kepada mantan atasan. Kasus polisi yang bunuh diri dengan menembakkan pistol ke kepalanya sendiri. Pertempuran kecil antara anggota kepolisian dan anggota TNI di beberapa daerah di Indonesia. Berita-berita lainnya di media massa yang melaporkan penggunaan kekerasan yang berlebihan oleh seorang petugas terhadap orang yang diduga sebagai pelaku kejahatan, termasuk di dalamnya kasus-kasus salah tembak, dan salah tangkap yang mengakibatkan beberapa orang yang dikemudian hari terbukti tidak bersalah, namun telah mengalami penahanan di lembaga pemasyarakatan selama


(9)

berbulan-3 bulan.

Salah satu kasus yang cukup menarik adalah yang terjadi akhir tahun 2007. Seorang perwira polisi berpangkat inspektur satu di Kepolisian Daerah Jambi, bernama M. Gribaldhy H. Yani, sebagai pelaku enam pembunuhan sadis. Korban ditembak di bagian belakang telinganya. Dibaringkan di hutan, lalu dibakar. Pembunuhan beruntun yang dilakukannya tak membekaskan penyesalan. Meski Gribaldhy mengaku, banyak yang tidak percaya. Karena perangainya meyakinkan, gaya bicaranya cerdik, wajah ganteng, percaya diri tinggi, perilakunya santun, dan perilaku lainnya yang baik. Yang mengejutkan justru alasan pembunuhan berantai ini. Amat sepele. “Saya merasa terancam”, kata dia. Gribaldhy menghabisi enam nyawa sejak 1998. Belakangan diketahui para korban cuma ‘merengek’ agar bisa dimasukkan ke kepolisian. Gribaldhy merasa ‘terancam’ dengan para calon anggota kepolisian tersebut, maka dibunuhlah mereka semua itu agar Gribaldhy tidak memiliki saingan.

Oleh karenanya penulis sangat ingin mengetahui apa yang terjadi pada kesehatan mental, para personil POLRI tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang pada umumnya dan polisi khususnya?

2. Seberapa kuatnya pola asuh orangtua mempengaruhi keadaan kesehatan jiwa seseorang?

3. Seberapa kuatnya sejarah kesehatan mempengaruhi keadaan kesehatan jiwa seseorang?

4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi seseorang melakukan tindakan kriminalitas?

5. Berapa besar manfaat bimbingan konseling dan tes kesehatan jiwa pada personil POLRI?


(10)

4 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk :

Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada kesehatan mental, kepribadian, dan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya penyimpangan pada manusia khususnya dakam penelitian ini adalah personil POLRI

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Dengan mengunakan metode MMPI-2 agar dapat dimasukan ke dalam sistem dan diaplikasikan dalam penerimaan personil POLRI baru, kenaikan pangkat, promosi jabatan, untuk dapat menjaring personil-personil yang berkualitas.

1.4 Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti :

Untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang selama ini sudah didapat di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kesehatan Jiwa.

Bagi Polres Bandung Barat :

Memberikan informasi kepada Polres Bandung Barat tentang keadaan kesehatan jiwa dan kepribadian para personilnya. Agar dapat mengevaluasi kinerja personil baik yang sudah cukup maupun yang masih kurang. Meningkatkan kesadaran dan kerja sama diantara personilnya.

Bagi masyarakat :

Untuk mengetahui seluk beluk keadaan jiwa dan kepribadian personil POLRI.

1.5 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah sebagi berikut : Rancangan penelitian : studi kasus

Metode penelitian : kualitatif


(11)

5

mendalam yang hasilnya direkam dengan tape recorder (in depth interview)

Instrumen pokok penelitian : tes MMPI-2 (Minnesota Multiphasic Personality Inventory), pedoman wawancara berisi pertanyaan terbuka, tape recorder

Populasi : 1156 personil POLRI di wilayah kerja Polres Bandung Barat

Sampel : 11 sampel

Diambil dengan metode FGD (Focus Group Discussion) dan accidental sampling

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah wilayah kerja Polres Bandung Barat, Jl. Sukajadi , Bandung.


(12)

76 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian dianalisa secara deskriptif dan dilakukan pembahasan, maka dari hasil pembahasan dan interpretasi terhadap permasalahan yang diuraikan dalam identifikasi masalah tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa. (organobiologik, psikologik, sosio-kultural).

Khusus pada petugas kepolisian, faktor sosio-kultural mempunyai peranan yang sangat besar.

2. Pola asuh orangtua sangat berpengaruh terhadap pembentukan jiwa seseorang, dimana pada saat pengasuhan orangtua ini terjadi proses perekaman – pengingatan pada memori anak. Peranan anggota keluarga lainnya (kakak, adik, ipar) sangatlah penting dalam menunjang seorang anggota kepolisian sebagai salah satu Kelompok Referensi.

3. Bimbingan, konseling, bimbingan rohani, tes kesehatan jiwa sangat bermanfaat tidak hanya bagi personil POLRI tetapi untuk semua individu, yang akan dapat meningkatkan kualitas hidup dan kualitas kesehatan jiwa seseorang.

4. Sejarah kesehatan sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa seseorang, dimana didapati juga ada gangguan kesehatan jiwa yang herediter.

5. Faktor ekonomi yang buruk, pendidikan yang rendah, pola asuh yang kasar dan keras dapat meningkatkan resiko terjadinya kasus kriminalitas. Pada penelitian ini, membuktikan bahwa opini, citra negatif yang beredar di masyarakat tentang polisi adalah tidak tepat.

Didapatkan lebih banyak hasil yang menyatakan bahwa perwira polisi ini dalam keadaan jiwa yang sehat, dan cukup layak dalam kewajibannya melakukan tugas mengayomi, melayani dan melindungi masyarakat.


(13)

77 5.2 Saran

Untuk membangun kembali opini – citra POLRI dari keterpurukan, terutama yang menyangkut perilaku anggota POLRI yang cenderung menggunakan kekuatan secara berlebihan, kekuasaan secara berlebihan dan menjurus kepada bentuk–bentuk penyimpangan, maka berdasarkan pembahasan permasalahan diatas disarankan :

- Adanya perubahan paradigma dalam sistem pendidikan pembentukan POLRI.

- Memperbaiki sistem pengawasan dan pengendalian yang selama ini keliru dalam penerapannya.

- Adanya program penataran tentang Hak Asasi Manusia secara berkesinambungan.

- Melakukan pengkajian atas sistem manajemen sumber daya manusia dari tiap-tiap Polres.

- Dari hasil tersebut, diadakan suatu program perbaikan manajemen sumber daya manusia dengan mengimplementasi konsep-konsep manajemen sdm yang tepat guna.

- Kepada para perwira yang memiliki anak buah yang bertanggung jawab langsung dibawahnya, diberikan pelatihan manajemen dengan penekanan pada Time Management, Stress Management, dan teknik-teknik manajemen lainnya yang tepat guna.

- Memberikan kesempatan kepada calon perwira dan perwira-perwira yang memimpin anak buah yang besar (25 sampai dengan 50) orang untuk mengambil pendidikan dan latihan tambahan di luar negri (Inggris, Amerika atau Thailand) dengan konsentrasi pada Kepemimpinan, Manajemen, Pengelolaan Sumber Daya Manusia.

- Mengingat ratio jumlah psikiater terhadap jumlah petugas kepolisian yang sangat kecil, yaitu 1:2000 orang, maka sebaiknya diadakan penambahan anggaran untuk merekrut lebih banyak psikiater, membuka kesempatan bagi para mahasiswa fakultas kedokteran untuk masuk dan atau


(14)

78

meneruskan kuliah mereka di PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian) sehingga mereka dapat lulus dengan dua gelar yaitu Sarjana Kedokteran dan Sarjana Ilmu Kepolisian, dan setelah lulus mereka dapat menerapkan pengetahuan mereka langsung di lapangan.

- Melakukan tes psikometri atau tes kesehatan jiwa untuk rekruitmen (saringan masuk di Akademi Kepolisian) calon polisi.

- Melakukan pemeriksaan kesehatan jiwa secara berkala dalam kurun waktu yang lebih dekat, misalnya dari 1 kali setahun menjadi tiap 6 bulan.

- Melakukan tes kesehatan jiwa secara berkala dalam kurun waktu yang lebih dekat.

- Adanya bimbingan, konseling, pembinaan rohani secara berkala.

Dan untuk semua individu juga melakukan pemeriksaan kesehatan jiwa secara berkala, tes kesehatan jiwa secara berkala, mengikuti bimbingan konseling, mengikuti pembinaan rohani agar individu dapat selalu menjaga hubungannya dengan penciptanya, karena dengan semua saran diatas dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan jiwa.


(15)

79

DAFTAR PUSTAKA

Azzam El Hammad, 2008, Kesehatan Mental Orang Dewasa, Restu Agung : Jakarta, hal 66 - 68

Barker, Thomas; Carter, David L. 1999. Police Deviance, Penyimpangan Polisi. Edisi 3. Jakarta: Cipta Manunggal. Hal vii; 6 – 15; 48 – 54; 60 – 66; 140— 150.

Benedetto Saraceno, dr; Departemen Kesehatan Jiwa WHO, Tentang Kasus Bunuh Diri, 2005.

Bull, Ray; Bustin, Bob; Eyans, Phil; Gahagan, Denis. 1983. Psychology for Police Officer. Chichester, New York, Brisbane, Toronto, Singapore: John Wiley & Sons. p. 56 – 77; 94 – 107; 112 – 123.

Dan Hidayat, dr, SpKJ(K), 2007, Tentang Prinsip Pelayanan Kesehatan Jiwa Dan Hidayat, dr, SpKJ(K), 2007, Tentang Gangguan Kesehatan Jiwa

Faal, M. SH., MH., Dipl. Es., 1991. Penyaringan Perkara Pidana Oleh Polisi (Diskresi Kepolisian). Edisi 1. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Hal 15 –23; 41; 46 – 47; 56 – 59; 65 – 72.

Graham, John R. 2006. MMPI – 2 Assessing Personality and Psychopathology. 4th Edition. New York : Oxford University Press. p. xiii, 1 – 3, 23 – 25.

Kasan, Hubertus. Sp. KJ. 2007. Workshop MMPI-2. Jakarta.

Prianto Djatmiko, dr, SpKJ, 2007, Indikator Kesehatan Jiwa Masyarakat Miller, Seumas; Blacker, John; Alexandra, Andrew. 1997. Police Ethics.

Australia: Allen & Unwin. p. 9 – 11; 21 – 27;38 – 41;49 – 54; 63 – 67; 140 – 150.


(1)

4 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk :

Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh pada kesehatan mental, kepribadian, dan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya penyimpangan pada manusia khususnya dakam penelitian ini adalah personil POLRI

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Dengan mengunakan metode MMPI-2 agar dapat dimasukan ke dalam sistem dan diaplikasikan dalam penerimaan personil POLRI baru, kenaikan pangkat, promosi jabatan, untuk dapat menjaring personil-personil yang berkualitas.

1.4 Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti :

Untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang selama ini sudah didapat di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kesehatan Jiwa.

Bagi Polres Bandung Barat :

Memberikan informasi kepada Polres Bandung Barat tentang keadaan kesehatan jiwa dan kepribadian para personilnya. Agar dapat mengevaluasi kinerja personil baik yang sudah cukup maupun yang masih kurang. Meningkatkan kesadaran dan kerja sama diantara personilnya.

Bagi masyarakat :

Untuk mengetahui seluk beluk keadaan jiwa dan kepribadian personil POLRI.

1.5 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah sebagi berikut : Rancangan penelitian : studi kasus

Metode penelitian : kualitatif


(2)

5

mendalam yang hasilnya direkam dengan tape recorder (in depth interview)

Instrumen pokok penelitian : tes MMPI-2 (Minnesota Multiphasic Personality Inventory), pedoman wawancara berisi pertanyaan terbuka, tape recorder

Populasi : 1156 personil POLRI di wilayah kerja Polres Bandung Barat

Sampel : 11 sampel

Diambil dengan metode FGD (Focus Group Discussion) dan accidental sampling

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah wilayah kerja Polres Bandung Barat, Jl. Sukajadi , Bandung.


(3)

76 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian dianalisa secara deskriptif dan dilakukan pembahasan, maka dari hasil pembahasan dan interpretasi terhadap permasalahan yang diuraikan dalam identifikasi masalah tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa. (organobiologik, psikologik, sosio-kultural).

Khusus pada petugas kepolisian, faktor sosio-kultural mempunyai peranan yang sangat besar.

2. Pola asuh orangtua sangat berpengaruh terhadap pembentukan jiwa seseorang, dimana pada saat pengasuhan orangtua ini terjadi proses perekaman – pengingatan pada memori anak. Peranan anggota keluarga lainnya (kakak, adik, ipar) sangatlah penting dalam menunjang seorang anggota kepolisian sebagai salah satu Kelompok Referensi.

3. Bimbingan, konseling, bimbingan rohani, tes kesehatan jiwa sangat bermanfaat tidak hanya bagi personil POLRI tetapi untuk semua individu, yang akan dapat meningkatkan kualitas hidup dan kualitas kesehatan jiwa seseorang.

4. Sejarah kesehatan sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa seseorang, dimana didapati juga ada gangguan kesehatan jiwa yang herediter.

5. Faktor ekonomi yang buruk, pendidikan yang rendah, pola asuh yang kasar dan keras dapat meningkatkan resiko terjadinya kasus kriminalitas. Pada penelitian ini, membuktikan bahwa opini, citra negatif yang beredar di masyarakat tentang polisi adalah tidak tepat.

Didapatkan lebih banyak hasil yang menyatakan bahwa perwira polisi ini dalam keadaan jiwa yang sehat, dan cukup layak dalam kewajibannya melakukan tugas mengayomi, melayani dan melindungi masyarakat.


(4)

77 5.2 Saran

Untuk membangun kembali opini – citra POLRI dari keterpurukan, terutama yang menyangkut perilaku anggota POLRI yang cenderung menggunakan kekuatan secara berlebihan, kekuasaan secara berlebihan dan menjurus kepada bentuk–bentuk penyimpangan, maka berdasarkan pembahasan permasalahan diatas disarankan :

- Adanya perubahan paradigma dalam sistem pendidikan pembentukan POLRI.

- Memperbaiki sistem pengawasan dan pengendalian yang selama ini keliru dalam penerapannya.

- Adanya program penataran tentang Hak Asasi Manusia secara berkesinambungan.

- Melakukan pengkajian atas sistem manajemen sumber daya manusia dari tiap-tiap Polres.

- Dari hasil tersebut, diadakan suatu program perbaikan manajemen sumber daya manusia dengan mengimplementasi konsep-konsep manajemen sdm yang tepat guna.

- Kepada para perwira yang memiliki anak buah yang bertanggung jawab langsung dibawahnya, diberikan pelatihan manajemen dengan penekanan pada Time Management, Stress Management, dan teknik-teknik manajemen lainnya yang tepat guna.

- Memberikan kesempatan kepada calon perwira dan perwira-perwira yang memimpin anak buah yang besar (25 sampai dengan 50) orang untuk mengambil pendidikan dan latihan tambahan di luar negri (Inggris, Amerika atau Thailand) dengan konsentrasi pada Kepemimpinan, Manajemen, Pengelolaan Sumber Daya Manusia.

- Mengingat ratio jumlah psikiater terhadap jumlah petugas kepolisian yang sangat kecil, yaitu 1:2000 orang, maka sebaiknya diadakan penambahan anggaran untuk merekrut lebih banyak psikiater, membuka kesempatan bagi para mahasiswa fakultas kedokteran untuk masuk dan atau


(5)

78

meneruskan kuliah mereka di PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian) sehingga mereka dapat lulus dengan dua gelar yaitu Sarjana Kedokteran dan Sarjana Ilmu Kepolisian, dan setelah lulus mereka dapat menerapkan pengetahuan mereka langsung di lapangan.

- Melakukan tes psikometri atau tes kesehatan jiwa untuk rekruitmen (saringan masuk di Akademi Kepolisian) calon polisi.

- Melakukan pemeriksaan kesehatan jiwa secara berkala dalam kurun waktu yang lebih dekat, misalnya dari 1 kali setahun menjadi tiap 6 bulan.

- Melakukan tes kesehatan jiwa secara berkala dalam kurun waktu yang lebih dekat.

- Adanya bimbingan, konseling, pembinaan rohani secara berkala.

Dan untuk semua individu juga melakukan pemeriksaan kesehatan jiwa secara berkala, tes kesehatan jiwa secara berkala, mengikuti bimbingan konseling, mengikuti pembinaan rohani agar individu dapat selalu menjaga hubungannya dengan penciptanya, karena dengan semua saran diatas dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan jiwa.


(6)

79

DAFTAR PUSTAKA

Azzam El Hammad, 2008, Kesehatan Mental Orang Dewasa, Restu Agung : Jakarta, hal 66 - 68

Barker, Thomas; Carter, David L. 1999. Police Deviance, Penyimpangan Polisi. Edisi 3. Jakarta: Cipta Manunggal. Hal vii; 6 – 15; 48 – 54; 60 – 66; 140— 150.

Benedetto Saraceno, dr; Departemen Kesehatan Jiwa WHO, Tentang Kasus Bunuh Diri, 2005.

Bull, Ray; Bustin, Bob; Eyans, Phil; Gahagan, Denis. 1983. Psychology for Police Officer. Chichester, New York, Brisbane, Toronto, Singapore: John Wiley & Sons. p. 56 – 77; 94 – 107; 112 – 123.

Dan Hidayat, dr, SpKJ(K), 2007, Tentang Prinsip Pelayanan Kesehatan Jiwa Dan Hidayat, dr, SpKJ(K), 2007, Tentang Gangguan Kesehatan Jiwa

Faal, M. SH., MH., Dipl. Es., 1991. Penyaringan Perkara Pidana Oleh Polisi (Diskresi Kepolisian). Edisi 1. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Hal 15 –23; 41; 46 – 47; 56 – 59; 65 – 72.

Graham, John R. 2006. MMPI – 2 Assessing Personality and Psychopathology. 4th Edition. New York : Oxford University Press. p. xiii, 1 – 3, 23 – 25.

Kasan, Hubertus. Sp. KJ. 2007. Workshop MMPI-2. Jakarta.

Prianto Djatmiko, dr, SpKJ, 2007, Indikator Kesehatan Jiwa Masyarakat Miller, Seumas; Blacker, John; Alexandra, Andrew. 1997. Police Ethics.

Australia: Allen & Unwin. p. 9 – 11; 21 – 27;38 – 41;49 – 54; 63 – 67; 140 – 150.