d pls 0808911 chapter5

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Propinsi Jawa Barat sebagai propinsi dengan jumlah penduduk tiga terbesar di Pulau Jawa memiliki isu sentral kepadatan penduduk dengan segala permasalahannya. Isu sentral yang perlu diangkat demikian pentingnya meningkatkan kemandirian melalui metode yang handal seperti ditunjukkan dalam kegiatan kepramukaan. Beberapa kesimpulan dari penelitian ini, yaitu: 1. Mendapatkan dan mengetahui kondisi empiris generasi muda serta

model pembelajaran kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka saat ini di Jawa Barat.

Metode pembelajaran kemandirian dalam pendidikan kepramukaan di Jawa Barat, belum dilaksanakan sepenuhnya. Kondisi tersebut lebih disebabkan oleh pemahaman terhadap Satya dan Darma Pramuka terutama tentang kemandirian yang bersumber dari perkemahan, pengembaraan dan petualangan masih dijiwai secara beragam oleh para pembina.. Kurangnya dukungan sarana-prasarana dan kemampuan praktis penggunaan metode latihan/kegiatan serta permainan di alam terbuka masih sangat terbatas dilaksanakan.

Gugusdepan yang saat ini berpangkalan di sekolah perlu ditingkatkan menjadi pangkalan terbuka untuk umum sehingga memiliki nilai aksesibilitas untuk lingkungan di sekitarnya. Pada sisi lain, sumber-sumber yang ada di lingkungan yang berhubungan dengan perkemahan, pengembaraan dan


(2)

petualangan dapat dimanfaatkan oleh lembaga pendidikan dalam kerangka pendidikan berkelanjutan. Kurangnya minat generasi muda pada kepramukaan berdasar kenyataan dipangaruhi oleh kegiatan/latihan kepramukaan monoton dan membosankan. Pendidikan kepramukaan saat ini lebih mementingkan kuantitas, dengan kegiatan yang seremonial dan kurang dikemas melalui penerapan learning by doing yang merupakan bagian dari metode kepramukaan yang berintikan Satya dan Darma Pramuka.

Oleh karena itu, dipandang perlu untuk meningkatkan kualitas kegiatan yang mengedepankan inisiatif peserta didik sendiri sesuai dengan minat dan kesenangan mereka sehingga potensi dirinya berkembang. Dengan demikian dibutuhkan komitmen semua pihak untuk dapat meningkatkan pendidikan kepramukaan menjadi upaya peningkatan pendidikan karakter bagi generasi muda.

2. Mengetahui dan memahami penerapan model konseptual pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka yang sesuai dengan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan dalam membentuk generasi muda mandiri

Secara konseptual model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka diimplementasilkan di Jawa Barat sesuai dengan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan dalam kegiatan alam terbuka yang terdiri dari berkemah, pengembaraan/petualangan dan survival. Penerapan model pembelajaran tersebut dibuat dalam bentuk kegiatan permainan di alam terbuka disesuaikan dengan kondisi alam setempat yang dibimbing dan dibina melalui


(3)

contoh dan arahan orang dewasa untuk memperhatikan waktu mereka dalam melaksanakan kewajibannya. Model kegiatan di alam terbuka tersebut dapat menumbuhkan rasa cinta serta mendekatkan diri dengan Sang Pencipta alam sesuai dengan agamanya masing-masing, sehingga mereka dengan penuh kesadaran serta penuh percaya diri memfungsikan alam sekelilingnya untuk hidup dan kehidupan, kebahagiaan secara individu maupun komunitas. Prinsip hidup peduli terhadap sesama hidup, bangsa dan negara, tanah air beserta isinya betul-betul timbul dan tumbuh sebagai kewajiban dirinya dan merupakan amanah dari Sang Pencipta alam yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Jiwa kepramukaan sangat berhubungan dengan individu yang dapat menumbuhkan serta meningkatkan daya intelektual, ketangguhan jasmani, kualitas moral secara alami. Melalui kepramukaan dengan alam terbukanya akan lahir generasi muda mandiri yang memiliki azas manfaat terhadap sesama manusia dan alam lingkungan. Kegiatan di alam terbuka juga melatih diri untuk berusaha mencari dan menemukan sesuatu yang baru serta mencoba menemukan cara pemecahan masalah, menerapkan prinsip-prinsip yang telah ada dan atau untuk menemukan cara atau prinsip yang baru. Kegiatan alam terbuka tidak asal dilakukan begitu saja tanpa persiapan yang matang. Kegiatan alam terbuka dalam kondisi serta situasi tertentu akan berhadapan dengan permasalahan, tantangan dalam upaya menyelamatkan diri untuk tetap hidup (survive). Hal tersebut memerlukan pengetahuan serta keterampilan dalam managemen risiko yang harus ditanamkan melalui pelatihan di alam terbuka terhadap generasi muda kita sejak dini.


(4)

Pendidikan lingkungan hidup pramuka mensiratkan sikap untuk selalu menghargai alam dan berusaha untuk menciptakan alam yang lebih baik. Potensi yang perlu mendapat pengembangan antara lain: Pertama, hubungan pembinaan tidak hierarhis tapi merupakan lingkaran persaudaraan Curahan kasih sayang, contoh dan tauladan perilaku nilai Satya dan Darma Pramuka dari para pembina akan jadi nilai kejuangan diri untuk menuju kemandirian melalui Syarat Kecakapan Umum (SKU), Syarat Kecakapan Khusus (SKK), dan Syarat Pramuka (SPG). Kedua, model pembelajaran di alam perlu dikemas melalui kegiatan/latihan, permainan yang menarik, menantang dan menyenangkan dengan metode didik diri hidup di alam semesta. Ketiga, metode kepramukaan yang menarik, menantang dan menyenangkan bagi kaum muda dan berintikan nilai Satya dan Darma Pramuka membantu menumbuhkan kemandirian pada diri kaum muda tersebut. Sedangkan kemandirian yang berintikan ketangguhan spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik seseorang akan dapat menangkal perbuatan atau perilaku yang negatif serta akan mampu menghadapi / menyelesaikan masalah, tantangan hidupnya.

3. Mengetahui dan memahami implementasi model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka yang dilaksanakan melalui kegiatan alam terbuka.

Implementasi model pembelajaran di alam terbuka pada pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan sesuai dengan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan dengan pemahaman yang luas tentang makna dari kehidupan alam semesta, akan dapat menghantar anggota pramuka untuk mandiri. Hal ini dapat


(5)

terjadi mengingat: Pertama, kegiatan, pelatihan di alam terbuka yang secara rutin dan bertingkat dilakukan dalam pendidikan kepramukaan melalui sistem among dapat menggali bakat dan imjinasi anak untuk lebih efektif dalam membentuk diri yang stabil, tumbuh sehat menuju kedewasaannya. Kedua, kestabilan diri melalui didik diri ( self-education ) di alam terbuka yang menarik, menantang dan menyenangkan akan membangkitkan semangat generasi muda untuk menjadi seseorang yang tangguh dan mandiri dengan didasari semangat keprakarsaan dan keswadayaan. Ketiga, model pembelajaran secara utuh dilaksanakan dengan metode kepramukaan yang berintikan serta dijiwai nilai Satya dan Darma Pramuka ditanamkan dan dikemas sejak usia dini melalui sistem satuan terpisah antara putera/puteri. Keempat, saat ini implementasi model pembelajaran kemandirian di alam terbuka tersebut, terkendala oleh sistem pendidikan yang cenderung memformalkan kegiatan kepramukaan, sehingga kultur kepramukaan kalah oleh stuktur formal yang ada. Kelima, disamping kondisi pramuka diformalkan, dirasakan fasilitas yang diberikan kepada Gerakan Pramuka belum sepenuhnya secara proposional dikelola oleh Gerakan Pramuka, seperti bumi-bumi perkemahan sampai saat ini belum sepenuhnya diserahkan sebagai hak guna pakai Gerakan Pramuka, dan sebagian besar masih merupakan asset dan hak milik pemerintah propinsi, kabupaten maupun kota. Keenam, dengan telah lahirnya Undang-Undang No. 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, pendidikan kepramukaan harus menjadi pilar utama pada pendidikan nonformal di masyarakat dalam proses pembentukan watak / karakter generasi muda yang tangguh dan mandiri baik sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat


(6)

dan juga sebagai warga Negara. Ketujuh, melalui Gerakan Pramuka, generasi muda akan memiliki jati diri yang sehat dan kuat serta mampu menghadapi masalah, tantangan dimanapun dalam kondisi apapun sendiri maupun dalam komunitas. Kedelapan, saat ini berkembang kegiatan generasi muda yang tergabung dalam satuan komunitas pencinta alam serta komunitas yang muncul karena kebutuhan melepaskan diri dari kejenuhan. Kenyataan di lapangan terdapat diantara komunitas tersebut yang menggunakan metode kepramukaan, dan ternyata dapat menarik generasi muda pada kegiatan keterampilan yang menjadi angan-angan serta keinginan mereka yaitu kegiatan yang menarik, menyenangkan dan menantang.

4. Efektivitas model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka dalam membentuk generasi muda mandiri melalui kegiatan alam terbuka,

Dari uraian pembahasan menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara aktivitas seseorang di alam terbuka pada saat responden menjadi peserta didik pada waktu yang lalu dengan perilaku mandiri yang dirasakan saat ini. Oleh karenanya, apabila ingin meningkatkan perilaku mandiri seseorang dapat dilakukan dengan meningkatkan kegiatan melalui kegiatan berkemah, berpetualang atau pengembaraan dan atau kegiatan bertahan hidup di alam bebas (survival). Gambaran tersebut dapat menjelaskan bagaimana model pembelajaran di alam terbuka dapat memunculkan perilaku mandiri yang dimiliki seseorang peserta didik pada waktu berbeda di kemudian hari.


(7)

Model pembelajaran yang digunakan Gerakan Pramuka berupa pembelajaran kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka diimplementasikan melalui penerapan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan. Kegiatan melalui permainan di alam terbuka adalah cara untuk menggambarkan kehidupan yang kompleks dengan cara yang sederhana, dan dengan kesederhanaan itu akan memudahkan memahami kompleksitas kehidupan sesama mahluk Tuhan.

Faktor-faktor yang mewarnai dan mempengaruhi perkembangan jiwa kemandirian yaitu hubungan langsung dengan alam dan faktor manusia baik sebagai individu maupun dalam komunitas keluarga, masyarakat serta sistem pendidikan itu sendiri. Model tersebut dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemandirian peserta didik bila para pembina serta pemegang kebijakan dalam Gerakan Pramuka memahami dan melaksanakan metode kepramukaan itu dengan benar. Demikian pula disamping metode kepramukaan yang lebih banyak memberikan porsi tumbuhnya otoaktivitas peserta didik dalam merancang, melaksanakan serta mengevaluasi setiap latihan / kegiatan yang mereka lakukan, keteladanan dari orang dewasa sangat berpengaruh kuat terhadap perkembangan peserta didik. Kode kehormatan Pramuka yaitu Satya dan Darma Pramuka merupakan sentral nilai dari metode kepramukaan yang diimplementasikan melalui kegiatan alam terbuka dapat melahirkan perilaku mandiri pada generasi muda. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kemandirian yang diterapkan dalam pendidikan kepramukaan dapat dijadikan model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam metode pendidikan generasi


(8)

muda untuk memunculkan perilaku mandiri generasi muda tersebut di masa yang akan datang

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat hubungan yang kuat antara aktivitas seseorang di alam terbuka pada saat responden menjadi peserta didik pada waktu yang lalu dengan perilaku mandiri yang dirasakan saat ini, Gerakan Pramuka sebagai lembaga pendidikan yang lebih mengedepankan kegiatan di alam terbuka perlu segera berbenah diri untuk memperkuat posisi sebagai lembaga pendidikan yang berkiprah membentuk watak/karakter generasi muda Indonesia. Generasi muda tersebut diharapkan memiliki kemampuan menangkal dampak negatif dari kehidupan global, memiliki kreativitas demi kebaikan diri, komunitas serta lingkungannya, memiliki kekuatan dan payung hukum terhadap semua kegiatan kepramukaan yang berkiprah di alam terbuka.

Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk disertasi ini, sebagai tindak lanjut dari kesimpulan di atas, penulis merekomendasikannya sebagai berikut :

1. Perlu peningkatan pelatihan pembina dalam meningkatkan kemampuan bermain membina peserta didik di alam terbuka melalui kegiatan kepramukaan dalam kegiatan perkemahan, pengembaraan/petualangan dan survival yang berorientasi kemandirian.

2. Gerakan Pramuka sebagai lembaga pendidikan nonformal, pendidikan luar sekolah dan sebagai kelanjutan gerakan kepanduan nasional hendaklah berpegang teguh terhadap kulturnya yang bersifat sukarela, persaudaraan,


(9)

mandiri, non politis, terbuka, otonom serta tidak membedakan suku, ras, golongan dan agama.

3. Gerakan Pramuka telah memiliki Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka yang mandiri sebagai salah satu pilar dari sistim pendidikan nasional dalam masyarakat yang harus segera ditindaklanjuti dengan aturan pelaksanaannya yang berupa Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka serta peraturan pendukung lainnya.

4. Gerakan Pramuka hendaknya tidak diposisikan sebagai bagian dari pendidikan formal, tetapi sebagai mitra yang merupakan bagian dari pendidikan nonformal diluar sekolah dan diluar pendidikan keluarga yang tujuan akhirnya adalah membentuk watak, karakter generasi muda bangsa. 5. Gerakan Pramuka yang berpangkalan dan atau berbasis di sekolah hendaknya

terbuka bagi peserta didik / anggota muda pramuka serta orang dewasa dari masyarakat di lingkungan sekolah tersebut yang ingin secara sukarela masuk dan bergabung pada gugus depan sekolah tersebut yang terakreditasi

6. Gerakan Pramuka tidak menggantungkan diri pada birokratisasi dalam kelembagaan, serta tidak terikat oleh jabatan publik. Kelembagaan dalam Gerakan Pramuka memerlukan para pembina serta pamong yang berpengalaman serta memahami Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan yang berintikan nilai Satya dan Darma Pramuka.

7. Semua kegiatan pendidikan kepramukaan hendaknya sepenuhnya dilakukan di alam terbuka atau ditempat yang disediakan dan bersentuhan dengan alam serta merupakan fasilitas semua kegiatan di alam terbuka secara mandiri.


(10)

8. Bumi-bumi perkemahan sebagai sarana dan prasarana pendidikan di alam terbuka hendaknya dikelola secara proposional sepenuhnya oleh Gerakan Pramuka dengan hak dan kewajibannya sebagai lembaga pendidikan yang berbadan hukum, otonom dan mandiri serta dilengkapi dengan kelengkapan sarana pelatihan yang memadai sesuai dengan standar yang berlaku dalam proses pendidikan kepramukaan

9. Lembaga pendidikan kepramukaan melalui para pelatihnya yang sudah bersertifikat pelatih dalam setiap melaksanakan Orientasi, Kursus Mahir Dasar (KMD), Kursus Mahir Lanjutan (KML), Kursus Pelatih Dasar (KPD) serta Kursus Pelatih Lanjuta (KPL) hendaknya dilakukan di alam terbuka melalui penanaman, pemahaman, pengamalan Prinsip Dasar serta pelaksanaan Metode Kepramukaan yang benar. Demikian pula pelaksanaan Karangpamitran dan Pitaran Pelatih, sebagai ajang evaluasi serta penyegaran para pembina dan pelatih hendaknya dilakukan secara berkala di alam terbuka 10. Kegiatan alam terbuka seperti perkemahan, pengembaraan / petualangan, serta kegiatan survival hendaklah menjadi program pokok di setiap tingkat. Dalam setiap latihan selalu ada praktek lapangan serta keterampilan dasar untuk penanaman bekal setiap anggota pramuka dalam menghadapi tantangan alam, bencana alam serta masalah lainnya

11. Semua kegiatan dalam kepramukaan harus mengacu kepada system pelatihan yang sesuai dengan kurikulum kepramukaan yang berupa Syarat Kecakapan Umum ( SKU ), Syarat Kecakapan Khusus ( SKK ) dan Syarat Pramuka Garuda (SPG) setiap golongan.


(11)

12. Model pembelajaran dalam pendidikan kepramukaan sebagai pendidikan nonformal, belum secara untuh dan terpadu dengan mekanisme pendidikan formal maupun informal. Oleh karenanya, perlu keterpaduan antara tripusat pendidikan serta hubungan yang baik antara trimitra pendidikan sehingga dapat saling mengisi atau saling melengkapi, melalui komunikasi dalam proses pembentukan watak anak. Trimitra pendidikan ( guru, orangtua dan pembina pramuka ) mampu menjadi teladan, pendamping serta pengayom yang baik sesuai fungsi dan peranan masing-masing

13. Gerakan Pramuka dengan model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka melalui kegiatan dialam terbuka ini harus mampu menarik, melibatkan generasi muda lainnya untuk mengikuti kegiatan perkemahan, pengembaraan/petualangan serta kegiatan survival melalui metode kepramukaan. Peluang telah nampak dalam Undang-Undang No. 12 tahun 2010 dengan dibentuknya satuan-satuan komunitas sebagai wadah pembentukan generasi muda mandiri yang memiliki jiwa, semangat serta kepribadian nilai sebagaimana makna yang terkandung dalam Satya dan Darma Pramuka.


(1)

dan juga sebagai warga Negara. Ketujuh, melalui Gerakan Pramuka, generasi muda akan memiliki jati diri yang sehat dan kuat serta mampu menghadapi masalah, tantangan dimanapun dalam kondisi apapun sendiri maupun dalam komunitas. Kedelapan, saat ini berkembang kegiatan generasi muda yang tergabung dalam satuan komunitas pencinta alam serta komunitas yang muncul karena kebutuhan melepaskan diri dari kejenuhan. Kenyataan di lapangan terdapat diantara komunitas tersebut yang menggunakan metode kepramukaan, dan ternyata dapat menarik generasi muda pada kegiatan keterampilan yang menjadi angan-angan serta keinginan mereka yaitu kegiatan yang menarik, menyenangkan dan menantang.

4. Efektivitas model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka dalam membentuk generasi muda mandiri melalui kegiatan alam terbuka,

Dari uraian pembahasan menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara aktivitas seseorang di alam terbuka pada saat responden menjadi peserta didik pada waktu yang lalu dengan perilaku mandiri yang dirasakan saat ini. Oleh karenanya, apabila ingin meningkatkan perilaku mandiri seseorang dapat dilakukan dengan meningkatkan kegiatan melalui kegiatan berkemah, berpetualang atau pengembaraan dan atau kegiatan bertahan hidup di alam bebas (survival). Gambaran tersebut dapat menjelaskan bagaimana model pembelajaran di alam terbuka dapat memunculkan perilaku mandiri yang dimiliki seseorang peserta didik pada waktu berbeda di kemudian hari.


(2)

Model pembelajaran yang digunakan Gerakan Pramuka berupa pembelajaran kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka diimplementasikan melalui penerapan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan. Kegiatan melalui permainan di alam terbuka adalah cara untuk menggambarkan kehidupan yang kompleks dengan cara yang sederhana, dan dengan kesederhanaan itu akan memudahkan memahami kompleksitas kehidupan sesama mahluk Tuhan.

Faktor-faktor yang mewarnai dan mempengaruhi perkembangan jiwa kemandirian yaitu hubungan langsung dengan alam dan faktor manusia baik sebagai individu maupun dalam komunitas keluarga, masyarakat serta sistem pendidikan itu sendiri. Model tersebut dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemandirian peserta didik bila para pembina serta pemegang kebijakan dalam Gerakan Pramuka memahami dan melaksanakan metode kepramukaan itu dengan benar. Demikian pula disamping metode kepramukaan yang lebih banyak memberikan porsi tumbuhnya otoaktivitas peserta didik dalam merancang, melaksanakan serta mengevaluasi setiap latihan / kegiatan yang mereka lakukan, keteladanan dari orang dewasa sangat berpengaruh kuat terhadap perkembangan peserta didik. Kode kehormatan Pramuka yaitu Satya dan Darma Pramuka merupakan sentral nilai dari metode kepramukaan yang diimplementasikan melalui kegiatan alam terbuka dapat melahirkan perilaku mandiri pada generasi muda. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kemandirian yang diterapkan dalam pendidikan kepramukaan dapat dijadikan model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam metode pendidikan generasi


(3)

muda untuk memunculkan perilaku mandiri generasi muda tersebut di masa yang akan datang

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat hubungan yang kuat antara aktivitas seseorang di alam terbuka pada saat responden menjadi peserta didik pada waktu yang lalu dengan perilaku mandiri yang dirasakan saat ini, Gerakan Pramuka sebagai lembaga pendidikan yang lebih mengedepankan kegiatan di alam terbuka perlu segera berbenah diri untuk memperkuat posisi sebagai lembaga pendidikan yang berkiprah membentuk watak/karakter generasi muda Indonesia. Generasi muda tersebut diharapkan memiliki kemampuan menangkal dampak negatif dari kehidupan global, memiliki kreativitas demi kebaikan diri, komunitas serta lingkungannya, memiliki kekuatan dan payung hukum terhadap semua kegiatan kepramukaan yang berkiprah di alam terbuka.

Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk disertasi ini, sebagai tindak lanjut dari kesimpulan di atas, penulis merekomendasikannya sebagai berikut :

1. Perlu peningkatan pelatihan pembina dalam meningkatkan kemampuan bermain membina peserta didik di alam terbuka melalui kegiatan kepramukaan dalam kegiatan perkemahan, pengembaraan/petualangan dan survival yang berorientasi kemandirian.

2. Gerakan Pramuka sebagai lembaga pendidikan nonformal, pendidikan luar sekolah dan sebagai kelanjutan gerakan kepanduan nasional hendaklah berpegang teguh terhadap kulturnya yang bersifat sukarela, persaudaraan,


(4)

mandiri, non politis, terbuka, otonom serta tidak membedakan suku, ras, golongan dan agama.

3. Gerakan Pramuka telah memiliki Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka yang mandiri sebagai salah satu pilar dari sistim pendidikan nasional dalam masyarakat yang harus segera ditindaklanjuti dengan aturan pelaksanaannya yang berupa Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka serta peraturan pendukung lainnya.

4. Gerakan Pramuka hendaknya tidak diposisikan sebagai bagian dari pendidikan formal, tetapi sebagai mitra yang merupakan bagian dari pendidikan nonformal diluar sekolah dan diluar pendidikan keluarga yang tujuan akhirnya adalah membentuk watak, karakter generasi muda bangsa. 5. Gerakan Pramuka yang berpangkalan dan atau berbasis di sekolah hendaknya

terbuka bagi peserta didik / anggota muda pramuka serta orang dewasa dari masyarakat di lingkungan sekolah tersebut yang ingin secara sukarela masuk dan bergabung pada gugus depan sekolah tersebut yang terakreditasi

6. Gerakan Pramuka tidak menggantungkan diri pada birokratisasi dalam kelembagaan, serta tidak terikat oleh jabatan publik. Kelembagaan dalam Gerakan Pramuka memerlukan para pembina serta pamong yang berpengalaman serta memahami Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan yang berintikan nilai Satya dan Darma Pramuka.

7. Semua kegiatan pendidikan kepramukaan hendaknya sepenuhnya dilakukan di alam terbuka atau ditempat yang disediakan dan bersentuhan dengan alam serta merupakan fasilitas semua kegiatan di alam terbuka secara mandiri.


(5)

8. Bumi-bumi perkemahan sebagai sarana dan prasarana pendidikan di alam terbuka hendaknya dikelola secara proposional sepenuhnya oleh Gerakan Pramuka dengan hak dan kewajibannya sebagai lembaga pendidikan yang berbadan hukum, otonom dan mandiri serta dilengkapi dengan kelengkapan sarana pelatihan yang memadai sesuai dengan standar yang berlaku dalam proses pendidikan kepramukaan

9. Lembaga pendidikan kepramukaan melalui para pelatihnya yang sudah bersertifikat pelatih dalam setiap melaksanakan Orientasi, Kursus Mahir Dasar (KMD), Kursus Mahir Lanjutan (KML), Kursus Pelatih Dasar (KPD) serta Kursus Pelatih Lanjuta (KPL) hendaknya dilakukan di alam terbuka melalui penanaman, pemahaman, pengamalan Prinsip Dasar serta pelaksanaan Metode Kepramukaan yang benar. Demikian pula pelaksanaan Karangpamitran dan Pitaran Pelatih, sebagai ajang evaluasi serta penyegaran para pembina dan pelatih hendaknya dilakukan secara berkala di alam terbuka 10. Kegiatan alam terbuka seperti perkemahan, pengembaraan / petualangan, serta kegiatan survival hendaklah menjadi program pokok di setiap tingkat. Dalam setiap latihan selalu ada praktek lapangan serta keterampilan dasar untuk penanaman bekal setiap anggota pramuka dalam menghadapi tantangan alam, bencana alam serta masalah lainnya

11. Semua kegiatan dalam kepramukaan harus mengacu kepada system pelatihan yang sesuai dengan kurikulum kepramukaan yang berupa Syarat Kecakapan Umum ( SKU ), Syarat Kecakapan Khusus ( SKK ) dan Syarat Pramuka Garuda (SPG) setiap golongan.


(6)

12. Model pembelajaran dalam pendidikan kepramukaan sebagai pendidikan nonformal, belum secara untuh dan terpadu dengan mekanisme pendidikan formal maupun informal. Oleh karenanya, perlu keterpaduan antara tripusat pendidikan serta hubungan yang baik antara trimitra pendidikan sehingga dapat saling mengisi atau saling melengkapi, melalui komunikasi dalam proses pembentukan watak anak. Trimitra pendidikan ( guru, orangtua dan pembina pramuka ) mampu menjadi teladan, pendamping serta pengayom yang baik sesuai fungsi dan peranan masing-masing

13. Gerakan Pramuka dengan model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka melalui kegiatan dialam terbuka ini harus mampu menarik, melibatkan generasi muda lainnya untuk mengikuti kegiatan perkemahan, pengembaraan/petualangan serta kegiatan survival melalui metode kepramukaan. Peluang telah nampak dalam Undang-Undang No. 12 tahun 2010 dengan dibentuknya satuan-satuan komunitas sebagai wadah pembentukan generasi muda mandiri yang memiliki jiwa, semangat serta kepribadian nilai sebagaimana makna yang terkandung dalam Satya dan Darma Pramuka.