d pls 0808911 chapter3

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Secara umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran bahwa model pembelajaran kemandirian berbasis Nilai Satya dan Darma Pramuka yang dilaksanakan di alam terbuka dalam pendidikan kepramukaan dapat membentuk generasi muda mandiri. Pendidikan kepramukaan merupakan pendidikan nilai yang sangat efektif bila dilaksanakan melalui prinsip dasar serta metode kepramukaan yang benar. Melalui penelitian ini diharapkan model pembelarajaran tersebut dapat diterapkan menjadi solusi handal mengatasi masalah generasi muda saat.

Bab III ini menjelaskan metode dan prosedur penelitian, mulai dari persiapan sampai akhir penelitian, instrumen yang digunakan serta unsur- unsur lainnya yang terkait dan terlibat dalam penelitian ini. Bab ini terdiri dari beberapa sub bab yaitu pendekatan dan metode penelitian, lokasi penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, prosedur pengumpolan data, serta teknik pengolahan data dan analisa data

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian dikemukakan Creswell dalam Emzir (2008:9) menyebutkan ada tiga yaitu pendekatan kuantitatif, pendekatan kualitatif dan pendekatan gabungan (mixed methods Approach). Dalam penjelasannya Emzir (2008:28-29) mengemukakan :


(2)

Pendekatan mixed method merupakan salah satu pendekatan yang cenderung didasarkan pada paradigma pengetahuan pragmatic (seperti orientasi konsekuensi, orientasi masalah dan pluralistik). Pendekatan ini menggunakan strategi penelitian yang melibatkan pengumpulan data baik secara simultan maupun secara sequensial untuk memahami masalah penelitian sebaik-baiknya. Pengumpulan data juga melibatkan perolehan baik informasi nimerik (melalui instrument) maupun informasi teks (melalui interview) sehingga data base akhir mempresentasikan baik informasi kuantitatif maupun kualitatif.

Alam Bryman dalam Julia Branen (2005:84) mengemukakan bahwa:

Penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif digabungkan untuk memberikan gambaran umum. Penelitian kuantitatif dapat digunakan untuk mengisi kesenjangan-kesenjangan yang muncul dalam studi kualitatif. Karena misalnya peneliti tidak bisa berada pada lebih dari satu tempat di saat bersamaan. Jika tidak, mungkin tidak seluruh masalah dapat diterima semata bagi penelitian kuantitatif atau semata bagi penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif membantu penelitian Kualitatif. Biasanya, ini berarti penelitian kuantitatif membantu dalam hal pemilihan obyek bagi penelitian kualitatif.

Penelitian ini menggunakan pendekatan gabungan, dalam arti bahwa pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dibantu dengan pendekatan kuantitatif. Oleh karenanya aspek-aspek yang berkaitan dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif tetap diperhatikan dalam penelitian ini.

Pendekatan kualitatif dilakukan terhadap situasi yang kompleks khususnya kondisi generasi muda yang saat ini menjadi fenomena sosial dan sudah menjadi masalah sosial. Fokus penelitian diarahkan kepada tiga unsur yang akan memunculkan persoalan tertentu, yaitu konsep, data empiris, dan pengalaman. Pertimbangannya adalah sebagai berikut:

1) Menyesuaikan pendekatan kualitatif lebih mudah bila berhadapan dengan kenyataan ganda, serasi dengan kondisi penelitian yang sangat kompleks.


(3)

2) Pendekatan ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan responden.

3) Pendekatan ini lebih mudah dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Selanjutnya dalam pendekatan kualitatif Sudarwan Danim (2002: 52) mengemukakan ada enam metode penelitian. Dari enam metode tersebut peneliti mengambil empat metode penelitian yaitu metode penelitian fenomenologi, penelitian etnografi, penelitian histotis, dan penelitian kasus.

Penelitian fenomenologi yaitu penelitian yang bersifat induktif melalui pendekatan deskriptif dari filsafat fenomenologi. Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk menjelaskan pengalaman-pengalaman yang dialami seseorang dengan kehidupan termasuk interaksinya dengan orang lain. Penelitian fenomenologi didasari atas pandangan dan asumsi bahwa pengalaman manusia diperoleh melalui hasil interpretasi. Penelitian ini sangat relevan digunakan dalam penelitian ini mengingat perkembangan jiwa, perilaku seseorang serta hidup dan kehidupan seseorang dibentuk serta ditumbuhkan oleh proses pendidikan lingkungannya dalam usaha menuju kedewasaannya yang mandiri. Pengetahuan serta keterampilan yang dimilikinya adalah sebagai wujud interaksi antara dirinya dengan lingkungan yang dialami sejak kecil sampai dewasa melalui pendidikan formal, nonformal dan informal.

Penelitian etnografi digunakan dalam penelitian ini, karena pendidikan kepramukaan adalah merupakan pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi serta lingkungan proses pendidikan tersebut dilaksanakan. Pola hidup, tatakrama


(4)

serta budaya setempat menjadi materi dasar yang ditanamkan terhadap peserta didik/ anggota muda pramuka. Dengan demikian dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan perkembangan perilaku generasi muda menuju terbentuknya generasi muda yang mandiri yang taat serta turut bertanggung jawab terhadap norma kehidupan, budaya hidup dan kehidupan dalam lingkungannya.

Penelitian historis digunakan dalam penelitian ini adalah untuk merekontruksi kondisi masa lampau secara obyektif, sistimatis dan akurat tentang perkembangan generasi muda kita. Peneliti berusaha untuk memperoleh data dari catatan-catatan atau laporan-laporan verbal yang berupa narasi deskriptif atau analisis terhadap peristiwa-peristiwa yang muncul pada rentang waktu lama atau cukup lama di masa lampau yang dialami oleh seseorang atau komunitas. Keberhasilan setelah dewasa, didapat dari responden yang mengalami psoses latih diri dan berkembang dalam masa ke masa yang membentuk dirinya menjadi dewasa seperti sekarang ini. Masa yang untuk dirinya terutama generasi muda yang sedang berkembang atau mencari bentuk akan menemui masalah-masalah serta fenomena sosial.

Penelitian kasus digunakan dalam penelitian ini sebagai bahan yang diperlukan dalam mengamati mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan social dan posisi saat ini serta interaksinya dengan lingkungan yang bersifat apa adanya. Dengan demikian dengan data mengenai fenomena sosial yang terjadi akan merupakan bahan dalam rangka usaha agar fenomena tersebut tidak menjadi masalah sosial, terutama yang terjadi pada generasi muda saat ini.


(5)

Sifat data yang akan dikumpulkan dalam penelitian kualitatif bercorak naturalistik, karena situasi lapangan bersifat natural atau wajar sebagaimana adanya.

Dengan demikian pendekatan kualitatif dilakukan, untuk menjelaskan implementasi model pembelajaran kemandirian berbasis nilai yang tidak sekedar menyangkut pengetahuan yang dapat dibahasakan melainkan juga menyangkut pengetahuan yang tidak dapat dibahasakan yang hampir tidak mungkin diperoleh lewat pendekatan rasionalistis seperti halnya pengamalan kode kehormatan pramuka, yaitu Satya dan Darma Pramuka.

Selanjutnya untuk membantu menjelaskan efektivitas model pembelajaran kemandirian di alam terbuka, maka diperlukan usaha untuk mengetahui korelasi yang nyata antara pengaruh kegiatan alam terbuka terhadap tumbuh kembangnya kemandirian pada generasi muda, perlu di uji dengan metode kuantitatif.

Penelitian tahap awal melalui wawancara baik secara berkelompok maupun secara individual, pada tahap berikutnya penelitian melalui metode pertanyaan terstruktur terhadap delapan unsur responden. Tahap akhir penelitian, peneliti menggunakan metode atau pendekatan kuantitatif. Dengan demikian penelitian yang dilakukan adalah menggunakan pendekatan gabungan.

Pendekatan penelitian berfocus pada teori kemandirian yang meliputi perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan / masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa ketergantungan pada orang lain. Dengan pendekatan penelitian tersebut proses pembentukan generasi muda mandiri dapat terwujud dengan implementasi model pembelajaran


(6)

kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka melalui kegiatan di alam terbuka..

Penelitian inipun bukanlah untuk menguji hipotesis yang didasarkan atas teori tertentu, melainkan untuk menemukan pola yang mungkin dapat dikembangkan menjadi teori yang didasarkan atas data yang sebenarnya tentang proses pembentukan watak, karakter yang dapat membentuk generasi muda mandiri.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Propinsi Jawa Barat terfokus terhadap kondisi generasi muda saat ini. Kemajemukan masyarakat Jawa Barat sangat berpengaruh terhadap proses pendewasaan generasi muda itu sendiri.

Jawa Barat memiliki Kabupaten / Kota sebanyak 16 Kabupaten dan 9 Kota. Kabupaten dan Kota tersebut memiliki Kwartir-kwartir Cabang sebanyak jumlah Kabupaten dan Kota serta Kwartir Ranting dan Gugusdepan yang tersebar di wilayah pegunungan, pedataran dan pantai dengan karakteristik yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel dua Kabupaten yaitu Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi, serta satu Kota yaitu Kota Bandung, masing-masing l terhadap 100 responden untuk orang dewasa yang pernah aktif mengikuti kegiatan pramuka di masa yang lalu sehingga jumlahnya 300 orang, 100 orang pembina, 100 orang anggota Siaga, 100 orang anggota Penggalang dan 100 orang anggota Penegak dan Pandega yang dipilih secara acak (random) di ketiga Kwarcab di atas.


(7)

Dengan demikian diperlukan penelitian yang dapat memunculkan metode pembelajaran yang tepat serta memberikan pemahaman terhadap alam semesta tempat mereka belajar dan membentuk dirinya sendiri menjadi generasi muda yang tangguh dan mandiri.

C. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui empat macam cara, yaitu: observasi, wawancara, dokumen, dan gabungan / triangulasi.

a. Observasi

Pengumpulan data melalui observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data dan fakta yang nyata dalam kehidupan sedetil mungkin sesuai dengan tujuan penelitian ini. Melalui observasi akan dicatat kejadian atau peristiwa serta segala sesuatu sebanyak-banyaknya tentang hal-hal yang diduga ada kaitannya dengan implementasi model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Darma Pramuka dalam pendidikan kepramukaan.

Diharapkan dari observasi ini didapatkan data deskripsi yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, situasi sosial serta kegiatan-kegiatan lainnya yang terjadi. Hal tersebut dilaksanakan melalui pengamatan langsung sehingga memperoleh pandangan yang holistik sebagaimana kultur dalam pendidikan kepramukaan.


(8)

Data yang dikumpulkan melalui wawancara bersifat verbal dan nonverbal. Data verbal ialah data yang didapat melalui percakapan atau tanya jawab baik langsung maupun melalui alat komunikasi seperti tape recorder atau sarana komunikasi lainnya. Data nonverbal adalah data yang tidak dapat ditangkap oleh alat perekam seperti gerak tubuh, gerak tangan, perubahan wajah, pandangan mata, serta gerak lainnya yang punya makna terhadap persoalan yang dikomunikasikan. Data verbal maupun nonverbal merupakan data yang sangat penting sehingga dengan perpaduan kedua pesan data tersebut akan sangat membantu keterbukaan dan kebenaran informasi yang disampaikan responden.

Demikian pula proses wawancara pada tahap permulaan biasanya tak berstruktur dengan maksud untuk menampung keterangan yang rinci, luas dan mendalam mengenai pandangan orang lain. Setelah peneliti memperoleh semua keterangan atau informasi yang diperlukan, peneliti mengadakan wawancara yang berstruktur yang disusun berdasarkan apa-apa yang telah disampaikan oleh responden.

Wawancara dilakukan melalui tiga macam pendekatan ( Nasution, 2003: 74), yakni:

1) Dalam bentuk percakapan informal yang mengandung unsur spontanitas, kesantaian, tanpa pola atau arah yang ditentukan sebelumnya.

2) Menggunakan lembaran berisi garis besar pokok-pokok, topik atau masalah yang dijadikan pegangan dalam pembicaraan.

3) Menggunakan daftar pertanyaan yang lebih terinci, namun bersifat terbuka yang telah dipersiapkan lebih dahulu dan akan diajukan menurut urutan dan rumusan yang tercantum.


(9)

Pada awal penelitian pendekatan dalam wawancara mengikuti pola 1), dan setelah penelitian berjalan selama waktu tertentu pendekatan akan beralih ke pola 2) dan pola 3).

c. Dokumen

Dalam penelitian kualitatif / naturalistik tidak hanya melakukan observasi dan wawancara, namun bahan dokumentasi serta data lainnya juga perlu mendapat perhatian dan dimanfaatkan untuk melengkapi dan menopang hasil observasi dan wawancara tersebut. Tulisan pribadi, buku harian, surat-surat, termasuk dokumen resmi , dan foto-foto kegiatan terutama kegiatan di alam terbuka akan jadi dokumen penting dalam penelitian ini. Kesemuanya itu dapat dipandang sebagai nara sumber yang dapat menjawab permasalahan yang diperlukan .

d. Triangulasi

Dalam hal-hal tertentu penelitian dapat dilakukan melalui gabungan antara observasi, wawancara, dan penggunaan dokumen yang dikenal dengan triangulasi. Apa yang diamati sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam keadaan yang sebenarnya sehingga memenuhi validitas penelitian, baik validitas internal maupu validitas eksternal, realibilitas serta obyektivitasnya. Dengan triangulasi kebenaran data dapat dicek dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain. Cara tersebut merupakan usaha untuk melihat dan mengamati lebih tajam hubungan berbagai data agar mencegah kesalahan dalam analisa data.


(10)

Dalam penelitian kualitatif instrumen utama yang merupakan kunci dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.

Lincoln dan Guba (Suyono, 2008: 306) menyatakan bahwa :

The instrument of choice in naturalistic inquiry is the human. We shall see that other forms of instrumentation may be used in later phases of the inquiry, but the human is the initial and continuing mainstay. But if the human instrument has been used extensively in earlier stages of inquiry, so that an instrument can be constructed that is grounded in the data that the human instrument has product.

Selanjutnya Nasution (Sugiyono 2008: 306) menyatakan bahwa: “Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti”.

Sebagai instrumen penelitian disamping peneliti itu sendiri, juga instrumen lain yang merupakan bagian dari proses penelitian. Peneliti sebagai instrumen harus memiliki kualitas yang mampu beradaptasi dengan responden di lapangan. Peneliti sebagai instrumen divalidasi seberapa jauh kualitas siap melakukan penelitian, yang faham akan metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, dalam hal ini wawasan mengenai kultur kepramukaan serta karakter alam terbuka yang mempengaruhinya. Peneliti sebagai instrumen utama berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan / responden sebagai sumber data .

Pada penelitian ini yang menjadi informan dan atau responden adalah para orang dewasa yang saat ini telah berkiprah dalam kehidupan masyarakat, yang memiliki pengalaman ikut serta dalam pendidikan di Gerakan Pramuka baik yang pernah aktif di golongan Siaga, Penggalang, Penegak atau Pandega sejumlah 300


(11)

orang dilakukan secara random di 3(tiga) lokasi penelitian. Selanjutnya selain responden orang dewasa yang pernah aktif di atas, untuk pendalaman penulis melakukan wawancara tertulis terhadap 100 orang para pembina yang masih aktif, 100 orang anggota muda pramuka/peserta didik Siaga, 100 orang anggota muda pramuka/peserta didik Penggalang, 100 orang anggota muda pramuka/peserta didik Penegak dan Pandega, secara random di kwarcab-kwarcab tersebut, serta wawancara lisan dengan beberapa tokoh pramuka, tokoh masyarakat, majelis pembimbing, dan pengurus kwartir/andalan yang ditemui peneliti.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif tidaklah mudah, karena peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data. Peneliti harus memahami cara atau teknik pengumpulan data serta kelengkapan lainnya untuk memperlancar pengumpulan data tersebut, seperti prosedur perijinan, cara bersikap dan bertindak di lapangan karena akan bersentuhan dengan tatanan lingkungan setempat.

Nasution ( 2003: 92 ) menyatakan bahwa proses tersebut mencatat dua bagian penting dalam penelitian ini, yakni:

a. Deskripsi tentang apa yang sesungguhnya kita amati yang benar-benar terjadi menurut apa yang kita lihat, dengar, amati dengan alat dria kita. b. Komentar, tafsiran, refleksi, pemikiran, atau pandangan kita terhadap apa

yang kita amati.

Selanjutnya menghimpun masukan dari responden serta informan yang telah ditentukan dalam penelitian ini.


(12)

Teknik pengolahan dan analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan sekaligus dianalisa keabsahannya sehingga berfungsi untuk bahan penyusunan dan perkembangan selanjutnya.

Miles dan Huberman dalam Sugiyono ( 2008;337 ) mengemukakan bahwa: “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data tersebut yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing / verification” Setelah peneliti melakukan pengumpulan data, maka peneliti melakukan anticipatory sebelum melakukan reduksi data

Data reduction ( reduksi data ) merupakan tahapan awal menyeleksi, mengarahkan, menyederhanakan, dan mengabtraksi data yang diperoleh hasil wawancara dan observasi di lapangan. Data yang terkumpul langsung dicatat secara rinci. Setiap data direduksi dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan pokok permasalahan. Kemudian diamati sehingga menghasilkan gambaran yang jelas tentang hasil pengamatan serta mempermudah peneliti mencari hal-hal yang diperlukan.

Data display merupakan langkah berikutnya setelah data direduksi yaitu penyajian data yang bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplay data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan data yang telah ada dan telah dipahami. Penyajian data dengan teks yang bersifat naratif juga dilaksanakan berupa grafik, metrik, network, dan chart.


(13)

Conclution /Verification ( penarikan kesipulan/ verifikasi ) merupakan langkah ketiga dalam analisis data yang masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikunya. Bila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten, saat peneliti kembali kelapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Pada analisis data dilapangan peneliti memperhatikan juga tahapan penelitian menurut Spradley yang dapat digunakan yaitu analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial dan analisis tema cultural yang dalam Soegiono ( 2008 ) digunakan dalam analisa data kualitatif.

1. Analisis Domain

Memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek penelitian atau situasi social yang terdiri atas place, avtor dan activity. Peneliti menetapkan domain tertentu setelah melaksanakan observasi partisipan, mencatat hasil observasi dan wawancara, melakukan observasi deskriptif, selanjutnya analisis domain dan menetapkan domain tertentu sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya.

2. Analisis taksonomi

Domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya dengan melakukan observasi terfocus. Hasil analisis taksonomi dapat disajikan dalam bentuk diagram kotak, diagram garis, dan simpul.


(14)

3. Analisis komponensial

Mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara mengkontraskan antar elemen. Pada analisis ini yang diurai adalah domain yang telah ditetapkan menjadi focus penelitian dan yang dicari adalah data yang memiliki perbedaan atau yang kontras. Dengan teknik pengeumpulan data yang bersifat triangulasi tersebut sejumlah dimensi yang spesifik dan berbeda pada setiap elemen akan dapat ditemukan.

4. Analisa tema kultural

Mencari hubungan di antara domain, dan bagaimana hubungan dengan keseluruhan, dan selanjutnya dinyatakan kedalam tema / judul penelitian. Hubungan tersebut merupakan benang merah yang mengintegrasikan lintas domain yang ada yang selanjutnya akan tersusun suatu kotruksi situasi sosial / obyek penelitian yang sebelumnya masih gelap atau remang-remang.

Untuk mengukur seberapa besar efektivitas model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Dharma Pramuka dalam membentuk Generasi Muda mandiri melalui kegiatan alam terbuka, peneliti melakukan analisis korelasi dengan menggunakan analisis korelasi dari Pearson, dengan terlebih dahulu mengukur seberapa sering responden mengikuti atau melakukan kegiatan di alam terbuka pada saat responden menjadi peserta didik pramuka pada waktu yang lalu. Kemudian mengukur sikap terhadap perilaku mandiri yang saat ini dirasakan responden pada saat ini di lingkungan masyarakat berdasarkan peran dan profesi masing-masing.


(15)

Pengujian dilakukan dengan terlebih dahulu mengukur derajat hubungan antara seberapa sering responden mengikuti kegiatan alam (x) dan bagaimana perilaku mandiri yang dirasakan saat ini (y), dengan menggunakan rumus korelasi Pearson (Donald R. Cooper dan Willian Emori, 1998:109) yaitu:

r =

∑xy (∑x2) (∑y2)

Selanjutnya, untuk memudahkan analisis, peneliti menggunakan program SPSS 15,0 yang diolah secara komputerisasi dengan cara memasukkan skor seberapa sering responden mengikuti atau melakukan kegiatan alam terbuka dan memasukkan skor sikap perilaku mandiri yang dirasakan responden saat ini. Kemudian peneliti melakukan analisis korelasi sehingga muncul data yang dapat diterjemahkan atau dijelaskan dalam bentuk penjelasan uraian. Dalam mengukur seberapa sering dan sikap, digunakan skala sikap Likert yaitu pernyataan yang dimaksudkan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi responden terhadap sesuatu objek. Skala dimaksud menggunakan standar 1 sampai dengan 5 yang menggambarkan skala paling rendah (negative/sangat bertentangan) kepada yang paling tinggi (positif/sangat mendukung). Dengan demikian kesimpulan yang didapat dari hasil wawancara dan observasi melalui pendekatan kualitatif dapat diperkuat melalui ukuran tersebut melalui analisis Pearson.


(1)

Dalam penelitian kualitatif instrumen utama yang merupakan kunci dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.

Lincoln dan Guba (Suyono, 2008: 306) menyatakan bahwa :

The instrument of choice in naturalistic inquiry is the human. We shall see that other forms of instrumentation may be used in later phases of the inquiry, but the human is the initial and continuing mainstay. But if the human instrument has been used extensively in earlier stages of inquiry, so that an instrument can be constructed that is grounded in the data that the human instrument has product.

Selanjutnya Nasution (Sugiyono 2008: 306) menyatakan bahwa: “Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti”.

Sebagai instrumen penelitian disamping peneliti itu sendiri, juga instrumen lain yang merupakan bagian dari proses penelitian. Peneliti sebagai instrumen harus memiliki kualitas yang mampu beradaptasi dengan responden di lapangan. Peneliti sebagai instrumen divalidasi seberapa jauh kualitas siap melakukan penelitian, yang faham akan metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, dalam hal ini wawasan mengenai kultur kepramukaan serta karakter alam terbuka yang mempengaruhinya. Peneliti sebagai instrumen utama berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan / responden sebagai sumber data .

Pada penelitian ini yang menjadi informan dan atau responden adalah para orang dewasa yang saat ini telah berkiprah dalam kehidupan masyarakat, yang memiliki pengalaman ikut serta dalam pendidikan di Gerakan Pramuka baik yang pernah aktif di golongan Siaga, Penggalang, Penegak atau Pandega sejumlah 300


(2)

orang dilakukan secara random di 3(tiga) lokasi penelitian. Selanjutnya selain responden orang dewasa yang pernah aktif di atas, untuk pendalaman penulis melakukan wawancara tertulis terhadap 100 orang para pembina yang masih aktif, 100 orang anggota muda pramuka/peserta didik Siaga, 100 orang anggota muda pramuka/peserta didik Penggalang, 100 orang anggota muda pramuka/peserta didik Penegak dan Pandega, secara random di kwarcab-kwarcab tersebut, serta wawancara lisan dengan beberapa tokoh pramuka, tokoh masyarakat, majelis pembimbing, dan pengurus kwartir/andalan yang ditemui peneliti.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif tidaklah mudah, karena peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data. Peneliti harus memahami cara atau teknik pengumpulan data serta kelengkapan lainnya untuk memperlancar pengumpulan data tersebut, seperti prosedur perijinan, cara bersikap dan bertindak di lapangan karena akan bersentuhan dengan tatanan lingkungan setempat.

Nasution ( 2003: 92 ) menyatakan bahwa proses tersebut mencatat dua bagian penting dalam penelitian ini, yakni:

a. Deskripsi tentang apa yang sesungguhnya kita amati yang benar-benar terjadi menurut apa yang kita lihat, dengar, amati dengan alat dria kita. b. Komentar, tafsiran, refleksi, pemikiran, atau pandangan kita terhadap apa

yang kita amati.

Selanjutnya menghimpun masukan dari responden serta informan yang telah ditentukan dalam penelitian ini.


(3)

Teknik pengolahan dan analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan sekaligus dianalisa keabsahannya sehingga berfungsi untuk bahan penyusunan dan perkembangan selanjutnya.

Miles dan Huberman dalam Sugiyono ( 2008;337 ) mengemukakan bahwa: “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data tersebut yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing / verification” Setelah peneliti melakukan pengumpulan data, maka peneliti melakukan anticipatory sebelum melakukan reduksi data

Data reduction ( reduksi data ) merupakan tahapan awal menyeleksi, mengarahkan, menyederhanakan, dan mengabtraksi data yang diperoleh hasil wawancara dan observasi di lapangan. Data yang terkumpul langsung dicatat secara rinci. Setiap data direduksi dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan pokok permasalahan. Kemudian diamati sehingga menghasilkan gambaran yang jelas tentang hasil pengamatan serta mempermudah peneliti mencari hal-hal yang diperlukan.

Data display merupakan langkah berikutnya setelah data direduksi yaitu penyajian data yang bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplay data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan data yang telah ada dan telah dipahami. Penyajian data dengan teks yang bersifat naratif juga dilaksanakan berupa grafik, metrik, network, dan chart.


(4)

Conclution /Verification ( penarikan kesipulan/ verifikasi ) merupakan langkah ketiga dalam analisis data yang masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikunya. Bila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten, saat peneliti kembali kelapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Pada analisis data dilapangan peneliti memperhatikan juga tahapan penelitian menurut Spradley yang dapat digunakan yaitu analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial dan analisis tema cultural yang dalam Soegiono ( 2008 ) digunakan dalam analisa data kualitatif.

1. Analisis Domain

Memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek penelitian atau situasi social yang terdiri atas place, avtor dan activity. Peneliti menetapkan domain tertentu setelah melaksanakan observasi partisipan, mencatat hasil observasi dan wawancara, melakukan observasi deskriptif, selanjutnya analisis domain dan menetapkan domain tertentu sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya.

2. Analisis taksonomi

Domain yang dipilih tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya dengan melakukan observasi terfocus. Hasil analisis taksonomi dapat disajikan dalam bentuk diagram kotak, diagram garis, dan simpul.


(5)

3. Analisis komponensial

Mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara mengkontraskan antar elemen. Pada analisis ini yang diurai adalah domain yang telah ditetapkan menjadi focus penelitian dan yang dicari adalah data yang memiliki perbedaan atau yang kontras. Dengan teknik pengeumpulan data yang bersifat triangulasi tersebut sejumlah dimensi yang spesifik dan berbeda pada setiap elemen akan dapat ditemukan.

4. Analisa tema kultural

Mencari hubungan di antara domain, dan bagaimana hubungan dengan keseluruhan, dan selanjutnya dinyatakan kedalam tema / judul penelitian. Hubungan tersebut merupakan benang merah yang mengintegrasikan lintas domain yang ada yang selanjutnya akan tersusun suatu kotruksi situasi sosial / obyek penelitian yang sebelumnya masih gelap atau remang-remang.

Untuk mengukur seberapa besar efektivitas model pembelajaran kemandirian berbasis nilai Satya dan Dharma Pramuka dalam membentuk Generasi Muda mandiri melalui kegiatan alam terbuka, peneliti melakukan analisis korelasi dengan menggunakan analisis korelasi dari Pearson, dengan terlebih dahulu mengukur seberapa sering responden mengikuti atau melakukan kegiatan di alam terbuka pada saat responden menjadi peserta didik pramuka pada waktu yang lalu. Kemudian mengukur sikap terhadap perilaku mandiri yang saat ini dirasakan responden pada saat ini di lingkungan masyarakat berdasarkan peran dan profesi masing-masing.


(6)

Pengujian dilakukan dengan terlebih dahulu mengukur derajat hubungan antara seberapa sering responden mengikuti kegiatan alam (x) dan bagaimana perilaku mandiri yang dirasakan saat ini (y), dengan menggunakan rumus korelasi Pearson (Donald R. Cooper dan Willian Emori, 1998:109) yaitu:

r =

xy (∑x2) (∑y2)

Selanjutnya, untuk memudahkan analisis, peneliti menggunakan program SPSS 15,0 yang diolah secara komputerisasi dengan cara memasukkan skor seberapa sering responden mengikuti atau melakukan kegiatan alam terbuka dan memasukkan skor sikap perilaku mandiri yang dirasakan responden saat ini. Kemudian peneliti melakukan analisis korelasi sehingga muncul data yang dapat diterjemahkan atau dijelaskan dalam bentuk penjelasan uraian. Dalam mengukur seberapa sering dan sikap, digunakan skala sikap Likert yaitu pernyataan yang dimaksudkan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi responden terhadap sesuatu objek. Skala dimaksud menggunakan standar 1 sampai dengan 5 yang menggambarkan skala paling rendah (negative/sangat bertentangan) kepada yang paling tinggi (positif/sangat mendukung). Dengan demikian kesimpulan yang didapat dari hasil wawancara dan observasi melalui pendekatan kualitatif dapat diperkuat melalui ukuran tersebut melalui analisis Pearson.