MATERI PAPARAN KEUANGAN DAERAH – MAGISTER KEUANGAN DAERAH UNIVERSITAS CENDERAWASIH 1 Menteri Keuangan
EFEKTIVITAS PENYERAPAN ANGGARAN
DAERAH UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN
EKONOMI NASIONAL
Jakarta, 2 Juli 2015
Disampaikan oleh
Menteri Keuangan Republik Indonesia
(2)
1.
Perkembangan Perekonomian Indonesia Terkini
dan Prospeknya Tahun 2015
2.
Perkembangan Kebijakan dan Realisasi Penyaluran
Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun 2015
3.
Postur dan Perkembangan Realisasi Penyerapan
APBD Tahun 2015
4.
Perkembangan Simpanan Dana Pemda di Sektor
Perbankan Tahun 2015
5.
Langkah-langkah Percepatan Penyerapan Anggaran
Daerah untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
OUTLINE
(3)
Langkah-Langkah Stimulasi Pertumbuhan Ekonomi
2015
•
Kebijakan penghapusan PPnBM
•
Kenaikan PTKP per 1 Juli 2015
•
Kebijakan Tax Allowance
•
Perbaikan Tax Holiday (in progress)
•
Percepatan Belanja Pemerintah (APBN & BUMN)
•
Kebijakan Pelonggaran LTV oleh Bank Indonesia
•
Revisi Daftar Negatif Investasi
•
Revisi PP tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah
(4)
Indikator
Kinerja
Nilai Tukar
•
Per 31 Desember 2014 : Rp12.440/USD depresiasi 2,06% (ytd)
•
Per 26 Juni 2015: Rp13.338 depresiasi 7,22% (ytd)
•
Periode s.d. 26 Juni 2015
Terkuat Rp12.444/USD -- Terlemah Rp13.367/USD
IHSG
•
Per 31 Desember 2014 : 5.226,9 menguat 22,3% (ytd)
•
Per 26 Juni 2015: 4.923,2 melemah 5,8% (ytd)
•
Periode s.d 26 Juni 2014
Tertinggi 5.523,3
Terendah 4.837,8
Inflasi
•
Inflasi sepanjang tahun 2014 sebesar 8,36% (ytd, yoy), rata-rata inflasi 2014: 6,42%
•
Inflasi Mei 2015 : 0,50% (mtm), 0,42% (ytd), 7,15% (yoy)
Arus Modal Masuk
•
Total
capital inflow
2014 sebesar Rp178,2T. Saham =
net inflow
42,6T; SUN
net inflow
137,5T; SBI =
net outflow
1,9T.
•
S.d Juni 2015 (ytd) : Saham
inflow
Rp3,90 triliun; SUN
inflow
Rp77,02 triliun (25 Juni)
Yield SUN
•
Per 31 Des 2014:
Yield
SUN 10Y
7,80%,
Yield
SUN 5Y
7,70%.
•
Per 29 Juni 2015:
Yield
SUN 10Y
8,43%,
Yield
SUN 5Y
8,32%
•
Periode s.d. 29 Juni 2015 :
Yield
SUN 10Y
Tertinggi 8,76% -- Terendah 7,03%
Yield
SUN 5Y
Tertinggi 8,60% -- Terendah 6,84%
(5)
Indikator
Kinerja
Pertumbuhan PDB
•
Pada Q1-2015 PDB tumbuh sebesar 4,7% (yoy).
•
Kons RT 5%; Kons LNPRT -8.3%; Kons Pemerintah 2,2%; PMTDB 4,4%; Ekspor -0,5%;
Impor -2,2%
Harga Minyak Mentah
Indonesia
•
Jan-Des 2014 ICP mencapai US$96,5 per barel
•
Rata-rata Jan-Mei tahun 2015 sebesar US$54,5 per barel
Investasi Langsung
•
Realisasi investasi selama 2014 mencapai Rp463,2T atau naik 16,2% (yoy)
PMA
: Rp 307,0T naik 13,5% (yoy)
PMDN : Rp 156,2T naik 21,8%(yoy)
•
Realisasi investasi Triwulan I 2015 sebesar Rp124,6T atau naik 16,9% (yoy)
PMA
: Rp 82,1T naik 14,0% (yoy)
PMDN : Rp 42,5T naik 22,8%(yoy)
Perdagangan
Internasional
•
Jan
Des 2014: Ekspor tumbuh -3,43% (yoy), Impor tumbuh -4,53% (yoy)
•
Jan - Mei 2015: Ekspor mencapai US$64,7 miliar atau turun 11,8% (yoy); Impor mencapai
US$60,9 miliar atau turun 17,9% (yoy).
•
Neraca perdagangan Jan - Mei 2015 mengalami surplus sebesar US$3,7 miliar.
Neraca Pembayaran
•
Defisit transaksi berjalan Q1 2015 membaik menjadi US$3,8 miliar (1,81% thd PDB) dari
US$5,7 miliar (2,58% thd PDB) pada Q4 2014.
•
Surplus transaksi modal dan finansial Q1 2015 turun menjadi US$5,9 miliar dari US$8,9
miliar pada Q4 2014.
•
Neraca Pembayaran Q1 2015 surplus US$1,30 miliar
(6)
Pertumbuhan PDB Q1 2015 mencapai 4,71 % (yoy) atau -0,18 (qtq)
...dipengaruhi melemahnya kinerja ekspor
2015
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Kons RT
5.5
5.2
5.4
5.4
5.4
5.1
5.1
5.0
5.0
Kons LNPRT
6.5
6.4
6.7
12.8
23.7
22.8
5.6
-0.2
-8.3
Kons Pemerintah
3.0
3.2
12.4
7.9
6.1
-1.5
1.3
2.8
2.2
PMTB
7.9
5.5
6.0
2.1
4.7
3.7
3.9
4.3
4.4
Ekspor
3.5
2.1
1.3
9.4
3.2
1.4
4.9
-4.5
-0.5
Impor
2.9
0.9
4.9
-0.9
5.0
0.4
0.3
3.2
-2.2
PDB
5.6
5.6
5.5
5.6
5.1
5.0
4.9
5.0
4.7
2013
2014
• Kinerja ekspor tumbuh negatif terutama ekspor migasmelemahnya permintaan global dan harga komoditas
• Konsumsi Pemerintah melambatAPBN-P 2015 yang dipercepat dan perub. DIPA, serta restrukturisasi dan perubahan nomenklatur K/L terkait
• Perlambatan PMTBrendahnya realisasi belanja modal akibat proses APBNP dan Nomenklatur K/L, serta melambatnya aktifitas ekonomi
• Konsumsi RT masih tumbuh cukup kuat sebesar 5,0%
2015
2015
Q1
Q1
Sumatera
4,7
3,5
1,0
0,8
Jawa
5,6
5,2
3,2
3,0
Bali dan Nusa Tenggara
5,9
8,9
0,2
0,3
Kalimantan
3,2
1,1
0,3
0,1
Sulawesi
6,9
7,3
0,4
0,4
Maluku dan Papua
4,3
3,7
0,1
0,1
2014
2014
Pertumbuhan
Kontribusi
Pertumbuhan Spasial 2014 - 2015
0
• Perlambatan terjadi pada wilayah yang berbasis komoditas primer: Kalimantan, Sumatera, dan Papuamelemahnya permintaan dan harga komoditas global (batu bara, minyak bumi, CPO)
• Jawa masih mampu tumbuh di atas 5%terutama bersumber dari industri manufaktur dan aktifitas bisnis (perdagangan dan jasa)
• Bali dan Nusa Tenggara tumbuh cukup tinggi terutama didorong oleh sektor jasa, khususnya sektor pariwisata
Sumber: BPS Sumber: BPS
(7)
Persepsi Global tentang Indonesia
persepsi global terus menilai Indonesia mengalami perbaikan yang berkelanjutan ...
2010 2011 2012 2013 2014 2015 WEF Global Competitiveness
Rank 54 44 46 50 38 34
Ease of Doing Business
Rank 129 115 126 128 120 114
Transparency International Corruption Perception Index 28 30 32 32 34
-World Governance Indicators
Percentile rank
Voice and Accountability 48 48 51 49
Political Stability/No Violence 21 22 28 29
Government Effectiveness 48 46 44 45
Regulatory Quality 38 41 43 46
Rule of Law 32 32 34 36
Control of Corruption 25 27 28 32
Indikator-indikator persepsi global terhadap Indonesia terus mengalami perbaikan dalam beberapa tahun terakhir, walaupun kondisi positif terakhir reformasi yang terjadi di Indonesia belum diperhitungkan
92| S&P:
BBB-‘95| Moody’s: Baa3 98 S&P: CCC+ Moody’s: B3
Fitch: B-R&I: B
03 S&P: B-Moody’s: B2
Fitch: B+ R&I: B JCRA: B+
08 S&P: BB-Moody’s: B1
Fitch: R&I: JCRA:
BB-10 S&P: BB Moody’s: Ba2
Fitch: BB+ R&I: BB+ JCRA:
BBB-2015 Moody’s:
Baa3 Fitch: R&I: JCRA: BBB-Investment Grade Peningkatan Credit Rating Indonesia dari berbagai lembaga rating
S&P: BB+
Satu Notch dibawah Investment Grade Dengan outlook Positif
7
Pada saat perekonomian global sedang bergejolak, credit rating Indonesia tetap naik dengan outlook stabil Penurunan credit rating Indonesia disebabkan
krisis ekonomi tahun 1997-1998
Sumber: WEF, World Bank
(8)
Sampai dengan Mei 2015, inflasi cukup terkendali
koordinasi dan sinergi kebijakan untuk menjaga pencapaian sasaran inflasi 2015
Mei 2015. SBH : 2012=100. IHK: 119,5.
Inflasi: 0,5% (mtm); 7,15%(yoy); 0,42 % (ytd).
Core Inflation: 5,04%(yoy),Administered P.: 13,35% (yoy),Volatile F.: 8,1%(yoy).
• Potensi tekanan inflasi sepanjang 2015 antara lain bersumber dari: (i) kebijakan BBM bersubsidi; (ii) penyesuaian tarif tenaga listrik (TTL); (iii) rencana kenaikan harga jual gas elpiji 12kg dan perubahan kebijakan elpiji bersubsidi 3kg; (iv) rencana kenaikan tarif tol; serta (v) rencana kenaikan biaya pembuatan SIM mulai 1 Juni; (vi) El Nino; (vii) peningkatan permintaan menjelang HBKN; (viii) pembatasan impor beras.
• Komponen volatile food mengkontribusi inflasi terbesar bulan ini yaitu 0,29%(mtm), yang secara umum disebabkan peningkatan permintaan karena semakin dekatnya bulan Ramadhan. Sementara komponen core dan administered price, masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,13% dan 0,08%(mtm).
Sumber: BPS, data diolah
1 ,0 7 0 ,2 6 0 ,0 8 -0 ,0 2 0 ,1 6 0 ,4 3 0 ,9 3 0 ,4 7 0 ,2 7 0 ,4 7 1 ,5 0 2 ,4 6 -0 ,2 4 -0 ,3 6 0 ,1 7 0 ,3 6 0 ,5
0 0,6
3 1 ,0 4 0 ,7 0 0 ,3 0 0 ,1
5 0,40 0,5
0 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
( m tm , % ) 2014 2015
Rerata 5 tahun
Perkiraan
mtm(%) yoy(%) ytd(%) Andilmtm(%)
IHK 0.15 0.50 7.15 0.42 0.50
Core 0.20 0.23 5.04 1.73 0.13
Adm. Prices 0.34 0.38 13.35 -1.74 0.08
Volatile Food -0.29 1.52 8.10 -1.39 0.29
Historis 5 year avg (mtm; %) Disagregasi
Realisasi 2015
Warna Range (mtm; %) Jumlah
: < 0,358 7
: 0,359 s.d. 0,50 8
: 0,51 s.d. 0,82 8
: > 0,82 7
Inflasi Umum Mei 2015
Realisasi Inflasi 2015 diperkirakan mencapai 4.21%
•Kontribusi terbesar inflasi Mei adalah cabai merah. Gejolak harga cabai merah tertinggi terjadi di Sumatera Utara (90,2%, mtm), Gorontalo (80,5%, mtm),
Kalimantan Selatan(65,0%, mtm) danAceh(61,5%, mtm).
Sumber: BPS
Sumber: BPS Pergerakan Inflasi 2014 vs 2015
(9)
77 82 87 92 97 102 11000 11500 12000 12500 13000 13500
14000 IDR Curncy DXY Curncy
• Secara umum, pergerakan nilai tukar Rupiah bergerak seiring dengan pergerakan nilai tukar USD
• Sebelum FOMC dilaksanakan, umumnya terdapat tekanan kepada nilai tukar rupiah.
• Pada beberapa FOMC The Fed terakhir yang menyatakan masih akan menahan tingkat suku bunga diikuti dengan meredanya tekanan kepada nilai tukar rupiah.
Pengaruh Statement The Fed ke Nilai Tukar Rupiah
sebelum FOMC terdapat kecenderungan peningkatan volatilitas pasar keuangan.
9
• Depresiasi nilai tukar Rupiah tersebut seiring dengan tren depresiasi mata uang yang dialami oleh negara-negara lain, yang lebih disebabkan oleh faktor eksternal antara lain penguatan nilai tukar dollar AS terhadap mata uang negara-negara lain sejalan dengan perbaikan perekonomian AS serta kebijakan normalisasi moneter yang diambil oleh the US Fed.
Sumber: Bloomberg
Mar 18 & 19
Apr
29 & 30 Jun 17 & 18
Sept 16 & 18
Dec 16 & 17
Mar 17 & 18
Jun 16 & 17
The Fed Press Conference
Sumber: Bloomberg 2,95% -3,82% -1,11% -0,29% -0,23% -0,15% -1,40% 0,57% -0,81% -0,09% -7,98% -7,74% -7,22% -4,74% -3,01% -2,65% -2,33% -0,90% -0,81% -0,06%
-10% -5% 0% 5%
EU Malaysia Indonesia Afrika Selatan Jepang Thailand Korea Selatan India Filipina Tiongkok
Apr./Depr (-). Mata Uang terhadap Dolar Per 23 Juni 2014
%YTD %MOM
(10)
Perkiraan Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro
Tahun 2015
*) Angka Proyeksi berdasarkan data realisasi s.d 26 Juni 2015
2014
a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy)
5,0
5,7
4,9
5,5
5,2
b. Inflasi (%, yoy)
8,4
5,0
7,4
4,2
4,2
c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%)
5,8
6,2
5,7
6,2
6,0
d. Nilai tukar (Rp/US$)
11.878
12.500
12.964
13.236
13.100
e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel)
97
60
56
62
59
f. Lifting Minyak (ribu barel per hari)
794
825
750,6
898,5
825
g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari)
1.224
1.221
1.160
1.281
1.221
Indikator
2015
Realisasi
s.d. Akhir
Tahun
APBNP
Outlook
s.d
Akhir Tahun
Realisasi
Semester I
Perkiraan
Realisasi
Semester II
(11)
11
Perubahan Kebijakan untuk
Mempercepat Penyaluran Transfer ke Daerah
1)
Merubah penetapan alokasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang semula
ditetapkan secara parsial dengan Peraturan Menkeu, menjadi ditetapkan satu
kesatuan dengan Peraturan Presiden.
2)
Mempercepat ketentuan dengan penyampaian data Penerimaan Negara Pajak dan
Penerimaan Negara Bukan Pajak, untuk penghitungan dan alokasi DBH.
3)
Merubah pola penyaluran beberapa jenis transfer ke daerah:
DBH : dari semula TW 1 dan TW 2 berdasarkan pagu alokasi, menjadi TW1, TW2,
dan TW 3 berdasarkan pagu alokasi.
DAK : dari semula dilakukan dalam 3 tahap (tahap-1: 30%, tahap-2: 45%, tahap-3:
25%) yang dilaksanakan diwaktu yang tidak sama, menjadi triwulanan (TW-1:
30%, TW-2: 25%, TW-3: 25%; TW-4: 20%) dengan waktu yang relatif lebih pasti.
4)
Memperbaiki ketentuan penetapan Juknis DAK, khususnya terkait dengan:
Masa berlakunya (bersifat 3 tahun);
Batas waktu penetapan yang relatif lebih cepat;
Menu pengunaan yang tidak terlalu rigid, agar daerah dapat melaksanakan
kegiatan lebih fleksibel.
(12)
Jenis Dana Transfer Pola dan Besaran Penyaluran
Keterangan Persyaratan
DBH Pajak Bagi Rata Tahap I 25% , Tahap II 50%, Tahap III (Selisih antara Pagu dengan Penyaluran Tahap I dan Tahap II)
April, Agust, Nop
PBB Bagian prov/kab/kota dan biaya pungut
Mingguan dan Bulanan Mulai Agustus dan sekali pada bulan Desember DBH PBB dan Biaya
Pemungutan PBB Migas dan PBB Panas Bumi
Tw I, Tw II, dan Tw III masing-masing 25%, Tw IV selisih pagu dgn penyaluran Tw I, Tw II, dan Tw III
Maret, Juni, September
DBH PPh Pasal 21 dan PPh WPOPDN
Tw I, Tw II, Tw III masing-masing 20%, Tw IV Selisih Pagu dgn penyaluran Tw I, Tw II, dan Tw III
Maret, Juni, Sept, Des,
DBH CHT Tw I 30%, TW II dan III 25%,
Tw IV 20%
Maret, Juni, Sept, Des 1. Laporan realisasi penggunaan DBH CHT semester 2 tahun anggaran sebelumnya,
2. surat pernyataan menganggarkan kembali sisa lebih penggunaan DBH CHT tahun anggaran sebelumnya,
MEKANISME PENYALURAN
PELAKSANAAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA
DESA TA 2015
(13)
Jenis Dana Transfer Pola dan Besaran Penyaluran
Keterangan Persyaratan
DBH SDA Tw I dan Tw II 20%, Tw III
30%, Tw IV selisih antara pagu alokasi dan penyaluran I, II, dan III
Maret, Juni, Sept, Des
DAU 1/12 Pagu Alokasi Bulanan
DAK Tw I 30%, Tw II 25%, Tw III
25% Tw IV 20%
Tw. I : Paling cepat Feb, paling lambat 31 Juli Tw. II : paling cepat 1 April
Tw. III : paling cepat 1 Juli
Tw. IV : paling cepat 1 Okt
Tw. I :
Perda APBD;
laporan realisasi tahun sebelunya,
surat pernyataan dana pendamping 10%.
Tw. II, III, IV : Laporan realisasi penyerapan DAK dan/atau DAK Tambahan Triwulan sebelumnya DAK Tambahan Usulan Daerah,
DAK P3D2
Tw I 30%, Tw II 25%, Tw III 25% Tw IV 20%
Tw. I : Paling lambat 31 Juli
Tw. II : paling cepat Juni
Tw. III : paling cepat 1 Agustus
Tw. IV : paling cepat Oktober
Khusus untuk DAK Usulan Daerah penyaluran Tw. I: melampirkan SPTJM Kepala Daerah dan Hasil Review BPKP atas Proposal
Penyaluran Tw II, II, IV: harus menyampaikan laporan triwulan sebelumnya
Dana Otsus Thp I 30%, Thp II 45%,
Thp III 25%
Maret, Juli, Oktober Rekomendasi/pertimbangan Menteri Dalam Negeri
MEKANISME PENYALURAN
PELAKSANAAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA
DESA TA 2015
(14)
Jenis Dana Transfer Pola dan Besaran Penyaluran
Keterangan Persyaratan
TPG dan DTP Guru PNSD Tw I 30%, Tw II dan III 25%, Tw IV 20%
Maret, Juni, Sep, Nop, Laporan realisasi pembayaran TPG Guru PNSD dan laporan realisasi pembayaran DTP Guru PNSD semester I dan semester II tahun anggaran sebelumnya
Buffer TPG dan DTP Guru Setelah ada
rekomendasi Kemdikbud
Rekomendasi Kemdikbud atas
kekurangan penyaluran TPG dan/atau terdapat sissa dana TPG dan DTP Guru PNSD di RKUD pada TA berjalan Bantuan Operasional Sekolah Non Terpencil Triwulan
masing-masing 25%, dan Terpencil Semesteran 50% Cadangan tidak terpencil triwulanan (paling lambat 7 hari kerja sebelum akhir triwulan)
Non Terpencil : Januari, April, Juli, Oktober Terpencil : januari, Juli Cadangan tidak
terpencil: paling lambat 7 hari kerja sebelum akhir triwulan
Laporan Realisasi penyaluran BOS Triwulan atau Semester sebelumnya (untuk BOS Terpencil) dan Rekap SP2D Penyaluran BOS
Untuk Bos Cadangan Terpencil, Rekomendasi Kurang Salur dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Dana Insentif Daerah Semesteran 50% Feb, Juli APBD san SPTJM
Dana Desa Thp I 40%, Thp II 40%, Thp III
20%
April, Agustus, Oktober Untuk penyaluran pertama,
rekomendasi dari Subdit DBH Pajak berdasarkan Penyampaian Perda APBD dan Peraturan
Bupati/Peraturan Walikota
MEKANISME PENYALURAN
PELAKSANAAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA
DESA TA 2015
(15)
Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa
TA 2014 - 2015 per 30 Juni
Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa TA 2015 2014 2015
Rencana Penyaluran
Juli
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
Transfer ke Daerah 596.50 512.76 86.0% 643.83 326.59 50.7%
I. Dana Perimbangan 491.88 416.40 84.7% 521.76 274.71 52.7% 39.1 1. Dana Bagi Hasil 117.66 43.29 36.8% 110.05 52.17 47.4% 0.0 A. Dana Bagi Hasil Pajak 46.12 17.73 38.4% 51.43 19.85 38.6% 0.0 B. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 71.55 25.56 35.7% 55.84 31.62 56.6% 0.0 2. Dana Alokasi Umum 341.22 341.22 100.0% 352.89 205.85 58.3% 29.4 3. Dana Alokasi Khusus 33.00 31.89 96.6% 58.82 16.69 28.4% 9.6 II. Dana Otonomi Khusus 16.15 16.15 100.0% 17.12 5.13 30.0% 7.7
1. Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua 4.78 4.78 100.0% 4.94 1.48 30.0% 2.2
2. Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua 2.00 2.00 100.0% 2.25 0.68 30.0% 1.0
3. Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat 2.05 2.05 100.0% 2.12 0.64 30.0% 1.3
4. Dana Tambahan Infrastruktur Provinsi Papua
Barat 0.50 0.50 100.0% 0.75 0.23 30.0% 0.5
5. Dana Otonomi Khusus Provinsi Aceh 6.82 6.82 100.0% 7.06 2.12 30.0% 3.2
III. Dana Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta 0.52 0.13 25.0% 0.55 0.14 25.0% 0.0 IV. Dana Transfer Lainnya 87.95 80.08 91.1% 104.41 46.60 44.6% 11.9
1. Dana Bantuan Operasional Sekolah 24.07 23.35 97.0% 31.30 15.58 49.8% 7.8
2. Dana Insentif Daerah 1.39 1.39 100.0% 1.66 0.65 39.1% 0.7
3. Dana Tunjangan Profesi Guru PNSD 60.54 54.44 89.9% 70.25 30.03 42.7% 3.3
4. Dana Tambahan Penghasilan Guru Pegawai Negeri
Sipil 1.85 0.90 48.4% 1.10 0.34 31.3% 0.0
5. Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi
(P2D2) 0.09 - 0.0% 0.10 0.00 0.0% 0.0
Dana Desa - - 0.0% 20.77 8.00 38.5% 0.6
(16)
JENIS
2014 2015
APBD
TW I TWII TW III TW IV
APBD
TW I TW II
Real % Real % Real % Real % Real % Perk,
Real %
Pendapatan 797,9 141,9 17,8 387,9 48,6 465,0 58,3 819,5 102,7 902.1 209,1 23,2 439.1 48.7
PAD 180,7 33,9 18,8 83,6 46,3 112,3 62,1 199,7 110,5 222.9 36,9 16,5 101.6 45.6 Transfer 570,4 103,9 18,2 290,3 50,9 331,9 58,2 573,3 100,5 621.6 171,0 28 331.2 53.3 lainnya 46,8 4,1 8,7 13,9 29,7 20,8 44,4 46,5 99,2 57.6 1,2 2 6.2 10.8
Belanja 856,2 71,3 8,3 227,0 26,5 335,0 39,1 796,7 93 964.5 103,3 10,7 245.0 25.4
B. Pegawai 326,9 42,7 13,1 120,6 36,9 170,5 52,2 303,6 92,9 371.1 59,2 15,9 134.4 36.2 B. Barang Jasa 183,5 11,5 6,3 45,8 25 66,9 36,4 171,5 93,5 202.8 14,4 7,1 50.9 25.1 B. Modal 214,2 4,6 2,1 21,1 9,9 45,3 21,1 190,8 89,1 228.1 6,2 2,7 22.9 10.0 B. lainnya 131,7 12,6 9,6 39,5 30 52,3 39,7 130,8 99,3 162.5 22,2 13,6 36.9 22.7
Surplus/Defisit -58,4 70,5 160,8 130,0 22,8 -62.5 105,7 194.1
Pembiayaan 59,4 71,1 119,
8 100,3 168,8 100,7 169,6 86,6 145,8 63.1 105,9 168 92.1 146.1 Penerimaan 75,0 72,2 96,3 105,2 140,2 106,0 141,3 101,9 135,9 79.4 107,3 135 108.3 136.4
SiLPA th
Sebelumnya 70,4 70,4 99,3 99,3 99,3 73.6 107,0 107 Lainnya 4,6 0,4 0,5 0,7 15,5 2,6 57 5.9 0,2 1.3
Pengeluaran 15,6 1,1 7,1 4,9 31,3 5,2 33,4 15,3 98,2 16.4 1,4 9 16.2 98.9 Kurang/Lebih
Pembiayaan 141,7 261,1 230,8 109,4 211,6 286.2
(Triliun Rupiah)
PERKEMBANGAN REALISASI APBD
(KONSOLIDASI PROVINSI, KABUPATEN, KOTA)
TAHUN 2014 - 2015
Tabel 5
(17)
Estimasi Realisasi Penyerapan Belanja Daerah Secara Agregat
Provinsi, Kabupaten, dan Kota
s.d. Mei 2015
(dalam Persentase)
Realisasi penyerapan belanja secara persentase menunjukkan perbandingan antara besaran realisasi
penyerapan dengan anggaran belanja (konsolidasi).
Realisasi belanja daerah s.d. Mei Tahun 2015 diperkirakan mencapai 25,0% dari total anggaran belanja
daerah (Rp924,21 triliun), yang berarti lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasinya pada
periode yang sama tahun 2014 sebesar 24,5%, dan lebih rendah dibandingkan dengan realisasi tahun
2013 sebesar 27,0%, dan tahun 2012 sebesar 26,3%.
Anggaran (Milyar) 924,210 819,340 707.890 592.660
(18)
Estimasi Realisasi Belanja Daerah Secara Agregat
Provinsi, Kabupaten, dan Kota Per Provinsi
s.d. Mei 2015
(dalam Persentase)
•
Rata-rata realisasi Belanja Daerah s.d. Mei Tahun 2015 agregat per provinsi mencapai 25,0%.
•
Terdapat 14 daerah yang mempunyai realisasi belanja di atas rata-rata dan
20 daerah mempunyai
realisasi belanja di bawah rata-rata.
•
Estimasi realisasi belanja daerah terendah adalah di Agregat Provinsi Kalimantan Utara yaitu sebesar
15,1% dan tertinggi adalah di Agregat Provinsi Maluku Utara sebesar 33,9%.
(19)
Sekretariat Jenderal
DANA PEMERINTAH DAERAH DI PERBANKAN
1. Dalam tahun 2011 2014, dana pemda di perbankan s.d. bulan Mei mengalami peningkatan, demikian juga posisi Mei 2015
terdapat lonjakan yang cukup signifikan yaitu mencapai Rp255,3 T, yang disebabkan oleh kinerja penyaluran belum diikuti kinerja penyerapan APBD :
• Penetapan DBH dilakukan melalui Perpres, sehingga pembayaran DBH tahun 2015 dapat dilakukan lebih awal (bulan Maret) dibandingkan dengan tahun sebelumnya (bulan Mei).
• Hal ini dapat dilihat dari realisasi transfer ke daerah s.d. Mei tahun 2015 sebesar Rp275,0 Triliun, yang berarti lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp229,8 Triliun.
• Sebagian besar daerah masih dalam proses pelelangan dan awal pelaksanaan kegiatan.
2. Kenaikan dana pemda di perbankan di bulan Juni dan September terutama disebabkan oleh pola penyaluran DBH yang dilakukan secara triwulanan.
(20)
0,00 2.000,00 4.000,00 6.000,00 8.000,00 10.000,00 12.000,00 14.000,00
M
ili
ar
R
u
p
iah
2010 2011 2012 2013 2014
Dalam Tahun 2010-2014, posisi dana Idlepada bulan Desember menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Hampir semua daerah mengalami peningkatan dalam DanaIdle, kecuali untuk Provinsi Kalimantan Timur yang mengalami penurunan sejak tahun 2013 dan 2014 yang disebabkan oleh karena adanya pemekaran daerah Provinsi Kalimantan Utara.
PERKEMBANGAN DANA
IDLE
PEMERINTAH DAERAH DI PERBANKAN
AGREGAT PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA
(21)
Sekretariat Jenderal
LANGKAH-LANGKAH PERCEPATAN PENYERAPAN ANGGARAN
PEMERINTAH DAERAH
•
Mempercepat penyaluran Transfer ke Daerah.
•
Mempercepat realisasi pembayaran kenaikan gaji dan gaji ke-13 untuk
meningkatkan daya beli masyarakat.
•
Mempercepat pertanggunganjawaban pelaksanaan anggaran.
•
Meningkatkan koordinasi di daerah dalam rangka percepatan
pelaksanaan kegiatan.
•
Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dari proses perencanaan
sampai dengan penyelesaian pekerjaan, sehngga dapat dimonitor
secara berkala mengenai penyerapan anggaran.
•
Memperkuat kapasitas kelembagaan dan SDM dalam penyiapan
pengadaan barang dan jasa.
(22)
(1)
KEMENTERIAN KEUANGAN RI
17
Estimasi Realisasi Penyerapan Belanja Daerah Secara Agregat
Provinsi, Kabupaten, dan Kota
s.d. Mei 2015
(dalam Persentase)
Realisasi penyerapan belanja secara persentase menunjukkan perbandingan antara besaran realisasi
penyerapan dengan anggaran belanja (konsolidasi).
Realisasi belanja daerah s.d. Mei Tahun 2015 diperkirakan mencapai 25,0% dari total anggaran belanja
daerah (Rp924,21 triliun), yang berarti lebih tinggi apabila dibandingkan dengan realisasinya pada
periode yang sama tahun 2014 sebesar 24,5%, dan lebih rendah dibandingkan dengan realisasi tahun
2013 sebesar 27,0%, dan tahun 2012 sebesar 26,3%.
Anggaran (Milyar) 924,210 819,340 707.890 592.660
(2)
Estimasi Realisasi Belanja Daerah Secara Agregat
Provinsi, Kabupaten, dan Kota Per Provinsi
s.d. Mei 2015
(dalam Persentase)
•
Rata-rata realisasi Belanja Daerah s.d. Mei Tahun 2015 agregat per provinsi mencapai 25,0%.
•
Terdapat 14 daerah yang mempunyai realisasi belanja di atas rata-rata dan
20 daerah mempunyai
realisasi belanja di bawah rata-rata.
•
Estimasi realisasi belanja daerah terendah adalah di Agregat Provinsi Kalimantan Utara yaitu sebesar
15,1% dan tertinggi adalah di Agregat Provinsi Maluku Utara sebesar 33,9%.
(3)
Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia
DANA PEMERINTAH DAERAH DI PERBANKAN
1. Dalam tahun 2011 2014, dana pemda di perbankan s.d. bulan Mei mengalami peningkatan, demikian juga posisi Mei 2015
terdapat lonjakan yang cukup signifikan yaitu mencapai Rp255,3 T, yang disebabkan oleh kinerja penyaluran belum diikuti kinerja penyerapan APBD :
• Penetapan DBH dilakukan melalui Perpres, sehingga pembayaran DBH tahun 2015 dapat dilakukan lebih awal (bulan Maret) dibandingkan dengan tahun sebelumnya (bulan Mei).
• Hal ini dapat dilihat dari realisasi transfer ke daerah s.d. Mei tahun 2015 sebesar Rp275,0 Triliun, yang berarti lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp229,8 Triliun.
• Sebagian besar daerah masih dalam proses pelelangan dan awal pelaksanaan kegiatan.
2. Kenaikan dana pemda di perbankan di bulan Juni dan September terutama disebabkan oleh pola penyaluran DBH yang dilakukan secara triwulanan.
(4)
0,00
2.000,00
4.000,00
6.000,00
8.000,00
10.000,00
12.000,00
14.000,00
M ili ar R u p iah2010
2011
2012
2013
2014
Dalam Tahun 2010-2014, posisi dana Idlepada bulan Desember menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Hampir semua daerah mengalami peningkatan dalam DanaIdle, kecuali untuk Provinsi Kalimantan Timur yang mengalami penurunan sejak tahun 2013 dan 2014 yang disebabkan oleh karena adanya pemekaran daerah Provinsi Kalimantan Utara.
PERKEMBANGAN DANA
IDLE
PEMERINTAH DAERAH DI PERBANKAN
AGREGAT PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA
POSISI DESEMBER, 2010-2014
(5)
Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia
LANGKAH-LANGKAH PERCEPATAN PENYERAPAN ANGGARAN
PEMERINTAH DAERAH
•
Mempercepat penyaluran Transfer ke Daerah.
•
Mempercepat realisasi pembayaran kenaikan gaji dan gaji ke-13 untuk
meningkatkan daya beli masyarakat.
•
Mempercepat pertanggunganjawaban pelaksanaan anggaran.
•
Meningkatkan koordinasi di daerah dalam rangka percepatan
pelaksanaan kegiatan.
•
Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dari proses perencanaan
sampai dengan penyelesaian pekerjaan, sehngga dapat dimonitor
secara berkala mengenai penyerapan anggaran.
•
Memperkuat kapasitas kelembagaan dan SDM dalam penyiapan
pengadaan barang dan jasa.
(6)