Tehnik PEMERIKSAAN, Penerapan Hukum dan Putusan, muzhaffar

Drs. H.M. Muzhaffar, SH., MH.

WKPTA Jawa Barat

PENANGANAN PERKARA

A. PENERIMAAN PERKARA

B.

PEMERIKSAAN PERKARA

SIKAP HAKIM

DALAM SIDANG

SAMAKAN KEDUDUKAN

PARA PIHAK

1. TEMPAT DUDUKNYA

2. WAJAHMU,

1. ANALISA SURAT GUGATAN

2. PERENCANAAN PEMERIKSAAN

3. LANGKAH PEMERIKSAAN

1) P. 118 HIR, 142 RBg. P. 8, Rv

2) P. 66, 73, U/7/89

3) P. 62 U.41/04 Wakaf

4) P. 3,4, Perma No. 14/16.(Ek Syar)

5) P. 6, Perma No. 2/15. (Gugatan

SURAT

GUGATAN/PERMOHONAN

1. Ada kepentingan hukum

,



merupakan

s

yarat mutlak untuk

dapat mengajukan gugatan dan

kepentingan hukum ini harus

bersifat langsung dan melekat

pada Penggugat.



_{Putusan MA-RI No.565.K/Sip/}

1973, tanggal 21 Agustus 1974;.

Gugatan harus dinyatakan tidak

dapat

diterima

karena

dasar

gugatan tidak sempurna, dalam

hal ini karena hak Penggugat atas

tanah sengketa tidak jelas;



(

Putusan MA-RI No. 4.K./Sip/1958,

tanggal 13 Desember 1958; Syarat

materiil daripada gugatan yang

merupakan syarat mutlak untuk

menuntut

seseorang

di

depan

Pengadilan

adalah

adanya

perselisihan hukum antara kedua

pihak;

muzhaffar, bandung, 17 7 17 11

1)

Para pihak

2)

Posita /Fundamentum

petendi

1.

Identitas jelas

2.

Para pihak lengkap

3.

Penggugat berkompeten

a. Posita dibuat lengkap dan jelas

(dasar gugatan sempurna)



Putusan MA-RI No. 6.K/Sip/1973, tanggal 21

Agustus 1973; Gugatan harus dinyatakan tidak

dapat diterima karena dasar gugatan tidak

sempurna, dalam hal ini karena hak Penggugat



(Putusan MA-RI No.81.K/Sip/1971, tanggal 9 Juli

1975: Karena setelah diadakan Pemeriksaan Setempat

oleh Pengadilan Negeri atas perintah Mahkamah

Agung, tanah yang dikuasai Tergugat ternyata tidak

sama

batas-batas dan luasnya

dengan yang

tercantum dalam gugatan, gugatan harus dinyatakan

tidak dapat diterima;



Putusan MA-Ri No. 1149.K/Sip/1975, tanggal 17 April

1979; karena surat gugatan tidak disebutkan dengan

jelas letak/batas-batas tanah sengketa, gugatan tidak

dapat diterima;



Putusan MA-RI No. 492.K/Sip/1970, tanggal 21

Nopember 1970: Gugatan yang tidak sempurna,

karena tidak menyebutkan dengan jelas apa-apa

yang dituntut, harus

dinyatakan tidak dapat diterima;

a. Dirumuskan secara TEGAS, RINCI DAN

LENGKAP, apa yang ingin diputuskan oleh

Hakim



_{Putusan MA-RI No. 28.K/Sip/1973,}

tanggal 5 Nopember 1975: Karena

rechtfeiten yang diajukan bertentangan

dengan petitum, gugatan harus ditolak;

b. Petitum didukung/tidak

bertentangan dengan posita

c. Petitum tidak bersifat negatif

1.

Menganalisis

surat

gugatan

sebelum persidangan, mutlak

harus dilakukan

2.

Dalam menilai suatu gugatan,

a.

Adakah

kepentingan

hukum

penggugat

b.

Adakah dasar hukum yang menjadi

landasan diajukannya gugatan

c.

Adakah

persengketaan

antara

penggugat dengan tergugat dan

d.

Apakah surat gugat telah dibuat

1.

Apakah para pihaknya lengkap

2.

Apakah obyek sengketanya jelas

dan lengkap

3.

Apakah petitumnya dinyatakan

1) RUMUSKAN TINDAK LANJUT

DARI HASIL ANALISIS

GUGATAN

2) RUMUSKAN LANGKAH

PEMERIKSAAN

3) SURAT GUGATAN SEBAGAI

DASAR PERENCANAAN

4) HAKIM PENENTU ARAH

PEMERIKSAAN

PENTINGNYA

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

1) MENGARAHKAN JALANNYA

PERSIDANGAN

2) WAKTU PEMERIKSAAN TERKENDALI

3) HAKIM TIDAK TERJEBAK OLEH PARA

PIHAK

4) MEMUDAHKAN PENGAMBILAN

KEPUTUSAN

TINDAKAN INSIDENTIL

•

ADAKAH PERMOHONAN SITA ?

•

KAPAN PERMOHONAN SITA DIAJUKAN ?

•

KAPAN PERMOHONAN SITA AKAN DIPERIKSA ?

TINDAKAN PROVISIONIL

Pasal 78, U. 7/89

Selama berlangsungnya gugatan perceraian, atas permohonan

penggugat, Pengadilan dapat:

a. menentukan nafkah yang ditanggung oleh suami;

b. menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin pemeliharaan

dan pendidikan anak;

c. menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin terpeliharanya

barang-barang yang menjadi hak bersama suami istri atau

barang-barang yang menjadi hak suami atau barang-barang

yang menjadi hak istri.

LANGKAH PEMERIKSAAN

1. ADAKAH EKSEPSI

1)

RELATIF

2)

ABSOLUT

1) LEGAL STANDING

a. PRINSIPAL

b. KUASA HUKUM

2) KURANG PARA PIHAK

3) NEBIS IN IDEM

1)

UPAYA PERDAMAIAN/MEDIASI

2)

PEMBACAAN GUGATAN

3)

JAWABAN TERGUGAT/TERMOHON

4)

REPLIK PENGGUGAT

5)

DUPLIK TERGUGAT

6)

RUMUSKAN

APA

YANG

HARUS

1. SUSUN POKOK2 DALIL GUGATAN

2. MANA DALIL-DALIL YANG DIAKUI

3. MANA DALIL-DALIL YANG DIBANTAH

4. ADAKAH ALAT BUKTI YANG DIAJUKAN

5. APAKAH ALAT BUKTI MENDUKUNG

DALIL GUGATAN

FAKTA

PERISTIWA YG

TELAH,

SEDANG

DAN DIPERKIRAKAN

AKAN TERJADI

Catatan

FAKTA

YANG TERIKAT OLEH

RUANG DAN

WAKTU

MENEMUKAN FAKTA

POKOK

GUGATAN

JAWABAN

REPLIK

DUPLIK

Alat

Bukti

PROSES PENEMUAN FAKTA

GUGATAN,

REPLIK

PERISTIWA

KONKRIT

YG HRS

DIBUKTIKAN

PERISTIWA

KONKRIT/

FAKTA

KEJADIAN

ALAT

BUKTI

Pasal 66

(1) Seorang suami yang beragama Islam yang akan

menceraikan istrinya mengajukan permohonan

kepada Pengadilan untuk mengadakan sidang guna

menyaksikan ikrar talak.

...

(5) Permohonan soal penguasaan anak, nafkah

anak, nafkah istri, dan harta bersama suami istri

dapat diajukan bersama-sama dengan permohonan

PERCERAIAN

(PERSONAL RECHT)

&

HARTA BERSAMA

(ZEKENRECHT)

1) SIFAT PEMERIKSAAN

PERCERAIAN

(PERSONAL RECHT)

SIDANG TERTUTUP

&

HARTA BERSAMA

(ZEKENRECHT)

2) ARAH PEMERIKSAAN

PERCERAIAN

(PERSONAL RECHT)

KUMPULKAN FAKTA YG BANYAK UNTUK SAMPAI

PADA SATU KESIMPULAN

&

HARTA BERSAMA

(ZEKENRECHT)

3. PENEMUAN HUKUMNYA

PERCERAIAN

(PERSONAL RECHT)

TEKNIK SILOGISME

&

HARTA BERSAMA

(ZEKENRECHT)

ARAH PEMERIKSAAN

PERCERAIAN

PERCERAIAN

PADA SATU KESIMPULAN

Pasal 70

(1) Pengadilan setelah

berkesimpulan

bahwa

kedua belah pihak tidak mungkin lagi

didamaikan dan telah cukup alasan

perceraian,

DALIL YANG HARUS

DIBUKTIKAN

1. PEMERIKSAAN PERCERAIAN:

1. hubungan hukum P dengan T ==

PERKAWINAN

2. Berapa lama rumah tangga

3. Hubungan suami istri setelah menikah

4. Awal terjadi perselisihan

5. Bentuk perselisihan yang terjadi

FAKTA-FAKTA

Fakta-fakta yang menunjukkan

terjadinya perselisihan:

Fakta ke satu

Fakta kedua

Fakta ketiga

FAKTA-FAKTA

Fakta kesatu=== terjadi pernikahan

Adanya hubungan hukum perkawian

Fakta kedua === terjadi saling salah menyalahkan

Fakta ketiga === saling jelek menjelekkan

Fakta keempat === saling mendiamkan (tidak saling

menyapa)

Fakta kelima === keluarga telah berusaha untuk menyatukan

kembali sebagai suami istri

•

Ambil kesimpulan dari fakta-fakta tersebut

•

Adakah kemungkinan untuk rukun lagi

•

...

•

...

INDIKASI

BROKEN MARRIAGE

1. SUDAH ADA UPAYA DAMAI DAN TIDAK BERHASIL;

2. TIDAK ADA KOMUNIKASI YANG BAIK ANTARA SUAMI ISTRI

3. SALAH SATU ATAU MASING2 PIHAK, MENINGGALKAN

KEWAJIBANNYA SEBAGAI SUAMI/ISTERI

4. TELAH SALING MENJELEK-JELEKKAN DIANTARA PARA PIHAK

5. TELAH PISAH RANJANG

6. HAL-HAL YANG DIPEROLEH DIPERSIDANGAN:

1. TEKNIK SILOGISME

Metode penalaran

INDUKTIF

Dari ke khusus ke umum

Mengumpulkan fakta-fakta

Dari fakta-fakta diambil

INDUKTIF

PENALARAN INDUKTIF MERUPAKAN PROSEDUR

YANG BERPANGKAL DARI PERISTIWA KHUSUS

SEBAGAI HASIL PENGAMATAN EMPIRIK

DAN BERAKHIR PADA SUATU KESIMPULAN ATAU

PENGETAHUAN BARU YANG BERSIFAT UMUM.

TEKNIK SILOGISME

Induktif :

•

Bertolak dari hal-hal khusus ke umum

•

Hukum yang disimpulkan pada

fenomena yang diselidiki berlaku bagi

fenomena sejenis yg belum diteliti

•

SI BADU MENINGGAL DUNIA

•

SI AMI MENINGGAL DUNIA

•

SI OMIH MENINGGAL DUNIA

•

SI AMIR MENINGGAL DUNIA

•

SI BADU, SI AMI, SIOMIH DAN SI AMIR

ADALAH MANUSIA

•

MAKA

FAKTA I

FAKTA

HUKUM

FAKTA II

FAKTA III

Pisah rumah, lebih

dari 6 bulan

Suami istri

sulit untuk

didamaikan

kembali

Suami tidak

memberi nafkah

Suami istri telah

saling

ARAH PEMERIKSAAN

HARTA BERSAMA



TIAP DALIL BERDIRI SENDIRI



MASING MASING OBYEK SENGKETA

DIBUKTIKAN SATU PERSATU

Apa patokan suatu barang masuk

dalam katagori HB atau bukan

HARTA BERSAMA

(KRITERIA)

1. DIPEROLEH SELAMA PERKAWINAN

2. DIPEROLEH DARI HASIL USAHA

SUAMI/ISTERI

3. OBYEKNYA JELAS

4. DAPAT DIEKSEKUSI

- Harus dianalisa terhadap hukum yang

akan diterapkan

- Banyak

dipakai

dalam

hukum

kebendaan

- Harus menguasai hukum Acara secara

lengkap/ matang

TEORI ANALITIK

(YURIDIS GIOMETRIS)

Deduktif

:

- Jika dalam penalaran konklusi lebih sempit

dari premisnya maka penalaran tersebut

disebut dengan deduktif.

- Metode yang digunakan dalam berpikir

dengan bertolak dari hal-hal yang umum ke

khusus

- Premis Mayor Premis Minor = Kesimpulan

TEORI ANALITIK

(YURIDIS GIOMETRIS)

DEDUKTIF

•

DARI PERISTIWA UMUM

KEPADA

•

PERISTIWA KHUSUS

•

SEMUA MANUSIA PASTI MATI

•

SI BADU ADALAH MANUSIA

MAKA

•

SEMUA HARTA YANG DIPEROLEH SEMASA

PERKAWINAN DAN MERUPAKAN HASIL USAHA

SUAMI-ISTERI (SUAMI/ISTERI)

•

ADALAH HARTA BERSAMA

•

TANAH DAN RUMAH ... DIPEROLEH SELAMA

PERKAWINAN DAN MERUPAKAN HASIL USAHA

ISTERI/SUAMI

•

MAKA TANAH TERSEBUT ADALAH HARTA

BERSAMA

FAKTA I

DALIL

HUKUM

FAKTA II

FAKTA III

FAKTA

HUKUM I

FAKTA

HUKUM II

FAKTA

HUKUM III

SEMUA HARTA YANG DIPEROLEH SEMASA

PERKAWINAN DAN MERUPAKAN HASIL USAHA

SUAMI-ISTERI (SUAMI/ISTERI) ADALAH HARTA BERSAMA

6.

PENERAPAN HUKUM

&

•

MENGONSTATIR PERISTIWA HUKUM

YANG DIAJUKAN OLEH PARA PIHAK

•

DENGAN MELIHAT, MENGAKUI ATAU

MEMBENARKAN

•

TELAH TERJADINYA PERISTIWA

•

MENGKUALIFISIKAN PERISTIWA HUKUM

YANG DIAJUKAN PIHAK-PIHAK.

•

MENILAI PERISTIWA YANG

DIKEMUKAKAN

•

APAKAH TERMASUK PERISTIWA HUKUM

ATAU BUKAN

•

MENETAPKAN DAN

MENERAPKAN HUKUMNYA

•

PADA PERITIWA HUKUM YANG

DIAJUKAN DAN

•

MEMBERIKAN KEADILAN

RUMUS F X R = C

F = Facta (Fakta Hukum)

R = Rule (Peraturan Hukum)

X = Operational (Penerapan

Hukum)

F

R

C

B

S

S

S

S

S

S

B

S

KALKULASI

RUMUS

X

=

X

X

X

=

=

=

FAKTA KONGKRIT

FAKTA HUKUM

HUKUM YG DITERAPKAN

1. Hakim

karena

jabatannya

waktu

bermusyawarat wajib mencukupkan segala

alasan hukum yang tidak dikemukakan oleh

kedua belah pihak.

2. Hakim wajib mengadili atas segala bahagian

gugatan.

3. Ia tidak diizinkan menjatuhkan keputusan

atas perkara yang tidak digugat, atau

1. Menjawab semua tuntutan

Penggugat

2. Jelas dan Rinci

3. Dapat dieksekusi

PROSES PEMERIKSAAN

GUGATAN,

REPLIK

PERISTIWA

KONKRIT

YG HRS

PROSES PENERAPAN HUKUM

PUTUSAN/

DIKTUM

PERATURAN YG COCOK

DG PERISTIWA KONKRIT

PROSES PENERAPAN HUKUM

PUTUS

AN

GUGATAN,

REPLIK

PERISTIWA

KONKRIT

YG HRS

DIBUKTIKAN

PERATURAN YG COCOK DG

PERISTIWA KONKRIT

HAL-HAL YANG DIANALSIS

•

dalil2 gugatan yang diakui.

•

Dalil2 yang harus dibuktikan

•

Alat2 bukti yang digunalan oleh para pihak

•

Penilaian terhadap alat bukti

–

Secara formal

–

Secara materiil

•

Fakta2 hukum yang dikualifikasikan

•

Dalil2 hukum yang diterapkan

•

Diktum/Amar putusan yang diputuskan

PERTIMBANGAN HUKUM

(

RECHTSGRONDEN).

1. PERTIMBANGAN KEWENANGAN;

2. PERTIMBANGAN PERSONAL STANDING;

3. PERTIMBANGAN PROVISI;

4. PERTIMBANGAN EKSEPSI :

A. PERTIMBANGAN DALIL MANA YANG

HARUSDIBUKTIKAN;

B. PERTIMBANGAN ALAT BUKTI EKSEPSI

TERGUGAT;

C. PERTIMBANGAN ALAT BUKTI PENGGUGAT UNTUK

MELUMPUHKAN ALAT BUKTI EKSEPSI TERGUGAT;

D. PERTIMBANGAN DALIL EKSEPSI TERGUGAT YANG

DAPAT DIBUKTIKAN/TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN;

E. PERTIMBANGAN PENERAPAN HUKUM;

F. PERTIMBANGAN

PENGABULAN

EKSEPSI

ATAU

PENOLAKAN EKSEPSI.

5. PERTIMBANGAN POKOK PERKARA MELIPUTI

A. PERTIMBANGAN DALIL YANG DIAKUI

TERGUGAT;

B. PERTIMBANGAN DALIL YANG DIBANTAH;

C. PERTIMBANGAN DALIL-DALIL YANG HARUS

DIBUKTIKAN;

D. PERTIMBANGAN ALAT BUKTI PENGGUGAT;

E. PERTIMBANGAN ALAT BUKTI TERGUGAT

F. PERTIMBANGAN DALIL PENGGUGAT YANG

DAPAT DIBUKTIKAN;

G. PERTIMBANGAN PENERAPAN HUKUM;

H. PERTIMBANGAN PENGABULAN ATAU

PENOLAKAN GUGATAN KONVENSI;

I. PERTIMBANGAN SITA JAMINAN SAH DAN

BERHARGA.

6. PERTIMBANGAN REKONVENSI MELIPUTI;

A. PERTIMBANGAN DALIL YANG DIAKUI TERGUGAT

REKONVENSI;

B. PERTIMBANGAN DALIL REKONVENSI YANG

DIBANTAH;

C. PERTIMBANGAN DALIL REKONVENSI YANG

HARUS DIBUKTIKAN;

E. PERTIMBANGAN DALIL PENGGUGAT REKONVENSI

YANG DAPAT DIBUKTIKAN ATAU TIDAK DAPAT

DIBUKTIKAN;

F. PERTIMBANGAN PENERAPAN HUKUM;

G. PERTIMBANGAN PENGABULAN REKONVENSI

ATAU PENOLAKAN REKONVENSI;

H. PERTIMBANGAN SITA JAMINAN SAH DAN

BERHARGA DALAM REKONVENSI.

I.

PERTIMBANGAN SITA JAMINAN SAH DAN

BERHARGA DALAM REKONVENSI.

7. PERTIMBANGAN INTERVENSI;

A. PERTIMBANGAN DALIL INTERVENSI YANG DIAKUI

TERGUGAT INTERVENSI

B. PERTIMBANGAN DALIL INTERVENSI YANG

DIBANTAH OLEH TERGUGAT INTERVENSI;

C. PERTIMBANGAN DALIL INTERVENSI YANG HARUS

DIBUKTIKAN;

D. PERTIMBANGAN ALAT BUKTI PENGGUGAT

INTERVENSI;

E. PERTIMBANGAN ALAT BUKTI TERGUGAT INTERVENSI

UNTUK

MELUMPUHKAN

BUKTI

PENGGUGAT

INTERVENSI;

F.

PERTIMBANGAN DALIL PENGGUGAT INTERVENSI

YANG DAPAT DIBUKTIKAN ATAU YANG TIDAK DAPAT

DIBUKTIKAN;

G. PERTIMBANGAN PENERAPAN HUKUM;

H. PERTIMBANGAN PENGABULAN GUGATAN INTERVENSI

ATAU PENENOLAKAN INTERVENSI;

I.

PERTIMBANGAN SITA JAMINAN SAH DAN BERHARGA

DALAM INTERVENSI.

8. PERTIMBANGAN KONVENSI/REKONVENSI/

INTERVENSI TENTANG BIAYA PERKARA.

9. PARAGRAF

MENGINGAT

PERATURAN

PERUNDANGAN YANG BERLAKU SERTA

HUKUM ISLAM YANG BERKAITAN DENGAN

PERKARA INI;

PERTIMBANGAN HUKUM MEMUAT

1. POKOK PERSOALAN DAN HAL HAL YANG DIAKUI ATAU

DALIL YANG TIDAK DISANGKAL.

2. ADANYA ANALISIS SECARA YURIDIS TERHDAP SEGALA

ASPEK MENYANGKUT SEMUA FAKTA/HAL HAL YANG

TERBUKTI DALAM PERSIDANGAN.

3. ADANYA PERTIMBANGAN HAKIM SECARA YURIDIS

(

RATIO DECINDENDI

), MENGACU PADA PENDAPAT

DOKTRIN, ALAT BUKTI DAN YURIS PRUDENSI.

4. MEMPERTIMBANGKAN

SEMUA

PETITUM

PENGGUGAT

DISSENTING OPINION

PENDAPAT HAKIM YANG BERBEDA (DISSENTING OPINION),

MERUPAKAN RUMPUN HUKUM ANGLO SAXION, SEPERTI DI

AMERIKA DAN INGGRIS, MAKSUDNYA IALAH PENDAPAT

HAKIM YANG BERBEDA DALAM SUATU PERKARA YANG

DILAKUKAN SECARA TERTULIS.

DASAR HUKUMNYA ; PASAL 30 AYAT 2 UU NO 3 TAHUN 1929

TENTANG MAHKAMAH AGUNG, YANG MENETAPKAN BAHWA

DALM SIDANG PERMUSYAWARATAN , HAKIM AGUNG

DIMUNGKINKAN BERBEDA PENDAPAT, DITULIS DALAM

PUTUSAN.

Format pengetikan putusan

1.

Ukuran Kertas

= A4 70 gram

2.

Batas Atas (Top margin)

= 3 cm

3.

Batas Kiri (Left margin)

= 4 cm

4.

Batas Kanan (Right margin)

= 2 cm

5.

Batas Bawah (Bottom margin)

= 3 cm

6.

Jarak spasi antara baris

= 1,5 spasi

7.

Bentuk huruf (font)

= Arial ukuran 12

8.

Alinea baru

= 7 huruf dari batas kiri

9.

Penulisan Judul, Nomor dan Irah-irah = huruf kapital, tebal,

posisi ditengah.

10.

Basmalah dengan huruf Arab

11.

Nomor halaman di bawah kanan dengan tulisan “Hl

m. 1 dari 17

hal

. Put. No. ….K/

Pdt

/……” (

Bisa diprogram secara otomatis

Data Pribadi

Nama

: Drs. H.M. Muzhaffar, S.H., M.H.

Tanggal Lahir

: Bandung, 10-10-1952

Jabatan

: WKPTA Jawa Barat

Alamat

: Nata Endah Blok B-44,

Kopo-Bihbul- Bandung

022 5400797

08122302810

Pendidikan : S1-Syariah IAIN Bandung

Th. 1977

Pengalaman Tugas:

1.

Panitera PA Kotabaru Kalsel Th. 1976 - 1980

2.

Hakim PA Kotabaru Kalsel

Th. 1980 - 1983

3.

Hakim PA Sumedang

Th. 1983 - 1987

4.

Wakil Ketua PA Sumedang

Th. 1987

5.

Pj. Ketua PA Sumedang

Th. 1992 - 1997

6.

Ketua PA Purwakarta

Th. 1997 - 1999

7.

Ketua PA Majalengka

Th. 1999 - 2002

8.

Ketua PA Indramayu

Th. 2002 - 2004

9.

Ketua PA Jakarta Selatan

Th. 2004 - 2006

10.

Hakim Tinggi PTA Bandung Th. 2006

–

2010

11.

Hakim Tinggi PTA Jakarta

Th. 2010

–

2013

12.

WK PTA Maluku Utara

Th. 2013 - 2015

13.

WAKAPTA PALEMBANG

TH. 2015 - 2016

14.

WKPTA Jawa Barat

Th. 2016 -

Pengalaman Mengajar

1.

Guru Mdr. Diniyah

2.

Guru Agama SD

3.

Guru PGA MA

4.

Kepala Mdr. Aliyyah GUPPI

Thn. 1978 - 1983

5.

Dosen Akademi

Da’wah

Thn. 1980 - 1983

6.

Dosen LB UIN Bandung

Thn. 1987

–

1997

7.

Dosen STIA Purwakarta

Thn. 1997 - 1999

8.

Pemandu Pelatihan Administrasi Peradilan

9.

Pemandu Pelatihan Hukum Acara

LANGKAH PENANGANAN

PERKARA

Penanganan suatu perkara atau sengketa di pengadilan selalu

berawal dari langkah induksi berupa

1. merumuskan fakta-fakta,

2. mencari hubungan sebab akibat, dan

3. mereka-reka probabilitasnya.

Melalui langkah ini, hakim pengadilan pada tingkat pertama

dan kedua adalah judex facti.

LANGKAH PENANGANAN

PERKARA

1. merumuskan fakta-fakta,

Merangkum semua fakta

(peristiwa, perbuatan atau keadaan)

>>Fakta yuridis in concretto

LANGKAH PENANGANAN PERKARA

3. mereka-reka probabilitasnya.

merupakan konsep sentral dalam penalaran induktif; Probabilitas dlm hukum tergantung standar

pembuktian

(alat bukti& beban pembuktian) 1) Perdata: dalil & bukti,

Psl 16, PP 9/1975

Sidang Pengadilan tersebut, setelah meneliti dan berpendapat adanya alasan-alasan untuk perceraian dan setelah berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak dan tidak berhasil, kemudian menyaksikan perceraian yang dilakukan oleh suami itu dalam sidang tersebut.

Psl22 PP 9/1975

Sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran itu

hendaknya dipertimbangkan oleh hakim apakah benar-benar berpengaruh dan prinsipiil bagi keutuhan kehidupan suami-isteri

Pasal 65, U. 7/89

1) Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan

2) setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

Pasal 66, U.7/89

(1) Seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan istrinya mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk mengadakan sidang guna menyaksikan ikrar talak.

(2) Permohonan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman termohon, kecuali apabila termohon dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman yang ditentukan bersama tanpa izin pemohon.

Psl 31, PP. 9/1975

• Usaha untuk mendamaikan suami-isteri yang sedang dalam pemeriksaan perkara gugatan untuk mengadakan perceraian tidak terbatas pada sidang pertama sebagaimana lazimnya dalam perkara perdata, melainkan pada setiap saat sepanjang perkara itu belum diputus oleh hakim.

• Dalam mendamaikan kedua belah pihak

Pengadilan dapat meminta bantuan kepada orang atau badan lain yang dianggap perlu.

Psl 33, PP. 9/75

• Apabila pengadilan telah berusaha untuk

mencapai perdamaian, akan tetapi tidak berhasil, maka gugatan perceraian diperiksa dalam sidang tertutup. Pemeriksaan dalam sidang tertutup ini berlaku juga bagi pemeriksaan saksi-saksi.

• Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat

alasan-alasan yang dapat dijadikan dasar

perceraian, hakim mengabulkan kehendak suami atau isteri untuk melakukan perceraian.

PROSES PEMERIKSAAN

FAKTA HUKUM

GUGATAN, REPLIK

JAWABAN/ DUPLIK

PERISTIWA KONKRIT

YG HRS DIBUKTIKAN

ALAT BUKTI FAKTA KEJADIAN

YG HRS DIBUKTIKAN

ALAT BUKTI FAKTA KEJADIAN