TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK.

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN
HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI
KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG
KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK

SKRIPSI

Oleh:
DEWI FIRDAUS
NIM. C02212007

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
JURUSAN HUKUM PERDATA ISLAM
PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

SURABAYA
2016

ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan dengan judul ‚Tinjauan

Hukum Islam terhadap Pembayaran Hutang dengan Mempekerjakan Debitur
Studi Kasus di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten
Nganjuk‛. Skripsi ini merupakan penelitian untuk menjawab pertanyaan, 1)
bagaimana pelaksanaan pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur di
Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk. 2)
bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap pembayaran hutang dengan
mempekerjakan debitur studi kasus di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung
Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif melalui teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Maksudnya pembahasan
dimulai dengan mengumpulkan data yang telah diperoleh dari lapangan tentang
pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur, kemudian dianalisis dengan
hukum Islam yakni qard} dan ija>rah terhadap praktik pembayaran hutang dengan
mempekerjakan debitur di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron
Kabupaten Nganjuk.
Dari hasil penelitian, diperoleh informasi mengenai praktik pembayaran
hutang dengan mempekerjakan debitur, yakni debitur yang tidak mampu
membayar hutangnya, maka mereka akan bekerja kepada kreditur. Upah dari
pekerjaan tersebut akan digunakan untuk membayar cicilan kepada kreditur,

tanpa diketahui pihak penerima hutang berapa gaji yang diterimanya setiap
bulannya. Dengan adanya praktik tersebut penulis menyimpulkan bahwa
pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur ditinjau dari hukum Islam
praktik pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur studi kasus di Dusun
Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk ini
diperbolehkan karena kita wajib membayar hutang walaupun kita harus bekerja
kepada pihak pemberi hutang, namun harus diperbaharui akadnya karena pada
praktik ini tidak dijelaskan mengenai berapa gaji atau upah yang diberikan pihak
pemberi hutang kepada pihak yang menerima hutang, karena apabila tidak
disebutkan berapa upah yang diberikan dan sampai kapan harus bekerja maka itu
merupakan akad yang rusak.
Dalam melakukan praktik pembayaran hutang dengan mempekerjakan
debitur hendaknya diperjelas ketika akad itu berlangsung baik cara pelunasan
hutangnya maupun upah yang akan diterima ketika pihak debitur mulai terikat
pekerjaan dengan pihak kreditur, sesuai syarat dan rukun qard} dan ija>rah menurut
hukum Islam, sehingga dapat diketahui dengan jelas upah dan jangka waktu
pihak penerima hutang harus bekerja kepada pihak pemberi hutang .

i


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ............................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN ...........................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................................

iii

PENGESAHAN .................................................................................................

iv


MOTTO ............................................................................................................

v

PERSEMBAHAN .............................................................................................

vi

ABSTRAK ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................

x

DAFTAR TRANSLITERASI ........................................................................... xiii
BAB I

PENDAHULUAN .....................................................................

1


A. Latar Belakang Masalah ......................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ........................................

5

C. Rumusan Masalah ................................................................

6

D. Kajian Pustaka .....................................................................

6

E. Tujuan Penelitian .................................................................

9


F. Kegunaan Penelitian ............................................................

9

G. Definisi Operasional ............................................................ 10
H. Metode Penelitian ................................................................ 11
I. Sistematika Pembahasan ..................................................... 14
BAB II

PEMBAHASAN ........................................................................ 16
A. Akad Qard} ........................................................................... 16
1. Pengertian Qard} ............................................................ 16
2. Landasan Hukum Qard} ................................................. 17
3. Rukun dan Syarat Qard} ................................................. 20
4. Hikmah dan Manfaat Disyariatkan Qard} ..................... 22
5. Syarat yang Sah dan Tidak Sah (Fasid) ........................ 23
i

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


6. Objek Qard} ................................................................ .... 23
7. Tempat dan Waktu Pengembalian Qard} .......................... 25
B. Akad Ija>rah .......................................................................... 26
1. Pengertian Ija>rah ........................................................... 26
2. Landasan Hukum Ija>rah ............................................... 27
3. Rukun dan Syarat Ija>rah ............................................... 31
4. Macam-macam Ija>rah ................................................... 34
5. Pembatalan dan Berakhirnya Ija>rah .............................. 35
BAB III

PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN
MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI
DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN
BARON KABUPATEN NGANJUK ........................................ 37
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................... 37
1. Sejarah Desa Mabung ................................................... 37
2. Letak dan Kondisi Geografis ........................................ 37
3. Kependudukan dan Keadaan Sosial Ekonomi .............. 39
4. Sarana Pendidikan dan Tingkat Pendidikan Penduduk . 41

5. Struktur Kepemerintahan Desa .................................... 42
B. Pelaksanaan Pembayaran Hutang dengan Mempekerjakan
Debitur di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan
Baron Kabupaten Nganjuk……………………………... ...... 43
1. Latar Belakang Terjadinya Hutang Piutang .................. . 43
2. Proses Terjadinya Hutang Piutang ............................... .. 48

BAB IV

BAB V

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN
HUTANG
DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR
STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA
MABUNG
KECAMATAN
BARON
KABUPATEN
NGANJUK ...................................... .......................................... 53

A. Analisis Akad Qard} di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung
Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk .............................. 53
B. Analisis Akad Ijar> ah di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung
Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk .............................. 55
PENUTUP ...................................................................................... 62
A. Kesimpulan .......................................................................... 62
ii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Saran .................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yakni makhluk yang tidak
dapat hidup sendiri, melainkan hidup saling ketergantungan satu sama lain.
Dalam bermasyarakat manusia mempunyai tujuan untuk memenuhi
kehidupannya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan
tolong menolong. Kegiatan tolong menolong dapat diimplikasikan dengan
berbagai cara yakni dengan cara pinjam meminjam, zakat, infaq, shodaqoh
dan lain sebagainya. Islam telah mengajarkan bahwa manusia hendaknya
saling tolong menolong saat sesamanya sedang membutuhkan, hal ini telah
dijelaskan dalam al-Quran surat al-Maaa’idah ayat 2 yang berbunyi :

‫وا ع واا واتَق ََ نَ َا‬

‫و تع ون ا عل‬

‫وا تَق‬

‫وتع ون اعل‬....

‫ا عق‬

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.1

Islam agama yang sempurna telah meletakkan kaidah-kaidah dasar
dan aturan dalam semua sisi kehidupan manusia, baik dalam ibadah maupun

mu’a>malah. Mu’a>malah berbeda dengan ibadah, dalam ibadah perbuatan
dilarang kecuali diperintahkan. Oleh karena itu, semua perbuatan yang

1

Kementrian Agama, Al-Qur’an &Tafsirnya jilid 2, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 349.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

dikerjakan harus sesuai dengan tuntutan yang diajarkan Rasulullah, ibadah
dalam Islam adalah pelaksanaan segala macam perbuatan yang diperintahkan
oleh agama untuk mengatur hubungan dengan Allah serta sebagai ujian
terhadap kebenaran dan kekuatan imannya dalam praktik kehidupan seharihari.2 Sedangkan mu’a>malah adalah kegiatan yang berhubungan antar
manusia dengan manusia yang sesuai dengan Islam.
Islam telah menjelaskan bahwasannya setiap apa yang kita lakukan
kelak akan di pertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT, maka kita
sebagai manusia hendaklah berhati-hati dalam melakukan perbuatan baik
melakukan mu’a>malah atau yang lainnya. Kaitannya dengan kegiatan

mu’a>malah Allah SWT telah memerintahkan kepada hambanya untuk saling
tolong menolong, salah satu bentuk tolong menolong dalam masyarakat
adalah dengan memberikan pinjaman atau hutang. Tolong menolong dalam
bentuk pinjaman disebut juga dengan qard}. Secara bahasa qard} berarti al-qat}’
yang artinya harta yang diberikan kepada orang yang meminjam (debitur).3
Secara terminologis qard} berarti memberikan harta kepada orang yang
akan memanfaatkannya dan mengembalikan gantinya dikemudian hari.4
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, qard} adalah penyediaan dana
atau tagihan antar lembaga keuangan syariah dengan pihak peminjam yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan pembayaran secara tunai atau

2

M. Noor Matdawam, Pengantar Ibadah Praktis , (Yogyakarta: Kota Kembang ,1980), 5.
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 373.
4
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
2013), 333-334.

3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

cicilan dalam jangka waktu tertentu.5 Definisi menurut Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah ini diaplikasikan dalam akad pinjam meminjam dalam
lembaga keuangan Syariah.
Pembahasan hutang pihutang dalam kajian fiqh mu’a>malah sangat
detail mengenai rukun, syaratnya, antara lain :
Rukun qard} dalam fiqh mu’a>malah ada tiga yaitu :6
1. Ija>b qabu>l
Tidak ada perbedaan diantara fukaha bahwa ija>b qabu>l itu sah
dengan lafaz yang menunjukkan maknanya.
2. Dua pihak yang melakukan transaksi
Syarat bagi penghutang adalah merdeka, balig, berakal sehat, dan
pandai (dapat membedakan baik buruk).
3. Harta yang dihutangkan
Rukun harta yang dihutangkan adalah sebagai berikut:
a. Harta berupa harta yang ada padanya, maksudnya harta yang satu
sama lain dalam jenis yang sama tidak banyak berbeda yang
mengakibatkan perbedaan nilai, seperti uang, barang-barang yang
dapat di takar, ditimbang, ditanam, dan dihitung.
b. Harta yang dihutangkan disyaratkan berupa benda.
c. Harta yang dihutangkan diketahui, yaitu diketahui kadarnya dan
diketahui sifatnya.

5
6

Pasal 20 ayat 36, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, (Bandung: Fokusmedia, 2010), 18.
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah : Fiqh Muamalah ..., 335.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Menurut Hanafiyah qard} adalah harta yang memiliki kesepadanan
yang anda berikan untuk anda tagih kembali. Sedangkan definisi qard}
menurut mazhab-mazhab yang lain adalah bentuk pemberian harta dari
seorang (kreditur) kepada orang lain (debitur) dengan ganti harta yang
sepadan yang menjadi tanggungan debitur yang sama dengan harta yang di
ambil, yang artinya suatu barang yang di pinjamkan harus di kembalikan
sesuai takaran, sehingga tidak ada kelebihan atau kekurangan dari takaran
harta yang di pinjam.7
Adapun dalam hal pembayaran hutang dilakukan dengan cara
mempekerjakan debitur, maka pihak kreditur yang dalam hal ini juga di
sebut sebagai majikan harus memberikan upah atau dalam Islam disebut

ija>rah dalam pekerjaannya.8
Secara etimologis al-ija>rah berasal dari kata al-ajru yang berarti al-

‘Iwad atau penggantian, dari sebab itulah ats-Tsawa>bu dalam konteks pahala
dinamakan al-ajru atau upah.9
Secara terminologis menurut Amir Syarifuddin al-ija>rah dapat
diartikan dengan akad atau transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan
tertentu. Bila yang menjadi objek transaksi adalah manfaat atau jasa dari
suatu benda disebut ija>rah al’ain, bila yang menjadi objek transaksi manfaat
atau jasa dari tenaga seseorang disebut ija>rah ad-dzimmah atau upah
mengupah.
7

Ibid., 374.
Abdul Rahman Ghazaly, et. al, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2010),
277.
9
Ibid.
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Seperti halnya masyarakat yang lain tidak pernah terlepas dari
problematika kehidupan terutama dalam sektor perekonomian, seorang yang
kurang mampu meminjam uang kepada orang yang lebih kaya (hutang
pihutang atau qard}), di Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk
terdapat penerapan qard} yang berbeda. Kesepakatan diawal yang terjadi pada
warga Dusun Mabung antara kreditur dan debitur bahwa pihak debitur
membayar hutangnya dengan cara bekerja kepada kreditur sampai hutangnya
lunas. Dalam praktik ini tidak diketahui berapa upah yang diberikan oleh
kreditur setiap bulannya sehingga tidak diketahui pula masa kerja pihak
debitur.
Oleh karena itu penulis ingin mengangkat dan meneliti sebagai karya
ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Pembayaran Hutang dengan Mempekerjakan Debitur Studi Kasus di Dusun
Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk‛.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari Permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Hutang pihutang dengan akad qard}
2. Pelaksanaan pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur
3. Konsekuensi yang didapatkan pihak debitur karena tidak dapat membayar
hutangnya

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

4. Tinjauan

Hukum

Islam

terhadap

pembayaran

hutang

dengan

mempekerjakan debitur
5. Konsep ija>rah terhadap pekerjaan debitur.
Agar pokok permasalahan diatas lebih terarah mengenai pembayaran
hutang dengan mempekerjakan debitur, maka batasan masalah yang akan di
bahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur
2. Tinjauan

Hukum

Islam

terhadap

pembayaran

hutang

dengan

mempekerjakan debitur.
C. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan pada penelitian ini agar lebih fokus dan
operasional, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan pembayaran hutang dengan mempekerjakan
debitur studi kasus di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron
Kabupaten Nganjuk ?
2. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap pembayaran hutang dengan
mempekerjakan debitur studi kasus di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung
Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk ?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian
yang sudah pernah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti sehingga
terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

pengulangana atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada.10 Dari
hasil pencarian penulis, masih sedikit penelitian yang mengangkat tema
pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur. Berikut penelitian
sebelumnya yang peneliti dapatkan:
1. Muhammad Mukhlis dalam skripsinya yang berjudul ‚Analisis Hukum
Islam Terhadap Hutang Pihutang Petani Tambak Kepada Tengkulak Di
Dusun Putat Desa Weduni Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan‛.
Penelitian tersebut membahas tentang hutang pihutang petani tambak
kepada tengkulak, dan hutang tersebut merupakan hutang bersyarat yang
mana petani tambak harus menjual hasil panennya kepada tengkulak yang
memberikan hutang dan tengkulak tersebut memberikan harga yang
cukup murah dan petani tambak secara diam-diam menjual sedikit hasil
panennya kepada tengkulak lain, hal ini merupakan pencideraan akad
namun hal ini tetap diperbolehkan karena mendapat izin secara tidak
langsung dari tengkulak dan selama masih dalam batasan tertentu. Hasil
penelitian mengemukakan menurut Hukum Islam hal semacam ini
diperbolehkan, akan tetapi dipandang perlu dihindari karena dapat
mendatangkan kemudharatan.11
2. Yuni Eti Jayanti dalam skripsinya yang berjudul ‚Tinjauan Mas}lah}ah

Mursalah terhadap Hutang Pihutang Padi pada Lumbung Desa Tenggiring
Sambeng Lamongan‛. Penelitian tersebut membahas tentang mas}lah}ah
10

Tim Penyusun, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014, 8.
Muhammad Mukhlis, ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Hutang Pihutang Petani Tambak
Kepada Tengkulak Di Dusun Putat Desa Weduni Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan‛
(Skripsi-UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014).

11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

mursalah hutang pihutang padi pada lumbung desa, disini ada syarat
untuk pengembalian hutangnya harus ada tambahan, namun tambahan
tersebut tidak untuk diberikan pada perorangan namun untuk kas desa.
Dan hutang pihutang semacam ini tetap berjalan karena menurut
warganya hutang pihutang ini sangat membantu perekonomian warga.
Hasil dari penelitian ini menurut Hukum Islam tidak diperbolehkan
karena tidak sesuai dengan teori qard}, karena dalam qard} tidak
diperbolehkan memberikan hutang dengan syarat tambahan saat
mengembalikannya.12
3. Adi Wibowo dalam skripsinya yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam
terhadap Praktek Pinjam-Meminjam Uang di Desa Nglong Kecamatan
Sragen Kabupaten Sragen‛. Penelitian tersebut membahas tentang
bagaimana praktek pinjam meminjam atau pihutang dan bagaimana
tinjauan hukum Islam terhadap tambahan dalam transaksi pinjam
meminjam uang di Desa Nglong Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen,
hasil penelitian mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan hutang
pihutang di Desa Ngelong ini rukun dan syarat al- qard} telah dipenuhi,
maka praktek hutang pihutang ini sudah sah menurut hukum Islam.13
Perbedaan yang terletak pada penelitian sebelumnya yakni, peneliti
pertama membahas tentang hutang bersyarat, peneliti kedua membahas
tentang penambahan dalam pengembalian hutang, dan peneliti ketiga
12

Yuni Eti Jayanti, ‚Tinjauan maṣlaḥah Mursalah Terhadap Hutang Pihutang Padi Pada
Lumbung Desa Tenggiring Sambeng Lamongan‛ (Skripsi-UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014).
13
Adi Wibowo, ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Pinjam-meminjam Uang di Desa
Nglong Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen‛(Skripsi-UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

membahas tentang tidak adanya kesepakatan tambahan harta dalam
pengembalian hutang. Sedangkan dalam skripsi penulis membahas tentang
bentuk pembayaran hutang dengan cara pihak debitur bekerja pada pihak
kreditur, maka pembahasan dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan peneliti dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk

mengetahui

pelaksanaan

pembayaran

hutang

dengan

mempekerjakan debitur studi kasus di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung
Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.
2. Untuk mengetahui hukum pembayaran hutang dengan mempekerjakan
debitur dari sisi tinjauan hukum Islam.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik secara
teoritis maupun praktis.
1. Secara Teoritis
a. Hasil pengetahuan ini dapat memberikan wawasan pengetahuan

mu’a>malah khususnya tentang hutang.
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi yang
membutuhkan pustaka masalah mengenai hutang dalam Islam.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi atau masukan
yang penting bagi pembaca dan khususnya bagi pelaku hutang dengan
akad qard}.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pelengkap dan
penyempurnaan bagi peneliti selanjutnya.
G. Definisi Operasional
Untuk mempermudah dan menghindari kesalah pahaman dan
perbedaan persepsi pembaca dalam memahami arti dan judul ini, maka
penulis memandang perlu untuk menjabarkan secara jelas tentang maksud
dari istilah-istilah yang berkenaan dengan judul di atas, maksud dari judul
tersebut diantaranya :
1. Hukum Islam
Yakni peraturan atau ketentuan yang dijadikan pedoman dalam
penyelesaian skripsi ini yang meliputi al-Qur’an, dan Hadis serta
pendapat Fuqaha’ tentang ija>rah dan qard}.
2. Pembayaran hutang
Yaitu proses pengembalian uang oleh debitur yang telah dipinjam
dari Bapak Arifin di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron
Kabupaten Nganjuk.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

3. Mempekerjakan debitur
Yaitu kreditur (bapak arifin) mempekerjakan debitur (Bapak Mat
Halim, Ibu Mardiyah, Ibu Rusmini, Bapak Ali Maksum) sebagaimana
pekerjaan yang diperintahkan.
H. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan
deskriptif kualitatif.
1. Data Yang Dikumpulkan
Berdasarkan rumusan masalah yang yang telah disebutkan, maka
yang akan dikumpulkan meliputi :
a. Data tentang praktek pembayaran hutang dengan memperkerjakan
debitur,
b. Data yang bersumber dari hukum Islam yang berkaitan dengan
praktek pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur.
2.

Sumber Data.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data,
yaitu :
a.

Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah suatu data yang diperoleh langsung
dari lapangan termasuk laboratorium.14 Yaitu pihak-pihak yang
terkait dengan praktek ini (Bapak Arifin, Bapak Mat Halim, Ibu
Mardiyah, Ibu Rusmini, Bapak Ali Maksum ).

14

Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 143.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber dari bahan bacaan yang
berkaitan dengan objek penelitian.15 Adapun sumber data sekunder
dalam penelitian ini adalah :
1) Tokoh Masyarakat,
2) Data dari kantor Desa Mabung.
3. Teknik Pengumpulan Data
Merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian.16 Pengumpulan data ini umumnya
menggunakan teknik :
a. Interview (Wawancara).
Peneliti telah melakukan wawancara kepada bapak Arifin,
Bapak Mat Halim, Ibu Mardiyah, Ibu Rusmini, Bapak Ali Maksum
mengenai pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur di
Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten
Nganjuk.
b. Dokumentasi
Peneliti telah melakukan dokumentasi untuk mengumpulkan
data mengenai pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur di
Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten
Nganjuk.

15
16

Ibid.
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012), 138.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan cara menganalisis data penelitian,
termasuk alat-alat statistik yang relevan untuk digunakan dalam
penelitian.17 Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskriptif.
Hasil analisis disampaikan dengan menggunakan pola pikir
induktif yaitu metode yang digunakan untuk mengemukakan fakta-fakta
atau kenyataan dari hasil penelitian yang bersifat khusus tentang praktek
pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur studi kasus di Dusun
Jeruk Kidul Desa Mabung Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.
Kemudian dianalisis menggunakan tinjauan hukum Islam sehingga pada
akhirnya dapat ditarik kesimpulan.

17

Ibid., 163.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

I. Sistematika Pembahasan
Penulisan skripsi ini diatur dalam sistematika pembahasan yang sesuai
dengan petunjuk teknis penulisan skripsi yang sistematikannya terbagi
menjadi lima bab pembahasan.
Bab pertama merupakan pendahuluan yang memuat tentang latar
belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian
pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,
metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua merupakan landasan teori yang berisi tentang pengertian

qard}, landasan hukum qard}, rukun dan syarat qard}, hikmah dan manfaat qard},
objek qard}, tempat dan waktu qard}, pengertian ija>rah, landasan hukum ija>rah,
rukun dan syarat ija>rah, macam-macam ija>rah, pembatalan dan berakhirnya

ija>rah.
Bab ketiga merupakan pembahasan hasil penelitian yang berisi
tentang gambaran umum desa yang meliputi letak geografs, keadaan sosial
ekonomi, keadaan sosial pendidikan, keadaan sosial keagamaan, dan
pelaksanaan hutang piutang yang memuat latar belakang terjadinya
pembayaran hutang dengan mempekerjakan debitur, pelaksanaan pembayaran
hutang dengan mempekerjakan debitur, dan dampak yang ditimbulkan.
Bab ke empat merupakan tinjauan hukum Islam terhadap pembayaran
hutang dengan mempekerjakan debitur di Dusun Jeruk Kidul Desa Mabung
Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Bab ke lima merupakan penutup yang memuat kesimpulankesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan dan dilengkapi
dengan saran-saran, selain itu dalam bab terakhir ini akan dilengkapi dengan
daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang dianggap perlu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
PEMBAHASAN
A. Akad Qard}
1. Pengertian Qard}
Secara bahasa qard} berarti al-qat}’ yang artinya potongan karena
harta orang yang memberikan pinjaman (kreditur) diberikan kepada orang
yang meminjam (debitur).1
Secara istilah, menurut Hanafiah qard} adalah harta yang memiliki
kesepadanan yang diberikan untuk ditagih kembali atau dengan kata lain,
suatu transaksi yang dimaksudkan untuk memberikan harta yang
memiliki kesepadanan kepada orang lain untuk dikembalikan yang
sepadan dengan itu.2
Secara terminologis qard} adalah memberikan harta kepada orang
yang akan memanfaatkannya dan mengembalikan gantinya di kemudian
hari.3
Mazhab-mazhab yang lain mendefinisikan qard} sebagai bentuk
pemberian harta dari seseorang (kreditur) kepada orang lain (debitur)
dengan ganti harta yang sepadan yang menjadi tanggungannya (debitur),

1

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 373.
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu..., 374.
3
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
2013), 333.
2

16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

yang sama dengan harta yang di ambil, dimaksudkan sebagai bantuan
kepada orang yang diberi saja.4
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah qard} adalah
penyediaan dana atau tagihan antara lembaga keuangan Syari’ah dengan
pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan
pembayaran secara tunai atau cicilan dalam waktu tertentu.5 Definisi
yang dikemukakan dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah di atas
bersifat aplikatif dalam akad pinjam-meminjam antara nasabah dan
Lembaga Keuangan Syari’ah.6
Dari beberapa definisi di atas maka penulis dapat menyimpulkan
pengertian qard}, adalah memberikan harta kepada peminjam untuk
dimanfaatkan dan dikembalikan sesuai kesepakatan di lain waktu.
2. Landasan Hukum Qard}
Dasar disyariatkannya qard} adalah al-Qur’an, hadis, ijma’.
a. Dalil al-Qur’an adalah firman Allah surat Al-Baqarah ayat 245 yang
berbunyi:
             
   
Artinya :
Barang siapa yang meminjami Allah dengan pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat
gandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan
melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.7
4

Ibid.
Pasal 20 ayat 36, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, (Bandung: Fokusmedia, 2010), 18.
6
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah..., 334.
7
Kementrian Agama, Al-Qur’an & Tafsirnya jilid 1, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), 357-358.
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Ayat ini menjelaskan bahwa siapa yang memberikan pinjaman
untuk sesuatu yang baik maka Allah akan membalas dengan kebaikan
yang berlipat ganda.
b. Dalil hadis adalah
1) Riwayat Imam Muslim yang bersumber dari Abu Rafi’ r.a yang
berbunyi :

ْ

ْ
‫ن ْب‬
‫ْ أبي ف‬
ْ
ْ ُ
ْ ‫أب ف أ‬
‫ف‬
‫فق ا أ ْط إ ُ ه‬
Artinya :

ُ
‫ْب‬
‫أ ْح ي ْب‬
‫اط‬
‫حيُث أب‬
ْ
ْ
‫ْ ط ء ْب‬
‫ا ْب أن‬
ْ ‫ْ ز ْي ْب أ‬
ُ
ُ ‫ى صى‬
‫ى‬
ْ
ُ ُ ‫ت اى ْ أ ُ ا‬
ْ ‫ب ْك فقي‬
‫لي ة‬
‫ْ إب‬
ُ ‫ْ إب ا‬
ُ ‫ب ْك ه فق ا أ ي إ‬
‫ب‬
ُ ‫ْق ي ا‬
ُ ‫ف‬
‫ء‬
ْ ‫ا ُ ا أ ْح ه‬

ْ ‫أ‬

"Dari Abu Rafi’i (katanya): Sesungguhnya Nabi Saw
mengutang dari seseorang anak sapi. Setelah datang pada beliau
unta dari unta-unta sedeqah (zakat), lalu beliau menyuruh Abu
Rafi’ untuk melunasi utangnya kepada lelaki itu berupa anak unta
tersebut. Kata Abu Rafi’ : tidak saya dapati selain unta yang baik
yang berumur enam tahun masuk tujuh tahun (Raba’iyyah). Lalu
beliau bersabda : Berilah dia unta yang baik dan besar itu, karena
sesungguhnya sebaik-baiknya orang adalah orang yang paling baik
cara melunasi utangnya. " (HR.MUSLIM - 3002)8

Hadis ini menjelaskan bahwasannya orang yang paling
baik adalah seseorang yang ketika memberikan kelebihan saat
membayar utang, dan tanpa ada kesepakatan di awal.

Al-Hafizh Zaki al-Din ‘Abd al-‘Azhim al-Mundziri, Mukhtaṣar Ṣahih Muslim, (Beirut: Dar al
Maktabah al ilmiah, 1998), 250.
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

2) Riwayat Ibn Majah dan Ibn Hibban yang berbunyi

ْ

) ُ ‫ْب ح‬

‫ْق‬
ْ

:‫ ا‬. .‫ي ص‬
ُ ُ ‫ْ ْد ُ ا‬
ُ
‫( ه ْب‬. ُ ‫لي ة‬
ْ ‫ُت‬
ْ

‫ْب‬
ْ

Artinya :
‚Dari Ibn Mas’ud bahwa Rasulullah Saw bersabda, ‚Tidak
ada seorang muslim yang menukarkan kepada seorang muslim
qard} dua kali, maka seperti sedekah sekali‛ . (HR. Ibn Majah dan
Ibn Hibban)9

Hadis ini menjelaskan bahwa qard} lebih baik daripada
sedekah.

Hadis ini menjelaskan bahwasannya qard} lebih diutamakan
dari sedekah karena orang yang berutang adalah orang yang benarbenar membutuhkan.
3) Riwayat Imam Bukhari ia berkata,

‫ا‬
‫ي‬

ُ

‫ْ أ‬

Artinya :

ْ

ْ ُ ‫ي‬
ُ ‫ي ص ُى‬
ْ ‫ْ أبي‬
ِ ُ‫ْ ا‬
ْ ُ ‫ْ أ أ ْ ا ا ُ ا ي أد ء أدُى‬
ْ‫إتَْفه أت‬
ُ

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang mengambil harta manusia
(berutang) disertai maksud akan membayarnya maka Allah akan
membayarkannya untuknya, sebaliknya siapa yang mengambilnya
dengan maksud merusaknya (merugikannya) maka Allah akan
merusak orang itu". 10
Dalam hadis ini Allah memeberikan peringatan kepada
orang yang berutang, hendaknya ia meluasi utangnya dengan baik
9

Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Jilid II, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), 502.
Imam al-Bukhari dan Abu Hasan al-Sindi, S}hahih al-Bukhari bih}asiyat al-Imam al-Sindi, juz II,
(Lebanon: Dar al-Kitab al-Ilmiyah, 2008), 105.
10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

dan melarangnya untuk mengambil harta orang lain (tidak
membayar utang).
c. Ijma’
Umat Islam telah sepakat tentang bolehnya qard}. Dari
landasan hukum qard} di atas, kita bisa simpulkan bahwa qard}
hukumnya sunnah (dianjurkan) bagi orang yang meminjamkan dan
boleh bagi orang yang meminjam.11
3. Rukun dan Syarat Qard}
Rukun dan syarat qard} dalam fiqh mu’a>malah ada tiga yaitu :12
a. Shighat}
Yang dimaksud dengan shighat} adalah ija>b qabu>l. Tidak ada
perbedaan diantara fuqaha bahwa ija>b qabu>l itu sah dengan lafaz
utang dan dengan semua lafaz yang menunjukkan maknanya, seperti
kata, ‚aku memberimu utang‛, atau ‚aku mengutangimu‛. Demikian
pula qabu>l sah dengan semua lafaz yang menunjukkan kerelaan,
seperti ‚aku berutang‛ atau ‚aku menerima‛, atau ‚aku ridha‛ dan
lain sebagainya.

11
12

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu..., 374.
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah : Fiqh Muamalah ..., 335.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

b. ‘Aqidain
Yang dimaksud dengan ‘aqidain (dua pihak yang melakukan
transaksi) adalah pemberi utang dan pengutang. Adapun syarat bagi
pengutang adalah merdeka, balig, berakal sehat, dan pandai (rasyid,
dapat membedakan baik buruk).
c. Harta yang diutangkan
Rukun harta yang diutangkan adalah sebagai berikut:
1) Harta berupa harta yang ada padannya, maksudnya harta yang
satu sama lain dalam jenis yang sama tidak banyak berbeda yang
mengakibatkan perbedaan nilai, seperti uang, barang-barang yang
dapat di takar, ditimbang, ditanam, dan dihitung.
2) Harta yang diutangkan disyaratkan berupa benda, tidak sah
mengutangkan manfaat (jasa).
3) Harta yang diutangkan diketahui, yaitu diketahui kadarnya dan
diketahui sifatnya.
Sedangkan syarat qard} dalam fiqh Islam ada empat yaitu :13
1) Akad qard} dilakukan dengan shighat} ija>b qabu>l atau bentuk
lainnya yang bisa menggantikannya, seperti cara mu’athah
(melakukan akad tanpa ija>b qabu>l) dalam pandangan jumhur
ulama, meskipun menurut Syafi’iyah cara mu’athah tidaklah
cukup sebagaimana dalam akad-akad lainnya.

13

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu..., 378-379.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

2) Adanya kapabilitas dalam melakukan akad. Artinya, baik pemberi
maupun penerima pinjaman adalah orang baligh, berakal, bisa
berlaku dewasa, berkehendak tanpa paksaan, dan boleh untuk
melakukan tabarru’ (berderma), karena qard} adalah bentuk akad

tabarru’, oleh karena itu, tidak boleh dilakukan oleh anak kecil,
orang gila, orang bodoh, orang yang dibatasi tindakannya dalam
membelanjakan harta, orang yang dipaksa, dan seorang wali yang
tidak sangat terpaksa atau ada kebutuhan. Hal itu karena mereka
semua bukanlah orang yang diperbolehkan melakukan akad

tabarru’.
3) Menurut Hanafiyah, harta yang dipinjamkan haruslah harta mitsli.
Sedangkan dalam pandangan jumhur ulama boleh dengan harta
apa saja yang bisa dijadikan tanggungan, seperti uang, biji-bijian,
dan harta qimiy seperti hewan, barang tak bergerak dan lainnya.
4) Harta yang dipinjamkan jelas ukurannya, baik dalam takaran,
timbangan, bilangan, maupun ukuran panjang supaya mudah
dikembalikan, dan dari jenis yang belum tercampur dengan jenis
lainnya seperti gandum yang bercampur dengan jelai (sejenis padipadian) karena sukar mengembalikan gantinya.
4. Hikmah dan Manfaat Disyariatkan Qard}
Hikmah disyariatkannya qard} yaitu :
a. Melaksanakan kehendak Allah agar kaum muslimin saling menolong
dalam kebaikan dan ketakwaan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

b. Menguatkan ikatan persaudaraan dengan cara mengulurkan bantuan
kepada orang yang membutuhkan dan mengalami kesulitan serta
meringankan beban orang yang tengah dilanda kesulitan.14
5. Syarat Yang Sah Dan Yang Tidak Sah (Fasid)15
Adanya kesepakatan yang dibuat untuk mempertegas hak milik
dalam akad qard} diperbolehkan, seperti persyaratan adanya barang
jaminan, penanggung pinjaman, saksi, bukti tertulis, atau pengakuhan di
hadapan hakim.
Mengenai batasan waktu, jumhur ulama mengatakan syarat itu
tidak sah, dan Malikiyah mengatakan sah. Tidak sah syarat yang tidak
sesuai dengan akad qard}, seperti syarat tambahan dalam pengembalian,
pengembalian harta yang bagus sebagai ganti yang cacat.
Adapun syarat yang fasid (rusak) diantaranya adalah syarat
tambahan atau hadiah bagi si pemberi pinjaman. Syarat ini dianggap batal
namun tidak merusak akad apabila tidak ada kepentingan siapapun,
seperti syarat pengembalian barang cacat sebagai ganti yang sempurna
atau yang jelek sebagai ganti yang bagus atau syarat memberikan
pinjaman kepada orang lain.
6. Objek Qard}
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa akad qard} dibenarkan pada
harta mitsli yaitu harta yang satuan barangnya tidak berbeda yang
mengakibatkan perbedaan nilainya, seperti barang-barang yang ditakar,
14
15

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah : Fiqh Muamalah ..., 336.
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu..., 379.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

ditimbang, dijual satuan dengan ukuran yang tidak jauh berbeda antara
yang satu dengan yang lain (seperti kelapa, telur, dan kertas satu ukuran)
dan yang di ukur seperti kain.16
Menurut ijtihad Imam Muhammad dan Madzhab selain Hanafiyah
berpendapat, boleh juga qard} pada roti, baik di jual secara timbangan atau
satuan, karena roti merupakan kebutuhan.17 Berdalil pada hadis, Aisyah
yang mengatakan, ‚Wahai Rasulullah sesungguhnya para tetanggga
mengqirad}hkan roti dan khamiir dan mereka mengembalikannya lebih dan
kurang. ‚Rasulullah menjawab: ‚tidak mengapa. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk dalam (etika) berteman sesama manusia yang
bukan dimaksudkan riba fadhal‛.18
Ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah berpendapat bahwa
diperbolehkan melakukan qard} atas semua benda yang bisa dijadikan
objek akad salam, baik itu barang yang ditakar dan ditimbang seperti
emas, perak dan makanan, maupun dari harta qimiyyat (harta yang
dihitung berdasarkan nilainya) seperti barang-barang dagangan, binatang,
dan juga barang-barang yang dijual satuan.
Dari sini, menurut jumhur ulama, akad qard} sah dilangsungkan
pada setiap benda yang boleh diperjualbelikan kecuali budak wanita
karena akan mengakibatkan adanya pinjam-meminjam kehormatan.
Mereka juga melarang qard} manfaat, seperti seorang pada hari ini

16

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu..., 376-377.
Ibid, 377.
18
Sayyid sabiq, Fikih Sunnah 12, (Bandung: Alma’arif, 1987), 142.

17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

mendiami rumah temannya dan besoknya teman tersebut mendiami
rumahnya, tetapi Ibn Taimiyah membolehkannya.19
7. Tempat dan Waktu Pengembalian Qard}
Ulama Fiqih sepakat bahwa qard} harus dibayar di tempat
terjadinya akad secara sempurna. Namun demikian, boleh membayarnya
di tempat lain apabila tidak ada keharusan untuk membawanya atau
memindahkannya, juga tidak ada halangan di jalan. Sebaliknya, jika
terdapat halangan apabila membayar di tempat lain, muqrid tidak perlu
menyerahkannya.20
Sedangkan waktu pengembalian qard} menurut jumhur ulama,
selain Malikiyah mengatakan bahwa waktu pengembalian harta pengganti
adalah kapan saja terserah kehendak si pemberi pinjaman, setelah
peminjam menerima pinjamannya, karena qard} merupakan akad yang
tidak

mengenal

waktu.

Sedangkan

menurut

Malikiyah,

waktu

pengembalian itu adalah ketika sampai pada batas waktu pembayaran
yang sudah ditentukan di awal, karena mereka berpendapat bahwa qard}
bisa dibatasi dengan waktu.21

19

Rachmad Syafe’i, Fiqih Muamalah..., 155.
Ibid, 156.
21
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu..., 379.

20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

B. Akad Ija>rah
1. Pengertian Ija>rah
Lafal al-ija>rah dalam bahasa Arab berarti upah, sewa, jasa, atau
imbalan. Secara terminologi, ada beberapa definisi al-ija>rah yang
dikemukakan para ulama fiqh, antara lain :22
a. Ulama Hanafiyah mendefinisikan ija>rah dengan :

‫ْقي ى‬

‫ف ب‬

Yang artinya transaksi terhadap suatu manfaat dengan
imbalan.
b. Ulama Syafi’iyah mendefinisikan ija>rah dengan :

‫حة ب ةا ْ ْ ا اب حة ب‬

‫ْ ْ ة‬

‫ْقي ى ْ ة ْقل ْ د‬
ْ ْ

Yang artinya transaksi terhadap suatu manfaat yang dituju,
tertentu, bersifat mubah dan boleh dimanfaatkan dengan
imbalan tertentu.
c. Ulama Malikiyah dan Hanabilah mendefinisikan ija>rah dengan :

‫ْ ْ ب‬

ُ ‫حة ي‬

ْ

‫ف‬

ْ ْ‫ت‬

Yang artinya pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan
dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan.

Ismail Nawawi mengatakan ija>rah dalam bahasa berarti sesuatu
yang diberikan kepada seseorang karena sesuatu yang dikerjakan.23
Jumhur ulama’ fiqih berpendapat bahwa ija>rah adalah menjual
manfaat dan yang boleh disewakan adalah manfaatnya bukan bendanya.
Jadi, dalam hal ini bendanya tidak berkurang sama sekali, dengan
perkataan lain terjadinya ija>rah ini yang berpindah hanyalah manfaat
22

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 228.
Ismail Nawawi, Fiqh Mu’amalah Klasik dan Kontemporer, (Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya,
2010), 319.
23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

obyek yang disewakan.24 Oleh karena itu, mereka melarang menyewakan
pohon untuk diambil buahnya, domba untuk diambil susunya, sumur
untuk diambil airnya, dan lain-lain, sebab semua itu bukan manfaatnya,
tetapi bendanya. Namun sebagian ulama memperbolehkan mengambil
upah mengajar Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan yang bersangkutan
dengan agama, sekedar untuk memenuhi keperluan hidup, karena
mengajar itu telah memakai waktu yang seharusnya dapat mereka
gunakan untuk pekerjaan mereka yang lain.25
Dari definisi di atas penulis dapat menyimpulkan tentang ija>rah,
yakni suatu yang diberikan atas dasar suatu pekerjaan yang telah di
lakukan.
2. Landasan Hukum Ija>rah
Para ulama fiqh mengatakan bahwa yang menjadi dasar
dibolehkannya akad ija>rah adalah :26
a. Dalam firman Allah surat az-Zukhruf, 43: 32 yang berbunyi:
             
            
 
Artinya :
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?
Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka
dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan
sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat,
24

Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafik, 1994), 52.
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap), (Bandung: Sinar Baru Algensido, 1994),
304.
26
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah..., 230-231.
25

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang
lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.27
b. Dalam firman Allah surat ath-Thalaq, 65: 6 yang berbunyi:
            
            
          
Artinya :
Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu
bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah
kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati)
mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu
sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya
hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan
(anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka
upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala
sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka
perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.28
c. Dalam firman Allah surat al- Qashash, 28:26
           
Artinya :
Dan salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "wahai
ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), karena
Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya".29

d. Dalam firman Allah surat al-Baqarah, 2:233

Kementrian Agama, Al-Qur’an &Tafsirnya jilid 9..., 104.
Ibid.
29
Ibid.
27

28

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

             
      