Tinjauan hukum pidana Islam terhadap pertimbangan hakim tentang kelalaian yang menyebabkan luka berat dalam pasal 310 ayat (3) UU N0. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan : Studi Putusan No: 308/Pid.B/2015/PN.Tpg.

“TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN
HAKIM TENTANG KELALAIAN YANG MENYEBABKAN LUKA BERAT
DALAM PASAL 310 AYAT (3) UU NO. 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN”
(Studi Putusan: No. 308/Pid.B/2015/PN.Tpg)

SKRIPSI

Oleh
Toha Maksum
NIM. C03213054

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum Islam
Jurusan Hukum Publik Islam
Program Studi Hukum Pidana Islam
Surabaya
2017

ABSTRAK
Skripsi dengan judul Tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap Kelalaian yang

Menyebabkan Luka Berat menurut Pasal 310 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ini adalah hasil penelitian kepustakaan
untuk menjawab pertanyaan bagaimana pertimbangan hukum Hakim dalam putusan
Pengadilan Negeri Tanjungpinang Nomor: 308/Pid.B/2015/PN.Tpg tentang kelalaian
yang menyebabkan luka berat menurut Pasal 310 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, serta bagaimana tinjauan hukum pidana
Islam
terhadap
putusan
Pengadilan
Negeri
Tanjungpinang
Nomor:
308/Pid.B/2015/PN.Tpg tentang kelalaian yang menyebabkan luka berat.
Data penelitian ini dihimpun melalui kajian teks, yang selanjutnya diolah
dengan beberapa tahap yaitu editing yaitu pemeriksaan kembali terhadap semua data
yang telah diperoleh, organizing yaitu menyusun dan mensistematiskan data-data
yang telah diperolah, dan analizing yang selanjutnya akan dianalisis menggunakan
teknik deskriptif analisis.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam putusan Pengadilan Negeri

Tanjungpinang Nomor: 308/Pid.B/2015/PN.Tpg tentang kelalaian yang
menyebabkan luka berat, dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan
bagi Terdakwa yaitu pertimbangan yuridis yang berupa: dakwaan, keterangan saksi,
keterangan terdakwa, barang bukti, pasal-pasal peraturan hukum pidana. Dan
pertimbangan non yuridis yang berupa: akibat dari perbuatan Terdakwa. Setelah
Hakim memeriksa semua bukti-bukti yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum,
Majelis Hakim memutuskan untuk menjatuhkan pidana penjara selama 6 (enam)
bulan penjara kepada terdakwa. Dalam hukum Pidana Islam, hukuman bagi pelaku
kelalaian yang menyebabkan luka berat adalah membayar diat (ganti rugi). Besaran
ganti rugi yang harus dibayarkan oleh terdakwa adalah sebesar 108 ekor unta. Harga
satu unta dewasa mencapai Rp.14.000.000,- (empat belas juta rupiah), Jika dikali
dengan 108 ekor unta hasilnya yaitu Rp. 1.512.000.000,- (satu milyar lima ratus dua
belas juta rupiah). Dalam perkara Nomor: 308/Pid.B/2015/PN Tpg tentang kelalaian
yang menyebabkan luka berat, penerapan ganti rugi atau diat belum terpenuhi.
Berdasarkan besarnya diat yang harus dibayarkan terdakwa kepada korban
menunjukkan adanya perhatian yang besar kepada hak-hak korban. Disini terlihat
bahwa keberpihakan hukum Islam dalam melindungi hak korban terlihat jelas.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, di harapkan: pertama, dengan adanya
peraturan-peraturan dalam UU No. 22 tahun 2009, diharapkan dapat menyadarkan
masyarakat akan pentingnya menaati peraturan yang ada. Hal itu dilakukan untuk

menjaga keselamatan bersama di jalan raya dan meminimalisir terjadinya
kecelakaan. kedua, untuk aparat penegak hukum seperti Hakim, diharapkan
mempertimbangkan kembali mengenai ganti rugi yang wajib diberikan oleh
terdakwa kepada korban berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan.

vi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ..........................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN .........................................................................

ii


PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................

iii

PENGESAHAN ...............................................................................................

iv

PERSEMBAHAN ............................................................................................

v

ABSTRAK .......................................................................................................

vi

KATA PENGANTAR .....................................................................................

vii


MOTTO ...........................................................................................................

x

DAFTAR ISI ....................................................................................................

xi

DAFTAR TRANSLITERASI .........................................................................

xiv

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................

1

B. Identifikasi Masalah ................................................................


9

C. Batasan Masalah ......................................................................

10

D. Rumusan Masalah ....................................................................

10

E. Kajian Pustaka .........................................................................

11

F. Tujuan Penelitian .....................................................................

13

G. Kegunaan Hasil Penelitian.......................................................


14

H. Definisi Operasional ................................................................

14

I. Metode Penelitian ....................................................................

16

J. Sistematika Pembahasan .........................................................

19

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II


SANKSI PIDANA BAGI PELAKU KELALAIAN YANG
MENYEBABKAN LUKA BERAT MENURUT UU NO. 22
TAHUN 2009 DAN HUKUM PIDANA ISLAM.

BAB III

BAB IV

A. Pertimbangan Hakim................................................................

21

B. Kelalaian dalam Hukum Pidana ...............................................

30

C. Kelalaian dalam Hukum Pidana Islam.....................................

35


PENERAPAN PASAL 310 AYAT (3) UU NO, 22 TAHUN 2009
DALAM PUTUSAN PN TANJUNGPINANG NOMOR:
308/PID.B/2015/PN.TPG TENTANG KELALAIAN YANG
MENYEBABKAN LUKA BERAT.
A. Deskripsi Kasus...................................................................... 66
B. Keterangan Saksi ...................................................................

68

C. Keterangan Terdakwa ............................................................

71

D. Pertimbangan Hukum Hakim ................................................

72

E. Hal-hal yang Meringankan dan Memberatkan ......................


77

F. Amar Putusan .........................................................................

77

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DAN
HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP KELALAIAN YANG
MENYEBABKAN LUKA BERAT DALAM PUTUSAN PN
TANJUNGPINANG NO. 308/PID.B/2015/PN.TPG
A. Analisis Dasar Pertimbangan Hukum Hakim dalam Putusan
PN Tanjungpinang No. 308/Pid,B/2015/PN.Tpg tentang
Kelalaian yang Menyebabkan Luka Berat.......................... .. 79
B. Analisis Hukum Pidana Islam terhadap Putusan PN
Tanjungpinang No. 308/Pid,B/2015/PN.Tpg tentang
Kelalaian yang Menyebabkan Luka Berat.......................... .. 85

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................

92

B. Saran ........................................................................................

93

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan.1Lalu
lintas merupakan sarana manusia dalam mobilitas kehidupan. Semakin tinggi
mobilitas manusia, maka semakin tinggi pula intensitas lalu lintas yang dapat
menyebabkan tingginya pula intensitas kecelakaan. Kecelakaan lalu lintas
merupakan salah satu dari sekian banyak masalah lalu lintas yang dihadapi oleh
pemerintah dari hampir semua negara di dunia yang memiliki jumlah penduduk
yang sangat besar, terutama di kota-kota metropolitan.2 Kecelakaan lalu lintas
adalah segala bentuk tabrakan, slip maupun kehilangan pengendalian yang terjadi
di ruas jalan yang dapat mengakibatkan luka atau kematian maupun kerusakan
pada benda.3
Terjadinya kecelakaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
faktor manusia sebagai pengguna jalan, faktor kendaraan, faktor kondisi jalan,
dan faktor lingkungan maupun alam. Faktor manusia merupakan faktor yang
paling dominan dalam kecelakaan, misalnya dengan melanggar rambu-rambu lalu
lintas, lalai bahkan ugal-ugalan dalam mengendarai kendaraan.

1

UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Andrew R. Cecil, Penegakan Hukum Lalu Lintas, (Bandung: Nuansa, 2011), 5.
3
UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

2

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Wirjono Prodjodikoro menyatakan, kesalahan pengemudi mobil sering
dapat disimpulkan dengan mempergunakan peraturan lalu lintas. Misalnya, ia
tidak memberikan tanda akan membelok, atau ia tidak mengendarai di jalur kiri,
atau pada suatu persimpangan ia tidak memberikan prioritas kendaraan lain yang
datang dari sebelah kiri, atau menjalankan mobil terlalu cepat melampaui batas
kecepatan yang ditentukan dalam rambu-rambu di jalan yang bersangkutan. Jika
salah atu pelanggaran lalu lintas ini terjadi, maka mudah untuk menganggap
adanya culpa apabila kemudian mobilnya menabrak mobil lain atau orang dengan
akibat ada orang terluka berat atau mati.4
Pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecelakaan merupakan faktor
kesalahan manusia. Kesalahan pengemudi adalah tidak adanya rasa hati-hati dan
lalai dalam mengemudikan kendaraannya. Dalam hukum pidana, kelalaian atau

culpa terletak antara sengaja dan kebetulan, culpa dianggap lebih ringan dari
sengaja, hukuman dari akibat perbuatan kelalaian atau culpa diadakan
pengurangan hukuman pidana.5

Culpa adalah kesalahan pada umumnya, tetapi dalam ilmu pengetahuan
hukum mempunyai arti teknis, yaitu suatu macam kesalahan si pelaku tindak
pidana yang tidak seberat seperti kesengajaan, yaitu kurang berhati-hati sehingga

4

Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, (Bandung: Refika Aditama,
2003), 81.
5
Andi Hamzah, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), 125.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

akibat yang tidak sengaja terjadi.6 Terdapat beberapa istilah yang digunakan
untuk menunjuk kata kealpaan, seperti recklessness, negligence, sembrono dan
teledor. Simon mengatakan bahwa umumnya kealpaan itu terdiri atas dua bagian,
yaitu tidak berhati-hati melakukan suatu perbuatan, di samping dapat menduga
akibatnya.7
Dalam kecelakaan lalu lintas, ancamaan hukuman kelalaian diatur dalam
Pasal 310 yang menyebutkan:8
(1) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena
kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan kerusakan
Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat
(2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan/atau
denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
(2) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena
kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka
ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 229 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta
rupiah).
(3) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena
kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka
berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(4) Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

6

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama,
2003), 72.
7
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 177.
8
UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Dalam penjelasan Pasal 229 ayat (3) dan (4) yang dimaksud luka ringan dan
luka berat adalah:9
Ayat 3: Yang dimaksud dengan “luka ringan” adalah luka yang mengakibatkan
korban menderita sakit yang tidak memerlukan perawatan inap di
rumah sakit atau selain yang di klasifikasikan dalam luka berat.
Ayat 4: Yang dimaksud dengan “luka berat” adalah luka yang mengakibatkan
korban:
a. jatuh sakit dan tidak ada harapan sembuh sama sekali atau
menimbulkan bahaya maut;
b. tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan
atau pekerjaan;
c. kehilangan salah satu pancaindra;
d. menderita cacat berat atau lumpuh;
e. terganggu daya pikir selama 4 (empat) minggu lebih;
f. gugur atau matinya kandungan seorang perempuan; atau
g. luka yang membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih dari 30
(tiga puluh) hari.
Dalam hukum pidana Islam, tindak pidana yang menyebabkan luka
termasuk dalam tindak pidana atas selain jiwa. Yang dimaksud dengan tindak
pidana atas selain jiwa, seperti yang dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah
adalah setiap perbuatan menyakiti orang lain yang mengenai badannya, tetapi
tidak sampai menghilangkan nyawanya.10

ِ ‫ْف‬
Istilah tindak pidana atas selain jiwa (‫س‬

‫) ِجَايَةٌ َعلَى َما ُد ْو َن ال‬

digunakan

secara jelas oleh Hanafiyah. Inti dari unsur tindak pidana atas selain jiwa, seperti
yang dikemukakan dalam definisi di atas adalah perbutan menyakiti. Dengan
demikian yang termasuk dalam pengertian perbuatan menyakiti, setiap jenis

9

Ibid.
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), 178.

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

pelanggaran yang bersifat menyakiti atau merusak anggoa badan manusia, seperti
pelukaan, pemukulan, pencekikan, pemotongan, dan penempelengan. Oleh karena
itu sasaran tindak pidana ini adalah badan atau jasmani manusia, maka perbuatan
yang menyakiti perasaan orang tidak termasuk dalam definis di atas, karena
perasaan bukan jasmani dan sifatnya abstrak dan tidak konkret.11
Tindak pidana atas selain jiwa dengan tidak sengaja atau karena kesalahan
adalah:12

ِ ْ ‫اْطَأُ وما تَعمد فِي ِه‬
‫ص ِدالْعُ ْد َو ِان‬
ْ َ‫اَْ ِاِ الْف ْع َل ُد ْو َن ق‬
ْ َ َ َ َ ُ َْ ‫َو‬
“Perbuatan karena kesalahan adalah suatu perbuatan di mana pelaku sengaja
melakukan suatu perbuatan, tetap tidak ada maksud hukum”.
Dari definisi tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa dalam tindak
pidana atas selain jiwa dengan tidak sengaja, pelaku memang sengaja melakukan
suatu perbuatan, tetapi perbuatan tersebut sama sekali tidak dimaksudkan untuk
mengenai atau menyakiti orang lain. Namun kenyataannya memang ada korban
yang terkena suatu perbuatan itu. Sebagai contoh, seseorang yang melemparkan
batu dengan maksud untuk membuangnya, namun karena kurang hati-hati batu
tersebut mengenai orang lewat dan melukainya.13

11

Ibid.
Ibid.,180.
13
Ibid.,181.

12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Hukuman bagi pelaku tindak pidana atas jiwa yang tidak disengaja atau
karena kesalahan adalah dengan membayar diat.14 Diat adalah harta yang wajib
dibayarkan karena berbuat kriminil terhadap orang merdeka, baik dengan
membunuhnya maupun dengan menciderai anggota tubuhnya.15
Rasulullah bersabda:16

ٍ
ٍ
ِ
ِِ
ٍ
‫ب‬
َ َ‫َع ْن أَِِ بَ ْكربْ ِن َُُمد بْ ِن َح ْزم َع ْن أَبيه َع ْن َجدِه رضى اه ع ه أَن ال ِِ صلى اه عليه وسلم َكت‬
ِ
ٍ
ِ َ ‫ث وفِي ِه أَن من اِ ْعتَب‬
ْ ‫أِ ََ أَ ْ ِل الْيَ َم ِن فَ َذ َكَر‬
َ ‫ط ُم ْؤمًا قَ ْتاً َع ْن بَيِ َة فَِإنهُ قَ َوٌد إِا أَ ْن يَ ْر‬
َ ْ َ ْ َ َ ْ‫اَْدي‬
ُ‫ضى أ َْوليَاء‬
ِ ِ ِ
ِ ‫ُوعب ج ْدعه الدِيةُ وِِ الِس‬
ِ ِِ ِ ِ
ِ ‫الْ َم ْقتُ ْوِل َوإِن ِِ ال ْف‬
ِِ‫ان الدِيَةُ َو‬
َ َ َ ُ ُ َ َ ‫س الدِيَةَ مائَةً م ْن اَأب ِل َوِ اْأَنْف إذَا أ‬
ِ ْ َ ‫العْي‬
ِ ْ َ‫ضت‬
ِ ْ َ‫الس َفت‬
ِ ‫ْ الدِيَةُ وِِ الص ْل‬
‫ْ الدِيَةُ َوِِ الر ْج ِل‬
َ ‫ْ الدِيَةُ َوِِ الذ ْكر الدِيَةُ َوِِ البَ ْي‬
َ ِِ‫ب الدِيَةُ َو‬
َ
ِ
ِ ‫الْو‬
ِ ‫اح َدةِ نِصف الدِي ِة وِِ الْمأْموم‬
ِ ِ ُ ُ‫اَْائَِف ِة ثُل‬
‫س َع ْشَرةَ ِم َن‬
ْ ِِ‫ث الدِيَِة َو‬
ُ ُ‫ت ثُل‬
َُْ َ َ َ ُ ْ
َ
َ ََْ ‫ث الدِيَة َوِ الْ ُمَ ِقلَة‬
ِ ‫اأبِ ِل وِِ ام‬
ِ ‫اأبِ ِل وِِ ُك ِل إِصب ٍع ِمن أَصابِ ِع الْي ِد والِرج ِل َع ْشر ِمن ا ِإبِ ِل وِِ ال ِس ِن ََْس ِمن‬
ِ
‫وض َح ِة‬
ْ
ْ
َ
َ
ْ
َ
ٌ
َ
ْ
َ
َ
َ
َ
َ
ٌ
ُ
ِ ‫ََْس ِمن‬
ِ َ ‫اأبِ ِل وإِن الر ُجل يُ ْقتَل بِامرأَةِ و َعلَى أَ ْ ِل الذ‬
‫ف ِديَْا ٍر ُأخرجه أبو داود‬
ُ ْ‫ب أَل‬
َ َْ ُ َ
َ
َ ٌ

“Dari Abu Bakar bin Muhammad bin ‘Amr bin Hazam dari ayahnya dari
kakeknya ra. Bahwa Nabi Saw mengirim surat kepada penduduk Yaman,
kemudian menyebutkan hadis yang isinya ialah barangsiapa membunuh
seorang mukmin secara tidak benar, maka hukumannya adalah kisas kecuali
apabila ahli waris yang terbunuh merelakannya. Sesungguhnya dalam
pembunuhan terdapat diat seratus ekor unta, dalam memotong hidung terdapat
diat, dalam llisan terdapat diat, dalam dua bibir terdapat diat, dalam zakar
terdapat diat, dalam kedua biji pelir terdapat diat, dalam tulang belakang
terdapat diat, dalam kedua mata terdapat diat, dalam satu kaki setengah diat,
dalam melukai otak sepertiga diat, dalam luka tusuk sepertiga diat, dalam luka
menggeser tulang terdapat lima belas ekor (diat), dalam setiap jari tangan dan
kaki sepuluh unta, dalam satu gigi lima unta, dan dalam luka yang
menampakkan tulang lima ekor unta (diat). Sesungguhnya seorang laki-laki

14

Ibid., 196.
Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar AlHusaini, Kifaya>tul Akhya>r, ter. Achmad Zaidun dan A. Ma’ruf
Asrori (Surabaya: Bina Ilmu, 1996), 29.
16
Faishal Amin dkk., Menyingkap Sejuta Permasalahan dalam Fath Al-Qarib, (Kediri: Lirboyo,
2015), 597.
15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

dibunuh dengan sebab membunuh seorang perempuan, dan atas pemilik emas
seribu dinar (diat). (HR. Abu Dawud)
Diat merupakan hukuman pokok apabila jinayahnya menyerupai sengaja
atau kesalahan. Diat, baik sebagai hukuman pokok maupun sebagai hukuman
pengganti, digunakan untuk pengertian diat yang penuh (ka>milah), yaitu 100
(seratus) ekor unta. Adapun untuk hukuman yang kurang dari diat penuh

(ka>milah) maka digunakan istilah irsh. Walaupun demikian, kebanyakan pada
ulama mungkin untuk mempemudah penyebutan tetap menggunakan diat untuk
hukuman yang seharusnya digunakan istilah irsh. Hukuman diat (ka>milah)
berlaku apabila manfaat jenis anggota badan hilang seluruhnya, seperti hilangnya
dua tangan. Sedangkan irsh berlaku apabila manfaat jenis anggota badan itu
hilang sebagian, sedangkan sebagian lagi masih utuh. Contohnya seperti
hilangnya satu (sebelah) tangan, satu (sebelah) kaki, atau satu jari.17
Berkaitan dengan hukuman bagi pelaku kelalaian yang menyebabkan luka
berat, penulis mencoba menganalisis putusan Pengadilan Negeri Tanjungpinang
Nomor: 308/Pid.B/2015/PN.Tpg dengan korban yang mengalami luka berat
adalah Surtina Binti Rajiman. Bahwa pada hari Rabu tanggal 15 Juli 2015 sekitar
pukul 12.00 WIB, terdakwa Ahmad Ariyanto mengendarai sepeda motor Tiger
Nopol BP 2516 TO dengan kecepatan 70 s/d 80 Km/Jam di jalan Indunsuri dekat
Gereja Donbosko Tanjung Uban Kecamatan Bintan Utara Kabupaten Bintan
menuju arah Tanjung Uban, sesampainya di tikungan jalan Indunsuri terdakwa
17

Ahmad wardi Muslich, Hukum Pidana Islam…,196.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

hendak menikung ke arah kiri tetapi terdakwa tidak mampu mengendalikan
sepeda motornya sehinggaberjalan kelajur kanan atau berada di luar jalur yang
semestinya dan menabrak korban Surtina Binti Rajiman yang sedang berjalan
menggunakan sepeda motor Yamaha Mio Nopol BP 4873 CB.18
Akibat kecelakaan tersebut korban mengalami robek pelipis kanan, retak
tulang tengkorak, patah tulang tangan, dan kaki kanan diamputasi, sehingga
mengakibatkan cacat tetap pada fungsi alat gerak kaki kanan dan mengakibatkan
tergangggunya (terbatasnya) korban dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Atas luka yang dialami oleh korban, terdakwa tidak memberikan bantuan
santunan ataupun uang ganti rugi kepada korban atas kecelakaan ini, meskipun
terdakwa mempunyai kewajiban untuk memberikan biaya santunan sebagaimana
diatur dalam Pasal 235 ayat 2 UU Nomor 22 Tahun 2009. Majelis Hakim dalam
perkara ini menjatuhkan pidana penjara selama 6 (enam) bulan, 4 (empat) bulan
lebih ringan daripada tuntutan JPU (Jaksa Penuntut Umum yaitu 10 (sepuluh)
bulan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisis sanksi
hukuman terhadap pelaku kelalaian yang menyebabkan luka berat. Bahwa
terdakwa telah terbukti karena kelalaiannya menyebabkan korban luka berat dan
kerugian secara materi. Di dalam fakta persidangan, terdakwa juga tidak
memberikan uang santunan atau uang ganti rugi kepada korban atas kecelakaan

18

Putusan PN Tanjungpinang No: 308/Pid.B/2015/PN.Tpg, 3.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

ini. Sedangkan di dalam hukum pidana Islam hukuman bagi pelaku kelalaian yang
menyebabkan luka adalah diat (ganti rugi) yang jumlahnya berbeda untuk
masing-masing anggota badan. Berdasarkan hal tersebut, melatar belakangi
penulis untuk mengangkatnya menjadi topik pembahasan penulisan skripsi
dengan

judul

“TINJAUAN

PERTIMBANGAN

HAKIM

HUKUM

PIDANA

TENTANG

ISLAM

TERHADAP

KELALAIAN

YANG

MENYEBABKAN LUKA BERAT DALAM PASAL 310 ayat (3) UU NO. 22
TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (Studi
Putusan: No. 308/Pid.B/2015/PN.Tpg)”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi
beberapa masalah yang timbul sebagai berikut :
1. Kelalaian dalam hukum pidana dan hukum pidana Islam.
2. Klasifikasi tindak pidana atas selain jiwa menurut hukum pidana Islam.
3. Sanksi terhadap pelaku kelalaian yang menyebabkan luka berat dalam
perspektif hukum pidana dan hukum pidana Islam.
4. Dasar hukum Hakim Pengadilan Negeri Tanjungpinang dalam memutus
perkara tindak pidana kelalaian yang menyebabkan luka berat, yaitu UU
No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

5. Pertimbangan Hakim dalam putusan Pengadilan Negeri

Tanjungpinang

Nomor: 308/Pid.B/2015/PN.Tpg.
6. Tinjauan hukum pidana Islam terhadap putusan Pengadilan Negeri
Tanjungpinang Nomor: 308/Pid.B/2015/PN.Tpg tentang kelalaian yang
menyebabkan luka berat.

C. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah diatas, maka penulis memberikan batasan
masalah sebagai berikut:
1. Pertimbangan Hakim dalam putusan Pengadilan Negeri

Tanjungpinang

Nomor: 308/Pid.B/2015/PN.Tpg tentang kelalaian yang menyebabkan luka
berat dalam Pasal 310 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan.
2. Tinjauan hukum pidana Islam terhadap putusan Pengadilan Negeri
Tanjungpinang Nomor: 308/Pid.B/2015/PN.Tpg tentang kelalaian yang
menyebabkan luka berat.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

D. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah diatas, maka penulis memberikan rumusan masalah
dalam penulisan karya tulis ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pertimbangan Hakim dalam putusan Pengadilan Negeri
Tanjungpinang Nomor: 308/Pid.B/2015/PN.Tpg tentang kelalaian yang
menyebabkan luka berat dalam Pasal 310 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan?
2. Bagaimana tinjauan hukum pidana Islam terhadap putusan Pengadilan
Negeri Tanjungpinang Nomor: 308/Pid.B/2015/PN.Tpg tentang kelalaian
yang menyebabkan luka berat?

E. Kajian Pustaka
Kajian

pustaka

pada

dasarnya

adalah

deskripsi

ringkas

tentang

kajian/penelitian yang sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang akan
diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak
merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.
Dalam skripsi yang ditulis oleh Bidayatul Masruroh prodi Siyasah Jinayah
yang berjudul “Tinjauan Fikih Jinayah Terhadap Penerapan UU No. 22 Tahun

2009 Tentang Lalu Lintas dan angkutan Jalan Pasal 310 di PN Lamongan: Studi
Putusan No. 229/Pid.B/2012/PN.Lmg Yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal
Dunia”. Dalam penelitian tersebut, penulis menitikberatkan pembahasan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

mengenai hukuman bagi pelaku tindak pidana kelalaian berkendara yang
menyebabkan orang lain meninggal dunia.19
Dalam skripsi yang ditulis oleh Reza Alfatah prodi siyasah jinayah yang
berjudul “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Kelalaian Pengemudi Yang

Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia, Luka Berat, Luka Ringan dan
Kerusakan Barang (Studi Putusan Nomor: 589/Pid.Sus/2015/PN.Bil)”. Dalam
penelitian tersebut penulis lebih mentitikberatkan pembahasan mengenai
hukuman kelalaian yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia yakni dengan
membayar diat dengan syarat mendapat pemaafan dari keluarga korban,
sedangkan hukuman untuk kelalaian yang mengakibatkan luka berat, luka ringan,
dan kerusakan barang tidak dibahas secara spesifik.20
Dalam skripsi yang ditulis oleh Yudi Elfas Jurusan Siyasah Jinayah yang
berjudul “Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Ganti Rugi Bagi Korban

Meninggal

Pada

Kecelakaan

(Analisis

Putusan

PN

Kendal

No.

117/Pid.B/2012/PN. Kdl). Dalam penelitian tersebut, penulis menitikberatkan

19

Bidayatul Masruroh, “Tinjauan Fikih Jinayah Terhadap Penerapan UU No. 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan angkutan Jalan Pasal 310 di PN Lamongan: Studi Putusan No.
229/Pid.B/2012/PN.Lmg Yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia”,(Skripsi--Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2014).
20
Reza Alfatah, “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Kelalaian Pengemudi Yang Menyebabkan
Orang Lain Meninggal Dunia, Luka Berat, Luka Ringan dan Kerusakan Barang (Studi Putusan
Nomor: 589/Pid.Sus/2015/PN.Bil)”, (Skripsi-Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya,
2016).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

pembahasan mengenai ganti rugi bagi korban meninggal pada kecelakaan
menurut hukum pidana dan hukum positif.21
Skripsi di atas memiliki kesamaan dengan dengan penelitian penulis, yaitu
sama-sama meneliti tentang kelalaian. Sedangkan perbedaannya adalah dalam
penelitian ini penulis fokus membahas mengenai kelalaian yang menyebabkan
luka berat ditinjau dalam hukum pidana Islam. Secara garis besar dalam skrispsi
ini, penulis akan memfokuskan pada 3 (tiga) pembahasan. Pertama, menjelaskan
tentang tindak pidana kelalaian menurut hukum pidana dan hukum pidana Islam.
Kedua, menjelaskan hukuman bagi pelaku kelalaian yang menyebabkan luka berat
dalam

putusan

Pengadilan

Negeri

Tanjungpinang

Nomor:

308/Pid.B/2015/PN.Tpg berdasarkan undang-undang. Ketiga, menjelaskan sanksi
hukuman

pada

putusan

Pengadilan

Negeri

Tanjungpinang

Nomor:

308/Pid.B/2015/PN.Tpg tentang kelalaian yang mengakibatkan luka berat
menurut hukum pidana Islam.

21

Yudi Elfas, “Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Ganti Rugi Bagi Korban Meninggal
Pada Kecelakaan (Analisis Putusan PN Kendal No. 117/Pid.B/2012/PN. Kdl)”, (skripsi-- Universitas
Islam Negeri Wali Songo, Semarang, 2015).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka secara garis besar penelitian ini
dilakukan dengan berbagai tujuan antara lain sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pertimbangan Hakim dalam putusan Pengadilan Negeri
Tanjungpinang Nomor: 308/Pid.B/2015/PN.Tpg tentang kelalaian yang
menyebabkan luka berat dalam Pasal 310 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
2. Untuk mengetahui tinjauan hukum pidana Islam terhadap putusan
Pengadilan Negeri Tanjungpinang Nomor: 308/Pid.B/2015/PN.Tpg tentang
kelalaian yang menyebabkan luka berat.

G. Kegunaan Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, penulis ingin mempertegas kegunaan hasil
penelitian yang ingin dicapai dalam skripsi ini sekurang-kurangnya dalam dua
aspek yaitu :
1. Aspek Keilmuan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan
pemikiran bagi mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum khususnya prodi
Hukum Pidana Islam. Serta dapat dijadikan bahan acuan dan landasan
pemahaman dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada penelitian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

berikutnya tentang hal-hal yang berkenaan dengan analisis hukum Islam
terhadap kelalalaian yang menyebabkan luka berat.
2. Aspek Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan bagi para penegak
hukum dan dapat dijadikan pertimbangan dalam menerapkan sanksi pidana
bagi pelaku kelalaiaan yang menyebabkan luka berat.

H. Defisi Operasional
1. Hukum pidana Islam merupakan terjemahan dari fikih jinayah. Fikih jinayah
adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan
kriminal yang dilakukan oleh orang-orang mukalaf (orang yang dibebani
kewajiban), sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil hukum yang
terperinci dari Alquran dan hadis.22
2. Pertimbangan Hakim adalah Pertimbangan yang disusun secara ringkas
mengenai fakta dan keadaan, beserta alat pembuktian yang diperoleh dari
pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa.23
3. Kelalaian atau Culpa adalah kesalahan pada umumnya, tetapi dalam ilmu
pengetahuan hukum mempunyai arti teknis, yaitu suatu macam kesalahan si

22

Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), 1.
M. Karjadi dan R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dengan Penjelasan dan
Komentar, (Bogor: Politea, 1997), 174.
23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

pelaku tindak pidana yang tidak seberat seperti kesengajaan, yaitu kurang
berhati-hati sehingga akibat yang tidak disengaja terjadi.24
4. Luka berat adalah luka yang mengakibatkan korban: jatuh sakit dan tidak ada
harapan sembuh sama sekali atau menimbulkan bahaya maut, tidak mampu
terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan, kehilangan
salah satu pancaindra, menderita cacat berat atau lumpuh, terganggu daya
pikir selama 4 (empat) minggu lebih, gugur atau matinya kandungan seorang
perempuan, dan luka yang membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih dari
30 (tiga puluh) hari.25

I. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah metode yang akan diterapkan dalam penelitian
yang akan dilakukan.26Dalam hal ini meliputi:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian pustaka (library

research), yaitu penelitian yang menekankan sumber informasinya dari bukubuku hukum, jurnal dan literatur yang berkaitan atau relevan dengan objek
penelitian.

24

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum…,72.
Penjelasan Pasal 229 ayat (4) UU No. 22 Tahun 2009.
26
Bambang Wahyu, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta : Sinar Grafika,2002), 17.
25

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

2. Sumber Data
a. Sumber data primer
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data.27Sumber data primer penelitian ini adalah
dokumen

putusan

Pengadilan

Negeri

Tanjungpinang

Nomor:

308/Pid.B/2015/PN.Tpg.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber tidak langsung yang
berfungsi sebagai pendukung terhadap kelengkapan penelitian yang
berasal dari kamus, ensiklopedia, jurnal, surat kabar, dan sebagainya.28
Diantaranya:
1) Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2003).
2) Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika,
2012)
3) Ahmad wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2005).
4) Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar AlHusaini, Kifayatul Akhyar, ter.
Achmad Zaidun dan A. Ma’ruf Asrori (Surabaya: Bina Ilmu, 1996).

27
28

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), 225.
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), 54.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

5) Faishal Amin dkk., Menyingkap Sejuta Permasalahan dalam Fath

Al-Qarib, (Kediri: Lirboyo, 2015).
6) Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,
2007).
7) Lamintang dan Franciscus Theojunior Lamintang, Dasar-dasar

Hukum Pidana di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014).
3. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitiannya yakni kajian pustaka (library

research), maka penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai
buku yang terkait dengan permasalahan yang diteliti, kemudian memilih
secara mendalam sumber data kepustakaan yang relevan dengan masalah
yang dibahas.
4. Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data yang terkait dengan permasalahan tersebut
kemudian akan diolah dengan beberapa teknik sebagai berikut:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali data-data yang berkaitan dengan
tindak pidana kelalaian yang menyebabkan luka berat yang diperoleh
dari berbagai buku dan dokumen-dokumen mengenai topik penelitian
terutama kejelasan makna, dan keselarasan antara data satu dengan
yang lainnya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematikan data yang berkaitan
dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan dan fikih jinayah yang diperoleh dalam kerangka uraian
yang telah direncanakan.
c. Analizing, yaitu melakukan analisis terhadap data yaitu mengenai
tinjauan terrhadap putusan Pengadilan Negeri Tanjungpinang Nomor:
308/Pid.B/2015/PN.Tpg dengan menggunakan kaidah, teori, dalil
hingga diperoleh kesimpulan akhir sebagai jawaban dari permasalahan
yang dipertanyakan.
5. Teknik Analisis Data
Teknis

analisis

data

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini

menggunakan teknik deskriptif analisis, dimana penulis menggambarkan atau
menguraikan tentang tindak pidana kelalaian yang menyebabkan luka berat
secara keseluruhan, mulai dari deskripsi kasus, landasan hukum yang dipakai
oleh Hakim, isi putusan kemudian dilakukan analisis berdasarkan data yang
ada.

J. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini membutuhkan pembahasan yang sistematis agar lebih mudah
dalam memahami dalam penulisan skripsi. Adapun sistematika pembahasan
skripsi tersebut secara umum adalah sebagai berikut:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Bab I, pada bab ini diuraikan tentang pendahuluan yaitu meliputi latar
belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,
kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II, bab ini membahas tentang konsep kelalaian menurut hukum pidana,
UU No. 22 Tahun 2009 dan fikih jinayah. Meliputi: pengertian, unsur-unsur,
macam-macam, serta sanksi hukumannya.
Bab III, bab ini mendiskripsikan tentang putusan Pengadilan Negeri
Tanjungpinang Nomor: 308/Pid.B/2015/PN.Tpg, meliputi: deskripsi kasus,
dakwaan, alat bukti, pertimbangan hakim, dan amar putusan.
Bab IV, bab ini membahas tentang analisis terhadap pertimbangan dan
dasar hukum Hakim pada putusan Pengadilan Negeri Tanjungpinang Nomor:
308/Pid.B/2015/PN.Tpg tentang kelalaian yang menyebabkan luka berat dan
analisis hukum pidana Islam terhadap putusan Pengadilan Negeri Tanjungpinang
Nomor: 308/Pid.B/2015/PN.Tpg tentang kelalaian yang menyebabkan luka berat.
Bab V, bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari
penelitian ini.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
PERTIMBANGAN HAKIM DAN SANKSI BAGI PELAKU KELALAIAN YANG
MENYEBABKAN LUKA BERAT MENURUT UU NO. 22 TAHUN 2009 DAN
HUKUM PIDANA ISLAM

A. Pertimbangan Hakim
1. Pengertian Hakim
Menurut Pasal 1 angka 8, Hakim adalah pejabat peradilan negara
yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili.1 Yang
dimaksud “mengadili” adalah serangkaian tindakan Hakim untuk menerima,
memeriksa, dan memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur, dan
tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang.2 Di dalam UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman menjelaskan bahwa Hakim adalah Hakim pada
Mahkamah Agung dan Hakim pada badan peradilan yang berada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan militer
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan Hakim pada pengadilan
khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.3

1

M. Karjadi dan R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dengan Penjelasan dan
Komentar, (Bogor: Politea, 1997), 9.
2
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), 80.
3

UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

2. Pertimbangan Hakim
Pertimbangan Hakim dalam suatu putusan di atur dalam KUHAP
Pasal 197 huruf d yang berbunyi:4
“Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan,
beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang
menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa”.
Yang dimaksud dengan “fakta dan keadaan” di sini adalah segala apa
yang ada dan apa yang ditemukan di sidang oleh pihak dalam proses, antara
lain penuntut umum, saksi, ahli, terdakwa, penasihat hukum dan saksi
korban.5 Bentuk-bentuk pertimbangan Hakim yaitu:6
a) Pertimbangan Yuridis
Pertimbangan yuridis adalah pertimbangan Hakim yang
didasarkan pada fakta-fakta yuridis yang terungkap di dalam
persidangan dan oleh undang-undang telah ditetapkan sebagai hal
yang harus dimuat di dalam putusan. Adapaun pertimbangan Hakim
yang digolongkan sebagai pertimbangan yuridis yaitu:
1) Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
Jika dalam tuntutan perdata disebut gugatan, maka dalam
perkara pidana disebut dengan dakwaan. Dakwaan merupakan

4

M. Karjadi dan R. Soesilo, Kitab Undang-Undang…, 174.
Ibid., 175.
6
Nurhafifah dan Rahmiati, “Pertimbangan Hakim dalam Penjatuhan {Pidana Terkait Hal yang
Memberatkan dan Meringankan”, Kanun Jurnal Ilmu Hukum, 66 (Agustus, 2015), 347.

5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

dasar penting hukum acara pidana, karena berdasarkan hal yang
dimuat dalam surat itu, hakim akan memeriksa perkara itu.7
Apabila Penuntut Umum berpendapat bahwa dari hasil
penyidikan dapat dilakukan penuntutan, ia dalam waktu
secepatnya membuat surat dakwaan. Yang dimaksud dengan
penuntutan menurut Pasal 1 angka 7 KUHAP adalah tindakan
Penuntut

Umum

untuk

melimpahkan

perkara

pidana

ke

Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya
diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang pengadilan.
Hakikatnya, surat dakwaan berfungsi sebagai dasar pemeriksaan
bagi Hakim di dalam sidang pengadilan.8
2) Keterangan Terdakwa
Keterangan terdakwa menurut Pasal 189 ayat (1) yaitu:
“Apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan
yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami
sendiri”.9
3) Keterangan Saksi
Saksi menurut Pasal 1 angka 26 yaitu:
“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidik penuntutan dan peradilan tentang suatu
7

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009, 167.
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan…., 64.
9
M. Karjadi dan R. Soesilo, Kitab Undang-Undang…., 167.
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan
alami sendiri”.
Keterangan saksi menurut Pasal 1 angka 27 yaitu:
“salah satu alat bukti dalam perkara pidana berupa keterangan
dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan alami sendiri dengan menyebut
alasan dari pengetahuannya itu”.10
4) Barang Bukti
Meskipun barang bukti bukan sebagai alat bukti, namun
apabila penuntut umum menyebutkan barang bukti itu di dalam
surat dakwaannya, kemudian mengajukannya barang bukti itu
kepada

Hakim,

Hakim

ketua

dalam

pemeriksaan

harus

memperlihatkannya, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi.
Adanya barang bukti dalam persidangan akan menambah
keyakinan Hakim dalam memutus suatu perkara.11
5) Pasal-Pasal Peraturan Hukum Pidana
Salah satu hal yang sering terungkap di dalam proses
persidangan adalah pasal-pasal peraturan hukum pidana. Pasalpasal ini bermula terlihat dan terungkap pada surat dakwaan Jaksa
Penuntut Umum, yang diformulasikan sebagai ketentuan hukum
pidana yang dilanggar oleh terdakwa. Pasal-pasal tersebut
kemudian dijadikan dasar pemidanaan atau tindakan oleh Hakim.

10
11

Ibid., 6.
Nurhafifah dan Rahmiati, “Pertimbangan Hakim…, 351.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Dalam praktik persidangan, pasal peraturan hukum pidana itu
selalu dihubungkan dengan perbuatan terdakwa. Dalam hal ini,
penuntut umum dan hakim berusaha untuk membuktikan dan
memeriksa melalaui alat-alat buktti tentang apakah perbuatan
terdakwa itu telah atau tidak memenuhi unsur-unsur yang
dirumuskan dalam pasal peraturan tersebut.12
b) Pertimbangan Non Yuridis
Pertimbangan non yuridis adalah pertimbangan Hakim yang
didasarkan pada suatu keadaan yang tidak di atur dalam peraturan
perundang-undangan, namun keadaan tersebut melekat pada diri
pembuat tindak pidana. Pertimbangan non yuridis Hakim yaitu:13
1) Latar Belakang Pebuatan Terdakwa
Latar belakang perbuatan terdakwa adalah setiap keadaan
yang menyebabkan timbulnya keinginan serta dorongan keras
pada diri terdakwa dalam melakukan tindak pidana kriminal.
Faktor ekonomi misalnya merupakan contoh yang sering menjadi
latar belakang kejahatan.
2) Akibat Perbuatan Terdakwa
Akibat dari perbuatan pidana yang dilakukan terdakwa
sudah pasti menimbulkan korban ataupun kerugian pada pihak
12
13

Ibid.
Ibid., 352.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

lain. Akibat yang demikian ini juga menjadi pertimbangan oleh
hakim.
3) Kondisi Terdakwa
Kondisi diri terdakwa adalah keadaan fisik maupun psikis
terdakwa

sebelum

melakukan

kejahatan.

Keadaan

psikis

dimaksudkan adalah berkaitan dengan perasaan, misalnya dalam
keadaan

marah

karena

mempunyai

perasaan

dendam,

mendapatkan ancaman atau tekanan dari orang lain.
3. Faktor-Faktor yang Diperhatikan
Jika Hakim menjatuhkan pidana, harus dalam rangka menjamin
tegaknya kebenaran, keadilan, dan kepastian hukum bagi seseorang. Jadi
bukan hanya balas dendam, rutinitas pekerjaan ataupun bersifat formalitas.
Praktik sehari-hari, baik oleh Penuntut Umum maupun Hakim, faktor-faktor
yang dikemukakan dalam tuntutan dan penjatuhan pidana adalah dua hal
pokok, yaitu hal-hal yang meringankan dan memberatkan. Faktor-faktor yang
meringankan antara lain, terdakwa masih muda, berlaku sopan dan mengakui
perbuatannya. Faktor-faktor yang memberatkan antara lain, memberi
keterangan yang berbelit-belit, meresahkan masyarakat, merugikan negara
dan sebagainya.14

14

Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan…., 89.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Hal-hal

yang

meringankan

dan

yang

memberatkan

pidana

sebagaimana tercantum dalam Pasal 134 (Pasal 113) dan Pasal 136 (Pasal
115) naskah Rancangan KUHP baru, yaitu sebagai berikut:15
a) Pidana diperingan
1) Seseorang yang mencoba melakukan tindak pidana;
2) Seseorang yang membantu terjadinya tindak pidana;
3) Seseorang yang dengan suka rela menyerahkan diri kepada yang
berwajib setelah melakukan tindak pidana;
4) Wanita hamil melakukan tindak pidana;
5) Seseorang yang dengan sukarela memberi ganti kerugian layak
atau

memperbaiki

kesrusakan

akibat

tinda

pidana

yang

dilakukannya;
6) Seseorang yang melakukan tindak pidana karena keguncangan
jiwa;
7) Seseorang yang melakukan tindak pidana, kurang dapat
dipertanggungjwabkan karena menderita gangguan jiwa atau
penyakit jiwa.
b) Pidana diperberat
1) Pegawai negeri yang melanggar suatu kewajiban jabatan khusus
diancam dengan pidana atau pada waktu melakukan tindak pidana

15

Ibid., 92.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

menggunakan kekuasaan, kesempatan, atau upaya yang diberikan
kepadanya karena jabatan;
2) Setiap

orang

yang

melakukan

tindak

pidana

dengan

menyalahgunakan bendera kebangsaan, lagu kebangsaan, atau
lambang negara Indonesia;
3) Setiap orang yang melakukan tindak pidana menyalahgunakan
keahlian atau profesinya;
4) Orang dewasa melakukan tindak pidana bersama dengan anak di
bawah umur delapan belas tahun;
5) Setiap orang yang melakukan tindak pidana dengan bersekutu,
bersama-sama, dengan kekerasan, dengan cara kejam, atau dengan
berencana;
6) Setiap orang yang melakukan tindak pidana pada waktu negara
dalam keadaan bahaya;
7) Setiap orang yang melakukan tindak pidana pada waktu huru-hara
atau bencana;
8) Hal-hal yang ditentukan secara khusus dalam suatu perundangundangan;
9) Setiap orang yang melakukan pengulangan tindak pidana dalam
waktu lima tahun.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

4. Putusan Hakim
Bentuk putusan yang akan dijatuhkan pengadilan tergantung hasil
musyawarah Hakim yang bertitik tolak dari surat dakwaan dengan segala
sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang pengadilan. Putusan yang
akan dijatuhkan pengadilan mengenai suatu perkara, bisa berbentuk sebagai
berikut: 16
a) Putusan Bebas, adalah jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil
pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang
didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan
(Pasal 191 ayat 1 KUHAP);
b) Putusan Lepas, adalah jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan
yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu
bukan merupakan suatu tindak pidana (Pasal 191 ayat 2 KUHAP);
c) Putusan Pemidanaan, adalah jika pengadilan berpendapat bahwa
terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan
kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana (Pasal 193
KUHAP).

16

Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),
347.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsb

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52