Dakwah virtual Lembaga Spirit Dakwah Indonesia (SPIDI) Tulungagung.

(1)

DAKWAH VIRTUAL

LEMBAGA SPIRIT DAKWAH INDONESIA (SPIDI)

TULUNGAGUNG

T E S I S

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam

Oleh:

Mochammad Sinung Restendy

F02715157

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

A B S T R A K

Mochammad Sinung Restendy, 2017. Dakwah Virtual Lembaga Spirit Dakwah Indonesia Tulungagung. Tesis Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Dakwah, Virtual

Spirit Dakwah Indonesia sebagai lembaga dakwah merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi dan inovasi dakwah, dan tidak memihak pada kepentingan aliran. Melalui dakwah virtual Spirit Dakwah Indonesia merasa memiliki tanggung jawab moral untuk menyampaikan informasi keislaman secara benar. melalui internet dengan bentuk meme dan vlog.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1)Mengapa Lembaga Spirit Dakwah Indonesia menjadikan media virtual sebagai wilayah dakwahnya, 2) Bagaimana bentuk dakwah virtual Spirit Dakwah Indonesia, dan 3) Bagaimana proses dakwah virtual Lembaga Spirit Dakwah Indonesia

Sedangkan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan konsep dan alasan yang melatar belakangi dakwah virtual Lembaga Spirit Dakwah Indonesia, 2) Untuk mendeskripsikan bentuk dakwah virtual Lembaga Spirit Dakwah Indonesia, dan 3) Untuk mendeskripsikan proses dakwah virtual Lembaga Spirit Dakwah Indonesia

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah meme dan vlog sebagai media dakwah virtual Lembaga Spirit Dakwah Indonesia. Teknik pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi dan digali melalui sumber data primer (primary sources) dan sumber data sekunder (secondary sources). Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah metode interpretatif dan metode analisis kualitatif, yaitu melalui tahap Reduksi data, yaitu pengumpulan data penelitian; Klasifikasi data, yaitu melakukan klasifikasi data sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian; Verifikasi data, yaitu membuat kesimpulan dari hasil penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah di atas kesimpulan dari penelitan ini ini adalah a) Konsep Dakwah virtual Spirit Dakwah Indonesia menjadi bagian penting dari makna media yang juga sebagi pesan dakwah dalam virtualspace b) Meme dan Vlog dipandang sebagai bentuk dakwah di media virtual paling efektif, yang diterapkan oleh Spirit Dakwah Indonesia, dimana meme dan vlog menjadi embrio budaya bagi anak anak digital dewasa ini c) Proses dakwah virtual Spirit Dakwah Indonesia diawali dengan pembelajaran membuat meme dan vlog dakwah yang baik dan benar, sehingga ketertarikan untuk share dan membuat meme dan vlog dakwah membentuk karakter diri yang tangguh sesuai harapan Spirit Dakwah Indonesia untuk Generasi Super Indonesia 2030. Rekomendasinya adalah pembentukan di daerah daerah Lembaga Krisis Virtual Center yang menangani kerentanan virtual dan resiko virtual dalam masyarakat.


(7)

D A F T A R I S I

SAMPUL DEPAN ... i

JUDUL DALAM ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PERSETUJUAN PENGUJI ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Kegunaan Penelitian ... 16

E. Penegasan Istilah ... 17

F. Kajian Penelitian Terdahulu ... 18

G. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II DAKWAH VIRTUAL A. Konsep Dakwah Dalam Islam ... 24

1. Pengertian Dakwah ... 24

2. Metode Dakwah ... 29

B. Konsep Dakwah Virtual ... 34

1. Pengertian Virtual ... 34

2. Dahwah Virtual ... 35


(8)

4. Pemanfaatan Internet Untuk Berdakwah ... 38

5. Strategi Berdakwah Melalui Internet ... 41

6. Dahwah Virtual Juga Bisa Disebut Ciber Dakwah ... 43

7. Macam-Macam Media Virtual ... 50

8. Peranan Media Sosial Dalam Pengembangan Dakwah ... 52

C. Konsep Meme Dan Vlog 1. Konsep Meme ... 55

2. Perkembangan Meme di Indonesia ... 58

3. Pengertian Vlog ... 64

4. Tujuan Vlog ... 69

5. Cara Menggunakan Vlog ... 70

D. Alur Berfikir ... 72

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 76

B. Kehadiran Peneliti dan Lokasi Penelitian ... 78

C. Sumber Data Penelitian ... 79

D. Tehnik Pengumpulan Data ... 80

BAB IV DAKWAH VIRTUAL SPIRIT DAKWAH INDONESIA A. Profil Spirit Dakwah Indonesia ... 95

1. Sejarah Spirit Dakwah Indonesia ... 88

2. Struktur Kelembagaan Spirit Dakwah Indonesia ... 91

3. Program Kegiatan di Spirit Dakwah Indonesia ... 92

B. Konsep Dakwah Virtual Spirit Dakwah Indonesia... 95

C. Bentuk Dakwah Virtual Spirit Dakwah Indonesia ... 106

D. Proses Dakwah Virtual Spirit Dakwah Indonesia ... 111

BAB V ANALISIS DAKWAH VIRTUAL LEMBAGA LEMBAGA SPIRIT DAKWAH INDONESIA A. Analisis Konsep Dakwah Virtual Spirit Dakwah Indonesia .... 115


(9)

C. Analisis Proses Dakwah Virtual Spirit Dakwah Indonesia ... 126

BAB VI KESIMPULAN

A. Kesimpulan ... 129 B. Rekomendasi ... 130 DAFTAR PUSTAKA


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tekhnologi merupakan salah satu hal penting yang dapat mempengaruhi karakter generasi penerus bangsa. Hal ini menjadi perhatian pemerintah dan akademisi untuk membentuk remaja berkarakter, berjiwa nasionalis dan religius. Masa remaja merupakan waktu kritis untuk pengembangan akhlak, nilai-nilai dan kebiasaan yang hanya akan dirasakan satu kali seumur hidupnya untuk dituntut menjadi kader yang dihadapkan pada tantangan global. 1

Namun, yang terjadi pada remaja saat ini ialah maraknya kasus-kasus perilaku seks bebas yang mengakibatkan kehamilan di luar nikah, pemerkosaan, merebaknya pelacuran di kalangan remaja, aborsi, penyakit menular seksual, pelecehan seksual dan penyimpangan-penyimpangan seksual.2 Data Komnas PA Tahun 2015, sebanyak 97% remaja pernah menonton film porno dan 93,7% mengaku sudah tidak perawan lagi. Dari 3.339 kasus yang dilaporkan kepada Komnas Anak pada 2013, sebanyak 58 persen merupakan kasus kejahatan seksual. Sedangkan data HIV/AIDS terdapat 1.283 kasus yang diperkirakan 52.000 terinfeksi (fenomena gunung

1

Prihartini, T., Nuryoto, S., Aviatin, T, “Hubungan antara komunikasi efektif tentang seksualitas dalam keluarga dengan sikap remaja awal terhadap pergaulan bebas antar lawan jenis”, Jurnal Psikologi, Vol. 6, No.2. (Maret, 2007). 12.

2

Komnas PA, Data Moralitas Remaja Indonesia 2015, Kompas terbitan Juni 2015 Edisi II.


(11)

2

es) dan 70% adalah remaja. Sementara soal data penyalahgunaan narkoba menunjukkan, dari 3,2 juta jiwa yang ketagihan narkoba, 78% adalah remaja. 3

Menurut Cheppy Haricahyono dalam buku Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral, moral adalah sesuatu yang berkaitan, atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar salahnya suatu tingkah laku. Remaja sekarang terjebak dalam lingkungan yang lebih mengedepankan corak hedonisme (acuh tak acuh) yang merupakan anak kandung kapitalisme. Mereka seperti kehilangan arah dan tujuan mereka yang dibutakan oleh kesenangan sesaat. Media cetak dan media elektronik sekarang juga mulai terjangkit virus arus globalisasi, bacaan dan tontonan yang kita saksikan setiap hari tak jarang kurang memperhatikan moral, sopan santun dan etika. Lebih parahnya lagi Lembaga Pertelivisian Indonesia banyak menarik film-film kartun yang katanya kurang mendidik dan malah membiarkan sinetron-sinetron yang kurang bermoral, menjadi suguhan dan tontonan sehari hari bagi anak dan remaja. Kejadian kejadian dan informasi yang belakangan kita temui yaitu, bagaimana berita tentang kemerosotan moral dan integrasi budaya, seperti peristiwa seorang siswa SMP memberi kue ulang tahun dan hadiah kepada seorang siswi SD dan bahkan dalam berita itu di perlihatkan foto-foto mereka yang saling merangkul dan berpelukan. Bayangkan saja mereka yang masih SMP dan SD saja sudah berani berpelukan di depan teman-teman mereka, apa lagi kalau keadaan sepi dan bagaimana saat remaja nanti. 4 Remaja putri sekarang juga sudah terjangkit virus Fast Food Culture, Fun behavior of

3

Santrock, J.W, Adolescence: Perkembangan Remaja ( Jakarta: Erlangga,2006), 4


(12)

3

hedons and Trend fashion of western. Pakaian mereka sekarang cenderung terbuka dan ketat, berpakaian tapi seperti telanjang dan fungsi pakaian yang seharusnya sebagai penutup malah terlihat seperti membungkus. Mereka tidak malu memajang foto-foto yang kurang etis di akun media sosial.5

Pada saat ini, remaja tidak dapat lepas dari tekhnologi internet, sehingga internet sangat diperlukan dalam mendukung aktifitas belajar maupun aktifitas sosial. Hanya dengan mengetik kata kunci pada search engine maka milyaran informasi akan muncul sesuai dengan kata kunci tersebut.6

Aktifitas anak muda dalam menggunakan internet semakin hari semakin banyak. Data menunjukkan Indonesia di peringkat ke-6 terbesar di dunia dalam hal jumlah pengguna internet, pada tahun 2017, eMarketer memperkirakan netter Indonesia bakal mencapai 112 juta orang, mengalahkan Jepang di peringkat ke-5 yang pertumbuhan jumlah pengguna internetnya lebih lamban. Secara keseluruhan, jumlah pengguna internet di seluruh dunia diproyeksikan bakal mencapai 3 miliar orang pada 2015. tiga tahun setelahnya, pada 2018, diperkirakan sebanyak 3,6 miliar manusia di bumi bakal mengakses internet setidaknya sekali tiap satu bulan. 7

5 Brynko, B., “Greeting The Barbarians at The Gate”. (NFAIS: Dalam Information Today, 2009), 32.

6

Sarwono, S.W, Psikologi Remaja. ( Jakarta: Rajawali Pers 2013 ), 12. 7


(13)

4

Gambar 1.1 Peringkat negara pengguna internet tahun 2013-2018

Melihat peringkat Indonesia dan pengguna internet yang terus meningkat membawa nilai positif dan juga negatif bagi anak dan remaja. Dampak positif internet bagi pelajar, yaitu bagi yang hobi tulis menulis, bercerita dapat mempublikasikannya lewat meme, blog, vlog. Namun juga harus diperhatikan etika dan aturannya, sehingga tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan. Tulisan pada internet akan menjadi referensi sepanjang masa dengan sistem internet yang 24 jam non stop. Dan diharapkan dapat bermanfaat dari generasi ke generasi. 8

Namun dampak negatif jauh lebih dirasakan dari penggunaan tekhnologi terutama internet mengakibatkan remaja cenderung untuk melakukan pornografi, budaya hedonis, ketergantungan pada media sosial bahkan radikalisme. Remaja dan anak anak mengenal internet diawali dari era

8

American Library Association. 2004. “Information Literacy Competency Standards for

Higher Education”. Dalam http://www.ala.org/acrlstandards/informa-tionliteracycompetecy.html, diunduh 11 November 2016.


(14)

5

1990-an, saat itu merupakan era baru di dunia teknologi informasi. Kita dikenalkan dengan berbagai perangkat dan aplikasi-aplikasi canggih di bidang teknologi informasi. Perkembangan ini sangat terasa di dunia pendidikan. Konsep-konsep dan model pembelajaran mengalami perubahan yang signifikan. Munculnya konsep e-learning, e-research, e-publication,

merupakan efek dari lahirnya teknologi canggih tersebut. Konsep-konsep ini tentu saja untuk mengakomodir gaya atau karakter peserta didik, yakni generasi yang lahir di era 1990-an yang disebut digital native. 9

Menurut Jim Marteney (2010), digital native adalah generasi yang lahir di era 1994 hingga sekarang yang dibagi dalam enam kategori, yaitu:

1. the greatest generation (World War II, 1901–1924), 2. the silent generation (1925–1942),

3. the baby boomers (1943–1960), 4. generation X (1961–1981), 5. millennial (1982–2002),

6. digital natives (generasi Z atau Internet generation. 10

Dengan jelas bahwa generasi digital native adalah mereka yang lahir pada jaman digital dan berinteraksi dengan peralatan digital pada usia dini. Anak-anak yang lahir setelah tahun 1990-an tergolong sebagai awal generasi digital native. Namun, bila ingin dikatakan sebagai sebuah generasi, yang

9

Avarez, B.A. “Digital Natives in The Information Age: How Student Study Habits Reflect

The Need for Change at A University Library”, (Oxford : Education Style, 2009), 11. 10

Bennett, S., Maton, K., and Kervin, L. 2008. “The Digital Natives Debate: A Critical Review of The Evidence. Dalam British Journal of Educational Technology, 39 (5), 775–786.


(15)

6

benar digital native adalah mereka yang lahir setelah tahun 2000. Merekalah penduduk asli dari sebuah dunia yang disebut dunia digital. 11

Generasi digital natives kadang disebut juga the native gadget yang lahir pada abad digital. Ciri yang menonjol dari generasi ini adalah mengganggap perangkat komunikasi sebagai bagian integral dari kehidupan. Itu sebabnya anak-anak yang lahir di era 1990-an sangat familier dengan gadget dan aplikasi-aplikasi di internet. Orang-orang yang tidak lahir pada abad digital tetapi mengadopsi teknologi baru dianggap sebagai digital immigrants karena ada proses adaptasi pada lingkungan dengan mengadopsi teknologi. Seseorang yang lahir di era digital tumbuh dan memperoleh pendidikan pada tingkat sekolah dasar dengan perangkat computer sehingga individu tersebut dianggap sebagai generasi digital natives. Generasi seperti itu sudah dihadapkan pada teknologi komputer sejak di pendidikan dasar. Mereka sangat akrab dengan aplikasi komputer untuk pemelajaran seperti, kuiz interaktif online, video games, handphone, internet, e-mail dan sebagainya. Persoalan muncul ketika orang tua, guru bahkan masyarakat yang mengajar justru dianggap sebagai generasi digital immigrants yang mungkin saja keterampilan literasi komputer didapatkan pada masa kuliah atau memasuki dunia kerja. 12

Generasi digital native hidup dalam kebebasan digital. Interaksi di media sosial menjadi andalan mereka dibandingkan dengan komunikasi konvensional. Mereka sangat peduli dengan identitas dan eksistensi dan hal

11

Marc Prensky . “Digital Natives Digital Immigrants” (Horizon: MCB University Press, 2001), 05.

12


(16)

7

ini diekspresikan secara terbuka di dunia maya. Mereka lebih menyukai tantangan dan membenci rutinitas. 13 Tidak suka menunggu dan didikte, tetapi lebih memilih belajar dengan metode sendiri menggunakan teknologi multimedia. Mereka cenderung menolak komunikasi searah dalam bentuk apapun, baik offline maupun online. Dunia digital mendorong orang untuk berbagi dan berkolaborasi dan ini menjadi salah satu ciri digital native. Mereka suka berbagi apa saja di dunia maya. Tidak peduli apakah yang dibagikan itu diperlukan orang lain atau tidak. Karakteristik ini yang muncul pada orang orang yang lahir pada dunia digital. Sementara itu, masyarakat banyak yang tergolong kelompok digital immigrant. Mereka bekerja menggunakan teknologi namun tidak lahir di era teknologi. Perlu ada upaya dan kreativitas dalam merancang layanan komunikasi spiritual, pembangunan karakter dan moralitas remaja agar tidak ada gap (kesenjangan). Ini perlu agar anak dan remaja tidak menjadi tong sampah perkembangan global dalam dunia digital, yang mengantarkan anak dan remaja menjadi hilang karakter dan nasionalismenya bahkan kehilangan religiusitasnya atau penyimpangan penyimpangan yang lain.

Contoh kecil dari penggunaan internet pada anak dan remaja di dunia digital adalah kewajiban mempunyai akun facebook atau twitter bagi kalangan pelajar, buktinya 61.1% pengguna internet khususnya facebook didominasi oleh para remaja usia 14-24 tahun. Bagi seseorang yang kecanduan menganggap jejaring sosial sebagai tempat mengadu

13


(17)

8

atau curhat, tempat mencari jodoh/pacar, tempat bersenang-senang (bermain game poker), dan terkadang ada yang menjadikan jejaring sosial sebagai tempat menipu orang. Pada akhirnya tujuan utama dalam menggunakan jejaring sosial dikesampingkan. 14

Dalam hal pengetahuan umum (common sense) yang menjadi dasar dari peradaban modern saat ini adalah teknologi. Teknologi merupakan dasar dan pondasi yang menjadi penyangga bangunan peradaban modern barat sekarang ini. Masa depan suatu bangsa akan banyak ditentukan oleh tingkat penguasaan bangsa itu terhadap teknologi. Suatu masyarakat atau bangsa tidak akan memiliki keunggulan dan kemampuan daya saing yang tinggi, bila ia tidak mengambil dan mengembangkan teknologi. 15

Dari Penduduk asli dunia digital dan pendatang pada dunia digital itulah memunculkan era kesadaran kelompok public attentive yang kian adaptif dengan kemajuan ICT (Information Communication Technology) terutama terkait dengan dunia virtual. Menurut data statistik yang dilansir oleh www.checkfacebook.com tahun 2009 pengguna facebook di Indonesia masuk 10 besar jumlah pengguna facebook terbesar di dunia. Indonesia berada di peringkat ketujuh, mengalahkan Australia, Spanyol, dan Kolombia. Peringkat pertama dipegang Amerika Serikat (67.485.000), kemudian disusul Inggris ( 17.926.840), Kanada (11.515.660), Turki (11.417.400), Perancis

14

BKKBN [on-line], “Seks Pra Nikah pada Remaja” http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=1543 Diakses pada tanggal 23 April 2016.

15Kieron O’hara,


(18)

9

(10.588.720), Italia (10.179.480), Indonesia (5.949.740) Australia (5.890.760), Spanyol (5.671.580) dan Kolumbia (5.206. 020). 16

Pengguna internet di Indonesia pun kian hari kian banyak. Menurut data dari www.internetworldstats.com tahun 2009 yangt menyatakan bahwa: Indonesia kini menempati peringkat kelima di Asia dengan jumlah user 25 Juta orang di bawah Cina, Jepang, India, Korea Selatan dan masih unggul atas Vietnam, Filipina, Malaysia dan Taiwan. Sebagian besar penggerak jejaring sosial berasal dari generasi muda terdidik (well-educated). Banyak fenomena menarik sekarang ini yang berasal dari adanya kesatuan aksi kelompok dalam dunia maya melalui tindakan mendukung dalam bentuk aksi solidaritas. Seperti halnya dalam jejaring sosial Facebook yang sekarang ini semakin marak dijadikan sbegai media sekunder dalam menyatukan harapan dan kebersamaan antar penggunanya. 17 Masih ingat tentunya gerakan satu juta

facebooker mendukung Hamza-Bibit dengan kasus kriminalisasi KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), atau gerakan koin cinta untuk Prita karena terlilit kasus dengan Rumah Sakit Omni Internasional hanya karena sebuah

email dan beragam gerakan atau kelompok yang lahir dan berkembang dalam komunitas maya seperti dalam Facebook.

Komunikasi virtual yang terbentuk berada pada wilayah dunia maya yang memungkinkan antar anggotanya tidak mengenal secara personal sebelumnya, hanya saja ditemukan pada wilayah yang sama dalam

16

Adi Badjuri, Santri Virtual, (Kuliah Umum Informatika, UIN Jakarta, 2005), 52 17

Syarif Hidayatullah, Islam Virtual, Keberadaan Dunia Islam Di Internet,( Yogjakarta: MIFTA, 2004), 24


(19)

10

Facebook.18 Jadi komunikasi virtual menurut catatan Ruang Cendekia dalam sebuah note di facebook menyatakan, bahwa: Pada prinsipnya komunitas virtual merupakan sebuah forum di mana para anggotanya saling bebas berhubungan dengan mengeluarkan pendapat, namun hal ini dalam konteks ruang maya (cyberspace). Komunitas virtual ini, meliputi sekelompok orang yang melakukan komunikasi atau berinteraksi melalui multimedia. Setiap orang dapat berinteraksi, bertukar isu, meciptakan tema-tema fantasi dan visi retoris yang dapat membentuk kesadaran kelompok, terbagi dengan terbentuknya kesadaran kelompok terbagi (shared group conciousness). Misalnya saja, tema cicak vs buaya, kriminalisasi KPK, pemberantasan korupsi, kasus Prita, dan berbagai tema personal dengan sekejap menjadi tema-tema yang membangkitkan kesadaran. Pada saat media massa mempublikasikan tema-tema kesadaran itu, biasanya keterhubungan individu masih bersifat artificial (gamang/palsu). Hal itu, akan diperteguh dan lebih

personal pada saat dia terhubung dengan komunitas virtualnya dalam

Facebook. 19

Melihat kenyataan tersebut, memungkinkan era pembicaraan ruang publik dalam arti face-to-face sudah bergeser. Oleh karena hal tersebut, Mark Poster dalam Cyberdemocracy: Internet and the Public Sphere pada tahun 1995 mengatakan bahwa: Apa yang dikatakan Habermas tentang konsep

public sphere sebagai ruang homogen dimana subyeknya mempunyai relasi

18Kustadi Suhandang, Jurnalistik Publik dan Media, (Bandung: Sinar Baru, 1980), 33 19Ibid...., 47


(20)

11

simetrikal, telah terabaikan dalam arena publik elektronik. 20 Komunitas virtual seperti terdapat di electronic cafes, bulettin board, milist, blog, forum interaktif web personal, web jejaring sosial telah menjelma menjadi harapan baru ketersediaan ruang publik yang dapat menyediakan suatu situasi komunikasi tanpa dominasi.

Maka dari hal itu, untuk mengantisipasi degradasi moral remaja, mengembalikan pada fitrahnya, membangun karakter yang spiritual dan bermental juara harus mendekatkan remaja pada tekhnologi dan memberikan

filter keimanan dan ketaqwaan agar tekhnologi digunakan untuk ibadah dan kemanfaatan bersama maka dari hal itu perlu perbaikan persepsi remaja dalam hal tekhnologi itu bukan untuk Game, Hiburan, pengusir stress, porno

dll, tetapi sebagai sarana mencari ilmu dan berdakwah. Persepsi mempunyai peranan yang sangat besar pada suatu proses penafsiran pengorganisasian ataupun pesan baik di Media atau perorangan melalui pola stimuli yang disampaikan komunikan kedalam sebuah interaksi sosial. 21 Khususnya dalam hal ini ialah dengan memberikan sebuah arti terhadap komunikasi verbal maupun Non Verbal seorang individu dan kelompok tertentu kepada lingkungannya. Salah satu persepsi yang ingin dibahas dalam konteks ini ialah tentang persepsi remaja dalam konsep Model Dakwah New Design

Spirit Dakwah Indonesia yaitu “1 Hari 1 Status Kebaikan”.

20

Everett M Rogers, Communications Technology, (London: The Free Press Collier Mc Millan Publishing, 1996), 77

21

Morten T. Højsgaard dan Margit Warburg, Religion and Cyberspace (London: Routledge, 2005), 61.


(21)

12

Seiring derasnya perkembangan teknologi yang pesat membuat masyarakat dunia merasa termanjakan akan hal-hal yang berbau informasi maupun tayangan-tayangan beraneka ragam yang disajikan oleh beberapa manajemen pertelevisian. Seakan tak pernah berhenti, berbagai tayangan dapat hampir kita lihat disetiap layar kaca baik di rumah pribadi, perkantoran, dan tempat umum lainnya. Bukan hanya itu tapi juga banyak status pribadi atau figur yang dianggap familiar tiap hari membanjiri internet ataupun media komunikasi online lainnya seperti FB, Twitter, Line, BBM dll. 22 Baik status yang sifatnya motivasi, harapan dan banyak lagi yang lain jenisnya, tetapi yang disayangkan adalah banyak status remaja didominasi keluhan, kesedihan, malas, pacaran, konflik dan bahkan terkesan berbau kekerasan, radikalisme, asusila ataupun eksploitasi seksual, ini yang sangat memprihatinkan.

Media komunikasi internet seperti FB, Twitter, Line, BBM dll, sering kali menjadi salah satu pilihan hiburan bagi orang-orang untuk sekedar melepas stress dan penat, karena dengan melihat status komedi, gambar informasi apapun kita bisa tertawa, tercerahkan oleh informasi untuk melunturkan perasaan stres tersebut, tetapi dewasa ini media informasi online ini menjelma menjadi hal yang menakutkan yang menyebabkan generasi muda para remaja mengalami degradasi moral dan seolah tidak punya norma, hilang budaya ketimurannya, karena media virtual dan perkembangan tekhnologi yang tanpa filter dan control apapun, banyak menyebabkan tindak

22

Tracy Laquey, Sahabat Internet, Terj. Hasan J. Osparksik (Bandung: Penerbit ITB, 1997), 3.


(22)

13

asusila, pemerkosaan, eksploitasi sosial, radikalisme, konflik remaja dan hilangnya kesopanan. Hampir semuanya disebabkan lingkungan, media virtual dan perkembangan tekhnologi. 23

Lembaga dakwah Spirit Dakwah Indonesia (SPIDI) merupakan Organisasi Dakwah Sosial Non profit, Spirit Dakwah Indonesia melihat peluang dakwah alternatif dengan munculnya Budaya Populer dan gencarnya komunikasi virtual di Media Sosial. Tekhnologi dan media sosial yang begitu berkembang pesat dan minimnya filter menjadi motivasi bagi Spirit Dakwah Indonesia untuk menawarkan dakwah alternatif yang diminati remaja, sebuah konsep dakwah di dunia maya dengan prinsip dakwah virtual dengan menetapkan tema dan sesuatu yang menjadi viral dalam konsep dakwahnya di ruang publik dalam berbagai bentuknya, dengan tujuan akhir yaitu membentuk Generasi Super Indonesia 2030.

Spirit Dakwah Indonesia (SPIDI) merupakan sebuah lembaga dakwah sosial non profit yang berkantor pusat di Tulungagung. Tujuan lembaga ini adalah Berdakwah dan memberdayakan umat menuju Generasi yang Super. Dua Model Dakwahnya adalah1 Hari 1 Status Kebaikan di Media Sosial dan Training Emas Berkarakter. Kegiatan lain di lembaga ini adalah Pengasuhan anak luar panti dan TPQ untuk anak-anak SLB termasuk sosial enterpreneur

yang dikembangkan yaitu usaha es gabus. 24

Perbedaan Spirit Dakwah Indonesia (SPIDI) dengan Lembaga dakwah yang lain adalah konsep dan model dakwah yang diterapkan oleh Spirit

23

Prihartini, T., Nuryoto, S, Hubungan antara komunikasi efektif..., 3. 24


(23)

14

Dakwah Indonesia, dalam konsepnya Dakwah dalam tindakan sosial diwujudkan dalam komunikasi publik dan komunikasi massa dimana dalam komunikasi publik dan komunikasi massa lebih kepada model komunikasi dakwah pada media sosial secara persuasive menerapkan dan menebar virus dakwah “ 1 hari 1 status kebaikan” dalam bentuk meme dakwah dan Vlog

juga model pendekatan “Training Emas Berkarakter” kesemuanya adalah metode dan Stategi dalam membentuk Generasi Super Indonesia (Indonesian Super Generation) kesemuanya dengan menerapkan 1 kata, kalimat atau tindakan yang menjadi kata kunci ataupun menjadi viral di media virtual. 25

Training Emas Berkarakter merupakan bagian dari pelatihan yang lebih menguatkan pada sisi ilmu agama, kepribadian, mental dan spiritual (

Edukasi, Mental dan Spiritual ) untuk membentuk pribadi manusia yang berkarakter. 1 hari 1 status kebaikan adalah sebuah model pengembangan dakwah yang sangat komunikatif dan new design, karena sangat dekat dengan para remaja dan pastinya factual, dengan membuat tulisan, gambar, meme

ataupun status kebaikan di Facebook, BBM, Line dll yang pastinya banyak memberi pengaruh bahkan respon yang positif pula, masih ada lagi Vlog

sebagai wadah ekspresi dan kreatifitas terbaru bagi masyarakat ataupun remaja untuk berdakwah dan memberi nilai edukasi bagi penikmat media virtual ini. 26 Terlebih adalah media control bagi para remaja kini yang banyak godaannya, sehingga dari struktur dan kultur yang terbangun dan menjadi kebiasaan berbuat dan berkata yang baik akan membentuk pribadi

25

Median Yopi Saputra, Wawancara, Tulungagung, 08 Agustus 2016. 26


(24)

15

yang perfect (sempurna), bermental juara dan spiritualitas tinggi, dalam hal ini adalah konsep dan tujuan utama dari Spirit Dakwah Indonesia yaitu Generasi Super Indonesia(generasi yang spiritual dan perfect ). 27

Bergesernya pandangan tentang dunia komunikasi dan dakwah yang lebih efektif, untuk membentuk budaya dan moral manusia dari face to face

ke ruang publik baru yaitu Ciberspace, menimbulkan ketertarikan bagi peneliti untuk lebih intensif meneliti penerapan Dakwah Virtual Lembaga Spirit Dakwah Indonesia. Keinginan tersebut mendasari disusunnya proposal tesis yang berjudul “Dakwah Virtual Lembaga Spirit Dakwah Indonesia”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, penelitian ini berfokus pada pola dakwah virtual Lembaga Spirit Dakwah Indonesia. Berangkat dari fokus penelitian tersebut dijabarkan ke dalam tiga rumusan masalah yang lebih spesifik yaitu:

1. Mengapa Lembaga Spirit Dakwah Indonesia menjadikan media virtual sebagai wilayah dakwahnya?

2. Bagaimana bentuk dakwah virtual Spirit Dakwah Indonesia?

3. Bagaimana proses dakwah virtual Lembaga Spirit Dakwah Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada fokus penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini dapat peneliti paparkan sebagai berikut:

27

Asfriyati., & Sanusi, S.R, “Gambaran karakteristik, keluarga, dan perilaku seksual santri di pesantren purba baru”. Jurnal Komunikasi Penelitian, Vol 18 No.1 (Juli 2006), 4..


(25)

16

1. Untuk mendeskripsikan konsep dan alasan yang melatar belakangi dakwah virtual Lembaga Spirit Dakwah Indonesia.

2. Untuk mendeskripsikan bentuk dakwah virtual Lembaga Spirit Dakwah Indonesia.

3. Untuk mendeskripsikan proses dakwah virtual Lembaga Spirit Dakwah Indonesia.

D. Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Dapat mengembangkan dan berkontribusi dalam konsep, bentuk dan proses dakwah yang telah diperoleh di bangku kuliah, serta dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang dakwah secara konsep, praktek, dan bentuk melalui media virtual, khususnya dakwah yang dilakukan pada remaja.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi da’i dan lembaga dakwah, tema dakwah virtual dengan Training Emas Berkarakter, Vlog, dan One Day One Good Status ini diharapkan dapat menjadi alternatif dalam menyiarkan ajaran Islam.


(26)

17

b. Bagi masyarakat umum, riset diharapkan berguna untuk membangun kesadaran masyarakat dalam bermedia sosial secara positif dan mengetahui model model dakwah virtual.

E. Penegasan Istilah

Untuk mempermudah pemahaman serta untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah-istilah dalam judul penelitian ini, maka dalam kesempatan ini peneliti memberikan penjelasan agar maksud dan artinya menjadi jelas, sebagai berikut:

1. Penegasan secara konseptual a. Dakwah Virtual

Secara etimologi dakwah berasal dari bahasa arab da’a yang berarti mengajak, menyeru menyiarkan sedangkan dalam arti luas dakwah merupakan proses menyeru pada kebaikan dan ketauhidan

amar makruf nahi munkar.28 Virtual menurut kamus besar bahasa indonesia adalah demokrasi,29 Tubb dan Moss sebagaimana dikutip oleh Deddy Mulyana mendefinisikan Virtual sebagai proses komunikasi tanpa wujud, namun secara luas merupakan wadah komunikasi ruang maya dalam internet.30Sehingga dakwah virtual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seruan kebaikan dan ketauhidan dalam media sosial atau internet.

28

KBBI[on-line], “Dakwah” http://kbbi.web.id/dakwah Diakses pada tanggal 23 November 2016. 29

Ibid., 30


(27)

18

b. Spirit Dakwah Indonesia

Spirit Dakwah Indonesia merupakan lembaga sosial non profit yang berfokus pada bidang dakwah umat, di era digital ini Spirit Dakwah Indonesia memberikan referensi dakwah yang diminati oleh remaja yaitu melalui Meme dakwah dan Vlog Dakwah. Spirit dakwah Indonesia berkantor pusat di Tulungagung Jawa timur dengan struktur organisasinya terdiri dari Pembina, Pengurus inti, Pengasuh dan para Relawan Dakwah Indonesia yang tersebar di beberapa kota di Jawa timur.

2. Penegasan secara operasional

Secara operasional, judul dalam penelitian ini diartikan sebagai kajian dalam bentuk dan konsep dakwah virtual yang secara khusus melalui meme dan vlog dakwah yang berisi seruan kebaikan dan ketauhidan yang dilakukan oleh lembaga Spirit Dakwah Indonesia dalam media sosial atau internet. 31

F. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang dakwah di media virtual dan menggunakan media lainnya di internet, telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, di antaranya adalah:

1. “Strategi Dakwah Via Internet (Studi Kasus Pemanfaatan Internet Sebagai Media Dakwah Pada Website)”, Tesis Muhammad Kholik, Tahun

31


(28)

19

2014. Penelitian ini berisi tentang pemenfaatan Internet pada website The Islamic Network (isnet), bagaimana komitmen mereka dalam menjalankan dakwah via Internet dan usaha menjadikan cyberspace sebagai sarana dakwah Islam. 32

2. “Pesan Dakwah di Internet (Analisis Wacana Website www.manajemenqolbu.com)”, Tesis Hidayat Surya Abadi, 2014. Penelitian ini menitikberatkan pada materi dakwah dan pemanfaatan Internet sebagai media dakwah Islam di www.manajemenqolbu.com. Penelitian ini memfokuskan permasalahan pada bagaimana pesan dakwah dilihat dari struktur tematik, skematik, semantik, sintaksis, dan retoris (sesuai analisis wacana pendekatan Teun A.Van Dijk). 33

3. “Dakwah Melalui Internet (Analisis Pesan Dakwah pada www.bengkeldakwah.com), Tesis Nurhidayah, Tahun 2013. Penelitian ini berkisar seputar pesan dakwah pada sebuah artikel ditinjau dari discourse analysis. 34

4. ”Peran Facebook Sebagai Media Komunikasi Dakwah Group Jama’ah Muslimin (Hizbullah)” Tesis Laila Nadiatul Falah 2012, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa peran group facebook

32Muhammad Kholik, “Strategi Dakwah Via Internet (Studi Kasus Pemanfaatan Internet Sebagai Media Dakwah Pada Website)” (Semarang: Tesis Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Pascasarjana UIN Wali Songo Semarang, 2014).

33 Hidayat Surya Abadi, “Pesan Dakwah di Internet (Analisis Wacana Website www.manajemenqolbu.com)” (Semarang: Tesis Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Pascasarjana UIN Wali Songo Semarang, 2014).

34 Nurhidayah, “Dakwah Melalui Internet

(Analisis Pesan Dakwah pada www.bengkeldakwah.com)” (Semarang: Tesis Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Pascasarjana UIN Wali Songo Semarang, 2013).


(29)

20

Jama’ah Muslimin (Hizbullah) bila digunakan sebagai media komunikasi dakwah. 35

5. “Pemanfaatan Langsung Teknologi Informasi Dalam Dakwah Islam” Tesis Fachrul Kurniawan 2010, Penelitian model dakwah seperti ESQ (Emotional Spiritual Quotient), dimana teknologi sangatlah dominan. Data penggunaan teknologi informasi sebagai media dakwah juga terlihat terlihat dari pegguna fitur fitur Islami yang bisa diakses lewat internet, data statistik (Effective Measure) pengguna internet di Indonesia mencapai 39.100.000 (peringkat 8 dunia). 36

6. “Persepsi Remaja Tentang Komunikasi Verbal dalam Tayangan Indonesia Lawak Klub (ILK) Di Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda” Tesis Abdul Wahid, 2015, di bawah bimbingan Prof. Dr. Inda Fitryarini, S.Sos., M.Si dan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi remaja tentang program acara Indonesia Lawak Klub di Trans7 yang didalamnya mengandung unsur hiburan dan pesan moral bagi remaja. 37

Kesemua penelitian tersebut mempermasalahkan bagaimana pengembangan Dakwah Virtual dan nilai pesan yang tersaji dalam media

website, Sosmed, Tekhnologi Informasi dan Program Televisi namun tidak

35 Laila Nadiatul Falah, “

Peran Facebook Sebagai Media Komunikasi Dakwah Group Jama’ah Muslimin (Hizbullah)”( Semarang: Tesis Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Pascasarjana UIN Wali Songo Semarang, 2012).

36

Fachrul Kurniawan, “Pemanfaatan Langsung Teknologi Informasi Dalam Dakwah Islam”

Tesis” (Semarang: Tesis Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Pascasarjana UIN Wali Songo Semarang, 2010).

37

Abdul Wahid, “Persepsi Remaja Tentang Komunikasi Verbal dalam Tayangan Indonesia Lawak Klub (ILK) Di Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda” (Semarang: Tesis Program Studi Ilmu Komunikasi Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2015).


(30)

21

pernah terpetakan bagaimana pesan dakwah dan bentuk dakwah virtual yang menarik baik secara konsep maupun bangunan dakwah dalam media dan tataran praktisnya, ketidakjelasan kriteria itu memberikan peluang bagi peneliti untuk memberikan gambaran bagaimana bentuk dan pesan dakwah virtual bisa disampaikan secara menarik oleh Lembaga Spirit Dakwah Indonesia.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk dapat melakukan pembahasan secara sistematis, maka dalam pembahasan ini peneliti menggunakan langkah-langkah sebagaimana sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bagian Awal, berisi: halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, pernyataan keaslian tulisan, motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran, dan abstrak.

Bagian Utama, tesis ini terdiri dari lima bab yaitu:

Bab I, Pendahuluhan. Isi uraian bab ini memuat 1) latar belakang masalah. Berisi pengenalan isi yang sedang dipermasalahkan, dijabarkan dengan variabel yang ada di dalam judul, data-data yang mendukung permasalahan, argumentasi tentang mengapa penelitian ini dilakukan, keunikan lokasi penelitian ataupun pengalaman pribadi yang terkait erat dengan fokus masalah yang akan diteliti. 2) fokus masalah. Di dalam fokus masalah ini berisi rumusan pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicari jawabannya melalui penelitian. 3) tujuan penelitian. Di dalam tujuan penelitian berisi gambaran tentang arah yang akan dituju dalam penelitian.


(31)

22

Pada tujuan penelitian ini memuat jawaban dari fokus masalah. 4) kegunaan penelitian. Di dalam penelitian ini kegunaan penelitian berisi kontribusi yang diberikan setelah selesai penelitian baik itu secara teoritis dan secara praktis. Kegunaan penelitian dipaparkan secara riil, sesuai dengan kenyataan dan tidak mengada-ada. 5) penegasan istilah. Di dalam penelitian ini istilah-istilah dalam variabel penelitian ditegaskan secara konseptual dan operasional. 6) penelitian tedahulu. Penelitian tedahulu dijadikan bahan pertimbangan atau pembanding dalam melakukan penelitian, dan 7) sistematika pembahasan.

Bab II, Kajian Teoritis. Bab ini menjelaskan mengenai informasi sebagai pendukung gambaran umum tentang latar penelitian yang terdiri dari sub bab tentang kajian teoritis mengenai konsep Dakwah virtual, konsep Meme, konsep Vlog dalam dakwah, Penelitian terdahulu yang relevan, dan alur pikir penelitian.

. Bab III, Metode Penelitian. Berisi pemaparan: 1) pendekatan dan jenis penelitian. 2) kehadiran peneliti. Di dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen utama dan hadir langsung di lapangan dala mengumpulkan data. 3) lokasi penelitian. 4) sumber data. Sumber data yang digunakan peneliti guna memperoleh data adalah sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer diperoleh melalui observasi partisipatif dan wawancara mendalam (indept interview). Sedangkan sumber sekunder diperoleh melalui data-data dokumentasi. 5) teknik pengumpulan data. 6) analisis data. Di dalam analisis data peneliti menggunakan: reduksi, penyajian data, dan dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan. 7) pengecekan keabsahan data.


(32)

23

Dalam rangka memperoleh data yang valid peneliti mengadakan pengecekan keabsahan data menggunakan: derajat keterpercayaan (credibility) yang terdiri dari: perpanjangan keikutsertaan, ketekunan atau keajegan pengamatan, triangulasi (peneliti menggunakan triangulasi sumber, triangulasi tehnik, dan triangulasi waktu), dan member check; keteralihan (transferability); kebergantungan (dependability); dan kepastian (confirmability). 8) tahap-tahap penelitian, dan 9) sistematika pembahasan.

Bab IV, Laporan Hasil Penelitian. Pada laporan hasil penelitian ini peneliti memaparkan data penelitian hasil dari observasi partisipatif, wawancara mendalam (indept interview), dan dokumentasi. Setelah data diperoleh, yang dilakukan oleh peneliti adalah menganalisis data tersebut dalam bentuk deskripsi temuan penelitian.

Bab V, Pembahasan. Pada pembahasan memuat keterkaitan antara pola-pola, kategori-kategori dan dimensi-dimensi, posisi temuan atau teori yang ditemukan terhadap teori-teori sebelumnya, serta interpretasi dan penjelasan dari temuan teori yang diungkap dari lapangan (grounded theory).

Bab VI, Penutup. Pada bagian ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat dari hasil penelitian. Sedangkan saran berisi rekomendasi dari peneliti yang relevan dengan kegunaan penelitian.

Bagian Akhir. Pada bagian akhir tesis ini memuat daftar rujukan, lampiran-lampiran, dan biodata penulis.


(33)

BAB II

DAKWAH VIRTUAL

A. Konsep Dakwah dalam Islam 1. Pengertian Dakwah

a. Dakwah Secara Etimologi

Dakwah, secara bahasa merupakan sebuah kata dari bahasa Arab dalam bentuk masdar. Kata dakwah berarti seruan, panggilan, undangan atau do'a. Kata dakwah berarti juga memanggil, menyeru, menegaskan atau membela sesuatu, perbuatan atau perkataan untuk menarik sesuatu kepada sesuatu, dan memohon atau berdo'a.1 Dalam Al Qur'an telah dijelaskan tentang beberapa pengertian dakwah yaitu sebagai berikut:

















































Artinya: “Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada

memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang bodoh."2

1

Enjang, AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Bandung; Widya Padjadjaran., 2009), 3 2


(34)

25

Secara etimologi dakwah berasal dari bahasa arab da’a yang berarti mengajak, menyeru menyiarkan sedangkan dalam arti luas dakwah merupakan proses menyeru pada kebaikan dan ketauhidan amar makruf nahi munkar.3

Menurut Hamka dalam KKBI Online dakwah adalah seruan panggilan untuk menganut suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan

substansi terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma’ruf nahi

mungkar. Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran adalah fardlu yang diwajibkan kepada setiap muslim4

b. Dakwah secara Terminologi

Dakwah bermakna menyebarkan dan menyampaikan, maka dakwah menjadi kata tersendiri yang mempunyai (tema), karakteristik dan (tujuan) tertentu. Dengan demikian, dakwah mencakup seluruh ilmu-ilmu Islam.5

Beberapa tokoh dakwah di bawah ini memberikan definisi tentang dakwah itu sendiri, yaitu:

Yusuf Al-Qaradhawi sebagaimana dikutip oleh Fathul Bahri menyimpulkan bahwa, dakwah adalah ajakan kepada agama Allah, mengikuti petunjukNya dalam beribadah, meminta pertolongan dengan ketaatan, melepaskan diri dari semua thagut yang ditaati selain Allah, membenarkan apa

3

KBBI [on-line], “Dakwah” http://kbbi.web.id/dakwah Diakses pada tanggal 23 November 2016.

4 Ibid., 5

32Lajnah `Ilmiyyah bi Ma'had al-Aimmah wa al-Khutaba. Sirah Nabawiyah Dan Dakwah, (Jakarta; WAMY, 2004). Cet. 1, h.64.


(35)

26

yang dibenarkan Allah, memandang bathil apa yang dipandang bathil oleh Allah, amar ma'ruf nahi munkar dan jihad di jalan Allah. Secara ringkas, dakwah adalah ajakan murni paripurna kepada Islam, tidak tercemar dan tidak pula terbagi.6

Jamaluddin Kafie berpendapat, bahwa dakwah adalah suatu sistem kegiatan seseorang, sekelompok, segolongan umat Islam sebagai aktualisasi

imaniah yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan, ajakan, panggilan, undangan, dan do'a yang disampaikan dengan ikhlas dan menggunakan metode, sistem dan teknik tertentu, agar menyentuh qalbu dan fitrah seseorang, keluarga, kelompok, massa, dan masyarakat manusia supaya dapat mempengaruhi tingkah lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.7

Menurut Hamzah dakwah adalah mengajak manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan RasulNya. Dan menurut Team Proyek Penerangan Bimbingan Dakwah Departemen Agama RI adalah setiap usaha yang mengarahkan untuk memperbaiki suasana kehidupan yang lebih baik dan layak untuk memperbaiki suasana kehidupan yang lebih baik dan layak sesuai dengan kehendak dan turunan kebenaran.8

Mohammad Natsir, pendiri dan penggagas utama berdirinya Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia sebagaimana dikutip oleh Ulil Amri Syafri kerap

6

Fathul Bahri An-Nabiry. Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da'i. (Jakarta; AMZAH, 2008), 20.

7

Ibid, 21. 8


(36)

27

mengungkapkan, bahwa dakwah adalah sebagai suatu upaya, proses menuju Islam kaffah, sebagai cara hidup total dalam satu bingkai harakatud-da'awah

yang memiliki dimensi bina'an dan difa'an. Beliau juga mengungkapkan, bahwa momentum khutbah wada' adalah momentum serah terima Risalah dari Rasulullah kepada jama'ah kaum Muslimin: Risalah menintis, dakwah meneruskan.9

Sedangkan menurut Abu Bakar Zakaria yang dikutip oleh Achmat Mubarok mendefinisikan dakwah sebagai kegiatan para ulama dengan mengajarkan manusia apa yang baik bagi mereka dalam kehidupan dunia dan akhirat menurut kemampuan mereka, adapun menurut Muhammad al Khaydar Husayn mengatakan dakwah adalah mengajak kepada kebaikan dan petunjuk,

serta menyuruh kepada kebajikan (ma’ruf) dan melarang kepada kemungkaran

agar mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.10

Disamping itu, dakwah juga merupakan usaha pergerakan pikiran dan perbuatan manusia untuk mengembangkan fungsi kerisalahan disamping kerahmatan, fungsi kerisahlahan berupa tugas menyampaikan din al-islam

kepada manusia, sedangkan fungsi kerahmatan adalah upaya menjadikan Islam sebagai rahmat bagi alam semesta.11

9

Ulil Amri Syafri, MA. Dkk. Da'wah Mencermati Peluang dan Problematikanya (Jakarta; STID Mohammad Natsir Press, 2007),. 3.

10

Achmat Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenada media, 2006), 5-6 11


(37)

28

Dari beberapa definisi dakwah di atas, kesemuanya bertemu pada satu titik, yakni, dakwah merupakan sebuah upaya dan kegiatan, baik dalam wujud ucapan maupun perbuatan, yang mengandung ajakan atau seruan kepada orang lain untuk mengetahui, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, untuk meraih kebahagian di dunia dan di akhirat. Dengan demikian, dakwah bukanlah terbatas pada apa penjelasan dan penyampaian semata, namun menyentuh aspek pembinaan dan نیوكت (pembentukan) pribadi, keluarga, dan masyarakat Islam.

Islam adalah agama dakwah yang berisi tentang petunjuk-petunjuk agar manusia secara individual menjadi manusia yang beradab, berkualitas, dan selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang maju untuk menjadi sebuah tatanan kehidupan yang adil. Sebuah tatanan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil, maju, bebas dari ancaman, penindasan, dan berbagai kekhawatiran.12

Istilah dakwah dalam agama Islam nampaknya tidak asing lagi, bahkan sudah dapat dikatakan popular sekali di kalangan masyarakat saat ini. Namun demikian yang sering kita jumpai sekarang bahwa istilah dakwah oleh kebanyakan orang diartikan hanya sebatas pengajian, ceramah, khutbah, atau mimbar seperti hal nya yang dilakukan oleh para mubaligh, ustadz, atau khatib. Dakwah sering diartikan sebagai sekedar ceramah dalam arti sempit. Kesalahan

12


(38)

29

ini sebenarnya sudah sering diungkapkan, akan tetapi di dalam pelaksanaannya tetap saja terjadi penciutan makna.13

Meskipun berbeda pendapat tentang dakwah tersebut di atas dan juga berbeda dalam redaksinya, namun pada hakikatnya dakwah memiliki unsur-unsur pokok yang sama, yaitu: Pertama, dakwah merupakan proses penyampaian ajaran Islam kepada umat manusia. Kedua, penyampaian ajaran Islam tersebut dapat berupa mengajak manusia untuk beriman dan mengkuti

jalan Allah serta Amar ma’ruf nahi mungkar, yakni mengajak kepada kebaikan

dan mencegah kemungkaran dengan meningkatkan pemahaman terkait ilmu agama serta dapat merealisasikannya dalam setiap lini kehidupan.

Dengan demikian, dakwah dapat dipahami sebagai bentuk ajakan, seruan atau panggilan yang merupakan bentuk aktifitas yang bertujuan untuk menyebarluaskan Islam kepada yang lain, menjadikan Islam sebagai jalan hidup bagi seluruh umat manusia serta bentuk seruan kepada manusia untuk kembali kepada aturan yang Allah tetapkan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar terciptanya hidup yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat.

2. Metode Dakwah

Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang

da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah

13


(39)

30

dan kasih sayang. Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.14

Ada beberapa pendapat tentang definisi metode dakwah dalam buku Moh. Ali Aziz15, di antaranya:

a. Al-Bayayuni mengemukakan definisi metode dakwah yakni cara-cara yang ditempuh oleh pendakwah dalam berdakwah atau cara yang menerapkan strategi dakwah.

b. Said bin Ali al-Qathani membuat definisi metode dakwah sebagai berikut.

Uslub (metode) dakwah adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara berkomunikasi secara langsung dan mengatasi kendala-kendalanya.

c. ‘Abd al-Karim Zaidan, metode dakwah adalah ilmu yang terkait dengan cara

melangsungkan penyampaian pesan dakwah da mengatasi kendala-kendalanya.

Metode dakwah juga merupakan cara-cara sistematis yang menjelaskan arah strategis dakwah yang telah ditetapkan. Ia bagian dari startegi dakwah. Karena menjadi strategi dakwah yang masih berupa konseptual, metode dakwah bersifat lebih konkret dan praktis. Ia harus dapat dilaksanakan dengan mudah. Arah metode dakwah tidak hanya meningkatkan efektifitas dakwah, melainkan pula bisa menghilangkan hambatan-hambatan dakwah. Setiap strategi memiliki

14

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu dakwah, (Jakarta: Raja Gafindo Persada, 20012), 243 15


(40)

31

keunggulan dan kelemahan. Metodenya berupaya menggerakkan keunggulan tersebut dan memperkecil kelemahannya.

Setiap metode memerlukan teknik dan implementasinya. Teknik adalah cara yang dilakukan seorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Teknik berisi langkah-langkah yang diterapkan dalam membuat metode lebih berfungsi. Karena ilmu dakwah banyak berhubungan bahkan sangat memerlukan disiplin ilmu lain, seperti Ilmu komunikasi, Ilmu manajeman, Psikologi, dan Sosiologi, maka penjabaran metode dan teknik-tehniknya banyak meminjam dari beberapa ilmu di atas dengan beberapa modifikasi.16

Aktifitas dakwah dikatakan berjalan secara efektif bilamana apa yang menjadi tujuan benar-benar dapat dicapai. Strategi yang didukung dengan metode yang bagus dan pelaksanaan program yang akurat, akan menjadikan aktifitas dakwah menjadi matang dan berorientasi jelas dimana cita-cita dan tujuan telah jelas direncanakan. Karena tujuan dan cita-cita yang jelas dan realistis pasti akan mendorong dakwah untuk mengikuti arah yang telah terencana. Untuk itu perlu sebuah metode atau cara yang sistematis yang digunakan untuk menyampaikan materi atau pesan dakwah kepada mad’u.

Dalam aktifitas berdakwah untuk membentuk kondisi umat Islam yang baik, baik dalam wujud individu maupun wujudnya sebagai komunitas masyarakat, wajib mengunakan metode dalam berdakwah. Meskipun tugas

seorang da’i hanya untuk menyampaikan, sedangkan masalah hasil akhir dari

16


(41)

32

kegiatan dakwah tersebut diserahkan sepenuhnya kepada Allah SWT, akan tetapi sikap ini tidak menafikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari kegiatan dakwah yang dilakukan.

Dakwah dalam Islam, sering terjadi bahwa disebabkan metode dakwah yang salah. Islam dianggap sebagai agama yang tidak simpatik, penghambat perkembangan, atau tidak masuk akal. Sesuatu yang biasa namun melalui sentuhan metode yang tepat menjadi sesuatu yang luar biasa. Dakwah memerlukan metode, agar mudah diterima oleh mitra dakwah. Metode yang dipilih harus benar, agar Islam dapat diterima dengan benar dan menghasilkan pencitraan yang benar pula.17Seperti beberapa dasar metode berdakwah yang sudah dijelaskan dalam Al Quran.

1) Metode Dakwah Bil Lisan

Berdasarkan pada makna dan urgensi dakwah, serta kenyataan dakwah yang terjadi di lapangan, maka di dalam Al-Quran al-Karim telah meletakkan dasar-dasar metode dakwah dalam sebuah surat an-Nahl ayat 125 yang berbunyi:

























































Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang

17


(42)

33

siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”18

Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa metode dakwah meliputi: hikmah, mau’idhah hasanah, dan diskusi dengan cara yang baik. Menurut Imam al-Syaukani, hikmah adalah ucapan-ucapan yang tepat dan benar, atau menurut penafsiran hikmah adalah argumen-argumen yang kuat

dan meyakinkan. Sedangkan mau’idhah hasanah adalah ucapan yang berisi

nasihat-nasihat yang baik dimana ia dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau menurut penafsiran, mau’idhah hasanah adalah argument-argumen yang memuaskan sehingga pihak yang mendengarkan dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh pembawa argumen itu. Sedangkan diskusi dengan cara yang baik adalah berdiskusi dengan cara yang paling baik dari cara-cara berdiskusi yang ada.19

B. Konsep Dakwah Virtual 1. Pengertian Virtual

18

QS. An Nahl (16): 125 19

Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Pejaten Barat: Pustaka Firdaus, 2000), 121-122.


(43)

34

Virtual berasal dari kata visual, yang artinya adalah proses pengubahan suatu konsep dan pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan bentuk gambar, tulisan, drafik dan lain-lain agar dapat dilihat dengan indra penglihatan (mata) untuk disajikan.20 Tubb dan Moss sebagaimana dikutip oleh Deddy Mulyana mendefinisikan Virtual sebagai proses komunikasi tanpa wujud, namun secara luas merupakan wadah komunikasi ruang maya dalam internet.21Sehingga dakwah virtual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seruan kebaikan dan ketauhidan dalam media sosial atau internet.

Komunikasi virtual tidak dapat lepas dari sebuah media internet yang menggunakannya sebagai alat komunikasi disini terlihat adanya peralihan gaya atau kebiasaan manusia dalam berkomunikasi menyampaikan informasi dengan sesamanya. Dikatakan begitu karena saat ini manusia tidak perlu lagi berkomunikasi pada waktu, tempat yang sama. Nampaknya melalui komunikasi virtual saat ini, hambatan-hambatan yang ada terdahulu seperti jarak, waktu, biaya sera kesulitan lainnya dapat teratasi. Hal ini dikarenakan internet sebagai media komunikasi virtual tidak terbatas ruangnya sehingga masyarakat luas dapat menyampaikan informasi kemanasaja dan ke siapa saja. Dalam komunikasi virtual, memungkinkan seseorang berinteraksi tetapi sebenarnya mereka tidak berada secara wujud di tempat itu.

20

Tim Bahasa Departemen Pendidikan Nasional., Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 2005), 821

21

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Satu Pengantar (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), 59.


(44)

35

Virtual sebenarnya adjective atau kaya sifat yang maknanya bahwa sesuatu yang diiringinya ini memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu fungsi yang nyata, tanpa mempunyai sesuatu bentuk yang nyata/dapat dilihat. Kalau simpelnya ada pengertian yang menyebutkan virtual itu suatu bentuk bayangan dari sesuatu yang nyata yang diaplikasikan dalam bentuk teknologi.22

2. Dakwah Virtual

Perkembangan tatanan kehidupan masyarakat yang semakin komplek dan pertumbuhan semakin pesat sebagai dampak kemajuan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi komunikasi dan informatika menuntut adanya perimbangan pembinaan keagamaan sebagai pondasi kehidupan melalui media elektronik berupa siaran keagamaan yang lebih bermutu dan profesional sesuai dengan tuntutan era globalisasi Keunggulan teknologi industri telah mencapai efisiensi yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga mampu menghasilkan alat-alat informasi, komunikasi dan transportasi sedemikian murahnya dan dalam waktu yang singkat. Tak mengherankan kalau dunia entertaiment berkembang dengan pesat, memberikan hiburan secara live atau recorded, cetak atau elektronik. Oleh karena itu, tugas kita semakin berat, bukan saja siaran itu dapat membimbing umat Islam dalam pengamalan agama, tetapi juga memberikan motivasi kepada umat

22


(45)

36

dan berupaya menggerakkannya agar meningkatkan partisipasinya secara maksimal dalam mensukseskan program-program pembinaan keagamaan.23

Dakwah virtual adalah kegiatan dakwah yang dilakukan melalui media digital atau media teknologi informasi berupa tv, radio, internet dan lainnya.

Manfaatnya adalah para da’I akan menguasai teknologi sehingga dakwah akan

menyebar dengan cepat dan pesat.24

Dakwah virtual adalah dakwah lewat multimedia seperti internet maupun yang lainnya, dengan asumsi bagaimana menggunakan multimedia sebagai sarana dakwah kepada masyarakat. Manfaat yang bisa di ambil dari dakwah virtual ini adalah sangat banyak sekali. Lewat blog misalnya, kita bisa menyampaikan pesan dakwah dari satu tempat namun bisa di baca oleh seluruh mad'u di manapun berada. Blog juga menjadikan nuansa dakwah akan sedikit berfariasi dan menghindari kejenuhan mad'u mengingat dalam aplikasinya tampilan blog bisa di rubah-rubah sesuai dengan selera penggunanya. Begitu pula kalau menyampaikan misi dakwah lewat facebook, mad'u biasanya tanpa terasa telah memetik banyak

pelajaran padahal sebenarnya mad'u hanya ingin berbagi dengan teman maupun keluarganya lewat akun facebook.

3. Kelebihan Internet Sebagai Media Dakwah

23

Zulkiple Abd. Ghani; islam, komunikasi dan tekhnologi maklumat, (Jakarta ), 34-35 24


(46)

37

Dibandingkan media dakwah yang lain, Internet memiliki dua keunggulan :

a. Karena sifatnya yang never turn-off (tidak pernah dimatikan) dan unlimited access (dapat diakses tanpa batas). Internet memberi keleluasaan kepada penggunanya untuk mengakses dalam kondisi dan situasi apapun. b. Internet merupakan tempat yang tepat bagi mereka yang ingin berdiskusi

tentang pengalaman spiritual yang mungkin tidak rasional dan bila dibawa pada forum yang biasa akan mengurangi keterbukaannya.

Sebagian orang yang memiliki keterbatasan dalam komunikasi sering kali mendapat kesulitan guna mengatasi dahaga spiritual mereka. Padahal mereka ingin sekali berdiskusi dan mendapat bimbingan dari para ulama. Sementara itu ada sebagian orang yang ingin bertanya atau siap berdebat dengan para ulama untuk mencari kebenaran namun kondisi sering tidak memungkinkan. Internet hadir sebagai kawan (atau lawan) diskusi sekaligus pembimbing setia. Para ulama seharusnya dapat menggunakan internet sebagai media efektif untuk mencapai tujuan dakwahnya.25

Perlu diingat bahwa keefektifan media ini juga sangat tergantung pada umat Islam itu sendiri. Artinya kecakapan dan keikhlasan mereka dalam berdakwah via internet, serta kesungguhan mereka dalam meredam segala bentuk perpecahan dan perselisihan intern dalam ummat Islam sangat berpengaruh dalam

25


(47)

38

sukses tidaknya misi suci ini. Untuk itulah diantara kewajiban para pemimpin aliran-aliran dalam Islam agar berusaha semaksimal mungkin untuk dapat merukunkan dan meminimalisisir titik perbedaan dan berusaha mengedepankan titik persamaan. jika di dalamnya terdapatnya unsur ajakan kepada yang hak dan memperingatkan akan yang bathil.

Ada dua komponen penerapan dakwah lewat internet bisa digunakan, yakni lewat mailing list atau email dan penyaluran informasi melalui web-site. Namun saat ini yang paling optimal adalah melalui email. Karena kita tahu, email tidak terlalu membutuhkan teknologi tinggi. Dan dari segi statistik pun, populasi pengguna email sudah sangat banyak. Sedangkan bila kita menggunakan web-site atau situs-situs, kebalikannya dengan email, yakni membutuhkan prosesyang lebih panjang dan rumit kendati dari segi tampilan mungkin menarik. Di samping itu, harus pula ada provider dan koneksivitas lebih dulu. 26

4. Pemanfaatan Internet Untuk Berdakwah

Internet adalah media dan sumber informasi yang paling canggih saat ini sebab teknologi ini menawarkan berbagai kemudahan, kecepatan, ketepatan akses dan kemampuan menyediakan berbagai kebutuhan informasi setiap orang, kapan saja, dimana saja dan pada tingkat apa saja. Berbagai informasi yang dapat diperoleh melalui Internet antara lain lapangan pekerjaan, olahraga, seni, belanja, perjalanan, kesehatan, permainan, berita, komunikasi lewat email, mailing list, dan

26 M. Syafa’at Habib,


(48)

39

chating, bahkan artikel-artikel ilmiah dalam berbagai disiplin ilmu, dan lain sebagainya. Hampir semua bidang tugas manusia, apapun jenisnya, dapat dicari melalui Internet. Internet sebagai sumber informasi memungkinkan semua orang untuk terus belajar seumur hidup, kapan dan dimanapun serta untuk keperluan apapun. Dan untuk kebutuhan belajar bagi setiap individu, Internet tidak hanya menyediakan fasilitas penelusuran informasi tetapi juga komunikasi. 27

Berdakwah merupakan kewajiban setiap manusia, setiap orang dalam

berbagai profesi bisa melaksanakan da’wah. Sebab berda’wah dapat dilakukan

dalam multidemiensi kehidupan. Sebagaimana telah diketahui bahwa dakwah Islam tidak hanya bi lisan (dengan ungkapan/kata-kata), melainkan juga bi kitab (dengan tulis-menulis), bi at-tadbir (manajemen/pengorganisasian) dan bi al-hal (aksi sosial). Seorang dai atau muballigh yang baik tidak hanya menguasai materi dakwah, melainkan juga harus memahami budaya masyarakat yang menjadi sasaran dakwahnya. Hal itu akan mempermudah dai dalam memilih kata dan menemukan metode apa yang harus digunakan. Rasulullah SAW bersabda yang

artinya: “Berbicaralah kepada manusia menurut kadar kecerdasan mereka.” (HR.

Muslim).

Matthew DeBell dari The Education Statistics Services Institute (ESSI) mengatakan bahwa penggunaan komputer dan Internet dapat meningkatkan kualitas hidup orang setiap hari dan meningkatkan prospek pasar kerja mereka. Tingkat penggunaan komputer dan Internet dapat dianggap sebagai indikator

27


(49)

40

standar hidup. Diantara berbagai tujuan orang memanfaatkan Internet antara lain: Berbagi data penelitian dan pekerjaan diantara rekan sejawat dan individu-individu dalam profesi yang sama. Berkomunikasi dengan orang lain dan mengirim file melalui e-mail. Meminta dan memberikan bantuan dengan mengajukan permasalahan dan pertanyaan. Memasarkan dan mempublikasikan produk dan jasa. Mengumpulkan umpan balik dan saran-saran dari para pelanggan dan rekan bisnis. 28

Menurut Buxbaum memahami informasi berkaitan dengan keahlian teknologi informasi, tetapi memberikan pengaruh yang lebih luas kepada individu, sistem pendidikan, dan masyarakat. Keahlian teknologi informasi membuat seseorang dapat menggunakan komputer, aplikasi perangkat lunak, database, dan teknologi lain untuk mencapai berbagai tujuan akademis, pribadi, dan tujuan yang berkaitan dengan pekerjaan. Individu yang memiliki kemampuan memahami informasi perlu mengembangkan beberapa keahlian teknologi. 29

Secara survey, sejauh ini memang belum ada penelitian mengenai efektivitas pemanfaatan internet bagi kepentingan dakwah Islam. Tapi yang pasti, di kalangan akademisi telah memanfaatkan sarana internet secara optimal bagi pengembangan syiar agama. Hal tersebut misalnya ditandai dengan banyak bermunculan situs baru bernuansakan Islam. Sebab itu, bisa dikatakan dakwah melalui internet ini sangat efektif karena didukung oleh sifat internet yang tidak

28

R. Agus Toha Kuswata SKM, dan R. UU Kuswara Suryakusumah, Komunikasi Islam, (Bandung: Arhika Media Cipta, 1986), 113.

29


(50)

41

terbatas ruang dan waktu. Materi keislaman dan dakwah bisa disebarkan dengan cepat dan efisien. Dari segi biaya pun menjadi sangat murah. Informasi yang disebarkan lewat internet, dapat menjangkau siapapun dan di manapun asalkan yang bersangkutan mengakses internet. Umat Islam bisa memanfaatkan teknologi itu untuk kepentingan bisnis islami, silaturahmi dan lain-lain. 30

Dengan adanya globalisasi kompetisi akan semakin berat, sehingga kita perlu berlomba lomba menguasai teknologi informasi serta mencari ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya, oleh karenanya penguasaan teknologi informasi mutlak diperlukan oleh umat Islam,karena hal itu merupakan salah satu cara paling efektif guna menyampaikan informasi yang sebenarnya mengenai.31

5. Strategi Berdakwah Melalui Internet

Strategi dakwah adalah merupakan metode, siasat, taktik atau manuver yang dipergunakan dalam aktivitas atau kegiatan dakwah, yang peranannya sangat menentukan sekali dalam proses pencapaian tujuan dakwah. Seiring dengan berkembangnya zaman, globalisasi sebagai fenomena terbuka luasnya ruang dan waktu bukan hanya sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditampik, melainkan juga menguntungkan bagi interaksi peradaban seluruh umat manusia. Kemunculannya dengan kemajuan peradaban manusia menjadikan globalisasi sebagai sebuah

30

Elisabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat, (Jakarta : Rajawali, t.th.), 28. 31 Ibid…, 54.


(51)

42

ideologi bagi masyarakat masa kini yang juga disebut sebagai masyarakat informasi. 32

Untuk dapat mencapai tujuan yang tepat dan mendapatkan kebehasilan,

maka seorang da’i harus pandai dalam memilih media dakwah. Masyarakat masa

kini adalah masyarakat plural yang berkembang dengan berbagai kebutuhan yang praktis, sehingga kecanggihan teknologi mau tidak mau akan menghadapi dan menjadi idaman dalam kehidupan masyarakat. Kecanggihan teknologi telah membuka sekat dan menghilangkan batas ruang dan waktu, sehingga memilih dan menggunakan media dakwah yang tepat sudah merupakan keharusan dan tuntutan zaman. Dengan demikian, media dakwah merupakan wasilah bagi keberhasilan dakwah yang dilakukan. Pendakwah di zaman ini tidak lagi mapan dengan hanya kebolehan berpidato atau berceramah. Tetapi pendakwah zaman ini adalah penyelidik dan penggerak kepada penyelesaian masalah semasa secara praktis. Artinya dalam posisi ini mempunyai kesadaran dan telah menempatkan pada posisi startegis dengan menghadirkan dan mengikutsertakan teknologi informasi sebagai mitranya dalam dakwah amar ma’ruf nahi munkar.

Keberadaan internet sebagai media dakwah sudah bukan lagi pada tataran

wacana lagi. Seharusnya para ulama, da’i, dan para pemimpin-pemimpin Islam

sudah menyadari dan segera melakukan langkah-langkah strategis untuk menjaga dan mentarbiyah generasi-generasi muda kita agar siap dan matang dalam menghadapi serangan-serangan negatif dari media internet.

32


(52)

43

Sebuah langkah yang baik telah banyak dilakukan oleh ulama-ulama di timur tengah dan para cendekiawan Islam di Eropa dan Amerika yang menyambut media internet sebagai senjata dakwah. Langkah-langkah untuk berdakwah melalui internet dapat dilakukan dengan membuat jaringan-jaringan tentang Islam, diantaranya: cybermuslim atau cyberdakwah, Situs Dakwah Islam, YoutubeIslam atau IslamTube, Website, Blog dan Jaringan sosial seperti: Facebook dan twitter. Masing-masing cyber tersebut menyajikan dan menawarkan informasi Islam dengan berbagai fasilitas dan metode yang beragam variasinya.33

6. Dakwah virtual juga bisa disebut cyber dakwah

Dakwah bukan hanya sekadar menginformasikan ajaran agama (Islam), namun juga bagaimana pemaknaan itu tercipta bagi objeksasaran dakwah. Bila dilihat dari studi komunikasi, maka realitas tersebut dapat pula disandarkan pada pemikiran John Fiske, di mana komunikasi dilihat sebagai produksi dan pertukaran makna yang berkenaan dengan bagaimana pesan atau teks itu berinteraksi dengan orang-orang dalam rangka menghasilkan makna, dan ini berkenaan dengan peran teks dalam kebudayaan kita, yang disebut sebagai mazhab semiotika.34Dengan demikian dakwah dapat dipahami bukan hanya sebatas mentransfer informasi (pesan), namun juga pemaknaan akan pesan yang disampaikan dalam dakwah,

33 Ibid…, 187

34

John Fiske, Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif,


(53)

44

sehingga aktualisasi yang dihasilkan adalah bentuk implikasi dari pemaknaan tersebut.

Beralihnya masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern, menumbuhkan wacana-wacana modernitas dalam setiap lini kehidupan. Semua aspek berlomba-lomba untuk menjadi modern sebagai bentuk apresiasi “melek” teknologi, sehingga bisa menjadi seseorang atau kelompok adaptif dengan peradaban modern Demikian pula dalam gerakan dakwah, seolah tergugah untuk

turut memanfaatkan (bila tidak mau disebut dengan “demam”) media atau

teknologi modern seperti internet sebagai salah satu media dakwah. Bila penggunaan internet sebagai ruang imajinasi atau dunia maya dikenal dengan istilah cyberspace, yang kemudian setelah merambah dalam wilayah ekonomi, sosial politik dan budaya dikenal istilah cyberculture, maka pemanfaatan internet dalam gerakan dakwah dapat pula disebut sebagai cyberdakwah. 35

Penggunaan istilah cyberdakwah memang tergolong dalam istilah baru dalam dunia dakwah. Bagi sebagian yang lain, cyberdakwah diistilahkan dengan dakwah digital, dakwah virtual, dakwah cyber, atau istilah sejenis lainnya. Apapun istilah yang dipergunakan, pada hakikatnya memiliki esensi yang sama, yaitu

35 Ibid…, 16


(54)

45

memanfaatkan internet sebagai ruang untuk berkreasi, menuliskan imajinasi, gagasan, informasi, atau gerakan dakwah. Kehadiran cyberdakwah dalam ruang virtual tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah semangat untuk membangun dinamika dakwah. Bila dahulu kajian keislaman didapat dari ceramah-ceramah, atau even-even yang terbatas, maka melalui internet kajian keislaman dapat diakses dengan mudah kapanpun dan di manapun sepanjang tersedia akses internet. 36

Dakwah tidak hanya sekadar bersifat ceramah di masjid, namun disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kesibukan masyarakat. Bentuk dan model dakwahpun terus berkembang mulai dari ceramah, diskusi, dialog, hingga dakwah yang bersifat hiburan seperti musik, sinetron, dan film. Dalam hal ini, muatan dan materi dakwah menjadi sangat plural, dan bersifat memenuhi kebutuhan masyarakat. Artinya, materi dakwah sangat ditentukan oleh realitas dan kondisi masyarakat yang sedang berlangsung. 37 Isu populer yang sedang berkembang dalam masyarakat, akan menjadi pilihan menarik dalam menentukan materi dakwah, ketimbang berisi antara surga dan neraka saja. masyarakat. Bentuk dan model dakwahpun terus berkembang mulai dari ceramah, diskusi, dialog, hingga dakwah yang bersifat hiburan seperti musik, sinetron, dan film. Dalam hal ini, muatan dan materi dakwah menjadi sangat plural, dan bersifat memenuhi kebutuhan masyarakat. Artinya, materi dakwah sangat ditentukan oleh realitas dan

36 Ibid…, 56 37 Ibid…, 87


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Asfriyati., & Sanusi, S.R, “Gambaran karakteristik, keluarga, dan perilaku seksual santri di pesantren purba baru”, Jurnal Komunikasi Penelitian, Vol 18 No.1, Juli, 2006.

Abadi, Hidayat Surya, “Pesan Dakwah di Internet (Analisis Wacana Website

www.manajemenqolbu.com)” (Tesis Program Studi Komunikasi

Penyiaran Islam Pascasarjana UIN Wali Songo Semarang, 2014).

Avarez, B.A. “Digital Natives in The Information Age: How Student Study Habits

Reflect The Need for Change at A University Library”. Oxford : Education Style, 2009.

Anggawirya, Erhans. Internet: Sekarang Belajar Sekarang Lancar, Jakarta: PT Ercontara Rajawali, 2003.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Peneltian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Bennett, S., Maton, K., and Kervin, L. “The Digital Natives Debate: A Critical Review of The Evidence. Dalam British Journal of Educational Technology, 39(5), 2008.

Bruce, C., The Seven Faces of Information Literacy. Adelaide: Auslib Press, 1997.

Brynko, B., “Greeting The Barbarians at The Gate”. NFAIS: Dalam Information

Today, 2009.

Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.


(2)

Badjuri, Adi, Santri Virtual, Kuliah Umum Informatika, UIN Jakarta, Oktober, 2005.

Brasher, Brenda. Give Me that Online Religion, San Fransisco: Jossey-Bass Inc., 2001.

Dhanu. “Awal Penyakit Menurut Al-Qur’an dan Akhlak Mulia-Sebuah Solusi

Penyembuh Penyakit Secara Islami” Kontemplasi, Vol, 3, No. 7, 2011.

Douglas E. Cowan, Religion Online, London: Routledge, 2004.

Falah, Laila Nadiatul, “Peran Facebook Sebagai Media Komunikasi Dakwah

Group Jama’ah Muslimin (Hizbullah)”(Semarang: Tesis Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Pascasarjana UIN Wali Songo Semarang, 2012).

Fachrul Kurniawan, “Pemanfaatan Langsung Teknologi Informasi Dalam Dakwah Islam” Tesis” (Semarang: Tesis Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Pascasarjana UIN Wali Songo Semarang, 2010).

Hine, Christine, Virtual Ethnography. London: Sage Publication Ltd, 2001. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

Hidayatullah, Syarif, Islam Virtual, Keberadaan Dunia Islam Di Internet,

Yogjakarta: MIFTA, 2004.

Hancock, Dawson R. & Bob Algozinne. Doing Case Study Research: A Practical Guide for Beginning Researchers. New York: Teachers College Press, 2006.

Højsgaard, Morten T. dan Margit Warburg, Religion and Cyberspace, London: Routledge, 2005.


(3)

Kasiram, Moh. Metodoliogi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN Maliki Perss, 2008.

Kholik, Muhammad, “Strategi Dakwah Via Internet (Studi Kasus Pemanfaatan Internet Sebagai Media Dakwah Pada Website)” (Semarang: Tesis Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Pascasarjana UIN Wali Songo Semarang, 2014).

Komnas PA, Data Moralitas Remaja Indonesia 2015, Kompas terbitan Juni 2015 Edisi II.

Laquey, Tracy, Sahabat Internet, Terj. Hasan J. Osparksik, Bandung: Penerbit ITB, 1997.

Laquey, Tracy. Sahabat Internet, Terj. Hasan J. Osparksik, Bandung: Penerbit ITB, 1997.

Larsen, Elena. “Cyberfaith: How Americans Pursue Religion Online,” dalam

Lorne L. Dawson dan Douglas E. Cowan, Religion Online, London: Routledge, 2004.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.

Muhadjir, Noeng. Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Raka Serasin, 1991. Morten T. Højsgaard dan Margit Warburg, Religion and Cyberspace, London: Routledge, 2005.

Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999.

Mansur, Yusuf, “Keajaiban dan Keistimewaan Sedekah”, Republika, terbit 19 April 2013.

Morten T. Højsgaard dan Margit Warburg, Religion and Cyberspace. London: Routledge, 2005.


(4)

Mulia-Sebuah Solusi Penyembuh Penyakit Secara Islami)”, Skripsi,

Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel, 2011.

Ndraha, Tali Zidahu. Research Teori, Metodologi, Administrasi, Jakarta: Bina Aksara, 1981.

Noor II, Achmad Rouzni. Masuk enam Besar Dunia, Indonesia Geser Jepang,

(Detikinet), Rabu, 22-04-09. 10:05 WB

Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Transito, 1996.

Nurhidayah,“Dakwah Melalui Internet (Analisis Pesan Dakwah pada

www.bengkeldakwah.com)” (Semarang: Tesis Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Pascasarjana UIN Wali Songo Semarang, 2013).

O’hara, Kieron. Plato dn Internet, Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2002.

Prihartini, T., Nuryoto, S., Aviatin, T, “Hubungan antara komunikasi efektif tentang seksualitas dalam keluarga dengan sikap remaja awal terhadap pergaulan bebas antar lawan jenis”, Jurnal Psikologi, Vol. 6, No.2, Maret, 2007.

Putra, Nusa dan Santi Lisnawati. Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam.

Bandung :PT. Remaja Rosdakarya, 2013.

Prensky, Marc. “Digital Natives Digital Immigrants”. Horizon: MCB University Press, 2001.

Richard West dan Lynn H. Turner, Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi: Buku 2, Jakarta: Salemba Humaika, 2008

Robert K. Yin. Qualitative Research from Start to Finish. New York: The Guilford Press, 2011.


(5)

Rogers, Everett M, Communications Technologie, London: The Free Press Collier Mc Millan Publishing, 1996.

Rachman N, Robby dalam http://robbyvamous.blogspot.com/2010/05/teori-komunikasi-yang-berhubungan.html.Minggu, 23 Mei 2010/22:45/

Sholihah, Mar’atus. “Pesan Dakwah Pada Website www.wisatahati.com (Analisis

Isi Pesan Dakwah Ustadz Yusuf Mansur tentang Keajaiban dan

Keistimewaan Sedekah)”, Skripsi, Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan

Ampel, 2010.

Singarimbun, Masri, et.al. Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3S, 1982.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: CV Alfabeta, 2009.

Surachmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar, Metode dan Teknik,

Bandung: Tarsito Rimbun, 1990.

Syam, Nur. Fisafat Dakwah, Pemahaman Filosof Tentang Ilmu Dakwah,

Surabaya: Jenggala Pustaka Utama, 2003.

Suhandang, Kustadi, Jurnalistik Publik dan Media, Bandung: Sinar Baru, 1980. Salim, Agus. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana,

2006.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2008.

Santrock, J.W, Adolescence: Perkembangan Remaja, Jakarta: Erlangga, 2006. Santrock, J.W, Remaja,Jilid II, Jakarta: Erlangga, 2007.

Sarwono, S.W, Psikologi Remaja, Jakarta: Rajawali Pers 2013. Syahrin, “Dakwah pada Internet”, Jawa Pos, terbit 23 Oktober 2011.

Tanti, Rina Widya, “Pesan Dakwah pada eramuslim.com (Analisis Wacana Rubrik Ustadz Menjawab)” Skripsi-UIN Sunan Ampel Surabaya,


(6)

Tecsh, Renata. Qualitative Research Analysis Types and Software Tools, New York; The The Falmer Press, 1990.

West, Richard dan Lynn H. Turner, Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi: Buku 2, Jakarta: Salemba Humaika, 2008.

Wahid, Abdul. “Persepsi Remaja Tentang Komunikasi Verbal dalam Tayangan Indonesia Lawak Klub (ILK) Di Kelurahan Gunung Lingai Kecamatan Sungai Pinang Samarinda” (Tesis Program Studi Ilmu Komunikasi Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2015).

Yuhefizar. Tutorial Windows dan Internet, Jakarta: IlmuKomputer.Com, 2003.

Rujukan online

American Library Association. 2004. “Information Literacy Competency Education”.Dalamhttp://www.ala.org/acrlstandards/informationliterac ycompetecy.html, diunduh 11 November 2016.

BKKBN [on-line], http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=1543, Diakses pada tanggal 23 April 2016.

http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatkonsultasi&id=3440, Diakses pada tanggal 23 April 2016.

http://e-marketer.com/internet users word/ Papers /326890/, diakses 10 November 2016.

KBBI[on-line], “Virtual” http://kbbi.web.id/virtual Diakses pada tanggal 23

November 2016.

KBBI[on-line], “Dakwah” http://kbbi.web.id/dakwah Diakses pada tanggal 23

November 2016.