Implementasi pendidikan karakater dalam mewujudkan siswa berkepribadian melalui sistem pesantren dan boarding school: studi multi kasus pada MTs Manbail Futuh Jenu Tuban dan SMP Bina Anak Sholeh Tuban.

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

MEWUJUDKAN SISWA BERKEPRIBADIAN MELALUI

SISTEM PESANTREN DAN BOARDING SCHOOL

(Studi Multi Kasus pada MTs Manbail Futuh Jenu Tuban dan

SMP Bina Anak Soleh Tuban)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh

Vita Fitriatul Ulya NIM : F0.2.3.15.083

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SURABAYA

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mewujudkan Siswa Berkepribadian melalui Sistem Pesantren dan Boarding School

(Studi Multi Kasus di MTs Manbail Futuh Jenu-Tuban dan SMP Bina Anak Sholeh Tuban)

Tahun 2017

Oleh: Vita Fitriatul Ulya

Kata Kunci : Wujud Kepribadian Siswa, Implementasi Pendidikan Karakter, Pendidikan Karakter sistem Pesantren dan Boarding School

Fenomena kemerosotan moral di Indonesia menjadikan orang tua lebih selektif dalam memilih

pendidikan bagi anaknya. Pesantren dan boarding school menjadi alternatif utama orang tua dalam

menghadapi lompleksitas masalah karakter yang dihadapi anak Indonesia. Meskipun pesantren

tergolong konvensional dan boarding school tergolong modernis, kedua sistem pendidikan tersebut

masih bisa terbilang eksis karena dianggap lebih berbasis pada kebutuhan masyarakat.

Penelitian ini mencoba untuk mengeksplorasi hal-hal terkait pendidikan karakter yang meliputi: 1.

Wujud kepribadian siswa di pesantren dan boarding school, 2. Implementasi pendidikan karakter di

pesantren dan boarding school dan 3. Faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan

karakter dalam mewujudkan siswa yang berkepribadian di pesantren dan boarding school.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian ini menggunakan studi multi

kasus karena memiliki lebih dari satu subjek yang diteliti, yaitu pesantren dan boarding

school. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data tentang wujud kepribadian siswa, implementasi pendidikan karakter, dan faktor penduung serta penghambat implementasi pendidikan

karakter di pesantren dan boarding school. Sumber data dalam penelitian ini yaitu Kepala sekolah,

guru, pengasuh pesantren, ustadzah boarding school, dokumen dan foto-foto. Teknik pengumpulan

data diperoleh dengan menggunakan wawancara secara mendalam, observasi dan studi dokumentasi. Teknik analisis data meliputi reduksi data, display data dan verifikasi. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, ketekunan pengamatan dan triangulasi.

Adapun kesimpulan yang berhasil dirumuskan berdasarkan fokus penelitian, paparan data dan temuan serta analisis pembahasan, adalah sebagai berikut:1.wujud kepribadian siswa di MTs Manbail

Futuh dengan sistem pesantren meliputi sikap religius, mandiri, sederhana, tanggung jawab dan

gotong royong. Sedangkan di SMP Bina Anak Sholeh dengan sistem pendidikan boarding school sesuai dengan visinya, membentuk kepribadian siswa yang berintegritas tinggi (jujur), istiqamah, santun, disiplin, peduli dan memiliki daya juang. 2. Implementasi pendidikan karakter dilakukan melalui strategi-strategi sebagai berikut: a. MTs Manbail Futuh meliputi keteladanan, pembiasaan, teguran langsung dan pemberian hukuman, b. SMP Bina Anak Sholeh meliputi keteladanan, pembiasaan, pemberian motivasi BK, program tahsi>n dan tahfi>dz al-Qur’an. Adapun faktor pendukung di MTs Manbail Futuh adalah kerjasama yang baik antar warga sekolah dan lingkungan pesantren yang kondusif. Sedangkan faktor penghambatnya adalah banyaknya warnet sekitar madrasah dan pengaruh siswa non-pesantren. Selanjutnya faktor pendukung di SMP Bina Anak Sholeh adalah kerjasama yang sinergis antara sekolah dan asrama, fasilitas yang memadai, dan adanya pengawasan 24 jam non-stop dari pihak asrama. Sedangkan faktor penghambatnya adalah beberapa orang tua kurang menyadari pentingnya kedisiplinan anak dan fasilitas yang mewah menjadikan anak sulit dilatih untuk belajar hidup sederhana.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN MOTTO ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

TRANSLITERASI ... ix

DAFTAR ISI ... x

ABSTRAK ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Dan Batasan Masalah ... 14

C. Rumusan Masalah ... 17

D. Tujuan Penelitian ... 17

E. Manfaat Penelitian ... 18

F. Penelitian Terdahulu ... 19

G. Sistematika Pembahasan ... 29

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Konseptual tentang Pendidikan Karakter ... 32

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 32

2. Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter ... 41

3. Nilai Karakter yang Dikembangkan di Sekolah ... 59

4. Menumbuhkan Nilai-nilai Karakter di Sekolah beserta Contohnya ... 70


(8)

5. Pelibatan Masyarakat dan Orang Tua dalam Pendidikan

Karakter ... 76

B. Kajian Konseptual tentang Kepribadian Siswa ... 78

1. Pengertian Kepribadian Siswa ... 78

2. Aspek-aspek Kepribadian Siswa ... 80

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Siswa .... 82

C. Kajian Konseptual tentang Pondok Pesantren dan Boarding School ... 86

1. Pengertian Pondok Pesantren ... 86

2. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren ... 90

3. Sistem Pendidikan Boarding School ... 95

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 98

B. Sumber dan Jenis Data ... 99

C. Metode Pengumpulan Data ... 102

D. Analisis Data ... 104

E. Pengecekan Keabsahan Data ... 108

BAB IV : SETTING PENELITIAN A. MTs Manbail Futuh ... 110

1. Sejarah Pondok Pesantren Manbail Futuh ... 110

2. Identitas Madrasah ... 117

3. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah ... 119

4. Fasilitas dan Sarana Fisik Madrasah ... 120

5. Kurikulum Madrasah ... 124

B. SMP Bina Anak Sholeh ... 125

1. Identitas Sekolah ... 125

2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ... 127

3. Standar Mutu Lulusan ... 130

4. Fasilitas dan Sarana Fisik Sekolah ... 132


(9)

6. Kurikulum Asrama ... 139

BAB V : DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Wujud Kepribadian Siswa ... 145

1. MTs Manbail Futuh ... 145

2. SMP Bina Anak Sholeh ... 150

B. Implementasi Pendidikan Karakter ... 157

1. MTs Manbail Futuh ... 157

2. SMP Bina Anak Sholeh ... 168

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter ... 181

1. MTs Manbail Futuh ... 181

2. SMP Bina Anak Sholeh ... 186

D. Analisis Lintas Kasus ... 193

1. Analisis Wujud Kepribadian Siswa ... 193

2. Analisis Implementasi Pendidikan Karakter ... 203

3. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat ... 213

BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan ... 224

B. Saran ... 226


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Akhlak merupakan salah satu kesempurnaan ajaran Islam, tetapi dengan perkembangan zaman, telah terjadi pergeseran nilai dan penurunan akhlak. Sebagaimana yang terjadi di Indonesia, sebuah negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, yang dahulu dikenal sebagai bangsa yang ramah, berbudaya, memiliki moral dan akhlak yang begitu tinggi, namun pada saat ini, lambat laun moral ini sudah terkikis oleh globalisasi yang sedemikian kuat, hal ini juga mengikis jati diri bangsa. Nilai-nilai kehidupan yang dipelihara menjadi goyah bahkan berangsur hilang.1

Hal ini dapat dilihat dari fenomena seputar karakter bangsa yang terjadi sekarang ini, jauh lebih banyak dan lebih kompleks dibandingkan dengan masalah-masalah karakter yang terjadi pada masa-masa sebelumnya. Hal ini ditandai dengan meningkatnya pergaulan seks bebas, kejahatan pembunuhan, maraknya kekerasan yang dilakukan remaja dan dewasa seperti tawuran, dan masih banyak lagi masalah sosial lainnya yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Fenomena dekadensi moral ini mengisyaratkan bahwa manusia di era sekarang telah banyak yang mengabaikan perintah Allah agar senantiasa berbuat baik dan menjahui perbuatan keji. Perintah Allah ini terdapat dalam QS. An-Nahl: 90.


(11)

2                               

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.2

Sulit dipungkiri, paradigma pendidikan di Indonesia telah bergeser ke arah sistem materialistik-kapitalistik-sekularistik. Oleh sebab itu, tidak mengherankan kalau terjadi fenomena kemerosotan nilai-nilai moral dan spiritual seperti disebutkan di atas. Evaluasi hasil pendidikan dan indeks prestasi yang hanya berupa angka-angka dan hanya melahirkan lulusan lembaga pendidikan yang berorientasi kerja, tanpa memiliki keluhuran budi dan karakter yang baik.

Hal ini sejalan dengan pandangan Masnur Muslich, yang mengatakan bahwa dunia pendidikan telah melupakan tujuan utama pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara simultan dan seimbang. Dunia pendidikan kita telah memberikan porsi yang sangat besar untuk pengetahuan, tetapi melupakan pengembangan sikap atau nilai dan perilaku dalam pembelajarannya.3

Lebih lanjut, Azyumardi Azra berpendapat bahwa pendidikan yang merupakan benteng moral bangsa, dirasakan telah gagal dalam membina akhlak dan karakter bangsa. Sekolah hanya mengejar prestasi akademik, tetapi miskin akan pendidikan akhlak. Demikianlah pandangan yang

2 Al-Qur’a>n, 16 (an-Nahl): 90.

3 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multi Dimensional (Jakarta:


(12)

3

berkembang dalam masyarakat luas, yaitu pendidikan nasional dalam berbagai jenjangnya ‘telah gagal’ dalam membentuk peserta didik yang memiliki akhlak, moral, dan karakter yang baik.4 Hal inilah yang kemudian

memunculkan kembali gagasan tentang pendidikan karakter.

Tentang pentingnya pendidikan karakter juga dituangkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan,

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”5

Menanggapi isi Undang-Undang tersebut, Akhmad Muhaimin Azzet mengatakan bahwa karakter penting yang seharusnya dibangun adalah agar anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal inilah yang menjadi penting yang semestinya menjadi perhatian dalam pendidikan kita.6

Selain beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, masih banyak lagi nilai-nilai karakter yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik. Misalnya rasa kebersamaan, rasa tanggung jawab, rasa solidaritas, rasa kemandirian, kedisiplinan, dan sebagainya.

4 Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002),

178.

5 Undang-Undang R.I. No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS & PP R.I. Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar.

6 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia; Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2011), 12.


(13)

4

Untuk mencapai nilai-nilai karakter maka diperlukan upaya untuk menanamkannya. Upaya tersebut bisa dilakukan di lembaga pendidikan, akan tetapi keluarga dan masyarakat juga harus berperan. Pembentukan dan pendidikan karakter tersebut, tidak akan berhasil selama antar lingkungan pendidikan tidak ada keseimbangan dan keharmonisan.

Keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan. Sebagaimana disebutkan Thomas Lickona, seberapa baik orang tua dalam mendidik anak tentunya akan menjadi pondasi untuk perkembangan moral di masa yang akan datang.7

Sedangkan di lingkungan sekolah, dalam pelaksanaannya sekolah tidak semata-mata mengajarkan pengetahuan, tapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral dan karakter, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur dan sebagainya.

Disamping itu tidak kalah pentingnya lingkungan yang sangat mempengaruhi pembentukan karakter anak adalah pergaulannya di masyarakat. Sebagaimana diketahui lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang. Situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan.

Ketiga lingkungan tersebut harusnya berjalan secara seimbang agar terbentuk nilai-nilai karakter yang diharapkan. Lingkungan lembaga pendidikan yang tidak kalah pentingnya yang turut andil dalam pembentukan

7 Thomas Lickona, Educating for Character: How our School Can Teach Respect and Responsibility, terj. Juma Abdu Wamaungo (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 49.


(14)

5

karakter adalah pesantren. Secara tidak langsung pesantren akan membentuk kepribadian baru seseorang melalui tradisi-tradisi yang terdapat di lingkungan pesantren. Kita tahu bahwa pesantren pasti bertujuan untuk membentuk akhlak yang baik bagi santrinya. Akhlak dan karakter merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.

Dalam terminologi Islam, pengertian karakter memiliki kedekatan dengan pengertian akhlak. Kata akhlak berasal dari kata khalaqa yang artinya perangai, tabiat, dan adat istiadat. Menurut etimologi, “akhlak” berasal dari bahasa Arab jamak dari bentuk mufradnya “khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai,tingkah laku atau tabiat.8

Al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:

ﺮﻜﻓ ﻰﻟإ ﺔﺟﺎﺣ ﺮﯿﻏ ﻦﻣ ﺮﺴﯾو ﺔﻟﻮﮭﺴﺑ لﺎﻌﻓﻷا ﺎﮭﻨﻋ رﺪﺼﺗ ﺲﻔﻨﻟا ﻲﻓ ﺔﺨﺳار ﺔﺌﯿھ ﻦﻋ ةرﺎﺒﻋ ﻖﻠﺨﻟا ﺔﯾورو . Bahwa akhlak adalah suatu perangai (watak/tabiat) yang menetap dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan tanpa dipikirkan atau direncanakan sebelumnya.9

Pengertian akhlak di atas hampir sama dengan yang dikatakan oleh Ibn Maskawih, yang mendefinisikan akhlak sebagai berikut:

“Akhlak adalah suatu keadaan jiwa yang menyebabkan timbulnya perbuatan tanpa melalui pertimbangan dan dipikirkan secara mendalam”.10

8 Luis Ma’luf, Al-Munjid (Beirut: al-Maktabah Al-Katulikiyah, t.t.),194.

9 Al-Ghazali, Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia (Bandung: Kharisma, 1994), 31. 10 Ibn Maskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak (Bandung: Mizan, 1994), 56.


(15)

6

Ibn Qayyim memberikan definisi akhlak yang berbeda dengan pakar pendidikan sebelumnya. Dalam perspektif Ibn Qayyim, akhlak memiliki hubungan yang sangat kuat sekali dengan agama (Islam). Sehingga yang menjadi ukuran bahwa seseorang itu sudah benar akidah dan ibadahnya bisa dilihat dari akhlaknya. Ibn Qayyim menyatakan, bahwa agama itu adalah akhlak, barangsiapa yang bertambah baik akhlaknya berarti ia bertambah baik agamanya.11 Ini sejalan dengan hadis Rasulullah yang menyatakan bahwa:

َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﱠ ا ﻰﱠﻠَﺻ ِﱠ ا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ

:

»

ْﺆُﳌا ُﻞَﻤْﻛَأ

ْﻢِﻬِﺋﺎَﺴِﻨِﻟ ْﻢُﻛُﺮْـﻴَﺧ ْﻢُﻛُﺮْـﻴَﺧَو ،ﺎًﻘُﻠُﺧ ْﻢُﻬُـﻨَﺴْﺣَأ ًﺎَﳝِإ َﲔِﻨِﻣ

«

“orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Turmudzi).12

Zubaedi mengatakan bahwa kaitannya dengan pendidikan akhlak, terlihat bahwa pendidikan karakter mempunyai orientasi yang sama, yaitu pembentukan karakter. Perbedaan bahwa pendidikan akhlak terkesan timur dan Islam, sedangkan pendidikan karakter terkesan Barat dan Sekuler, bukan alasan untuk dipertentangkan.13

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar antara akhlak dan karakter/budi pekerti. Bahkan menurut Lickona, Bapak Pendidikan Karakter di Amerika, seperti yang dikutip oleh Zubaedi, mengisyaratkan keterkaitan erat antara karakter dan spiritaulitas. Sejauh ini

11 Ibn Qayyim, Mada>rij al-Sa>liki>n, Juz II (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1408 H), 320.

12 Diakses melalui Maktabah Syamilah, Kitab Sunan at-Turmidzi, juz III, 458.

13 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan


(16)

7

pendidikan karakter telah berhasil dirumuskan sampai pada tahapan yang sangat operasional meliputi metode, strategi dan teknik.14

Pendidikan karakter maupun pendidikan akhlak pada hakikatnya memiliki tujuan yang sama, yaitu upaya untuk mewujudkan kepribadian siswa. Menurut Ngalim Purwanto, kepribadian adalah sifat-sifat dan aspek-aspek tingkah laku yang saling berhubungan yang ada di dalam setiap individu. Aspek-aspek tersebut bersifat psiko-fisik yang akan menyebabkan individu berbuat dan bertindak. Masing-masing individu memiliki kepribadian yang berbeda-beda, dengan demikian kepribadian inilah yang membedakan individu satu dengan individu yang lainnya.15 Kepribadian

mengandung makna yang sangat kompleks. Kepribadian dapat pula diartikan sebagai kualitas watak/karakter individu.16 Sehingga ada keterkaitan yang erat

antara kepribadian dan karakter. Dengan demikian, tidak mengherankan jika dalam pendidikan karakter pasti memiliki tujuan untuk mewujudkan kepribadian siswa. Siswa yang berkepribadian yang baik adalah siswa yang berkarakter.

Dalam upaya membentuk karakter anak, ada berbagai macam alternatif yang dapat dilakukan orang tua, diantaranya dengan memilih pesantren sebagai lembaga yang mampu mengembangkan pola pendidikan berciri khas Islam, yang mampu mendinamisasikan dirinya sejalan dengan tuntutan dan perubahan masyarakat.

14 Ibid.

15 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja RosdaKarya, 1990), 154-155. 16 Ibid., 154.


(17)

8

Menurut Djamil Suherman, yang dikutip oleh Hasan Basri, pendidikan pondok pesantren adalah institusi-institusi terkenal dengan ajaran-ajaran agama Islam melalui kitab kuning (klasik) yang metode pengajaran-ajarannya memakai sistem sorogan, wetonan, bandongan dan hafalan.17 Ada 4 macam

pembagian pondok pesantren yaitu pesantren salafi, pesantren khalafi, pesantren kilat, dan pesantren terintegrasi.18

Madrasah Tsanawiyah Manbail Futuh (selanjutnya ditulis MTs Manbail Futuh) Beji-Jenu-Tuban adalah salah satu madrasah yang berada di lingkungan pondok pesantren yang masih mempertahankan identitasnya sebagai pesantren salaf. Pesantren ini sejak didirikan oleh KH. Hisyam Ismail sampai sekarang masih mempertahankan kemurnian identitas aslinya sebagai tempat mendalami ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi al-di>n) bagi para santrinya. Semua materi yang diajarkan di pesantren ini sepenuhnya bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa Arab (kitab kuning) yang ditulis oleh para ulama abad pertengahan. Namun pesantren ini tetap memadukan pendidikannya dengan lembaga formal yaitu berbentuk madrasah, dan kurikulum madrasahnya di bawah naungan Depag.

Sebagai Sekolah Menengah Pertama, kurikulum MTs Manbail Futuh disusun sesuai dengan kurikulum Kementrian Agama yang berlaku, seperti dari segi bobot mata pelajarannya. Namun disamping itu, MTs Manbail Futuh juga menambah mata pelajaran dalam bentuk muatan lokal, seperti pelajaran aswaja, nah}wu, s}orof, dan fara>id}. Untuk alokasi waktu pembelajaranya, MTs

17 Hasan Basri, Kapita Selekta Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2012), 329. 18 Ibid., 330.


(18)

9

Manbail Futuh ini memiliki perbedaan dari madrasah pada umumnya. Di madrasah ini siswa putra dan putri tidak bersamaan waktu masuk sekolahnya. Siswa putra masuk sekolah di pagi hari mulai jam 07.00 hingga jam 12.00, sedangkan siswa putri mengikuti pelajaran di sekolah mulai jam 12.30 hingga jam 17.30. Peraturan ini dimaksudkan agar siswa putra dan putri tidak ada kesempatan untuk bertemu.

Selain mengenyam pendidikan formal di madrasah, terdapat madrasah diniyah di pesantren Manbail Futuh ini. Semua santri wajib mengikuti kegiatan di pesantren. Madin untuk santri putra berlangsung sore hari bakda ashar hingga menjelang maghrib, sedangkan madin untuk santri putri dilaksanakan pada pagi hari mulai pukul 7.30 hingga pukul 10.00.

Sehingga bisa disimpulkan sistem pendidikan di MTs Manbail Futuh ini adalah sistem pendidikan terpadu, karena dalam durasi waktu 24 jam terus menerus seluruh kegiatan santri di bawah pengawasan dan bimbingan dua lembaga yaitu pendidikan diniyah yang dikelola langsung oleh pesantren dan pendidikan formal yang dikelola sekolah/madrasah. Adapun untuk kegiatan yang sifatnya ekstra-kurikuler, di bawah pengawasan dan bimbingan langsung oleh sekolah.

Bagi pesantren Manbail Futuh, nilai-nilai pendidikan tidak hanya di dapat dalam proses belajar mengajar di kelas saja, melainkan juga dalam totalitas kegiatan dan kehidupan santri selama 24 jam penuh. Sistem seperti inilah yang diterapkan pesantren sebagai sarana membentuk karakter siswa yang membedakan dengan santri atau siswa dari lembaga-lembaga lainnya.


(19)

10

Tradisi yang ada dalam pesantren secara tidak langsung akan membentuk kepribadian santri, seperti sikap disiplin, tanggung jawab, kerja sama, dan sebagainya.

Dilihat dari sisi fisiologis kondisi gedung MTs Manbail Futuh ini tergolong cukup luas mengingat lokasinya yang berada di pedesaan. Gedungnya terdiri dari dua lantai dan terdapat 17 ruang kelas. Tata ruangnya tertata rapi, bersih, indah, dan di dindingnya terdapat gambar-gambar tokoh pahlawan Islam dan pahlawan nasional serta kaligrafi yang terpelihara dengan baik.19 Lingkungan belajar yang kondusif seperti ini menjadikan proses

pembelajaran dan penanaman nilai-nilai karakter pada siswa dapat berlangsung dengan baik. Keteladanan guru di sekolah dan kepemimpinan kyai di pesantren akan memberikan pengaruh terhadap pembentukan kepribadian siswa.

Selanjutnya yang dimaksud dengan sekolah sistem boarding school adalah sekolah berasrama. Menurut Maksudin boarding school adalah lembaga pendidikan dimana para siswa tidak hanya belajar, tetapi mereka bertempat tinggal dan hidup menyatu di lembaga tersebut. Boarding school mengkombinasikan tempat tinggal para siswa di institusi sekolah yang jauh dari rumah dan keluarga mereka dengan diajarkan agama serta pembelajaran beberapa mata pelajaran.20

19 Berdasarkan data hasil observasi dan wawancara dengan Waka Kurikulum Madrasah, Jenu

Tuban 26 Januari 2017.

20 Maksudin, Pendidikan Islam Alternatif Membangun Karakter Melalui Sistem Boarding School


(20)

11

Sekolah Menengah Pertama Bina Anak Sholeh (selanjutnya ditulis SMP Bina Anak Sholeh) Tuban berada di bawah Yayasan Bahrul Huda Tuban dengan sistem boarding school, memiliki visi berkepribadian muslim dan berprestasi optimal. SMP Bina Anak Sholeh ini didirikan pada tahun 2012. Meski tergolong baru namun SMP ini sudah mengantongi berbagai prestasi di akademik. Terlebih SMP Bina Anak Sholeh ini merupakan satu-satunya sekolah yang memiliki sistem boarding school di Tuban. Sehingga banyak orang tua yang menjadikan sekolah ini sebagai alternatif pendidikan untuk anak-anaknya. Selain pembinaan dalam akademik, di SMP Bina Anak Sholeh juga memperhatikan pembinaan spritual dan kepribadian siswa. Siswa setelah belajar di sekolah wajib tinggal di asrama. Kurikulum di asrama menekankan pada penanaman dan pembiasaan nilai-nilai Al-Qur’an. Pendidikan tah}si>n dan tah}fi>z} al-Quran (minimal 5 juz), yakni juz 30, juz 29, juz 1, juz 2 dan juz 3. Pembelajaran kitab kuning, pembelajaran dan pembiasaan berbahasa Arab dan Inggris, pembelajaran terbimbing. Sementara untuk pembelajaran reguler menggunakan kurikulum 2013. Selain pembinaan dalam akademik, di SMP Bina Anak Sholeh juga menekankan penanaman kepribadian muslim kepala seluruh siswa. Nilai-nilai karakter yang ditonjolkan sesuai dengan visinya adalah jujur, istiqamah, santun, disiplin, peduli, dan daya juang.21

SMP Bina Anak Sholeh terletak di pusat kota Tuban. Letaknya sangat strategis. Gedungnya bergaya bangunan timur tengah. Disetting antara

21 Hasil observasi dan wawancara Waka Kurikulum SMP Bina Anak Sholeh, Tuban 29 Januari


(21)

12

gedung sekolah dan gedung asrama berada pada satu atap. Tempatnya sangat luas, bersih, indah, dan nyaman. Semua siswa wajib tinggal di asrama tanpa terkecuali. Sistem pendidikannya terpadu dan berdurasi 24 jam terus menerus yang dimana seluruh kegiatan siswa di bawah pengawasan dan bimbingan dua lembaga yaitu pendidikan diniyah yang dikelola langsung oleh pembina boarding school dan pendidikan formal yang dikelola sekolah. Adapun untuk kegiatan yang sifatnya ekstra-kurikuler, di bawah pengawasan dan bimbingan langsung oleh sekolah. Dengan demikian, setiap kegiatan siswa menjadi sarana strategis kondusif untuk mengimplementasikan pendidikan karakter dalam mewujudkan siswa yang berkepribadian.

Banyak sekali program di-design untuk menggali potensi peserta didik baik itu kegiatan ekstrakurikuler atau program kegiatan yang lain. Ada 16 kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMP Bina Anak Sholeh seperti pramuka, Palang Merah Remaja, robotic, multimedia, pencak silat, bola voli, fotografi, music, teater, sains club, english club, mathematic club, social club, atletik, futsal, dan basket. Siswa dapat memilih ekstrakulikuler tersebut sesuai dengan minatnya. Selain ekstrakurikuler tersebut ada juga club mata pelajaran, yang mana kegiatan tersebut di-design untuk mempersiapkan siswa mengikuti olimpiade atau perlombaan sejenisnya.

Selain kegiatan ekstrakurikuler, SMP BAS juga kaya akan aktifitas positif guna pembinaan kepribadian remaja dan bekal kelak mereka dewasa. Kegiatan ko kurikuler diantaranya adalah MOPDB (Masa Orientasi Peserta Didik Baru), PHBI (Peringatan Hari Besar Islam), LDKS (Latihan Dasar


(22)

13

Kepemimpinan Siswa), Class Meeting, Study in Pare, Exhibition of Education, dan Study Outdoor. Sementara itu, di asrama siswa juga banyak kegiatan diantaranya mengaji Kitab Kuning dan Al quran, latihan pidato dengan tiga bahasa ( Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia),

diba’iyah, qiro>’ah, rebana dan belajar terbimbing. Kegiatan ini dibimbing

oleh pengajar yang sudah berpengalaman.

SMP Bina Anak Sholeh merupakan SMP dengan sistem boarding. Diharapkan dengan sistem boarding ini, visi dan misi SMP Bina Anak Sholeh bisa tercapai. Salah satu program unggulan SMP Bina Anak Sholeh adalah siswa mampu menghafal 3 hingga 5 juz. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut maka qiro’>at al-qur’an dan tah}fi>z} al-qur’an dilaksanakan pada pukul 04.30 – 05.30 dan 18.00 – 19.15. Para pengajar qiro’>at al-qur’an dan tah}fi>z} al-qur’an adalah para h}afi>z}ah.

Program Madin juga merupakan nilai plus bagi sekolah ini. Madin dimulai pukul 15.40 hingga 17.00. Mata pelajaran yang dipelajari siswa adalah PAI, Tauh}i>d, Fiqh, Aswaja, Akhlaq, Tajwi>d, dan Bahasa Arab. Diharapkan dengan Program Madin ini, siswa lebih fokus dalam belajar ilmu agama.

Tradisi-tradisi yang terdapat di dunia pesantren sangat mempengaruhi kepribadian santrinya. Begitu pula di asrama, kegiatan pembinaan spiritual yang ada di asrama akan mempengaruhi kepribadian siswanya. Keduanya, antara di pesantren dan asrama sama-sama memiliki tujuan untuk membentuk karakter dan akhlak yang baik, meskipun mungkin memiliki metode, strategi,


(23)

14

dan media yang berbeda dalam membina karakter anak. Dari sinilah, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian guna mengetahui bagaimana implementasi pendidikan karakter dalam mewujudkan siswa berkepribadian melalui sistem pesantren di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan boarding school di SMP Bina Anak Sholeh Tuban , dengan menggunakan pendekatan kualilatif.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Permasalahan pendidikan karakter sangat kompleks. Dapat dilihat dari fenomena kerusakan moral yang terjadi pada Bangsa ini, seperti tawuran, main hakim sendiri, dan sebagainya. Peran pendidikan sangat penting dalam membina karakter. Banyak orang tua yang menjadikan pesantren sebagai alternatif pendidikan anaknya. Selain itu di zaman sekarang muncul pula boarding school yang merupakan pengembangan dari pesantren, yang bisa dijadikan alternatif oleh para orang tua dalam menyekolahkan anaknya.

Berikut identifikasi masalah yang kemungkinan dapat muncul dalam penelitian ini:

a. Perbedaan strategi implementasi nilai-nilai karakter di pondok pesantren Manbail Futuh dan boarding school Bina Anak Sholeh akan mempengaruhi terhadap wujud kepribadian siswa.


(24)

15

b. Wujud kepribadian siswa yang dibentuk oleh pondok pesantren Manbail Futuh berbeda dengan kepribadian siswa yang dibentuk oleh boarding school Bina Anak Sholeh.

c. Implementasi pendidikan karakter di pondok pesantren di bawah kepemimpinan kyai akan sangat berbeda dengan pola penanaman nilai-nilai karakter di boarding school yang ada di bawah kepemimpinan seorang direktur. Keberadaan kyai di pondok pesantren Manbail Futuh 24 jam bersama santri sedangkan di boarding school para santri di bawah bimbingan pengurus asrama saja.

d. Adanya perbedaan sistem pengelolaan kurikulum di pondok pesantren dan boarding school, juga akan membedakan karakter siswa yang dibentuk lembaga. Pondok Pesantren Manbail Futuh merupakan pondok pesantren dengan sistem salafi namun dalam kurikulum madrasahnya menggunakan kurikulum aturan pemerintah. Sedangkan pada asrama Bina Anak Sholeh lebih menggunakan sistem kurikulum modern meskipun dalam madrasahnya juga mengikuti kurikulum aturan pemerintah sebagaimana halnya Manbail Futuh.

e. Faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat dalam penerapan pendidikan karakter dalam mewujudkan siswa berkepribadian melalui sistem pesantren di MTs Manbail Futuh dan boarding school di SMP Bina Anak Sholeh Tuban.


(25)

16

f. Beberapa hal yang mungkin dapat menghambat berhasilnya pembentukan karakter adalah kurang adanya kerja sama antara orang tua dan guru, lingkungan belajar yang kurang kondusif, belum adanya konsistensi pada penerapan nilai-nilai karakter, dan lain-lain.

Berdasarkan identifikasi masalah yang sangat kompleks, penelitian ini difokuskan pada permasalahan yang berkenaan dengan pengimplementasian pendidikan karakter melalui sistem pesantren dan boarding school dalam mewujudkan siswa berkepribadian di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan di SMP Bina Anak Sholeh Tuban. 2. Batasan Masalah

Untuk menghindari perluasan ruang lingkup dan pembahasannya, serta untuk mempermudah pemahaman, maka pada tesis ini ruang lingkup dan pembahasannya, peneliti memfokuskan pada masalah yang berkaitan dengan judul tesis, antara lain:

1. Wujud kepribadian siswa melalui sistem pesantren dan boarding school.

2. Implementasi pendidikan karakter dalam mewujudkan siswa berkepribadian melalui sistem pesantren di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan boarding school di SMP Bina Anak Sholeh Tuban.

3. Faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan pendidikan karakter dalam mewujudkan kepribadian melalui sistem pesantren di


(26)

17

MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan boarding school di SMP Bina Anak Sholeh Tuban.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian diatas dapat dirinci masalah-masalah dalam penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana wujud kepribadian siswa melalui sistem pendidikan pesantren

dan boarding school di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan SMP

Bina Anak Sholeh Tuban?

2. Bagaimana pendidikan karakter melalui sistem pesantren dan boarding

school di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan SMP Bina Anak

Sholeh Tuban?

3. Bagaimana faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan pendidikan karakter dalam mewujudkan kepribadian melalui sistem pesantren di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan boarding school di SMP Bina Anak Sholeh Tuban?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang implementasi pendidikan karakter di Madrasah yang berbasis pesantren. Namun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkap informasi yang berkaitan dengan:

1. Untuk mengetahui wujud kepribadian siswa melalui sistem pendidikan pesantren dan boarding school di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan SMP Bina Anak Sholeh Tuban.


(27)

18

2. Untuk mengetahui pendidikan karakter melalui sistem pesantren dan

boarding school di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan SMP Bina

Anak Sholeh Tuban.

3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung pendidikan karakter dalam mewujudkan kepribadian melalui sistem pesantren di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan boarding school di SMP Bina Anak Sholeh Tuban.

E. Manfaat Penelitian

Gambaran tentang penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kepentingan ilmu pengetahuan terutama dalam pembinaan dan pendidikan karakter, meliputi:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dalam dunia pendidikan khususnya tentang implementasi pendidikan karakter dalam mewujudkan siswa berkepribadian melalui sistem pesantren di MTs Manbail Futuh Beji-Jenu-Tuban dan boarding school di SMP Bina Anak Sholeh Tuban.

b. Memberikan kontribusi pemikiran bagi seluruh pemikir keintelektualan dunia pendidikan Islam sehingga bisa memberikan gambaran ide bagi pemikir pemula.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, sebagai wacana untuk memperluas cakrawala pemikiran tentang pendidikan, khususnya pendidikan karakter.


(28)

19

b. Bagi masyarakat, penelitian ini setidaknya dapat dijadikan perbendaharaan konsep tentang dunia pendidikan dan bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pendidikan karakter bangsa.

c. Bagi lembaga, hasil penelitian ini sekiranya dapat digunakan sebagai informasi dalam meningkatkan out-put pendidikan di perguruan tinggi, khususnya Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. d. Bagi perkembagan ilmu pendidikan, penelitian ini diharapakan dapat

memberikan nuansa dan wahana baru bagi perkembangan ilmu dan konsep pendidikan ke depan.

F. Penelitian Terdahulu

Berkaitan dengan penulisan tesis ini, peneliti telah mengupayakan penelusuran pembahasan-pembahasan yang terkait dengan masalah pendidikan karakter. Hasil penelitian terdahulu yang mempunyai keterkaitan dengan variabel yang akan diteliti antara lain:

1. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP Negeri 2 Surabaya (Problematika dan Alternatif Solusinya), tesis yang ditulis oleh Siti Nurholidah Sorgawati.22

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode penelitian yang digunakan berupa observasi, wawancara, metode dokumentasi dan metode analisis data.

22 Siti Nurholidah Sorgawati, Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP Negeri 2 Surabaya (Problematika dan Alternatif Solusinya), (Tesis, IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2012)


(29)

20

Hasil penelitian pada tesis ini menunjukkan bahwa implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Surabaya sudah diterapkan dengan sangat baik meskipun ada beberapa yang perlu peningkatan khususnya adanya kerjasama antar warga sekolah, kerjasama sekolah dengan orang tua dan kerjasama sekolah dengan masyarakat sekitar. Sedangkan problematika yang muncul adalah terkait kurangnya dukungan dari orang tua dalam pembinaan karakter dan kurangnya komunikasi antar guru bidang studi. Alternatif solusi yang ditawarkan adalah meningkatkan intensitas komunikasi antara orang tua dan guru BK sehingga jika terdapat karakter siswa yang tidak seharusnya dapat langsung diatasi. Dan alternatif solusi berikutnya dalam mengatasi kurangnya kerjasama antar guru bidang studi adalah dengan membicarakan setiap hal kepada kepala sekolah yang terkait dengan pembinaan karakter siswa dan kepala sekolah akan mengkondisikan seluruh kegiatan guru antar bidang studi. 2. Peran Pendidikan Pesantren dalam Pembentukan Kepribadian

Santri (Studi di Asrama Pelajar Pesantren Darut Tauhid Bangil), tesis yang ditulis oleh Nurul Mufidah.23

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis. Tehnik pengumpulan data yang digunakan pada tesis ini adalah observasi, interview, dan dokumentasi.

23Nurul Mufidah, Peran Pendidikan Pesantren dalam Pembentukan Kepribadian Santri (Studi di Asrama Pelajar Pesantren Darut Tauhid Bangil), (Tesis, IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010).


(30)

21

Penelitian ini memaparkan bahwa Pesantren Darut Tauhid Bangil masih tergolong pesantren yang salafiyah, meskipun sedikit memadukan dengan sistem pendidikan modern seperti yang berkembang saat ini karena ada pengelompokan santri. Kepribadian yang dimiliki santri di pesantren Darut Tauhid Bangil ini tergolong bagus, bisa dilihat dari kebiasaan mereka yang setiap harinya bergaul dan bersosialisasi terhadap lingkungan. Sistem pendidikan yang dibuat oleh pesantren Darut Tauhid ini secara tidak langsung dan tidak sadar mengajarkan kepribadian yang baik kepada para santrinya. Karena seyogianya pendidikan tidak hanya dilakukan pada pendidikan formal pesantren saja, akan tetapi dalam segala gerak kehidupan. Keteladanan para kyai dan ustadz sangat mempengaruhi kepribadian santri. Keteladanan ini merupakan salah satu metode pembentukan kepribadian yang efektif karena dengan keteladanan dari kyai dan para ustadz, santri akan meniru segala sikap baik yang dilihatnya.

3. Implementasi Pendidikan Moral dalam Membentuk Karakter Siswa SMA Khadijah Surabaya, tesisyang ditulis oleh Wasilatul Fadilah.24

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan tehnik pengumpulan datanya menggunakan tehnik interview, observasi dan dokumentasi. Uji validitas datanya menggunakan tehnik perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member check.

24 Wasilatul Fadilah, Implementasi Pendidikan Moral dalam Membentuk Karakter Siswa SMA Khadijah Surabaya (Tesis, IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2013).


(31)

22

Penelitian ini memaparkan adanya konsep dan kurikulum yang diterapkan di SMA Khadijah Surabaya. Materi agama dikembangkan menjadi berbagai ilmu, seperti Fiqih, Aqidah Akhlak, Bahasa Arab, Tafsir, Tartil, Aswaja, dan Nahwu Shorof. Metode yang diterapkan guru dalam penyampaian materi sangat efektif dan menyenangkan. Selain metode, lengkapnya fasilitas juga mendukung terhadap kegiatan KBM seperti lingkungan yang nyaman dan fasilitas yang lengkap. Begitu juga proses pembudayaan moral yang baik melalui keteladanan yang baik dari seorang figur tokoh sangat mempengaruhi karakter siswanya. Semua itu tidak terlepas dari aturan dan kode etik yang harus dijalankan di SMA Khadijah Surabaya.

Implementasi pendidikan moral di SMA Khadijah Surabaya dilakukan di in door (melalui KBM di kelas) dan out door (segala aktifitas siswa di luar kelas). Guru juga mengadakan evaluasi dalam pendidikan karakter siswanya yaitu melalui tes tulis, self assessment, performance, kerjasama, demonstrasi dan sebagainya.

Faktor pendukung terhadap lancarnya pembinaan moral dan karakter siswa adalah terjalin sinergi yang baik dan kekeluargaan antar warga sekolah dan antara sekolah dengan orang tua terjadi komunikasi dan controlling yang baik.

Sedangkan faktor penghambat adalah pengaruh lingkungan di luar sekolah yang kadang menyebabkan adanya pelanggaran siswa yang


(32)

23

tidak mematuhi aturan sekolah serta kurangnya korelasi antara strategi pembelajaran dengan alat evaluasi yang dipakai.

4. Strategi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Sidayu Gresik, tesis yang ditulis oleh Alfiyatus Saadah.25

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan pendekatan fenomenologis yaitu berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi, observasi dan angket.

Penelitian ini memaparkan karakter yang dibangun di SMA Negeri 1 Sidayu Gresik ada enam, yaitu karakter disiplin, karakter religius, karakter jujur, karakter kreatif, karakter pedui sosial, dan karakter tanggung jawab. Strategi yang digunakan melalui kelas adalah dengan pemberian informasi, pengkondisian lingkungan dan strategi pembiasaan. Sedangkan strategi yang dilakukan di luar kelas dalam lingkup sekolah adalah melakukan kerjasama antara guru agama dan kepala sekolah dalam perencanaan program, memberi teladan, andil mendukung kegiatan keagamaan dan evaluasi.

Faktor yang mendukung dalam pembangunan karakter adalah warga sekolah memberikan respon positif terhadap kebijakan-kebijakan kepala sekolah yang bekerja sama dengan guru agama dalam

25 Alfiyatus Saadah, Strategi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Sidayu Gresik, (Tesis, IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2012).


(33)

24

membangun karakter siswa. Sedangkan faktor yang menghambat adalah sarana sekolah yang kurang memadai seperti tempat wudhu yang masih kurang sehingga siswa laki-laki dan perempuan tidak terpisah. Hambatan berikutnya adalah tidak semua guru mengetahui kaitan antara visi dan kurang misi sekolah dengan pendidikan karakter sehingga nampak ada guru yang peduli dengan program sekolah.

5. Character Education in Islamic Boarding School Based SMA Amanah, jurnal yang ditulis olehNana Herdiana Abdurrahman.26

Tulisan ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang: kebijakan kepala sekolah, metode yang digunakan, karakter siswa, dan masalah yang dihadapi serta upaya yang dilakukan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di SMA Amanah yang berbasis pesantren.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Prosedur pengumpulan data yang digunakan melalui obeservasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kebijakan kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan karakter mengacu pada visi, misi serta program sekolah; 2) metode yang digunakan dalam proses pendidikan karakter dilakukan melalui keteladanan, melalui pengawasan dan pengasuhan, melalui pembiasaan, melalui program pelatihan, dan melalui partisipasi santri dalam berbagai jenis kegiatan, serta melalui penghargaan dan hukuman; 3) karakter

26 Nana Herdiana Abdurrahman, “Character Education in Islamic Boarding School Based SMA

Amanah”, dalam Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 2, No. 2 (2016), diakses melalui journal.uinsgd.ac.id dan diakses pada tanggal 09 Juni 2017.


(34)

25

siswa hasil dari proses pendidikan adalah siswa yang beriman dan bertakwa serta mampu mengaplikasikan ilmu dan ketakwaannya ke dalam perilaku sehari-hari; 4) masalah yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan karakter diantaranya adalah perbedaan nilai dan norma bawaan siswa tersebut, tidak seimbangnya fasilitas dengan jumlah siswa, serta pendidikan karakter merupakan program baru sehingga beberapa guru masih perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian, serta upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah penyelenggaraan pendidikan karakter di SMA Amanah yang berbasis pesantren diantaranya membangun karakter diri, karakter keluarga dan karakter lingkungan sekitar atau masyarakat serta membangun sebuah komitmen semua pihak yang terlibat.

6. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 8 dan SMP Negeri 9 Purwokerto, jurnal yang ditulis oleh Tutik Ningsih.27

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan; (1) implementasi pendidikan karakter (IPK) di SMP Negeri 8 dan SMP Negeri 9 Purwokerto; (2) peran kepala sekolah, guru, dan siswa dalam IPK; dan (3) aktualisasi nilai-nilai karakter dalam IPK. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode kualitatif dengan pendekatan kualitatif-naturalistik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model interaktif Miles dan

27 Tutik Ningsih, Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 8 dan SMP Negeri 9

Purwokerto, Vol. 3, No. 2 (2015), diakses melalui journal.uny.ac.id dan diakses pada tanggal 09 Juni 2017.


(35)

26

Huberman. Berdasarkan hasil penelitian ditarik kesimpulan berikut ini. (1) Implementasi pendidikan karakter yang dilakukan melalui pola kegiatan terpadu antara kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler (2) Implementasi pendidikan karakter yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru, dan siswa mempunyai peranan yang positif dalam pembentukan kultur sekolah yang berkarakter.

Peran kepala sekolah, guru, dan siswa dalam IPK diwujudkan dalam: (a) peran kepala sekolah sebagai motivator, pemberi contoh keteladanan, pelindung, penggerak kegiatan, perancang kegiatan, pendorong, dan pembimbing; (b) peran guru sebagai pendidik, pengasih, dan pengasuh; dan (c) peran siswa sebagai subjek didik dan pelaksana kegiatan di sekolah. (3) Aktualisasi nilai-nilai karakter dalam IPK cenderung mengacu pada prinsip ABITA (Aku Bangga Indonesia Tanah Airku) berbasis kebangsaan dan religius yang meliputi 18 nilai karakter, yaitu: (a) nilai religius, (b) kejujuran, (c) demokratis, (d) tanggung jawab, (e) disiplin, (f) peduli lingkungan, (g) peduli sosial, (h) kerja keras, (i) mandiri, (j) cinta tanah air, (k) semangat kebangsaan, (l) rasa ingin tahu, (m) gemar membaca, (n) menghargai prestasi, (o) cinta damai, (p) bersahabat/komunikatif, (q) toleran, dan (r) kreatif. (4) Terdapat persamaan dan perbedaan dalam IPK di kedua SMP tersebut. Persamaannya adalah mengacu pada nilai-nilai yang ada pada prinsip ABITA, perbedaannya kalau di SMP Negeri 8 melaksanakan 12 nilai karakter dan kegiatan pelajaran sekolah setiap pagi diawali dengan baca


(36)

27

Alquran pada jam ke-0, sedangkan SMP Negeri 9 Purwokerto melaksanakan 18 nilai karakter sesuai prinsip ABITA sebagai pilot projek Kemdikbud yang kegiatan pelajaran dimulai setiap pagi diawali dengan “Salam ABITA”, menyanyikan lagu kebangsaan, dan kegiatan kebersihan lingkungan sekolah.

7. Strategi dan Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMPN 9 Yogyakarta, jurnal yang ditulis oleh Reza Armin Abdillah Dalimunthe.28

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) strategi pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah; dan (2) implementasi pelaksanaan pendidikan karakter di SMPN 9 Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi, yaitu dengan pengecekan terhadap informasi hasil wawancara dengan dokumentasi dan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pelaksanaan pendidikan karakter di SMPN 9 Yogyakarta dapat dilakukan melalui: pengintegrasian nilai dan etika pada mata pelajaran, internalisasi nilai positif yang di tanamkan oleh semua warga sekolah, pembiasaan dan latihan, pemberian contoh dan teladan, penciptaan suasana berkarakter di sekolah, serta pembudayaan. Implementasi pendidikan karakter di SMPN

28 Reza Armin Abdillah Dalimunthe, Strategi dan Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter

di SMPN 9 Yogyakarta, Vol. 3, No. 1 (2015), diakses melalui journal.uny.ac.id dan diakses pada tanggal 09 Juni 2017.


(37)

28

9 Yogyakarta dilakukan melalui keterpaduan antara pembentukan karakter dengan pembelajaran, manajemen sekolah, dan kegiatan ekstrakurikuler.

8. Model Pembelajaran Berbasis Pondok Pesantren dalam Membentuk Karakter Siswa di Pondok Pesantren Raoudhotut Tholibin Rembang Jawa Tengah, jurnal yang ditulis oleh H.M. Nur Hasan.29

Tulisan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menemukan tentang penerapan model pembelajaran karakter di pondok pesantren Roudhotut Tolibin Kabupaten Rembang.

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yakni lebih melihat seperti apa penerapan media belajar dan pembelajaran berbasis pondok pesantren di Pondok Pesantren. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.

Model pembelajaran pendidikan berbasis karakter di Pondok Pesantren Roudhotut Tolibin terdapat beberapa upaya dan rencana pembentukan karakter pada siswa atau santrinya. Hal ini ditunjukkan tata tertib santri pada buku peraturan disiplin santri, tentang tata tertib disiplin santri seperti menyiapkan petugas piket, etika izin dan berbagai jenis

29 H.M. Nur Hasan, Model Pembelajaran Berbasis Pondok Pesantren dalam Membentuk Karakter

Siswa di Pondok Pesantren Raoudhotut Tholibin Rembang Jawa Tengah, dalam Wahana Akademika, Vol. 3, No. 2 (oktober, 2016), diakses melalui jurnal.walisongo.ac.id dan diakses pada tanggal 09 Juni 2017.


(38)

29

pelanggaran dengan konsekuensi hukuman. Proses pendidikan di Pondok pesantern melalui tahapaan-tahapan pembelajaran dalam hal penguasaan baca tulis dan hafalan al-Qur’an.

Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian ini berjenis penelitian multi kasus, yaitu meneliti dua subjek. Kasus yang diteliti dalam penelitian ini adalah implementasi pendidikan karakter dalam mewujudkan kepribadian siswa melalui sistem pesantren dan boarding school. Kegiatan yang dilakukan di pesantren tentu tidak sama dengan kegiatan yang ada di boarding school. Namun keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu pembentukan karakter siswa. Sehingga nanti akan ditemukan adanya persamaan dan perbedaan strategi penanaman karakter pada siswa di pesantren dan boarding school, serta bagaimana wujud karakter atau kepribadian yang muncul pada siswa yang bertempat tinggal di pesantren dan boarding school.

Sedangkan persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti tentang implementasi pendidikan karakter dalam mewujudkan siswa yang berkepribadian. Bagaimana wujud kepribadian siswa, implementasi pendidikan karakternya dan faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam proses terjadinya pembentukan karakter anak.

G. Sistematika Bahasan

Untuk memperoleh gambaran awal tentang isi, pembahasan tesis ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:


(39)

30

Bab Kesatu, pendahuluan, bab ini terdiri dari 5 subbab, yaitu: latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, penelitian terdahulu, dan sistematika pembahasan. Bab ini merupakan pengantar kepada pokok bahasan dalam penelitian ini.

Bab Kedua, kajian pustaka, bab ini terdiri dari 3 subbab, yaitu: (1) kajian konseptual tentang pendidikan karakter meliputi pengertian, strategi, nilai karakter yang dikembangkan, dan pelibatan masyarakat dan orang tua dalam pendidikan karakter, (2) kajian konseptual tentang kepribadian siswa meliputi pengertian kepribadian, aspek-aspek kepribadian, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian, (3) kajian konseptual tentang pondok pesantren dan boarding school meliputi pengertian pondok pesantren, sistem pendidikan pondok pesantren dan sistem pendidikan boarding school.

Bab Ketiga, metodologi penelitian, terdiri dari 4 point yaitu (1) jenis dan pendekatan penelitian, (2) sumber dan jenis data, (3) pengumpulan data, (4) analisis data, dan (5) pengecekan keabsahan data.

Bab Keempat, setting penelitian. Bab ini mencakup setting penelitian di MTs Manbail Futuh dan SMP Bina Anak Sholeh, yang meliputi identitas sekolah, visi misi dan tujuan sekolah, standar mutu lulusan, fasilitas dan sarana fisik sekolah, dan kurikulum sekolah.

Bab Kelima, deskripsi dan analisis data, bab ini terdiri dari deskripsi tentang wujud kepribadian siswa di MTs Manbail Futuh dan SMP Bina Anak Sholeh, implementasi pendidikan karakter di MTs Manbail Futuh dan SMP


(40)

31

Bina Anak Sholeh, faktor pendukung dan penghambat pendidikan karakter di MTs Manbail Futuh dan SMP Bina Anak Sholeh dan analisis hasil penelitian yaitu analisis wujud kepribadian, analisis implementasi pendidikan karakter, dan analisis faktor pendukung dan penghambat pendidikan karakter di MTs Manbail Futuh dan SMP Bina Anak Sholeh.

Bab Keenam, penutup, bab ini terdiri dari 2 subbab, yaitu yang terdiri atas kesimpulan dan saran yang mengakhiri seluruh pembahasan dalam penelitian ini.


(41)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Konseptual tentang Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Sebelum dijelaskan tentang pengertian pendidikan karakter, terlebih dahulu akan diuraikan masing-masing dari pengertian pendidikan dan pengertian karakter itu sendiri.

Secara etimologi berbagai macam pengertian pendidikan diberikan oleh para ahli. John Dewey, seperti yang dikutip oleh M. Arifin menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelectual) maupun daya perasaan (emotional) menuju ke arah tabiat

manusia dan manusia biasa.1

Berbeda dengan pendapat John Dewey, seorang tokoh Islam, Abul A’la al-Maududi menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik agar mampu mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan sekaligus sebagai kholi>fah fi al-ard}.2

Miskawaih menyatakan tujuan dari pendidikan adalah terwujudnya sikap batin (jiwa) atau budi pekerti yang luhur dalam diri

1 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), 1.

2Abu Al-A’la Al-Maududi, Manhaj Al-Isla>miah Al-Jadi>d li Al-Tarbiyah wa Al-Ta’li>m (Damsyik:


(42)

33

manusia dan melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik sehingga dapat mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan yang sejati dan sempurna. Hal tersebut ditegaskan oleh Miskawaih, “maka sampailah pada tujuan segala sesuatu pada suatu tujuan beberapa tujuannya yaitu kebahagiaan yang tertinggi yang tidak ada kebahagiaan

setelah itu”.3

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang diarahkan untuk mematangkan potensi fitrah manusia, agar setelah tercapai kematangan itu, ia mampu memerankan diri sesuai dengan amarah yang disandangnya, serta mampu mempertanggungjawabkan pelaksanaan kepada Sang Pencipta. Kematangan di sini dimaksudkan sebagai gambaran dari tingkat perkembangan optimal yang dicapai oleh setiap

potensi fitrah manusia.4

Pengertian pendidikan secara terperinci lagi cakupannya dikutip Abuddin Nata dari pendapat yang dikemukakan oleh Soegarda Poerbakawaca:

Pendidikan mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama

sebaik-baiknya….5

Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan

3Ibn Miskawaih, Tahdhi>b al-Akhla>q wa Tat}hi>r al-A’ra>q, cet. I (Kairo: al-Mathba’ah al-Mishriyah

wa Maktabatuha, 1934), 83.

4 Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), 51. 5Abuddin Nata,Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Logos Wacana, 1997), 10.


(43)

34

potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut, serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan. Karena itu, bagaimana pun peradaban suatu masyarakat, didalamnya berlangsung dan terjadi suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia

untuk melestarikan hidupnya.6

Dalam Islam, pada mulanya pendidikan disebut dengan kata “ta’di>b”. Kata “ta’di>b” mengacu kepada pengertian yang lebih tinggi

dan mencakup seluruh unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran

(ta’li>m) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Akhirnya, dalam

perkembangan kata“ta’di>b” sebagai istilah pendidikan hilang dari

peredarannya, sehingga para ahli pendidikan Islam bertemu dengan

istilah at tarbiyah atau tarbiyah, sehingga sering disebut tarbiyah.

Sebenarnya kata ini asal katanya adalah dari

“Rabba-Yurobbi-Tarbiyatan” yang artinya tumbuh dan berkembang.7 Istilah tarbiyah

dapat ditemukan dalam al-Qur’an QS. Al-Isra’: 24.

               

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka

keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".8

6 Djumransyah, Filsafat Pendidikan (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), 22. 7 Zuhairini, dkk.,Metodologi Pendidikan Agama, (Bandung : Ramadhani, 1993), 9. 8Al-Qur’a>n, 17 (al-Isra>’): 24.


(44)

35

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan perubahan ke arah positif yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia.

Setelah diuraikan tentang pengertian pendidikan, lebih lanjut akan diuraikan tentang pengertian karakter. Kata karakter selama ini dipakai sebagai ungkapan tentang tabiat, perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan, sekarang menjadi sebuah bangunan konsep kebijakan yang mengharuskan banyak pihak untuk mengkaji ulang tentang karakter dan pendidikan karakter. Kemendiknas memberi makna karakter sebagai: “watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang

terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan ( virtues ) yang

diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,

bersikap, dan bertindak.”9

Orang berkarakter berarti orang yang memiliki watak, tabiat, kepribadian, budi pekerti, atau akhlak. Dengan makna seperti ini berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber daribentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,

9Kementrian Pendidikan Nasional, Bahan Pelatihan, Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, (Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2010), 3.


(45)

36

misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak lahir.10

Sedangkan akhlak menurut Al-Ghazali adalah “suatu perangai (watak/tabiat) yang menetap dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya secara

mudah dan ringan tanpa dipikirkan atau direncanakan sebelumnya”.11

Seperti halnya akhlak, budi pekerti adalah nilai-nilai hidup manusia yang sungguh-sungguh dilaksanakan bukan karena sekedar kebiasaan, tetapi berdasar pemahaman dan kesadaran diri untuk menjadi baik. Budi pekerti didapat melalui proses internalisasi dari apa yang ia ketahui, yang

membutuhkan waktu sehingga terbentuk pekerti yang baik.12

Sedangkan tabiat itu sendiri juga disebut temperamen, tabiat adalah kepribadian yang lebih bergantung pada keadaan badaniah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tabiat adalah konstitusi

kejiwaan.13Konstitusi kejiwaan disini maksudnya adalah keadaan jasmani

seseorang. Menurut Ngalim Purwanto, temperamenadalah gejala karakteristik dari sifat emosi individu, termasuk mudah tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan suasana hati secara fluktuasi dan intensitas suasana hati, serta bergantung pada faktor konstitusional, yang karenanya

10Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung: PT Remaja RosdaKarya,

2012), 4.

11Al-Ghazali, Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia (Bandung: Kharisma, 1994),

31. Lihat Imam Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Ihya>’ Ulu>m al-Di>n, Maktabah Sha>milah.

12Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan (Jakarta: Bumi

Aksara, 2008), 38.

13


(46)

37

terutama berasal dari keturunan. Jadi, temperamen sifatnya

turun-temurun dan tak dapat diubah oleh pengaruh-pengaruh dari luar.14

Dengan demikian antara karakter, kepribadian, akhlak, tabiat, temperamen dan budi pekerti saling berkaitan. Seseorang individu yang memiliki akhlak, sifat, kepribadian akan mampu melakukan hal-hal yang baik seperti tertanam dalam nilai-nilai karakter.

Hurlock dalam bukunya yang berjudul Personality Development,

secara tidak langsung mengungkapkan bahwa karakter terdapat pada kepribadian. Karakter mengimplikasikan sebuah standar moral dan melibatkan sebuah pertimbangan nilai. Karakter berkaitan dengan

tingkah laku yang diatur oleh upaya dan keinginan.15

Secara ringkas beberapa komponen karakter menurut Hurlock seperti yang disebutkan dalam buku Dharma Kesuma, meliputi:

a. Aspek kepribadian

b. Standar moral dan ajaran moral

c. Pertimbangan nilai

d. Upaya dan keinginan individu

e. Hati nurani

f. Pola-pola kelompok

g. Tingkah laku individu dan kelompok.16

14Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), 143.

15Elizabeth B. Hurlock, Personality Development (New York: McGraw-Hill Book Company,

1974), 8.

16Dharma Kesuma dkk, Pendidikan Karakter; Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung:


(47)

38

Selaras dengan pendapat Hurlock, Doni Koesoema A. memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,

misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir.17 Banyak

kita jumpai, karakter dan kepribadian sering digunakan secara rancu. Memang ada yang menyamakan antara keduanya, seperti pendapat Doni Koesoema diatas.

Sedangkan Simon Philips dalam buku Masnur Muslich, menyatakan karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang

ditampilkan.18

Sementara, menurut Winnie, yang dikutip dalam bukunya Fatchul Mu’in, menyatakan bahwa:

Karakter memiliki dua pengertian tentang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat

kaitannya dengan personality. Seseorang baru bisa disebut orang

yang berkarakter (a person of character) apabila tingkah lakunya

sesuai kaidah moral.19

17Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Global (Jakarta:

Grasindo, 2010), 80.

18Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional (Jakarta:

Bumi Aksara, 2011), 70.

19Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter; Konstruksi Teoritik dan Praktik (Jogjakarta: ar-ruzz


(48)

39

Jadi dapat dipahami bahwa menurut Winnie karakter seseorang akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma agama, norma hukum, norma budaya, dan adat istiadat masyarakat. Norma menjadi pegangan hidup seseorang atau sekelompok orang bagi pengaturan tingkah lakunya. Lebih lanjut, jika seseorang ingin memperoleh karakter yang baik harus berusaha mengembangkan pola perilakunya sesuai dengan kehendak masyarakatnya. Kehendak ini berwujud moralitas yang berisi nilai-nilai dan kehidupan yang berada dalam masyarakat.

Setelah diketahui masing-masing pengertian pendidikan dan pengertian karakter, lebih lanjut akan diuraikan pengertian dari pendidikan karakter itu sendiri.

Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D., dalam buku

Zubaedi, character education is the deliberate effort to help people

understand, care about, and act upon core ethical value (pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk membantu manusia

memahami, peduli tentang, dan melaksanakan nilai-nilai etika inti).20

Sedangkan Williams & Schnaps mendefinisikan pendidikan

karakter sebagai “Any deliberate approach by which school personnel,

often in conjunction with parents and community members, help children and youth become caring, principled and responsible”. Maknanya kurang lebih pendidikan karakter merupakan berbagai usaha yang


(49)

40

dilakukan oleh para personel sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua dan anggota masyarakat, untuk membantu anak-anak dan remaja agar menjadi atau memiliki sifat peduli, berpendirian,

dan bertanggung jawab.21

Terkait tujuan pendidikan karakter, American School Counselor Association menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan karakter adalah “assist students in becoming positive and self-directed in their lives and education and in striving toward future goals”, (membantu siswa agar menjadi lebih positif dan mampu mengarahkan diri dalam pencapaian tujuan masa depannya). Tujuan ini dilakukan dengan mengajarkan kepada siswa tentang nilai-nilai dasar kemanusiaan seperti kejujuran, kebaikan, kedermawanan, keberanian, kebebasanm persamaanm dan rasa

hormat atau kemuliaan.22

Thomas Lickona menekankan ada tiga komponen karakter yang

baik yang harus dikembangkan dalam pendidikan, yaitu moral knowing

(pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral), dan

moral action (perbuatan moral), yang diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan nilai-nilai kebajikan. Istilah

lainnya adalah kognitif, afektif dan psikomotorik.23

Sependapat dengan Thomas Lickona, Zubaedi memaknai pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus yang intinya merupakan program pengajaran di sekolah yang bertujuan

21Ibid. 22Ibid., 16.


(50)

41

mengembangkan watak dan tabiat siswa dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, disiplin dan kerja sama yang menekankan ranah

afektif (perasaan/sikap), kognitif (berpikir rasional), dan skill

(ketrampilan, mengemukakan pendapat, dan kerja sama).24 Jadi, aspek

yang terpenting dalam pendidikan karakter menurut Zubaedi tersebut adalah yang di dalamnya terkandung tiga ranah pendidikan, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif peserta didik.

Dalam menanggapi berbagai pendapat tersebut, penulis memberikan beberapa tambahan saja. Memang benar bahwa hal yang paling penting dalam pendidikan karakter adalah perilaku anak didik yang mencerminkan dari kepribadiannya yang mempunyai nilai-nilai utama. Namun, untuk menghasilkan kepribadian yang baik dan sesuai yang diharapkan, maka tidak terlepas dari pentingnya suatu pemahaman. Sebab, bagaimanapun baiknya perilaku dan kepribadian seseorang bila tidak berangkat dari pemahaman yang baik, perilaku tersebut tidak mempunyai dasar yang kuat. Sebaliknya, justru dari pemahaman yang baik seseorang akan terdorong untuk mempunyai perilaku dan kepribadian yang baik pula.

2. Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter

Secara operasional, pendidikan karakter adalah upaya untuk membekali peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan


(51)

42

latihan selama pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai bekal bagi masa depannya, agar memiliki hati nurani yang bersih, berperangai baik, serta menjaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan terhadap sesama makhluk sehingga terbentuk pribadi seutuhnya, tercermin pada perilaku berupa ucapan, perbuatan, sikap, pikiran, perasaan, kerja dan hasil karya berdasarkan nilai-nilai agama

serta norma dan moral luhur bangsa.25

Implementasi pendidikan karakter dapat dilakukan dengan berbagai strategi pengintegrasian. Menurut Masnur Muslich, strategi yang dapat dilakukan adalah pengintegrasian dalam kegiatan sehari-hari, dan pengintegrasian dalam kegaiatan yang diprogramkan.

a. Pengintegrasian dalam kegiatan sehari-hari

Pelaksanaan strategi ini dapat dilakukan melalui cara berikut.

1) Keteladanan (contoh)

Kegiatan pemberian contoh/teladan ini tidak hanya bisa dilakukan oleh guru, akan tetapi juga bisa dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, staf administrasi di sekolah yang dapat dijadikan model bagi peserta didik.

2) Kegiatan spontan

Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilaksanakan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui sikap/tingkah laku peserta didik yang


(52)

43

kurang baik, seperti meminta dengan berteriak, mencoret dinding.

3) Teguran

Guru perlu menegur peserta didik yang melakukan perilaku buruk dan mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik sehingga guru dapat membantu mengubah tingkah laku mereka.

4) Pengkondisian lingkungan

Suasana sekolah dikondisikan sedemikian rupa dengan penyediaan sarana fisik. Contoh : penyediaan tempat sampah, jam dinding, slogan-slogan mengenai budi pekerti yang mudah dibaca oleh peserta didik, aturan/tata tertib sekolah yang ditempelkan pada tempat yang strategis sehingga setiap peserta didik mudah membacanya.

5) Kegiatan rutin

Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah berbaris masuk ruang kelas, berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain, membersihkan kelas/belajar.

Dalam pernyataan Masnur Muslich diatas, terdapat beberapa kesamaan dengan pernyataan Furqon Hidayatullah, tentang strategi penerapan pendidikan karakter, yaitu sebagai berikut.


(53)

44

1) Keteladanan

Keteladanan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam pendidikan karakter. Keteladanan guru dalam berbagai aktivitasnya akan menjadi cermin bagi siswanya. Oleh karena itu, sosok guru yang bisa diteladani siswa sangat penting. Guru yang suka dan terbiasa membaca dan meneliti, disiplin, ramah, berakhlak misalnya

akan menjadi teladan yang baik bagi siswanya.26

Keteladanan lebih mengedepankan aspek perilaku dalam bentuk tindakan nyata daripada sekedar berbicara. Apalagi didukung oleh suasana yang memungkinkan anak melakukannya kearah hal itu.

2) Penanaman atau penegakan kedisiplinan

Disiplin pada hakikatnya adalah suatu ketaatan yang sungguh-sungguh dan didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban serta berperilaku sebagaimana mestinya menurut aturan-aturan atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku di dalam

suatu lingkungan tertentu.27

Penegakan kedisplinan antara lain dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti peningkatan motivasi, pendidikan dan latihan, kepemimpinan, penerapan reward and punishment dan penegakan aturan.

26Furqan Hidayatullah, Pendidikan Karakter Membangun Peradapan Bangsa. (Surakarta: Yuma

pustaka, 2010), 41.


(54)

45

3) Pembiasaan

Pendidikan karakter tidak cukup hanya diajarkan melalui mata pelajaran di kelas, tetapi sekolah dapat juga menerapkannya melalui pembiasaan. Kegiatan pembiasaan secara spontan dapat dilakukan misalnya saling menyapa, baik antar teman antar guru, maupun antara guru dengan murid.

Pembiasaan diarahkan pada upaya pembudayaan pada aktivitas tertentu sehingga menjadi aktivitas yang terpola atau tersistem.

4) Menciptakan suasana yang kondusif

Pada dasarnya tanggung jawab pendidikan karakter ada pada semua pihak yang mengitarinya, mulai dari keluarga, sekolah

masyarakat, maupun pemerintah.28

Lingkungan dapat dikatakan merupakan proses

pembudayaan anak dipengaruhi oleh kondisi yang setiap saat dihadapi dan dialami anak. Demikian halnya dengan menciptakan suasana yang kondusif di sekolah merupakan upaya membangun kultur atau budaya yang memungkinkan untuk membangun karakter.

5) Integrasi dan internalisasi

Pendidikan karakter memerlukan proses internalisasi nilai-nilai. Untuk itu diperlukan pembiasaan diri untuk masuk ke dalam hati


(1)

226

B. SARAN

Sesuai dengan fokus pembahasan dalam tesis ini yaitu implementasi pendidikan karakter dalam mewujudkan siswa berkepribadian melalui sistem pesantren di MTs Manbail Futuh dan sistem boarding school di SMP Bina Anak Sholeh, maka penulis dapat mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Masih banyak nilai karakter yang harus dikembangkan oleh kedua

lembaga ini. Di MTs Manbail Futuh tidak hanya mengembangkan karakter yang berbasis pesantren dan agama saja. Sedangkan di SMP Bina Anak Sholeh juga perlu mengembangkan karakter lainnya selain yang tercantum dalam visi sekolah.

2. Dalam implementasi pendidikan karakter hendaknya selalu dilakukan dengan strategi yang sesuai dengan perkembangan anak yang notabene adalah anak yang mulai beranjak remaja, yaitu dengan strategi yang inovatif, kreatif, enjoyfull learning, namun tetap efektif.

3. Program pembentukan kepribadian siswa hendaknya didukung oleh segenap stakeholders sekolah sehingga tercipta suasana yang kondusif dan harmonis sehingga implementasi pendidikan karakter berjalan efektif.

4. Karena keterbatasan waktu, penelitian ini mungkin tidak bisa sempurna dalam merekonstruksi fenomena atau kasus yang ada. Oleh karenanya, hal tersebut bisa menjadi celah bagi penelitian selanjutnya untuk mengkaji implementasi pendidikan karakter dalam mewujudkan siswa berkepribadian melalui sistem pesantren dan boarding school.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

A’la, Abd. Pembaruan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006.

Anshori, HM. Hafi. Pengantar Umum Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1983.

Arifin HM. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Arifin, Imron. Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan. Malang: Kalimasahada Press, 1996.

Aziz, Hamka Abdul. Pendidikan Karakter Berpusat pada Hati; Akhlak Mulia Pondasi Membangun Karakter Bangsa. Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2011.

Azra, Azyumardi. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002.

Azzet, Akhmad Muhaimin. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia; Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa. Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2011.

Basri, Hasan. Kapita Selekta Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2012.

Bogdan, Rober C. dan Sari Knopp Biklen. Qualitative Research for Education, An Introduction to Theory and Methode. Boston: Allyn and Bacon, Inc., 1998.

_______________. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Aliyn and Bacon, Inc., 1998.

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren; Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES, 2011.

Djumransyah. Filsafat Pendidikan. Malang: Bayumedia Publishing, 2004.

Echols, John M. dan Hassan Shadly. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia, 2006.

Engku, Iskandar. Sejarah Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013. Fadilah, Wasilatul. Implementasi Pendidikan Moral dalam Membentuk Karakter

Siswa SMA Khadijah Surabaya. Tesis, IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2013.


(3)

Faisal, Sanapiah. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar dan Aplikasi. Malang: YA3, 1990.

Fatah, Rohadi Abdul. Rekonstruksi Pesantren Masa Depan (Jakarta: Listafariska Putra, 2005.

Ghazali (al). Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad. Ihya>’ ‘Ulu>m al-Di>n, Juz III. Beirut: Da>r al-Ma’rifah, 1982.

Ghazali (al). Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia. Bandung: Kharisma, 1994.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1987.

Hamalik, Omar. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.

Hamid, Abu. ‚Sistem Pendidikan Madrasah dan Pesantren di Sul-Sel‛, dalam Taufik Abdullah (ed), Agama dan Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali Press, 1983.

Hasan, Said Hamid dkk. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Puskur Balitbang Kemendiknas, 2010.

Hidayatullah, Furqan. Pendidikan Karakter Membangun Peradapan Bangsa. Surakarta: Yuma pustaka, 2010.

Hurlock, Elizabeth B. Personality Development. New York: McGraw-Hill Book Company, 1974.

Jalaluddin. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kajian dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter.

Kementrian Pendidikan Nasional. Bahan Pelatihan, Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2010.

Kesuma, Dharma dkk. Pendidikan Karakter; Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.

Koesoema, Doni A. Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo, 2010.


(4)

Lickona, Thomas. Character Matters; How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essential Virtues, terj. Juma Abdu Wamaungo. Jakarta, Bumi Aksara, 2016.

_____________. Educating for Character: How our School Can Teach Respect and Responsibility, terj. Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

M. Arifin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 2000.

_____________. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Ma’luf, Luis. Al-Munjid. Beirut: al-Maktabah Al-Katulikiyah, T.th.

Madjid, Nurcholis. Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina, 1997.

Maimun, Agus dan Agus Zainal Fitri. Madrasah Unggulan; Lembaga Pendidikan Alternatif di Era Kompetitif . Malang: UIN Press, 2010.

Maksudin. Pendidikan Islam Alternatif Membangun Karakter Melalui Sistem Boarding School. Yogyakarta: UNY Press, 2010.

_____________. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.

Maskawaih, Ibn. Menuju Kesempurnaan Akhlak. Bandung: Mizan, 1994.

Maududi (al), Abu Al-A’la. Manhaj Isla>miah Jadi>d li Tarbiyah wa Al-Ta’li>m. Damsyik: Al-Maktabah Al-Islami, 1985.

Miles, Matthew B. and A. Michael Huberman. Qualitative Data Analysis. London: Sage Publications, 1994.

Miskawaih, Ibn. Tahdhi>b Akhla>q wa Tat}hi>r A’ra>q, cet. I. Kairo: al-Mathba’ah al-Mishriyah wa Maktabatuha, 1934.

Moh. Shochib. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta, 1989.

Moloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.

Mu’in, Fatchul. Pendidikan Karakter; Konstruksi Teoritik dan Praktik.


(5)

Mufidah, Nurul. Peran Pendidikan Pesantren dalam Pembentukan Kepribadian Santri (Studi di Asrama Pelajar Pesantren Darut Tauhid Bangil). Tesis, IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010.

Mulyana, Rohmat. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta, 2004.

Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multi Dimensional. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana, 1997.

____________. Kapita Selekta Pendidikan Islam; Isu-isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Press, 2013.

Prasodjo, Sudjono. Profil Pesantren. Jakarta: LP3S, 1982.

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja RosdaKarya, 1990. Qusaem, M. Abul. The Ethic of Al-Ghazali, a Composite Ethics in Islam. New

York: Caravan Books, 1978.

Rahim, Husni. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Logos, 2001. Rid}a, Muhammad Rashi>d bin Ali> >. Tafsi>r Mana>r, juz V. Kairo: Hai’ah

al-Mis}riyah al-‘A>mmah li al-Kita>b, 1990.

S. Nasution. Metode Penelitian Naturalistik. Bandung: Tarsito, 2003.

Saadah, Alfiyatus. Strategi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Sidayu Gresik. Tesis, IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2012.

Salam, Burhanuddin. Etika Sosial Asas Moral dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.

Sorgawati, Siti Nurholidah. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP Negeri 2 Surabaya (Problematika dan Alternatif Solusinya). Tesis, IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2012.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta, 2009.


(6)

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013.

Undang-Undang R.I. No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS & PP R.I. Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta Wajib Belajar.

Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan. Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2012.

Zarkasyi, Imam. Serba Serbi Serba Singkat tentang Pondok Modern Darussalam Gontor . Gontor: Darussalam Press, T.th.

Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2011.

Zuhairini, dkk. Metodologi Pendidikan Agama. Bandung : Ramadhani, 1993. Zuriah, Nurul. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan.

Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Internet:

Permendikbud-no-23-tahun-2015-tentang-penanaman-budi-pekerti-pbp-pdf.