PELAYANAN KESEHATAN ANAK USIA 0-6 TAHUN DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI DESA BEJI KECAMATAN JENU KABUPATEN TUBAN,.

(1)

PELAYANAN KESEHATAN ANAK USIA 0-6 TAHUN

DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

DI DESA BEJI, KECAMATAN JENU,

KABUPATEN TUBAN

SKRIPSI

Di susun Oleh : Destaris Eka Nur Kumala 0741010032

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

SURABAYA 2011


(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, berkat, dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pelayanan Kesehatan Anak Dalam Program Keluarga Harapan (PKH) Di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban “

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kurikulum Program Studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada Ibu Diana Hertati,M.Si sebagai dosen pembimbing. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penyusunan proposal ini diantaranya :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. DR. Lukman Arif, M.Si, Kepala Program Studi Ilmu Administrasi Negara,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Pak Hadi selaku petugas PKH

4. Orang tua saya yang memberikan doa dan kasih sayang selalu.

5. Terimakasih kepada temenku putri, ardina, reni, tyas, rista dan teman-teman lainnya yang membantu


(3)

6. Terimaksih buat My ZAUJUN yang selalu ngasih suport dan nemenin buat penelitian.

7. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga dengan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan khususnya bagi penulis dan bagi fakultas pada umumnya serta para pembaca.

Surabaya, 31 Juni 2011


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Penelitian Terdahulu ... 11

2.2 Landasan Teori ... 13

2.2.1 Konsep Pelayanan dan Pelayanan Kesehatan ... 13

2.2.2 Tujuan Pelayanan Kesehatan ... 15

2.2.3 Bentuk dan Jenis Pelayanan Kesehatan ... 15

2.2.4 Sifat Upaya Penyelenggaraan Kesehatan ... 16

2.2.5 Upaya Kesehatan ... 16

2.2.3 Konsep Dasar Kemiskinan ... 17

2.2.3.1 Pengertian Kemiskinan ... 18

2.2.3.2 Indikator Kemiskinan ... 19

2.2.3.3 Penyebab Kemiskinan ... 21

2.2.3.4 Bentuk-bentuk Kemiskinan ... 23

2.2.4 Program Keluarga Harapan (PKH) ... 24

2.2.4.1 Tujuan PKH ... 25

2.2.4.2 Pelaksanaan PKH ... 25

2.3 Kerangka berpikir ... 26


(5)

3.3 Situs Penelitian ... 30

3.4 Sumber Data ... 31

3.5 Jenis Data ... 32

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.7 Analisis Data ... 34

3.8 Keabsahan Data ... 36


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Jumlah Penduduk RTSM Sekecamatan Jenu ... 3 Tabel 1.2 Data Jumlah Anak Usia 0 – 6 Tahun Yang Menerima Bantuan di


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir ... 27 Gambar 2 Analisis Interaksi ... 36


(8)

ABSTRAKSI

DESTARIS EKA NUR KUMALA. 0741010032, PELAYANAN

KESEHATAN ANAK USIA 0-6 TAHUN DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI DESA BEJI KECAMATAN JENU KABUPATEN TUBAN, 2011

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan metode penelitian data penelitian kualitatif yang merupakan kalimat, kata-kata atau gambar adalah menggunakan teknik deskriptif kualitatif dimana dalam penelitian ini digambarkan suatu fenomena dengan jalan mendeskripsikannya. Fenomena dalam penelitian ini adalah mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pendamping kurang maksimal dalam program keluarga harapan (PKH), dimana pelayanan tersebut tertulis berdasarkan surat keputusan Bupati Tuban Nomor:188.45/46/KPTS/414.012/2007 tentang program keluarga harapan yang bertanggung jawab mengkoordinasikan dinas teknik terkait untuk menjaga dan memberi pelayanan kesehatan bagi peserta PKH selama program dilaksanakan.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga medis dari PKH kepada keluarga yang mempunyai anak usia 0-6 tahun, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pelayanan Kesehatan Anak usia 0-6 tahun dalam Program Keluarg Harapan (PKH).

Informan dan responden dalam penelitian ini adalah pendamping dari petugas PKH, tenaga medisnya yang berupa bidan desa beji beserta kader, dan keluarga PKH yang mempunyai anak usia 0-6 tahun.

Fokus dalam penelitian ini ada 3 yaitua 1. bagaimana pelayanan yang diberikan kepada keluarga miskin dengan sasaran kajian yaitu imunisasi, penimbangan, pemberian vitamin dan monitoring tumbuh kembang anak, 2. Sarana dan prasarana yang sasaran kajiannya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berupa masyarakat miskin, tenaga medis dan pendamping PKH selaku petugas PKH dan perlengkapan kesehatan, 3. Pendampingan dengan sasaran kajian pengawasan dan verifikasi.

Hasil penelitian tentang Pelayanan Kesehatan Anak usia 0-6 tahun dalam Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, dapat diperoleh yaitu 1, menurut informan petugas PKH mengenai pelayanan yang diberikan sudah baik dan sesuai dengan standart pelayanan publik, kedua sarana dan prasarana sudah memenuhi kebutuhan yaitu SDM nya maupun kelengkapan kesehatannya, dan yang ke tiga, pendamping masih kurang maksimal dalam member pelayanan tetapi akan berusaha menjadi lebih baik lagi, 2. menurut informan tenaga medis, pelayanan yang diberikan dari tenga medis sudah berusaha membeir pelayanan yang terbaik, yang kedua sarana prasarana sudah menjadi lebih baik dan ketiga pendamping harus lebih aktif dalam member pelayanan, 3. menurut informan peserta PKH,pertama pelayanannya sudah baik dan petugasnya ramah, ke dua sarana prasarana yang sudah memenuhi kebutuhan pengunjung peserta PKH, dan ketiga masih belum maksimal dalam melakukan pengawasan dalam pelayanan.


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rendahnya kemampuan ekonomi sebuah keluarga rumah tangga sangat miskin

(RTSM) membawa dampak pada buruknya kualitas nutrisi dan gizi, serta

menyebabkan banyak anak-anak yang tidak dapat melanjutkan pelajaran di bangku sekolah. Sebagian di antaranya harus bekerja keras membantu mencari nafkah untuk keluarganya dan ada yang terpaksa menjadi anak jalanan. Semakin besarnya jumlah anak usia sekolah yang tidak mampu memperoleh pendidikan yang layak akan memperburuk kondisi sosial, ekonomi, dan politik pada masa yang akan datang dan mengakibatkan beban sosial yang sangat tinggi terhadap Negara. Penanggulangan kemiskinan membutuhkan upaya terus menerus karena komplikasi permasalahan dan keterbatasan sumberdaya yang dihadapi masyarakat miskin. Pedoman Umum PKH (2007;02).

Kemiskinan menurut Nurhadi, (2007:13) menyebutkan bahwa kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang bergaris standart kebutuhan minimum. Baik untuk makanan dan nonmakanan yang disebut garis kemiskinan atau batas kemiskinan. Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan setiap individu untuk membayar kebutuhan makanan secara 2.100 perhari dan kebutuhan nonmakanan yang salah satunya adalah perumahan.

Dalam kerangka percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengembangan sistem jaminan sosial, mulai 2007 pemerintah Indonesia melaksanakan Program


(10)

Keluarga Harapan (PKH). PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Pelaksanaan PKH secara berkesinambungan setidaknya hingga tahun 2015 akan mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.

Rendahnya penghasilan masyarakat salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan yang secara umum terkait tingkat pendidikan dan kesehatan. Dari sejak pertengahan tahun 2006, Bappenas bersama beberapa kementrian atau lembaga terkait, yaitu Departemen Sosial sebagai sekertariat PKH untuk menjalankan pelaksanan PKH, Departemen Pendidikan Nasional sebagai penyedia layanan

pendidikan, Departeman Kesehatan, sebagai penyedia layanan kesehatan, Departem informasi dan Informatika untuk sosialisasi, Departemen Tenaga Keja dan

Tranmigrasi Badan Pusat Statistik untuk pendataan rumah tangga miskin, PT. Pos Indonesia mengantarkan undangan untuk pertemuan, mengantar dan mengambil vom verifikasi Dan dengan dibantu beberapa tenaga ahli telah bekerja menyusun disain PKH yang berisi antara lain ketentuan, persaratan dan mekanisme yang semuanya membutuhkan persiapan pelaksanaan yang cukup lama. Untuk menjamin agar pelaksanaan PKH dapat berjalan lancar.

Penelitian yang dilakukan Dwiyanto menemukan setidaknya ada 3 faktor penyebab ketidak optimalan program keluarga harapan (PKH) selama ini. Pertama, sifat kebijakan cenderung menjadi kegiatan pinggiran. Kedua, birokrasi dan lemahnya posisi tawar menawar golongan penduduk miskin. Ketiga kecenderungan sentralisasi didalam kebijaksanaan dan pelaksanaan


(11)

Menurut pedoman umum PKH, (2007;9) Penerima bantuan PKH adalah RTSM yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15 tahun dan/atau ibu hamil/nifas. Bantuan hanya akan diberikan kepada RTSM yang telah terpilih sebagai peserta PKH dan mengikuti ketentuan yang diatur dalam program, yang di lihat dari tempat tinggal yang dimiliki, harta benda, dan pendapatan sebulan sekitar kurang lebih 500ribu.

Jumlah RTSM yang menerima bantuan PKH di Kecamatan Jenu Tabel 1.1

Data jumlah penduduk RTSM sekecamatan Jenu

No. Desa Jumlah RTSM

1 Jenu 41 KK

2 Jenggolo 74 KK

3 Beji 143 KK

4 Suwalan 70 KK

5 Sekardadi 56 KK

6 Sugihwaras 114 KK

7 Remen 55 KK

8 Sumurgeneng 53 KK

9 Wadung 47 KK

10 Kaliuntu 34 KK

11 Karangasem 86 KK

12 Socorejo 113 KK

13 Rawasan 69 KK

14 Temaji 125 KK

15 Porworejo 72 KK

16 Tasikharjo 33 KK

17 Metoso 47 KK

Jumlah 1232 KK


(12)

Berdasarkan tabel di atas jumlah RTSM di Kecam atan Jenu yang menerima bantuan program PKH adalah 1232 KK.

Agar penggunaan bantuan dapat lebih efketif diarahkan untuk peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan, bantuan harus diterima oleh ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (nenek, tante/bibi atau kakak perempuan). Untuk itu, pada kartu kepeserta PKH akan tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak,

Sehubungan dengan hal tersebut dipandang perlu adanya petugas pendampingan PKH dari kantor Unit Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (UPPKH) di kantor Kabupaten/Kota dan Kecamatan, agar oprasional pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) berjalan lancar dan sesuai seperti apa yang diharapkan.

Manfaat yang diperoleh setelah mandapatkan bantuan PKH adalah dalam jangka pendek, melalui pemberian bantuan kepada RTSM, program ini diharapkan dapat mengurangi beban RTSM. Sedangkan untuk jangka panjang, diharapkan akan menjadi perubahan pola pikir dan perilaku terhadap perbaikan setatus kesehatan anak-anak dan ibu hamil serta tingkat pendidikan anak-anak RTSM tersebut sehingga rantai kemiskinan keluarga tersbut dapat diputus.

Tujuan umum program PKH adalah untuk meningkatkan jangkauan atau aksesibilitas masyarakat tidak mampu.. PKH ini mempunyai dua program yaitu tingkat pendidikan dan kesehatan. Bagi RTSM yang sudah menerima bantuan maka pemerintah memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan. Tingkat pendidikan meliputi, wajib belajar selama 9 tahun.


(13)

1. Kesehatan ibu hamil, dengan cara ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan, mendapatkan tablet tambahan (Fe)

2. Ibu melahirkan dan nifas, proses kelahiran bayi ditolong oleh tenaga

terlatih. Ibu yang melahirkan dan bayi baru lahir harus melakukan atau diperiksa kesehatannya setidaknya 2 kali sebelum bayi mencapai usia 28 hari

3. Anak usia 0-6 tahun,

1. Anak usia 0-11 bulan melakukan penimbangan dan imunisasi

2. Anak usia 6-11 bulan mandapatkan vitamin A

3. Anak usia 1-5 tahun dimonitor tumbuh kembang dengan penimbangan

dan pemberian vitamin

4. Anak usia 5-6 tahun dimonitor tumbuh kembang dengan melakukan

penimbangan

Jumlah balita yang mengalami kekurangan gizi di Indonesia hingga pada pertengahan tahun 2010 lalu, masih cukup besar dengan jumlah penderita kurang lebih 4 juta anak. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah balita penderita malnutrisi pada tahun 2009 adalah 4,1 juta jiwa. Sebanyak 3,38 juta jiwa berstatus gizi kurang dan 755 ribu termasuk kategori risiko gizi buruk. (Create Yours @NackVision.com, 23 September 2010).

Berdasarkan fenomena diatas dapat di kemukakan terjadinya kasus gizi buruk senantiasa dihubungkan dengan kemiskinan. Rendahnya kemampuan ekonomi dari keluarga miskin berdampak pada buruknya kualitas nutrisi dan gizi bagi anak-anaknya. Maka pemerintah membuat Program Kelurga Harapan bagi penerima


(14)

bantuan maka masyarakat harus memeriksakan kesehatan dan mendapatkn pelayanan yang baik dari tenaga medis.

Tabel 1.2

Data jumlah anak usia 0- 6 tahun yang menerima bantuan di Kecamatan Jenu

No. Desa Jumlah Anak Anak yang tidak

hadir

1 Jenu 18 5

2 Jenggolo 46 7

3 Beji 85 14

4 Suwalan 15 4

5 Sekardadi 19 6

6 Sugihwaras 32 9

7 Remen 25 5

8 Sumurgeneng 25 6

9 Wadung 16 3

10 Kaliuntu 13 3

11 Karangasem 26 8

12 Socorejo 22 4

13 Rawasan 27 6

14 Temaji 42 7

15 Porworejo 31 5

16 Tasikharjo 19 4

17 Metoso 23 5

Jumlah 484 101 Sumber: UPPKH Tuban, juni 2010

Berdasarkan tabel diatas jumlah anak usia 0-6 tahun yang menerima bantuan PKH di Kecamatan Jenu adalah 484 anak, yang tidak hadir 101 anak.

Dalam pelaksanaan program tersebut maka kesehatan dan perkembangan anak di Kecamatan Jenu akan lebih terawasi. Tetapi ada juga orang tua yang kurang memperhatikan kesehatan anaknya yang dikarenakan:

1. Kurangnya sosialisasi dari penyedia pelayanan


(15)

3. Masyarakat kurang faham tentang kesehatan dan gizi Anak.

Minat masyarakat dikecamatan Jenu untuk memeriksakan kesehatan anaknya tergolong rendah karena pelayanan yang kurang maksimal serta kurangnya kemampuan kader dan pembinaan dari unsur pemerintah desa dan Dinas/Instansi/Lembaga terkait, untuk itu perlu adanya optimasi dari PKH dalam memberikan pelayanan yang baik bagi keluarga miskin dan mengoptimalkan program PKH tersebut, agar keluarga miskin semakin antusias untuk memeriksakan kesehatan anaknya, yaitu dengan memenuhi sarana dan prasarana sehingga pelaksanaannya berlangsung secara optimal, seperti perlengkapan pelayanan kesehatan yang memenuhi standart, penambahan kader dan tenaga medis yang berpengalaman dan mempunyai ketrampilan dalam menyusun kegiatan dan memberi pelayanan. (http://bumiayu.net, september, 2010).

Disini peneliti lebih memfokuskan pada pelayanan kesehtan bagi keluarga miskin dalam Program kelurga Harapan (PKH) di Desa Beji,Kec.Jenu, Kab.Tuban. Yang berdasarkan surat keputusan Bupati Tuban Nomor 188.45/46/KPTS/414.012/2007 tentang program keluarga harapan (PKH) yang memutuskan tugas dan tanggung jawab mengkoordinasikan dinas teknik terkait untuk menjaga dan memberi pelayanan kesehatan bagi peserta PKH selama program dilaksanakan.

Jumlah RTSM sekecamatan Jenu yang paling banyak menerima bantuan ada di desa beji selain itu masyarakat Beji penduduknya relatif bermata pencaharian sebagai nelayan yang merupakan kelompok miskin karena hanya mengandalkan nafkah dari alam sehingga penghasilan yang didapat tidak stabil, hal ini menjadi salah satu faktor


(16)

yang mempengaruhi kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya kesehatan karena masyarakat lebih dominan memprioritaskan kebutuhan sehari hari dari pada mementingkan arti kesehatan itu sendiri.

Anak yang tergolong miskin tidak diperhatikan kesehatan dan pertumbuhannya meskipun telah ditetapkan program posyandu, imunisasi dan perbaikan gizi anak ibu cenderung memperhatikan pertumbuhan dan kesehatan balita dengan air susu ibu (ASI). Padahal balita usia 0-6 tahun harus diperhatikan perkembangannya agar nantinya kualitas generasi penerus bangsa ini lebih baik. Upaya ini harus didukung sepenuhnya oleh sektor swasta dan masyarakat agar pelaksanaanya berlangsung dengan baik dan lancar serta tepat sasaran dan tidak terjadi penyimpangan dimanapun. (Waspada ONLINE@yahoo.com).

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28-H, Undang-Undang Nomor 23/ 1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 40/2004, tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

Kepala Dinas Kesehatan ikut terlibat dalam Program Keluarga Harapan (PKH) masyarakat yang dilayani adalah masyarakat yang tergolong keluarga sangat miskin. Dinas Kesehatan juga telah mengeluarkan surat edaran kepada Puskesmas kaitan hal itu . Meski tidak memiliki kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan


(17)

Keluarga Harapan (PKH) tetap memberikan pelayanan pengobatan dasar gratis kepada masyarakat peserta PKH.

Dukungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tersedianya sarana, prasarana dan tenaga kesehatan yang memadai merupakan syarat utama yang harus dipenuhi untuk mensukseskan pelaksanaan PKH kesehatan. Kehadiran tenaga kesehatan yang kompeten bukan hanya diperlukan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi peserta PKH, tapi mereka juga dituntut berpartisipasi aktif dalam mensukseskan progran PKH kesehatan ini dengan cara:

1. Mempromosikan pentingnya kesehatan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan

2. Memberitahukan jadwal kunjungan pada peserta PKH

3. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada keluarga peserta

PKH, seperti kesempatan dan kemudahan di dalam memeriksakan kesehatan peserta PKH

4. Melakukan verifikasi apakah peserta PKH telah memenuhi komitmen yang

telah ditetapkan, seperti mengikuti program posyandu secara rutin.

Dari fenomena sosial yang ada tersebut maka peneliti tertarik untuk mengkaji tentang Pelayanan Kesehatan Bagi Keluarga Miskin dalam Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas. Maka peneliti tertarik untuk mendeskripsikan dan menganalisa masalah yang dirumuskan dalam penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana Pelayanan Kesehatan Anak Usia 0- 6 Tahun


(18)

dalam Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan manganalisa Pelayanan Kesehatan Anak Usia 0-6 Tahun dalam Program Keluarg Harapan (PKH) di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban 1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi mahasiswa / Peneliti

Dapat memberikan pengetahuan dan tambahan wawasan bagi peneliti mengenai pelayanan keluarga miskin dalam Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.

2. Bagi Universitas

Untuk menambah referensi di perpustakaan yang dapat berguna sebagai dasar pemikiran bagi kemungkinan adanya penelitian sejenis di masa mendatang. 3. Bagi Instansi

Memberikan saran-saran atau masukan bagi Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban sebagai alternatif pertimbangan dalam meningkatkan kinerja di Desa Beji.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulua

1. Medyanto,Iwan (2003) Jurusan Administrasi Negara fakultas Ilmu Administrasi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul penelitian-penelitian “Pelayanan Kresehatan di Puskesmas (studi Diskriptif Kualitatif Di Puskesmas Menur Kecamatan Sukolilo Surabaya), terdapat permasalahan sebagai berikut : “Bagaimanakah Pelaksanaan pelayanan pasien di Puskesmas Menur Kecamatan Sukolilo Surabaya”.

Penelitian ini merupakan penelitan kualitatif yang mengukur dua variable yang berfokus dalam instrument penelitian yaitu : Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Menur Sukolilo Surabaya. Adapun sub variabel pada pelayanan Puskesmas meliputi:

Prosedur biaya dan kesadaran masyarakat. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung dan memulai observasi serta dokumentasi pada responden yaitu warga di Kecamatan Sukolilo Surabaya dengan sebanyak (5) responden. Dengan indikator lamanya waktu pelayanan, kesesuaian hidup sehat masyarakat itu sendiri

Berdasarkan hasil pencermatan hasil penelitian ini maka kesimpulan yang dapat ditarik bahwa pelayanan kesehatan puskesmas maupun memeberikan pelayanan yang dapat menunjang kesejahteraan masyarakat di


(20)

kecamatan Sukolilo Surabaya, mendapatkan kategori baik dibandingkan sebelum adanya puskesmas di kecamatan Sukolilo Surabaya

2. Penelitian oleh Harun Al Rasyid (2005) jurusan Administrasi Publik Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul penelitian “Pelayanan Administrasi Unit Rawat jalan di Rumah sakit siti khidijah sepanjang Sidoarjo” penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang hanya mengukur dua variable yang berfokus pada instrument penelitian yaitu pelayanan Administrasi bagian unit Rawat Jalan pada Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo. Variabel dari penelitian ini kemudahan dalam mengurus administrasi, lamanya waktu pelayanan, keramahan dan kenyamanan pelayanan. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dan tak langsung dilapangan dan melalui observasi serta dokumentasi pada responden. Berdasarkan hasil pencermatan hasil penelitian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan pelayanan Administrasi di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Sidoarjo mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan para pasien yang dapat menunjang harapan masyarakat Taman sepanjang sidoarjo yang mampu memberikan fasilitas –fasilitas pelayanan yang memuaskan para pasien puskesmas Taman tersebut.

3. Yunus, Muchammad (2006) Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul penelitian “Pelayanan Administrasi Unit Rawat Inap di


(21)

Peserta JPS dan Non JPS di puskesmas Taman Sepanjang Sidoarjo) Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang hanya mengukur satu variabel adalah pelayanan administrasi bagian Unit Rawat Inap Puskesmas Taman Sepanjang Sidoarjo. Fokus dari penelitian ini ada 4 (empat) adalah : 1 ) Penerimaan Pendaftaran Pasien; 2) Rawat Inap; 3) Rujukan; 4) Setelah rawat inap bagi pasien JPS dan NON JPS. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dan tak langsung dilapangan dan melalui observasi serta dokumentasi pada responden.

Berdaarkan hasil pencermatan dri penelitian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan ada perbedaan pelayanan Administrasi bagian Unit Rawat Inap di puskesmas di Taman Sepanjang bahwa dari 4(empat) fokus penelitiaan pelayanan administrsi bagian Unit Rawat Inap di puskesmas Taman Sepanjang :1) Penerimaan pendaftaran pasien di Puskesmas Taman untuk pasien JPS pelayanannya cukup baik, prosedurnya tidak berbelit-belit dan Non JPS pelayanannya kurang baik,prosedurnya jelas. 2) Rawat Inap pelayanan bagi pasien JPS cukup baik dan prosedurnya jelas dan Rawat Inap Pasien Non JPS pelayanannya kurang baik,prosedurnya jelas 3)Rujukan bagi pasien JPS, Pelayanannya cukup baik dan tidak berbelit-belit sedangkan bagi pasien yang Non JPS akan dibuatkan rujukan bagi yang membutuhkan. 4) Proses mengurus administrasinya setelah rawat inap bagi pasien JPS pelayanannya kurang baik, prosedurnya jelas dan pasien Non JPS pelayanannya cukup baik, prosedurnya jelas.


(22)

Dari ketiga penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sesuai dengan sudut pandang peneliti ruang lingkup yang menjadi obyek penelitian tersebut diatas hanya meneliti antara hubungan penyedia pelayanan kesehatan dengan pasien kesehatan, sedangkan ruang lingkup penelitian yang dilakukan ini meneliti tentang pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin dalam Program Keluarga Harapan (PKH). Persamaanya adalah sama-sama meneliti pelayanan kesehatan.

2.2 Landsan teori

2.2.1. Konsep pelayanan dan pelayanan kesehatan

Pelayanan dalam Kamus Indonesia bersal dari kata layan yang artinya menolong menyediakan segala sesuatu yang diperlukan orang lain sedangkan menurut Moenier (2001:16), pengertian pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung, dimana aktivitas adalah suatu proses penggunan pemikiran, pancaindra dan anggota badan dengan atau tanpa alat bantu yang di lakukan seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan baik berupa jasa maupun barang jadi aktivitas inilah yang disebut dengan pelayanan.

Menurut Ivencevich,lorenzi, Skinner dan Crosby yang dikutip oleh Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2006:2), menyatkan bahwa: “pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan”


(23)

atau manusia yang langsung dengan cara menolong menyediakan segala sesuatu yang diperlukan orang lain melalui sarana alat untuk bisa terlaksana memberikan atau mengadakan keperluan yang dibutuhkan.

Sedangkan menurut Levey dan loomba yang dikutip Azwar (1996:35) menyatakan bahwa: “pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang

diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatatkan kesehatan, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, dan ataupun masyarakat”

Berdasarkan konsep pengertian pelayanan dan kesehatan diats dapat diambil kesimpulan bahwa pelayanan kesehatan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung dengan cara menolong, menyediakan segala sesuatu yang di perlukan orang lain melalui sarana alat utuk bisa terlaksana,memberikan atau mengadakan keperluan yang yang dibutuhkan agar keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial setiap orang hidup produktif secara ekonomis dengan suatu keadaan seimbang yng dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan berbagai faktor yang berusaha

mempengaruhinnya melalui setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan,keluarga dan ataupun masyarakat.

Berdasarkan keputusan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara no.63/kep/M.PAN/2003 tentang “Pedoman Umum Penyelenggaraan


(24)

Pelayanan Publik” bahwa setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan public yang wajib ditaati oleh pemberi atau penerima layanan.

Standa pelayanan sekurang-kurangnya meliputi: 1. Prosedur pelayanan

Prosedur pelayanan yang diberikan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.

2. Waktu penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

3. Biaya pelayanan

Biaya atau tarif jasa pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.

4. Produk [pelayanan

Hasil pelayan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

5. Saran dan prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penylenggaraan pelayanan public.

6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan


(25)

2.2.2 Dimensi Pelayanan Publik

Menurut Gasperz dalam lukman (2002:2) ada beberapa dimensi pelayanan atau atribut yang harus diperhatikan dalam perbaikan kualitas pelayanan yang sebenarnya jika dijabarkan dalam 10 dimensi antara lain: 1. Ketepatan waktu pelayanan : berkaitan dengan waktu tunggu dan proses.

2. Akurasi pelayanan : berkaitan dengan reliabilitas pelayanan dan bebas dari kesalahan-kesalahan.

3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan. Ini terutama bagi mereka yang berinteraksi lansung dengan pelanggan eksternal yaitu : operator telepon, satpam, pengemudi staf administrasi, kasir, dan lain-lain.

4. Tanggung jawab : berkaitan dengan penerimaan pesanan, dan penanganan keluhan dari pelanggan eksternal.

5. kelengkapan : menyangkut loingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung serta pelayanan komplementer lainnya.

6. Kemudahan merupakan pelaayanan : berkaitan dengan banyaknya outlet dan banyaknya petugas yang melayani.

7. Variasi model pelayanan : berkaintan dengan inovasi untuk

memberikan pola-pola baru dalam pelayanan, teatures (keistimewaan) dari pelayanan dan lain-lin.

8. Pelayanan pribadi : berkaitan dengan fleksibilitas penanganan pemintaan khusus, dan lain-lain.


(26)

9. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan : berkaitan dengan lokasi, ruang dan tempat pelayanan, kemudahan menjangkau, tempat parker kendaraan, petunjuk-petunjuk dan bentuk- beuntuk lain.

10. Atribut pendukung pelayanan lainnya seperti lingkungan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik, AC dan lain-lain.

2.2.3 Pengelolaan Sarana dan Prasarana serta fasilitas Pelayanan Publik Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009

Penyelenggara dan Pelaksana berkewajiban mengelola sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik secara efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan berkesinambungan serta bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan/atau penggantian sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik.

2.2.4. Tujuan pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah upaya atau usaha kesehatan di

masyarakat, Dalam bukunya Entjang (2000:14) menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan (upaya atau usaha kesehatan) di masyarakat bertujuan untuk

mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baaik jasmani maupun sosialnya serta diharapkan berumur panjang.

Dari hal tersebut diatas dapat disimpulkan tujuan pelayanan kesehatan adalah mencapai derajat kesehatan yang setinggin-tingginya baik

jasmani,rohani, maupun sosialnya serta diharapkan berumur panjang yang ditujukan kepada setiap lapisan masyrakat.


(27)

2.2.5 Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan

Bentuk dan jenis pelayana kesehatan jika dijabarkan menurut pendapat Hodgets dan Cascio dalam bukunya Azwar (2001:36) menjabarkan pelayanan kesehatan menjadi dua yaitu:

1. Pelayanan kedokteran

Pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya ditandai dengan cara

pengorganisasian yang bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-bersama dalam satu organisasi , tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan yang pelaksanaanya ditandai dengan cara pengorganisasian secara umum dengan cara bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya terutama untuk anggota kelompok dan masyarakat

2.2.6 Sifat upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2005:5), sifat upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan dibagi tiga:

1. Sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary) healty care)

pelayanan Ini dalah pelayanan kesehtan yang paling pertama bagi kasus-kasus atau penyakit-penyakit ringan. Pelayanan kesehatan ini adalah pelayanan


(28)

kesehatan yang menyentuh kesehatan di masyarakat, misalnya Poliklinik, Puskesmas dan sebagainnya

2. Sarana pelayanan kesehtan tingkat dua (secondary healty care)

Sarana pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang menangani kasus-kasus yang belum bisa ditangani oleh pelayanan kesehatan primer,karena peralatan atau keahlian belum ada, misalnya Puskesmas dengan rawat inap (Pus-kesmas RI),Rumah Sakit tipe D dan C dan Rumah berslin.

3. Sarana pelayanan kesehatan tingkat tiga (tertiary health care).

Pelayanan ini adalah pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus yang tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan tingkat dua, misalnya Rumah Sakit Provinsi, Rumah Sakit tipe B atau A. 2.2.7 Upaya Kesehatan.

Menurut Notoatmodjo (2005:4). Upaya kesehatan adalah setiap

kegiatan untuk memulihkan dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat. Upaya ini dilakukan oleh individu, kelompok, masyarakat baik secara lembaga oleh pemerintah ataupun melalui lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Upaya kesehatan tersebut menurut Effendy (1997:153), dibagi menjadi 4 yaitu:

1. Promotif (peningkatan kesehatan).

Adalah usaha yang ditunjukkan untuk meningkatkan kesehatan yang meliputi usaha-usaha peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan


(29)

perseorangan, olahraga secara teratur, istirahat yang cukup dan rekreasi hingga seseorang mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

2. Preventif (pencegahan penyakit).

Adalah usaha yang ditingkatkan untuk mancegah terjadinya penyakit misalnya usaha memelihara kesehatan lingkungan, pemberian imunisasi pada bayi dan anak, ibu hamil, pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi penyakit secara dini.

3. Kuratif (pengobatan).

Adalah usaha yang ditunjukkan untuk orang yang sakit untuk dapat diobati secara tepat dan cepat sehingga dalam waktu singkat dapat dipulihkan kesehatannya.

4. Prehabilitas (pemulihan kesehatan)

Adalah usaha yang ditujukan terhadap penderita yang baru pulih dari penyakit yang dideritanya usaha ini ditunjukkan untuk memperbaiki kelemahan – kelemahan fisik, mental dan sosial pasien sebagai akibat dari penyakit yang dideritanya melalui latihan-latihan yang telah terprogram dan dapat pula dilakukan melalui latihan fisioterapi.

2.2.3.1 Konsep Dasar Kemiskinan

Konsep dan pengertian dasar kemiskinan dalam makalah Soenyono (2005:2) adalah sebagai berikut:

1. Kemiskinan berakibat dengan aspek ekonomi, sosial-budaya dan politik. Rumusan pengertian kemiskinan mencakup unsur-unsur : (i) ketidak


(30)

mampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar (pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih, transportasi dan sanitasi) ; (ii) kerentanan; (iii) ketidak berdayaan; dan (iv) ketidak mampuan untuk menyalurkan aspirasinya.

2. Kemiskinan dapat dikategorikan berdasarkan penyebabnya, antara lain: structural, kultural, dan alamiah. Penyebab kemiskinan struktural yang berhubungan dengan kebijakan, peraturan dan lembaga yang ada

dimasyarakat yang menghambat produktifitas dan mobilitas masyarakat. Adapun penyebab kulturalnya adalah berkaitan dengan adnya nilai-nilai sosial budaya yang tidak produktif, tingkat pendidikan yang rendah dan kondisi kesehatan dan gizi yang buruk.

2.2.3.2 Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadakan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga Negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagaian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluative, dan yang lainnya lagi memahami dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah “Negara berkembang” biasanya digunakan untuk merujuk kepada Negara-negara yang “miskin”. (http://id.wilpedia.orQ/wiki/kemiskinan)


(31)

Kemiskinan memiliki banyak definisi. Sebagian orang memahami istilah kemiskinan dari perspektif subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluative meskipun sebagian besar konsepsi mengenai kemiskinan sering dikaitkan dengan aspek ekonomi, kemiskinan sejatinya menyangkut pula dimensi material, sosial, cultural, institusional dan structural. Piven dalam Suharto, (2009:15), menunjukkan bahwa kemiskinan berhubungan dengan kekurangan materi, rendahnya penghasilan dan adanya kebutuhan sosial.

Menurut Mashoed (2004:39), kemiskinan adalah suatu situasi serba kekurangan dari penduduk dan disebabkan oleh rendahnya ketrampilan, rendahnya produktivitas, rendahnya pendapatan, lemahnya nilai tukar produksi orang miskin, dan terbatasnya kesempatan berperan serta dalam pembangunan. Rendahnya pendapaatan penduduk miskin menyebabkan produktivitas yang sudah rendah memberikan beban ketergantungan bagi masyarakat.

Menurut Suharto (2009:14) kemiskinan adalah masalah sosial yang bersifat global. Artinya, kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di dunia.

Menurut Peraturan Presiden RI Nomor 15 Tahun 2010, kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematis, terpadu dan menyeluruh dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar warga Negara


(32)

secara layak melalui pembangunan inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan untuk mewujudkan kehidupan yang bermartabat.

2.2.3.3 Indikator kemiskinan

Indikator kemiskinan menurut Kuncoro (2004 : 142) adalah sebagai berikut:

1. Garis kemiskinan Badan Pusat Statistik (BPS) batas garis kemiskinan

yang dibuat setiap Negara ternyata berbeda, misal disebabkan oleh adanya perbedaan lokasi dan standart kebutuhan hidup. BPS mengunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan perkapita sebulan untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2100 kalori perhari. Sedangkan pengeluaran minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang serta aneka barang dan jasa dengan kata lain BPS menggunakan dua macam pemdekatan kebutuhan dasar (basic need appoarch) dan pendekatan heal count indeks.

2. Garis kemiskinan Sayogyo adalah nilai rupiah yang setara dengan 20kg

beras atau daerah perkotaan sebagai tingkat konsumsi perkapita setahun.

3. Hendra Esmara menetapkan suatu garis kemiskinan pedesaan dan

perkotaan yang dipandang oleh sudut pengeluaran aktual pada sekelompok barang dan jasa esensial seperti yang diungkap secara berturut-turut dalam susensus.

4. Indikasi Kemiskinan menurut orang jawa menurut Suetrisno (1994 : 40)


(33)

- Tidak memiliki pakaian yang cukup baik

- Tidak memiliki persediaan pangan

- Tidak memiliki tenaga atau ternak besar

- Indikator untuk menentukan fakir miskin adalah sebagai berikut: 1. Penghasilan rendah atau berada dibawah garis sangat miskin yang

dapat diukur dari tingkat pengeluaran perorang per bulan berdasarkan standart Badan Pusat Statistik (BPS) per wilayah propinsi dan kabupaten.

2. Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin

(seperti zakat/beras untuk orang miskin /santunan sosial)

3. Keterbatasan pemilikan pakaian untuk setiap anggota keluarga per tahun (hanya mampu memiliki satu stel pakaian lengkap per orang pertahun.

4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota

keluarga yang sakit.

5. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar selama 9 tahun bagi

anak-anaknya.

6. Tidak memiliki harta atau aset yang dapat dimanfaatkan hasilnya

atau dijual untuk membiayai kebutuhan hidup selama 3 bulan atau 2 kali batas garis sangat miskin

7. Tinggal dirumah yang tidak layak dihuni 8. Sulit memperoleh air bersih.


(34)

2.2.3.4 Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan dapat menunjuk pada kondisi individu, kelompok, maupun situasi kolektif masyarakat. Sebuah bangsa atau Negara keseluruhan bias dikatagorikan miskin.

Kemiskinan disebabkan oleh banyak factor. Jarang ditemukan kemiskinan yang hanya oleh factor tunggal. Seseorang atau keluarga miskin bias

disebabkan oleh beberapa factor yang saling terkait satu sama lain, seperti kecacatan, memiliki pendidikan rendah, tidak memiliki modal atau

keterampilan untuk berusaha, tidak tersedianya kesempatan kerja, terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak adanya jaminan sosial (pension, kesehatan, kematian) atau hidup di lokasi terpencil dengan sumber daya alam dan infrastruktur yang terbatas. Secara konsepsual, kemiskinan bisa

diakibatkan oleh empat faktor, yaitu : 1. Faktor individual.

Terkait dengan aspek patalogis, termasuk kondisi fisik dan psikologis si miskin. Orang miskin disebabkan oleh prilaku, pilihan atau kemampuan dari si miskin itu sendiri dalam menghadapi kehidupannya.

2. Faktor sosial.

Kondisi-kondisi lingkungan sosial yang menjebak seseorang menjadi miskin. Misalnya, diskriminasi berdasarkan usia, jender, etnis yang menyebabkan seseorang menjadi miuskin. Termasuk dalam factor ini adalah kondisi sosial dan ekonomi keluarga si miskin yang biasanya


(35)

3. Factor cultural.

Kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan. Faktor ini secara khusus sering menunjuk pada konsep “kemiskinan cultural” atau “budaya kemiskinan” yang menghubungkan kemiskinan dengan kebiasaan hidup atau mentalitas

4. Factor structural.

Menunjuk pada struktur atau system yang tidak adil, tidak sensitive dan tidak accessible sehingga menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin.

Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

1. Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai

akibat dari prilaku, pilihan atau kemampuan si miskin;

2. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan

pendidikan keluarga;

3. Penyebab sub-budaya (sub cultural), yang menghubungkan kemiskinan

dengan kehidupan sehari-hari. Dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;

4. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah dan ekonomi. (Suharto, 2009:17)


(36)

Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (Negara terkaya perkapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan). 2.2.3.5 Bentuk-bentuk Kemiskinan

Menurut Jamasy (2004 : 31) bentuk-bentuk kemiskinan diantaranya:

1. Kemiskinan absolute yaitu apabila tingkat pendapatannya dibawah garis

kemiskinan atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan atau pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.

2. Kemiskinan relative adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada

posisi diatas garis kemiskinan, namun relative lebih rendah dari pendapatan masyarakat sekitarnya.

3. Kemiskinan Struktural, adalah kondisi atau situasi miskin karena

pengaruh kebijakan pembangunan yang balum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.

4. Kemiskinan Cultural, adalah mengacu pada persoalan sikap seseorang


(37)

berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif, meskipun ada usaha dari pihak luar untuk mambantunya.

Kemiskinan menurut Dapartemen Soaial dapat dibagi menjadi 2 bentuk yaitu:

1. Kemiskinan Kronis (Chronic Poverty) adalah kemiskinan yang telah

berlangsung dalam jangka waktu yang lama, turun temurun atau disebut juga dengan kemiskinan structural. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang dikategorikan sebagai fakir miskin termasuk kategori kemiskinan kronis, yang membutuhkan penanganan yang sungguh-sungguh terpadu secara lintas sektor dan berkelanjutan.

2. Kemiskinan Sementara (Transient Povery) adalah kemiskinan yang

ditandai dengan menurunnya pendapatan dan kesejahteraan anggota masyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan kondisi normal menjadi kondisi kritis. Bencana Alam dan bencana Sosial, seperti korban konflik sosial, korban gempa bumi, korban pemutusan hubungan. 2.2.4 Program Keluarga Harapan (PKH)

Menurut buku pedoman Program Keluarga Harapan (PKH) (2007;1) adalah program yang memberikan bantuan kepada RTSM. RTSM diwajibkan memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan

Karang Taruna, sarjana penggerak pembangunan, dan organisasi sosial kemasyarakatan lainnya) yang direkrut oleh UPPKH melalui proses seleksi


(38)

dan pelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan masyarakat penerima program dan membantu kelancaran pelaksanaan PKH.

Menurut Keputusan Bupati Tuban, Nomor 188.45/ 46

/KPTS/414.012/2007 tentang Program Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten Tuban yang menimbang bahwa dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial, pemerintah mulai tahun 2007 akan melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH),

2.2.4.1 Tujuan PKH

Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target MDGs.

Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas:

1. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM;

2. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM;

3. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di

bawah 6 tahun dari RTSM;

4. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,

khususnya bagi RTSM. 2.2.4.2 Pelaksanaan PKH

Menurut buku pedoman umum PKH (2007;7), Untuk tahun 2007, PKH akan dilaksanakan pada beberapa daerah uji coba dengan sasaran sebanyak


(39)

500 ribu RTSM. Tujuan uji coba ini adalah untuk menguji berbagai instrumen yang diperlukan dalam pelaksanaan PKH.

Apabila tahap uji coba ini berhasil, maka PKH akan dilaksanakan setidaknya sampai dengan tahun 2015. Hal ini sejalan dengan komitmen pencapaian MDGs, mengingat sebagian indikatornya juga diupayakan melalui PKH. Selama periode tersebut, target peserta secara bertahap akan

ditingkatkan hingga mencakup seluruh RSTM dengan anak usia pendidikan dasar dan ibu hamil/nifas.

Peserta PKH akan menerima bantuan selama maksimal 6 tahun. Hal ini berdasar pada pengalaman pelaksanaan program serupa di negara-negara lain yang menunjukan bahwa setelah 5-6 tahun peserta dapat meningkat kualitas hidupnya. Untuk itu, setiap 3 tahun akan dilakukan resertifikasi terhadap status kepesertaan. Apabila setelah 6 tahun kondisi RTSM masih berada di bawah garis kemiskinan, maka untuk exit strategy PKH memerlukan koordinasi dengan program lain yang terkait seperti antara lain

ketenagakerjaan, perindustrian, perdagangan, pertanian, pemberdayaan masyarakat, dan sebagainya.

2.3 Kerangka Berpikir

Peran Program Keluarga Harapan (PKH) di Tuban dalam memberikan pelayanan melalui PKH, pelayanan berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, dalam hal ini dengan diberikannya pelayanan bagi keluarga miskin, hal tersebut merupakan beberapa upaya untuk meringankan beban keluarga miskin dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang mudah


(40)

dan tidak dipungut biaya, serta agar anak bisa tumbuh berkembang dengan sehat dan normal sehingga bisa menjadi penerus bangsa yang baik.

Pelayanan ini lebih memfokuskan pada kesehatan anak usia 0-6 tahun, karena pada usia 0-6 tahun kesehatan anak masih sangat rentan, selain itu juga pengoptimalam dan perkembangan anak dapat lebih terawasi baik fisik, mental maupun sosialnya.

Dengan PKH maka akan membantu keluarga miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan untuk anak usia 0-6 tahun dan untuk membantu ibu memantau serta menentukan tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan tumbuh kembang anak yang optimal. Berdasarkan dari uraian tersebut maka dapat disusun suatu alur kerangka berpikir sebagai berikut :


(41)

Gambar 1 Kerangka Berpikir

Sumber : Pedoman Operasional PKH Bagi Pemberi Pelayanan Kesehatan Keputusan Bupati Tuban

Nomor: 188.45/46/KPTS/414.012/2007 Tentang Program Keluarga Harapan (PKH) yang Memutuskan Ketersediaan Pelayanan Kesehatan Dalam

PKH

Pelayanan Kesehatan

Kesehatan Ibu Hamil Ibu melahirkan & Anak Usia 0-6 tahun

Nifas

Pendampingan :

a. Pengawasan

b. Verifikasi Pelayanan Kesehatan

a. Imunisasi

b. Penimbangan

c. Pemberian Vitamin

d. Monitoring tumbuh

kembang

Kesehatan anak menjadi lebih baik Sarana dan Prasarana

a. Sumber Daya

Manusia (SDM)

b. Perlengkapan


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian 

Untuk memperoleh hasil yang baik dalam suatu penelitian, maka diperlukan teknik-teknik tertentu secara ilmiah atau sering disebut dengan metode penelitian. Untuk kepentingan itu maka perlu diketahui dan dipelajari hingga tercapai tujuan yang diinginkan. Hal ini sangat penting karena dengan metode penelitian akan dapat diperoleh data yang valid dan relevan dengan tujuan penelitian.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif. Melalui metode kualitatif, peneliti mendengar dan melihat narasumber berbicara yang sesungguhnya tentang dirinya sendiri sesuai dengan perspektif masing-masing dan mengamati mereka berperilaku seadanya sesuai dengan posisi dan peran di dalam sistem sosial masing-masing pula.

Sedangkan defenisi lain penelitian kualitatif menurut (Kirk dan Miler dalam Moleong, 2007 : 4) adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut, dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.


(43)

Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah. Masalah dalam hal ini adalah keadaan yang membingungkan akibat adanya dua faktor atau lebih faktor (Moleong, 2007 : 386). Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan batas yang harus dilalui oleh seorang penulis dalam melaksanakan penelitian, dengan merumuskan masalah sebagai fokus penelitian untuk mencari pemecahannya.

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah Pelayanan Kesehatan Anak Usia 0-6 Tahun Bagi Keluarga Miskin dalam Program Keluarga Harapan (PKH) Di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi fokus penelitian ini adalah:

1. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan yang diberikan kepada anak usia 0-6 tahun dengan maksud untuk meningkatkan kesehatannya untuk mencapai keluarga berkualitas dan sejahtera. Dengan sasaran kajian:

1. Imunisasi 2. Penimbangan 3. Pemberian Vitamin


(44)

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana dalam pelayanan kesehatan merupakan syarat utama yang harus dipenuhi untuk mensukseskan program kesehatan. Dengan sasaran kajian:

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

2. Perlengkapan Kesehatan

3. Pendampingan PKH

Pendampingan PKH adalah pekerja sosial (dapat berasal dari pekerja sosial, masyarakat, karang taruna, sarjana penggerak pembangunan, dan organisasi sosial kemasyarakat lainnya) yang di rekrut oleh UPPKH melalui proses seleksi dari pelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan masyarakat penerima program untuk membantu kelancaran pelaksanaan PKH. Dengan sasaran kajian:

1. Pengawasan

2. Verifikasi 3.3. Situs Penelitian 

Situs Penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh data. Agar memperoleh data yang akurat dan mendekati kebenaran sesuai dengan fokus penelitian, maka peneliti menetapkan situs penelitian ini dilakukan di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.


(45)

pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH), menyatakan bahwa didesa tersebut terdapat banyak masyarakat yang tergolong miskin, pada Desa tersebur terdapat 143 RTSM. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.

3.4.  Sumber Data  

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Loftland dalam Moleong, 2007 : 157). Berkaitan dengan hal itu sumber data adalah tempat dimana peneliti dapat menemukan data dan informasi yang menjadi sumber data dari penelitian ini adalah :

1. Informan kunci ( Key Person), yang memiliki data dan bersedia memberikan

data yang benar-benar relevan, kompeten, serta menguasai permasalahan, yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah.

a. Petugas Pelayanan Kesehatan (PPK)

b. Penanggung Jawab Anan Usia 0-6 Tahun (ibu,nenek,tante,keluarga

perempuan yang mengasuh anak) yang menerima bantuan PKH

2. Dokumen sebagai sumber data lain yang sifatnya melengkapi data utama yang

relevan dengan masalah dan fokus penelitian antara lain data dokumentasi, bisa berupa peraturan-praturan, aturan-aturan formal, arsip, berita surat kabar yang relefan dengan permasalahan penelitian.


(46)

3.5. Jenis Data

Jenis Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua macam jenis data yaitu :

1. Data primer, adalah data utama yang diperoleh langsung dari informan pada saat dilakukan penelitian melalui wawancara mendalam yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi yang berkaitan dengan kegiatan PKH yang dilakukan oleh Unit Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (UPPKH) dalam pelayanan kesehatan anak usia 0-6 tahun.

2. Data Sekunder, adalah merupakan data pelengkap yang diperoleh dari dokumen-dokumen atau arsip-arsip lain yang ada relevansinya dengan penelitian seperti melalui media dan instansi yang bersangkutan.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bagian terpenting dalam penelitian karena hakekat dari penelitian adalah Pencarian data yang nantinya diinterprestasikan dan dianalisa dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data diperlukan suatu teknik untuk memudahkan dalam upaya-upaya mengumpulkan data di lapangan.

Teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi (pengamatan) 

Pengamatan bisa digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan penulis dari motif, kepercayaan, perhatian, perilaku, kebiasaan dan sebagainya. Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia,


(47)

dan pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama. Peneliti melakukan observasi di Desa Beji, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban.

2. Wawancara 

Pada teknik ini peneliti mengadakan tatap muka dan Tanya jawab langsung dengan pihak responden untuk memperoleh data. Wawancara dalam penelitian ini khususnya dalam tahap awal, belum begitu terstruktur, tujuannya ialah memperoleh keterangan yang lengkap dan mendalam mengenai pendapat orang lain. Di dalam melaksanakan wawancara ini penulis belum dapat menyajikan pertanyaan yang spesifik kepada informan, dalam hal ini dapat memberikan kelonggaran dan kebebasan bagi informan, kelonggaran semacam ini mampu mendapatkan kejujuran responden untuk memberikan informasi yang sebenarnya. Pada tahap ini wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa RTSM yang mempunyai anak usia 0-6 tahun.

3. Penggunaan Dokumen

Pada teknik ini penelitian menggunakan dokumen sebagai sumber data karena dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk menguji, menafsirkan, dengan cara mengumpulkan data yang terdapat pada situs penelitian.


(48)

3.7 Analisis Data

Analisa data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data, data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri catatan lapangan dan komentar penulis gambar foto, dokumen berupa laporan, Biografi, artikel dan sebagainya. Pekerjaan analisa data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan mengkategorikannya. Pengrorganisasian dan pengolahan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif (Moleong, 2007 : 280).

Dalam penelitian kualitatif digunakan analisa data yang telah dikembangkan oleh (Miles dan Huberman, 1992 : 18-20), dengan menggunakan Analisa Model Interaktif melalui empat prosedur yaitu :

1. Pengumpulan data

Data tersebut yang dikumpulkan merupakan data yang berupa kata-kata. Data tersebut dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

2. Reduksi data

Sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan.


(49)

3. Penyajian data

Sebagai sekumpulan informasi tersusun yang diberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan dengan melihat penyajian-penyajian, kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukakan. Hal ini dilakukakn untuk memudahkan peneliti melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan.

4.Verifikasi atau menarik kesimpulan.

Merupakan satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh selama penelitian berlangsung. Sedangkan verifikasi merupakan kegiatan pemikiran kembali yang melintas dalam pemikiran penganalisis selama peneliti mencatat suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran, dengan kata lain makna yang terkandung dalam kata harus diuji kebenarannya dan kecocokannya (validitasnya).

Dari data diatas yang diperoleh dilapangan tidak dibuktikan dengan angka-angka melainkan berupa uraian-uraian sehingga menggambarkan hasil yang sesuai dengan data yang telah dianalisis.


(50)

Gambar 2

Analisis Interaksi Menurut Miles dan Huberman Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data

Sumber : Data Analisis kualitatif Miles dan Huberman (1992 : 20) 3.8. Keabsahan Data

Setiap penelitian memerlukan standart untuk melihat derajat kepercayaan atau kebenarannya dari hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatatif, standart tersebut disebut dengan keabsahan data. Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2007 : 324), untuk menjamin keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sifat kriteria yang digunakan yaitu :

1. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Pada dasarnya penerapan kriteria derajat kepercayaan menggantikan konsep validitas dari penelitian non kualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melakukan penyelidikan sedemikian rupa, sehingga tingkat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang


(51)

sedang diteliti. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah sebagai berikut :

a. Memperpanjang Masa Observasi

Dengan memperpanjang masa observasi sehingga dihrapkan data dapat diedit dan kemudian diadakan pengecekan kembali ke lapangan.

b. Pengamatan Terus-menerus

Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus-menerus, peneliti dapat memperhatikan sesuatu lebih mendalam.

c. Membicarakan dengan orang lain

Sebagai langkah untuk berdiskusi dengan orang lain yang memiliki pengetahuan tentang pokok penelitian yang ditetapkan, hal ini sebagai usaha untuk memenuhi derajat kepercayaan.

d. Melakukan Triangulasi

Untuk memeriksa kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari narasumber lain, pada berbagai fase penelitian dilapangan, pada waktu yang berlainan dan dalam penelitian ini metode tersebut digunakan untuk menguji data para informan dengan dokumen yang ada.

e. Mengadakan Pemeriksaan Ulang

Berarti memeriksa ulang secara garis besar setelah wawancara dengan para informan peneliti.


(52)

2. Keteralihan (Transferability)

Adalah sebagai persoalan empiris yang bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk proses ini peneliti mencari dan mengumpulkan data kejadian dan empiris dalam konteks yang sama. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya. Untuk memenuhi kriteria ini maka peneliti berusaha untuk menyajikan hasil penelitian dengan memperbanyak wacana ilmiah melalui penjelasan secara terperinci. 3. Standar Ketergantungan (Dependability)

Dalam hal ini yang dilakukan adalah memeriksa proses penelitian dan taraf kebenaran data serta tafsirannya. Untuk itu peneliti perlu menyediakan data sebagai berikut :

a. Data mentah, seperti catatan pada saat observasi dan wawancara, hasil

rekaman (jika ada), dokumen dan lain sebagainya yang disajikan dalam bentuk laporan lapangan.

b. Hasil analisis data, berupa rangkuman, konsep-konsep.

c. Hasil sintesis data, seperti tafsiran kesimpulan, defenisi, tema, pola, hubungan literature dan laporan akhir.

d. Catatan mengenai proses data yang digunakan, yakni mengenai metodologi,

desain, strategi, prosedur, rasional, usaha-usaha agar penelitian tercapai, serta upaya untuk melakukan pemeriksaan dan pelacakan dari suatu kebenaran. 4. Kepastian (Confirmability)


(53)

Dalam upaya mewujudkan kepastian penelitian, maka peneliti mendiskusikan dengan dosen pembimbing, setiap rencana dan tahap penelitian dan konsep yang dihasilkan dari lapangan. Dengan demikian diperoleh masukan untuk menambah kepastian dari hasil penelitian, dan disamping untuk menguji penelitian ini memenuhi syarat kepastian.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Diskripsi Tempat Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Desa Beji Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban

Desa Beji adalah salah satu desa yang berlokasi di daerah pesisir sebelah barat Kabupaten Tuban yang berjarak kurang lebih 10 km dari Kabupaten Tuban berdampingan dengan Desa Jenu, Jenggolo dan Sekardadi. Desa Beji dipimpin oleh Kepala Desa yang bernama Abdul Malik, SE. Desa Beji memiliki luas wilayah 240 Ha. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah utara : Desa Kaliuntu Sebelah selatan : Desa Jenggolo

Sebelah barat : Desa Suwalan

Sebelah Timur : Desa Jenu

(Sumber : Desa Beji, November 2010).

Pada zaman dahulu di Desa Jengolo terbentuk 3 dusun yang berbentuk kelurahan. Tiap kelurahan dipimpin seorang lurah. Seiring dengan


(54)

Desa Beji yang terdiri dari 3 dusun, antara lain dusun Meduran, Beji, Mbogang, kemudian terdapat pemekaran wilayah yang terdapat di perumahan Griya Beji Permai, yang semua wilayah itu dipimpin oleh Kepala Desa.

Tiap-tiap desun dipimpin oleh kepala dusun yitu kamituwo yang membawai beberapa RT/RW dan di bantu oleh para kaur dan kasi, serta lembaga desa yang lain seperti BPD dan LPMD.

4.1.2. Visi, Misi, Tugas Pokok dan Fungsi Desa Beji Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban

Visi Desa Beji Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban

Terwujudnya masyarakat Desa Beji yang sejahtera, dinamis

demokratis menuju Desa yang mandiri unggul dalam pendidikan dan pangan. A. Misi Desa Beji Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban

1. Mewujudkan pemerintah Desa yang bersih, amanah dan transparan serta

berorientasi pada optimalisasi pelayanan kepada masyarakat.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat.

3. Meningkatkn kualitas sumberdaya manusia

4. Meningkatkan sumberdaya masyarakat yang bersih, aman, tertib dan teratur

dalam pergaulannya.

5. Membangun dan meningkatkan hasil pertanian dan nelayan.

4.1.3 Tugas Pokok Dan Fungsi Desa Beji Kecamatan Jenu

Tugas pokok dari Desa Beji adalah menyelenggarakan urusan


(55)

1. Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Strategis dan Rencana Kerja; 2. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan;

3. Penyelenggaraan kegiatan peningkatan kesejahteraan masyarakat;

4. Pengkoordinasian kegiatan pembangunan;

5. Pemberdayaan masyarakat;

6. Pelayanan masyarakat;

7. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;

8. Pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan umum;

9. Pembinaan lembaga kemasyarakatan;

10.Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);

11.Penyusunan dan pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP);

12.Pelaksanaan fasilitasi pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

dan/atau pelaksanaan pengumpulan pendapat pelanggan secara periodik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas layanan;

13.Pengelolaan pengaduan masyarakat;

14.Pengelolaan administrasi umum meliputi penyusunan program,

ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, rumah tangga, perlengkapan, kehumasan, kepustakaan dan kearsipan;

15.Pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi;

16.Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas


(56)

Berdasarkan data administrasi pemerintah desa tahun 2010 . Jumlah penduduk untuk Desa Beji tersebut adalah terdiri dari 997 KK dengan jumlah total 3.757 penduduk dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Prosentase (%)

Laki-laki 1.821 49.65 Perempuan 1.936 50.35

Jumlah 3.757 100 Sumber : Desa Beji, November 2010

Desa Beji yang sebagian besar penduduknya adalah berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 1.936 jiwa. Dalam hal ini pemerataan antara jenis kelamin di Desa Beji memiliki pertumbuhan yang hampir sama rata. Dengan kata lain pertumbuhan penduduk yang ada di Desa Beji Kecamatan Jenu antara jenis kelamin laki – laki dengan perempuan hampir sebanding.

Sedangkan penyebaran penduduk menurut tingkat pendidikan yang telah ditempuh dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(57)

Tabel 4.2

Penyebaran Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan Jumlah Orang Prosentase (%)

Strata (S1) 102 2,71

Diploma (D3) 82 2,19

SLTA/SMK 821 21,9

SLTP 915 24,4

SD 664 17,7

TK/PG 329 8,8

Drop Out / Berhenti Sekolah 424 11,9

Belum Sekolah 420 11,2

Jumlah 3.757 100

Sumber : Desa Beji, November 2010

Berdasarkan tabel diatas, mayoritas penduduk Desa Beji Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban adalah tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Hal tersebut karena masyarakat Desa Beji kurang begitu mengetahui dan menyadari arti pentingnya pendidikan, selain itu banyak dari mereka yang lebih memilih bekerja dahulu karena tuntutan perekonomian kehidupan mereka

Penyebaran penduduk Desa Beji Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban menurut jenis pekerjaan secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(58)

Tabel 4.3

Penyebaran Penduduk Menurut Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Prosentase (%)

TNI-POLRI 9 0,3

Nelayan 695 2,4

Petani 680 21,6

Pedagang 270 9,3

PNS / BUMN / BUMD 86 2,95

Wiraswasta 643 2,2

Buruh 347 1,2

Purnawirawan TNI-POLRI 43 1,5

Pertukangan 97 3,3

Pensiunan PNS/BUMN/BUMD 40 1,4

Jumlah 2.910 100

Sumber : Desa Beji, November 2010

Berdasarkan pada tabel diatas, mayoritas penduduk Desa Beji

Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban pada umumnya bekerja sebagai nelayan. Ini semua karena di Desa Beji Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban banyak peluang untuk menjadi nelayan karena tempatnya yang berdektan dengan laut.


(59)

4.1.4 Penduduk Desa Beji Berdasarkan RW/RT Tabel 4.4

Jumlah RW/RT di Desa Beji

o W (Rukun Warga) T(Rukun Tetangga)

I 1-6

II 7-10

mlah 2 10

Sumber: Desa Beji, November 2010

Berdasarkan tabel diatas penduduk masyarakat di desa Beji Kecamatan Jenu Kabupaten Tubanmayoritas masyarakat di Desa Beji tinggal di RW 1 yang memiliki 6 RT sedangkan di RW II memiliki 4 RT.


(60)

Tabel 4.5

Masyarakat Miskin di Desa Beji.

No. RW/RT Jumlah Keluarga Miskin Prosentase %

1 1/1 42 11,2

2 1/II 36 9,6

3 1/III 39 10,6

4 I/IV 58 15,4

5 1/V 37 9,7

6 1/VI 35 9,3

7 II/VII 38 10,1

8 II/VIII 47 12,5

9 II/IX 32 8,5

10 II/X 12 3,2

Jumlah 10 143 100

Sumber: Desa Beji, November 2010

Berdasarkan tabel diatas jumlah keluarga miskin yang paling banyak ada di RW I/RT IV dikarenakan masyarakat di RW/RT tersebut tergolong masih banyak keluarga yang miskin.


(61)

Tabel 4.6

Masyarakat Yang Menerima Bantuan PKH di RW/RT pada Desa Beji.

S u m b e r :

P K H

K e S

Sumber: kecamatan Jenu, Januari 2011

Berdasarkan tabel diatas jumlah keluarga yang paling banyak menerima bantuan PKH ada di RW I/RT IV dikarenakan masyarakat di RW/RT tersebut tergolong masih banyak kepala keluarga yang miskin.

No. RW/RT Jumlah Kepala Keluarga Prosentase %

1 1/1 14 9,8

2 1/II 11 7,7

3 1/III 19 13,3

4 I/IV 20 13,9

5 1/V 12 8,4

6 1/VI 14 9,9

7 II/VII 15 10,5

8 II/VIII 18 12,6

9 II/IX 14 9,9

10 II/X 9 6,3


(62)

4.1.4 Sarana Dan Prasarana Di Desa Beji A. Sarana dan Prasarana Peribadatan

1. Masjid : 1 buah

2. Mushola : 12 buah

3. Gereja Protestan : -

4. Gereja Katolik : -

5. Wihara : -

6. Pura : -

7. Klenteng : -

B. Sarana dan Prasarana Olah Raga

1. Lapangan Sepak Bola : 2 buah

2. Pusat Kebugaran : 1 buah

C. Sarana dan Prasarana Kesehatan

1. Puskesmas Umum : 1 buah

2. Balai Pengobatan : 1 buah

3. Posyandu : 5 buah

4. Rumah Bersalin : 1 buah

5. Dokter umum : 1 orang

6. Pengobatan Alternatif : 2 orang

7. Bidan Desa : 1 orang

D. Sarana dan Prasarana Pendidikan


(63)

3. Gedung SD : 3 buah

4. Gedung SLTP : 1 buah

5. Gedung SLTA : 1 buah

6. Perpustakaan Kelurahan : 1 buah

7. Taman Bacaan : 1 buah 4.1.5 Struktur Organisasi Desa Beji

Untuk membantu, memperlancar dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, maka Kepala Kelurahan dibantu oleh pegawai kelurahan.Kelurahan berdasarkan pada Surat Keputusan Walikota No. 55 tahun 2001 tentang tugas dan fungsi adalah sebagai berikut :


(64)

Gambar 3

Struktur Organisasi Pemerintah Desa Beji

Sumber: Desa Beji, November 2010

Adapun tugas dan fungsi masing-masing aparatur Desa adalah sebagai berikut :

1. Kepala Desa KEPALA DESA

SEKRETARIS DESA

KASUN KASUN KASUN

KAUR UMUM &

KAUR PEMBANGUN

KAUR EKONOMI KEUANGAN KASI

TRANTIB

KASI KESRA David Ariani

KASI PENGAIRAN


(65)

a. Menyelenggarakan Pemerintah, Pembangunan dan Kemasyarakatan.

b. Melaksanakan urusan Pemerintah yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah.

Kepala Desa mempunyai fungsi, yaitu :

a. Pembina lembaga masyarakat.

b. Pelaksanaan kegiatan Pemerintah Kerlurahan.

c. Pemberdayaan Masyarakat.

d. Pelayanan Masyarakat.

e. Penyelenggaraan Ketentram dan Ketertiban Umum.

f. Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas Pelayanan Umum.

g. Penyusunan Program, Pembinaan Administrasi dan Ketata Usahaan.

2. Sekretaris Desa

Sekretaris Desa mempunyai tugas antara lain :

a. Membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan

Pemerintahan.

b. Memberikan pelayanan administratif kepada seluruh Perangkat Desa. Sekretaris Desa mempunyai fungsi, yaitu :

a. Pelaksanaan koordinasi penyususnan rencana program, anggaran dan

laporan Desa.

b. Pelaksanaan pembinaan organisasi dan Ketatalaksanaan.

c. Pengelolaan Administrasi Kepegawaian.

d. Pengelolaan surat menyurat, dokumentasi, Rumah Tangga,


(66)

e. Pelaksanaan Hubungan Masyarakat (Humas).

f. Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian pelaksanaan tugas di bidang

Ketata Usahaan.

g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

h. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Lurah sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

3. Kepala Urusan (Kaur), terdiri dari :

A. Kepala Urusan Umum dan Pemerintahan

Kepala Urusan Umum (Kaur) dan Pemerintahan mempunyai tugas, yaitu : a. Membantu Kepala Desa dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, b. Pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan urusan Pemerintah.

Kepala Urusan Umum dan Pemerintahan mempunyai Fungsi, yaitu :

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang urusan

Pemerintahan.

b. Pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang urusan

Pemerintahan.

c. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan Lembaga dan Instansi

lain di Bidang urusan Pemerintahan.

d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang urusan

Pemerintahan.

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.


(67)

B. Kepala Urusan (Kaur) Perekonomian dan Keuangan Kepala Urusan (Kaur) Perekonomian dan Keuangan

Membantu Kepala Desa dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan urusan Perekonomian dan keuangan.

Kepala Urusan Perekonomian dan Keuangan Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang urusan Perekonomian dan Keuangan

a. Pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang urusan

Perekonomian dan Keuangan

b. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan Lembaga dan Instansi

lain di Bidang Perekonomian dan Keuanagan

c. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang urusan

Perekonomian dan Keuangan.

d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

e. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepla desa sesuai

dengan tugas dan fungsinya. 4. Kepala Seksi (Kasi), terdiri dari:

A. Kepala Seksi (Kasi) Ketentraman dan Ketertiban Umum

Kepala Seksi (Kasi) Ketentraman dan Ketertiban Umum mempunyai tugas, yaitu :

Membantu kepala desa dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan urusan Ketentraman dan Ketertiban Umum.


(68)

Kepala Seksi (Kasi) Ketentraman dan Ketertiban Umum mempunyai fungsi, yaitu :

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang urusan

Ketentraman dan Ketertiban Umum.

b. Pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang urusan

Ketentraman dan Ketertiban Umum.

c. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan Lembaga dan Instansi

lain di Bidang urusan Ketentraman dan Ketertiban Umum.

d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang urusan

Ketentraman dan Ketertiban Umum.

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala desa sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

B. Kepala Seksi (Kasi) Kesejahteraan Masyarakat

Kepala seksi (Kasi) Kesejahteraan Masyarakat Mempunyai Tugas yaitu :

Mempunyai tugas mengkoordinasikan penyusun program dan melaksanaan pembinaan kesejahteraan rakyat.

Kepala Seksi (Kasi) Ketentraman dan Ketertiban Umum mempunyai fungsi, yaitu :


(69)

b. Penyusunan program dan pembinaan di bidang kepemudaan, peranan wanita dan kegiatan olah raga.

c. Penyusunan program dan pembinaan di bidang kehidupan keagamaan, pendididkan, pariwisata dan kebudayaan.

d. Penyusunan program dan pembinaan di bidang kesehatan masyarakat dan keluarga berencana.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa C. Kepala seksi (Kasi) Perikanan dan Pertanian

Kepala seksi (Kasi) Pengairan dan Pertanian Mempunyai Tugas yaitu : Melakukan pembinaan pengairan dn pertanian dalam perekonomian, produksi dan distribusi

Kepala seksi (Kasi) Pengairan dan Pertanian Mempunyai Fungsi yaitu:

a. Pembinaan program pengairan dan pertanian.

b. Penyusunan program dan pembinaan dalam upaya meningkatkan

peran serta masyarakat dalam pengairan dan pertanian

c. Penyusunan program dan pembinaan pengairan dan pertanian

d. Penyusunan program dan pembinaan dalam rangka meningkatkan

Pertumbuhan perekonomian, produksi dan distribusi. e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa. 5. Kepala Dusun


(70)

Mempunyai tugas melaksanakan Sebagian Kewenangan Pemerintahan yang dilimpahkan oleh Kepala Desa.

Kepala Dusun Mempunyai Fungsi :

a. Pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dalam 1 Dusun yang

dilimpahkan oleh Kepala Desa.

b. Pengkoordinasian dan pelaksanaan terhadap jalannya pemerintahan

Desa dalam 1 Dusun,

c. Peningkatan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat.

d. Membantu Kepala Desa Penyusunan program penyelenggaraan

adminisrasi ketatausahaan dan rumah tangga dalam 1 Dusun. 4.1.6 Karakteristik Pegawai Desa Beji

Berikut ini akan dijelaskan karakteristik jumlah pegawai Desa Beji berdasarkan jabatan, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan usia adalah sebagai berikut :


(71)

Tabel 4.7

Karakteristik Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

Jabatan Jumlah (Orang) Prosentase (%)

Laki-laki 9 81,8

Perempuan 2 18,2

Jumlah 11 100

Sumber: Profil Desa Beji, November 2010

Dari tabel di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah pegawai Desa Beji lebih banyak laki-laki dengan prosentase 81,1%. Perbandingan prosentase pegawai berdasarkan jenis kelamin hanya terpaut sedikit hal ini membuktikan bahwa beban pekerjaan antara pegawai laki-laki dan pegawai perempuan hampir sama.


(72)

Tabel 4.8 Karakteristik

Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Prosentase (%)

S1 3 27,3

SLTA 8 72,7

SLTP - 0

SD - 0

Jumlah 11 100

Sumber: Profil Desa Beji, November 2010

Berdasarkan tabel di atas tingkat pendidikan paling tinggi diduduki oleh tingkat pendidikan S1 dengan prosentase 27,3%. Hal ini dikarenakan dengan tingkat pendidikan S1 mampu memberikan pelayanan yang lebih kepada masyarakat dan dapat mempertanggung jawabkan tugas-tugasnya dengan baik.


(1)

tentang PKH dalam bidang kesehatan, serta dapat meningkatkan kemitraan dalam masyarakat, sehingga masyarakat lebih antusias untuk mengikuti program PKH tersebut, dan kader-kader dari PKH harus lebih aktir berperan dalam melakukan pelayanan kesehatan.

Sumber daya manusia (SDM) meliputi tenaga medis, pendamping dan tokoh keluarga yang menerima bantuan PKH. Didalam pelaksanan PKH dukungan tenaga medis dan tokoh masyarakat di Desa Beji Kecamatn Jenu Kabupaten Tuban sangat membantu untuk kelancaran berjalannya program PKH, pelayanan yang diberikan semakin meningkat serta tenaga medis juga lebih mengetahui tentang PKH dalam bidang kesehatan serta dapat meningkatkan kemitraan dalam masyarkat, sehingga masyarakat lebih antusias untuk mengikuti program dari PKH tersebut. Dan kader kader dari PKH lebih aktif dan berperan dalam melakukan pelayanan kesehatan.

Perlengkapan kesehatan yang diberikan untuk pengoptimalan kegiatan PKH sudah di berikan dengan baik terbukti dengan pemenuhan sarana dan prasarana yang berupa timbangan bayi, kartu KMS. Obat-obatan seperti vitamin A, dan prasarana kerja seperti ruangan dan peralatan sehingga menunjukkan adanya peningkatan kehadiran masyarakat.

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Penyelenggara dan Pelaksana berkewajiban mengelola sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik secara efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan berkesinambungan serta bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan/atau


(2)

Dari penjelasan teori diatas tentang definisi sarana dan prasarana dalam pelaksanaan PKH tentang kesehatan anak oleh para tenaga medis atau kader desa beji kecamatan jenu kabupaten tuban telah dilaksanakan dengan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang memadai merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi untuk mensukseskan berjalannya program PKH tersebut, sehingga masyarakat akan merasa nyaman ketika harus memeriksakan kesehatan anaknya, dan masyarakat yang menerima bantuan PKH juga akan aktif untuk membawa anaknya ke tempat penyedia pelayanan yang di adakan oleh PKH.

4.3.3 Pendampingan

Pelaksanaan program PKH memperkuat dukungan pendampingan oleh tim PKH dengan melakukan pendampingan kepada tenaga medis , para kader serta masyarakat dengan cara mengoreksi dan mengontrol berjalannya program kesehatan tersebut. Hal ini dilakukan agar kinerja para tenaga medis dan kader bisa lebih maksimal dan diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan dan perkembangan anak karena dengan adanya kegiatan pendampingan ini ibu anak bisa mengetahuai dan menanyakan perkembangan dan kesehatan anaknya.

Pengawasan pendampingan terhadap pelayanan kesehatan untuk anak belum maksimal karesna ketidakaktifan pendamping saat program berlangsung. Maka perlu adanya kesadaran dari diri pendamping untuk


(3)

melancarkan program PKH yang dilakukan didesa beji kecamatan jenu kabupaten tuban.

Verifikasi dari tim PKH di desa beji sudah baik terbukti dengan kehadiran masyarakat untuk membawa anaknya ke tempat penyedi pelayanan semakin meningkat, dimana verifikasi tersebut dilakukan agar masyarakat selalu memeriksakan kesehatan anaknya dan diharapkan masyarakat aktif dalam mengikuti program tersebut. Serta dapat menyadarkan masyarakat akan pentingnya kesehatan sejak dini.

Pendampingan PKH adalah pekerja sosial (dapat berasal dari pekerja sosial, masyarakat, karang taruna, sarjana penggerak pembangunan, dan organisasi sosial kemasyarakat lainnya) yang di rekrut oleh UPPKH melalui proses seleksi dari pelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan masyarakat penerima program untuk membantu kelancaran pelaksanaan PKH. ( Pedoman umum PKH, 06:2007).

Dari penjelasan teori diatas tentang definisi pendampingan dalam pelaksanaan PKH kesehatan anak usia 0-6 tahun didesa beji kecamatan jenu kabupaten tuban akan dilaksanakan dengan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Tugas pendampingan dari PKH yang berupa pengawasan dan verufikasi sangat membantu kelancaran dan keberhasilan program PKH. Selain itu dengan adanya sanksi yang diberikan dapat membuat masyarakat semakin aktif untuk datang ketempat penyedia pelayanan kesehatan dari PKH,


(4)

adanya pendampingan maka program PKH ini akan dapat terawasi dan terpantau. Kehadiran pendamping dapat meningkatkan keaktifan dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.

Bab V

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan skripsi maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin di Desa Beji Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban sudah berjalan dengan baik sesuai dengan standart pelayanan publik, yaitu:

1. Pelayanan kesehatan untuk anak usia 0-6 tahun yang diberikan sudah baik dan sudah sesuai dengan standart pelayanan publik, jenis pelayanan yang disediakan oleh tim PKH yang berupa imunisasi, penimbangan, pemberian vitamin dan monitoring tumbung kembang sudah dilakukan oleh para tenaga medis dengan semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan yang diharapakan, tenaga medis yang ditunjuk oleh tim dari PKH sidah melakukan tugasnya dengan baik dan bersikap yang ramah kepada pengunjung, juga mengenai biaya pelayanan serta kepastian waktu penyelesaian pelayanan yang jelas, yaitu biaya yang gratis dan jam pelayanan yang di mulai pada pukul 08.30 WIB hingga pukul 11.00 WIB.


(5)

2. Sarana dan prasarana yang disediakan oleh tim PKH sudah sudah lebih baik dan memenuhi kebutuhan, hal tersebut dikarenakan segala keperluan perlengkapan kesehatan sudah dipenuhi oleh tim PKH.

3. Pendampingan dari PKH dalam melakukan tugas dan tanggung jawab masih belum maksimal, kehadiran pendamping perlu diaktifkan dan ditingkatkan kembali, karena dengan adanya pendampingan dari PKH maka kegiatan PKH dapat terpantau dan terawasi dengan baik.

5.2 Saran

Saran – saran yang dapat penulis berikan dalam penelitian skripsi ini sebagai masukan bagi pelayanan kesehatan anak usia 0-6 tahun untuk tim PKH yang ada di Desa Beji Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban, dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi rumah tangga sangat miskin (RTSM), adalah sebagai berikut: 1. Pelayanan yang di berikan oleh tenaga medis di Desa Beji Kecamatan Jenu

Kabupaten Tuban sudah cukup baik untuk itu harap di pertahankan dan di tingkatkan pelayanannya agar masyarakat merasa puas.

2. Sarana dan prasarana yang disediakan oleh tim PKH sudah cukup memadai, hanya saja perlu adanya perbaikan dan perlu dilengkapi dalam penyedia obat-obatan penunjang untuk menjaga kesehatan, serta stok yang lebih bergizi untuk anak-anak.

3. Dalam pendampingan perlu adanya kesadaran dari diri pendamping untuk melakukan tugasnya saat program berlangsung, agar kegiatan dapat berjalan maksimal, Karena pendampingpun memiliki tugas dan tanggung jawab yang


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Najrul, 1997, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta : EGC.

Entjang, Indun, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti.

Kuncoro, Mudrajat, Ph.D.,2004, Otonomi dan Pembangunan Daerah (Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang), Jakarta : Erlangga.

Moenir, 20046 Manajemem Pelayanan Umum, Jakarta, PT.Bumi Aksara Moleong, Lxy, 2007, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : PT. Asdi Mahasutya.

Pedoman operasional PKH, 2007, Jakarta Pedoman Umum PKH, 2007, Jakarta

Peraturan Presiden RI Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

Suharto, Edi, 2009. Kemiskinan Perlindungan dan Sosialisasi di Indonesia, Bandung : Alfa Beta.

UUD 1945 Pasal 28 H, UU Nomor 23 / 1992 Tentang Kesehatan dan UU Nomor 40 / 2004 Tentang Sistem Jaminan Nasional.