PERATURAN KODE ETIK DOSEN UWG final
PERATURAN UNI VERSI TAS WI DYAGAMA MALANG NOMOR: 02 TAHUN 2014
TENTANG
KODE ETI K DOSEN UNI VERSI TAS WI DYAGAMA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
REKTOR UNI VERSI TAS WI DYAGAMA MALANG
Menimbang a. bahwa kode etik dosen merupakan rambu-rambu yang diperlukan para dosen berkaitan dengan sikap, perilaku dan tindakannya selama menjalankan tugasnya, baik di
lingkungan Universitas Widyagama maupun di lingkungan masyarakat.
b. bahwa untuk mendorong terbentuknya perilaku dosen Universitas Widyagama Malang yang bertaqwa dan beretika serta menjamin dan terpeliharanya tata tertib dan
kelancaran tugas guna terwujudnya pelayanan prima perlu ditetapkan kode etik dosen Universitas Widyagama Malang. Mengingat 1. Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen 4. Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 2014 Tentang
Penyeleng-garaan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi
5. Peraturan Mendikbud Nomor 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
6. Peraturan Mendikbud Nomor 50 Tahun 2014 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi
7. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan Pembina Pendidikan I ndonesia Widyagama Malang Tahun 2008;
8. Peraturan Yayasan Pembina Pendidikan I ndonesia Widyagama Malang Nomor 26/ P/ YPPI WM/ XI / 2010 Tentang Statuta Universitas Widyagama Malang Tahun 2010,
(2)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Yayasan Pembina Pendidikan I ndonesia Widyagama Madang Nomor 07/ P/ YPPI WM/ I V/ 2013 tentang Perubahan Peraturan Yayasan Pembina Pendidikan I ndonesia Widyagama Malang Nomor 26/ P/ YPPI WM/ XI / 2010 tentang Statuta Universitas Widyagama Malang.
9. Peraturan Universitas Widyagama Malang Nomor: 01 Tahun 2013 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Widyagama Malang
Dengan persetujuan Senat Universitas Widyagama MEMUTUSKAN
MENETAPKAN: PERATURAN UNI VERSI TAS WI DYAGAMA MALANG
TENTANG KODE ETI K DOSEN UNI VERSI TAS WI DYAGAMA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Yang dimaksud dengan:
1. Yayasan adalah Yayasan Pembina Pendidikan I ndonesia Widyagama; 2. Rektor adalah Rektor Universitas Widyagama Malang;
3. Universitas adalah Universitas Widyagama Malang;
4. Badan Kehormatan Dosen adalah organ universitas yang dibentuk secara ad hoc untuk memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran kode etik dosen;
5. Dekan adalah Dekan di lingkungan Universitas Widyagama Malang; 6. Senat Universitas adalah Senat Universitas Widyagama Malang; 7. Senat Fakultas adalah Senat Fakultas di lingkungan Universitas
Widyagama Malang;
8. Dosen adalah dosen Universitas Widyagama Malang.
BAB I I
AZAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Pelaksanaan Peraturan ini berdasarkan pada azas-azas: a. Kekeluargaan;
b. Tanggungjawab; dan c. Berkehidupan beradab.
(3)
Peraturan ini bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran dan pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi oleh dosen yang bertaqwa, profesional, beradab dan bertanggungjawab atas tercapainya tujuan pendidikan nasional yang diridloi oleh Allah Subhanahu wa Taala.
BAB I I I
ETI KA DOSEN SEBAGAI PRI BADI
Pasal 4
Sebagai seorang dosen Universitas Widyagama Malang wajib:
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara
Republik I ndonesia Tahun 1945;
b. Menjaga integritas dengan menjunjung tinggi tata-susila dengan kesadaran bahwa harus bertanggungjawab atas kehormatan diri; c. Menjunjung tinggi sifat universal dan objektif sebagai cerminan etika
akademik;
d. Menjunjung tinggi sikap beradab dan bertujuan mengembangkan ilmu pengetahuan guna meningkatkan keberadaban, kemanfaatan dan kebahagiaan kemanusiaan.
Pasal 5
Seorang dosen wajib secara pribadi, mandiri dan berdasarkan aspirasi pribadi bertanggungjawab berdasarkan norma dan kaidah akademik selalu bersikap:
a. Jujur, adil dan disiplin;
b. Berwawasan luas/ semesta, kebersamaan dan cara berpikir ilmiah; c. Menghargai penemuan dan pendapat akademisi lain;
d. Tidak semata-mata bertindak untuk kepentingan sendiri.
Pasal 6
Seorang dosen wajib senantiasa menjaga kelestarian dan keutuhan, keharmonisan, dan kesejahteraan keluarga, serta reputasi sosialnya di masyarakat.
Pasal 7
Seorang dosen wajib:
a. Selalu mawas diri dan mengevaluasi kinerjanya sebagai dosen dalam membina dan mengembangkan karier akademik dan profesinya; b. Menumbuh-kembangkan suasana akademik di lingkungan kerjanya.
(4)
Sebagai ilmuan, seorang dosen dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis menggunakan bahasa yang sopan dan santun, tidak emosional, berpikir jernih dan tidak menyinggung perasaan orang lain.
BAB I V
ETI KA DOSEN SEBAGAI WARGA UNI VERSI TAS
Pasal 9
Sebagai warga Universitas Widyagama, seorang dosen wajib:
a. Menjunjung tinggi visi, misi, azas, dan tujuan Universitas Widyagama Malang;
b. Menghayati dan mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Pasal 10
Sebagai warga Universitas Widyagama Malang, seorang dosen wajib:
a. Menghayati prinsip-prinsip kemasyarakatan dalam penyelenggaraan Universitas Widyagama dan melaksanakannya dalam bentuk tugas sosial kemasyarakatan dalam rangka usaha membangun, memelihara, dan mengembangkan kehidupan kemasyarakatan dan kebudayaan;
b. Menghayati prinsip-prinsip kekeluargaan dalam penyelenggaraan universitas Widyagama Malang berdasarkan Statuta Universitas Widyagama Malang;
c. Menghayati prinsip loyalitas dan kesetiaan untuk selalu mengedepankan kepentingan dan kemajuan Universitas Widyagama Malang.
Pasal 11
Sebagai warga Universitas Widyagama Malang, seorang dosen wajib: a. Memperlakukan rekan sejawat dosen dan karyawan dengan sikap
terhormat sebagaimana dirinya ingin diperlakukan sebagai penyandang profesi terhormat;
b. Menjaga dan memelihara tata pergaulan dengan sesama warga Universitas Widyagama Malang berdasarkan norma agama, hukum, kesusilaan, dan adat baik di dalam kampus maupun di luar kampus; c. Memperhatikan aspek senioritas, akan tetapi senioritas dosen tidak boleh
diperlakukan untuk memperoleh perlakuan atau hak istimewa dengan melanggar peraturan yang berlaku;
d. Memperlakukan rekan sejawat secara adil dan memberikan kesempatan yang sama untuk kemajuan dalam tugas dan profesinya;
e. Memperlakukan karyawan sebagai mitra kerja dengan menghormati hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan dan fungsinya.
BAB V
(5)
Bagian Pertama
Etika Dosen dalam Melaksanakan Pendidikan dan Pengajaran
Pasal 12
Terhadap mahasiswanya seorang dosen wajib:
a. Melayani dengan baik dan tidak bersikap diskriminatif;
b. Menghargai mahasiswa secara personal sebagai mitra intelektual.
Pasal 13
Seorang dosen wajib menghormati dan menjunjung tinggi hak mengajar yang diberikan kepadanya dengan semangat profesionalisme sebagai seorang pendidik yang diwujudkan dalam perilaku dan keteladanan, yaitu: a. Melaksanakan proses pembelajaran dan memberikan layanan akademik
dengan cara terbaik menurut kemampuannya serta melaksanakannya dengan penuh dedikasi, disiplin, dan kearifan;
b. Menjauhi dan menghindari hal-hal yang mengarah pada kemungkinan terjadinya pertentangan pribadi dalam proses pembelajaran;
c. Menjauhi dan menghindari segala bentuk perbuatan yang dapat
menurunkan derajat dan martabat dosen sebagai profesional pendidik yang terhormat;
d. Selalu memutakhirkan data perkuliahan agar senantiasa sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
e. Memberikan motivasi kepada peserta didik sehingga dapat merangsang daya pikirnya.
Pasal 14
Seorang dosen wajib untuk:
a. Melakukan bimbingan dan memberikan layanan informasi dan layanan akademik lainnya yang diperlukan oleh mahasiswa dalam rangka memperlancar penyelesaian studinya dengan penuh kearifan;
b. Melakukan penilaian akademik mahasiswa secara profesional dan objektif; c. Memperhatikan batas keahlian dan tanggungjawab ilmiah dalam
menggunakan kebebasan mimbar akademik sesuai dengan kompetensinya;
d. Tidak meminta dan/ atau menerima pemberian dalam bentuk apapun yang bersifat illegal;
e. Mengutamakan tugas mengajarnya dibandingkan dengan tugas lainnya.
Bagian Kedua
Etika Dosen dalam Melaksanakan Penelitian
(6)
Seorang dosen dalam melaksanakan penelitian wajib:
a. Bersikap jujur, objektif, dan berpegang teguh pada semua aspek dari proses penelitian;
b. Bersifat terbuka, saling berbagi data, hasil, metode dan hasil penelitian untuk pengembangan penelitian dan menghindari terjadinya plagiasi; c. Tidak memalsukan atau memanipulasi data maupun hasil penelitian; d. Menghindari kesalahan dalam penelitian, terutama dalam menyajikan
hasil penelitian;
e. Menghormati dan menghargai objek penelitian, baik yang berupa
manusia atau hewan, baik yang masih hidup atau yang sudah mati, atau bagian/ fragmen dari manusia coba.
Pasal 16
(1) Peneliti bertanggungjawab terhadap keseluruhan proses penelitiannya secara profesional sesuai dengan kompetensinya;
(2) Peneliti mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya kepada rekan seprofesinya;
(3) Memberikan bimbingan dan kesempatan dan jika perlu mengikut -sertakan mahasiswa dalam melaksanakan penelitian.
Pasal 17
Sebagai peneliti, seorang dosen dalam melaksanakan penelitian seharusnya: a. Bersifat ilmiah, jujur, objektif, profesional, berperikemanusiaan, religius,
dan berkeadilan gender;
b. Berbasis kompetensi dan dilaksanakan dengan prinsip akuntabilitas; c. Fakta penelitian diperoleh secara objektif melalui prosedur yang
sistematis dengan menggunakan pembuktian yang sahih; d. Menghasilkan penemuan baru;
e. Berkelanjutan;
f. Memberikan manfaat bagi universitas baik secara ilmiah, institusional maupun finansial.
Bagian Ketiga
Etika Dosen dalam Publikasi I lmiah
Pasal 18
(1) Penulis karya ilmiah tidak dibenarkan melakukan plagiat baik terhadap karya sendiri maupun karya orang lain;
(2) Tidak mempublikasi ulang hasil karyanya sendiri dengan iktikat tidak baik;
(3) Tidak menggunakan karya ilmiah mahasiswa bimbingannya sebagai karya pribadinya;
(7)
(4) Tidak membuatkan karya ilmiah baik untuk mahasiswanya maupun untuk rekan seprofesinya.
Pasal 19
Seorang dosen yang mempublikasikan karya ilmiahnya seharusnya: a. Menggunakan bahasa ilmiah yang lugas, baik dan benar;
b. Mendapatkan ijin dari penyandang dana;
c. Bersikap jujur dalam melakukan kutipan, baik berupa pendapat, tabel dan gambar;
d. Tidak melupakan penelitian peneliti terdahulu;
e. Apabila menampilkan gambar perorangan atau manusia coba
(probandus) harus dengan ijin, dan jika tidak ingin dikenal harus ditutup sebagian mukanya terutama bagian mata atau bagian yang bisa dipakai sebagai petunjuk identifikasi;
f. Mencantumkan semua kontributor, kecuali yang tidak bersedia untuk dicantumkan;
g. Memberikan pernyataan jasa kepada pemberi gagasan, disamping pemberi ijin, fasilitas dan bantuan lainnya.
Bagian keempat
Etika Dosen dalam Melaksanakan Pengabdian Masyarakat
Pasal 20
(1) Seorang dosen yang melaksanakan kegiatan pengabdian pada masyarakat wajib:
a. Mempunyai ketulusan hati untuk bekerja secara sinergis dengan dosen lain dari berbagai macam disiplin ilmu;
b. Menghargai partisipasi masyarakat dalam menetapkan program-program pengabdian;
(2) Seorang dosen yang melaksanakan kegiatan pengabdian pada masyarakat dilarang:
a. Memaksakan kehendaknya kepada masyarakat;
b. Menyebabkan timbulnya kerugian baik bagi masyarakat, universitas, dan pemerintah;
c. Melakukan kegiatan yang bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku.
(3) Wajib menempatkan mahasiswa sebagai sahabat kerja yang masih memerlukan proses pembelajaran kemasyarakatan.
Pasal 21
Seorang dosen yang melakukan pengabdian pada masyarakat seharusnya: a. Merujuk pada kebutuhan masyarakat;
(8)
c. Dalam rangka pemanfaatan, pendayagunaan, pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk masyarakat;
d. Melibatkan peran serta mahasiswa;
e. Dapat memberikan pencerahan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta bermanfaat bagi segenap civitas akademika.
BAB VI
ETI KA DOSEN SEBAGAI WARGA MASYARAKAT
Pasal 22
(1) Dosen Universitas Widyagama Malang sebagai anggota masyarakat terhormat dengan harkat dan martabat yang tinggi, wajib selalu menghindarkan diri dari semua bentuk perbuatan tercela;
(2) Dosen Universitas Widyagama dilarang menyalahgunakan institusi Universitas Widyagama untuk kepentingan dan keuntungan pribadi.
Pasal 23
Dosen Universitas Widyagama dilarang untuk:
a. Menyatakan dirinya sebagai yang paling tahu mengenai ilmu pengetahuan di bidangnya;
b. Menyampaikan keterangan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya; c. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan etika, hukum, dan
agama yang berlaku di masyarakat.
BAB VI I
KEWAJI BAN DOSEN DALAM MELAKSANAKAN KODE ETI K DOSEN
Pasal 24
(1) Dosen wajib mengindahkan dan melaksanakan Kode Etik Dosen; (2) Pelanggaran terhadap Kode Etik Dosen dapat dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Kode Etik Dosen ini.
Pasal 25
Penjatuhan sanksi terhadap pelanggaran kode etik dosen diputuskan dalam keputusan Badan Kehormatan Dosen setelah melakukan sidang pemeriksaan pelanggaran kode etik.
BAB VI I I SANKSI
Pasal 26
Dosen yang terbukti melanggar etika dosen akan dikenakan sanksi sebagaimana ditentukan dalam peraturan ini.
(9)
Pasal 27
Jenis sanksi yang dapat dijatuhkan berupa: a. sanksi ringan berupa:
1. teguran lisan atau tertulis; 2. surat peringatan;
b. sanksi sedang berupa:
1. tidak diberi jam mengajar selama 1 (satu) semester;
2. penundaan kenaikan jabatan dan/ atau pangkat selama 1 (satu) tahun; 3. penurunan jabatan akademik satu tingkat.
c. sanksi berat berupa:
1. pembebastugasan (skorsing)
2. pemberhentian dengan hormat atas permintaan sendiri 3. pemberhentian dengan tidak hormat
4. dikembalikan ke instansi induknya
Pasal 28
(1) Dosen yang telah dua kali dikenakan sanksi ringan, jika melakukan hal yang sama dapat dijatuhi sanksi sedang.
(2) Dosen yang telah dua kali dikenakan sanksi sedang, jika melakukan hal yang sama dapat dikenakan sanksi berat
Pasal 29
(1) Penjatuhan sanksi pemberhentian Dosen ditindaklanjuti melalui keputusan Yayasan;
(2) Penjatuhan sanksi selain pemberhentian ditindaklanjuti melalui keputusan Rektor.
BAB I X
PELAPORAN DAN PENYELESAI AN
Bagian Pertama Pelaporan
Pasal 30
(1) Setiap orang dapat melaporkan bahwa seorang Dosen telah berbuat dan bersikap yang melanggar Etika Dosen.
(2) Pelapor berhak mendapatkan perlindungan hukum dari Rektor.
Pasal 31
Laporan dilakukan dengan tertulis yang ditujukan kepada rektor dan/ atau pejabat lainnya di lingkungan universitas disertai dengan penjelasan dan bukti yang mendukung laporan.
(10)
Bagian Kedua
Badan Kehormatan Dosen
Pasal 32
Untuk penyelesaian pelanggaran Etika Dosen, Senat Universitas membentuk Badan Kehormatan Dosen yang bertugas memeriksa kasus pelanggaran kode etik Dosen dan menjatuhkan jenis sanksi yang selanjutnya disahkan melalui keputusan Yayasan atau Rektor.
Pasal 33
(1) Badan Kehormatan Dosen terdiri dari Dekan, 1 (satu) orang anggota Senat fakultas, dan 3 (tiga) orang anggota Senat Universitas;
(2) Berdasarkan kedudukannya, Badan Kehormatan Dosen berwenang: a. Memanggil dosen yang dilaporkan dan/ atau diketahui sendiri dan/ atau
tertangkap tangan telah melakukan pelanggaran etika dosen;
b. Memanggil setiap orang dan setiap dosen yang dianggap tahu terhadap pelanggaran Etika Dosen yang dilakukan oleh dosen;
c. Memeriksa setiap sesuatu yang berhubungan dengan pelanggaran etika dosen;
d. Menetapkan sanksi terhadap pelanggaran etika dosen yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Yayasan atau keputusan Rektor.
Pasal 34
Pelanggaran Etika Dosen yang berupa Tindak Pidana sebagaimana dimaksudkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan/ atau Ketentuan Pidana dalam setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku, penyelesaiannya dilaksanakan sesuai proses hukum yang berlaku di I ndonesia.
Bagian Ketiga Hak Pembelaan
Pasal 35
(1) Setiap dosen yang diduga telah melakukan pelanggaran Etika Dosen berhak melakukan pembelaan;
(2) Pembelaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atas, dilakukan baik di depan tim Badan Kehormatan Dosen, di depan Senat maupun di depan hukum;
(3) Dalam melakukan pembelaan, Dosen dapat menggunakan pihak lain, selama masih dalam lingkungan universitas, untuk menjadi pendamping maupun sebagai kuasa hukumnya.
(11)
Rektor dapat memanggil seluruh anggota Senat untuk mendengarkan pembelaan Dosen apabila sanksi dari Badan Kehormatan Dosen berupa pemberhentian atau pengembalian ke instansi induknya
Bagian Keempat Peran Serta
Pasal 38
(1) Setiap Dosen, Karyawan dan Mahasiswa wajib berperan serta dalam penegakan Etika Dosen;
(2) Peran serta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atas adalah sebatas pelaporan dan atau dalam batas-batas kewenangan lain yang ditentukan.
BAB X PENUTUP
Pasal 39
(1) Dengan diberlakukannya ketentuan ini, maka semua ketentuan yang bertentangan dengan ketentuan ini dinyatakan tidak berlaku;
(2) Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini akan diatur dalam ketentuan tersendiri.
Pasal 40
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Malang
Pada tanggal 6 Oktober 2014 Rektor,
ttd
(1)
Seorang dosen dalam melaksanakan penelitian wajib:
a. Bersikap jujur, objektif, dan berpegang teguh pada semua aspek dari proses penelitian;
b. Bersifat terbuka, saling berbagi data, hasil, metode dan hasil penelitian untuk pengembangan penelitian dan menghindari terjadinya plagiasi; c. Tidak memalsukan atau memanipulasi data maupun hasil penelitian; d. Menghindari kesalahan dalam penelitian, terutama dalam menyajikan
hasil penelitian;
e. Menghormati dan menghargai objek penelitian, baik yang berupa
manusia atau hewan, baik yang masih hidup atau yang sudah mati, atau bagian/ fragmen dari manusia coba.
Pasal 16
(1) Peneliti bertanggungjawab terhadap keseluruhan proses penelitiannya secara profesional sesuai dengan kompetensinya;
(2) Peneliti mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya kepada rekan seprofesinya;
(3) Memberikan bimbingan dan kesempatan dan jika perlu mengikut -sertakan mahasiswa dalam melaksanakan penelitian.
Pasal 17
Sebagai peneliti, seorang dosen dalam melaksanakan penelitian seharusnya: a. Bersifat ilmiah, jujur, objektif, profesional, berperikemanusiaan, religius,
dan berkeadilan gender;
b. Berbasis kompetensi dan dilaksanakan dengan prinsip akuntabilitas; c. Fakta penelitian diperoleh secara objektif melalui prosedur yang
sistematis dengan menggunakan pembuktian yang sahih; d. Menghasilkan penemuan baru;
e. Berkelanjutan;
f. Memberikan manfaat bagi universitas baik secara ilmiah, institusional maupun finansial.
Bagian Ketiga
Etika Dosen dalam Publikasi I lmiah Pasal 18
(1) Penulis karya ilmiah tidak dibenarkan melakukan plagiat baik terhadap karya sendiri maupun karya orang lain;
(2) Tidak mempublikasi ulang hasil karyanya sendiri dengan iktikat tidak baik;
(3) Tidak menggunakan karya ilmiah mahasiswa bimbingannya sebagai karya pribadinya;
(2)
(4) Tidak membuatkan karya ilmiah baik untuk mahasiswanya maupun untuk rekan seprofesinya.
Pasal 19
Seorang dosen yang mempublikasikan karya ilmiahnya seharusnya: a. Menggunakan bahasa ilmiah yang lugas, baik dan benar;
b. Mendapatkan ijin dari penyandang dana;
c. Bersikap jujur dalam melakukan kutipan, baik berupa pendapat, tabel dan gambar;
d. Tidak melupakan penelitian peneliti terdahulu;
e. Apabila menampilkan gambar perorangan atau manusia coba
(probandus) harus dengan ijin, dan jika tidak ingin dikenal harus ditutup sebagian mukanya terutama bagian mata atau bagian yang bisa dipakai sebagai petunjuk identifikasi;
f. Mencantumkan semua kontributor, kecuali yang tidak bersedia untuk dicantumkan;
g. Memberikan pernyataan jasa kepada pemberi gagasan, disamping pemberi ijin, fasilitas dan bantuan lainnya.
Bagian keempat
Etika Dosen dalam Melaksanakan Pengabdian Masyarakat Pasal 20
(1) Seorang dosen yang melaksanakan kegiatan pengabdian pada masyarakat wajib:
a. Mempunyai ketulusan hati untuk bekerja secara sinergis dengan dosen lain dari berbagai macam disiplin ilmu;
b. Menghargai partisipasi masyarakat dalam menetapkan program-program pengabdian;
(2) Seorang dosen yang melaksanakan kegiatan pengabdian pada masyarakat dilarang:
a. Memaksakan kehendaknya kepada masyarakat;
b. Menyebabkan timbulnya kerugian baik bagi masyarakat, universitas, dan pemerintah;
c. Melakukan kegiatan yang bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku.
(3) Wajib menempatkan mahasiswa sebagai sahabat kerja yang masih memerlukan proses pembelajaran kemasyarakatan.
Pasal 21
Seorang dosen yang melakukan pengabdian pada masyarakat seharusnya: a. Merujuk pada kebutuhan masyarakat;
(3)
c. Dalam rangka pemanfaatan, pendayagunaan, pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk masyarakat;
d. Melibatkan peran serta mahasiswa;
e. Dapat memberikan pencerahan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta bermanfaat bagi segenap civitas akademika.
BAB VI
ETI KA DOSEN SEBAGAI WARGA MASYARAKAT Pasal 22
(1) Dosen Universitas Widyagama Malang sebagai anggota masyarakat terhormat dengan harkat dan martabat yang tinggi, wajib selalu menghindarkan diri dari semua bentuk perbuatan tercela;
(2) Dosen Universitas Widyagama dilarang menyalahgunakan institusi Universitas Widyagama untuk kepentingan dan keuntungan pribadi.
Pasal 23 Dosen Universitas Widyagama dilarang untuk:
a. Menyatakan dirinya sebagai yang paling tahu mengenai ilmu pengetahuan di bidangnya;
b. Menyampaikan keterangan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya; c. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan etika, hukum, dan
agama yang berlaku di masyarakat. BAB VI I
KEWAJI BAN DOSEN DALAM MELAKSANAKAN KODE ETI K DOSEN Pasal 24
(1) Dosen wajib mengindahkan dan melaksanakan Kode Etik Dosen; (2) Pelanggaran terhadap Kode Etik Dosen dapat dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Kode Etik Dosen ini. Pasal 25
Penjatuhan sanksi terhadap pelanggaran kode etik dosen diputuskan dalam keputusan Badan Kehormatan Dosen setelah melakukan sidang pemeriksaan pelanggaran kode etik.
BAB VI I I SANKSI Pasal 26
Dosen yang terbukti melanggar etika dosen akan dikenakan sanksi sebagaimana ditentukan dalam peraturan ini.
(4)
Pasal 27 Jenis sanksi yang dapat dijatuhkan berupa: a. sanksi ringan berupa:
1. teguran lisan atau tertulis; 2. surat peringatan;
b. sanksi sedang berupa:
1. tidak diberi jam mengajar selama 1 (satu) semester;
2. penundaan kenaikan jabatan dan/ atau pangkat selama 1 (satu) tahun; 3. penurunan jabatan akademik satu tingkat.
c. sanksi berat berupa:
1. pembebastugasan (skorsing)
2. pemberhentian dengan hormat atas permintaan sendiri 3. pemberhentian dengan tidak hormat
4. dikembalikan ke instansi induknya Pasal 28
(1) Dosen yang telah dua kali dikenakan sanksi ringan, jika melakukan hal yang sama dapat dijatuhi sanksi sedang.
(2) Dosen yang telah dua kali dikenakan sanksi sedang, jika melakukan hal yang sama dapat dikenakan sanksi berat
Pasal 29
(1) Penjatuhan sanksi pemberhentian Dosen ditindaklanjuti melalui keputusan Yayasan;
(2) Penjatuhan sanksi selain pemberhentian ditindaklanjuti melalui keputusan Rektor.
BAB I X
PELAPORAN DAN PENYELESAI AN Bagian Pertama
Pelaporan Pasal 30
(1) Setiap orang dapat melaporkan bahwa seorang Dosen telah berbuat dan bersikap yang melanggar Etika Dosen.
(2) Pelapor berhak mendapatkan perlindungan hukum dari Rektor. Pasal 31
Laporan dilakukan dengan tertulis yang ditujukan kepada rektor dan/ atau pejabat lainnya di lingkungan universitas disertai dengan penjelasan dan bukti yang mendukung laporan.
(5)
Bagian Kedua
Badan Kehormatan Dosen Pasal 32
Untuk penyelesaian pelanggaran Etika Dosen, Senat Universitas membentuk Badan Kehormatan Dosen yang bertugas memeriksa kasus pelanggaran kode etik Dosen dan menjatuhkan jenis sanksi yang selanjutnya disahkan melalui keputusan Yayasan atau Rektor.
Pasal 33
(1) Badan Kehormatan Dosen terdiri dari Dekan, 1 (satu) orang anggota Senat fakultas, dan 3 (tiga) orang anggota Senat Universitas;
(2) Berdasarkan kedudukannya, Badan Kehormatan Dosen berwenang: a. Memanggil dosen yang dilaporkan dan/ atau diketahui sendiri dan/ atau
tertangkap tangan telah melakukan pelanggaran etika dosen;
b. Memanggil setiap orang dan setiap dosen yang dianggap tahu terhadap pelanggaran Etika Dosen yang dilakukan oleh dosen;
c. Memeriksa setiap sesuatu yang berhubungan dengan pelanggaran etika dosen;
d. Menetapkan sanksi terhadap pelanggaran etika dosen yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Yayasan atau keputusan Rektor.
Pasal 34
Pelanggaran Etika Dosen yang berupa Tindak Pidana sebagaimana dimaksudkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan/ atau Ketentuan Pidana dalam setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku, penyelesaiannya dilaksanakan sesuai proses hukum yang berlaku di I ndonesia.
Bagian Ketiga Hak Pembelaan
Pasal 35
(1) Setiap dosen yang diduga telah melakukan pelanggaran Etika Dosen berhak melakukan pembelaan;
(2) Pembelaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atas, dilakukan baik di depan tim Badan Kehormatan Dosen, di depan Senat maupun di depan hukum;
(3) Dalam melakukan pembelaan, Dosen dapat menggunakan pihak lain, selama masih dalam lingkungan universitas, untuk menjadi pendamping maupun sebagai kuasa hukumnya.
(6)
Rektor dapat memanggil seluruh anggota Senat untuk mendengarkan pembelaan Dosen apabila sanksi dari Badan Kehormatan Dosen berupa pemberhentian atau pengembalian ke instansi induknya
Bagian Keempat Peran Serta
Pasal 38
(1) Setiap Dosen, Karyawan dan Mahasiswa wajib berperan serta dalam penegakan Etika Dosen;
(2) Peran serta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atas adalah sebatas pelaporan dan atau dalam batas-batas kewenangan lain yang ditentukan.
BAB X PENUTUP
Pasal 39
(1) Dengan diberlakukannya ketentuan ini, maka semua ketentuan yang bertentangan dengan ketentuan ini dinyatakan tidak berlaku;
(2) Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini akan diatur dalam ketentuan tersendiri.
Pasal 40 Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Malang
Pada tanggal 6 Oktober 2014 Rektor,
ttd