Peranan Media Dalam Pemenangan Jokowi-Jk

  DAFTAR ISI Halaman Judul.....................................................................................................i Abstrak …...................................................................................................ii Abstract...............................................................................................................iii Daftar Isi............................................................................................................vii

  Halaman

  BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang................................................................................................1 I.2. Perumusan Masalah........................................................................................7 I.3. Pembatasan Masalah.......................................................................................7 I.4. Tujuan Penelitian............................................................................................7 I.5. Manfaat Penelitian..........................................................................................8 I.6. Kerangka Teori...............................................................................................8 I. 6.1. Teori Partai Politik .........................................................................8 I. 6.2. Teori Komunikasi..........................................................................19 I. 6.3. Teori Propaganda..........................................................................30 I. 6.3. Teori Strategi.................................................................................35 I.7. Metodologi Penelitian...................................................................................37 I. 7.1. Jenis Penelitian..............................................................................38 I. 7.2. Teknik Pengumpulan Data............................................................38 I. 7.3. Teknik Analisis Data.....................................................................39 I.8. Sistematika Penulisan....................................................................................39

  BAB II PROFIL METRO TV DAN JOKOWI-JK II.1. Profil Metro Tv............................................................................................41 II.2. Profil Joko Widodo dan Jusuf Kalla............................................................50 II.3. Pencalonan Joko Widodo-Jusuf Kalla.........................................................66 BAB III ANALISA PERANAN METRO TV DALAM PEMENANGAN JOKOWI-JK DI PILPRES INDONESIA TAHUN 2014. III.1 Agenda Setting............................................................................................74 III.2. Sarana Iklan Politik....................................................................................79 III.3.Distribusi Informasi.....................................................................................77 III.4.Menggiring Opini Publik............................................................................88 III.5. Analisa Signifikansi Teori.........................................................................92 BAB IV KESIMPULAN IV.I. Kesimpulan.................................................................................................95 IV.2. Saran..........................................................................................................96 Daftar Pustaka.....................................................................................................98

BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan Reformasi 1998 telah membawa Indonesia dalam sebuah masa

  pencerahan dunia Pers. Kehadiran Media saat ini dianggap sudah mampu mengisi kekosongan ruang publik yang menjadi celah antara penguasa dan rakyat. Perubahan yang luar biasa dalam mengekspresikan kebebasan dirasakan dalam kehidupan pers di era reformasi. Fenomena itu ditandai dengan munculnya media-media baru, baik media-media cetak maupun elektronik. Keberanian pers dalam mengkritik Kebijakan pemerintah juga menjadi ciri baru demokrasi Indonesia.

  Sejak pertama sekali diperkenalkannya pemahaman bahwa demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat, perdebatan mengenai makna dan lingkup demokrasi hampir tidak pernah berhenti, terutama kaitannya dengan masalah diperintah : “rakyat dalam pemerintahan”.

  Media merupakan pilar kekeempat dalam demokrasi setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif. Melalui media pers berbagai peristiwa yang dilaporkan bisa membentuk dan menyuarakan opini publik. Di negara-negara dengan sistem demokrasi yang telah mapan, fungsi tersebut bisa berjalan relatif baik sementara itu negara yang berada dalam transisi demokrasi, peran ideal pers tersebut belum sepenuhnya berjalan. Bahkan pers yang bebas sering dianggap sebagai problem ketimbang solusi. Media sering dinilai sebagai penyebar kabar angin, melebih- lebihkan masalah, sensasional dan mengobarkan kontroversi, dan berita pers dianggap tidak kondusif untuk menunjang proses transisi demokrasi yang sedang 1 berlangsung di Indonesia.

  Robert Dahl, 1992, Demokrasi dan Para Pengkritiknya, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, Hal.57.

  Kebebasan pers menjadi salah satu tolak ukur kualitas demokrasi di sebuah negara. Dalam iklim kebebasan pers, dapat dikatakan bahwa pers mempunyai peran lebih kuat dari ketiga pilar demokrasi lain yang berpotensi melakukan abuse of power. Demokrasi akan berkembang dengan baik jika pers juga berkembang dengan baik, melaksanakan secara utuh tugas dan fungsinya yaitu menyampaikan informasi kepada publik agar publik dapat mengambil keputusan dengan baik, serta sebagai verifikator dalam peredaran informasi yang berjalan di masyarakat.

  Dunia politik ditandai dengan keterlibatan media dalam hiruk pikuk politik. Media dalam hal ini diartikan secara luas yaitu segala sarana yang terkait dengan penyampaian pesan, baik yang bersifat rill maupun simbolik dari institusi politik kepada masyarakat yang lebih luas. Media dalam hal ini dapat berupa Tv, radio, majalah, dan koran. Digunakan media massa sebagai instrumen untuk mengkomunikasikan ide, pesan dan program kerja politik adalah karena kenyataan bahwa media dapat dipakai untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas dengan biaya yang realatif murah.

  Keefektifan media massa dalam menyampaikan pesan politik telah menjadikan media sebagai medan pertempuran politik. Dengan dicanangkan deklarasi bahwa abad ini adalah abad informasi membuat siapaun yang memiliki akses kepada media massa memiliki kemampuan untuk mengarahkan dan membentuk opini publik sesuai dengan yang diharapkan. Perang media merupakan sebuah keniscayaan dengan adanya kemajuan teknologi, konsekuensi logis dunia politik tidak dapat dipisahkan dari dunia media massa. Persainganpun muncul untuk mencari aliansi dengan suatu media massa guna 2 menjamin lancarnya pesan politik yang ingin disampaikan.

  Diane Revith dan Abigail Thernstrom, 2008, Demokrasi Klasik dan Modern, Jakarta : Yaysan Obor 3 Indonesia, Hal. 89.

  

Firmanzah, 2008, Mengelola Partai Politik, Komunikasi dan Positioning ideologi politik di era

4 Demokrasi , Jakarta : yayasan Obor, Hal. 28.

  Ibid,Hal.28.

  Penggunaan dalam media massa dalam komunikasi politik, sangat sesuai dengan upaya membentuk citra diri calon dan citra diri partai politik untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat umum. Komunikasi massa dengan ciri dasar yang bersifat umum, terbuka dan aktual. Pesan komunikasi massa bersifat aktual yaitu terjadi dari segi waktu, terjadi dari segi substansi. Itulah yang menyebabkan bahwa komunikasi massa sangat erat kaitan politik dan komunikasi politik.

  Kemampuan media untuk membentuk opini publik membuat media memiliki kekuasaan politik. Media memiliki kekuasaan untuk membawa pesan politik dan membentuk opini publik. Kemampuan ini dijadikan sebagai sumber bagi media untuk proses tawar menawar dalam institusi politik. Arti penting media massa dalam menyampaikan pesan politik kepada masyarakat menempatkannya sebagai sesuatu yang penting dalam interaksi politik. Partai politik membutuhkan media yang memfasilitasi komunikasi politik dengan kemampuannya untuk menebarkan informasi secara luas. Apalagi tujuan utamanya dari komunikasi pesan, program kerja partai, pencitraan, membentuk opini publik, semakin besar massa yang bisa disentuh oleh media massa semakin strategis media massa tersebut.

  Partai politik jelas sangat membutuhkan media massa, melalui merekalah pesan politik akan disalurkan secara implisit, hal ini menganjurkan bahwa partai politik sebaiknya membangun hubungan panjang dengan media massa karena antara keduanya memiliki saling ketergantungan dan menguntungkan. Media massa membutuhkan informasi dan sumber-sumber dana sementara partai politik membutuhkan media yang membantu mereka dalam menyampaikan pesan politik.

  5 6 Ardial, 2010, Komunikasi Politik, Jakarta : PT Indeks, Hal.162.

  Firmanzah., Op.,Cit.,Hal.32-33.

  Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2014 telah selesai dimana kontestan politik yang bertarung di Pilpres 2014 sebanyak 2 calon yaitu pasangan calon Prabowo-Hatta dan pasangan Calon Jokowi-JK. Pertarungan media kemudian turut dalam pembentukan opini publik yang identik dengan kebebasa dan keterbukaan dalam mengungkapkan ide-ide di pemilihan presiden yang lalu. Kedua Pasangan Calon presiden baik itu Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK menggunakan media sebagai alat kampanyenya dalam mempengaruhi pemilih dan membentuk opini publik.

  Jokowi-JK kemudian keluar sebagai pemenang pemilihan Presiden 2014 yang lalu dengan total perolehan suara sebesar 70.997.833 atau 53,15 %, unggul dari pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dengan perolehan suara 62.576.444 atau 46,85 %.

  Pada saat kampanye Pilpres 2014 yang lalu pemberitaan media terkait dengan Pilpres 2014 semakin marak digunakan sebagai upaya penggiring opini masyarakat menuju pencitraan yang diinginkan. Dimana Jumlah iklan Jokowi- JK dalam sehari di Metro Tv berjumlah 30-35 kali yang mana bahan untuk iklan di Metro Tv diperoleh langsung oleh Tim Sukses Jokowi-JK, kemudian Koordinator Divisi Penelitian Remotivi, Muhamad Heycahel mengatakan :

  “Ada peningkatan jumlah berita capres-cawapres Prabowo Subianto-

Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada stasiun televisi di

Indonesia. Frekuensi berita Prabowo meningkat pada Grup Viva dan Grup MNC, sedangkan Jokowi condong diberitakan oleh Metro TV, Ekskalasi politik dua kubu capres mengemuka di layar kaca. Jumlah berita politik meningkat hingga enam kali lipat”.

  Pada pilpres 2014 yang lalu Pasangan Prabowo-Hatta didukung oleh Partai Gerindra, Golkar, PAN, PKS, PPP dan PBB sementara Pasangan Jokowi- 7 JK didukung oleh PDI Perjuangan, Nasdem, PKB, Hanura dan PKPI. Masing- 8 http://data.kpu.go.id/index.php dilihat tanggal 25 oktober 2014 pukul 15.45 Wib.

  Berita Harian Kompas Jumat 4 Juli 2014 pukul 15:19 wib ang diunduh tanggal 16 Oktober 2014 masing dari pasangan calon tersebut baik Prabowo-Hatta maupun Jokowi-JK didukung oleh partai politik yang memiliki afiliasi media-media tertentu dimana Grup Viva dimiliki oleh Aburizal Bakrie yang merupakan Ketua Umum Partai Golkar dan Grup MNC dimiliki oleh Harry Tanoesoedibjo yang juga telah mendeklarasikan dukungannya terhadap pasangan Prabowo-Hatta di Pemilihan Presiden yang lalu.

  Sementara itu Pasangan Jokowi-JK didukung oleh Surya Paloh yang merupakan Ketua Umum Partai Nasdem sekaligus pemilik Grup Media Indonesia dan Metro Tv. Ketidakseimbangan dalam pemberitaan dalam Pilpres 2014 yang lalu memang benar-benar tidak bisa dihindari dimana porsi pemberitaan positif Prabowo-Hatta di TV One sebesar 96%. sementara pemberitaan positif Jokowi-JK hanya 4%. Pada stasiun RCTI pemberitaan Prabowo-Hatta 100% positif, sementara Jokowi 100% berita negatif. Fakta sebaliknya, pada Metro TV berita positif Jokowi-JK mencapai 96%, sedangkan Prabowo diberitakan secara negatif 100%.

  Ketika Jokowi-JK dilantik pada 20 oktober yang lalu dimana acara pelantikan yang dimulai sejak pukul 10.00 wib pagi, kemudian dilanjutkan acara kirab Budaya Jokowi-JK ratingnya 1,2 dengan share 6,5.

  Media televisi pada saat ini telah menjadi partisan dalam pemilu dimana televisi menjadi saluran kampanye yang efektif karena dapat menjangkau seluruh kalangan sasaran kampanye. Televisi yang juga berperan sebagai media yang berpengaruh besar dalam pembentukan opini publik juga sudah mendominasi ranah politik (dominasi media). Terjunnya beberapa nama pemilik stasiun televisi telah mempengaruhi pemberitaan, tayangan-tayangan televisi dari debat presiden, berita, talk show, sampai iklan politik telah memberi masyarakat akses yang luas terhadap informasi politik. Bentuk-bentuk kampanye langsung telah 9 berganti menjadi kampanye melalui televisi dan media massa.

  Hasil penelitian Divisi Penelitian Remotiv yang di publikasikan kompas 5 Juli 2014

  Penelitian ini akan membahas mengenai bagimana peranan Media dalam pemenangan Jokowi-JK di pemilihan presiden 2014 yang lalu dimana peneliti akan memfokuskan pada bagaimana peranan Metro Tv dalam pemenangan Jokowi-JK di pemilihan Presiden yang lalu.

  Acara Metro tv paling banyak menampilkan hal-hal posistif tentang Jokowi-JK adalah talk show dan berita seperti Mata Najwa, 8 Eleven Show, Metro Hari Ini, Suara Anda dan Sudut Pandang. Tampilnya Jokowi pada acara tersebut adalah iklan gratis dalam mengkampanyekan program-program kegiatannya. Talk Show dan berita tersebut menjadi tontonan menarik, terutama pada saat kampanye Pilpres 2014 yang lalu.

  Metro Tv merupakan salah satu televisi nasional yang berdiri sejak 25 Oktober 1999 di bawah naungan PT. Media Televisi Indonesia. Perusahaan ini merupakan salah satu anak perusahaan yang berada di bawah naungan Media Group yang merupakan salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia. Media Group sendiri dipimpin oleh Surya Paloh yang menjabat sebagai CEO yang telah mempunyai berbagai pengalaman dalam industri media lokal dan merupakan penerbit surat kabar terbesar ketiga secara nasional di Indonesia. Sejak berdirinya perusahaan ini hanya mempekerjakan 280 orang karyawan yang hingga sekarang telah mampu mencapai 1200 orang karyawan yang ditugaskan dalam pemberitaan dan produksi.

  Metro TV sendiri mulai mengudara pada tanggal 25 November 2000 untuk pertama kalinya dengan serangkaian uji coba siaran dalam 7 kota. Pada awalnya Metro TV hanya ditayangkan dalam waktu 11 jam tiap harinya. Namun sejak tanggal 1 April 2001 Metro TV mulai menayangkan program-program andalan-nya sepanjang 24 jam non stop. Dengan kerja keras tim yang profesional dan berpengalaman serta didukung oleh fasilitas dan infrastruktur yang memadai, Metro TV telah berkembang menjadi salah satu televisi terpadu di Indonesia di tengah persaingan stasiun televisi swasta lain yang semakin kuat yang saat ini di dominasi pemberitaan yang bersifat informasi.

  Metro Tv merupakan media televisi nasional pendukung utama dan terbesar Jokowi-JK di Pemilihan Presiden 2014 yang lalu, Metro Tv dalam pemilihan Presiden yang lalu telah menjadi partisan yang aktif dalam pemenangan Jokowi-JK, dengan alasan dari latar belakang inilah yang akhirnya membuat penulis tertarik meneliti tentang Peranan Media dalam pemenangan Jokowi-JK dengan studi kasus Peranan Metro Tv dalam pemenangan Jokowi-JK di pemilihan Presiden 2014.

  B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian saya ini adalah “Bagaimana peranan Metro Tv dalam pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam

  Pemilihan Presiden tahun 2014 ?”.

  C. Pembatasan Masalah

  Dalam upaya memfokuskan permasalahan dalam penelitian ini, akan lebih baik jika dibuat pembatasan masalah.

  1. Penelitian ini hanya mengkaji tentang bagaimana strategi pemberitaan Metro Tv terhadap Jokowi-JK di Pilpres Indonesia tahun 2014.

  2. Penelitian ini hanya mengkaji tentang peranan Metro Tv dalam pemenangan Jokowi-JK di Pilpres Indonesia tahun 2014.

  D. Tujuan Penelitian

  Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Memahami bagaimana strategi pemberitaan Metro Tv terhadap Jokowi- JK pada saat kampanye pemilihan Presiden Indonesia tahun 2014.

  diunduh pada tanggal 16 Oktober 2014 pukul 22.00 wib.

  2. Memahami dan menganalisa pengaruh bagaimana peranan Metro Tv dalam pemenangan Jokowi-JK di Pilpres Indonesia tahun 2014.

E. Mamfaat Penelitian

  1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran mengenai Partai Politik, Komunikasi politik dan media yang dapat memberi solusi atas permasalahan bangsa.

  2. Secara lembaga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam Ilmu Politik, dan menjadi referensi/kepustakaan bagi Departemen Ilmu Politik Fisip USU.

  3. Secara kemasyarakatan penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi kehidupan bermasyarakat, khususnya mampu menjadi salah satu literatur dalam menganalisis bagaimana media dan komunikasi massa di Indonesia.

F. Kerangka Teori F.1. Teori Partai Politik F.1.1. Teori Partai Politik

  Partai politik adalah organisasi yang beroperasi dalam sistem politik. Dan partai politik juga dianggap sebagai perwujudan atau lambang dari negara modern. Maka tak heran bila hampir semua negara demokrasi maupun negara komunis, negara maju maupun negara berkembang memiliki partai politik.

  Partai Politik dilihat sebagai sebuah “autonomous Groups that make

  nominations and contest elections in the hope of eventually gaining and exercise control the personnel and policies of goverment” (Kelompok Otonom yang membuat nominasi dan pemilihan umum dengan harapan mendapatkan dan menjalankan kontrol individu dan kebijakan pemerintah) dalam konteks ini,

  mereka melihat bahwa tujuan utama dibentuknya partai politik adalah mendapatkan kekuasaan dan melakukan kontrol terhadap orang-orang yang duduk dalam pemerintahan sekaligus kebijakannya, partai politik sangat terkait dengan kekuasaannya untuk membentuk dan mengontrol kebijakan publik. Selain itu, partai politik juga diharapkan untuk independen dari pengaruh pemerintah . hal in i tentunya menyiratkan tujuan agar partai politik bisa mengkritisi setiap kebijakan dan tidak tergantung pada pemerintah yang dikritisi.

  La Palombara dan Weiner (1966) mengidentifikasi empat karakteristik dasar yang menjadi ciri khas organisasi yang dikategorikan sebagai partai politik. Kriteria mereka sangat populer dewasa ini untuk melakukan studi komparatis politis keempat karakteristik dasar partai politik adalah sebagai berikut :

  1. Organisasi jangka panjang. Organisasi partai poltik harus bersifat jangka panjang, diharapkan terus hadir meskipun pendirinya sudah tidak ada lagi. Partai politik bukan sekedar gabungan dari para pendukung yang setia mendukung dengan kharismatik. Partai politik hanya akan berfungsi dengan baik sebagai organisasi ketika ada sistem dan prosedur yang mengatur aktivitas organisasi dan ada mekanisme suksesi yang menjamin keberlangsungan partai politik untuk waktu yang lama.

  2. Struktur Organisasi . Partai politik hanya akan dapat menjalankan funsi politiknya apabila didukung oleh struktur organiasasi , mulai dari tingkat lokal sampai nasional dan ada pola interaksi yang teratur diantara keduanya. Partai politik kemudian dilihat sebagai sebuah organisasi yang meliputi suatu wilayah teritorial serta dikelola secara prosedural dan sistematis. Struktur organisasi partai politik yangs sistematis dapat menjamin aliran informasi dari bawah keatas maupun dari atas kebawah, sehingga nantinya akan meningkatkan efisensi serta efektifitas fungsi kontrol dan koordinasi.

  3. Tujuan Berkuasa, Partai politik didirikan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan , baik dilevel lokal maupun nasional. Siapa 11 yang memimpin negara, profinsi atau kabupaten. Pertanyaan-pertanyaan Ibid., Hal.85. inilah yang melatar belakangi lahirnya partai politik. Ini pula yang membedakan antara partai politik dengan bentuk kelompok kepentingan dan grup yang terdapat dalam masyarakat seperti perserikatan,asosiasi dan ikatan.

  4. Dukungan publik luas adalah cara untuk mendapatkan kekuasaan. Partai politik perlu mendapatkan dukungan luas dari masyarakat. Dukungan inilah yang menjadi sumber legitimasi untuk b erkuasa. Karakteristik ini menunjukan bahwa partai politik harus mampu diterima oleh mayoritas masyarakat dan sanggup memobilisasi sebanyak mungkin elemen masyarakat. Semakin besar dukungan publik yang didapatkan partai politik, semakin besar juga legitimasi yang diperolehnya.

  Sebuah definisi klasik mengenai partai politik diajukan Edmund Burke pada tahun 1839 dalam tulisannya:

  Thuoughts on the Cause of the Present Disconents. Burke menyatakan

  bahwa, party is a body of men united, for promoting by their joint

  endeavors the national interest, upon some particular principle upon which they are all agreed. (partai politik adalah lembaga yang terdiri atas

  orang-orang yang bersatu, untuk mempromosikan kepentingan nasional bersama-sama, berdasar pada prinsip-prinsip dan hal-hal yang mereka setujui) Selain Burke, Carl Friedrich mengajukan pengertiannya tentang partai politik, yakni partai politik sebagai kelompok manusia yang terorganisasi secara stabil dengan tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi pemimpin materil dan ide kepada anggotanya. Sementara itu Soltau menjelaskan partai politik sebagai yang sedikit banyak terorganisasikan, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik, dan memanfaatkan kekuasaannya untuk kebijakan umum yang mereka buat.

  12 13 Firmanzah,Op.,Cit., Hal.67-68 14 Seta Basri, 2010, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta : Pustaka Indonesia, Hal.117 Ramlan Surbakti. Op.Cit., Hal. 148

  Fungsi utama partai politik ialah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Berikut ini dikemukakan sejumlah fungsi partai politik:

  a. Sosialisasi Politik Sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat. Melalui proses sosialiasasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat. Proses ini berlangsung seumur hidup yang diperoleh baik secara sengaja melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal maupun secara tidak sengaja melalui kontak dan pengalaman sehari- hari, baik dalam kehidupan keluarga dan tetangga maupun dalam kehidupan masyarakat.

  b. Rekrutmen Politik Rekrutmen politik ialah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya. Fungsi ini semakin besar porsinya manakala partai politik itu merupakan partai tunggal seperti dalam sistem politik totaliter, atau manakala partai ini merupakan partai mayoritas dalam badan perwakilan rakyat sehingga berwenang membentuk pemerintahan dalam sistem politik demokrasi. Fungsi rekrutmen merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Selain itu, fungsi rekrutmen politik sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan hidup sistem politik akan terancam.

  c. Partisipasi Politik Partisipasi politik ialah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan. Kegiatan yang dimaksud antara lain mengajukan tuntutan, membayar pajak, melaksanakan keputusan, mengajukan kritik dan koreksi atas pelaksanaan suatu kebijakan umum, dan mendukung atau menentang calon pemimpin tertentu, mengajukan alternatif pemimpin, dan memilih wakil rakyat dalam pemilihan umum. Dalam hal ini, partai politik mempunyai fungsi untuk membuka kesempatan, mendorong, dan mengajak para anggota dan anggota masyarakat yang lain untuk menggunakan partai politik sebagai saluran kegiatan mempengaruhi proses politik. Jadi, partai politik merupakan wadah partisipasi politik.

  d. Agregasi Kepentingan Dalam masyarakat, terdapat sejumlah kepentingan yang berbeda bahkan acapkali bertentangan, seperti antara kehendak mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dan kehendak untuk mendapatkan barang dan jasa dengan harga murah tetapi mutu; antara kehendak untuk mencapai efisiensi dan penerapan teknologi yang canggih, tetapi memerlukan tenaga kerja yang sedikit, dengan kehendak untuk mendapatkan dan mempertahankan pekerjaan.Untuk menampung dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan, maka partai politik dibentuk.

  e. Komunikasi Politik Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah.

  Dalam hal ini partai politik berfungsi sebagai komunikator politik yang tidak hanya menyampaikan segala keputusan dan penjelasan pemerintah kepada masyarakat sebagaimana diperankan oleh partai politik dinegara totaliter tetapi juga menyampaikan aspirasi dan kepentingan berbagai kelompok masyarakat kepada pemerintah. Keduanya dilaksanakan oleh partai-partai politik dalam sistem politik demokrasi.

  Dalam melaksanakan fungsi ini partai politik tidak langsung menyampaikan informasi dari pemerintah kepada masyarakat atau dari masyarakat keperintah, tetapi merumuskan sedemikian rupa sehingga penerima informasi dapat dengan mudah memahami dan kemudian memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

  f. Pengendalian Konflik Konflik yang dimaksud disini adalah dalam arti luas, mulai dari perbedaan pendapat sampai pada pertikaian fisik antar individu atau kelompok dalam masyarakat. Dalam negara demokrasi, setiap warga negara atau kelompok masyarakat berhak menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya sehingga konflik merupakan gejala yang sukar dielakkan.

  Partai politik sebagai salah satu lembaga demokrasi berfungsi untuk mengendalikan konflik melalui cara berdialog dengan pihak-pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan kedalam musyawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik.

  g. Kontrol Politik Kontrol politik ialah kegiatan untuk menunjukkan kesalahan, kelemahan, dan penyimpangan dalam isi suatu kebijakan atau dalam pelaksanaan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah. Dalam melakukan suatu kontrol politik atau pengawasan, harus ada tolok ukur yang jelas sehingga kegiatan itu bersifat objektif.

  Tolok ukur suatu kontrol politik berupa nilai-nilai politik yang dianggap ideal dan baik yang dijabarkan kedalam berbagai kebijakan atau peraturan perundang-undangan. Tujuan kontrol politik adalah meluruskan kebijakan atau pelaksanaan kebijakan yang menyimpang dan memperbaiki yang keliru sehingga kebijakan dan pelaksanaannya sejalan dengan tolok ukur tersebut. Fungsi kontrol ini merupakan salah satu mekanisme politik dalam sistem politik demokrasi untuk memperbaiki dan memperbaharui dirinya secara terus menerus.

  Setiap partai politik memiliki karakteristik yang berbeda. Menurut Richard

  S.Katz ada beberapa tipologi partai politik:

  1.Partai Elit Partai jenis ini berbasis lokal, dengan sejumlah elit inti yang menjadi basis kekuatan partai. Dukungan bagi partai elit ini bersumber pada hubungan client

  (anak buah) dari elit-elit yang duduk di partai ini. Biasanya, elit yang duduk di kepemimpinan partai memiliki status ekonomi dan jabatan yang terpandang. Partai ini juga didasarkan pada pemimpin-pemimpin faksi dan elit politik, yang biasanya terbentuk didalam parlemen.

  2.Partai Massa Partai jenis ini berbasiskan individu-individu yang jumlahnya besar, tetapi kerap tersingkirkan dari kebijakan negara. Partai ini kerap memobilisasi massa pendukungnya untuk kepentingan partai. Biasanya partai massa berbasiskan kelas sosial tertentu, seperti “orang kecil”, tetapi juga bisa berbasis agama.

  Loyalitas kepada partai lebih didasarkan pada identitas sosial partai daripada ideologi atau kebijakan.

  3.Partai Catch-All Partai jenis ini dipermukaan hampir sama dengan partai massa. Namun perbedaannya dengan partai massa yang mendasar adalah kalau partai massa 15 mendasarkan diri pada kelas sosial tertentu, partai Catch-All mulai berpikir

  Ramlan Surbakti. Ibid. Hal. 149-154 bahwa dirinya mewakili kepentingan bangsa secara keseluruhan. Partai jenis ini berorientasi pada pemenangan pemilu sehingga fleksibel untuk berganti-ganti isu setiap kali kampanye. Partai Catch-All juga sering disebut sebagai Partai Electoral-Professional atau Partai Rational-Efficient.

  4.Partai Kartel Partai jenis ini muncul akibat berkurangnya jumlah pemilih atau anggota partai. Kekurangan ini berakibat pada suara mereka ditingkat parlemen. Untuk mengatasinya, para pemimpin partai saling berkoalisi untuk memperoleh kekuatan yang cukup untuk bertahan. Dari sisi Partai Kartel, ideologi, janji pemilu, basis pemilih hampir sudah tidak memiliki arti lagi.

  5.Partai Integratif Partai jenis ini berasal dari kelompok sosial tertentu yang mencoba melakukan mobilisasi politik dan kegiatan partai. Mereka membawakan kepentingan spesifik suatu kelompok. Mereka juga berusaha membangun simpati dari setiap pemilih dan membuat mereka menjadi anggota partai. Mereka melakukan propaganda yang dilakukan anggota secara sukarela, berpartisipasi dalam bantuan-bantuan sosial.

  F.1.2. Kampanye Politik

  Kampanye politik adalah periode yang diberikan oleh panitia pemilu kepada semua kontestan baik partai politik atau perorangan untuk memaparkan program-program kerja dan mempengaruhi opini publik sekaligus memobilisasi masyarakat agar memberikan suara kepada mereka

  Kampanye merupakan kegiatan mempersuasi pemilih yang bertujuan 16 untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitas. Kampanye pada prinsipnya 17 Seta Basri. Op.Cit. Hal.122.

  Firmanzah,Op.,Cit, Hal.271. merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.

  Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang

  terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”

  Kampanye memberikan sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian. Dalam sistem politik demokrasi, kampanye politis berdaya mengacu pada kampanye elektoral pencapaian dukungan, dimana wakil terpilih atau referenda diputuskan. Selain itu terdapat pula jenis-jenis kampanye menurut yaitu:

  1) Product Oriented Campaigns Kampanye yang berorientasi pada produk, umumnya terjadi di lingkungan bisnis, berorientasi komersial, seperti peluncuran produk baru.

  Kampanye ini biasanya sekaligus bermuatan kepentingan untuk membangun citra positif terhadap produk barang yang diperkenalkan ke publiknya.

  2) Candidate Oriented Campaigns

18 Venus, Antar, 2004, Manajemen Kampanye, Bandung:Remaja Rosda Karya, Hal.7.

  Kampanye ini berorientasi pada kandidat, umumnya dimotivasi karena hasrat untuk kepentingan politik. Contoh: Kampanye Pemilu, Kampanye Penggalangan dana bagi partai politik.

  3) Ideologically or cause oriented campaigns Jenis kampanye ini berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi sosial atau Social Change Campaigns (Kotler), yakni kampanye yg ditujukan utk menangani masalah- masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yg terkait. Contoh: Kampanye AIDS, Keluarga Berencana dan Donor Darah.

  4) Jenis Kampanye yang sifatnya menyerang (attacking campaign) Kampanye jenis ini terdiri dari Kampanye Negatif (Negatif campaign) dan Kampanye Hitam (Black Campaign). Dimana Negatif Campaign merupakan kampanye yang sifatnya menyerang pihak lain melalui sejumlah data atau fakta yang bisa diverifikasi dan diperdebatkan sementara Black campaign yaitu Kampanye yang bersifat buruk atau jahat dengan cara menjatuhkan lawan politik untuk mendapatkan keuntungan.

  Kampanye politik merupakan sebuah proses penciptaan, penciptaan ulang, dan pengalihan lambang signifikan secara berkesinambungan melalui komunikasi. Kampanye menggabungkan partisipasi aktif dari yang melakukan kampaye dan pemberi suara. Yang melakukan kampanye berusaha mengatur kesan pemberi suara (khalayak) tentang mereka dengan mengungkapkan lambang-lambang yang oleh mereka diharapkan akan menghimbau para pemilih. Media yang digunakan oleh para pelaku kampanye, promotor dan jurnalis akan

19 Cahyono Faried, 2004, Pemilu 2004 Transisi Demokrasi dan Kekerasan, Yogyakarta:CSPS, Hal.14.

  memainkan peran dalam media turut menciptakan dan memodifikasi lambang- lambang signifikan.

  Penetapan strategi dalam kampanye politik merupakan langkah krusial yang memerlukan penanganan secara hati-hati, sebab jika penetapan strategi salah atau keliru hasil yang di peoleh bisa fatal, terutama kerugian dari segi waktu,materi dan tenaga. Tujuan akhir dalam kampanye pemilihan kepala daerah adalah untuk membawa calon kepala daerah yang didukung oleh timkampanye politiknya men duduki jabatan kepala daerah yang diperebutkan melalui mekanisme pemilihan secara langsung oleh masyarakat. Agar tujuan akhir tersebut dapat dicapai, diperlukan strategi yang disebut dengan strategi komunikasi dalam konteks kampanye politik. Terdapat empat jenis strategi komunikasi dalam konteks kampanye politik yaitu:

  1. Penetapan komunikator

  Sebagai pelaku utama dalam aktivitas komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat penting. Untuk itu, seorang komunikator yang akan bertindak sebagai juru kampanye harus terampil berkomunikasi, kaya ide, serta penuh dengan daya kreativitas.

  2. Menetapkan target sasaran Dalam studi komunikasi target sasaran di sebut juga dengan khalayak.

  Memahami masyarakat, terutama yang akan menjadi target sasaran dalam kampanye, merupakan hal yang sangat penting. Sebab semua aktivitas komunikasi kampanye di arahkan kepada mereka. Mereka lah yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu kampanye sebab bagaimana pun besar biaya, waktu 20 dan tenaga yang di keluar kan untuk mempengaruhi mereka, namun jika mereka 21 Ibid., Hal.16.

  Hafied Cangara.,Op.,Cit.,Hal.271. tidak mau memberi suara kepada partai atau calon yang diperkenalkan, kampanye akan sia-sia

  3. Menyusun pesan pesan kampanye

  Untuk mengelola dan manyusun pesan yang mengena dan efektif, perlu di perhati kan beberapa hal, yaitu: (a) harus menguasai lebih dahulu pesan yang di sampaikan, termasuk struktur penyusunan. (b) mampu mengemukakan argumentasi secara logis. Sehingga harus mempunyai alasan berupa fakta dan pendapat yang mendukung materi yang di sajikan. (c) memiliki kemampuan untuk membuat intonasi bahasa (vocal), serta gerakan- gerakan tubuh yang dapat menarik perhatian pendengar. (d) memiliki kemampuan membumbui pesan berupa humor untuk menarik perhatian pendengar.

  4. Pemilihan media Bentuk-bentuk media

  Pemilihan media Bentuk-bentuk media meliputi media cetak, media elektronik, media luar ruangan, media ruang kecil dan saluran tatap muka langsung dengan masyarakat.

  F.2. Teori Komunikasi F.2.1. Teori Media.

  Secara umum dipahami bahwa istilah media mencakup sarana komunikasi seperti pers, media penyiaran (broadcasting) dan cinema. Media massa bukan hanya memberitakan manusia dan peristiwa, organiasipun menjadi salah satu sumber pemberitaan media massa. Kita bisa menyaksikan bagaimana para awak televisi mengikuti kegiatan polisi menumpas para pelaku kriminal dan menyuguhkan sebagai tayangan.

  Media massa mempunyai peranan yang penting dalam usaha penerapan 22 komunikasi politik. Dengan adanya media massa pesan politik yang hendak Graeme Burton,2012, Media dan Budaya Populer, Jakarta : Jalasutra, Hal.9. disampaikan oleh aktor-aktor politik maupun dari partai politik kepada khalayak tentang akses dalam pendekatan-pendekatan kepada masyarakat yang lebih luas. Aktor politik dalam penyampaian pesan politik tentunya ada respon yang berupa interaksi dari sebuah informasi dengan kenyataan yang ada.

  Media massa dapat mendistribuskan berbagai pesan-pesan politik kepada orang banyak dan mengetahui keektifan aktor politik dalam merebut hati pemilih, karena dengan mengetahui isi pesan politik yang disampaikan oleh komunikator politik lewat media massa, amaka orang juga bisa melihat pengaruh pencitaan dari aktor politik dalam memahami masyarakat. Median massa terkait dengan kegiatan verbal dan non verbal yang menyajikan citra dan intrepretasi individual tentang objek tertentu dalam setting biasanya dalam bentuk isu yang akan dikelola media.

  Analisis media mengenal adanya dua dimensi komunikasi massa. Dimensi pertama memandang dari sisi media kepada masyarakat luas beserta institusi-institusinya. Pandangan ini menggambarkan keterkaitan antara media dengan berbagai institusi lain seperti politik, ekonomi, pendidikan agama, dan sebagainya. Teori-teori yang menjelaskan keterkaitan tersebut. mengkaji posisi atau kedudukan media dalam masyarakat dan terjadinya saling mempengaruhi antara berbagai struktur kemasyarakatan dengan media. Pendekatan ini merupakan dimensi makro dari teori komunikasi massa. Dimensi kedua melihat kepada hubungan antara media dengan audience, baik secara kelompok maupun individual. Teori-teori mengenai hubungan antara media-audience, terutama menekankan pada efek-efek individu dan kelompok sebagai basil interaksi dengan media. Pendekatan ini disebut sebagai dimensi mikro dari teori komunikasi massa.

  23 Yosal Iriantara, 2011, Media Relations, Konsep, pendekatan dan Praktik, Bandung : Simbioasa 24 Rekatama media,Hal.21.

  Dan Nimmo,2006, Komunikasi Politik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Hal. 19.

  Analisis media terkait dengan analisis wacana kritis juga yang mempertimbangkan elemen kekuasaan (power) dalam analisisnya. Setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan atau apapun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang ilimiah, wajar, netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Analisis wacana termasuk dalam kategori paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana media dan pada akhirnya berita harus dipahami keseluruhan produksi dan struktus sosial.

  Komunikasi dalam media massa berbicara mengenai apa yang dilakukan media terhadap orang (audience), maka pada pendekatan ini akan berbicara mengenai apa yang dilakukan orang terhadap media. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan isi media untuk mendapatkan pemenuhan (gratification) atas kebutuhan seseorang. Dalam hal ini, sebagian besar perilaku audience akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan (interests) individu. Meskipun demikian perlu dipahami bahwa ini adalah suatu fenomena mengenai proses penerimaan oleh karenanya pendekatan ini tidak mencakup atau mewakili keseluruhan proses komunikasi.

  Pendekatan dalam komunikasi massa ada dua pertama adalah adanya oposisi terhadap asumsi yang deterministik mengenai efek media, yang merupakan bagian dari dominannya peran individu yang kita kenal dalam model komunikasi dua tahap. Kedua, adanya keinginan untuk lepas dari perdebatan yang kering dan terasa steril mengenai penggunaan media massa yang hanya didasarkan atas selera individu. Dalam hal ini, pendekatan uses and gratifications memberikan suatu cara alternatif untuk memandang pada hubungan antara isi media dan audience, serta pengaturan isi media menurut fungsinya daripada sekedar tingkat selera yang berbeda. Meskipun masih diragukan adanya satu 25 model uses and gratifications.

  

Erianto, 2011, Analisis Wacana ( Pengantar analisis tekx media), Yogyakarta : LKIS Printing

26 Cemerlang, 2011, Hal. 21.

  Graeme Burton, Op.,Cit, Hal. 56.

  Katz (1974) menggambarkan logika yang mendasari penelitian mengenai

  media uses and gratifications sebagai berikut: Kondisi social psikologis seseorang akan menyebabkan adanya kebutuhan, yang menciptakan harapan- harapan terhadap media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa kepada perbedaan pola penggunaan media atau keterlibatan dalam aktivitas lainnya yang akhirnya kan menghasilkan pemenuhan kebutuhan dan konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya.

  Media-media massa independen berdasarkan Ideologi serta keberpihakannya kepada salah satu kekuatan politik tertentu, dalam hal ini melakukan usaha-usaha penguasaan masyarakat melalui pemberitaannnya dengn cara memberikan penjulukan (labbelling) tentang suatu objek. Fakta-fakta objektif dimamfaatkan untuk ditafsirkan secara subjektif berdasarkan kepentingan. Disinilah ideologi atau kecenderungan menentukan bagaimana sesuatu fakta dipahami dan ditafsirkan, dibuang atau digunakan, jadi melalui cara-cara yang dilakukan media, kelompok-kelompok hegemonik baik penguasa ataupun rakyat dapat memamfaatkannya untuk menguasai masyarakat. Kontrol rakyat terhadap kekuasaan dapt dilakukan lewat media dan sebaliknya, pihak- pihak yang berkuasapun lewat media dan sebaliknya, pihak-pihak yang berkuasa dapat memupuk kekuasaannya melaalui legitimasi media dan proses seperti ini dilakukan melalui usaha-usaha pemaknaan secara terus menerus lewat pemberitaan yang menjadi kegiatan utama media sehingga gilirannya tanpa terasa akan membentuk kesadaran.

  Sebagai tambahan bagi elemen-elemen dasar tersebut di atas, Kajian uses

  and gratifications sering memasukkan unsur motif untuk memuaskan kebutuhan

  dan “alternatif-alternatif fungsional” untuk memenuhi kebutuhan. Sebagai misal, pada unsur yang terakhir, konsumsi terhadap jenis media tertentu mungkin 27 merupakan alternatif fungsional dari aktivitas kultural lainnya Dalam beberapa Arni Muhammad, 2009, Komunikasi Organisasi, jakarta : bumi Aksara, Hal 78. kasus, aktivitas ini dapat menghasilkan suatu pemenuhan kebutuhan, namun pada saat yang bersamaan aktivitas ini juga menciptakan ketergantungan pada media massa dan perubahan kebiasaan-kebiasaan sebelumnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan media massa oleh individu telah memberikan fungsi alternatif bagi interaksi sosial yang sesungguhnya. 1.

   Publicly

  Pendekatan media massa tidak bisa dilepaskan dari pengaruh komunikasi massa yang terdiri dari sumber (source), pesan (message), saluran (channel), dan penerima (receiver) serta efek (effect). Sumber utama dalam komunikasi massa adalah lembaga, organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi (institutionalized person). Pesan-pesan komunikasi massa dapat diproduksi dalam jumlah yang sangat besar dan dapat menjangkau audiens yang sangat banyak jumlahnya yang mana karakteristik pesan-pesan komunikasi massa tersebut meliputi :

  Publicly merupakan pesan komunikasi massa pada umumnya tidak ditujukan kepada perorangan tertentu yang eksklusif, melainkan bersifat terbuka untuk umum atau publik. Semua anggota mengetahui, orang lain juga menerima pesan yang sama dan disampaikan secara publicy.

  2. Rapid

  Rapid merupakan Pesan-pesan komunikasi massa dirancang untuk mencapai audiens yang luas dalam waktu yang singkat dan simultan. Pesan-pesan dibuat secara massal dan tidak seperti fine art yang dapat dinikmati berabad-abad.

  3. Transient

  28 Alo Liliweri, 2007, Strategi Komunikasi Masyarakat, Jogyakarta : LKIS, Hal 45.

  Transsient merupakan Pesan-pesan komunikasi massa umumnya dibuat untuk memenuhi kebutuhan segera. Pada umumnya pesan-pesan komunikasi massa adalah pesan-pesan yang expendable. Maka isi media cenderung dirancang secara timely, supervisial, dan kadang-kadang bersifat sensasional.

  Media yang mempunyai kemampuan untuk menyebarluaskan pesan- pesan komunikasi massa secara cepat, luas, dan simultan adalah surat kabar, majalah, radio, film, televisi, dan internet. Leeuwis membahas mengenai media massa konvensional yang saat ini sedang berkembang. Media massa konvensional dapat berupa koran, jurnal pertanian, leaflet, radio dan televisi. Karakteristik dasarnya adalah bahwa seorang pengirim dapat mencapai banyak orang dengan media tersebut, sambil tetap berada di kejauhan, dan tanpa kemungkinan keterlibatan dalam interaksi langsung dengan audiens.

  Media massa dianggap memiliki kekuatan yang luar biasa, sehingga khalayak tidak mampu membendung informasi yang dilancarkannya khalayak dianggap pasif, tidak mampu bereaksi apapun kecuali hanya menerima begitu saja semua pesan yang disampaikan media massa. Penggambaran kekuatan media massa yang begitu besar menyebabkan teori media massa, efek terbatas media massa. Teori komunikasi massa yang menekankan pada kekuatan media untuk mengubah perilaku ini pada beberapa dekade berikutnya mulai mendapat beberapa kritikan. Media massa memainkan peran penting, sebab media berfungsi sebagai sumber informasi, dimana orang mencari distribusi opini publik. Media massa dapat mempengaruhi spiral kebisuan dengan tiga cara, yaitu pertama, media membentuk kesan-kesan tertentu tentang opini mana yang dominan. Kedua, media membentuk kesan-kesan tertentu tentang opini yang 29 sedang naik atau berkembang dan ketiga, media membentuk kesan tentang opini 30 Wiryanto,2007, Teori Komunikasi Massa, Jakarta : PT Grasindo, Hal 66.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Smartphone - Analisis Pengaruh Pendapatan Konsumen, Harga, Brand smartphone, Dan Kualitas Smartphone Terhadap Keputusan Masyarakat Kota Medan Dalam Memilih Smartphon

0 0 20

KATA PENGANTAR - Analisis Pengaruh Pendapatan Konsumen, Harga, Brand smartphone, Dan Kualitas Smartphone Terhadap Keputusan Masyarakat Kota Medan Dalam Memilih Smartphon

0 0 14

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep - Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Saman Karya Ayu Utami: Pendekatan Psikoanalisis Sigmund Freud

0 2 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Saman Karya Ayu Utami: Pendekatan Psikoanalisis Sigmund Freud

0 2 9

BAB II KERANGKA HUKUM PERDAGANGAN BEBAS AFTA A. Tinjauan Umum tentang Perdagangan Bebas 1. Sejarah dan Pengertian Perdagangan Bebas - Perlindungan Terhadap Industri Dalam Negeri Dalam Kerangka Pasar Bebas AFTA

2 2 34

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Terhadap Industri Dalam Negeri Dalam Kerangka Pasar Bebas AFTA

0 0 22

BAB II PENGATURAN KEPAILITAN KOPERASI SIMPAN PINJAM A. Jenis-jenis Koperasi di Indonesia - Kedudukan Nasabah Koperasi Simpan Pinjam Dalam Pailitnya Koperasi Simpan Pinjam

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kedudukan Nasabah Koperasi Simpan Pinjam Dalam Pailitnya Koperasi Simpan Pinjam

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Ekonomi Dalam Perspektif Islam. 2.1.1 Pengertian Ekonomi Islam. - Analisis Respon Masyarakat Terhadap Eksistensi Pos Keadilan Peduli Umat (Pkpu) Di Kota Medan

0 0 35

BAB II PROFIL METRO TV DAN JOKOWI-JK II.1. Profil Metro Tv - Peranan Media Dalam Pemenangan Jokowi-Jk

0 0 33