BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Smartphone - Analisis Pengaruh Pendapatan Konsumen, Harga, Brand smartphone, Dan Kualitas Smartphone Terhadap Keputusan Masyarakat Kota Medan Dalam Memilih Smartphon

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Smartphone

  Smartphone dalam Kamus Oxford American didefinisikan sebagai "ponsel

  yang menggabungkan (Personal Digital Assistant) PDA". Jadi, menurut definisi,

  Smartphone adalah perangkat telekomunikasi serbaguna

  

  Atau dengan kata lain Smartphone adalah

perangkat ponsel yang bisa digunakan untuk berkomunikasi dasar(sms dan telepon),

tapi juga di dalamnya terdapat fungsi PDA (Personal Digital Assistant) dan dapat bekerja layaknya sebuah komputer mini .

   .

  Smartphone atau yang disebut juga piranti pintar dewasa ini menjadi trend

  yang mewabah luas di Indonesia, digemari nya Smartphone ini juga bukan tanpa alasan, tapi karena feature yang ditawarkan sangat menarik dan mengubah hobi pengguna untuk browsing, chating dan semacamnya yang awalnya dilakukan secara statis, sekarang dengan Smartphone bisa dilakukan dengan mobile atau bergerak.

  Seperti hal nya pengguna yang semakin cerdas memilih perangkat pintar nya, vendor pun bersaing menawarkan feature dan interface yang menarik dan mudah untuk penggunanya, mereka menawarkan OS (operating system) dan aplikasi yang memanjakan penggunanya, RIM menawarkan OS Blackberry, Apple dengan Iphone nya, Samsung, Sony, Huawei, dan beberapa vendor lainnya

  phone untuk OS , seperti yang dilakukan oleh Nokia.

  Fisik dan geografis menjadi semakin tak memliki jarak, secara sosial pun masyarakat semakin tak bersekat. Sebuah kemajuan yang sangat patut disyukuri,

  

Smartphone merupakan pengembangan dari mobile phone atau lebih dikenal

  dengan handphone yang diciptakan awal mula sekitar 40 tahun lalu oleh Martin Cooper dari Motorola. Ponsel yang berbentuk besar sekali itu mempunyai berat sekitar 1,15 kg dan panjang sekitar 10 inch serta hanya bisa digunakan selama 20 menit saja sebelum baterai nya habis. Namun dalam perkembangannya hingga jadi Smartphone pada saat ini, dengan dimensi yang lebih elegan dan indah juga bisa lebih multi fungsi sehingga tidak hanya digunakan untuk telepon dan sms saja, kekuatan baterai nya pun bisa lebih tahan lama hingga dapat bertahan beberapa hari standby dengan sekali full charge. Ciri-ciri Smartphone :

  1) Sistem Operasi

  Ini merupan ciri yang paling utama dari sebuah Smartphone. Ponsel bisa disebut

  

Smartphone kalau didalamnya sudah dibenamkan sebuah sistem operasi. Contoh

dari sistem operasi Android, Symbian, Windows Mobile, dll.

  2) Perangkat Keras

  Setiap Smartphone harus memiliki dukungan perangkat keras yang mumpuni untuk dapat menjalankan sistem operasi yang telah dibenamkan di dalamnya.

  Perangkatnya sama dengan sebuah PC hanya saja dalam ukuran yang kecil.

  Pengolah Pesan Satu lagi hal yang didapat dalam Smartphone yaitu pengolah pesan yang lebih dari ponsel biasanya. Smartphone memiliki keunggulan dalam mengolah pesan yaitu berupa pesan elekronik (e-mail).

  4) Mengakses Internet/Web

  Kemampuan lain yang dimiliki oleh sebuah Smartphone adalah bisa digunakan mengakses web internet dan konten yang disajikan di browserya, sudah hampir mendekati seperti layaknya kita mengakses web lewat komputer.

  5) Aplikasi

  Hal yang membuat menyenangkan adalah Smartphone dapat dijejali berbagai aplikasi asalkan aplikasi tersebut sesuai dengan sistem operasi yang ada. Biasanya untuk memasang mendapatkan aplikasi para produsen Smartphone telah menyediakan tempat khusus untuk berbelanja aplikasi.

  6) Keybord QWERTY

  Ini adalah yang membuat tampilan Smartphone terlihat begitu berbeda, dia memiliki keyboard qwerty. Walau saat ini sudah banyak ponsel biasa yang mengusung keyboard semacam ini. Namun keyboard qwerty pertama kali diadopsi oleh Smartphone.

  7) Office

  Kelebihan lainya adalah aplikasi pengolah data-data office. Setiap Smartphone memiliki kemampuan semacam ini yang dapat diperoleh dengan menginstal aplikasi office. Aplikasi semacam ini dapat diinstal sendiri ataupun bawaan dari pabrikan. modern. Namun sebenarnya hal menarik bagi pengguna smartphone adalah untuk menemukan apa yang perangkat anda dapat lakukan, dan benar-benar mengambil keuntungan dari itu. Banyak orang hanya menggunakan gadget seharga 2 jutaan mereka sebagai ponsel sederhana untuk komunikasi telepon, messege service atau

  chat saja. Itu karena mereka tidak pernah mengeksplorasi smartphone mereka

  yang berbentuk seperti layaknya telepon selular, atau tidak pernah memiliki waktu untuk sekedar baca buku manual dari ponselnya. Dan itu membuat investasi untuk membeli gadget mahal menjadi kurang efektif.

  Para produsen pendukung teknologi pun bersaing dengan sangat terbuka untuk memberi aplikasi paling mudah bagi masyarakat pengguna atau

  

user. Meski negara kita terbilang negara berkembang tapi kalau masalah ganti

gadget masyrakat kita tidak kalah dengan masyarakat negara maju, bahkan

  menurut survei dari Frost & Sulivan, untuk feature phone, orang Indonesia setiap 8 sampai 14 bulan sekali ganti Smartphone. Maraknya pengguna Smartphone di Indonesia disebabkan oleh demam internet yang melanda dunia, survei lain mengatakan bahwa 23% pengguna Smartphone menghabiskan waktunya untuk membuka facebook, jejaring sosial yang sedang menjadi wabah bagi masyarakat dunia.

2.1.2 Permintaan

  suatu skedul, kurva, atau fungsi yang menunjukkan berbagai jumlah suatu barang yang para konsumen ingin dan mampu membelikan dengan tingkat harga tertentu pada periode tertentu. Menurut Sukirno (2005) permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:

1. Harga barang itu sendiri 2.

  Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut 3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat 4. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat 5. Cita rasa masyarakat 6. Jumlah penduduk 7. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang

  Menurut Pracoyo dan Pracoyo (2006), fungi permintaan adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan semua faktor-faktor yang mempengaruhinya.

  Secara sistematis fungsi permntaan ditunjukkan oleh persamaan berikut ini:

  Qd = f ( P , P , P , I, T, A, N, E . . . ) A A S K

  Di mana : Qd = Jumlah barang A yang diminta konsumen.

  A Qd merupakan variabel terikat (dependent variable), di man besar kecilnya

  A

  sangat dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang disebut sebagai variabel bebas (independent variable). Yang dimaksud dengan variabel bebas pada persamaan di

  S A K T, A, N, E . . .

  Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan menyatakan “makin

  

rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang

tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit

permintaan terhadap barang tersebut” .

  Menurut Nainggolan, Soekardono dan Hanani (2005) suatu kurva atau suatu daftar yang menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang diminta oleh para pembeli. Kurve permintaan dibuat berdasarkan data riel di masyarakat tentang jumlah permintaan suatu barang pada berbagai tingkat harga, kemudian disajikan dalam bentuk tabel.

  Dalam perekonomian, baik itu teori permintaan maupun penawaran, harga dilambangkan dengan huruf P yang berarti Price sedangkan jumlah yang diminta atau yang ditawarkan dilambangkan dengan huruf Q yang berarti Quantity.

  Dibawah ini adalah contoh permintaan seorang konsumen (individual) terhadap barang A pada berbagai tingkat harga:

Tabel 2.1 Permintaan Individual Terhadap Barang A Pada Berbagai Tingkat Harga

  

Harga (rupiah) Jumlah yang diminta (unit)

10.000 4 8.000 6 6.000

  10 4.000

  12 Sumber: Diolah Penulis P D=Demand

  10000 8000 6000 4000

  Q

  4

  6

  8

  10 Gambar 2.1

Kurva Permintaan Individual Barang A

  Digambarkan bahwa pada harga Rp 10.000 jumlah permintaan oleh seorang pembeli adalah sebanyak 4 buah, sedangkan pada harga Rp 4.000 jumlah permintaan sebanyak 10 buah dan seterusnya. Kemudian di bawah ini akan digambarkan contoh permintaan pasar terhadap buah barang B:

  Tabel 2.2

Permintaan Individual dan Permintaan Pasar Terhadap Barang B Pada

Berbagai Tingkat Harga

  

Harga Permintaan Individu (unit) Permintaan Pasar

(Ribu Rupiah) (unit) A B C D E

  10

  10

  13

  15

  20

  22

  80

  15

  9

  11

  12

  13

  15

  60

  20

  7

  6

  8

  10

  9

  40

  25

  3

  2

  5

  4

  6

  20 Sumber: Diolah Penulis P D

  25

  20

  15

  10 D Q

  20

  40

  

60

  80 Gambar 2.2 Kurva Permintaan Pasar Barang B

  Pada Kurva di atas menunjukkan bahwa semakin rendah harga suatu barang maka permintaan yang diminta oleh konsumen juga akan semakin banyak. Kurva permintaan memiliki slope (kemiringan) yang bersifat negatif dan menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva permintaan bersifat negatif disebabkan karena harga barang yang diminta dengan jumlah yang dibeli bersifat negatif, apabila harga suatu barang turun maka jumlah barang yang diminta akan semakin banyak.

  Begitu juga sebaliknya, apabila harga suatu barang semakin tinggi maka jumlah barang yang diminta akan semakin sedikit.

  Seiring dengan banyaknya berbagai merek barang dan jasa yang beredar di pasaran, maka konsumen harus mampu memilih mana suatu produk yang sesuai dengan kebutuhan dan budgetnya. Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku konsumen. Kita tidak mungkin memahami perilaku konsumen tanpa mengerti kebutuhannya.

  Menurut Prabu (2002) James F. Engel et al. (1968: 8) berpendapat bahwa“Consumer behavior is defined as the acts of individuals directly involved

  in obtaining and using economic good and services including the decision process that precede and determine these acts” .

  (Perilaku konsumen didefenisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut).

  Menurut Syahrir, Tarmizi dan Syahril (2006) perilaku konsumen berkaitan dengan keputusan konsumen yang juga disebut peminta terhadap alternarif persediaan barang yang tersedia pada pasar. Konsumen mempunyai pendapatan (money income) yang akan digunakan untuk membeli barang dan dengan berbagai tingkat harga tertentu pula. Untuk itu konsumen harus bertindak secara efisien untuk mencapai maksimum kepuasan (maximize satisfaction) sehingga konsep ini juga dinayatakan sebagai upaya pencapaian consumer efficiency.

  Semenjak tahun 1970-an sampai 1980-an, para peneliti memandang bahwa konsumen sebagai pengambil keputusan. Dengan begitu banyaknya pilihan- merupakan suatu pemecahan masalah. Perspektif pengambilan keputusan (decision-making perspective) menggambarkan seseorang konsumen sedang melakukan serangkaian langkah-langkah tertentu pada saat melakukan pembelian.

  Langkah-langkah ini termasuk pengenalan masalah, mencari, evaluasi, alernatif, memilih, dan evaluasi pascaperolehan. Akar dari pendekatan ini adalah pengalamn kognitif dan psikologi serta faktor-faktor ekonomi lainnya. (Mowen dan Minor, 2001)

  Menurut Tatik (2008) ada dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen, yang selanjutnya akan menetukan respon konsumen, yakni:

  1. Konsumen itu sendiri. Ada dua unsur dari konsumen itu sendiri yang

  berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yaitu pikiran konsumen yang meliputi kebutuhan atau motivasi, persepsi, sikap, dan karakterisitik konsumen yang meliputi demografi, gaya hidup dan kepribadian konsumen.

  2. Pengaruh lingkungan . terdiri atas nilai budaya, pengaruh sub dan lintas budaya, kelas sosial, face to face group da situasi lain yang menentukan.

  Faktor lingkungan ini melalui komunikasi akan menyediakan informasi yang dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan konsumen.

  Adapun bentuk dari komunikasi dapat berupa komunikasi kelompok, komunikasi dari mulut ke mulut, komunikasi pemasaran dan lintas kelompok.

  2.1.4.1 Pengertian Harga

  Dalam menetapkan harga di perlukan suatu pendekatan yang sistematis, yang mana melibatkan penetetapan tujuan dan mengembangkan suatu struktur penetapan harga yang tepat. Harga adalah suatu nilai yang harus di keluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan barang atau jasa yang memiliki nilai guna beserta pelayanannya. Tujuan penetapan hargaharga bersifat fleksibel, dimana bisa disesuaikan. Sebelum penenetapan harga perusahaan harus mengetahui tujuan dari penetapan harga itu sendiri apabila tujuannya sudah jelas maka penetapan harga dapatdilakukan dengan mudah.

  2.1.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Harga

  Perusahaan mempertimbangkan berbagai faktor dalam menetapkan kebijakanharga. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat harga antara lain:

  a. Keadaan perkonomian. Keadaan perekonomian berpengaruh terhadap tingkat harga.

  b. Kurva permintaan. Kurva yang memperlihatkan tingkat pembelian pasar pada berbagai tingkatan harga. Kurva tersebut menjumlahkan reaksi berbagai individuyang memiliki kepekaan pasar yang beragam.

  c. Biaya. Biaya merupakan faktor dasar dalam penentukan harga, sebab bila harga yang di tetapkan tidak sesuai maka perusahaan akan mengalami kerugian. Perasahaan ingin menetapkan harga yang dapat menutup biaya produksi, distribusi, dan penjualan produknya, termasuk pengembalian yang manajemen perlu untuk mengetahui bagaimana biaya bervariasi bila level produksinya berubah.Biaya perusahaan ada dua jenis yaitu :

1. Biaya tetap adalah biaya - biaya yang tidak dipengaruhi oleh produksi atau penjualan.

  2. Biaya variable adalah biaya yang tidak tetap dan akan berubah menurut level produksi. Biaya ini disebut biaya variabel karena biaya totalnya berabah sesuai dengan jumlah unit yang diproduksi.

  d. Persaingan

  e. PelangganPermintaan pelanggan didasarkan pada beberapa faktor yang saling terkait dan bahkan seringkali sulit memperkirakan hubungan antar faktor secara akurat.

  f. Peraturan Pemerintah. Peraturan pemerintah juga merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan. Misalnya pemerintah menetapkan harga maximum dan harga minimum.

2.1.4.3 Metode-Metode Penetapan Harga

  Metode penetapan harga dapat dikelompokkan menjadi empat kategori utama, yaitu metode penetapan harga berbasis permintaan, berbasisi biaya, berbasis laba, dan berbasis persaingan. a.Metode Penetapan Harga Berbasis Permintaan. Merupakan metode yang menekankan pada faktor-faktor yang mempengaruhi selera dan preferansi pelanggan daripada faktor-faktor seperti biaya, laba, dan persaingan.

  Pada metode ini Harga ditentukan berdasarkan biaya produksi dan pemasaran yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biaya- biaya langsung, biaya overhead, dan laba.

  c. Metode Penetapan Harga Berbasis Laba. Metode ini bertujuan menyeimbangkan antara pendapatan dan biaya dalam penetapan harga. Hal ini dilakukan atas dasar target volumelaba spesifik atau dinyatakan dalam bentuk persentase terhadap penjualan atau investasi.

2.1.4.4 Metode Penentuan Harga Jual 1.Penetapan Harga Biaya Plus (Cost-Plus Pricing Method).

  Untuk menentukan harga jual per unit produk perlu menghitung jumlah seluruh biaya per unit ditambah jumlah tertentu untuk menutup laba yang dikehendaki pada unit tersebut, atau disebut marjin.

  2. Penetapan Harga Break-even (Break-Even Pricing). Adalah cara penetapan harga yang didasarkan pada permintaan pasar dan masih mempertimbangkan biaya. penetapan harga dikatakan break-even apabila penghasilan yang terima sama dengan ongkosnya, dengan anggapan bahwa harga jualnya sudah anda tentukan.

  3. Penetapan Harga dalam Hubungannya dengan Pasar. Dalam metode ini, penetapan harga tidak didasarkan pada biaya, tetapi justru sebaliknya. Harga yang menentukan biaya.

  Dalam dunia teknologi yang memiliki banyak kesamaan, citra adalah segalanya. Di pasar yang terpenting adalah membedakan sebuah produk yang satu dengan produk yang lainnya. Tanpa citra yang kuat, sangatlah sulit bagi sebuah perusahaan untuk menarik pelanggaan baru dan mempertahankan yang sudah ada, dan pada saat yang sama meminta mereka membayar harga yang tinggi. Citra mewujudkan nilai yang besar bagi setiap produk. Nilai suatu merek dapat dikuantifikasikan dalam bentuk uang, tetapi nilai yang sebenarnya di pasar yang kompetitif adalah kemampuan merek untuk merebut dan mempengaruhi pilihan.

  Merek memberikan daya tarik emosional ketika pemikiran rasional tidak mampu memilih, dan membantu menyingkirkan ketakutan para konsumen mengenai produk teknologi.

2.1.5.1 Membentuk Merek Teknologi Yang Kuat

  Untuk semua pertimbangan yang dibahas di atas, para pembuat merek teknologi perlu membentuk merek tersebut secara murni. Menurut Temporal dan Lee (2002) mempertimbangkan merek tersebut sebagai:

  1. Merek sebagai Suatu Kumpulan Nilai Sudah diketahui umum bahwa semua merek yang berhasil dibangun oleh suatu kumpulan nilai merek, yang membentuk gambaran untuk apa merek itu ada.

  Merek teknologi bukan merupakan pengecualian dari ketentuan ini. Perusahaan yang berbeda memiliki standar berbeda, bergantung pada hal yang mereka anggap penting terhadap usahanya. Nilai-nilai mengimbangi sejumlah sisi dari usahanya, dan memberikan kekuatan emosional pada budaya perusahaan, memberikan kefektifan operasional, walaupun hal ini penting, khususnya untuk kalangan perusahaan teknologi, tidak akan cukup memberi konsumen alasan untuk memilih sebuah merek dan bertahan pada merek tersebuat. Kepribadian sebuah merek juga penting.

  2. Merek sebagai Seseorang Merek teknologi sangat mempengaruhi bagian rasional pikiran manusia melalui fitur produk, pralatan dan semacam yang dipercaya beberapa perusahaan dapat membedakan produknya dengan produk perusahaan lain.

  3. Merek Sebagai Lambang Merek lebih dari sekedar logo dan cap dagang. Beberapa merek tampak sedemikian popular sehingga hanya dengan memandang sekilas logo-logo mereka, sanggup membangkitkan pemikiran dan perasaan yang khusus dipikiran masyarakat.

  4. Merek Sebagai Suatu Produk Jasa lain dari suatu merek adalah sebagai suatu produk khususnya dibidang teknologi yaitu kebutuhan untuk menjaga agar produknya tetep relevan dengan lingkup pembeli yang dituju dan bentuk pandangan yang ingin kita bina dengan pikiran mereka.

  5. Merek Sabagai Suatu Posisi Perusahaan teknologi harus bekerja keras untuk memosisikan diri karena mereka harus membedakan diri dari masyarakat. Sebuah merek tidak akan berhasil kecuali jika merek tersebut dapat menjamin untuk memperoleh posisi yang khusus berdasarkan pada unsur persepsi pembeli, mengelola persepsi adalah dasar pengelolaan merek yang baik.

  6. Merek Suatu Budaya Merek adalah sumber kebanggan dan sumber rasa ikut memilikinya.

  Perwujudan suatu budaya merek yang tangguh tidaklah terjadi dengan sendiri melainkan dengan cara bekerja keras.

2.2 Penelitian Terdahulu

  Ada beberapa penelitian sejenis yang sudah dilakukan oleh penelitian lain dan dapat mendukung dalam penelitian, penelitian-penelitian itu adalah:

  1.

  (Jelly Yoanita, 2013) dalam penelitian yang berjudul “Hubungan

  

Penggunaan Teknologi Informasi Smartphone Blackberry dengan Perilaku

Konsumen Onlined di Kelurahan Maridan Kecamatan Sepaku Kabupaten

Penajam Paser Utara ”. Dengan menggunakan 2 variabelyaitu penggunaan

teknologi informasi Smartphone Blackberry (X) dan variabel perilaku konsumen

online (Y) maka hasil peramalan permintaan yang dilakukan dari berdasarkan hasil

  uji yang sudah penulis paparkan pada sub-sub bab maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan singnifikan antara hubungan penggunaan teknologi informasi Smartphoneblackberry dengan perilaku konsumen online yaitu hubungan yang positif dimana dari hasil uji singnifikan terdapat adanya hubungan yang cukup berarti karena r-s hitung sebesar 0.62 terletak pada interval 0.41 – 0.70 pada skala Gullford. Penggunaan teknologi informasi dengan perilaku konsumen online pada masyarakat Kelurahan Maridan apabila diuji secara bersamasama dan simultan. Hal ini dibuktikan dengan uji t, dimana diketahui thitung sebesar 11.1 dan t-tabel sebesar 2.660. Sesuai dengan kriteria pengujian apabila t-hitung > t-tabel , maka H0 (hipotesis nol) ditolak dan H1 diterima.

  2. Ferdian Ario Sasongko (2012) dalam penelitian yang berjudul “Analisis

  

Pengaruh Program Promosi, Persepsi Merek, Motivasi, dan Sikap Konsumen

terhadap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Sepeda Motor Suzuki di

Kota Semarang” . Dengan menggunakan variabel bebas (X) = X1 = Promosi, X2

  =Persepsi merek, X3 = Motivasi, X4 = Sikap konsumen, Variabel Terikat (Y) = Keputusan Pembelian. Dari metode analisis yang dipakai, dapat disimpulkan bahwa hanya program motivasi konsumen yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proses pengambilan keputusan pembelian.

  3. Wahyu Eko Pujianto (2012) dalam penelitian yang berjudul “Faktor-

  

Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Membeli Handphone

Blackberry”. Dengan menggunakan 19 variabel bebas (X) = X1=

  keanekaragaman produk Blackberry, X2 =tampilan menu Blackberry, X3 = warna, X4 = tombol keyboard, X5 = digital camera, X6 = kapasitas memori, X7 = fasilitas facebook, X8 = fasilitas twitter, X9 = fasilitas BBM, X10 = faslitas yahoo

  messenger, X11 = fasilitas email, X12 = fasilitas browsing/google, X13 = fasilitas

fourshared, X14 = manfaat produk, X15 = handal, X16 = bramd image, X17 =

service, X18 = jaminan garansi, X19 = harga handphone blackberry. Dari metode keputusan pembeli dimana variabel (X) = X1= keanekaragaman produk

  

Blackberry, X2 = tampilan menu Blackberry, X6 = kapasitas memori, X7 =

  fasilitas facebook, X9 = fasilitas BBM, X10 = faslitas yahoo messenger, X11 = fasilitas email, X12 = fasilitas browsing/google, X13 = fasilitas fourshared, X15 = handal, X16 = bramd image, X17 = service, X19 = harga handphone blackberry berpengaruh positif terhadap pembelian hadphone blackberry. Sedangkan X3 = warna, X4 = tombol keyboard, X5 = digital camera,X8 = fasilitas twitter, X14 = Manfaat produk, X18 = jaminan garansi kurang berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam pembelian handphone blackberry.

  Analisis perilaku masyarakat Kota Medan dalam memilih Smartphone mencakup: pendapatan konsumen, harga Smartphone, Brand smartphone, dan kualitas Smartphone. Kerangka konseptual penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

  Pendapatan Keputusan

  Harga Pembelian

  Smartphone Brand smartphone

  Kualitas Smartphone Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian dimanasuatu masalah yang kebenarannya masih harus dikaji dan diteliti dengan menggunakan data yang ada.

  Berdasarkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

  1. Pendapatan berpengaruh positif terhadap keputusan konsumen dalam pembelian Smartphone di Kota Medan.

  2. Harga berpengaruh negatif terhadap keputusan konsumen dalam pembelian Smartphone di Kota Medan.

  3. Brand smartphone berpengaruh positif terhadap keputusan konsumen dalam pembelian Smartphone di Kota Medan.

  4. Kualitas Smartphone berpengaruh positifterhadap keputusan konsumen dalam pembelian Smartphone di Kota Medan.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengaruh Persepsi Iklim Sekolah Terhadap Kecenderungan Bullying Pada Siswa SMA X Medan

0 1 10

Pengaruh Persepsi Iklim Sekolah Terhadap Kecenderungan Bullying Pada Siswa SMA X Medan

0 2 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan - Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Stambuk 2013/2014 tentang Akne Vulgaris

0 1 13

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa (Rsj) Provinsi Sumatera Utara

0 0 28

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa (Rsj) Provinsi Sumatera Utara

0 0 25

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu

0 0 28

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu

0 0 20

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI INDONESIA A. Sejarah Asuransi di Indonesia - Aspek Hukum Penggunaan Jasa Asuransi Oleh Bank Sebagai Pengalihan Resiko Dalam Pemberian Kredit(Studi Pada Pt. Bank Sumut Cabang Lima Puluh)

0 1 36

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Aspek Hukum Penggunaan Jasa Asuransi Oleh Bank Sebagai Pengalihan Resiko Dalam Pemberian Kredit(Studi Pada Pt. Bank Sumut Cabang Lima Puluh)

0 0 17

Analisis Pengaruh Pendapatan Konsumen, Harga, Brand smartphone, Dan Kualitas Smartphone Terhadap Keputusan Masyarakat Kota Medan Dalam Memilih Smartphon

0 0 35