Analisis Finansial Usahatani Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) Studi Kasus Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1. Botani Tanaman

  Nama jeruk nipis sudah tidak asing lagi bagi semua penduduk dinegeri kita. Jeruk nipis juga dikenal dengan nama jeruk pecel (Jawa), dan jeruk dhurga (Madura).

  Nama lain jeruk nipis adalah Citrus aurantifolia Swingle. Klasifikasi Tanaman Jeruk Nipis

  Kerajaan: Divisi: Kelas: Ordo: Famili: Genus:

  

  Spesies: C. aurantifolia

  b

  (Anonimous , 2014)

  2.2. Landasan Teori Pohon ini bercabang banyak, tinggi 1,5-3,5 meter, berduri panjangnya 0,3-1,2 cm.

  Tangkai daun kearah ujung kadang-kadang bersayap sedikit, sayap beringgit melekuk ke dalam panjang 0,5-2,5 cm. Helaian daun bulat telur elliptis atau bulat telur memanjang dengan pangkal bulat dan ujung tumpul melekuk ke dalam sedikit, tepi beringgit dan panjangnya antara 2,5-9 cm. Bunga 1,5-2,5 cm diameternya, daun mahkota dari luar putih kuning, buah berbentuk bulat berwarna kuning setelah tua/masak dan berwarna hijau ketika masih muda dengan diameter

  3,5-5 cm. Kulit buah 0,2-0,5 cm tebalnya. Warna daging buah kuning kehijauan. Bisa ditanam di daerah berketinggian 1-1.000 meter diatas permukaan laut.

  Jeruk nipis alias jeruk pecel atau jeruk tepis adalah semacam buah yang banyak mengandung air. Air buahnya sangat rasanya, tapi baunya sedap. Kulit buah pada jeruk nipis mengandung semacam minyak atsiri yang pahit rasanya. Minyak atsiri adalah sejenis minyak yang mudah sekali menguap pada suhu kamar tanpa mengalami penguraian terlebih dahulu, dan baunya sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak tersebut mudah bersenyawa dengan alkohol, eter, dan minyak lemak, tapi sukar sekali larut dalam air. Minyak atsiri yang berasal dari kulit jeruk nipis dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama minyak sitrun atau citroen olie. Minyak ini mengandung zat kimiawi citrol sebanyak 7%. Kadar minyak atsiri dari kulit jeruk nipis adalah 1,8% dengan berat jenis 0,87. Minyak sitrun banyak digunakan untuk campuran minyak wangi dan obat-obatan. Untuk memperoleh minyak atsiri dari kulit jeruk nipis bisa diperoleh lewat cara apitan atau perasan (Jaya, 1992).

  Daerah penyebaran jeruk nipis sangat luas, sebab di Indonesia jeruk nipis bisa tumbuh hampir di semua tipe tanah. Tapi hasil maksimum akan bisa diperoleh apabila ditanam di daerah yang banyak mengandung air dan bertanah gembur. Penanaman yang baik bisa dilakukan dengan jarak tanaman 6

   6 meter. Sekali tumbuh jeruk nipis tidak banyak memerlukan pemeliharaan.Jeruk nipis bisa berbuah terus-menerus sepanjang tahun (tak mengenal musim)dengan produksi tiap pohon ± 400 buah. Berbuah paling lebat pada waktu musim kemarau. Menurut Daftar Komposisi Bahan Makanan yang diterbitkan oleh Lembaga Makanan Rakyat Departemen Kesehatan, tiap 100 gram jeruk nipis mengandung protein sebanyak 0,8 gram, lemak 0,1 gram, hidrat arang 12,3 gram, kalsium 40 mg, fosfor 22 mg, zat besi 0,6 mg, vitamin A 0 si, vitamin B1 0,04 mg, vitamin C 27 mg, air 86,0 gram, dengan nilai kalori 37 kalori. Sedang bagian yang dapat

  c dimakan adalah 76% dari berat keseluruhan (Anonimous , 2014).

2.2.1. Pendapatan

  Pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Pendapatan juga merupakan suatu gambaran tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam satuan waktu tertentu, biasanya perbulan. Tingkat pendapatan ini sering dihubu ngkan dengan suatu standart kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Pendapatan ini diperoleh seseorang dari mata pencarian utama dengan atau tanpa mata pencarian lain. Dengan demikian seseorabg diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya (Boediono, 1992).

  Pendapatan dari usahatani adalah total penerimaan dari nilai penjualan hasil ditambah dari nilai hasil yang dipergunakan sendiri dikurangi dengan total nilai pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk input (benih, pupuk, pestisida, dan alat-alat) pengeluaran untuk upah tenaga kerja dari luar keluarga, pajak dan lain-lain (Hernanto, 1993).

2.2.2. Faktor Pendapatan

  Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan terdiri dari faktor produksi atau input dan jumlah produksi atau output . faktor produksi (input) terbagi dalam dua hal yaitu ketersediaan dan harga. Apabila ketersediaan input dipasaran langka maka akan mempengaruhi produktivitas. Demikian pula dengan harga yang tinggi akan menentukan besar atau kecilnya biaya dan pendapatan dari usaha tani. Jumlah produksi (output) terdiri dari permintaan dan harga. Jika permintaan akan produksi tinggi makan harga ditingkat petani tinggi pula sehingga dengan biaya yang sama petani akan memperoleh pendapatan yang tinggi pula. Sebaliknya, jika petani telah berhasil meningkatkan produksi tetapi harga turun maka pendapatan petani akan turun pula. Oleh karena itu faktor produksi (input) dan jumlah produksi (output) akan berpengaruh terhadap biaya dan pendapatan usaha tani.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pendapatan sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu pertama faktor eksternal dan faktor internal serta yang kedua faktor manageman. Hal yang termasuk faktor internal adalah umur petani, pendidikan, pengalaman, jumlah tenaga kerja, luas lahan dan modal. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal berupa permintaan dan harga. Faktor managemen juga sangat menentukan dalam mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh pendapatan yang maksimal (Suratiyah, 2008).

2.2.3. Kelayakan Finansial

  Kelayakan dari suatu kegiatan usaha diperhitungkan atas dasar besarnya laba finansial yang diharapkan. Kegiatan usaha dikatakan layak jika memberikan keuntungan finansial, sebaliknya kegiatan usaha dikatakan tidak layak apabila kegiatan usaha tersebut tidak memberikan keuntungan finansial (Kasmir dan Jakfar, 2003).

  Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut yang bersifat individual artinya tidak perlu diperhatikan apakah efek atau dampak dalam perekonomian dalam lingkup yang lebih luas. Dalam analisis finansial, yang diperhatikan adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa yang menerima hasil proyek tersebut .

  Sebenarnya analisis ekonomi ini juga merupakan analisis finansial, hanya saja dalam melakukan perhitungan analisis ekonomi dan analisis finansial terjadi perbedaan. Dalam analisis ekonomi, variabel harga yang dipakai adalah harga bayangan (shadow price), sedangkan dalam analisis finansial, variable harga yang digunakan adalah data harga real yang terjadi di masyarakat ( Soekartawi, 1998)

  Analisis finansial didasarkan pada keadaan yang sebenarnya dengan menggunakan data harga yang sebenarnya ditemukan di lapangan (real price).

  Dengan mengetahui hasil analisis finansial, para pembuat keputusan dapat melihat apa yang terjadi pada proyek dalam keadaan apa adanya. Dengan mengetahui hasil analisis finansial, para pembuat keputusan juga dapat segera melakukan penyesuaian (adjustment), bilamana proyek tersebut dikerjakan meyimpang dari rencana semula.

  Ada 6 tujuan utama analisis finansial untuk proyek-proyek pertanian yaitu :

  1. Penilaian Pengaruh Finansial Tujuan yang paling penting dari analisis finansal adalah menilai pengaruh- pengaruh proyek terhadap para petani, perusahaan swasta dan umum, badan- badan pelaksanaan pemerintah dan pihak lain yang turut serta dalam proyek tersebut.

  2. Penilaian Penggunaan Sumberdaya Terbatas Jumlah Pengembalian (hasil) proyek dan pembayaran pinjaman-pinjaman yang meningkat pada perusahaan-perusahaan perseorangan merupakan indikator yang penting dari penggunaan sumberdaya secara efisien.

  3. Penilaian Insentif (Penarik) Pengamatan secara finansial sangat dibutuhkan dalam penilaian insentif pada para petani, manajer, pemilik (termasuk pemerintah) yang ikut dalam proyek.

  4. Ketetapan suatu Rencana Pembelanjaan Salah satu tujuan dasar analisis finansial adalah menghasilkan suatu rencana yang menggambarkan keadaan finansial dan sumber-sumber dana berbagai peserta proyek serta proyek itu sendiri.

  5. Koordinasi kontribusi Finansial Rencana Finansial mengikuti kordinasi dan kontribusi finansial dari berbagai peserta proyek. kordinasi tersebut dibuat pada dasar dari proyeksi seluruh finansial untuk proyek sebagai seluruh keseluruhan.

  6. Penyiapan Analisa Investasi Usahatani Analisis investasi usaha pertanian dimaksudkan untuk menentukan daya tarik suatu usulan investasi terhadap petani dan pihak lain termasuk masyarakat secara keseluruhan.

  Suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dassar persetujuan atau penolakan terhadap suatu proyek / usaha, telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan kriteria investasi. Kriteria investasi yang umum dikenal ada 6 yaitu :

  1. Net Present Value dari arus benefit dan biaya (NPV)

  2. Internal Rate of Return (IRR)

  3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

  4. Gross Benefit- Cost Ratio (Gross B/C)

  5. Profitability Ratio (PV/C) 6. Return on Investment (ROI).

  Setiap kriteria ini mempergunakan perhitungan nilai sekarang atas arus benefit dan biaya. Analisis Finansial yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan sebagai berikut:

  Dalam kelayakan investasi ini beberapa indikator finansial yang digunakan yaitu perhitungan terhadap NPV ( Net Present Value ) dan IRR (Internal Rate Of

  Return ).

  NPV ( Net Present Value )

  NPV adalah metode penilaian yang dapat menciptakan cash in flow dibandingkan dengan opportunity cost dari capital yang ditanamkan. Jika hasil perhitungan NPV > 0 maka dapat dikatakan bahwa kegiatan yang dilakukan menghasilkan

  cash in flow dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan opportunity cost-nya.

  IRR (Internal Rate Of Return )

  IRR adalah suatu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh net cash flow setelah dikalikan

  discount factor. Jika hasil IRR ternyata lebih besar dari bunga bank maka dapat

  dikatakan bahwa investasi yang dilakukan lebih menguntungkan jika dibandingkan modal yang dimiliki disimpan di bank (Rahim dan Diah, 2008).

  Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C Ratio )

  Dalam kaitannya dengan usaha, Benefit-Cost Ratio dapat dikatakan sebagai ratio perbandingan antara penerimaan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan dalam usaha. JIka ratio menunjukan hasil nol maka dapat dikatakan bahwa usaha tidak memberikan keuntungan finansial. Demikian juga jika ratio menunjukkan angka kurang dari 1 maka usaha yang dilakukan tidak memberikan keuntungan dari kegiatan yang dilaksanakan (Rahim dan Diah, 2008).

  Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C)

Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C) adalah perbandingan antara benefit kotor

  yang telah di-discount degan cost secara keseluruhan. Apabila Gross B/C > 1, proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya Gross B/C < 1, proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

  Return On Investment (ROI) Return On Investment (ROI) adalah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang

  dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

  Payback Period (PP) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup

  kembali suatu periode investasi dengan menggunakan “Proces” didapat dari penghasilan sesudah pajak ditambah dengan depresiasi. Demikian payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya.

2.4. Kerangka Pemikiran

  Peluang pengembangan usahatani jeruk nipis di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai memiliki potensi yang cukup baik.

  Besarnya permintaan masyarakat akan jeruk nipis sebagai kebutuhan sehari-hari masyarakat memberikan peluang yang sangat luas bagi petani jeruk nipis.

  Usahatani jeruk nipis ini sangat memiliki prospek mengingat setiap masakan pasti membutuhkan jeruk nipis guna untuk menghilangkan bau amis dari ikan, udang, cumi dan makanan seafood lainnya sebelum diolah. Selain itu di rumah makan nipis digunakan sebagai pengharum pencuci tangan .

  Jika melihat prospek usahatani jeruk nipis yang sangat baik perlu dilakukan penelitian tentang analisis finansial usahatani serta analisis pendapatan usahatani jeruk nipis. Dengan demikian kita dapat mengambil kesimpulan apakah usahatani jeruk nipis ini layak atau tidak layak untuk dijalankan. Hal tersebut dapat digambarkan dengan skematik seperti dibawah ini. Keterangan : : Menyatakan Pengaruh

  Gambar 1. Kerangka Pemikiran

  Dari identifikasi permasalahan yang ada dapat ditarik hipotesis sebagai berikut : 1.

  Usahatani jeruk nipis di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai Layak diusahakan berdasarkan kriteria analisis usahatani

  Usahatani Jeruk Nipis Pendapatan Usahatani Jeruk

  NIpis Biaya Usahatani Jeruk Nipis

  Analisis Usahatani

  Analisis Finansial

  NPV B/C

  IRR Layak

  Tidak Layak Layak

  Tidak Layak

2.5. Hipotesis Penelitian

2. Usahatani jeruk nipis di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis, Kabupaten

  Serdang Bedagai Layak diusahakan berdasarkan kriteria analisis finansial

Dokumen yang terkait

B. Data Balita - Hubungan Kinerja Kader Posyandu, Karakteristik dan Partisipasi Ibu dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah

0 0 24

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Kader Posyandu 2.1.1. Kader Posyandu - Hubungan Kinerja Kader Posyandu, Karakteristik dan Partisipasi Ibu dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah

0 2 30

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Kinerja Kader Posyandu, Karakteristik dan Partisipasi Ibu dengan Status Gizi Balita di Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maloklusi - Prevalensi Maloklusi Berdasarkan Relasi Skeletal pada Kasus Pencabutan dan Non-Pencabutan di Klinik PPDGS Ortodonti FKG USU

1 2 21

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Daya Terima Beras Analog Dari Tepung Ubi Kayu Sebagai Pangan Pokok Di Desa Tanjung Beringin Kecamatan Sumbul Kabupate Dairi Tahun 2014

0 0 7

Survei Pengaruh Budidaya Tanaman Kelapa Terhadap Persentase Serangan Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera;Scarabaeidae) di Kecamatan Hamparan Perak

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Tinjauan Yuridis Pembatalan Pernikahan Akibat Menggunakan Dokumen/Keterangan Palsu (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Medan No. 776/Pdt.G/2009/PA/Mdn)

0 2 29

Analisis Pengelolaan Usahatani Tebu dengan Sistem Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) di Desa Bulu Cina Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Pengelolaan Usahatani Tebu dengan Sistem Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) di Desa Bulu Cina Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Pengelolaan Usahatani Tebu dengan Sistem Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) di Desa Bulu Cina Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

0 0 10