BAB IV ANALISA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Memahami Kerukunan Hidup Beragama di Desa Sidomulyo Kutai Timur dari Perspektif Georg Simmel

BAB IV ANALISA

4.1. Dasar Kerukunan Hidup Beragama Di Desa Sidomulyo

  Warga masyarakat desa Sidomulyo yang berada di Kalimatan Timur kabupaten Kutai Timur tepatnya Kecamatan Kongbeng asal mulanya adalah warga transmigrasi. Mereka datang dari berbagai daerah yang ada di indonesia diantaranya pulau jawa, pulau Nusa Tengara Timur dan pulau Bali. Kehadiran mereka sebagai warga trasnmigrasi tentu tidak mudah untuk menerima dengan cepat model dan cara hidup yang berbeda dari asal, apalagi berkaiatan dengan keragaman suku budaya dan keyakinan.

  Kehadiran individu-individu dalam lingkungan masyarakat desa Sidomulyo berasal dari berbagai daerah memiliki tujuan untuk hidup layak dengan bertransmingrasi saat itu. Sebagaimana yang di sampaikan oleh informan nomor 5 berasal dari suku mori :

  “karena kami adalah perantau, jadi kalau kami dan keluarga saya bisa berhasil dan hidup bahagia, kami berusaha hidup tanpa ada masalah itulah pentingnya bagi saya untuk hidup rukun, baik suku, agama dan budaya ada di

  1 .

  lingkungan kami” Hal senada juga disampaikan oleh informan nomor 8 dari suku Jawa selain

  2

  bahagia merasa aman dan desa menjadi maju . Simmel mengatakan “masyarakat terdiri dari jaringan relasi-relasi antara orang, yang menjadikan mereka bersatu, terus

  1 Wawancara dengan informan no. 5, tokoh masyarakat ketua RT. 01, desa Sidomulyo 21 Oktober 2017, pukul 20:00 WITA.

  2 Wawancara dengan informan no. 8, tokoh masyarakat ketua adat paguyupan Jawa, Desa

  3

  . Kerukunan kehidupan beragama berprilaku yang disepakati dan ditunjang bersama” yang terjadi di sebagian warga masyarakat desa Sidomulyo didasarkan pada keinginan hidup rukun dan damai yang tidak mengutamakan suku, agama dan budayanya individu masing-masing.

4.1.1 Hidup Berlandaskan Ajaran Agama

  Agama menjadi kebutuhan yang mendasar bagi eksistensi manusia dalam

  4

  kehidupannya . Setiap agama mengajarkan untuk toleransi, seperti dalam Islam sebagaimana yang diungkapkan informan nomor 7 “Ajaran Islam mengajarkan kerukunan akan persamaan derajat, hak, dan kewajiban terhadap sesamanya, wajib selalu tenggang rasa serta tidak boleh semena-mena, dalam Al-

  Qur‟an surah Al Hujurat ayat 10, yang artinya: “sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah

  

saudara. Oleh karena itu, pereratlah simpul persaudaraan diantaramu, dan

  5 bertawakallah kepada Allah , mudah- . mudahan kamu mendapatkan rahmat”

  Ajaran Islam juga mengajarkan untuk saling membantu dan bertolongdalam kehidupan dengan diwujudkan melalui kegiatan gotong royong sebagaimana

  6

  disampaikan informan nomor 3. , Al-Quran Al-

  Maidah 5 : 2 ”Hendaklah kamu tolong

menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah saling membantu dalam

perbuatan dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya

Allah amat keras dalam hukuman-Nya,

   3 Veeger.. Realitas Sosial., 91-92.

  4 Sastrapratedja, ed., Manusia Multi Dimensional Sebuah Renungan Filsafat (Jakarta : Gramedia 1983)., 38.

  5 Wawancara dengan informan no. 7, Imam Langgar RT 02, Desa Sidomulyo, 27 Oktober 2017, pukul 18:00 WITA.

  6 Wawancara dengan informan no. 3, Mudin (orang yang sering membacakan Doa diacara

  Agama Kristen mengajarkan untuk supaya tercipta kerukunan baik sesama maupun antar umat beragama, informan 5 menjelaskan “kalau menurut agama saya, orang Kristen, itu sudah tertulis dalam injil Yohanes 15:17 kita diperintahkan untuk mengasihi semua orang tanpa membedakan, dan hidup kasih mengasihi sesama

  7

  manusia . Dilanjutkan dengan informan nomor 8 mengatakan orang Kristen harus menghormati dan mengasihi sesama manusia seperti dirimu sendiri, serta

  8 sebagaimana yang diceritakan didalam Alkitab tentang orang samaria yang baik hati .

  Dalam kehidupan orang Kristen juga ada tuntunan untuk hidup rukun dan damai, seperti yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Menurut kitab Injil Matius 5:9 mengatakan

  “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak- anak Allah”. Orang Kristen disebut anak-anak Allah (Yohanes1:12).

  Anak-anak Allah tentunya tidak menciptakan kerusuhan melainkan kerukunan dan kedamaian. Memahami urgensi kerukunan, semua pihak merasa terlibat dan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kerukunan ini. Seorang yang Kristen dan sudah menerima kasih Allah haruslah juga mau mengemban tugas sebagai orang percaya untuk menyatakan kasih Allah hidup dengan damai.

  Ajaran Agama Hindu mengajarkan bahwa manusia harus rukun, tolong menolong dalam kesatuan itu wajib. Sebagaimana informan nomor 4 :

  Dalam ajaran kami seperti yang saya sebutkan tadi tercetus dalam kitab

sutasoma (Mpu Tantular) yang berbunyi Tan Hana Dharma Mangrwa artinya

  katanya adalah Tan (tidak) Hana (ada) Dharma (kewajiban, aturan dan kebenaran), dan Mangrwa (mendua). Maknanya tidak ada kewajiban, aturan. Kebenaran yang mendua

  7 Wawancara dengan informan no. 8, tokoh masyarakat ketua adat paguyupan Jawa, Desa Sidomulyo, 23 Oktober 2017, pukul 16:00 WITA.

  8 Wawancara dengan Informan no. 3, Mudin (orang yang sering membacakan doa diacara

  

Namun singkatnya berbeda beda tetapi tetap satu, ya seperti semboyan kita Bhinneka Tunggal

Ika biarpun kita berbeda agama, berbeda-beda keyakinan tetapi kita tetap satu dilingkungan

9 kita .

  Kerukunan harus dilakukan oleh umat Hindu seperti tertulis di Kitab Regveda

  pasal 3 : 9 mengatakan bebas dari kebencian aku bawa padamu kerukunan dan kebulatan suara. Kasihi satu sama lain, seperti Sapi mencintai anaknya yang baru

  10 lahir .

  Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran.

  Bila pemaknaannya tersebut dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh semua masyarakat khusus bangsa

11 Indonesia . Seperti yang dikatakan oleh Jhon Titaley dala

  m bukunya “ Keragaman ada kerukunan dengan contoh setiap individu diperlakukan menjadi sederajat

  12

  (egually) dan manusiawi (humanly). . Kerukunan tidak sekedar pencapaian suasana batin yang toleransi tetapi juga harus diaplikasikan dalam bentuk kerjasama hidup

  13

  bermasyarakat . Hal ini juga disampaikan oleh beberapa informan bersedia gotong royong pada saat ada kegiatan agama, seperti acara tasmia atau selamatan karena ingin membuktikan kerukunan umat beragama dan yang berbeda suku mampu kerja

  14 sama photo bisa dilihat dalam lampiran.

  9 Wawancara dengan informan no. 4, Kepala Desa dan sebagai mangku keluarga Hindu RT 05, Desa Sidomulyo, 20 Oktober 2017, pukul 10:00 WITA.

  10 Wawancara dengan informan no. 2, Ketut Jana, KKP mangku keluarga Hindu RT 11, Desa Sidomulyo, 20 Oktober 2017, pukul 11:00 WITA.

  11 Taher Tarmizi, Berislam Secara Moderat. (Jakarta: Grafindo 2007)., 118

  12 Jhon A.Titaley. Riligiositas di Alenia Tiga,(Salatiga: SatyaWacana University Press.2013).,153

  13 Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama, (Jakarta, Puslitbang, 2005).,7-8.

  14 Wawancara dengan informan no. 08, tokoh masyarakat ketua adat paguyupan Jawa, Desa

  Dalam pasal 1 angka (1) peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam negeri No. 9 dan 8 Tahun 2006 dipertegas tentang Pedoman Pelaksanaan tugas Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadat dinyatakan bahwa: Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4.1.2. Pluralitas

  Pluralitas adalah kemajemukan yang didasari oleh keutamaan (keunikan) dan kekhasan. Karena itu pluralitas tidak dapat terwujud atau diadakan atau terbayangkan keberadaannya kecuali sebagai antitesis dan sebagai objek komparatif dari

  15

  keseragaman dan kesatuan yang merangkum seluruh dimensinya Kemajemukan yang memegang nilai-nilai toleransi dan pengakuan kesamaan substansi agama tidak berarti bahwa semua agama dipandang sama. Sikap toleran dan pengakuan itu hanyalah suatu upaya pencarian (titik temu) semua ajaran agama. Perbedaan agama tidak menjadi penghalang untuk saling menghargai dan menghormati. Bahkan sejatinya antarnpemeluk agama itu mampu membangun kerjasama yang sinergis dalam mewujudkan nilai-nilai kebajikan sosial.

  Pluralisme merupakan suatu gagasan yang mengakui kemajemukan realitas. Ia mendorong setiap orang untuk menyadari dan mengenal keberagaman di segala bidang kehidupan, seperti agama, sosial, budaya, sistem politik, etnisitas, tradisi lokal, dan sebagainya. itu tidak sekadar mengakui pluralitas keragaman dan perbedaan akan tetapi gerakan yang aktif merangkai keragaman tersebut untuk tujuan-tujuan sosial yang luhur yaitu untuk kebersamaan dan peradaban.

  Pada dasarnya pluralisme memberikan seseorang untuk meyakini bahwa ajaran agamanya adalah yang paling mulia, namun keyakinannya itu tidak harus membuatnya arogan dan merendahkan agama lain. Dengan kata lain, dalam sisi yang lebih substantif, pluralis mendorong untuk membuka diri terhadap dialog dan saling menukar informasi tentang kebajikan dan anti terhadap permusuhan.

4.2. Teori Georg Simmel kerukunan Hidup dalam Masyarakat

  Konsep Wechselwirkung menjadi alat analisi dalam menganaliasa pada Bab

  16 IV, konsep Wechselwirkung ini menjadi kerangka acuan konseptual Georg Simmel

  Konsep yang menuntun dua pasangan konseptual, „bentuk‟ dan „muatan‟, serta „bertindak‟ (Tun) dan „menderita” (Leiden), konsep yang terakhir mengacu dan

  

menerima berbagai akibat yang berasal dari rentetan interaksi sebelumnya. Bagian-

bagian konstituen dari tiap-tiap pasangan saling mengondisikan secara timbal-balik.

  Bentuk hanya dapat menjadi makhluk sosial bila individu berjuang keras mewujudkan keinginan, kebutuhan, kepentingan, atau hasratnya (muatan primer); dan sebaliknya, muatan hanya dapat terwujud melalui dan di dalam bentuk sosial.

  Mengenai pasangan konseptual kedua, „bertindak‟ adalah prasyarat yang penting untuk „menerima‟ akibat interaksi; dan sebaliknya, „menerima‟ akan mendorong cara baru dalam „bertindak‟ selanjutnya. Namun, ada makanisme

  16 Ritzer George dan Barry Smart Handbook Teori sosiologi., 132-133, dia mengutip : dari

Neldelmann georg Simmel (1858-1918) dalam Dkaesler (peny.)Klassiker der sozologie transformatif penting yang menghubungkan kedua pasangan konseptual itu, yaitu,

  17

  pengalaman . Para aktor mengevaluasi akibat yang mereka terima dengan sisi batin dari individualitas mereka. Hasilnya terbentuk pengalaman yang jenisnya berbeda- beda, yang pada akhirnya mengubah bentuk „muatan primer‟ menjadi „muatan sekunder‟, yaitu, menjadi kepentingan kebutuhan, keinginan, atau hasrat yang

  

terbentuk secara sosial . Sekali lagi muatan sekunder dapat menimbulkan tindakan

yang mengubah bentuk sosial lama atau menciptakan bentuk sosial baru.

  Kerukunan Hidup beragama yang di perlihatkan sebagian masyarakat desa Sidomulyo sebagaimana yang telah di konsepkan oleh Georg Simmel itu benar saya setuju dengan teori konsep wechselwirhkung. Karena warga masyarakat yang di lima RT khususnya yang datang dari berbagai suku dan agama sebagai masyarakat di desa Sidomulyo. Mereka datang dengan nilai sosial individu dan menjadi muatan Primer.

  Sebagai muatan Primer mereka bertindak dengan nilai sosial indivulisme nya misalnya berkaitan ajaran-ajaran agama dan suku seperti yang disampaikan informan wawancara satu sampai delapan. Sebagai muatan Primer mampu mengatualisasikan Nilai-nilai yang meraka seharusnya mereka lakukan, tetapi tidak bisa dilakukan karena nilai itu hanya dimiliki individu itu sendiri yang melaksanakan dan dikerjakan

  Ketidakmampuan melaksanakan dan mengerjakan ini kemudian masuk dalam tehapan yang disebut pengalaman. menyebabkan individu itu menderita, dan bertindak sehingga terjadilah interaksi yang memerlukan individu yang memiliki

  18 elemen-elemen dikontruksikan oleh pikiran pengamatan menjadi satu kesatuan .

  Kondisi yang seperti itu mengharuskan individu menerima, itu berarti mereka harus berinteraksi dengan individu-individu untuk berusaha bertindak dengan

17 Ritzer George dan Barry Smart.,133

  kesepatan kesepatan atau nilai-nilai sosial barau yang mereka terapkan dalam statusosial masyarakat. Selanjutanya juga kondisi individu menerima juga mampu mendorong untuk cara baru yang mentransformatif tindakan untuk dapat dilakukan dalam suatu interaksi mengkondisikankan secara timbal balik saling menerima.

  Bentuk sosial proses interaksi itu akan berkalaku jika bentuk sosial yang baru itu dihidupi dengan adanya tujuan yang sama, seperti hidup rukun yang dikehendaki, seperti yang disamapaikan oleh informan satu samapai delapan. Menghendahki hidup rukun dalam perbedaan agama tidak mengalangi mendapat kesejahteran bersama dalam satu desa. Hal itu akan terjadi jika mereka tetap memperjuangkan, sebagai keinginan bersama, tujuan bersama, kepentingan bersama, atau hasrat bersama. Contohnya orang Jawa yang datang dari Lumajang mengatakan waktu senja sekitar jam enam sore anak-anak mereka tidak boleh bermain diluar, tetapi ada anak- anak lain yang bisa bermain sampai lewat senja, hal ini menjadi penderitaan bagi anak itu karena teman yang dari suku bukan Jawa bisa bermain sampai waktu senja. Lalu anak itu menerimanya karena orang tuanya bicara padanya, inilah proses interaksi terjadi, tentu dalam proses itu sekarang anak-anak tidak lagi dibatasi karena hanya batas nilai individu primer suku Jawa khususnya dari Lumajang yang ada di desa Sidomulyo. Interaksi sosial yang ada akibat dari nilai individume yang primer bisa dipengaruhi oleh nilai individu sekunder atau bisa jadi terbentuk interaksi sosial yang baru.

Dokumen yang terkait

Bab 3 Ritual Interaksi di Desa Muara Langon - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Interaksi Antarpemeluk Agama dalam Upacara Keagamaan dan Kemasyarakatan Kajian Kritis dari Teori Erving Goffman di Desa Muara Langon Kabupaten Pase

0 0 30

Bab 4 Kajian Pemikirian Erving Goffman Terhadap Interaksi Antarpemeluk Agama di Desa Muara Langon Sesuai Unsur-Unsur Interaksi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Interaksi Antarpemeluk Agama dalam Upacara Keagamaan dan Kemasya

0 1 11

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 22

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI JARING-JARING KUBUS DAN BALOK MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IV SD N 5 PUYOH

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Dukungan Sosial dan Kemandirian Lansia di Panti Wreda

1 1 36

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 24

BAB I LATAR BELAKANG - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Memahami Kerukunan Hidup Beragama di Desa Sidomulyo Kutai Timur dari Perspektif Georg Simmel

0 1 8

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 27

BAB II LANDASAN TEORITIS - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Memahami Kerukunan Hidup Beragama di Desa Sidomulyo Kutai Timur dari Perspektif Georg Simmel

0 0 23

BAB III - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Memahami Kerukunan Hidup Beragama di Desa Sidomulyo Kutai Timur dari Perspektif Georg Simmel

0 0 10