INOVASI PRODUK AGROINDUSTRI DARI PERSPEKTIF ANALISIS FUNGSIONAL CONTOH KASUS: TELUR ASIN ANEKA RASA

INOVASI PRODUK AGROINDUSTRI DARI PERSPEKTIF
ANALISIS FUNGSIONAL CONTOH KASUS: TELUR ASIN ANEKA
RASA
Zulfiandri1), M. Syamsul Maarif2) Yandra Arkeman2)
Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul
2)
Departemen TIP, Fateta IPB
Alamat email : [email protected]

1)

ABSTRACT
Agroindustry is important industry which necessary for economics of Indonesia.
Many local products from agroindustry was developed by people initially as an
alternative for survival on. One of the product of local agroindustryknown long time
which is developed by people are salty egg. Egg from duck is salted. Salty egg is one of
the example how a product of agroindustry developed by entrepreneur of people and
small scale business. By using functional analysis, which develop product pursuant to
intrinsic function value of itself. Salty egg as one of the product of agroindustri can be
accepted by wider market that is conducted by product innovation. As examplesare
multivarious salty egg variant taste.

Keywords : agroindustry, innovation, functional analysis, salty egg

1. PENDAHULUAN
Agroindustri
adalah
suatu
perusahaan yang memproses bahan tanaman
atau hewani. Pengolahan melibatkan
transformasi melalui perubahan fisik atau
kimia, penyimpanan,
pengemasan, dan
distribusi. Sifat pengolahan dan derajat
transformasi dapat sangat bervariasi, mulai
dari grading, pembersihan, pengkemasan,
pengolahan, pencampuran, dan perubahan
kimia yang membuat makanan ringan
bertekstur sayuran. Agro industri secara
umum dapat dikategorikan menurut tingkat
perubahan bahan baku.Secara umum, modal
investasi, kompleksitas teknologi, dan

persyaratan manajerial meningkatkan nilai
transformasi (Austin, 1982). Definisi ini
kemudian diperbaiki menjadi lebih tajam
oleh Sukardi (2011), bahwa agroindustri
adalah industri yang melakukan proses
konversi bahan baku yang komponen
utamanya berasal dari bahan pertanian dan
hewan.
Telur asin merupakan salah satu
prduk agroindustri. Dari bahan baku telur
mentah, yang berasal dari heawan, dikonversi
dengan tambahan kimia-garam- menjadi telur
asin. Telur asin adalah istilah umum untuk
Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)

masakan berbahan dasar telur yang
diawetkan dengan cara diasinkan (diberikan
garam berlebih untuk menonaktifkan enzim
perombak). Kebanyakan telur yang diasinkan
adalah telur itik, meski tidak menutup

kemungkinan untuk telur-telur yang lain.
Telur asin baik dikonsumsi dalam waktu satu
bulan (30 hari).
Panganan ini bersifat praktis dan dapat
dipadukan dengan berbagai masakan
misalnya nasi jamblang, dan nasi lengko,
bahkan dapat pula dimakan tanpa nasi.
Nelayan yang melaut atau orang yang
bepergian untuk waktu lama biasa membawa
telur asin untuk bekal.
Di Jawa Tengah, daerah Brebes
dikenal sebagai penghasil utama telur asin.
Industri telur asin di Brebes cukup meluas
hingga tersedia berbagai pilihan kualitas telur
asin. Masing-masing produsen memiliki cap
sendiri-sendiri yang biasanya dapat dilihat
pada kulit telur. Walaupun selera orang
berbeda-beda, telur asin yang dinilai
berkualitas tinggi memiliki ciri-ciri bagian
kuning telur berwarna jingga terang hingga

kemerahan, "kering" (jika digigit tidak
mengeluarkan cairan), tidak menimbulkan
bau amis, dan rasa asin tidak menyengat.

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

78

Telur Asin Aneka Rasa
Lazimnya telur asin berwarna biru.
Tapi, telur asin yang satu ini berwana
cokelat, mirip buah sawo. Inovasi di bidang
pertanian ternyata begitu luas. Siapa sangka,
telur bebek yang berwarna biru bisa disulap
sedemikian rupa sehingga bisa menjadi telur
asin aneka rasa. Tidak sekedar rasa asin
seperti biasanya.
Adalah Sri Mulyati, inovator telur
asin aneka rasa. Di kota Balikbapan, produk
ini menjadi ikon oleh-oleh yang begitu dicari.

Sri menciptakan rasa baru telur asin, yaitu
rasa pindang.
Tak
sia-sia,
inovasi
ini
mendapatkan penghargaan meraih grand
award dalam Citra Produk Berdaya Saing,
Kementrian Pertanian, tahun 2012. Menteri
Pertanian Suswono mengapresiasi karyakarya pertanian yang inovatif. Ia mengatakan
acara ini merupakan pertama kali dilakukan
untuk meningkatkan nilai tambah. Ia
mengatakan ajang ini sebagai motivasi untuk
meningkatkan daya saing produk pertanian
untuk pembangunan sektor pertanian. Di
tengah penduduk yang terus bertambah dan
lahan yang terus berkurang, pelaku usaha dan
masyarakat dituntut berinovasi menghasilkan
produk yang berkualitas. Pemerintah, harus
selalu meningkatkan daya saing produk agar

inovasi yang dibuat bisa memenuhi selera
pasar (Republika On-line, 2012)
2. LANDASAN TEORI
Pengertian Inovasi
Inovasia dalah kegiatan penelitian,
pengembangan, dan/atau perekayasaan yang
bertujuan mengembangkan penerapan praktis
nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang
baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke
dalam produk atau proses produksi (UU No.
18 tahun 2002).
Menurut Porter (1998) innovation
adalah proses dan hasil penciptaan sesuatu
yang baru, yang bernilai. Innovasi mencakup
keseluruhan proses dari identifikasi, ide atau
penemuan sampai pengembangan, prototipe,
produksi dan pemasaran atau penjulan,

Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)


dimana dibutuhkan kewirausahaan untuk
menggerakkan
komersialisasi.
Inovasi
dimaksudkan untuk komersialisasi. Prosess
inovasi tidak dapat dipisahkan dari strategi
perusahaan dalam konteks persaingan. Secara
tradisional fokus diberikan pada proses atau
produk baru, tapi akhir-akhir ini fokus utama
pada model bisnis, bagaimana cara
perusahaan mengirimkan nilai dan menjaga
keuntungan.
Menurut pendapat Sukardi (2009),
dalam hal penelitian ilmiah, ada tiga tipe
kebaruan atau inovasi yang dapat
ditunjukkan, yaitu (1) kebaruan yang
merupakan hasil penelitian yang baru dan
belum ada peneliti lain yang mengerjakannya
atau mempublikasikan hasil penelitian yang

dikerjakan tersebut, (2) kebaruan yang
merupakan improvisasi atau penguatan
terhadap kelemahan-kelemahan yang ada
pada hasil penelitian sebelumnya, (3)
kebaruan yang merupakan sanggahan
terhadap hasil penelitian sebelumnya. Ketiga
jenis atau tipe kebaruan tersebut memiliki
karakteristik tersendiri yang pada dasarnya
tetap mengakar pada fenomena atau
persoalan yang ingin dicari jawaban atau
solusinya.
Analisis Fungsional pada Inovasi Produk
Sebuah
proses
pengembangan
produk
(product development process)
merupakan seluruh rangkaian kegiatan yang
di perlukan untuk membawa konsep baru
kepada pasar dimana produk tersebut siap di

gunakan. Rangkaian ini termasuk segala
sesuatu dari inspirasi awal visi produk baru,
aktiivitas analisis bisnis, usaha pemasaran,
aktifitas
disain
rekayasa
teknik,
pengembangan perencanaan manufaktur dan
validasi dari disain produk untuk konfirmasi
perencanaan. Proses desain (design process)
adalah rangkaian aktivitas teknis dalam
proses pengembangan produk untuk bertemu
dengan
visi pemasaran dan bisnis.
Rangkaian aktivitas adalah menyamakan
persepsi visi kedalam spesifikasi teknis ,
pengembangan konsep baru. Tabel 1. di
bawah ini menjelaskan bagaimana inovasi
sebuah produk terjadi.


Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

79

Tabel 1. Defini proses inovasi
Definisi Inovasi Produk
Input bagi inovasi produk
- Produsen saja
Informasi dari produsen
- Produsen dan pengguna
Informasi dari pengguna
Prototipe atau cetak biru dari pengguna
Definisi Inovasi Proses
Input bagi inovasi proses
- Pengguna membeli suatu proses yang dapat
menhasilkan inovasi dari produsen
- Pengguna memakai produk untuk
menciptakan inovasi proses in-house
- Pengguna memodifikasi produk dan
menggunakannya untuk menciptakan

inovasi proses inhouse
- Pengguna mengembangkan suatu
proses yang dapat menghasilkan inovasi
dan menggunakannya untuk
menciptkan inovasi proses inhouse.
Sumber : (Gault, 2010)
Integrasi sistem desain untuk inovasi
produk harus di kembangkan kerangka kerja
terpadu (framework unified) dan panduan
paradigm untuk menghindari kesulitan dalam
pengembangan sistem, seperti metoda yang
di gunakan. Ini penting dilakukan dalam pada
konsep inovasi terbuka, di mana proses
inovasi melibatkan kolaborasi eksternal
antara pengguna dan produser untuk
keberhasilan
pengembangan
ekosistem
inovasi (service ecosystems). Aspek utama
inovasi terbuka-ekosistem (open innovationservice ecosystems) adalah adanya central
platform yang membawa semua pelaku
bersama-sama
berkontribusi
dalam
pengembangan produk baru atau modifikasi
dari yang sudah ada. Ontologi di perlukan
untuk memetakan bagaimana proses disain
dapat berjalan (Kristin dan Otto, 2001).
Lebih jauh lagi menurut Kristin dan
Otto (2001), pekerjaan pertama yang
dilakukan perekayasa dalam perancangan
produk inovasi adalah memperhatikan aspek
fungsional sebuah komponen-bagian dari
keseluruhan sistem yang bekerja. FAST
diagram ( Function analysis system technic)

Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)

Tipe Inovasi
Inovasi produsen (produk)
Inovasi produk user-driven
Inovasi pengguna (produk)
Tipe inovasi

Inovasi proses producer-driven
Inovasi pengguna (proses): pemodifikasi

Inovasi pengguna (proses): pengembang

dan Octopus diagram merupakan metoda
untuk menganalisa koneksi komponen –
bagaimana mengimplementasi persyaratan
fungsi dengan faktor-faktor lingkungan.
Tahapan dapat di lihat pada gambar di bawah
ini.
Diagram di bawah menjelaskan
bagaimana inovasi produk di lakukan dengan
terlebih dahulu memetakan kebutuhan
konsumen dari tahap awal pengembangan
produk. Functional need analysis dan
technical
functional
analysis
akan
menerjemahkan
kebutuhan
konsumen
tersebut ke dalam aspek teknis melalui
tahapan-tahapan product desain. Hal ini di
lakukan berkaitan dengan sinkronisasi
keinginan konsumen dengan kemampuan
rekayasa (biaya produksi, pilihan material,
alat-mesin produksi),
mekanisme kerjafungsionality-clearance antar komponen.
Penggunaan
virtual
prototype
akan
memudahkan perekayasa dalam menganalisis
aspek
desain
dan
efisiensi
biaya
pengembangan produk serta perbaikan
desain.

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

80

Kebutuhan Pelanggan

1. Analisis Kebutuhan

Kebutuhan
karakterisasi

2. Functional Need Analisys

Diagram Cumi-Cumi

Kebutuhan fungsional
Kebutuhan batasan

3. Technical Functional Analisys

Diagram FAST

Solusi konstruktif

Gambar 1. Proses analisis fungsional
Fokus prinsip dari fase disain
rekayasa adalah pada disain sistem
komponen. Definisi fungsional harus di
tetapkan dari awal fase pengembangan
produk. Tujuan utama analisa fungsional
dan tahapan disain adalah mendefinisikan
interaksi setiap komponen satu sama lainnya
dan dengan lingkungan system seperti
independensi setiap komponen, akuisisi
presisi, integrasi, perawatan dan upgrading.
Modular sistem merupakan salah satu teknik
melakukan analisis fungsional dan tahapan
disain dari tahapan pengembangan produk
dengan cara menetapkan definisi batasan
antara
komponen-komponen
dan
meminimalkan interaksi. Hal ini penting
untuk memastikan:
1. Setiap komponen dapat di spesifikasi, di
kembangkan, didisain, di manufaktur,
dan di tes dalam unit
2. Ketika di rakit dengan komponenkomponen lainnya, komponen tersebut
akan menampilkan fungsi dengan benar
dan tanpa pengaturan yang rumit.
3. Kegagalan komponen dan diganti
langsung dengan komponen sejenis

Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)

4. Sebuah komponen dapat di upgrade
secara internal tanpa mempengaruhi
disain komponen lainnya
Proses Pembuatan Telur Asin Aneka Rasa
Untuk meracik telur asin aneka rasa,
hal pertama yang harus dilakukan adalah
memilih telur yang berkualitas. Selama ini,
jenis telur yang banyak digunakan dalam
usaha telur asin adalah telur itik. Hal ini
dikarenakan, telur itik memiliki kandungan
nutrisi yang lengkap dan cenderung mudah
rusak. Untuk memilih telur itik yang masih
baik, langkahnya cukup mudah. Masukkan
telur itik ke dalam wadah berisi air.
Perhatikan, apabila telur tenggelam maka hal
tersebut berarti telur layak untuk diolah.
Langkah selanjutnya adalah dengan
mempersiapkan bahan. Adapun bahan-bahan
yang digunakan adalah abu gosok atau bubuk
bata merah, bubuk garam atau garam kasar,
wadah untuk membuat adonan, wadah untuk
menyimpan telur serta penambah rasa pada
telur tergantung varian apa yang hendak
Anda buat. Setelah bahan-bahan siap,
selanjutnya yang Anda lakukan adalah
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

81

membuat adonan garam. Langkah pertama
adalah campurkan bahan-bahan abu gosok
atau bubuk bata merah dalam wadah bersama
bubuk garam serta campuran bahan
penambah rasa, misalnya jahe. Untuk
membuatnya
kental,
tambahkan
air
secukupnya. Setelah dihasilan kekentalan
yang pas, balurkanlah adonan tersebut pada
telur yang telah dibersihkan sebelumnya.
Setelah itu simpanlah dalam wadah
penyimpanan yang telah disediakan selama
tujuh hari hingga sepuluh hari, tergantung
kadar asin yang Anda inginkan.Selain
membaluri telur dengan adonan garam tadi,
cara membuat telur asin aneka rasa juga bisa
dengan metode perendaman telur bersama

adonan garam tadi. Caranya, susun telur itik
yang telah dibersihkan dalam wadah dengan
hati-hati. Setelah itu tuang semua adonan ke
dalam wadah tersebut. Pastikan semua telur
tertutupi adonan dengan sempurna. Masa
perendaman sama dengan masa pembaluran,
tujuh hingga sepuluh hari tergantung pada
selera.
Secara umum, cara membuat telur
asin aneka rasa cukup mudah. Prosesnya
sama persis dengan pembuatan telur asin rasa
original. Perbedannya hanya pada tambahan
bahan sumber rasa seperti jahe, cabe, jeruk,
bawang putih dan lain-lain. Bahan ini ikut
dicampurkan pada adonan pemberi rasa.

Telur disortir

rebus selama 816 jam dengan
rempah-rempah

oven selama 30
menitn

diamplas dan
dicuci

bersihkan

dikemas

bungkus dengan
adonan

keringkan dan
simpan 1 minggu

telur asin
pindang

Gambar1. Diagram Alir proses pembuatan telur asin aneka rasa
3. ANALISIS
Inovasi yang dilakukanoleh Telur
Asin Jaya Rasa pada awalnya termasuk ke
dalam inovasi akar rumput. Inovasi Akar
Rumput atau Grass Root Inovation (GRIM)
merupakan penemuan yang dihasilkan oleh
masyarakat luas secara individual ataupun
berkelompok, bahkan juga mungkin secara
komunal, dan sifatnya asli, spontan serta
tidak tergantung pada perencanaan formal
dalam kegiatan yang diorganisasikan. GRIM
merupakan suatu cara untuk bertahan hidup,
merupakan suatu pengetahuan dan kearifan
tradisional.
Banyak
penemuanpenemuan yang dilakukan oleh masyarakat
akar rumput, pada awalnya dianggap biasa
saja. Kemudian ketika kearifan lokal ini
menjadi sebuah kegiatan industrialisasi maka
GRIM bukan lagi dianggap suatu yang kecil.
Bahkan menjadi besar dan industri.
Misalnya,
ketika
mesin
uap
ditemukan oleh James Wattt, pada awalnya
penemuannya dianggap sebagai suatu ciptaan
Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)

yang biasa saja atau tidak berguna. Namun
ketika James Watt mendemonstrasikan
fungsi ciptaannya tersebut untuk kepentingan
hidup manusia, barulah banyak orang yang
terkagum kagum dan menghargai ciptaanya
sebagai suatu karya besar. Hal ini
dikarenakan pada saat teknologi tersebut
ditemukan masyarakat masih mengandalkan
kekuatan fisik untuk mengerjakan pekerjaan
sehari hari. Setelah mesin uap mengalami
perkembangan yang sangat pesat kemudian
teknologi ini mulai digunakan dalam
berbagai kegiatan.
Bagi masyarakat akar rumput,
inovasi merupakan keharusan. Dengan
membuat inovasi masyarakat akar rumput
melakukan efisiensi dan program ramah
lingkungan. Efisiensi artinya pengurangan
biaya terutama biaya energi yang sering tidak
terjangkau baik biaya maupun infrastruktur
oleh masyarakat akar rumput.
Di kalangan masyarakat Indonesia
kearifan lokal (GRIM) telah lama diterapkan.
Pertanian organik misalnya, merupakan hal
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

82

Ada lima generasi model inovasi
teknologi. Generasi pertama merupakan
model inovasi yang fokus kepada produk.
Bagian riset dan pengembangan melakukan
riset
kemudian
memproduksi
dan
memasarkannya. Generasi kedua, merupakan
inovasi yang fokus kepada pasar. Kebutuhan
pasar direspon oleh bagian pemasaran untuk
disampaikan bagian riset dan pengembangan
untuk diproduksi dan dijual. Generasi ketiga,
fokus kepada riset yang langsung merespon
pengembangan produk dari berbagai aspek
permintaan dan aspek suplai. Generasi
keempat merupakan pengembangan dari
generasi kedua, dimana konsep pasar dan
pengembangan produk menjadi sinergi
dengan manufaktur dan industri komponen
pendukungnya. Sedangkan generasi kelima,
menghubngkan antara seluruh stakeholder
inovasi dan fokus pada jejaring inovasi.

yang lumrah dilakukan oleh nenek moyang
kita. Ketika program swasembada beras
dicanangkan pada era tahun 70-an, secara
besar-besaran, barulah kearifan lokal (GRIM)
pertanian organik hilang karena kepentingan
produktivitas. Pada masa sekarang ini
pertanian organik menjadi sebuah trend
dalam dunia pertanian.
Berbagai
faktor
lain
juga
bermunculan dalam mempengaruhi proses
perkembangan dan inovasi teknologi.
Semakin tingginya tingkat penggunaan
teknologi
menyebabkan
perlunya
peningkatan pada faktor keamanan, efisiensi
energi, kinerja, kehandalan dan ramah
lingkungan menjadi fokus perhatian dalam
pengembangan GRIM di masyarakat.
Ketika Telur Asin Jaya Rasa mulai
membesarkan skala usahanya, mereka tidak
lagi termasuk ke dalam GRIM. Ketika telur
asin mereka diterima oleh pasar, maka
mereka sudah harus mengikuti rezim pasar,
dimana produk tersebut harus mengikuti
persaingan dalam industri seperti ditunjukkan
oleh lima gaya Porter (Porter, 1998). Telur
asin aneka rasa harus dapat bersaing dengan
hambatan, posisi tawar pembeli, posisi tawar
pemasok dan adanya substitusi produk yang
lain.

Inovasi yang dilakukan oleh telur
asin Jaya Rasa, membuat perubahan pada
aneka rasa dapat dipandang sebagai sebuah
inovasi generasi kedua, permintaan pasar.
Penjualan produk telur harus mulai
mengikuti permintaan dan selera konsumen.
Pemilik perusahaan perlu mengadakan riset
untuk mengembangkan rasa telur ini.

Inovasi Teknologi Kunci Pengembangan
Agroindustri

Generasi kedua (pertengahan 60 an -70 an): Tarikan dari permintaan

Market Needs

Marketing
Dept.

Setelah melalui serangkaian perjalanan Telur
Asin Jaya Rasa yang awalnya hanya
mengolah 500 butir telur perbulan, saat ini
Tabel 2. Aspek keuangan dan kinerja bisnis
Aspek
2009
Keuangan/tahun
(Rp./tahun)
Omset
180.000.000
Keuntungan
60.000.000
Equity/Modal
30.000.000
Sendiri
Sumber : Ditjen PPHP, Kementan RI

Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)

R&D

Manufacturing

Sales

telah mengolah 95.000 butir telur menjadi
telur asin aneka rasa.

2010
(Rp./tahun)
250.000.000
75.000.000
45.000.000

2011
(Rp./tahun)
360.000.000
110.000.000
75.000.000

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

83

Dari data penjualan selama tiga tahun di atas
terlihat bahwa pertumbuhan telur asin aneka
rasa terus meningkat. Sesuai dengan siklus
hidup produk (product life cycle), telur asin
ini sedang berada pada level growth
(pertumbuhan). Pada tingkatan ini produk
tumbuh dengan cepat di pasar, mendekati
kepada kematangan. Pada sisi ini pemilik
perusahaan
harus
mulai
memikirkan
pengembangan produk mereka. Yang sudah
terlihat adanya pengembangan nugget telur
asin dari telur asin yang tidak terserap oleh
pasar.

Para
pelaku
Agroindustri
di
Indonesia yang secara umum hanya bertindak
sebagai ‘penjual’ dan dengan alasan daya
beli masyarakat yang ‘kurang’ produkproduk yang diperdagangkan seringkali tidak
jelas standar mutunya sehingga konsumen
Indonesia sering dihadapkan pada posisi
‘tidak ada pilihan’. Sebagian pelaku
berorientasi pada ‘Harga’ dan bukan pada
Nilai (Value for Money). Penerapan strategy
‘Pricing Oriented’ yang salah turut berperan
dalam pelemahan spirit produsen/petani
dalam menghasilkan produk berkualitas.

Analisis Persaingan Produk Agroindustri

Gambar 2.Lima Gaya Porter
Kondisi pasar global yang dihadapi
oleh suatu industri sering merupakan faktor
penting pada pilihan yang dilakukan oleh
perusahaan dan untuk kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dan
menemukancapaian diharapkan. Identifikasi
relevan kondisi pasar global memerlukan
suatu analisa dari:
• Kondisi pasokan dan permintaan
yang menentukan pasar
• Lingkungan pasar secara
keseluruhan. Faktor-faktor
lingkungan sering diidentifikan
dengan metodologi PEST. PEST
merupakan singkatan dari Politik,
Ekonomi, Sosiokultural, dan
Teknologis.
Sebagai ilustrasi untuk melihat
tingkat persaingan antara produk lokal
Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)

dengan produk impor, sebagai perbandingan
dan contoh kasus kita bisa melihat
persaingan antara apel produksi lokal
(Malang dan Manalagi) yang memiliki
indeks harga yang tinggi (lebih mahal
daripada produk impor) namun memiliki
kuantitas terjual yang rendah. Artinya,
produk lokal lebih mahal namun kurang
diminati oleh pembeli (Budiharjo, 2012).
Produk-produk hortikultura (buah
dan sayur) lokal memiliki keunggulan dalam
hal faktor kesegaran. Sehingga produk
sayuran lokal di supermarket lebih
mendominasi dibandingkan sayuran impor,
sedangkan untuk buah-buahan, buah impor
lebh mendominasi (Grafik 2). Hal ini
menunukkan kepada kita bahwa lingkungan
pasar secara keseluruhan membentuk

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

84

mekanisme persaingan dan bentuk inovasi

komoditi pertanian.

Grafik1. Perbandingan produk Hortikultura Impor dengan lokal
(sumber: Budiharjo, 2011)
Untuk bisa bersaing, produkproduk agroindustri harus membuat strategi
yang mampu bertahan dalam pasar. Untuk itu
diperlukan inovasi dan strategi yang tepat.
Said dan Qowim (2010) menjelaskan strategi
perusahaan agroindustri agar bisa bisa
bersaing :
1. Lakukan produksi berorientasi mutu
yang tinggi dan menghasilkanproduk
yang berlabel
2. Manfaatkan sumberdaya domestik dan
minimalkan penggunaanbahan baku
impor: contoh di Thailand impor/nilai
output
hanya9.2
7%

Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)

3. Lakukan konversi dengan Nilai Tambah
yang besar: contoh diThailand 22.16%
dari nilai output
4. Usahakan penggunaan Bahan baku yang
intensif, yakni sekitar 55- 70% nilai
output
5. Usahakan besarnya biaya buruh sekitar
10-15%
6. Perbaiki standar pengemasan dan
pelabelan yang terbaik, namundengan
alokasi biaya antara 10 – 20%.

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

85

Grafik 2. Kontribusi buah dan sayur lokal di pasar modern (Budiharjo, 2011)

Empat Level Inovasi
Berhadapan dengan dekade kedua
dari abad 21, inovasi telah (menjadi) suatu
kata yang sering digunakan untuk
menjelaskan penciptaan dari produks dan
jasa baru yang akan membantu perusahaan
menyelamatkan pasar yang hancur pada 2008
(Greenberg, 2010). Apakah inovasi sekedar
kata kunci yang menyenangkan? Atau, suatu
daya perubahan paradigma yang membuat
perusahaan bersaingdi panggung global?
Jawaban yang benar boleh jadi sangat sedikit
saja kedua-duanya. Beberapa perusahaan dan
organisasi berlebihan "inovasi" demikian
rupa sehingga itu menjadi suatu cara
memasarkan untuk menjual produk yang
melaluicara
membuat
merek
ulang
(rebranding) (Reena, 2007). Pada sisi lain,
banyak lagi yang lain perusahaan sedang
menginovasikan sesuatu produk dan jasa
sebagai reaksi kecenderungan ekonomi yang
menurun semata-matatindakan tegas keras
untuk pengembangan produk(Hamm, 2009).
Dyert, et.al. ( 2009), Cohn,
Katzenbach, dan Vlak ( 2008)menjelaskan
konsep dari inovasi dibagi menjadi empat
tingkatan yang terpisah sedemikian sehingga
para eksekutip dan manajemen dapat lebih
secara efisien menilai kemampuan dari
organisasi mereka untuk menghasilkan
produksi baru dan jasa. Yang empat kategori
dipecah menjadi tingkat waktu dan usaha
dilibatkan dan, itu menjadi penting untuk
mengenali
komitmen
masing-masing
tingkatan agar berhasil.
Tingkat Pertama
Tingkatan yang pertama menekankan
perubahan minimal ke produk yang ada,
sejumlah investasi murah yang baru, dan
resiko yang sangat rendah. Contoh pada
tingkatan ini misalnya perubahan warna dari
suatu produk atau meletakkan suatu logo
yang baru pada suatu label. Sangat penting
bagi
perusahaan
mampu
mencapai
keberhasilan tingkatan ini, yang tidak
memerlukan ketrampilan yang unik. Ada
produk yang tidak pernah berubah, ini
Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)

disediakan untuk produk yang berhubungan
dengan nilai emosional masyarakat. Contoh
klasiknya adalah Coca-Cola. Coca-Cola telah
mengubah kemasannya dan membaharui
penampakannya berulang kali sepanjang
tahun, dan juga meluncurkan jenis yang
berbeda dari rasa dan tipe ( seperti :
Coke;Coca-Cola Diet , Coke;Coca-Cola
bervitamin, Coca-Cola Panili), tetapi
memberi isyarat bahwa resepnya hampir
sama. Oleh karena itu, banyakperusahaan
perlu untuk secara konstan membuat suatu
usaha yang minimal untuk berinovasi pada
Tingkatan Pertama.
Tingkat Kedua
Tingkatan yang kedua adalah suatu
tingkat yang lebih tinggi dalam melakukan
perubahan. Perubahan Level Dua meliputi
pengintegrasian fitur yang baru ke dalam
produk yang sudahada ke pasar atau versi
berbeda dari produksi baru sama untuk dijual
kepada berbagai kelompok yang demografis.
Fitur baru ini memerlukan sesuatu hal yang
bisa dipertimbangkan sebagai suatu tingkat
investasi dan resiko medium. Misalnya
tentang suatu perusahaan pembuatan mobil
yang pada tindakan awal membuat suatu
model standard dan kemudian memutuskan
untuk mengadakan suatu versi deluxe versi
mobil yang sama dengan beberapa tambahan,
misalnya mobil matic.
Tingkat Tiga
Tingkatan yang ketiga adalah
awal denganresiko keuangan dan produk
besar, tetapi juga dengan tingkatan
penghasilan yang berpotensi lebih besar.
Sebelum masuk ke dalamtingkat resiko ini,
para eksekutip akan menentukan seberapa
besar suatu pasar tersedia atau mereka
dapatkan untuk inovasi mereka buat.
Sehingga suatu peramalan penjualan dibuat
untuk mengkalkulasi hasil dari kurva
investasi agar bisa diberi tingkat pengeluaran
modal. Ini juga sangat mendesak bagi
perusahaan untuk mencoba membedakan
berapa banyak dari produk mereka
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

86

didasarkan pada produksi baru dan berapa
banyak
didasarkan
pada
efektivitas
pemasaran dan kampanye penjualan.
Terdapat bukti bahwa pemimpin
perusahaan perlu menyadari penyebab dan
efek dari keputusan, sehingga mereka dapat
membelanjakan modaldi tempat yang sesuai
tersebut. Contoh dari pengembangan produk
pada langkah ini adalah perusahaan mobil
yang mengeluarkan produk SUV dibanding
station wagon, atau telepon cerdas menjadi
lebih diinginkan dibanding telepon seluler
yang reguler. Seperti dapat dilihat, tingkat
inovasi ini memerlukan sumberdaya riset dan
pengembangan kelompok riset, analisa dan
pengetahuan pemasaran yang luas, bakat
disain, dan kepemimpinan eksekutip.
Tingkat Empat
Tingkatan yang paling tinggi
tentang inovasi adalah di mana perusahaan
bisa menciptakan inovasi yang berubah
bagaimana orang-orang hidup. Jika pada
tingkatan yang ketiga dapat diuraikan suatu
pengembangan yang evolusiner, dibanding
langkah yang keempat yang revolusioner
melangkah. Abad 20 telah melihat banyak
contoh dari produk yang sudah mengubah
dunia, seperti mobil yang berbahan bakar
gas, radio, pesawat udara, televisi, komputer
pribadi, dan Internet, hanya untuk menyebut
beberapa inovasi tersebut.
Tingkatan yang paling tinggi
tentang inovasi juga membawa tingkatan
yang paling tinggi tentang resiko, sering kali
pada tingkatan ini inovasi produk atau jasa
yang tak seorangpun pelanggan mengetahui
apa yang mereka inginkan (Hempel, 2007).
Inovasi pada level ini membutuhkan sistem
keyakinan organisasi yang menarik para
karyawan untuk melakukan dan memikirkan
inovasi yang diinginkan oleh pelanggan.
Hanya sedikit, seperti Apple, 3M, GE yang
secara konsisten mengatur untuk mencapai
sukses pada Tingkatan Empat inovasi ini.
Untuk memudahkan pengertian
tentang keempat hal inovasi di atas Tabel 1
akan menggambarkannya:
Tingkatan Inovasi
Satu
Fitur-fitur baru dari produk yang
telah ada, rsiko dan investasi
rendah, pengembalian juga
rendah
Dua
Pengembangan produk yang
Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)

Tiga

Empat

telah ada, resiko dan investasi
medium, pendapatan medium
Produk berubah secara evolusi,
investasi besar, resiko medium,
pengembanlian besar
Produk-produk revolusiner,
investasi besar, resiko tinggi,
pengembalian tidak terbatas

Tantangan Pengembangan Agroindustri
Menurut Gumbira Said dan Qowim
(2010), tantangan pengembangan produk
agroindustri akan semakin besar. Hal ini
disebabkan oleh faktor-faktor:
• Kompleksitas rantai pasok sistem
pertanian yang semakin kompleks
karena jumlahpemasok lebih banyak,
pengolahan
lebih
berbasis
pengetahuan dan sumber bahan
bakuyang semakin beragam.
• Produk Agroindustri diperdagangkan
di pasar global – Lingkup wilayah
pasokan secarageografis semakin
luas
• Percepatan produksi pangan global
meningkatkan
kecemasan
akan
kontaminasi
pangandan
hasil
agroindustri lainnya
• Terdapat kesenjangan yang lebar
mengenai implementasi keamanan
produk
• Peraturan dan Perundangan lebih
banyak dan lebih khusus sehingga
menambah daftartantangan
• Liabilitas Produk – Perlindungan
merk
• Konsumen sekarang berpendidikan
dan berwawasan lebih tinggi
sehingga lebih mengertitentang isuisu keamanan dan keselamatan
pangan dan agroindustri
• Keinginan dan Preferensi Konsumen
selalu berubah
• Masih banyak produk Indonesia,
diantaranya Biji Kakao, Ikan dan
Produk Marinalainnya, Buah-Buahan
dan Sayuran Tropika mendapatkan
penolakan di luar negeri.Karena
mutunya yang tidak memenuhi
syarat

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

87

Inovasi dan Desain Produk Pertanian
Olahan/ Makanan dalam Kemasan
Jika kita melihat begitu banyak
aneka ragam produk olahan dibidang
pertanian yang dikemas menjadi produk
makanan
olahan.
Bagaimana
dapat
menangkap eye catching for the first time
yang menarik konsumen untuk membeli.
Konsumen melihat dan memandang warna
jauh lebih cepat daripada melihat bentuk atau
rupa dari suatu produk. Dan warnalah yang
pertama kali terlihat bila produk berada di
etalase atau di pajangan.
Desain produk sangatlah diperlukan
agar produk-produk pertanian olahan dapat
terus meningkatkan menembus pasar
Internasional.
Adanya
liberalisasi
perdagangan
menuntut
keunggulan
kompetitif produk pertanian olahan kita,
dalam hal ini transformasi produk pertanian
primer menjadi produk olahan berdaya saing
kuat tentu saja harus menjadi fokus
perhatian. Yang terjadi sekarang justru
munculnya beragam perangkap kebijakan
yang sering kontraproduktif terhadap
ekspektasi besar di balik revitalisasi
pertanian. Dalam rangka peningkatan citra
produk pertanian Indonesia yang berdaya
saing maka diperlukan suatu inspirasi dari
dalam kebudayaan masyarakat Indonesia
yang memiliki ciri khas untuk produk
pertanian olahan yang ada di Indonesia.
Tanpa promosi, produk yang bagus sekalipun
tidak akan dikenal orang dan perlunya
mengikuti pameran baik event dalam dan
luar negeri.
Keanekaragaman desain produk
olahan Indonesia seperti Keripik Salak asal
Yogyakarta dan Malang dan keripik buahbuahan (apel, nangka, mangga dan
sebagainya), Kemasan Kopi Toraja, Kopi
Luwak dan berbagai macam jenis makanan
olahan pertanian yang memerlukan suatu
nilai ciri khas dari produk yang akan
dipasarkan untuk komoditi ekspor.
Analisis Fungsional Komoditi Telur Asin
Sama seperti produk agroindustri
lainnya, untuk bisa memenangkan persaingan
di pasar telur asin aneka rasa ini, perlu
membuat inovasi terus menerus agar bisa
terus eksis di pasar produk agroindustri.
Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)

Salah satu cara model pengembangan yang
dapat
dilakukan
adalah
dengan
mengeksplorasi fungsi-fungsi ekstrinsik dan
intrinsik
telur
asin,
atau
dengan
menggunakan analisis fungsional dalam
pengembangannya.
Beberapa
hal
yang
dapat
dikembangkan terkait dengan analisis
fungsional adalah:
1. Pengembangan telur asin aneka rasa
khas daerah
2. Pengembangan telur asin rendah
kolesterol
3. Pengembangan telur asin rendah
garam
Telur Asin Aneka Rasa Khas Daerah
Telur asin dengan varian anka rasa
dan sesuai dengan keanekaragaman kuliner
dan masakan yang ada di Indonesia akan
menjadi inovasi yang menarik konsumen.
Indonesia memiliki beraneka kuliner yang
khas. Yogya dikenal dengan Gudegnya.
Padang dengan Rendangnya.
Manado
dengan rica-rica. Dan banyak lagi makanan
khas daerah yang menjadi brand suaru
daerah.
Produsen telur Asin Aneka Jaya
Rasa, telah memulai produksi telur asin
aneka rasa ini. Inovasi yang harus terus
dilakukan adalah menemukan varian-varian
baru telur asin yang memili rasa khas daerah
di nusantara. Inovasi akan lebih diterima oleh
pasar yang lebih luas. Misalnya varian yang
disarnkan, telur asin rasa rendang, telur asin
pedas, telur asin rasa rica-rica dan jenis
lainnya.

Telur Asin Rendah Kolesterol
Telur itik alias telur bebek kaya
vitamin, mineral, dan protein. Namun,
banyak
konsumen
harus
membatasi
konsumsinya. Sebab, telur itik mengandung
lemak jenuh dan kolesterol.Rata-rata, telur
bebek mentah segar mengandung sekitar 130
kalori, 9,6 gram lemak, 9 gram protein, 2,6
gram lemak jenuh, 1 gram karbohidrat, 619
mg kolesterol dan 102 mg sodium.
Kandungannya meliputi 67 persen kalori

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

88

berasal dari lemak, 28 persen dari protein,
dan 5 persen dari karbohidrat.
Telur bebek mentah memberikan 158
persen vitamin B12, 26 persen asam
pantotenat, 22 persen riboflavin, 15 persen
vitamin A, 14 persen folat, dan 10 persen
vitamin B6. Kandungan itu disarankan untuk
dikonsumsi orang dewasa per hari.
Vitamin B6, B12, asam pantotenat,
riboflavin, dan folat bersifat larut dalam air.
Vitamin B-kompleksnya penting untuk
penglihatan, kesehatan kulit, pencegahan
cacat lahir, metabolisme, fungsi sistem saraf
pusat dan sel darah merah, hormon, dan
pembentukan DNA.Sedangkan vitamin A
merupakan antioksidan yang larut dalam
lemak, merupakan bagian integral dari
pembentukan penglihatan malam hari, tulang
dan gigi, pembentukan kulit dan kesehatan
membran lendir. Telur itik juga mengandung
sejumlah kecil dari vitamin lainnya.Sebuah
telur bebek mentah juga menyediakan 46
persen
dari
asupan
harian
yang
direkomendasikan selenium untuk orang
dewasa, 22 persen fosfor, dan 15 persen
besi.Sebagai diet mineral penting, ketiga
elemen tersebut membantu fungsi tiroid dan
kekebalan tubuh, kesehatan tulang dan
membran sel, produksi energi dan
penyimpanan, penyimpanan dan transmisi
DNA, serta oksigenasi sel darah merah.
Sejumlah jejak mineral lain juga ada di telur
itik.
Namun, sebutir telur bebek tunggal
mengandung lebih dari dua kali jumlah
kolesterol. Telur juga mengandung 17 persen
lemak jenuh dan 12 persen dari total lemak
yang harus dibatasi orang dewasa per
harinya.
Saat ini Dinas Peternakan Kabupaten
Karawang Jawa Barat, sedang melakukan
pengembangan produksi telur bebek rendah
kolesterol. Tahapan yang sedang dilakukan
adalah memberikan penyuluhan kepada para
peternak bebek untuk memberikan pakan
yang sudah diformulasikan agar telur bebek
yang dihasilkan rendah kolesterol. Hal yang
sama telah berhasil dilakukan pada ayam
(Ditjen PPHP, 2013).
Inovasi ini akan menghasilkan
inovasi turunannya yaitu telur bebek asin
rendah kolesterol, yang akan membuka pasar
baru bagi orang-orang yang harus diet
kolesterol namun ingin tetap merasakan
lezatnya telur bebek asin.
Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)

Telur Asin Rendah Sodium
Pada tahun 2009, total produksi
garam nasional mencapai 1,37 juta ton,
sementara kebutuhan dalam negeri mencapai
2,88 juta ton sehingga Indonesia mengimpor
sekitar 1,51 juta ton. Pada tahun 2010,
produksi
garam
diperkirakan
hanya
meningkat 2,2% menjadi 1,4 juta ton
sedangkan kebutuhan telah mencapai 2,99
juta ton yang berartiIndonesia harus
mengimpor 1,59 juta ton (Jati, 2010). Jenis
garam yang banyak dikenal masyarakat
adalah garam dapur (NaCl), ion sodium
(Na+) yang terdapat pada garam merupakan
anion kuat yang berperan penting dalam
sistem tekanan osmotik darah. Garam
memiliki fungsi yang sangat penting bagi
tubuh, diantaranya menjaga keseimbangan
asam basa dan menjaga tekanan osmotik
darah. Keseimbangan asam basa (pH) serum
darah perlu terus dijaga agar setiap organ
tubuh dapat menjalankan tugasnya dengan
baik dan terhindar dari resiko pengendapan.
Tekanan osmotik darah terjadi akibat
perbedaan konsentrasi serum darah dengan
cairan yang terdapat pada luar sel.
Konsumsi garam berlebih dapat
mengakibatkan meningkatnya konsentrasi
garam dalam cairan sel sehingga garam akan
menarik banyak cairan keluar sel dan
memenuhi ruang luar sel. Hal itu sering
disebut dengan meningkatnya tekanan
osmotik, akibat lanjutan darimeningkatnya
tekanan osmotik adalah terjadinya tekanan
darah tinggi dan timbulnya atau bagian tubuh
tertentu yang mengalami pembengkakan
(oedema). Sebaliknya apabila konsumsi
garam (ion Na+) kurang, maka akan
mengakibatkan turunnya tekanan darah dan
terbatasnya peredaran zat gizi dan oksigen.
Kusuma (2011) melaporkan bahwa
saat ini telah tersedia garam rendah sodium
yang diproduksi oleh PT. Garam dengan
merek dagang Lososa. Selain itu juga telah
dikembangkan garam bumbu rendah sodium.
Garam bumbu rendah sodium pada dasarnya
merupakan campuran garam yang telah
tersubstitusikan unsur sodiumnya dengan
bumbu rempah-rempah yang banyak
digunakan untuk memasak, misal lada,
bawang putih ataupun rempah rempah
lainnya. Proses produksi garam bumbu
rendah sodium dimulai dari penetapan
formula, yaitu penentuan jenis dan jumlah
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

89

bahan yang akan digunakan sesuai dengan
rasa bumbu yang diinginkan, penimbangan
bahan sesuai dengan formula yang telah
ditetapkan dan diakhiri dengan proses
pencampuran kering (dry mixing).
Inovasi garam rendah sodium ini ini
akan membuka arah inovasi pembuatan telur
asin rendah sodium yang aman untuk
penderita hipertensi. Proses pembuatan telur
asin rendah sodium ini sama dengan proses
pembuatan telur asin biasa.
Terlepas dari keunikan dan
kekhasan daya tarik penampilan produk
olahan makanan dari komoditas pertanian,
maka harus memiliki identitas yang tidak
dapat disamakan satu dan yang lainnya.
Desain produk yang berkelanjutan diperlukan
dalam berbagai innovasi yang beda dengan
yang lainnya. Sesungguhnya kreativitas dan
inovasi inilah yang memberi nilai lebih untuk
dapat menarik konsumen.
Lebih jauh Said dan Qowim
(2010), menjelaskan bahwa tidak semua
produk hasil inovasi sukses di pasaran.
Sedikit ada tujuh hal yang bisa menyebabkan
sebuah produk baru gagal di pasar:
Eksekutif level tinggi mungkin
memaksakan gagasan favorit
walaupun hasil riset pasar negatif.
Ide itu bagus, tapi perkiraan ukuran
pasarnya terlalu berlebihan.
Produk tidak dirancang dengan baik.
Produk diposisikan secara keliru di
pasar, tidak diiklankan secara efektif,
atau terlalu mahal.
Produk gagal untuk memperoleh
cakupan distribusi dan dukungan
yang cukup.
Biaya pengembangan lebih tinggi
daripada yang diperkirakan.
Pesaing membalas dengan lebih
gencar daripada yang diperkirakan.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Telur asin merupakan produk khas
yang saat ini banyak diproduksi oleh industri
rumah tangga dan UKM. Telur asin mulai
dikembangkan dan dilbuat inovasi dalam
bentuk varian rasa. Inovasi yang akan
berkembang ke dapan adalah inovasi
fungsional telur asin tersebut.
Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)

Inovasi ke depan yang akan dan telah
mulai dilakukan adalah inovasi telur asin
berbagai aneka rasa sesuai dengan kuliner
khas daerah, telur asin rendah kolesterol dan
telur asin rendah sodium.
Inovasi-inovasi ini yang sudah
diluncurkan ke pasar adalah telur asin anke
rasa, dan emndapatkan sambutan yang cukup
baik dari pasar. Perlu penelitian dan kajian
yang lebih dalam untuk inovaso ini dan
inovasi telur asin rendah kolesterol dan
rendah soium ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Allen, C. 2009. Overview of China’s
Economy and Market Opportunities .
Senior Commercial Officer , U.S.
Embassy, Beijing.
[2] Bernard, Alain. 2011. Global Product
Development. Springer.
[3] Budiharjo. 2011. Produce Marketing
Indonesia – Langkah Kecil
Sekelompok
Pelaku
‘Produce
Business’. Produce Marketing
Indonesia.
Makalah
pada
Simposium Nasional Agroindustri
– IV, Bogor, 24 September 2011.
[4] Dahuri, R. 2011. Rekosntruksi Dan
Model pembangunan Perikanan
Untuk Kemajuan Bangsa Dan
Kesejahteraan Nelayan. Seminar
nasional
Pertanian.
Dewan
mahasiswa Pasca Sarjana IPB.
[5] Gumbira-Sa’id, E. 2011. Rekonstruksi
Model
Pembangunan
Pertanian
Menuju Kesejahteraan Nasional:
perspektif Agroindustri. Seminar
nasional
Pertanian.
Dewan
mahasiswa Pasca Sarjana, IPB.
Bogor, 26 Maret 2011.
[6] E. Gumbira-Sa’iddan A.S. Fahmil
Qowim, Penajaman Standar Mutu
Sebagai
Landasan
Peningkatan
Dayasaing Agroindustri, Seminar
Nasional
Standardisasi
Kamar
Dagang dan Industri Indonesia
(KADIN), Hotel Borobudur, Jakarta
20 Maret 2010
[7] Farson, Richard and Ralph Keyes, “The
Failure Tolerant Leader,” Harvard

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

90

Business Review, pp. 64-71, August
2002.
[8] [Fred, Gault. 2010. Innovation Strategies
for a global Economy: Development,
implementation, measurement and
management.
International
development research centre – UK.
[9] Hamm, Steve, “A Radical Rethink of
R&D,” Bloomberg BusinessWeek, p.
35, Issue no. 4145, September 7,
2009.
[10] Hempel, Jessi, “How Symbol Got Its
Mojo
Back,”
Bloomberg
BusinessWeek, p. 20, Issue no. 4025,
March 12, 2007.
[11] Jalil, S.A. 2004. Standardisation in
Information
And
Telecommunicvation Technology in
malaysia.
SIRIM
Berhad
10
AUGUST 2004, Kuala Lumpur.
[12] Jana, Reena, “The Innovation
Backlash,”
Bloomberg
BusinessWeek, p. 28, Issue no. 4025,
March 12, 2007.
[13] Jati, YW. 2010. Cheetam Kembangkan
Pengolahan
Garam.
http://bataviase.co.id/node/258083.
diakses tanggal 12 Juni 2013.
[14] Jeffery Cohn, Jon Katzenbach, and Gus
Vlak, “Finding and Grooming
Breakthrough Innovators,” Harvard
Business
Review,
pp.
62-69,
December 2008Jeffrey H. Dyer, Hal
B. Gregerson, and Clayton M.
Christensen,
“The
Innovator’s
DNA,” Harvard Business Review,
pp. 61-67, December 2009.
[15] Kossiakoff, Alexander et al. 2011.
Systems engineering principles and
practice 2nd edition. John and WileyUSA.
[16] Kusuma, N.T. 2011. Studi Kelayakan
Rencana Usaha Poduksi Bumbu
Garam Rendah Sodium Kemasan
Sachet pada Pt. X di Karawang Jawa
Barat.
Skripsi.
Departemen
Manajemen. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, IPB. Bogor.
[17] Otto, Kevin dan Wood Kristin. 2001.
Product Design: Techniques in
reverse engineering and new product
development. Prenctice Hall – USA.
[18] Porter, E. Michael, 1998, The Structural
Analysis of Industries" is covered
quite well in Chapter 1 of,
Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)

Competitive Strategy: Techniques for
Analyzing
Industries
and
Competitors, The Free Press, New
York, NY.
[19] Purba, Frans H.K. Inovasi dan Desain
Produk Pertanian Olahan/ Makanan
dalam Kemasan, blog. Selasa July
17, 2012
[20] Silver, Jessica-Greenberg, “Time to Slip
Into Something Less Comfortable?”
Bloomberg BusinessWeek, p. 48,
Inovasi Produk agroindustriIssue no.
4183, June 14-20, 2010.
[21] Slywotzky A., “How Science Can
Create Millions of New Jobs,”
Bloomberg BusinessWeek, p. 37,
Issue no. 4145, September 7, 2009.

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340

91