8 Presentasi Pertambangan Dhoni Yusra
Aspek hukum Pertambangan Dhoni Yusra, SH, MH*)
- ) Dosen dan Konsultan Hukum
1 Pertambangan
Gambaran Penambangan Batubara
Pasal 1 angka 11 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU Minerba”) mengatur bahwa Izin Usaha Pertambangan Khusus, yang selanjutnya disebut dengan “IUPK”, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan di Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (“WIUPK”).
Dalam bab XI mengenai Persyaratan Perizinan Usaha Pertambangan Khusus, Pasal 86 UU Minerba mengatur bahwa Badan usaha yang melakukan kegiatan dalam WIUPK wajib memenuhi persyaratan administratif, persyaratan teknis, persyaratan lingkungan dan persyaratan fnansial, yang sama dengan persyaratan- persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan tipe-tipe Izin Usaha Pertambangan yang lain.
Pemerintah berkewajiban mengumumkan rencana kegiatan
usaha pertambangan di suatu WIUPK, serta memberikan
IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi kepada
masyarakat secara terbuka.
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah
No. 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (“PP
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Minerba”), mengatur lebih lanjut mengenai persyaratan
yang harus dipenuhi untuk memperoleh IUPK.
Dalam pasal 62 PP Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Minerba,IUPK terdiri atas IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi Persyaratan Pemberian IUP Eksplorasi dan Operasi Produksi
Pasal 64 PP Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba mengatur bahwa untuk memperoleh IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi harus memenuhi persyaratan:
Persyaratan administratif
Untuk IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi mineral
logam dan batubara yang diajukan BUMN atau BUMN yang
diberikan berdasarkan prioritas:
surat permohonan;
profl badan usaha;
akta pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;
nomor pokok wajib pajak;
susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
surat keterangan domisili.
Untuk IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi mineral logam dan batu bara bagi pemenang lelang WIUPK:
surat permohonan;
susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
surat keterangan domisili.
Persyaratan teknis, meliputi: pengalaman BUMN, BUMD, atau badan usaha swasta bidang
pertambangan mineral atau batu bara paling sedikit 3 (tiga)
tahun;
mempunyai paling sedikit 1 (satu) orang tenaga ahli dalam
bidang pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun; dan
rencana kerja dan anggaran biaya untuk kegiatan 1 (satu)
tahun Persyaratan lingkungan, meliputi: untuk IUPK Eksplorasi meliputi pernyataan untuk mematuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.Untuk IUP Operasi Produksi meliputi: pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.Persyaratan fnansial, meliputi: untuk IUPK Eksplorasi, meliputi: bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi; dan bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi atau sesuai dengan surat penawaran. untuk IUP Operasi Produksi, meliputi: Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik; dan bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir; Perizinan lainnya yang merupakan konsekuensi dari memperoleh IUPK
Izin Lingkungan: Amdal, RKL-RPL,
- standar kualitas udara & air Kehutanan: IPPKH (Ijin Pinjam Pakai
- Kawasan Hutan) Lokasi & Konstruksi: Ijin Lokasi, IMB
- Pelabuhan (DUKS), Izin Penggunaan
- jalan, izin loading conveyor Izin penggunaan dinamit, Tangki
- bahan bakar (pendam), Listrik, izin penggunaan siaran radio,..
PROSEDUR DAN PERSYARATAN PEMBERIAN IUP
IUP Eksplorasi
IUP Operasi Produksi (OP) *) Pengolahan/ Konstruksi
Pengngkutan/ PU FS Penambangan EKSPLORASI
Pemurnian Penjualan Kegiatan Kegiatan
Usaha Usaha
- )
Pengangkutan/ Pengolahan/ Pengangkutan/
Penjualan Pemurnian Penjualan
Izin sementara
- ) Penambangan atau Pengolahan/Pemurnian dapat dilakukan terpisah
- ) Apabila Pengolahan/Pemurnian terpisah, harus kerjasama dengan pemegang IUP OP Penambangan
Kelompok Jasa Pertambangan
Bidang Usaha Inti 1.
Penyelidikan umum;
2. Eksplorasi; 3.
Studi kelayakan;
4. Konstruksi pertambangan; 5.
Pengangkutan;
6. Lingkungan pertambangan; 7.
Pascatambang dan reklamasi; dan/atau 8. Keselamatan dan kesehatan kerja.
9. Penambangan; atau 10.
Pengolahan dan Pemurnian. Pembagian perizinan jasa pertambangan berdasarkan jasa usaha (lanjutan) Bidang Usaha Non- Inti 1.
Jasa Boga;
2. Jasa Pengamanan; 3.
Layanan Kesehatan; 4. Konstruksi Sipil/Mekanikal/Elektrikal; 5. Pemasok Suku Cadang; 6. Penyedia Tenaga Kerja; 7. Perbaikan/perawatan Alat Berat;
8. Penyewaan Alat Berat; 9.
Laboratorium; 10.
Pembongkaran Fasilitas; 11. Fabrikasi/Manufaktur; 12. Tata Griya; 13. Ekspedisi; Dsb
Atas perusahaan Jasa Pertambangan diwajibkan untuk mengurus Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP) dan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) Perusahaan Jasa Pertambangan
Kriteria :
1. Dapat berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum
2. Didirikan di kabupaten/kota atau provinsi
3. Wilayah kerja/operasi adalah di kabupaten/kota atau provinsi yang bersangkutan
4. Sesuai Akta Pendirian, modal berasal dari Prov/Kab/ Kota setempat
Jenis :
1. Berbadan hukum (Perseroan Terbatas, Yayasan, Koperasi)
2. Tidak berbadan hukum (CV, Firma, Perseorangan,), Akte pendirian harus mencantumkan bergerak di bidang USAHA JASA PERTAMBANGAN dan dapat digabung:
a. Sektor Perdagangan
b. Sektor Pekerjaan Umum
c. Sektor Perhubungan
d. Sektor Lingkungan Hidup
e. Sektor Penanaman Modal
Contoh dalam akte
Akte pendirian TIDAK DAPAT digabung dengan: a. WIUP/WIUPK
b. IUP/IUPK
c. IUP OPERASI PRODUKSI KHUSUS
- Pengolahan Pemurnian - Pengangkutan dan Penjalan
Prinsip umum
Secara Umum, pengaturan dan pengawasan tenaga kerja merupakan wewenang dan tanggung jawab Menteri Tenaga Kerja RI yang diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.
Di dalam aturan tersebut telah diatur dan diawasi bahwa atas tenaga kerja diperlukan suatu program yang disebut Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau yang biasa disebut K3.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu Upaya untuk menjamin keutuhan jasmani dan rohani tenaga kerja demi kesejahteraan menuju masyarakat adil dan makmur.
Hal ini diatur dalam UU no.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Sifatnya berlaku umum di semua sektor industri. K3 dalam Pertambangan
Mengingat pertambangan mempunyai fungsi
penting bagi pertumbuhan ekonomi dan
pertahanan negara, didalamnya terdapat proses
yang terus menerus, membutuhkan personil dan
peralatan yang khusus dan menghadapi
kemungkinan bahaya yang besar maka Menteri
Tenaga Kerja melimpahkan pengaturan dan
pengawasan keselamatan kerja di bidang
pertambangan kepada Menteri Pertambangan
melalui PP no 19 Tahun 1973.
Secara periodik, Menteri Pertambangan akan
memberikan laporan hasil pengawasan K3
kepada Menteri Tenaga Kerja. Kemudian Menteri Pertambangan memberi pelimpahan wewenang kepada Dirjen Migas dan Minerba, dengan tanggung jawab tetap berada di tangan Menteri Pertambangan (Hak Substitusi).
Dirjen Migas dan Dirjen Minerba mengangkat Direktur Teknik / Kepala Inspeksi untuk melakukan pengawasan.
Direktur Teknik menunjuk beberapa Pelaksana Inspeksi Teknik (PIT) untuk melakukan pengawasan langsung terhadap sistem operasional di masing-masing perusahaan tambang.
Kepala Teknik Tambang selaku penanggung jawab memberikan laporan pelaksanaan K3 di perusahaannya setelah mendapatkan masukan dari HSE Manager, Operation Manager, dll. Waktu Kerja dan Istirahat (Pasal 2 Permen No 15/MEN/VII/2005
Perusahaan di bidang pertambangan umum termasuk perusahaan jasa penunjang yang melakukan kegiatan di daerah operasi tertentu dapat menerapkan :
waktu kerja dan istirahat sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-234/MEN/ 2003 (tentang Waktu Kerja dan Istirahat Pada Sektor Usaha Energi Dan Sumber Daya Mineral Pada Daerah Tertentu);
periode kerja maksimal 10 (sepuluh) minggu berturut-turut bekerja, dengan 2 (dua) minggu berturut-turut istirahat dan setiap 2 (dua) minggu dalam periode kerja diberikan 1 (satu) hari istirahat.
Dalam hal perusahaan menerapkan periode kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, maka waktu kerja paling lama 12 (dua belas) jam sehari tidak termasuk waktu istirahat selama 1 (satu) jam. Penggunaan TKA
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1995 tentang penggunaan tenaga kerja warga negara asing pendatang telah diwajibkan pengutamaan penggunaan tenaga kerja Indonesia di bidang dan jenis pekerjaan yang tersedia kecuali jika ada bidang dan jenis pekerjaan yang tersedia belum atau tidak sepenuhnya diisi oleh tenaga kerja Indonesia, maka penggunaan tenaga kerja warga negara asing pendatang diperbolehkan sampai batas waktu tertentu (Pasal 2).
Ketentuan ini mengharapkan agar tenaga kerja Indonesia kelak mampu mengadopsi keahlian tenaga kerja asing yang bersangkutan dan melaksanakan sendiri tanpa harus melibatkan tenaga kerja asing.
Dengan demikian penggunaan tenaga kerja asing dilaksanakan secara selektif dalam rangka pendayagunaan tenaga kerja Indonesia secara optimal.
Dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UUK), pengaturan
Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) dimuat
pada Bab VIII, Pasal 42 sampai dengan Pasal 49.
Pengaturan tersebut dimulai dari kewajiban
pemberi kerja yang menggunakan TKA untuk
memperoleh izin tertulis; memiliki rencana
penggunaan TKA yang memuat alasan, jenis
jabatan dan jangka waktu penggunaan TKA;
kewajiban penunjukan tenaga kerja WNI sebagai
pendamping TKA; hingga kewajiban
memulangkan TKA ke negara asal setelah
berakhirnya hubungan kerja Sejak UUK diundangkan pada tanggal 25 Maret 2003, telah dilahirkan beberapa peraturan pelaksana undang-undang tersebut, antara lain :
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor 223/MEN/2003 Tentang Jabatan-jabatan di
Lembaga Pendidikan yang Dikecualikan dari
Kewajiban Membayar Kompensasi.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor 67/MEN/IV/2004 tentang Pelaksanaan
Program JAMSOSTEK bagi Tenaga Kerja Asing.
Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008
Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja
Asing. Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari menteri atau pejabat yang ditunjuk kecuali terhadap perwakilan negara asing yang mempergunakan tenaga kerja asing sebagai pegawai diplomatik dan konsuler.
Ketentuan mengenai jabatan tertentu dan waktu
tertentu bagi tenaga kerja asing ditetapkan dengan keputusan Menteri, yaitu Keputusan Menteri Nomor : KEP-173/MEN/2000 tentangJangka Waktu Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja
Warga Negara Asing Pendatang.
Terhadap setiap pengajuan/rencana penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia harus dibatasi baik dalam jumlah maupun bidang-bidang yang dapat diduduki oleh tenaga kerja asing.
Hal itu bertujuan agar kehadiran tenaga kerja asing di Indoesia bukanlah dianggap sebagai ancaman yang cukup serius bagi tenaga kerja Indonesia, justru kehadiran mereka sebagai pemicu bagi tenaga kerja Indonesia untuk lebih professional dan selalu menambah kemampuan dirinya agar dapat bersaing baik antara sesama tenaga kerja Indonesia maupun dengan tenaga kerja asing.
Oleh karenanya UUK, membatasi jabatan-jabatan yang dapat diduduki oleh tenaga kerja asing.
Terhadap tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau jabatan-jabatan tertentu yang selanjutnya diatur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 223 Tahun 2003 tentang Jabatan-jabatan di Lembaga Pendidikan yang Dikecualikan dari Kewajiban Membayar Kompensasi. Permohonan penggunaan TKA
Ikuti link ini
3. Dampak investasi Usaha Tambang Aspek Penerimaan negara
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) hingga bulan September 2014 telah
mencatat realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) dari sektor pertambangan umum melewati
Rp13 triliun dari target Rp 15,2 triliun (sumber:
)
Peran sektor ESDM dalam memacu roda
perekonomian nasional bukan hanya dalam bentuk
sumber devisa dan penerimaan negara saja, tetapi
mencakup kegiatan ekonomi lain seperti penyerapan
tenaga kerja, penyediaan bahan baku industri,
bahan bakar domestik dan memacu efek berantai
ekonomi. Namun demikian Kontribusi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor pertambangan umum dan batubara masih lebih kecil dari pada potensi yang sebenarnya, hal ini disebabkan banyaknya ketidakpatuhan pengusaha tambang dalam memenuhi kewajiban pembayaran royalty disamping penentuan harga jual batubara yang rendah Aspek investasi Asing
Di dalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal (“Perpres DNI”), tidakdiatur adanya pembatasan bagi investasi asing untuk penambangan batubara, oleh karena
itu boleh saja kepemilikan investor asingnya
sebesar 90%. Yang harus perusahaan tersebut lakukan adalah mendapatkan izin dari BKPM (dengan pengaturan sendiri)
harus diingat juga bahwa ada ketentuan divestasi bagi investor asing di bidang pertambangan. Pasal 112 Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU Minerba”)mengatur bahwa setelah 5 tahun berproduksi, badan usaha pemegang izin usaha pertambangan yang sahamnya dimiliki oleh asing wajib melakukan divestasi saham.
Divestasi ini dilakukan pada Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan usaha swasta nasional. Pasal 97 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (“PP 23/2010”) selanjutnya mengatur besaran saham yang harus didivestasi, yaitu sehingga sahamnya paling sedikit 20% (dua puluh persen) dimiliki peserta Indonesia.
Jadi, walaupun saat ini investor asing Anda diperbolehkan untuk memegang saham sebesar 90%, namun 5 tahun sesudah berproduksi nanti investor tersebut wajib melakukan divestasi saham sehingga saham investor asing tersebut menjadi maksimal 80% Sekian dan Terima Kasih