BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Uang 2.1.1 Pengertian, fungsi dan Jenis uang - Analisis Permintaan Uang Giral di Indonesian Metode Vector Autoregression (VAR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Uang

2.1.1 Pengertian, fungsi dan Jenis uang

  Uang adalah sesuatu yang diterima masyarakat umum sebagai alat yang digunakan dalam transaksi pembayaran.

  Secara umum uang memiliki fungsi: 1.

  Alat Tukar Hampir semua transaksi dalam perekonomian kita sekarang ini, uang dalam bentuk mata uang atau cek adalah sebagai alat tukar(medium of exchange). Uang digunakan untuk membayar barang dan jasa. Penggunaan uang sebagai alat tukar dapat mendorong efisiensi dalam perekonomian karena dapat meminimumkan waktu yang diperlukan dalam transaksi barang dan jasa.

2. Satuan Hitung

  Fungsi kedua uang adalah sebagai satuan hitung (unit of account) sedemikian rupa sehingga uang dapat digunakan untuk menghitung nilai dalam perekonomian. Kita menghitung nilai dari barang dan jasa dalam satuan uang.

  Penggunaan uang sebagai satuan hitung dapat menurunkan biaya transaksi dalam perekonomian dengan mengurangi jumlah kombinasi harga-harga yang harus diperhatikan.

  3. Alat penyimpan nilai Uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai (store of value) uang mewakili daya beli sepanjang waktu. Alat penyimpan nilai digunakan untuk menyimpan daya beli dari saat pendapatan diterima sampai waktunya nanti dibelanjakan. Fungsi menghabiskan pendapatannya secepat dari saat menerimanya, tetapi lebih suka menundanya sampamembutuhkannya untuk berbelanja.

  4. Standar pembayaran dimasa mendatang Sebagai ukuran pembayaran masa depan uang terkait dengan transaksi utang piutang atau transaksi kredit atau kegiatan ekonomi yang balas jasanya tidak diberikan saat itu juga. Pembayaran untuk masa mendatang tersebut dimungkinkan karena uang memiliki standar fungsi pembayaran dimasa mendatang. Dengan fungsi tersebut berapa balas jasa atau pembayaran masa mendatang dapat dihitung lebih mudah karena diukur dengan daya beli disbanding diukur dengan komoditas tertentu.

  Berdasarkan lembaga yang mengeluarkan uang, uang dapat dibedakan atas duan jenis yakni:

  1. Uang kartal. merupakan uang yang diterbitkan oleh Bank sentral baik berupa uang kertas ataupun uang logam

  2. Uang Giral. merupakan uang yang diterbitkan oleh bank umum berupa surat berharga sebagai ganti uang tunai yang disimpannya (uang tabungan) seperti: cek, bilyet giro, wesel bank, perintah membayar (Muhammad abdulkadir).

2.1.2 Uang Giral

  Seperti yang diuraikan diatas uang giral adalah uang yang diterbitkan oleh bank umum berupa surat berharga sebagai ganti uang tunai yang disimpannya (uang tabungan) seperti: cek, bilyet giro, wesel bank, perintah membayar (Muhammad abdulkadir).

  Uang giral dapat dibilang mudah, praktis karena dalam melakukan transaksi seseorang tidak perlu membawa uang secara banyak dan kontan.

  Uang giral dapat terjadi apabila: a.

  Seseorang menyetor uang ke bank dan bank mencatatnya sebagai rekening Koran atas nama penyetor. Saat itu terjadi perubahan uang kartal menjadi uang giral. Penyetor menerima buku blanko cek dari bank tersebut.

  Dimana buku blanko cek tersebut dapat ditukarkan sewaktu-waktu apabila ingin mengambil uangnya di bank. b.

  Seseorang telah memiliki rekening Koran di bank, ia menerima piutang dari debitnya melalui bank tersebut selanjutnya oleh bank uang itu dimasukkan kerekening korang orang tersebut.

  c.

  Seseorang menjual surat-surat berharga ke bank, kemudian bank tidak membayar secara tunai tetapi, dimasukkan ke rekening Koran sipenjual.

  Fungsi uang giral adalah untuk menarik dan pemindahbukuan tabungan dari rekening giro nasabah dan alat lalu lintas pembayaran modern.

2.1.2.2 Bentuk-bentuk uang giral

  Karena kemajuan perdagangan dan perekonomian, banyak transaksi yang nilainya cukup besar. Untuk pembayaran transaksi yang lebih besar ini, jika dibayar dengan uang kartal kurang praktis dan kurang ekonomis karena waktu dan biaya serta resikonya besar. Untuk memenuhi pembayaran ini mka diciptakanlah uang giral, uang giral ini antara lain adalah: 1.

  Cek. Menurut Fress-warren, cek adalah suatu instrument tertulis yang ditandatangani oleh penabung yang isinya menyuruh bank untuk membayar sejumlah uang kepada orang yang dituju. Jadi, cek merupakan surat perintah membayar tidak bersyarat yang merupakan pengganti alat pembayaran yang sah, yaitu uang. Ketentuan cek menurut KUHD pasal 178-299 dan surat Edaran bank Indonesia sebagai berikut: a.

  Ada kata cek, nomor seri cek, nama dan lambing bank b.

  Perintah talk bersyarat untuk membayar sejumlah uang c. Nama si tertarik atau nama bank d. Tanggal dan tempat cek ditarik e. Tanda tangan sipenarik f. Tempat dimana pembayaran harus dilakukan g.

  Bermaterai sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia h. Ukuran harus sama dengan ketentuan Bank Indonesia a.

  Cek atas nama adalah cek yang nama pemiliknya dituliskan pada cek tersebut dan bank hanya akan membayar kepada orang/badan tersebut.

  b.

  Cek atas unjuk adalah cek yang tertera tulisan atas nama pembawanya.

  Bank akan membayar kepada siapa saja yang membawa atau menunjjukan dan menguangkan cek kepada bank.

  c.

  Cek tunai (cash cheque) adalah cek yang dapat dicairkan secara tunai kepada bank , baik cek atas nama maupun cek atas unjuk.

  d.

  Cek silang (cash cheque) adalah cek yang disilang dengan dua garis pada pojok kiri atas penariknya dengan tujuan cek tersebut hanya dapat dipindahbukukan.

  e.

  Cek mundur adalah cek yang tanggal jatuh temponya mundur atau diberi tanggal kemudian f.

  Cek kosong adalah cek yang dananya kurang atau tidak ada dana yang dicairkan atau dipindahbukukan. g.

  Cek fiat adalah cek yang difiat oleh bank penerbit dengan maksud merupakan jaminan bahwa dananya telah disisikan, tetapi penyisihannya dilarang sehingga cek fiat itu kosong dan ada klaim dari pemegangnya h. Cek kadaluarsa adalah cek yang masa berlakunya telah habis (70 hari ) dari tanggal jatuh temponya. i.

  Cek bank atau wesel cek adalah cek yang diterbitkan oleh bank untuk nasabah, baik atas nama maupun atas unjuk dan di bank mana akan sama anatar kota.

1. Bilyet giro

  Bilyet giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebut namanya. Surat perintah ini digolongkan sebagai salah satu bentuk surat kuasa.

  Syarat formal bilyet Giro harus dipenuhi sebagai berikut: a.

  Nama bilyet giro dan nomor bilyet giro yang bersangkutan; b. Nama tertarik; c. Perintah yang jelas dan tampa syarat untuk memindahbukukan dana atas beban rekening penarik; d.

  Nama dan nomor rekening pemegang; e. Nama bank penerima; f.

  Jumlah dana yang dipindahbukukan baik dalam angka maupun dalam huruf selengkap-lengkapnya; g.

  Tempat dan tanggal penarikan; h. Tanda tangan, nama jelas, dan dilengkapi dengan cap/stempel sesuai dengan persyaratan pembukuan rekening;

2. Commercial paper Commersial paper adalah surat pengakuan utang tampa jaminan aset.

  (Badan Pengawas pasar Modal) dan tidak perlu adanya prospectus, bahkan relative lebih mudah dibandingkan pengajuan kredit kepada bank.

2.2. Uang dan Perbankan

  Bank berasal dari bahasa italia yaitu banca yang berarti tempat penukaran uang. Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan yang umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjam uang dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.

  Menurut undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank dalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali nkepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

  Dari pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun

  

dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro,

  tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat agar lebih senang menabung.

  

Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat.

  Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran Neraca perbankan adalah daftar asset dan kewajiban bank dan juga penggunaan dana bank tersebut (asset). Bank memperoleh dana dengan meminjam dan dengan menerbitkan kewajiban lainnya seperti deposito. Bank menggunakan dana tersebut untuk mendapatkan aset seperti surat berharga (securitas) dan pinjaman. Bank membuat keuntungan dengan menetapkan suku bunga atas kepemilikan aset surat berharga dan pinjaman yang lebih tinggi daripada beban-beban atas kewajibannya.

  Rekening giro adalah rekening bank yang memperbolehkan pemiliknya menulis cek untuk pihak ketiga. Rekening giro meliputi semua rekening dimana cek dapat ditarik. Rekening giro merupakan sumber dana bank yang penting, rekening giro pada pasar uang dapat ditarik deposan setiap saat yang merupakan aset deposan karena merupakan bagian dari kekayaannya.

  2.3 . Kliring

  Di dunia perbankan terdapat istilaita mungkin sudah pernah mendengar istlah kliring ini ketika ada seseorang yang mentrasnfer uang atau dana antar bank yang berbeda, misalnya dari bank Mandiri ke bank BCA atau sebaliknya. Kata Kliring sebenarnya berasal dari istilah asing, yaitu dalam bahasa inggris yang berbunyi Clearing, kliring merupakan salah satu istilah di dunia perbankan dan keuangan yang menunjukkan suatu aktivitas yang berjalan sejak saat terjadinya kesepakatan untuk suatu transaksi hingga selesainya pelaksanaan kesepakatan

  Kliring sangat dibutuhkan sebab kecepatan dalam dunia perdagangan jauh lebih cepat dari pada waktu yang dibutuhkan untuk melengkapi pelaksanaan aset transaksi. Kliring melibatkan manajemen dari paska perdagangan, pra penyelesaian eksposur kredit, untuk memastikan bahwa transaksi dagang terselesaikan sesuai dengan aturan pasar, walaupun pembeli maupun penjual menjadi tidak mampu melaksanakan penyelesaian kesepakatannya. Yang termasuk dalam proses kliring antara lain pelaporan / pemantauan, marjin risiko, netting transaksi dagang menjadi posisi tunggal, penanganan perpajakan dan penanganan kegagalan.

  Secara umum kliring melibatkan lembaga keuangan yang memiliki permodalan yang kuat yang dikenal dengan sebutan Mitra Pengimbang Sentral (MPS) atau dalam istilah asingnya dikenal dengan central counterparty. MPS ini menjadi pihak dalam setiap transaksi yang terjadi baik sebagai penjual maupun sebagai pembeli. Dalam hal terjadinya kegagalan penyelesaian atas suatu transaksi maka pelaku pasar menanggung suatu risiko kredit yang distandarisasi dari MPS. Di Amerika Serikat, kliring antar bank dapat terlaksana melalui Automated Clearing House (ACH), dimana aturan dan regulasinya diatur oleh NACHA – The Electronic

  

Payments Association ,yang sebelumnya bernama National Automated Clearing

House Association, serta Federal Reserve. Jaringan ACH ini akan bertindak selaku

  pusat fasilitas kliring untuk semua transaksi transfer dana secara elektronik.

  Kliring antar bank atas cek dilaksanakan oleh bank koresponden dan Federal

  

Reserve . Sedangkan di negara kita sendiri yaitu Indonesia, untuk kliring antar bank

  Bank Indonesia (BI). Sedangkaatas transaksi efek dilaksanakan oleh P.T Kliring Penjaminan Efek Indonesia atau KPEI dan proses kliring atas transaksi kontrak berjangka dilaksanakan olek P.T Kliring Berjangka Indonesia atau KBI.

2.4. Teori Permintaan uang

  Teori permintaan uang adalah suatu teori mengenai bagaimana nilai nominal dari pendapatan agregat ditentukan hal tersebut juga menjelaskan berapa banyak uang yang harus dipegang dengan jumlah pendapatan agregat. Pengaruh kegiatan ekonomi terhadap jumlah uang beredar telah dijelaskan oleh para ahli ekonomi, teori permintaan uang yang utama yaitu teori Keynesian dan klasik.

2.4.1. Teori Permintaan uang klasik

  Teori ini dikembangkan para ekonom klasik pada abad -19 dan awal abad -20, teory ini dikembangkan oleh Irving Fisher dalam hasil risetnya, fisher membahas keterkaitan antara jumlah total uang beredar dan jumlah pengeluaran dari barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian p x y , dimana P adalah tingkat harga dan Y adalah tingkat pendapatan. Fisher mengatakan bahwa kecepatan peredaran uang disebabkan oleh institusi di dalam perekonomian yang mempengaruhi cara individu melakukan transaksi. Kalau masyarakat menggunakan kartu kredit dan kartu debit untuk melakukan transaksinya, sebagaimana yang dilakukan saat ini, sehingga penggunaan uang menjadi berkurang ketika melakukan pembelian sebaliknya kalau dalam pembelian menggunakan uang tunai maka lebih banyak uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. fisher berpendapat bahwa bentuk institusi dan tehnologi sepanjang waktu, sehingga percepatan biasanya konstan dalam jangka pendek.

  Selanjutnya para ekonom klasik ( termasuk fisher) berpandangan bahwa upah dan harga sangat fleksibel, mereka meyakini bahwa tingkat output agregat yang dihasilkan dalam perekonomian selama kondisi normal akan tetap dalam pengerjaan penuh (full employement) sehingga pendapatan agregat dalam persamaan pertukaran dapat diperlakukan sebagai konstan dalam jangka pendek. Pandangan tersebut dapat digambarkan dengan persamaan sederhana berikut yang dikenal sebagai persamaan kuantitas uang.

  MV = PT

  M= jumlah uang beredar, dimana uang tersebut hanya digunakan untuk transaksi V = kecepatan uang beredar, yang menunjukkan berapa kali perputaran uang dalam perekonomian dalam waktu satu tahun.

  P = Rata- rata harga per transaksi T = Jumlah transaksi yang dilakukan dalam satu tahun

2.4.2Teori ekonomi keynesian

  Dalam bukunya yang terkenal di tahun 1936 The general Theory of

  

Employement Interest, and Money , Jhon Maynard Keynes mengabaikan pandangan

  klasik mengenai percepatan adalah konstan dan mengembangkan teori permintaan uang yang dia sebut sebagai teori oreferensi likuiditas ( liquidity preference theory).

  Yang mengajukan pertanyaan: mengapa seseorang memegang uang? Ia merumuskan ada tiga motif dibalik permintaan akan uang: motif transaksi, motif berjaga-jaga, dan a.

  Motif transaksi Dalam pendekatan klasik seorang di asumsikan memegang uang karena uang sebagai alat pertukaran yang dapat di gunakan untuk melakukan transaksi. transaksi ini sering terjadi tidak bersamaan waktunya dengan penerimaan uang. Pengeluaran ini sering tidak bisa diperkirakan terlebih dahulu sehingga sangat diperlukan adanya uang kas ditangan.

  Keynes mengatakan bahwa permintaan uang untuk bertujuan transaksi ini tergantung daripada pendapatan. Semakin tinggi pendapatan seseorang. Makin besar keinginan akan uang untuk transaksi. seseorang atau masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi biasanya melakukan transaksi lebih banyak disbanding masyarakat yang pendapatannya ditunjukkan pada gambar 2.1 Mt

  L1

  (Y/P)

  1 Gambar 2.1 Permintaan Uang untuk Transaksi Permintaan uang untuk transaksi riil ditunjukkan dengan LI. Terlihat semakin tinggi pendapatan maka semakin banyak juga uang yang dipegang untuk keperluan transaksi (Mt). hubungan antara permintaan uang untuk transaksi dengan pendapatan riil (y/p) tidak selalu linier. Berbeda dengan kaum klasik. Keynes lebih menekankan analisisnya pada motif spekulasi yaitu peranan tingkat bunga dalam menentukan permintaan uang spekulasi.

  b.

  Motif berjaga-jaga Keynes mengatakan bahwa seseorang memegang uang sebagai antisipasi terhadap kebutuhan yang tidak terduga. Misalnya bilan seseorang ingin membeli stereo yang bagus; dia akan pergi ke toko yang memberikan diskon 50% dari stereo yang di ingikan apa bila dia memgan uang untuk berjaga-jaga terhadap apa yang terjadi, dia bisa langsung membeli stereo tersebut; kalau dia tidak memegang uang untuk berjaga-jaga dia tidak akan mendaptkan keuntungan dari diskon tersebut. Uang berjaga-jaga yang ada ditangan dapat di gunakan sewaktu-waktu apabila ingin membayar perbaikan mobil atau masuk rumah sakit.Keynes meyakini bahwa orang memegan uang untuk berjaga-jaga untuk jumlah tertentu di tentukan oleh tingkat transaksi yang akan mereka lakukan di masa mendatang .sehingga,dia merumuskan

  ,permintaan untuk uang berjaga-jaga proposianal terhadap pendapatan, maka hubungan ini dapat diekspresikan sebagai berikut: Mt = f(Y)

  Dimana: Mt = permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga Y = Pendapatan c.

  Motif Spekulasi yang lebih dari kebutuhannya untuk keperluan transaksi. Namun demikian Keynes memfokuskan analisisnya pada permintaan uang untuk spekulasi. Menurut Keynes, orang bersedia memegang uang melebihi kebutuhan untuk transaksi. Hal ini karena uang merupakan salah satu bentuk kekayaan. Uang kas yang disimpan ini memenuhi fungsi uang sebagai alat penimbun kekayaan (store of value). Dalam istilah yang lebih modern sering disebut permintaan uang untuk penimbun kekayaan (asset demand for money) .

  Besarnya permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini ditentukan oleh perbandingan hasil dari bentuk kekayaan yang lain. Misalnya ada dua bentuk kekayaan, Uang (Money M) dan Obligasi (Bond B), apabila memegang uang, maka hasil yang diperoleh tidak ada namun memperoleh kemudahan untuk melakukan transaksi. Dengan memegang obligasi seseorang akan memperoleh bunga. Dengan demikian semakin tinggi tingkat bunga semakin rendah keinginan masyarakat memegang uang kas. Alasanya, pertama apabila tingkat bunga naik berarti ongkos memegang uang kas (oportunity cost of holding money) makin besar atau tinggi.

  Orang lebih baik memegang obligasi. Keinginan masyarakat akan uang kas akan makin kecil, sebaliknya makin rendah tingkat bunga makin besar keinginan masyarakat untuk memegang kas. Kedua, hipotesis Keynes bahwa masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga “normal” berdasarkan pengalaman, terutama pengalaman tingkat bunga yang baru-baru terjadi. Tingkat bunga normal artinya suatu orang bersikap indifferent (tidak acuh) apakah ia akan memegang uang atau obligasi. Selain itu, setiap terjadi perubahan atau penyimpangan, tingkat bunga diharapkan akan kembali ke tingkat bunga normal ini. Jadi, apabila tingkat bunga kenyataanya berada diatas tingkat normal, maka masyarakat mengharapkan tingkat bunga tidak akan naik lagi, bahkan diperkirakan akan turun atau kembali ke tingkat bunga normal. Apabila suatu saat tingkat bunga berada diatas tingkat bunga normal maka seluruh uang yang dialokasikan untuk spekulasi akan diwujudkan dalam bentuk obligasi dan pada tingkat uang berada dibawah tingkat bunga normal ia akan memegang uang kas seluruhnya. Hubungan antara tingkat bunga normal dengan jumlah uang yang dipegang ditunjukkan pada Gambar 2.2.

  r r* A

  

Ms Msp

Gambar 2.2 Permintaan Uang Dengan Tingkat Bunga Normal

  Misalnya tingkat bunga normal adalah r*. pada tingkat bunga yang terjadi lebih tinggi dari r*, uang yang dipegang akan berupa obligasi (sehingga M , jumlah

  s

  uang untuk spekulasi nol), sedangkan pada tingkat bunga di bawah r* seluruh uang untuk spekulasi dipegang dalam bentuk kas (M banyak). Pada tingkat bunga sama

  s

  dengan r* maka ia tidak acuh apakah memegang kas atau obligasi (dalam grafik dicerminkan oleh segi empat Or*AM ).

  s

  Permintaan uang untuk spekulasi oleh seseorang (individu) berbentuk patah seperti pada Gambar 2.2. Hal ini karena harapan mengenai suku bunga yang akan terjadi sudah pasti. Pada suku bunga di atas r* harapan untuk memperoleh “keuntungan (gain)” dari obligasi positif, sehingga orang mengalokasikan uangnya dalam bentuk obigasi semua. Pada Gambar 2.2, untuk r > r* banyaknya M = 0. Pada

  sp

  saat suku bunga dibawah atau lebih rendah dari r* harapan memperoleh keuntungan dari obligasi negatif sehingga orang lebih senang memegang uang daripada memegang obligasi. Pada r < r*, banyaknya uang yang dipegang untuk spekulasi sama dengan total kekayaan. Pada saat r = r* harapan memperoleh keuntungan dari obligasi sama dengan nol sehingga orang bersikap acuh tak acuh apakah memegang kas atau obligasi.

  Obligasi adalah surat berharga yang memberikan hasil (return r) yang tetap jumlahnya. Nilai sekarang (present discounted value, PDV) dari r (selama memegang obligasi) ini merupakan harga sekarang dari obligasi. Nilai sekarang dari suatu penerimaan yang akan diterima di masa mendatang besarnya berbanding terbalik dengan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga maka akan semakin rendah PDV dari r maka semakin rendah harga sebuah obligasi. Dengan demikian apabila tingkat bunga berada diatas tingkat bunga normal, orang berharap tingkat bunga akan turun apabila tingkat bunga kenyataanya dibawah normal, masyarakat akan memperkirakan tingkat bunga akan naik kembali pada tingkat bunga normal tersebut. Harga surat berharga diperkirakan akan turun (sebab tingkat bunga naik) sehingga mereka akan menjual surat berharga dan dengan demikian keinginan memegang uang kas naik. Ketergantungan permintaan uang kas untuk spekulasi terhadap tingkat bunga ditunjukkan pada Gambar 2.3 yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara tingkat bunga (r) dengan permintaan uang untuk spekulasi (L ).

  2 r

  L2

  Msp

Gambar 2.3 Permintaan Uang Untuk Spekulasi

  Untuk suatu perekonomian dianggap bahwa terdapat suatu rentang (range) suku bunga normal. Tiap orang memiliki harapan berbeda mengenai seberapa besar laju perubahan suku bunga menuju normal. Dengan kata lain tiap orang memiliki harapan memperoleh keuntungan dari obligasi dengan tingkat yang berbeda-beda.

  Pada umumnya semakin rendah suku bunga semakin besar orang berharap suku bunga akan naik. Dengan kata lain semakin banyak orang ingin memegang uang (menjual obligasi). Demikian sebaliknya pada tingkat bunga yang tinggi. Permintaan uang untuk spekulasi akan berupa kurva dengan slope negatif seperti pada Gambar

  2.3.

2.4.3. Teori Permintaan Uang Friedman

  Teori permintaan uang Friedman ini dikenal dengan "restatement" of the

  

quantity theory (penegasan kembali tentang teori kuantitas). Friedman menyatakan

  bahwa uang pada prinsipnya merupakan salah satu bentuk kekayaan. Permintaan uang (mirip dengan permintaan akan suatu barang) tergantung pada tiga hal, yaitu: (a) total kekayaan yang dimiliki, dalam segala macam bentuk kekayaan ini merupakan kendala anggaran (budget constraint) dalam perilaku konsumen; (b) harga dan keuntungan (return) dari masing-masing bentuk kekayaan; dan (c) selera dan preferensi pemilik kekayaan. Analisis Friedman bertitik-tolak pada keuntungan marginal dari proses substitusi antar bentuk kekayaan seperti uang, obligasi, saham, surat berharga dan bentuk kekayaan yang lain (baik manusiawi maupun non manusiawi).

  Dalam definisinya yang paling luas, kekayaan seseorang adalah seluruh sumber "pendapatan" atau jasa yang dapat dikonsumsi. Salah satu bentuk kekayaan ini adalah kapasitas produktif dari manusia. Dengan demikian bentuk kekayaan yang pertama yang dapat dimiliki seseorang adalah kapasitas produksi manusia (sumber memperoleh penghasilan di masa depan. Dengan demikian semakin kaya seseorang harapan pendapatan di masa depan semakin besar. Apabila kekayaan adalah W,

  y

  pendapatan adalah y dan suku bunga adalah r; maka W = / menunjukkan nilai

  r

  sekarang dari pendapatan di masa depan. Bila W P maka YP akibatnya jumlah uang yang dipegang juga akan naik.

  Keuntungan dalam memegang uang berupa kemudahan dalam melakukan transaksi. Secara riil, besarnya keuntungan memegang uang ini dipengaruhi oleh volume barang yang ditransaksikan. Untuk per unit uang yang dipegang, volume barang yang dapat ditransaksikan ditentukan oleh harga barang, P. Dengan demikian keuntungan memegang uang tergantung tingkat harga, P.

  Obligasi (Bond, B), misalnya obligasi berperiode tidak terbatas (perpetual), merupakan surat hak memperoleh pendapatan sejumlah nominal tertentu setiap periode dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Keuntungan memiliki obligasi dapat berbentuk dua macam, yaitu: penerimaan per periode yang nilai nominalnya tetap dan perubahan harga obligasi (bisa kenaikan maupun penurunan). Dengan demikian besarnya keuntungan memegang senilai satu rupiah obligasi dapat ditulis sebagai r

  • (l/r

  b

  b

  ).(dr

  b /dt).

  Seperti Obligasi, Saham (Equity, E) dianggap sebagai hak memperoleh aliran pendapatan dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Keuntungan memiliki saham dapat berbentuk tiga macam, yaitu: sejumlah uang nominal konstan (tertentu) setiap tahun (apabila tidak terdapat perubahan tingkat harga umum, P) besarnya tergantung deviden yang diberikan oleh perusahaan, kenaikan atau penurunan nilai nominal akibat perubahan harga, dan perubahan harga saham (dapat terjadi akibat perubahan tingkat bunga maupun tingkat harga). Secara ringkas, keuntungan memegang setiap satu rupiah saham dapat ditulis menjadi r

  • (l/P)(dP/ dt)- (l/r

  e

  e

  ).(dr

  e /dt).

  Bentuk kekayaan fisik memberikan aliran keuntungan yang tidak berupa uang (nominal) namun berupa aliran barang atau jasa konsumsi. Secara nominal, aliranbarang dan jasa konsumsi ini dapat dinilai sesuai dengan perkembangan harga.

  Dengan demikian keuntungan memegang setiap rupiah bentuk kekayaan fisik adalah perubahan harga, (l/P)(dP/dt).

  Selanjutnya, bentuk kekayaan yang lain adalah kekayaan yang bersifat manusiawi (human wealth). Di dalam perekonomian modern tanpa adanya perbudakan, menilai kekayaan manusiawi tidak mudah. Tidak mudah menentukan harga pasar dari pertukaran antara kekayaan manusiawi dengan non manusiawi. Salah satu cara untuk menentukan nilai kekayaan manusiawi ini adalah dengan mengandaikan adanya kontrak penyerahan sejumlah aliran jasa dari tenaga kerja pada periode tertentu dengan imbalan pendapatan uang. Selanjutnya nilai pasar kekayaan manusiawi bukan sebesar aliran uang ini namun sebesar investasi yangharus dilakukan supaya seseorang mampu menghasilkan aliran pendapatan tersebut. Dengan kata lain nilai kekayaan manusiawi ini dinilai sebesar kekayaan non-manusiawi yang harus diinvestasikan (dialihkan) menjadi kekayaan manusiawi. artian harga pasar. Untuk setiap waktu tertentu komposisi kekayaan seseorang selalu terdiri atas kekayaan manusiawi dan non-manusiawi. Komposisi ini mungkin saja berubah-ubah, namun pada suatu titik waktu dianggap konstan. Dengan demikian, apabila w merupakan rasio antara kekayaan non-manusiawi dengan kekayaan manusiawi, atau rasio antara aliran pendapatan dari kekayaan non-manusiawi dengan aliran pendapatan dari kekayaan manusiawi, w ini mencerminkan rasio antara kekayaan (wealth) dengan pendapatan (income). Besar kecilnya nilai w merupakancerminan besar kecilnya kekayaan manusiawi yang perlu diperhitungkan di dalam analisis permintaan uang.

  Preferensi seseorang dalam memegang berbagai bentuk kekayaan, u, sama pengertiannya dengan preferensi seseorang dalam memilih mengkonsumsi suatu barang. Dengan demikian untuk bisa langsung diterima sebagai salah satu variabel penentu besar kecilnya jumah uang yang diminta.

2.5. Produk Domestik Bruto

  Jika seseorang ingin menilai kondisi perekonomian seseorang, maka yang pertama akan dilakukan adalah melihat berapa banyak pendapatanyya, seseorang akan memiliki pendapatan tinggi relatif mudah mencukupi berbagai kebutuhan hidupnya, serta menikmati kemewahan. Logika yang sama jugak berlaku untuk perekonomian secara keseluruhan. Untuk menilai suatu Negara tergolong kaya atau miskin, yang pertama kita lihat adalah seberapa banyak pendapatan total dari semua orang yang tinggal dinegara tersebut. Mankiw, 2004;5). barang yang diproduksi dengan jumlah barang yang dihasilkan. Misalkan dalam perekonomian yang hanya memproduksi satu jenis produk saja yaitu baju. Selama tahun 2011 diproduksi sebanyak 1500 potong baju. Bila terjual satu potong baju adalah 30.000, maka PDBtahun 2011 besarnya adalah Rp. 30 juta.

  PDB hanya mencakup barang dan jasa akhir yaitu barang yang dijual kepada pengguna terakhir. Sikat gigi, pasta gigi adalah contoh barang akhir, jadi yang menentukan adalah siapa yang membeli barang dan jasa akhir. PDB menghitung dua hal sekaligus, yakni pendapatan total setiap orang dalam perekonomian, serta pengeluaran total atas seluruh output (berupa barang dan jasa) dari perekonomian yang bersangkutan. Alasan mengapa PDB dan GNP dapat mengukur kedua hal tersebut adalah bahwa pendapatan dan pengeluaran merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama . jadi, bagi sebuah perekonomian secara keseluruhan, pendapatan harus sama dengan pengeluaran.

  Alasan berikut yang dapat kita simak untuk menjelaskan mengapa pendapatan suatu perekonomian selalu sama dengan pengeluaran adalah setiap transaksi pasti melibatkan dua belah pihak, yakni pembeli dan penjual. Setiap rupiah yang dibelanjakan oleh pihak pembeli adalah rupiah yang diterima oleh penjual.

  Komponen-komponen PDB: 1.

  Konsumsi (consumption) adalah pengeluaran rumah tangga atas berbagai barang dan jasa.

  Investasi (investment) adalah pembelian berbagai peralatan modal, persediaan, dan struktur bisnis, seperti pembelian yang dilakukan sebuah perusahaan dalam membangun sebuah pabrik. Investasi juga mencakup pembelian rumah baru ( meskipun dilakukan oleh rumah tangga, para ekonom sepakat bahwa pembelian rumah baru merupakan bagian dari investasi).

  3. Pembelian atau belanja Negara (government purchases) mencakup seluruh pengeluaran atas berbagai barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah (semua instansi, semua tingkatan mulai dari pemerintah pusat dan daerah).

  4. Ekspor neto (net export) adalah pembelian yang dilakukan oleh pihak asing atas berbagai barang dan jasa yang diproduksi didalam negeri (ekspor) dikurangi oleh pembelian oleh penduduk setempat atas berbagai barang dan jasa yang diproduksi diluar negeri (impor)

2.6. Inflasi

2.6.1 Pengertian inflasi

  Ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh para ekonom mengenai inflasi yakni:

1. Milton friedman mengatakan bahwa inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara terus menerus dan cepat.

  2. Tajul kwalwaty; inflasi adalah suatu keadaan yang mengidentifikasikan semakin melemahnya daya beli diikuti semakin merosotnya nilai riil (intrinsic) mata uang suatu Negara. Ryan C. Amacher and Holley H. Ulbrich dalam bukunya Principles of

  Microeconomics. Menjelaskan bahwa terjadinya inflasi merupakan akibat dari

  kenaikan tingkat harga diatas harga rata-rata yang berlaku umum yang dapat diukur dengan indeks harga barang-barang konsumsi dari tahun-ketahun.

2.6.2 Jenis- jenis Inflasi

  Inflasi dapat digolongkan dalam berbagai kategori, yang ditentukan berdasarkan beberapa hal, yaitu:

  1. Berdasarkan asal inflasi: a.

  Domestic inflation, inflasi yang berasal dari dalam negeri. Kenaikan harga-harga disebabkan karena adanya kejutan (shock) dari dalam negeri.

  b.

  Imported inflation, inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri. Kenaikan harga-harga terjadi secara absolute.

  2. Berdasarkan intensitas inflasi: a.

  Creeping Inflation, atau mild inflation atau inflasi merayap adalah inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan berlangsung lambat (merayap).

  Creeping inflasion biasanya terjadi di Negara-negara sedang berkembang karena terjadinya melekat dengan pembangunan itu sendiri.

  b.

  Hyper inflasi, atau galloping inflation adalah inflasi yang sangat berat yang timbul akibat adanya kenaikan harga-harga umum yang sangat cepat.

  Hyper inflation sangat berbahaya karena dapat merusak struktur 3.

  Berdasarkan Bobot inflasi: a.

  Inlasi ringan, adalah inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung secara perlahan dan berada pada posisi satu digit atau dibawah 10% per tahun.

  b.

  Inlasi sedang, adalah inflasi dengan tingkat laju pertumbuhan berada diantara 10-30% pertahun atau melebihi dua digit dan sangat mengancam struktur perekonomian suatu Negara.

  c.

  Inflasi berat, adalah inflasi dengan laju pertumbuhan 30-100% per tahun.

  Pada kondisi demikian, sector-sektor produksi hamper lumpuh total kecuali yang dikuasai oleh Negara.

  d.

  Inflasi sangat berat, disebut juga sebagai hyper Inflation, adalah inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui 100% per tahun, sebagaimana terjadi pada masa perang dunia ke II. Untuk keperluan perang terpaksa harus dibiayai dengan cara mencetak uang secara berlebihan.

4. Berdasarkan penyebab terjadinya Inflasi: a.

  Demand pull Inflation, inflasi ini timbul karena permintaan keseluruhan yang tinggi diastu pihak, dipihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah harga naik. Dan bila hal ini berlangsung terus-menerus akan menyebabkan inflasi yang berkepanjangan.

  b.

  Cost Push Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh turunnya produksi produsen akan menaikkan harga-harga.

  c.

  Combined Inflation, yaitu inflasi yang timbul karena pengaruh pergeseran permintaan dan penawaran masyarakat. Dengan demikian harga yang timbul disebabkan oleh permintaan masyarakat yang kuat dan juga adanya tuntutan dari buruh atau pengusaha yang menyebabkan kenaikan ongkos.

2.6.3 Teori-teori Inflasi

  Ada beberapa teori yang membahas tentang inflasi yakni: 1.

  Teori Kuantitas Teori ini merupakan teori yang paling tua dan merupakan teori yang mendekati inflasi dari segi permintaan. Teori ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh kelompok ekonom dari Chiago University, yang juga dikenal sebagai kelompok moneteris.menurut pendapat mereka bahwa inflasi hanya dapat terjadi bila ada kenaikan jumlah uang beredar. Harga-harga akan naik karena adanya kelebihan uang yang diciptakan atau diproduksi oleh bank sentral. Meningkatnya jumlah uang beredar berarti meningkatnya saldo kas yang dimiliki oleh rumah tangga konsumen dan akibatnya akan meningkatkan pengeluaran konsumsi masyarakat. Peningkatan konsumsi masyarakat akan mengakibatkan kenaikan tingkat harga, sehingga akan berakibat terjadinya inflasi. Inflasi akan berhenti dengan sendirinya jika tidak terjadi penambahan uang beredar.

   Teori Keynes dan teori tekanan Biaya (Cost Push Theory)

  Teori inflasi menurut pendekatan ini mengatakan bahwa inflasi terjadi karena suatu kelompok masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya, sehingga proses inflasi merupakan proses tarik-menarik antar golongan masyarakat untuk memperoleh bagian yang lebih besar dari pada yang mampu disediakan oleh masyarakat itu sendiri. Golongan yang berhasil dengan aspirasinya akan mencerminkan penghasilannya dengan suatu permintaan yang efektif. Kalau hal ini selalu terjadi maka akan menimbulkan suatu kesenjangan inflasi. Tekanan dari golongan ini akan mengakibatkan kenaikan biaya. Menurut aliran teori ini, untuk mengetahui proses inflasi perkiraan diamati factor kelembagaan yang dapat mempengaruhi upah dan harga. Adanya suatu kesenjangan di atas akan menaikkan harga-harga dan laju inflasi. Proses inflasi akan berlangsung secara terus-menerus selama masih terjadi perbedaan antara permintaan efektif.

3. Teori strukturalitas

  Teori merupakan teori inflasi yang didasarkan pada pengalaman di Negara-negara Amerika latin dan mengaitkan timbulnya inflasi. Karenanya pula sering disebut inflasi jangka panjang. Pada umumnya Negara-negara berkembang adalah eksportir bahan baku mentah yang merupakan masukan industry Negara-negara maju, secara teoritis mereka berharap bahwa ekspor mereka dapat meningkat apabila mereka dapat meningkat apabila mereka mengadakan perdagangan internasional. Kenaikan ekspor ini dengan sendirinya dapat dipakai untuk membiayai program pembangunan dan faktor, antara lain: harga barang ekspor di pasar dunia yang tidak menguntungkan, elastisitas kurva penawaran barang-barang ekspor yang umuimnya tidak elastis dan batasan yang dibutuhkan oleh Negara-negara industry. Akibatnya ekspor mereka tidak cukup kuat untuk mendukung program-program pembangunan yang terlalu ditargetkan dan juga impor. Permasalahannya adalah komponen barang-barang subtitusi impor tersebut masih juga diimpor dan ongkos produksinya relativ lebih tinggi. Jelaslah bahwa dengan tingginya ongkos akan mengakibatkan harga barang- barang tersebut menjadi lebih mahal. Dengan sendirinya proses ini akan saling kait- mengait dengan sektor lain yang menggunakan barang-barang subtitusi impor tersebut, sehingga harga terpengaruh untuk naik. Disamping faktor di atas, kenaikan harga juga terjadi adanya ketidakselarasan antara produksi barang-barang kebutuhan pokok pangan dengan pertumbuhan penduduk. Jika pertumbuhan produksi pangan dengan pertumbuhan penduduk. Jika pertumbuhan produksi pangan tersebut lebih kecil daripada pertumbuhan penduduk, berarti penawaran pangan lebih kecil daripada permintaan pangan, akibatnya cenderung naik dan inflasi terjadi.

2.6.4 Dampak inflasi

  Inflasi pada umunya memberikan dampak yang kurang baik terhadap perekonomian. Akan sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tingkat pengangguran atau inflasi dapat dijadikan satu cara

  Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak negativ dan dampak positif dari inflasi yakni sebagai berikut:

  1. Bila harga barang naik secara terus-menerus, maka masyarakat akan panik sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena satu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang memborong barang, sementara yang kekurangan uang yang tidak bisa membeli barang, akibatnya Negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.

  2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut, maka masyarakat cenderung untuk menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank yang rush, akibatnya bank kekurangan dana dan berdampak pada tutup atau bangkrut, atau rendahnya dana investasi yang tersedia.

  3. Produsen cenderung memanfaatkan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasar sehingga harga yang akan terus-menerus naik.

  4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.

  5. Bila inflasi berkepanjangan, maka produsen banyak yang bangkrut karena produknya relative semakin mahal sehingga tidak mampu membeli.

  6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah kepada sentiment kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada

  7. Dampak positif dari inflasi adalah bagi pengusaha barang-barang mewah yang mana barangnya lebih laku pada saat harganya semakin tinggi.

  8. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengonsumsi, produksi akan diusahakan sedemikian efisien dan konsumtifisme akan dapat ditekan.

  9. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industry kecil dalam negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh.

  10. Tingkat pengangguran akan cenderung menurun karena masyarakat akan tergerak.

2.7.Suku Bunga

2.7.1. Pengertian suku bunga

  Suku bunga dapat dikatakan sebagai biaya yang dikeluarkan sebagai balas jasa karena telah menggunakan uang org lain. Bagi dunia perbankan, suku bunga dapat dikatakan sebagai harga yang harus dikeluarkan bank kepada nasabah yang menyimpan dananya di bank, dan sisi lain juga dapat dikatakan sebagai harga yang dibayar nasabah kepada bank atas dana yang telah dipinjamkan (nasabah yang memperoleh pinjaman).

2.7.2. Jenis Suku Bunga

  Dalam kehidupan kita sehari-hari banyak terdapat jenis suku bunga yakni: a. Suku bunga dasar kredit yang diberikan oleh perbankan dan tingkat bunga yang telah ditetapkan bank sentral untuk mendiskontokan surat-surat berharga yang ditarik atau diambil oleh bank sentral. Dasar perhitungan suku bunga ini juga dipakai oleh bank komersil untuk menghitung suku bunga kredit yang dikenakan pada nasabahnya.

  b.

  Suku bunga efektif Suku bunga efektif adalah suku bunga yang dibayar atas harga beli suatu obligasi

  (BOND). Semakin rendah harga pembelian obligasi dengan tingkat bunga nominal tertentu, maka semakin tinggi tingkat bunga efektifnya dan sebaliknya. Jadi ada hubungan terbalik antara harga yang dibayarkan untuk obligasi dengan tingkat bunga efektifnya.

  c.

  Suku bunga Nominal Suku bunga nominal (nominal rate) adalah tingkat suku bunga yang dibayarkan tampa dilakukan penyesuaian terhadap akibat inflasi.

  d.

  Suku bunga padanan Suku bunga padanan adalah suku bunga yang besarnya dihitung setiap hari (bunga harian), setiap minggu ( bunga mingguan), setiap bulan (bunga bulanan), dan setiap tahun (bunga tahunan) untuk sejumlah pinjaman atau investasi selama jangka waktu tertentu yang apabila dihitung secara anuitas (bunga berbunga) akan memberikan penghasilan bunga dalam jumlah yang sama.

  Berdasarkan kegiatan bank dalam menghimpun dana dan menyalurkan dana dari masyarakat (dalam hubungannya dengan nasabah) maka suku bunga dikelompokkan a.

  Bunga simpanan Bunga simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai ransangan atas balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya dibank yang merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contoh: giro, bunga tabunga, dan bunga deposito.

  b.

  Bunga pinjaman Bunga pinjaman adalah bunga atau harga yang diberikan oleh nasabah (peminjam) kepada bank atas dana atau pinjaman yang diberikan kepadanya.

  Contoh: bunga kredit.

2.7.3 Teori Suku bunga

  a. Teori klasik

  Oleh Prof. Marget dari London School of Economics, teori bunga aliran

  klasik dinamakan“The pure theory Of interest”. Menurut teori itu, tinggi rendahnya tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan modal. Jadi bunga modal terlalu dianggap sebagai harga barang-barang dan jasa-jasa, dimana tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan dan penawaran, demikian pula tinggi rendahnya tingkat bunga modal ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan modal. Dasarnya adalah “price determined by supply and demand” (Darmawan, b.Teori bunga dari aliran Neo Klasik Teori ini dikemukakan oleh Roberson dan dinamakan “ the loanable fund

theory of interest ”. Dasar teori ini hamper sama dengan teori bunga aliran klasik.

  Perbedaannya terletak pada suatu perbaikan ke arah segi penawaran akan modal saja, menurut aliran klasik, saving (supply of capital) hanya berbentuk simpanan saja.

  Sedangkan menurut teori Loanable Fund, saving itu sendiri terdiri atas; simpanan, penciptaan uang baru, dan saldo uang yang diaktifkan (active idle balance). Maka dari itu supply of capital menurut teori ini akan lebih besar daripada menurut teori klasik. Oleh dasar teori tersebut sama dengan teori klasik, maka kritik dari J.M Keynes adalah sama, yaitu bahwa tingkat bunga tidak dapat ditentukan begitu saja karena tidak diketahui tingkat pendapatan yang akan mempengaruhi saving, maka tingkat bunga pun tidak diketahui. Menurut Keynes tingkat bunga dapat ditentukan tinggi-rendahnya jika tingkat pendapatan telah diketahui dan tetap tidak berubah. c.Teori Keynes Permintaan akan uang yang menurut Keynes disebut liquity of preference

  (permintaan uang) tergantung dari tingkat bunga. Permintaan akan uang mempunyai hubungan negative dengan tingkat bunga. Keynes menyatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adalah suatu keyakinan bahwa ada tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat bunga turun dibawah tingkat normal, makin banyak orang yakin bahwa tingkat bunga akan kembali ke tingkat norma. Jika mereka memegang surat kerugian (capital loss). Mereka akan menghindari kerugian ini dengan mengurangi surat berharga yang dipegangnya, dengan sendirinya akan menambah uang kas yang dipegang pada tingkat bunga naik(Wijaya, 2003:223).

  Hubungan permintaan uang negativ dengan tingkat bunga juga berkaitan dengan ongkos memegang uang kas (opportunity cost of holding money). Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula ongkos memegang uang kas, sehingga keinginan memegang uang kas juga akan turun, sebalinya jika tingkat bunga turun, berarti ongkos memegang uang kas juga makin rendah, sehingga permintaan uang kas akan bertambah.

  2.7.4. faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat bunga

  1. kebutuhan Dana Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, makan dapat dilakukak oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan meningkatkan suku bunga pinjaman. Namun apabila dana simpanan banyak tetapi permohonan terhadap simpanan sedikit maka bunga simpanan akan turun.

  2.Persaingan Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16% maka, jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan diatas bunga pesaing.

  Bunga simpanan maupun bunga kredit/pinjaman tidak boleh melebihi bunga yang ditetapkan oleh pemerintah.

  4.Target laba yang diinginkan Sesuai dengan laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.

  5.Jangka waktu Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bungangya, hal ini diesebkan besarnya kemungkinan resiko dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya juka pinjaman jangka pendek, maka bunga akan relative rendah.