BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Dampak Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Volume Perdagangan Saham dan Abnormal Return Saham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijabarkan beberapa teori yang menjadi landasan

  analisis penulis mengenai hubungan variabel- variabel dalam penelitian, yaitu :

  

Stock split (pemecahan saham), volume perdagangan saham dan abnormal return

  saham. Penelitian terdahulu yang merupakan acuan dari penelitian ini juga akan disampaikan dalam bab ini dan selanjutnya akan diakhiri dengan kerangka pemikiran yang menganalisis hubungan ketiga variabel diatas, sehingga nantinya dapat diambil kesimpulan penelitian yang benar mengenai hubungan dan pengaruh antara ketiga variabel tersebut.

2.1. Pemecahan Saham

  Pemecahan saham (stock split ) adalah memecah selembar saham menjadi beberapa lembar saham dengan harga perlembar saham baru dibagi dengan faktor pemecahnya dengan kata lain, stock split tidak menambah nilai dari perusahaan sehingga dianggap tidak memiliki nilai ekonomis. Misalnya harga selembar saham 1000 perlembarnya, ketika terjadi pemecahan saham dengan perbandingan 1:2 maka harga selembar saham yang baru menjadi 500 ( Jogiyanto 2000 : 397).

  Dengan melakukan stock split manajemen perusahaan memecah lembar saham menjadi beberapa lembar saham baru dengan harga saham yang lebih rendah atau dengan kata lain menggantikan saham lama dengan saham baru dengan jumlah lembar yang lebih banyak dari jumlah saham semula. Pemecahan saham dikatakan tidak memiliki nilai ekonomis, namun perusahaan mempunyai tujuan tertentu dengan melakukan kebijakan ini. Grinblatt et al (1984) menyatakakan bahwa pengumuman stock split merupakan sinyal yang positif untuk aliran kas perusahaan di masa depan. Pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal positif karena manajer perusahaan ingin menyampaikan bahwa perusahaan yang melakukannya adalah perusahaan yang memiliki kinerja dan prospek yang baik.

  Perusahaan yang melakukan pemecahan saham adalah perusahaan yang memiliki predikat baik, karena keputusan tersebut memiliki resiko dan biaya yang mahal.

  Reaksi yang ditimbulkan pasar karena informasi pemecahan saham bukan berarti masyarakat terfokus pada pengumuman pemecahan saham namun masyarakat bereaksi terhadap prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui pengumuman tersebut. Para petinggi perusahaan yakin untuk melakukan pemecahan saham karena melihat harga saham yang naik di pasaran lebih besar dari harga seharusnya, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tumbuh dengan pesat. Selain itu kebijakan itu didukung pendapatan yang diterima perusahaan di tahun – tahun sebelumnya tergolong baik, sehingga perusahaan berani untuk melakukan pemecahan saham. Tidak semua perusahaan mampu melakukan pemecahan saham , sehingga ketika suatu perusahaan mengumumkan pemecahan saham maka perusahaan tersebut merupakan perusahaan berkinerja baik sehingga informasi yang dikeluarkan dipercayai masyarakat. Hanya perusahaan yang memiliki kondisi yang benar-benar dipercaya yang akan mendapat reaksi yang positif. Copeland (1979) menyatakan bahwa pemecahan saham disertai dengan biaya mahal yang harus ditanggung perusahaan , dengan demikian perusahaan yang memiliki prospek bagus saja yang mampu menanggung biaya tersebut, dan pasar akan bereaksi positif. Namun jika perusahaan yang mempunyai prospek tidak bagus melakukan pemecahan saham, perusahaan tersebut tidak akan mampu menanggung biaya yang ditimbulkan , sehingga keputusan melakukan stock split tidak akan meningkatkan harga sekuritasnya malah akan menurunkannya jika pasar cukup canggih untuk mengetahuinya.

2.1.1. Teori Pemecahan Saham

  Ada dua teori yang mendasari perusahaan untuk melakukan pemecahan saham :

  Signaling Theory

  Menurut teori ini stock split memberikan sinyal yang positif kepada pasar karena manejemen menginformasikan bahwa perusahaan memiliki kinerja dan prospek yang baik di masa yang akan datang. Alasan ini didukung bahwa perusahaan yang mampu melakukan stock split adalah perusahaan dengan predikat bagus. Ketika melakukan stock split perusahaan akan menanggung biaya, contohnya biaya percetakan, izin dan sebagainya (Copeland : 1979 ). Sehingga perusaaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang mampu menanggung resiko dan biaya dari keputusan tersebut . Supaya suatu sinyal dianggap benar dan dapat dipercaya maka tidak semua perusahaan mampu melakukan stock split, dan hanya perusahaan yang memberikan sinyal sesuai dengan yang dikondisikan akan menerima reaksi yang positif dari pasar.

  Trading Range Theory

  Menurut teori ini dengan dilakukannya stock split maka likuiditas saham dapat dipertahankan. Dalam penelitian Grinblatt et all (1984) mengemukakan bahwa pengumuman pemecahan saham merupakan sinyal yang positif terhadap aliran kas masa depan perusahaan. Dengan melakukan stock split perusahaan memecah saham lama menjadi beberapa lembar saham baru dengan harga yang lebih murah, sehingga perdagangan saham berada pada rentang optimal. Harga saham yang murah dari perusahan yang memiliki predikat baik tentu menarik bagi investor maupun calon investor . Para investor dapat turut andil dalam perdagangan saham yang bisa mencakup investor dengan modal kecil, dan akhirnya perdagangan saham akan meningkat dan menambah volume perdagangan ( I Gusti Mila W: 2010 ).

2.1.2. Jenis Pemecahan Saham

  Pemecahan saham adalah membagi satu lembar saham lama menjadi beberapa lembar saham baru. Terdapat dua jenis pemecahan saham yakni : pemecahan saham naik ( stock split up ) dan pemecahan saham turun ( reverse stock split ).

  Stock Split Up

  adalah memecah satu lembar saham baru dengan beberapa

  Stock split up

  lembar saham baru dengan nilai nominal saham baru lebih kecil dari nilai nominal saham lama, hal ini disebabkan karena nilai nominal saham yang dibagi dengan faktor pemecah. Contohnya harga saham yang bernilai 1000, ketika dilakukan

stock split dengan perbandingan 1:2 maka harga saham yang baru menjadi 500.

  Harga saham yang baru semakin rendah namun akan menambah jumlah lembar saham yang diperdagangkan.

  Reverse Stock split Reverse stock split merupakan kebalikan dari stock split up, pemecahan

  saham turun akan menyebabkan nilai saham akan naik, sehingga jumlah lembar saham yang akan diperdagangkan semakin sedikit. Contoh reverse stock split dengan perbandingan 2:1, maka harga saham yang semula 1000 menjadi 2000,

  

reverse stock split menggabungkan dua lembar saham menjadi satu lembar saham

dengan nilai nominal dua kali lipat dari saham yang lama.

2.2. Event Study

  Studi peristiwa (event study) merupakan suatu studi yang mempelajari bagaimana reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai pengumuman kepada masyarakat. Studi peristiwa dapat juga digunakan dalam menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan juga untuk menguji efisiesi pasar bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi yang ditimbulkan dari suatu pengumuman, jika pengumuman mengandung informasi maka diharapkan pasar akan bereaksi pada saat pengumuman itu dikeluarkan (Jogiyanto 2010 :392 ).

  Dalam hal ini studi peristiwa adalah bagaimana reaksi pasar modal terhadap pengumuman pemecahan saham yang dikeluarkan terhadap saham, pada saat sebelum pengumuman, hari pengumuman maupun setelah pengumuman tersebut. Jika pasar bereaksi akan ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Studi peristiwa yang ingin dikaji adalah peristiwa pengumuman pemecahan saham yang terjadi di perusahaan yang terdaftar di BEI.

  2.3. Likuiditas Saham Likuiditas saham merupakan salah satu indikator dalam melihat reaksi

  pasar terhadap suatu pengumuman di pasar modal. Semakin tinggi frekuensi perdagangan atas saham tersebut maka semakin tinggi pula likuiditas saham tersebut. Semakin cepat suatu saham dapat ditukarkan menjadi uang maka semakin likuid saham tersebut. Untuk sekuritas pengertian likuiditas dapat dilihat dari perbedaan antara harga jual dan harga beli, semakin besar selisih harga tersebut maka semakin tidak likuid sekuritas tersebut. Bagi investor, portofolio yang likuid adalah portofolio yang lebih banyak peminatnya ( Suad Husnan 1994 : 199). Volume perdagangan saham dapat menunjukkan bagaimana likuditas saham, dengan membandingkan jumlah saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu dengan jumlah saham yang beredar waktu tertentu. TVA ( Trading

  

Volume Activity ) dapat dijadikan acuan untuk melihat reaksi pasar terhadap

volume perdagangan saham.

  2.4. Return Saham dan Abnormal Return Saham

Return adalah hasil yang diperoleh dari modal yang ditanamkan seseorang

  kedalam suatu portofolio. Return dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi. Return realisasi adalah return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis, sedangkan return ekspektasi adalah return yang diharapkan investor pada masa yang akan datang. Besarnya return yang diterima mencerminkan kinerja dari perusahaan. Return histori dapat dijadikan sebagai dasar penetuan dari return ekspektasi ( Jogiyanto 2000 : 107 ). Return yang diterima karena adanya kebijakan stock split yang dilakukan perusahaan dapat dilihat melalui abnormal return. Keuntungan yang didapat melalui pemecahan saham dapat dilihat pada tanggal pemecahan saham, yang diakibatkan perilaku abnormal yang dilakukan pasar. Efisiensi pasar diuji melalui abnormal return, pasar dikatakan tidak efisien apabila terdapat pelaku pasar yang menikmati keuntungan yang tidak normal dalam jangka waktu yang cukup lama. Abnormal

  return adalah selisih antara return sebenarnya dengan return normal. Return

  normal merupakan return ekspektasi, dengan demikian return tidak normal adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi sebagai berikut :

  ARi,t = Ri,t – E[Ri,t]

  Dimana : ARi,t = return tidak normal (abnormal return ) sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t.

  Ri,t = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t.

  E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t.

  Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

  Rit = Pit - Pit -1 Pit -1

  Dimana:

  Rit = Return harga saham i pada hari ke-t Pit = Harga saham i pada hari ke-t Pit-1 = Harga saham i pada hari t-1 Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi.

  Brown dan Warner (1985) mengestimasi return ekspektasi menggunakan model estimasi mean adjusted model, market model dan market adjusted model.

  Mean-adjusted Model

  Model disesuaikan dengan rata-rata menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi (estimation period ), sebagai berikut :

   t2 ∑ Rij E[Ri,t] = j = t1

   T Dimana : E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i pada peiode peristiwa ke-t Rij = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t

  1 sampai t

  2 Periode estimasi umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa.

  Periode peristiwa disebut juga dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa. Lama dari jendela yang umum digunakan berkisar 3 hari sampai dengan 121 hari untuk data harian dan 3 bulan sampai dengan 121 bulan untuk data bulanan.

  Market Model

  Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model) dilakukan dengan dua tahap, pertama membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan kedua, menggunakan model ekspektasi di periode jendela. Model ekspektasi ini dibentuk dengan menggunakan teknik regresi OLS ( Ordinary Least Square) dengan persamaan :

  Ri,j = i + i. RMj + i,j α β ε

  Dimana : Ri,j = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j

  intercept untuk sekuritas ke-i

  αi = koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i βi = RMj = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j

  = kesalahan residu sekuritas ke-I pada periode estimasi ke-j εij juga dapat dihitung dengan rumus :

  return ekspektasi RMj = (IHSGj - IHSGj-1)

   IHSGj-1

  Dimana : RMj = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j

  IHSGj = indeks harga saham gabungan pada hari ke-j

  IHSGj-1= indeks harga saham gabungan pada hari ke j-1

  Market-Adjusted Model

  Model ini menganggap untuk mengestimasi return suatu sekuritas terbaik adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Model ini tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return yang diestimasi sama dengan besar return indeks pasar.

  E ( R )= R it mt

  Dimana : E (R ) = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

  it

  R = return sekuritas pada waktu ke-t

  mt

2.5. Penelitian Terdahulu

  Berikut ini adalah beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dan merupakan acuan atau pembanding dengan penelitian yang akan dilakukan :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

  N0. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

  1. Melinda Savitri Dalam penelitian pada saat

  The Analysis Impact

  dan Dwi Martani Of Stock Split And terjadi stock split dan reverse (2008) Reverse Stock Split stoc k split terdapat peningkatan

  On Stock Return And abnormal return pada waktu Volume The Case Of tertentu. Hasil menunjukkan Jakarta Stock bahwa pemecahan saham ke Exchange. bawah memiliki efek lebih

  untuk saham

  return dibandingkan . stock split

  Namun hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat pengaruh pemecahan saham terhadap abnormal return dan volume perdagangan.

  2. Fretty Asih Rumanti dan Moerdiyanto (2012)

  Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Volume Perdagangan Saham Dan Abnormal

  abnormal return baik ditinjau

  pengaruh yang signifikan terhadap varians saham dan

  spread , tetapi tidak mempunyai

  Dalam penelitiannya dikemukakan bahwa aktivitas pemecahan saham mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, volume perdagangan dan persentase

  Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas dan Return Saham Di BEJ

  4. Wang Sutrisno, Francisca Yuniartha, dan Soffy Susilowati (2000)

  Tidak ada pengaruh signifikan rata-rata volume perdagangan sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham. Selain itu pemecahan saham tidak berpengaruh signifikan terhadap rata-rata abnormal return saham sesudah dan sebelum pemecahan saham, hal ini dikarenakan reaksi pasar yang berbeda.

  Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2007 – 2009

  Return Saham Pada

  3. I Gusti Ayu Mila W (2010)

  Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap

  return saham hanya pada periode-periode tertentu.

  berpengaruh signifikan terhadap

  stock split

  sebelum pemecahan saham dan 10 hari sesudah stock split. Dan juga terdapat perbedaan aktivitas volume perdagangan saham sebelum stock split dan aktivitas volume perdagangan saham sesudah stock split. Sedangkan untuk return saham, pengumuman

  return selang waktu 10 hari

  Terdapat perbedaan abnormal

  Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2006 – 2010

  Activity (TVA)

  Dan Trading Volume

  Return

  secara individual maupun sebagai sebuah portofolio.

  Tidak adanya perbedaan signifikan untuk abnormal berarti tidak ada

  return

  perubahan pada return saham baik secara individual maupun sebuah portofolio.

  5. Timothy J Dalam penelitian ini ditemukan

  The Empirical

  Brailsford (1994) Relationship bahwa perubahan harga dan Between Trading volume berhubungan signifikan.

  Volume, Returns Hal ini didukung oleh And Volatility perubahan kemiringan volume

  dan harga saham untuk tingkat pengembalian negatif kurang curam dibandingkan kemiringan untuk volume dan harga saham untuk tingkat pengembalian yang positif.

  6. Mark S. Grinblatt, Dalam penelitian ini

  The Valuations

  Ronald W. menunjukkan bahwa harga

  Effects Of Stock

  Masulis dan Splits And Stock saham, rata-rata, bereaksi positif Sheridan Titman Dividens dengan dividen saham dan (1984) pengumuman pemecahan saham yang tidak terganggu oleh pengumuman perusahaan yang sejenis. Selain itu ditemukan bahwa terdapat hubungan signifikan yang positif kelebihan penerimaan pada saat dan sekitar tanggal pengumuman dividen saham dan pemecahan saham. Diantara kedua pengumuman dan tanggal setelah pengumuman ditemukan penerimaan untuk dividen saham lebih besar daripada pemecahan saham.

  7. Thomas E Dalam penelitian ini dikatakan

  Liquidity Changes

  Copeland (1979) terjadi penurunan likuiditas

  Following Stock Splits secara permanen setelah

  dilakukannya pemecahan saham. Ada peningkatan signifikan secara statistik dalam bid-ask spread sebagai persen dari harga penawaran dan kenaikan berlanjut, hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan perantara meningkat setelah perpecahan. Hal ini sesuai dengan proporsional volume yang lebih rendah dan pendapatan broker yang lebih tinggi. Besarnya volume dimotivasi oleh keseimbangan portofolio dapat menurun setelah perpecahan. Karena individu dapat membeli dan menjual saham secara proporsional lebih sedikit setelah perpecahan dalam rangka untuk mencapai bobot portofolio yang diinginkan.

2.6. Kerangka Konseptual

  Berbagai alasan yang mendasari perusahaan melakukan kebijakan pemecahan saham, selain ingin menyampaikan sinyal yang positif kepada masyarakat mengenai kinerja dan prospek perusahaan yang baik, manajemen perusahan juga ingin menjaga perdagangan sahamnya dalam rentang perdagangan yang optimal. Dengan melakukan pemecahan saham, perusahaan mengharapkan harga saham yang menurun meningkatkan minat investor untuk membeli saham perusahaan sehingga volume perdagangan saham akan meningkat. Para investor mengharapkan dengan adanya mekanisme pasar, harga saham yang dipecah meningkat sehingga akan menambah return yang didapat, hal ini akan mengakibatkan adanya abnormal return yang dinikmati pemegang saham.

  Penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan yang melakukan aktivitas pemecahan saham sepanjang tahun 2007-2014 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel. Pemilihan perusahaan yang menjadi sampel menggunakan metode purposive sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Penelitian dibuat untuk menganalisis dampak dari pemecahan saham terhadap volume perdagangan saham dan abnormal return saham, berdasarkan hal tersebut masing-masing volume perdagangan dan abnormal return perusahaan akan dicari. Abnormal return saham didapat dengan menggunakan selisih variabel

  

actual return dan return ekspektasi. Sedangkan untuk volume perdagangan, di

  dapat langsung dari data histori perusahaan sampel. Setelah data abnormal return dan volume perdagangan didapat, dicari rata- rata abnormal return dan volume perusahaan dari setiap perusahaan yang menjadi sampel penelitian, kemudian melakukan uji beda dua rata-rata dari abnormal return dan volume perdagangan sebelum dan sesudah tanggal pengumuman pemecahan saham, berdasarkan hal tersebut peneliti membuat kerangka konseptual sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Perusahaan yang terdaftar di BEI yang melakukan Stock

  

Split pada tahun 2007 – 2014 Sebelum Stock Split Sesudah Stock Split

     

  Volume Perdagangan Volume Perdagangan dan Abnormal Return dan Abnormal Return Uji Beda

2.7. Hipotesis

  Hipotesis menyatakan jawaban sementara yang menjelaskan hubungan antara dua variabel atau lebih. Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis dan penelitian terdahulu maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

  a. Volume Perdagangan H0 : Tidak ada perbedaan volume perdagangan sebelum dan sesudah stock split dilakukan.

  H1 : Ada perbedaan volume perdagangan sebelum dan sesudah stock split dilakukan.

  b. Abnormal Return H0 : Tidak ada perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah stock split dilakukan.

  H1 : Ada perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah stock split dilakukan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di BEI Tahun 2006 – 2011

5 132 59

Analisis Dampak Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Volume Perdagangan Saham dan Abnormal Return Saham

0 29 79

Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Perubahan Harga Saham dan Likuiditas Saham Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 51 103

Pengaruh Pengumuman Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Harga Saham Dan Volume Perdagangan Saham Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2006-2011

2 56 59

Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham Pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di BEI Tahun 2006 – 2011

2 39 59

Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Perubahan Harga Saham dan Likuiditas Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 24 112

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemecahan Saham (Stock Split) - Analisis Dampakstock Split Terhadap Harga Saham Dan Volume Perdagangan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei (Sektor manufaktur, pertambangan, finansial dan agrikulturdari tahun 2010-2013)

0 2 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Saham - Pengaruh Right Issue Terhadap Volume Perdagangan Saham Dan Return Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 2.1. Pasar Modal - Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di BEI Tahun 2006 – 2011

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal - Pengaruh Pengumuman Right Issue Terhadap Abnormal Return Saham Dan Volume Perdagangan Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 24