BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lamanya Penyelesaian Audit (Audit Delay) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdapat di Bursa Efak Indonesia (BEI) Tahun 2011-2013

BAB I PENDAHULUAN

  Laporan Keuangan merupakan potret implementasi pertanggung jawaban perusahaan kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan atas laporan keuangan tersebut (Tiono dan Jogi C, 2013). Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) wajib melaporkan laporan auditnya ke Bursa Efek Indonesia secara tepat waktu agar informasi yang diperoleh oleh pihak yang membutuhkan semakin relevan.

  Perkembangan pasar modal di Indonesia menyebabkan adanya permintaan akan transparansi kondisi keuangan suatu perusahaan. Hal ini berakibat pada penyampaian laporan keuangan. Laporan keuangan yang biasanya disampaikan ada tiga bentuk, yaitu laporan tahunan, laporan tengah tahunan, dan laporan triwulan yang disebut juga laporan keuangan intern. Laporan keuangan tahunan diterbitkan selambat-lambatnya 120 hari setelah tanggal berakhirnya tahun buku.

  Laporan keuangan tengah tahunan disampaikan paling lambat 60 hari atau 90 hari kemudian tanpa disertai laporan akuntan atau 120 hari tetapi telah disertai dengan laporan akuntan. Sedangkan laporan triwulan diterbitkan paling lambat 60 hari setelah triwulanan buku perusahaan berakhir tanpa disertai laporan akuntan, sehingga laporan ini biasanya bersifat sukarela. Laporan keuangan yang disampaikan harus disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang telah terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal.

  Hasil audit atas perusahaan publik mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab yang besar. Adanya tanggung jawab yang besar ini memicu auditor untuk dapat bekerja secara lebih profesional. Salah satu bentuk profesionalitas auditor adalah ketepatan waktu penyampaian laporan auditnya. Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangannya kepada masyarakat maupun kepada Bapepam sendiri, tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan laporan auditnya. Ketepatan waktu ini berkaitan dengan manfaat yang terkandung dalam laporan keuangan. Suatu manfaat akan sangat membantu apabila dapat diterima tepat pada waktunya. Jika terjadi penundaan waktu yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.

  Dalam penyelesaian pekerjaan lapangannya, auditor membutuhkan waktu untuk melakukan pencatatan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapatan atas laporan keuangan. Auditor akan dihadapkan dalam dilema antara menyelesaikan laporan auditnya tepat waktu dan melaksanakan audit sesuai dengan standar yang berlaku demi kualitas laporan audit. Lamanya waktu penyelesaian audit akan berpengaruh pada ketepatan waktu informasi tersebut disampaikan. Ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan elemen pokok bagi catatan keuangan yang memadai. Ketepatan waktu pelaporan keuangan bisa berpengaruh pada nilai informasi dalam laporan keuangan tersebut. Keterlambatan pelaporan akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal karena laporan keuangan auditan memuat informasi tentang laba yang dihasilkan perusahaan yang digunakan sebagai pelaku pasar modal untuk memprediksi nilai perusahaan, dalam hal ini adalah harga sahamnya. Pengumuman laba yang terlambat menyebabkan abnormal returns dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu penyelesaian audit yang diselesaikan oleh auditor. Perbedaan waktu ini, dalam audit, sering disebut sebagai audit delay. Semakin panjang audit delay, maka semakin lama auditor dalam menyelesaikan laporan auditnya.

  Semakin lama waktu tertunda dalam penyajian laporan keuangan suatu perusahaan ke publik, maka semakin banyak kemungkinan berkembangnya isu maupun kemungkinan terdapatnya insider information mengenai perusahaan tersebut. Semakin panjang waktu untuk publikasi laporan keuangan tahunan sejak akhir tahun buku suatu perusahaan, maka semakin besar kemungkinan informasi tersebut bocor kepada investor tertentu atau bahkan menimbulkan terjadinya masalah bagi perusahaan tersebut di bursa saham.

  Pihak regulator mencegah terjadinya masalah ini dengan cara menentukan suatu regulasi yang mengatur batas waktu penerbitan laporan keuangan yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan. Tujuannya adalah untuk menjaga relevansi dan reliabilitas informasi yang dibutuhkan para pelaku bisnis sehingga menggairahkan aktivitas bisnis investasi suatu negara. Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan, laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas informasi laporan keuangan yang berguna bagi para pemakainya. Keempat karakteristik tersebut yaitu dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan. Hal ini sesuai dengan PSAK No.1 2007 tentang Kerangka Dasar dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 43, yaitu kendala relevansi dan keandalan laporan keuangan adalah ketepatan waktu pelaporan keuangan. ”Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relevansi antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi handal. Untuk menyediakan informasi tepat waktu, sering kali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui

  ” (Widosari,2012). Peraturan Kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyajian laporan keuangan kepada publik di Indonesia telah diatur dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Keputusan Ketua Bapepam No.80/PM/1996 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala, yang kemudian pada tahun 2003 dikeluarkan peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan Nomor KEP- 36/PMK/2003 yang berlaku 30 September 2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa semua perusahaan yang terdaftar di pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan auditan secara berkala kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Pemeriksaan laporan keuangan oleh auditor independen yang bertujuan untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan memerlukan waktu yang cukup panjang. Menurut Petronila (2007) dalam Lianto dan Kusuma (2010) hal ini disebabkan karena terbatasnya jumlah karyawan yang akan melakukan audit, banyaknya transaksi yang akan diaudit, kerumitan transaksi dan pengendalian internal yang kurang baik.

  Pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak terhadap lamanya penyelesaian laporan audit, tetapi juga berdampak pada peningkatan kualitas auditnya. Waktu untuk menyelesaikan pengauditan laporan keuangan oleh auditor di ukur berdasarkan lamanya hari sejak tanggal tahun tutup buku per 31 Desember sampai pada tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. Perbedaan waktu ini di sebut audit report lag (Aryati dan Theresia,2005).

  Pada tahun 2013 banyak perusahaan yang terlambat menyerahkan laporan keuangan kepada Bapepam. Dikutip dari ipotnews, Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) menginformasikan terdapat 52 emiten yang hingga 1 April 2013 belum menyampaikan laporan keuangan auditan yang berakhir 31 Desember 2012. Dari daftar nama ke 52 emiten tersebut, terdapat 7 emiten grup bakrie yang terlambat menyerahkan laporan keuangan tahun 2012 kepada Bapepam.

  Dikutip dari ipotnews, Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia melalui keputusan Nomor:Kep.307/BEJ/07/2004 juga menyatakan hal yang sama dan mengenakan sanksi berupa teguran dan denda secara berkala bagi perusahaan yang terlambat mempublikasikan laporan keuangan tahunan pada jangka waktu yang telah ditentukan. Misalkan peringatan tertulis pertama untuk keterlambatan

  30 hari dengan denda Rp25.000.000,00 peringatan tertulis kedua dengan denda Rp50.000.000,00 untuk keterlambatan sampai dengan 60 hari, peringatan tertulis ketiga dengan denda Rp150.000.000,00 untuk keterlambatan sampai dengan 90 hari, serta sanksi suspense efek emiten untuk keterlambatan lebih dari 90 hari.

  Lamanya waktu penyelesaian proses audit (audit delay) akan mempengaruhi ketepatan waktu dalam publikasi informasi laporan keuangan akan berdampak pada ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Bagi publik, ketepatan waktu atas laporan keuangan mengindikasikan adanya sinyal dari perusahaan untuk menunjukkan kualitas kinerja perusahaan dan kredibilitas kualitas informasi akuntansi yang tinggi atas apa yang dilaporkannya.

  Penyajian Laporan keuangan secara tepat waktu merupakan aspek yang strategis untuk memperoleh keunggulan kompetitif dalam menunjang keberhasilan perusahaan, terutama agar image perusahaan di mata publik menjadi lebih baik, yang kemudian diharapkan timbulnya kepercayaan publik terhadap kualitas informasi yang disajikan oleh pihak perusahaan.

  Suatu keterlambatan publikasi laporan keuangan dapat menjadi indikasi bahwasanya terdapat masalah dalam laporan keuangan perusahaan tersebut, sehingga memerlukan waktu lebih lama dalam menyelesaikan laporan keuangan tersebut. Keterlambatan Informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal dan secara tidak langsung diartikan oleh investor sebagai sinyal yang buruk bagi perusahaan.

  Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya, seperti penelitian Ahmed dan Hossain (2010) yang meneliti hubungan antara audit report lag dengan variabel independen Jenis Opini Auditor, Perubahan Auditor, Jenis Laporan Audit, Perusahaan Keuangan, Risiko Bisnis, Item / Pos tambahan, dan Ukuran Perusahaan. Indriyani dan Supriyati (2012) melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur di Indonesia dan Malaysia periode 2009-2010 dengan meneliti hubungan antara audit report lag dengan variabel independen Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Laba/rugi Perusahaan, dan Debt to Equity Ratio. Estrini dan Laksito (2013) melakukan penelitian terhadap audit report lag atau audit delay dengan variabel independen Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Gender Auditor, dan Reputasi KAP.

  Dengan adanya penelitian terdahulu yang telah dikaji terdapat beberapa fenomena, seperti Lianto dan Kusuma (2010), dan Saputri (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay. Namun para peneliti seperti Astuti (2007) menemukan bahwa adanya hubungan yang positif antara ukuran perusahaan terhadap audit delay. Ukuran perusahaan mencerminkan besarnya lingkup atau luas perusahaan dalam menjalankan operasinya. Semakin besar perusahaan, maka semakin banyak transaksi dalam perusahaan tersebut. Perusahaan besar pada umumnya telah memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya Di samping itu, perusahaan besar juga memiliki alokasi dana yang lebih besar untuk membayar biaya audit (audit fees) sehingga cenderung memiliki audit delay yang lebih pendek bila dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang lebih kecil.

  Beberapa penelitian mengenai pengaruh ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap audit delay antara lain Ahmad dan Kamarudin (2003) dan Utami (2006) menunjukkan adanya pengaruh ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap audit

  delay , sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad, Alim, dan Subekti

  (2005) serta Deart dan Rustiana (2007) menunjukkan ukuran Kantor Akuntan Publik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay.

  Perusahaan yang menerima unqualified opinion dianggap sebagai good news (kabar baik) sehingga penyampaian laporan keuangannya lebih cepat.

  Sebaliknya yang menerima selain unqualified opinion dianggap sebagai bad news (berita buruk), maka perusahaan akan menyampaikan laporan keuangannya ke publik lebih lama karena banyak yang perlu diteliti supaya laporan keuangannya tidak salah saji. Hal ini sesuai dengan penelitian Astuti (2007), Lee and Jahng (2008) yang menyatakan opini akuntan tidak berpengaruh terhadap audit delay.

  Laba menunjukkan good news sehingga perusahaan ingin lebih cepat mengumumkan good news tersebut dan sebaliknya jika perusahaan mengalami kerugian maka pihak manajemen ingin menunda bad news tersebut. Perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama dibandingkan biasanya karena hal ini merupakan bad news. Sebaliknya jika perusahaan melaporkan laba yang tinggi maka perusahaan berusaha laporan keuangan auditan di publikasikan secepatnya sehingga good

  news tersebut cepat diketahui oleh para investor dan pihak yang berkepentingan lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Iskandar dan Trisnawati (2010) yang menyatakan laba atau rugi perusahaan berpengaruh terhadap audit delay, namun menurut Kartika (2009) menyimpulkan bahwa laba/rugi perusahaan mempunyai pengaruh yang negatif.

  Ashton et al. (1987) membagi jenis industri menjadi 2 golongan besar, yaitu industri sektor keuangan dan industri sektor non keuangan. Industri sektor keuangan adalah industri yang memberikan jasa keuangan dan terkait dengan uang dan investasi. Industri sektor keuangan juga digunakan untuk merujuk pada organisasi yang menangani pengelolaan dana. Contoh industri-industri tersebut adalah bank, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, perusahaan asuransi dan industri sektor keuangan lainnya. Jenis industri non keuangan adalah semua jenis industri yang tidak termasuk dalam industri sektor keuangan. Perbedaan mendasar antara kedua jenis industri tersebut dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, yaitu dari segi jenis aset dan system informasi akuntansi. Menurut Iskandar, Trisnawati (2010) dan Utami (2006) industri keuangan cenderung memiliki aset berupa aset moneter yang lebih mudah diukur. Sebaliknya, kebanyakan aset dari industri non keuangan berupa aset fisik. Pada umumnya industri non keuangan membutuhkan banyak aset berupa fisik seperti mesin dan peralatan untuk melangsungkan proses bisnisnya. Industri keuangan memiliki sistem informasi akuntansi yang lebih tersentralisasi dan terotomatisasi dibandingkan dengan industri non keuangan. Namun menurut penelitian Lianto dan Kesuma (2010) menyimpulkan bahwa jenis industri tidak berpengaruh terhadap audit delay.

  Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi membutuhkan waktu dalam pengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan harus menyampaikan kabar baik tersebut kepada publik atau pemegang saham. Jika perusahaan mengalami profitabilitas yang lebih tinggi maka audit delay akan semakin pendek dibandingkan perusahaan yang tingkat profitabilitasnya lebih rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Lianto dan Kusuma (2010) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay, namun berbeda dengan penelitian Tiono dan JogiC (2013) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat profitabilitas tidak mempengaruhi audit delay.

  Ukuran perusahaan, ukuran Kantor Akuntan Publik, jenis opini audit, laba atau rugi usaha, dan jenis industri adalah variabel independen yang diteliti karena penulis ingin mengetahui apakah sebuah perusahaan dengan jumlah aset yang besar akan memiliki audit delay yang lebih lama atau lebih cepat jika dibandingkan dengan perusahaan dengan aset yang lebih kecil. Penulis juga ingin mengetahui apakah perusahaan yang menggunakan jasa kantor akuntan publik yang termasuk dalam the big four akan memiliki audit delay yang lebih lama atau lebih cepat jika dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa kantor akuntan publik yang non the big four dan pemberian opini unqualified oleh auditor, memiliki audit delay yang lebih lama atau lebih cepat jika dibandingkan dengan pemberian opini audit selain unqualified. Seperti halnya pada tahun 2010, Indofood Sukses Makmur Tbk memiliki aktiva Rp. 47,275 T, diaudit oleh KAP

  big four dan jenis opini auditnya adalah unqualified opinion with explanatory paragraph memiliki audit report lag 70 hari. Ever Shine Textile Industry Tbk memiliki aktiva Rp. 583,252 M diaudit oleh KAP big four dan jenis opini auditnya adalah unqualified opinion with explanatory paragraph memiliki audit

  delay 75 hari. Dan Tempo Scan Pasifik Tbk memiliki aktiva Rp. 3,589 T diaudit

  oleh KAP non the big four dan jenis opini auditnya adalah unqualified memiliki

  audit delay 82 hari . Dari ketiga sampel tersebut tidak dapat diambil kesimpulan

  apakah ukuran perusahaan, ukuran Kantor Akuntan Publik, dan jenis opini audit berpengaruh terhadap audit delay.

  Penelitian penulis merupakan replikasi dari penelitian terdahulu, perbedaannya terletak pada objek penelitian dan penambahan variabel independen. Berdasarkan fenomena dan ketidak konsistenan hasil penelitian terdahulu, maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti kembali analisis faktor- faktor yang mempengaruhi audit delay. Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia tahun 2011- 2013. Alasan pemilihan perusahaan publik yang masuk kategori perusahaan manufaktur ini didasarkan pada pertimbangan aktivitas produksinya yang relatif besar jika dibandingkan dengan kelompok industri yang lain di Bursa Efek Indonesia, sehingga mendominasi bursa dan mempunyai kontribusi besar terhadap perkembangan bursa.

  Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :

  “AnalisisFaktor-faktor Yang Mempengaruhi Lamanya Penyelesaian Audit (AUDIT DELAY) pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011- 2013.”

  1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), Jenis Opini Auditor, Laba atau Rugi Perusahaan, Jenis Industri, dan Profitabilitas berpengaruh terhadap Audit Delay?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Menganilisis pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), Jenis Opini Auditor, Laba atau Rugi Perusahaan, Jenis Industri, dan Profitabilitas terhadap Audit Delay baik secara simultan maupun parsial.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut: a.

  Bagi Peneliti Penelitian ini menambah wawasan peneliti mengenai Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

  b.

  Bagi Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi di dalam melakukan penelitian sejenis serta menambah pengetahuan dengan memberikan gambaran dan bukti empiris mengenai audit delay dan faktor- faktor yang mempengaruhinya.

  c.

  Bagi Auditor Membantu dalam meningkatkan efisiensi dana efektifitas proses audit, dengan mengetahui faktor-faktor dominan yang menyebabkan audit delay.

  d.

Bagi Perusahaan Manufaktur

  Memicu manajer untuk lebih meningkatkan ketepatan waktu dalam menyajikan laporan keuangan karena perusahaan publik cenderung lebih ketat diawasi oleh para investor dan institusi lain.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Dana Otonomi Khusus Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Ipm) Provinsi Aceh

0 9 10

Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas dan Invesment Oportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

0 1 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kebijakan Dividen - Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas dan Invesment Oportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

1 1 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang - Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas dan Invesment Oportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Sejarah dan Perkembangan Akuntansi Indonesia - Pengaruh Pengadopsian International Financialreporting Standards (Ifrs) Terhadap Laporan Keuangan perusahaan Lq-45 Yang Terdaftar Di Bei

1 3 36

Pengaruh Pengumuman Laporan Audit Wajar Tanpa Pengecualian dan Audit Repor Lag terhadap Harga Saham dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderator pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Sinyal - Pengaruh Pengumuman Laporan Audit Wajar Tanpa Pengecualian dan Audit Repor Lag terhadap Harga Saham dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderator pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indone

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian - Pengaruh Pengumuman Laporan Audit Wajar Tanpa Pengecualian dan Audit Repor Lag terhadap Harga Saham dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderator pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

0 2 9

Nama Perusahaan Kriteria Keterangan1 2 3

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Kepatuhan (Compliance Theory) - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lamanya Penyelesaian Audit (Audit Delay) pada Perusahaan Manufaktur yang Terdapat di Bursa Efak Indonesia (BEI) Tahun 2011-

0 0 29