TUGAS POLITIK KESEHATAN ISU PELAYANAN KESEHATAN DISUSUN OLEH CICI NOVELIA MANURUNG 1511314005

  

TUGAS

POLITIK KESEHATAN

  

ISU PELAYANAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH

CICI NOVELIA MANURUNG

1511314005

UNIVERSITAS ANDALAS

  Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa senantiasa mencurahkan rahmat, dan hidayah-Nya kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Isu Kebijakan Kesehatan. Tujuan penulisan ini yaitu sebagai tugas dalam memenuhi penilaian mata kuliah Politik Kesehatan.

  Dengan penuh kesadaran diri dan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa hanya Allah yang memiliki segala kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapka kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

  Padang, 19 Septermber 2017 Cici Novelia Manurung

  1511314005

BAB I LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional untuk meningkatkan kesadaran, kemauan

  dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan juga merupakan salah satu upaya utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang pada gilirannya mendukung percepatan pencapaaian sasaran pembangunan nasional.

  Kebijakan pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah mengacu pada komitmen Indonesia akan delapan tujuan umum Millenium Development Goals (MDGs). Pada dasarnya MDGs merupakan suatu komitmen bersama para pemimpin dunia Negara – Negara berkembang untuk bersama – sama meningkatkan pembangunan nasionalnya. Komitmen internasional ini menjadi acuan bagi pemerintah Indonesia dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yang ditandai oleh meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi dan kematian ibu melahirkan, dan perbaikan status gizi, menjadi salah satu sasaran yang hendak dicapai pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  Dalam rangka mencapai sasaran seperti disebut di atas, arah kebijakan pemerintah diprioritaskan pada : a. meningkatkan jumlah, jaringan, dan kualitas pusat kesehatan masyarakat

  b. meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan

  c. mengembangkan sistem jaminan kesehatan, terutama bagi masyarakat miskin

  d. meningkatkan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat

  e. meningkatkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sejak usia dini

  f. meningkatkan pemerataan dan kualitas fasilitas kesehatan dasar Untuk menjamin akses masyarakat miskin terhadap peayanan kesehatan, sejak tahun 1998 pemerintah melaksanakan berbagai upaya pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin. Pada tahun 1998 sampai dengan 2001 pemerintah meluncurkan Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan JPS-BK.

  Program JPS – BK ini dibiayai dengan dana pinjaman dari Asian Development

  

Bank (ADB) yang diluncurkan untuk mengatasi dampak buruk krisis ekonomi

  tahun 1997 terhadap derajat kesehatan keluarga miskin. Program ini merupakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin melalui puskesmas dan rujukannya ke puskesmas kabupaten/kota, meliputi segala bentuk pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh puskesmas dan jaringannya, termasuk pelayanan keluarga kesehatan, yaitu Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (PJKMM). Program ini diberlakukan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (SK Menkes RI) No. 1241/Menkes/SK/XI/2004 tanggal 12 November 2004. Pemerintah menunjuk PT Askes (persero) sebagai badan pelaksana program PJKMM ini. Sejak dibentuknya PJKMM hingga semester I tahun 2005, penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin, baik pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya serta pelayanan kesehatan rujukan di RS dikelola sepenuhnya oleh PT Askes (Persero).

  1.2 Rumusan masalah

  1. Apa isu kebijakan mengenai UU kesehatan yang tidak sesuai dengan fakta di kalangan masyarakat?

  1.3 Tujuan

  1. Agar pembaca paham bahwa kebijakan yang di bentuk tidak sesuai dengan fakta

  

KONSEP ATAU TEORI

  UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

  PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

  a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

  b. bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional;

  c. bahwa setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan negara;

  d. bahwa setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat;

  e. bahwa Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang Kesehatan;

  Mengingat : Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

  Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan

  PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KESEHATAN.

  BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :

  14. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.

  ANALISIS UU Nomor 30 ayat 14 mengenai Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.

  Pernyataan yang dituangkan dalam undang-undang seperti diatas sangat berhubungan dengan kebijakan yang di bentuk oleh pemerintah, alam rangka mencapai sasaran seperti disebut di atas, arah kebijakan pemerintah diprioritaskan pada : a. meningkatkan jumlah, jaringan, dan kualitas pusat kesehatan masyarakat

  b. meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan

  c. mengembangkan sistem jaminan kesehatan, terutama bagi masyarakat miskin

  d. meningkatkan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat

  e. meningkatkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sejak usia dini

  f. meningkatkan pemerataan dan kualitas fasilitas kesehatan dasar sungguh sangat di sayangkan sekali pada poin f tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sekarang ini.

  Indonesia belum bisa melupakan masalah yang terjadi pada bayi Debora karna nyawanya tidak dapat diselamatkan hanya dikarenakan orangtua Debora tidak bisa membayar penuh biaya pengobatan Debora saat itu, padahal ini mengenai kemanusiaan bukan sistem atau pun kebijakan seharus nya pemerintah tegas dengan masalah seperti ini karna ini bukan main-main dan menyakut hidup mati seseorang. Jika semua permasalah hanya dianggap angin lalu saja oleh pemerintah bagaimana masa depan kesehatan di Indonesia nantinya.

  Pihak Rumah sakit yang sempat di datangi oleh keluarga Debora untuk meminta perawatan kini hanya menyampaikan permohonan maaf saja tanpa tau bahwa itu adalah kesalah besar,karna jika kita membahas mengenai penyataan “ andaisaja” mungkin bayi Debora akan tetap merasakan keindahan dunia ini., namun saat ini yang terjadi hanyalah polemik adu pendapat yang tidak menampakkan hasil, hanya berkoar-koar dan mencari siapa yang benar dan yang salah,sedangkan orangtua Debora yang belum iklas mengingat bayinya menghadap Tuhan dengan ketidak adilan itu pun selalu berusaha mencari kebenaran. masalah keluarga Debora bagaimana dengan keluarga lainnya,jika di waktu yang akan datang terjadi lagi hal seperti ini apakah pemerintah akan berlaku sama saja ,hanya mengabaikan dan membayar kesalahan dengan sebatas permintaan maaf tanpa menghadirkan kebijakan yang benar-benar membentak setiap instansi dana menghadirkan efek jera agar tidak ada bayi Debora lainnya.

  Campur tangan politik terendus jelas pada kasus ini, namun banyak pihak yang mengabaikan suara masyarakat kecil seperti orang tua bayi Debora,sedangkan pada UU dan kebijakan yang dibentuk pemerintah seakan-akan memberikan perhatian penuh pada masyarakat kurang mampu namun pada kenyataan nya semua sangat berbanding terbalik dengan kebijakan yang dituangkan tersebut. Malah banyak masyarakat kecil yang haus akan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Seharusnya pemerintah memberika pelayanan yang benar-benar menjajikan kepada seluru masyarakat Indonesia agar tidak ada kehidupan yang hilang hanya karna kekurangan biaya atau pun keterlambatan.

  Pelayanan kesehatan seperti BPJS pun tidak menjanjikan kenyamanan untuk masyarakat miskin karna sistem pengrusannya pun memberikan kesulitan bagi masyarakat,tidak hanya itu kasus bayoi Debora pun juga berhubungan dengan BPJS.

  Instansi tempat bayi Debora di rawat meminta jaminan dari BPJS,namun jalan itupun di persulit. Tidak ada pemerataan kualitas kesehatan disini, bukan hanya itu sebenarnya banyak lagi kasus yang terjadi menyimpang dari kebijakan- kebijakan yang ada, namun yang muncul kepermukaan salah satunya kasusu bayi Debora ini. Jelas sangat tidak seimbangnya kebijakan yang di bentuk tidak menunjukkan pemerataan dan kepuasan pada masyarakat itu sendiri.

  BAB III KESIMPULAN UU NOMOR 36 PASAL 1 ayat 14 dengan kebijakan:

  a. meningkatkan jumlah, jaringan, dan kualitas pusat kesehatan masyarakat

  b. meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan

  c. mengembangkan sistem jaminan kesehatan, terutama bagi masyarakat miskin

  d. meningkatkan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat

  e. meningkatkan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sejak usia dini

  f. meningkatkan pemerataan dan kualitas fasilitas kesehatan dasar sungguh pada point f tidak menunjukkan fakta yang ada di dunia nyata,malah sebaliknya pelayanan kesehatan tidak memberikan pemerataan dan kualitas fasilitas kesehatan dasar pada masyarakat sehingga hadilrlah ke permukaan kasus bayi Debora.

  DAPUS Rahajo J.Setiajadi. 2002.Aspek Hukum Pelayanan Kesehatan Edisi 1. Jakarta:EGC http://www.fk.unair.ac.id