Evaluasi Pengkajian Penyelesaian Konflik Pertanahan di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir
Evaluasi Pengkajian Penyelesaian Konflik Pertanahan di Kecamatan Tanah Putih—Kabupaten Rokan Hilir
(Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.3 Tahun 2011) Oleh:
Idris Yusri Munaf
Abstrak
Apabila penggunaan lahan hutan tersebut tidak diatur sesuai pasal 2 UUPA di atas, dikuatirkan akan terjadi konflik pertanahan antara masyarakat dengan investor yang mempunyai modal atau dengan pemerintah, Mengingat mereka juga ingin hidup layaknya seperti masyarakat lainnya, apalagi tanah yang begitu luas dan tidak diolah dan dimanfaatkan dengan baik, sehingga memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menggarap dan mengolahnya, sampai mempunyai anak dan cucu tanpa ada teguran dan peringatan dari pemerintah. Untuk tidak terjadinya konflik pertanahan tersebut, masyarakat ingin mengajukan permohonan hak atas tanah dengan Hak Guna Usaha (HGU), tetapi luas di atas 5 Ha, harus didampingi oleh Investor (penanam modal) yang merupakaan salah satu syarat dalam memperoleh hak atas tanah tersebut. Untuk mendapatkan HGU di atas, mereka mendirikan Koperasi PPD di Kecamatan Tanah Putih setelah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Rokan Hilir, tetapi tidak berkembang. Selanjutnya bergambung dengan PT. Ria Estella Tahun 2005 dengan janji kemitraan dan saling menguntungkan satu dan lainnya. Metode Penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan pendekatan Kualitatif dengan mempergunakan teknik pengumpulan data Triangulasi Teknik, sehingga data yang terkumpul betul- betul baik dan dapat dipertanggungjawaban. Hasil penelitian di lapangan menyatakan bahwa telah terjadi konflik pertanahan di atas tanah seluas + 3050 ha antara PT. Ria Estella dengan Koperasi PPD di Kepenghuluan Putat Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir. Untuk dapat menyelesaikan konflik pertanahan tersebut, perlu dicari akar permasalahan agar dapat menentukan pokok-pokok masalah yaitu dengan melakukan Evaluasi Pengkajian Konflik Pertanahan Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 2011 di Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir. Hasil evaluasi tersebut menjelaskan bahwa PT.Ria Estella belum dapat me-menuhi janji-janji yang telah disepakati bersama sampai berakhirnya Izin Lokasi, sehingga Koperasi PPD membatalkan kembali perjanjian dengan PT. Ria Estella.
Key Word : Implementasi , Penyelesaian, Konflik Tanah, & BPN
Pendahuluan
dikenal dengan Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) yang berbunyi “ dan hal-hal sebagai
Tanah disamping sebagai sumber yang dimaksud dalam pasal 1 bumi, air dan
kehidupan, kekuasaan, dan kesejahteraan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
masyarakat, tanah juga mempunyai sifat yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan strategis, politis dan ekonomi , sebagaimana
tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai disebut di dalam pasal 33 ayat (3) Undang-
organisasi kekuasaan seluruh rakyat”. Disini undang Dasar 1945; “Bumi, air dan kekayaan
negara diberi wewenang untuk mengatur dan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
peruntukan, penggunaan, oleh Negara untuk dipergunakan bagi sebesar-
menetapkan
penyediaan dan pemeliharaan untuk mencapai besarnya kemakmuran rakyat”.
kesejahteraan adil dan makmur. Perumusan kebijakan pertanahan
Saat ini banyak sekali mencuat tersebut telah dituangkan ke dalam pasal 2
mengenai konflik Undang-undang No. 5 Tahun 1960 lebih
kepermukaan bumi
pertanahan baik yang bersifat vertikal
(misalnya masyarakat dengan Investor atau
c. menentukan dan mengatur hubungan- masyarakat dengan pemerintah) maupun
hubungan hukum antara orang-orang bersifat horizontal antara masyarakat adat
dan perbuatan-perbuatan hukum yang dengan masyarakat adat lainnya atau
mengenai bumi, air dan ruang angkasa; perusahaan dengan perusahaan lainnya.
3) Wewenang yang bersumber kepada hak Menurut data dan informasi dari
menguasai dari Negara tersebut pada ayat Bernhard Limbong menyatakan 1 bahwa,
2 pasal ini digunakan untuk mencapai sepanjang tahun 2011 terdapat 163 konflik
sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam pertanahan dengan jumlah rakyat yang
arti kebangsaan, kesejahteraan dan menjadi korban meninggal dunia mencapai 22
kemerdekaan dalam masyarakat dan orang
Negara hukum Indonesia yang merdeka, pembaharuan
berdaulat, adil dan makmur; menunjukkan, konflik agraria yang terjadi
4) Hak menguasai dari Negara tersebut di atas pada tahun 2011 melibatkan 69.975 KK
pelaksanaanya dapat dikuasakan kepada (kepala keluarga) dengan luas area konflik
daerah-daerah Swatantera dan masyarakat- mencapai 472.048,44 Ha (hektar), rincian 97
adat, sekedar kasus disektor perkebunan, 36 kasus disekitar
masyarakat
hukum
diperlukan dan tidak bertentangan dengan kehutanan, 21 kasus disektor infrastruktur, 8
kepentingan nasional, menurut ketentuan- kasus di sektor pertambangan dan 1 kasus di
ketentuan peraturan pemerintah. wilayah tambak atau pesisir.
Salah satu penyebab munculnya Tanah sebagai sumber kehidupan
masalah pertanahan di Kecamatan Tanah Putih rakyat, perlu diatur sedemikian rupa demi
adalah tanah yang dikelola oleh masyarakat di kepentingan masyarakat dan dimanfaatkan
atas tanah yang dikuasai oleh Negara sebesar-besarnya
(seluasnya 82,85 % dari luas wilayah kawasan masyarakat umum
untuk
kepentingan
hutan Kecamatan Tanah Putih, masyarakat disebutkan di dalam Undang-undang No. 5
sebagaimana
yang
hanya menguasai 17,15 % saja. Tahun 1960 pasal 2 sebagai berikut :
Atas berkat usaha bersama dan
1) Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat petunjuk-petunjuk dari Dinas terkait (Dinas (3) Undang-undang Dasar 1945 dan hal-hal
perkebunan, Kehutanan, Perdagangan dan sebagai yang dimaksud dalam pasal 1
Industri serta Koperasi) terbentuklah Koperasi bumi, air dan ruang angkasa, termasuk
dengan nama Koperasi Perkebunan Putat kekayaan alam yang terkandung di
Damai (Koperasi PPD) Badan Hukum No. dalamnya itu pada tingkatan tertinggi
56/BH/KDK 1.2/1.2/XI/1998. dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi
Saat kondisi seperti inilah datang kekuasaan seluruh rakyat;
informasi dari Kabupaten melalui Camat
2) Hak menguasai dari Negara termasuk Tanah Putih bahwa akan datang investor (PT. dalam ayat (1) pasal ini memberi
Ria Estella) untuk melakukan kerjasama yang wewenang untuk :
saling menguntungkan satu dengan lainnya,
a. mengatur dan
dan selanjutnya membuat perjanjian dan peruntukan, penggunaan, persediaan
menyelenggarakan
dituangkan ke dalam MOU di depan Notaris dan pemeliharaan bumi, air dan ruang
(Akte Notaris No. 47 Tahun 2005 tanggal 23 angkasa tersebut;
Maret 2005), selanjutnya mereka membagi
b. menentukan dan mengatur hubungan- tugas masing-masing untuk mendapatkan hubungan hukum antara orang-orang
dukungan dari masyarakat dan pemerintah, dengan bumi, air dan ruang angkasa;
kemudian diajukan Izin Lokasi yang dikeluarkan oleh Bupati Rokan Hilir No.
332/TP/2005, tanggal 20 Oktober 2005.
Bernhard Limbong,(2011) ; Konflik Pertanah “ Dalam Tema Karya di Cibubur Jawa Barat, CV. Margaretha Pustaka; 2012; Jakarta, hal 4
Berdasarkan latar belakang yang fungsi pemerintah. Pertama; Fungsi Primer penulis uraikan di atas, maka dapat
yaitu fungsi yang terus menerus berjalan dan dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
berhubungan positif dengan kondisi pihak
1. Bagaimana upaya penyelesaian Konflik yang diperintah. Artinya, fungsi primer tidak Pertanahan
pernah berkurang dengan meningkatnya Kepala Badan Pertanahan Nasional
berdasarkan
Peraturan
kondisi ekonomi, politik dan sosial Republik Indonesia No. 3 Tahun 2011;
masyarakat: Semakin meningkat kondisi yang
2. Apa faktor
diperintah, semakin meningkat fungsi primer ppenyelesaian Konflik Pertanahan di
Kecamatan Tanah Putih - Kabupaten Kedua ; Fungis sekunder adalah Rokan Hilir.
fungsi yang berhubungan negatif dengan Dari permasalah yang muncul di
kondisi ekonomi, politik, dan sosial yang atas, Penulis mengkaji dan mengevaluasi
diperintah, dalam arti, semakin tinggi taraf “Konflik Pertanahan antara PT. Ria Estella
hidup, semakin kuat bargaining position, dan dengan Koperasi PPD di Kecamatan Tanah
semakin integratif masyarakat yang diperintah, Putih - Kabupaten Rokan Hilir berdasarkan
fungsi sekunder Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
No. 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Menurut David Truman menyatakan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan. 3 bahwa “Bahwa kelompok ini dapat menjadi
kelompok yang mempunyai kepentingan
Kerangka Teori
politik, apabila membuat klaim kepada lembaga-lembaga pemerintah”
3. Kebijakan Pemerintahan
pemerintah, apa yang dimaksud dengan Kebijakan publik dalam definisi
pemerintah. Ada beberapa konsep pemerintah populer menurut Dye dalam buku Dwiyanto
yang sangat penting dalam hubungannya Indiahono adalah 4 What ever governments dengan masalah pertanahan yaitu :
choose to do or not to do . Maksudnya apapun
a. Pemerintah dalam arti luas adalah semua kegiatan pemerintah baik yang eksplisit Lembaga Negara yang oleh Konstitusi
maupun implisit yang dilakukan ataupun tidak Negara yang bersangkutan disebut sebagai
merupakan kebijakan. pemegang kekuasaan pemerintahan.
dilakukan
itu
Selanjutnya Dye (1995:1) juga mengemukakan
b. Pemerintah dalam arti sempit adalah Pendapat yang sama dalam buku Leo Lembaga
Agustinom bahwa 5 Kebijakan publik adalah kekuasaan eksekutif saja;
apa yang dipilih oleh pemerintah untuk
c. Pemerintah dalam arti pelayanan, diambil dikerjakan atau tidak dikerjakan
dari konsep civil servant. Disini pemerintah Secara sosiologi, Ralf Dahrendorf
dianggap sebagai sebuah warung (toko) dan mengatakan 6 dalam buku Leo Agustino. pemerintah adalah pelayan yang melayani
“Melihat konflik sebagai dua makna. Makna pelanggan (pembeli);
Pertama, (peristiwa) Konflik merupakan
2. Fungsi Pemerintah
Menurut para ahli pemerintah
3 David Truman, (1951:37); Ibid, hal. 21
bahwa fungsi pemerintah secara garis besarnya 4 Dwiyanto Indiahono; Kebijakan Publik Berbasis dapat dibagi 3 (tiga) fungsi, yaitu : Pelayanan,
Dynamic Policy Analysis, CV. Gava Media; 2009;
Pemberdayaan, dan Pembangunan, sedangkan Jakarta; hal. 17.
2 Leo Agistino (1995:1); Dasar-dasar Kebijakan Pub
menurut Taliziduhu Ndraha Ada dua macam
lik; 2008; Alfabeta; Bandung; hal. 7 6 Ralf Dahrendorf, (1957:206-20 7); dalam buku Leo
2 Taliziduhu Ndraha; Kybernology (Ilmu Pemerintahan Agustino; Dasar-dasar Kebijakan Publik; 2008; Baru I); ,( 2003); PT. Rineka Cipta, Jakarta; hal 76. .
Alfabeta; Bandung; hal. 52 Alfabeta; Bandung; hal. 52
sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat ini konflik merupakan sebuah symtton (gejala
Indonesia mempunyai kewajiban pada peyakit) yang dapat merusak persatuan dan
tingkatan tertinggi untuk mengatur dan kesatuan masyarakat. Dalam intensitas yang
menyelenggarakan peruntukan, menentukan tinggi, konflik semacam ini dapat membuat
dan mengatur hubungan hukum untuk sebesar- sebuah Negara kesatuan ancur berkeping-
besar kemakmuran rakyat dan pelaksanaannya keping.
dapat dikuasakan kepada daerah-daerah Makna Kedua , Konflik dapat pula
Swatantera dan masyarakat-masyarakat hukum dipahami sebagai sebuah proses alamiah
sekedar diperlukan dan tidak dalam rangka sebuah proyek rekonstruksi
adat,
bertentangan dengan kepentingan nasional. sosial”. Dalam hal ini konflik dapat dilihat
Penjelasan pasal ini semakin secara fungsional sebagai suatu strategi untuk
menyatakan bahwa kewenangan pertanahan menghilangkan unsur-unsur disintegrasi di
merupakan kewenangan dalam masyarakat yang tidak terintegrasi
sesungguhnya
pemerintah pusat yang menyatakan bahwa soal secara sempurna.
agraria menurut sifatnya dan pasa azasnya merupakan tugas pemerintah pusat, dengan
4. Kebijakan Pertanahan
demikian pelimpahan wewenang untuk Kebijakan yang dikembangkan
melaksanakan hak penguasaan Negara atas belum sepenuhnya berdasarkan semangat
tanah itu adalah merupakan Medebewind atau Undang-undang Dasar 1945, khususnya pasal
tugas pembantuan yang diberikan pemerintah
33 ayat (3) dan Undang-undang No. 5 Tahun pusat kepada pemerintah daerah. 1960 tentang Undang-undang Pokok Agraria, hal ini membawa akibat kepada masyarakat
5. Pengertian Evaluasi
berupa sengketa dan atau konflik pertanahan
evaluasi menurut antara individu dengan individu lainnya, antara
Pengertian
beberapa pakar mengenai evaluasi sebagai individu
masyarakat dengan pemerintahan atau pihak
a. Rutman and Mowbray 1983 mendefinisikan swasta.
evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah Konflik
untuk menilai implementasi dan outcomes kewenangan
kepemilikan
dan
suatu program yang berguna untuk proses pertanahan yang sering muncul antara individu
membuat keputusan.
dengan masyarakat, masyarakat dengan
b. Evaluasi Menurut Suharsimi Arikunto investor (penanam modal) dan atau
1) adalah kegiatan untuk masyarakat
informasi tentang disebabkan oleh perbedaan cara pandang
bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya melihat pasal 33 ayat (3) Undang Undang
informasi tersebut digunakan untuk Dasar 1945.
menentukan alternatif yang tepat dalam Kalau kita perhatikan hal ini
mengambil keputusan.
bertentangan dengan keinginan pasal 2 Berpedoman dari beberapa pendapat Undang-undang No. 5 Tahun 1960; yang
di atas di dalam penelitian ini, Penulis akan berbunyi ) Atas dasar ketentuan dalam pasal
melakukan Evaluasi berdasarkan Peraturan
33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik hal-hal sebagai yang dimaksud dalam pasal 1,
Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 tentang bumi, air dan ruang angkasa, termasuk
Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
Kasus Pertanahan, khususnya pada pasal 21, itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh
23 , 24 dan pasal 39, 48 serta 49, sebagai Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh
berikut :
rakyat.
Pasal 21, Bab V Pengkajian Kasus Pertanahan, hukum yang selanjutnya menghasilkan Bagian Keempat tentang Pengkajian Sengketa,
rekomendasi penanganan konflik. berbunyi : (1) Pengkajian akar dan riwayat sengketa
Pasal 39, Bab VI Penanganan Kasus dilakukan untuk mengetahui faktor
Kedua tentang penyebab
Pertanahan,
Bagian
Penanganan Sengketa, berbunyi : penyelesaian sengketa;
(1) Gelar Mediasi bertujuan: (2) Pengkajian sebagaimana dimaksud pada
a. Menampung informasi/pendapat dari ayat (1) dilakukan dengan cara meneliti
semua pihak yang berselisih dan dan menganalisis data sengketa yang
pendapat dari unsur lain yang perlu terjadi;
dipertimbangkan;
(3) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
b. Menjelaskan posisi hukum para pihak dapat berasal dari pengaduan, satuan
baik kelemahan/kekuatannya; organisasi di lingkungan BPN RI atau
c. Memfasilitasi penyelesaian kasus lembaga/instansi terkait;
pertanahan melalui musyawarah; dan (4) Hasil penelitian dan analisa data
penyelesaian kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
d. Pemilihan
pertanahan.
menghasilkan
(2) Peserta Gelar Mediasi : sengketa dan potensi penyelesaian
pokok
permasalahan
a. Tim Pengolah;
sengketa.
b. Pihak pengadu, termohon dan pihak
lain yang terkait;
c. Pejabat Kantor BPN RI, Kantor (1) Pengkajian akar dan riwayat konflik
Pasal 23, berbunyi :
Wilayah BPN dan/atau Kantor dilakukan untuk mengetahui faktor
Pertanahan dan instansi/lembaga yang penyebab terjadinya dan potensi dampak
terkait;
d. Pakar dan/atau saksi ahli yang terkait (2) Pengkajian sebagaimana dimaksud pada
dari terjadinnya konflik;
dengan kasus pertanahan; ayat (1) dilakukan dengan cara meneliti
e. Tim Mediator Kantor BPN RI, Kantor dan menganalisis data konflik yang
Wilayah BPN dan/atau Kantor terjadi;
Pertanahan atau eksternal BPN RI; dan (3) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
f. Unsur-unsur lain yang diperlukan. dapat berasal dari pengadu, satuan
(3) Substansi Hasil Gelar Mediasi : organisasi di lingkungan BPN RI atau
a. Kronologi kasus pertanahan; lembaga/instansi terkait;
b. Analisa dan alternatif penyelesaian (4) Hasil penelitian dan analisa data
kasus pertanahan;
c. Kesimpulan hasil musyawarah kasus untuk menentukan dan merumuskan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
pertanahan; dan
pokok permasalahan atas terjadinya
d. Rekomendasi dan tindak lanjut putusan konflik.
gelar kasus. (4) Setiap Pejabat Kantor BPN RI, Kantor Pasal 24, berbunyi :
Wilayah BPN dan/atau Kantor Pertanahan (1) Pokok permasalahan konflik sebagaimana
yang menangani kasus pertanahan, dimaksud dalam pada pasal 23 dilakukan
mengambil keputusan telaahan hukum berdasarkan data yuridis,
sebelum
penyelesaian kasus pertanahan harus data fisik dan/atau data pendukung
melakukan Gelar Mediasi; lainnya.
Pasal 48, Bab VI Penanganan Kasus (2) Hasil telaahan sebagaimana dimaksud
Ketiga tentang pada ayat (1) dilakukan kajian penerapan
Pertanahan,
Bagian
Penanganan Konflik, berbunyi :
(1) Penanganan
R.J dan Stearns, T.M. (1987:415); Robbins, dilaksanakan secara komprehensif melalui
konflik
pertanahan
buku Wahyudi, kajian akar permasalahan, pencegahan
berpandangan bahwa 7 Interaksionis atau dampak konflik dan penyelesaian konflik;
pluralis berusaha menstimuli dan menciptakan (2) Konflik pertanahan yang masalahnya
konflik apabila diketahui kelompok bersifat sederhana dan mudah diselesaikan dapat
statis, apatis dan tidak tanggap terhadap dilakukan dengan mempedomani prosedur
perubahan dan inovasi.
dari pendekatan (3) Konflik yang berdampak luas dilakukan
penanganan kasus pertanahan;
Kontribusi
interaksionis adalah mendorong pemimpin dengan perencanaan dan target waktu
untuk mempertahankan suatu tingkat konflik yang disesuaikan dengan situasi yang
yang optimal yang dapat menciptakan inovasi, dihadapi serta perkembangannya selama
tanggap terhadap perubahan, kreaktif dan proses penanganan konflik.
cepat beradaptasi, dan kritis terhadap kegiatan intern organisasi.
a) DuBrin, A.J. (1984:346) mengartikan (1) Kajian akar permasalahan konflik
Pasal 49, berbunyi :
konflik mengaju pada pertentangan antar dilaksanakan dengan cara sebagaimana
individu atau kelompok yang dapat dimaksud dalam pasal 21;
meningkatkan ketegangan sebagai akibat (2) Upaya pencegahan konflik pertanahan
saling menghalangi dalam pencapaian antara lain :
tujuan sebagaimana dikemukakan sebagai Penelitian administrasi pertanahan yang
berikut “Conflict in the context used, berkaitan dengan sumber konflik;
refers to the opposition of persons or
a. tindakan proaktif untuk mencegah dan forces that gives rise to some tension. It menangani potensi konflik;
occurs when two or more parties
b. penyuluhan hukum dan/atau sosialisasi (individuals, groups, organizay) perceive program pertanahan;
mutually exlusive goals, or events”.
c. pembinaan partisipasi dan
b) Hardjana (1994), bahwa konflik adalah pemberdayaan masyarakat;
perselisihan, pertentangan antara dua
d. pencegahan lainnya. orang/dua kelompok dimana perbuatan yang satu berlawanan dengan yang
(3) Upaya pencegahan
lainnya sehingga salah satu atau duanya dimaksud pada ayat (2) dimaksudkan
sebagaimana
saling terganggu.
untuk mengurangi munculnya konflik dan
c) Kedua pendapat terakhir menganggap kerugian yang lebih besar;
bahwa pertentangan antara individu dan (4) Kegiatan untuk mencegah meluasnya
perilaku yang konflik sebagaimana dimaksud pada ayat
kelompok
sebagai
percapaian tujuan (3) baik yang dilakukan langsung oleh
mengganggu
organisasi.
jajaran BPN RI maupun bekerjasama
d) Aldag, R.J. dan Stearns, T.M. (1987:412), dengan lembaga penegak hukum.
secara tegas mengartikan konflik adalah ketidak sepahaman antara dua atau lebih
5. Teori Konflik
individu atau kelompok sebagai akibat Teori Konflik memandang bahwa
dari usaha kelompok lainnya yang perubahan sosial tidak terjadi melalui proses
mengganggu pencapaian tujuan. Dengan penyesuaian nilai-nilai yang membawa
kata lain, konflik timbul karena satu pihak perubahan, tetapi terjadi akibat konflik yang
mencoba untuk merintangi/mengganggu menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.
Menurut pendekatan interaksionis 7 Robbins S.P (1990); dalam buku Wahyudi; atau pluralis yang dikemukakan oleh Aldag, Manajemen Konflik dalam Organisasi, CV.
Alfabeta, 2008; Bandung; hal. 15 Alfabeta, 2008; Bandung; hal. 15
ditekankan di dalam tujuan.
Lebih
Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan
Pengkajian dan
6. Konflik Pertanahan 11 Penanganan Kasus Tanah mengatakan Menurut Mudzakkir 8 “Persoalan
pertanahan adalah pertanahan dan persengketaan tanah secara
bahwa
Sengketa
pertanahan antara orang massal
perselisihan
perorangan, badan hukum, atau lembaga tidak membangun dan menguatkan Negara Kesatuan
berdampak luas secara sosio-politis. Republik Indonesia dan dapat merenggangkan kohesi Nasional dalam wadah Negara yang
b. Konflik Pertanahan
Bhineka Tunggal Ika”. Menurut Keputusan Kepala BPN RI Dalam Keputusan Kepala BPN RI
No. 34 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis No. 34 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penangangan dan Penyelesaian Masalah Penanganan 12 dan Penyelesaian masalah Pertanahan, menyatakan Konflik adalah
pertanahan disebutkan bahwa 9 Masalah perbedaan nilai, kepentingan, pendapat dan pertanahan meliputi permasalahan teknis,
atau persepsi antara warga atau kelompok sengketa, konflik dan perkara pertanahan yang
masyarakat dan atau warga atau kelompok memerlukan pemecahan atau penyelesaian.
masyarakat dengan Badan Hukum (privat atau Sedangkan dalam Peraturan Kepala
publik), masyarakat dengan masyarakat BPN RI No.3 Tahun 2011 tentang pengelolaan
mengenai status penguasaan dan atau status pengkajian dan penanganan kasus pertanahan
kepemilikan dan atau status penggunaan atau memberikan batasan sesuai pasal 1 ayat (1)
pemanfaatan atas bidang tanah tertentu oleh Peraturan Kepala BPN tersebut menyatakan 10 pihak tertentu, atau satus Keputusan Tata
bahwa Kasus pertanahan adalah Sengketa, Usaha Negara menyangkut penguasaan, konflik, atau perkara pertanahan yang
pemilikan dan penggunaan atau pemanfaatan disampaikan kepada BPN RI untuk
atas bidang tanah tertentu, serta mengandung mendapatkan penanganan, penyelesaikan,
aspek politik, ekonomi dan sosial budaya. sesuai ketentuan peraturan per undang-
Menurut Peraturan Kepala BPN RI undangan dan/atau kebijakan pertanahan
No. 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan nasional.
Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan.
a. Sengketa Pertanahan 13 Komflik pertanahan adalah Perselisihan Sengketa adalah perbedaan nilai,
pertanahan antara orang perseorangan, kepentingan, pendapat dan atau persepsi antara
kelompok, golongan, organisasi, Badan orang perorangan dan atau badan hukum
Hukum, atau lembaga yang mempunyai (privat atau publik) mengenai status
kecenderungan atau sudah berdampak luas penguasaan atau kepemilikan dan atau status
secara sosio-politis.
penggunaan atau pemanfaatan atas bidang 14 Rachmadi Usman menyatakan tanah tertentu oleh pihak tertentu, atau status
Bahwa baik kata conflict dan dispute kedua- keputusan tata usaha negara menyangkut
duanya mengandung pengertian tentang penguasaan, pemilikan dan penggunaan atau
adanya perbedaan kepentingan diantara kedua pemanfaatan atas bidang tanah tertentu.
pihak atau lebih, tetapi keduanya dapat dibedakan.
8 Bernhard Limbong;op.cit, hal. 47
Peraturan Kepala BPN RI No. 3 Tahun 2011; pasal 1 Peraturan Kepala BPN RI No. 34 Tahun 2007;
Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian
ayat (2)
12 ibid Diktum II angka 4
Masalah Pertanahan; Petunjuk Teknis No. 01, 13 Peraturan Kepala BPN RI No. 3 Tahun 2011; pasal 1 Diktum II angka 1
Peraturan Kepala BPN RI No. 3 Tahun 2011; pasal
1 ayat (1) Rachmdi Usman; Op.cit; hal. 51 1 ayat (1) Rachmdi Usman; Op.cit; hal. 51
Kata conflict sudah diserap kedalam
Pendekatan
digunakan dalam penelitian ini adalah kata dispute dapat diterjemahkan dengan
pendekatan Deskriptif Analisis dengan kata sengketa. Sengketa (dispute difference)
mempergunakan metode penelitian kualitatif, atau konflik hakekatnya merupakan bentuk
penggumpulan data yang aktualisasi dari suatu perbedaan dan atau
sedangkan
mempergunakan Triangulasi pertentangan antara dua pihak atau lebih.
diperlukan
Teknik.
Variabel yang dikaji tersebut
c. Perkara Pertanahan
berinteraksi sampai memperoleh kesimpulan Menurut Keputusan Kepala BPN
yang benar. Apabila kesimpulan kurang No. 34 Tahun 2007, Perkara pertanahan adalah
memadai maka diperlukan kegiatan pengujian sengketa dan atau komflik pertanahan yang
ulang yaitu dengan cara mencari data lagi penyelesaiannya dilakukan melalui Badan
dilapangan dan menginterprestasikan dengan Peradilan. Senada dengan definisi tersebut,
fokus yang lebih terarah. Agar data-data Peraturan Kepala BPN RI No. 3 Tahun 2011
tersebut bermanfaat bagi laporan hasil tentang
penelitian, maka perlu diolah dengan beberapa Penanganan Kasus Pertanahan memberi
tahap analisis yaitu :
pengertian bahwa Perkara pertanahan
1. Tahap reduksi data adalah mengumpulkan adalah
semua jawaban dari Informan/nara sumber penyelesaiannya dilaksanakan oleh Lembaga
lalu peneliti mengadakan suatu proses Peradilan atau Putusan Lembaga Peradilan
pemilihan atau memisah-misahkan untuk yang
penyederhanaan dan pengabstrakan untuk perselisihannya di Badan Pertanahan Nasional
masih dimintakan
penanganan
ditransformasikan dari data kasar yang Republik Indonesia (BPN RI).
muncul dari hasil interview dilapangan Dari kedua pengertian ini, dapat
tempat penelitian.
dikatakan bahwa sebuah konflik atau sengketa
2. Sajian data merupakan, kumpulan data-data berkembang menjadi perkara bila pihak yang
yang memungkinkan diambil yang akan merasa di rugikan telah menyatakan rasa tidak
disajikan dalam penelitian ini. Penyajian puas atau keprihatinannya, dengan melakukan
data ini akan dilakukan secara sistematis pengaduan atau gugatan melalui Badan
yaitu melalui gambar, skema maupun Pengadilan Umum baik secara langsung
jaringan kerja yang ada kaitannya dengan maupun melalui kuasa hukum kepada pihak
kegiatan maupun tabel dan hal ini akan yang dianggap sebagai penyebab kerugian.
dirancang agar mudah dimengerti.
3. Penarikan kesimpulan/ verivikasi, semua
Metode penelitian
proses yang terjadi dalam penelitian dilapangan melalui catatan, pertanyaan-
Kabupaten Rokan Hilir merupakan pertanyaan, konfigurasi-konfigurasi yang
Kabupaten pemekaran dari Kabupaten ada kaitannya dengan penelitian ini Bengkalis
kemudian ditarik kesimpulan. Nomor 53 Tahun 1999 Tentang pembentukan
berdasarkan
Undang-Undang
Kabupaten Rokan Hilir.
Pembahasan
Kecamatan Tanah Putih yang merupakan salah
1. Penyelesaian Konflik Pertanahan
penulis melakukan Rokan Hilir, pada awal pembentukannya
satu Kecamatan yang ada di dalam Kabupaten
Setelah
penelitian mulai dari peninjauan awal, hanya terdiri dari 5 (lima) Kecamatan yaitu
berlanjut ke kelapangan (terjun kelapangan) Tanah Putih, Bangko, Kubu, Bagan Sinembah
penelitian dan dan Rimba Melintang.
penggumpulan data sesuai dengan Triangulasi Teknik, maka penulis akan menjabarkan hasil penggumpulan data sesuai dengan Triangulasi Teknik, maka penulis akan menjabarkan hasil
harapan semua Anggota Koperasi PPD dan Damai (Koperasi PPD) yang mewakili
masyarakat walaupun sudah berjalan + 6 masyarakat Kepenghuluan Putat dengan
tahun.
Investor yang ingin mengembangkan usaha
kesepakatan dan hasil dibidang perkebunan kelapa sawit yaitu PT.
Atas
musyawarah masyarakat dan Anggota Ria Estella yang lokasinya terletak di
Koperasi PPD yang ingin untuk lebih Kepenghuluan Putat Kecamatan Tanah Putih
memajukan Koperasi mereka, timbul suatu Kabupaten Rokan Hilir dengan luas tanah
keinginan bersama antar masyarakat yang yang dipermasalahkan + 3.050 ha.
dipelopori oleh para Anggota Koperasi untuk Untuk lebih jelasnya, Penulis akan
bergabung dan menerima PT. Ria Estella mencoba menjelaskan secara terinci penyebab
dimaksud dengan harapan bahwa Investor terjadinya
yang akan mau bekerjasama dengan mereka menimbulkan keresahan bagi masyarakat
mempunyai prinsip yang sama yaitu saling Kepenghuluan Putat Kecataman Tanah Putih.
menguntungkan satu dengan yang lainnya. Untuk mencapai keinginan tersebut
1.1 Pengkajian Akar Permasalahan
di atas, Badan Hukum yang telah ada
Konflik Pertanahan
(Koperasi PPD) dianjurkan untuk merubah
1.1.1. Hasil Wawancara dengan Koperasi
Anggaran Dasarnya supaya bisa bergabung
PPD
dengan PT. Ria Estella dengan tujuan bisa Tanah yang dimiliki oleh pihak
bergerak lebih leluasa lagi dan juga bisa Koperasi berasal
bergerak dibidang perkebunan dibandingkan (Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir) dan
dari tanah negara
dari Badan Usaha semula.
masyarakat setempat dengan luas 3.050 ha, Berdasarkan hasil musyawarah para dimana
Anggota Koperasi diajukanlah permohonan Kepenghuluan Putat Kecamatan Tanah Putih
perubahan Anggaran Dasar Koperasi yang yang berupa tanah kosong dan tanah
baru dengan persetujuan dan kemudian perkebunan rakyat yang cukup baik dan dapat
disahkan berdirinya dengan Keputusan memberi harapan hidup bagi keluarga mereka.
Menteri Negara Koperasi, Pengusaha Kecil Atas kesepakatan dan musyawarah
dan Menengah Republik Indonesia Nomor : bersama antara para tokoh masyarakat dengan
129/BH/PAD/KDK/1.1/IX/2004 tentang Warga Kepenghuluan Putat dan didukung oleh
Pengesahan Akta Perubahan Anggaran Dasar Pemerintah
Koperasi tanggal 23 September 2004 yang berkeinginan untuk mendirikan suatu Koperasi
(Kepenghuluan
Putat)
beralamat di Desa Putat (Kepenghuluan) dengan harapan meningkatkan kehidupan dan
Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan kesejahteraan warganya (lihat hal. 9-11).
Hilir; dan sekaligus memperoleh status Badan Hasil
menghasilkan kesepakatan berdirinya sebuah Maksud tersebut di atas setelah Koperasi yang berbentuk Badan Hukum
disepakati bersama, baik dari Koperasi PPD dengan nama “Koperasi Perkebunan Putat
sebagai wakil masyarakat Kepenghuluan Putat Damai (Koperasi PPD)” dengan Akta No.
maupun dari pihak PT. Ria Estella dituangkan 56/BH/KDK 1.2/1.2/XI/1998.
ke dalam Akta Pernyataan dan Akta perjanjian Selanjutnya pada tahun 2004
bersama sebagai berikut :
Pemerintah Kabupaten
1. Akta Pernyataan yang dibuat oleh Riama menginformasikan
Rokan
Hilir
Gultom; Sarja Hukum, Notaris Kabupaten Kepenghuluan Putat bahwa ada rencana akan
kepada masyarakat
Bengkalis yang berkedudukan di Mandau masuknya sebuah PT. Ria Estella (Investor)
dan dihadiri oleh para saksi yang ke Penghuluan Putat Kecamatan Tanah Putih
disebutkan namanya di dalam Akta yang ingin membantu perkembangan Koperasi
Pernyataan ini No. 22 tanggal 11 Agustus sampai saat ini juga belum keluar dan 2004.
tidak ada usaha lain yang dilakukannya oleh
2. Akta Perjanjian yang dibuat pada hari Rabu PT. Ria Estella. Disini Penulis telah oleh Riama Gultom, Sarjana Hukum,
melakukan Evaluasi terhadap PT. Ria Notaris Kabupaten
Estella dengan Nilai (KB/ Kurang Baik). berkedudukan di Mandau dan dihadiri oleh para saksi yang disebutkan namanya di
Bengkalis yang
1.1.2. Hasil Wawancara dan Dokumen PT.
dalam Akta Perjanjian ini No. 47 tanggal 23
Ria Estella
Maret 2005; Atas dasar perjanjian (Akta Notaris)
(Hasil wawancara ini dan beberapa
dan beberapa surat dukungan dari Tokoh
dokumen diperoleh dari Koperasi PPD
Masyarakat dan Koperasi sebagai persyaratan
pada minggu pertama bulan Februari 2012
Izin Lokasi yaitu :
di Kepenghuluan Putat Kecamatan Tanah
a. Peta Areal Lokasi + 5000 ha;
Putih).
b. Surat Dukungan dari Penghulu Putat No. 503/PMK/23/2005 tanggal 7 April 2005;
c. Surat Dukungan dari unsur Masyarakat peroleh di Koperasi PPD (dilapangan), baik
Berdasarkan data yang Peneliti
Putat (Tokoh Masyarakat Ninik Mamak dan dari hasil wawancara dengan Ketua Koperasi
Pemuda).
PPD maupun dari dokumen berdasarkan
d. Surat dari Camat Tanah Putih ke Bupati pengumpulan data melalui Triangulasi Teknik
Rokan Hilir No. 503/PMD/195/2005 bahwa :
tentang Dukungan Pengelolaan Hutan
a. Koperasi PPD yang mewakili masyarakat
Kelapa Sawit dan Putat dan Pihak Investor (PT. Ria Estella)
untuk
Kebun
Pemanfaatan Kayu di Kepenghuluan Putat pada awal kegiatan telah melakukan
Kecamatan Tanah Putih; kerjasama yang baik (disini belum terjadi
Berdasarkan persyaratan tersebut di konflik) dengan mitra kerjanya dan saling
atas, kami PT. Ria Estella mengajukan mendukung di dalam mendapatkan Izin
permohonan izin Pengelolaan Hutan untuk Lokasi dari Bupati Rokan Hilir. Disini
Kebun Kelapa Sawit dan Pemanfaatan Kayu Penulis telah melakukan Evaluasi terhadap
(IPK) di Kepenghuluan Putat Kecamatan Koperasi PPD dan PT. Ria Estella dengan
Tanah Putih kepada Bupati Rokan Hilir Nilai (B/ Baik).
Berkat usaha bersama antara PT.
b. Setelah keluarnya Izin Lokasi untuk Usaha Ria Estella, Koperasi PPD dan masyarakat
Perkebunan, tetapi tidak untuk Izin
Putat serta dibantu oleh pihak Kecamatan Pengelolaan Kayu (IPK), PT. Ria Estella
untuk melakukan pendekatan, sehingga Izin kurang
Lokasi keluar dengan Surat Keputusan Bupati mengabaikan isi perjanjian (MOU) dan
Rokan Hilir No. No. 332/TP/2005, tanggal 20 malah tidak melaksanakan, begitu juga
Oktober 2005 tentang Pemberian Izin Lokasi dengan syarat yang ada di dalam pemberian
untuk Usaha Perkebunan, sedangkan untuk Izin Lokasi, termasuk tidak mengurus surat
Izin Pengelolaan Kayu (IPK) tidak keluar.
tanah (HGU) ke BPN dan jangka waktu 3 (Hasil wawancara ini dan beberapa tahun sudah lewat (habis). Disini Penulis
dokumen diperoleh dari PT. Ria Estella
telah melakukan Evaluasi terhadap PT. Ria
pada Awal minggu kedua bulan Februari
Estella dengan Nilai KB (Kurang Baik).
2012 di Kecamatan Tanah Putih dalam
b. .PT. Ria Estella mengajukan Izin Usaha
pertemuan bersama dengan Camat).
Perkebunan-Budidaya dan mendapat-kan Rekomendasi dari Kadis Perkebunan untuk
Berdasarkan data yang Peneliti diajukan kepada Bupati Rokan Hilir tanggal
peroleh dari PT. Ria Estella (dilapangan), baik
1 Maret 2007 (jangka waktu 1 tahun). Izin dari hasil wawancara dengan Penanggung
Usaha Perkebunan-Budidaya tersebut
jawab lapangan (Zulkifli B.C) maupun dari jawab lapangan (Zulkifli B.C) maupun dari
Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) PT.
a. Awal dari kegiatan tersebut sebelum Izin Ria Estella untuk kegiatan Perkebunan Kelapa Lokasi keluar, kerjasama kedua belah pihak
Sawit seluas 3.050 ha dan pabrik sangat baik dan saling mendukung satu
pengolahannya berkapasitas 45 ton TBS per dengan lainnya, sehingga mereka membuat
jam di Desa Putat Kecamatan Tanah Putih perjanjian yang bersifat Otentik di atas Akte
Kabupaten Rokan Hilir (terlampir). Notaris (MOU); Disini Penuilis beri Nilai
Setelah keluarnya rekomendasi dari
B ( Baik);
hasil Survey Lapangan dan surat dukungan
b. Setelah keluar Izin Lokasi untuk Usaha lain yang terkait dengan Izin Lokasi, Bupati Perkebunan, tetapi bukan untuk Izin
Rokan Hilir sebagai Kepala Daerah yang Pengelolaan Kayu (IPK), mereka (PT. Ria
Estella) kurang bersemangat, apalagi Keputusan Bupati Rokan Hilir No. setelah ada tanda-tanda Izin Usaha
332/TP/2005 tentang Pemberian Izin Lokasi Perkebunan-Budidaya tidak keluar, mereka
untuk Usaha Perkebunan, tetapi bukan untuk kecewa. Disini Penuilis beri Nilai KB (
Izin Pengelolaan Kayu (IPK. Kurang Baik);
Berdasarkan Keputusan Bupati Rokan Hilir No. 332/TP/2005 tentang
1.1.3. Hasil Wawancara dan Dokumen
Pemberian izin Lokasi untuk Usaha
dengan Camat tanah Putih
Perkebunan tanggal 20 Oktober 2005 dan Untuk mengadakan rapat persiapan
surat dukungan kepada PT. Ria Estella pelaksanaan rencana kegiatan Survey Awal
mengajukan permohonan Izin Usaha
Pembukaan Lahan Kebun Kelapa Sawit di Perkebunan-Budidaya kepada Bupati Kabupaten Rokan Hilir, dengan hasil rapat
Rokan Hilir melalui Kepala Kantor Dinas keluarnya Perintah Bupati Rokan Hilir Nomor
Perkebunan Kabupaten Rokan Hilir No. 100/TP/2005/478 tanggal 26 Mei 2005 untuk
06/RE/07/2006 tanggal 15 Maret 2006. menunjuk para petugas pelaksanaan survey
Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten dimaksud.
Rokan Hilir memberikan Rekomendasi Disamping itu Kepala Badan
Teknis Izin Usaha Perkebunan-Budidaya Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
(IUP-B) kepada Bupati Rokan Hilir sebagai (Bapedalda) Kabupaten Rokan Hilir selaku
bahan pertimbangan untuk diberikan Ketua Komisi Penilai Amdal Daerah Rokan
PT. Ria Estella NPWP Hilir mengeluarkan surat Pernyataan No.
kepada
02.326.830.3-211.000 dengan Alamat Jln. 666.1/AMDAL-BAPEDALDA/2006/89
Bangka No. 16-A Sago-Kecamatan tanggal 4 Mei 2006 bahwa PT. Ria Estella
Senapelan Kotamadya Pekanbaru dengan yang dipimpin oleh seorang Direktur (Daulat
luas lahan + 3.050 ha lokasi lahan di Desa Ambarita) yang beralokasi di Desa Putat
Putat Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Kecamatan Tanah Putih pada saat ini sedang
Rokan Hilir.
dalam proses Penyusunan Kajian Analisis (Hasil wawancara ini dan beberapa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
dokumen diperoleh dari Camat dan Kasi
(Amdal), yang bekerjasama dengan Konsultan
Pemerintahan pada minggu kedua bulan
Penyusunan Amdal CV. Mitra Riau Lestari
Februari 2012 di Kecamatan Tanah Putih).
(terlampir). Dalam waktu bersamaan CV. Mitra
Berdasarkan data yang Peneliti Riau Lestari sebagai Konsultan Penyusunan
peroleh dari Kecamatan (dilapangan), baik dari Amdal (Konsultan Bidang Studi Lingkungan)
hasil wawancara dengan Camat dan Kasi mengeluarkan
Pemerintahan (H.Nasri Soman dan Rismianto, 04.49/MRL.10/PKU/V/2006 tanggal 4 Mei
S.Sos) maupun dari dokumen berdasarkan 2006 menerangkan bahwa pada saat ini sedang S.Sos) maupun dari dokumen berdasarkan 2006 menerangkan bahwa pada saat ini sedang
(daftar rapat terlampir)
a. Awal dari kegiatan tersebut sebelum Izin
(Hasil wawancara ini dan beberapa
Lokasi keluar, kerjasama kedua belah pihak
dokumen diperoleh dari Koperasi PPD
sangat baik dan saling mendukung satu
pada minggu kedua bulan Februari 2012 di
dengan lainnya, sehingga mereka membuat
Kecamatan Tanah Putih).
perjanjian yang bersifat Otentik di atas Akte Berdasarkan data yang Peneliti Notaris tanggal 23 Maret 2005 No. 47
peroleh dari Koperasi PPD (dilapangan), baik (MOU); Disini Penuilis beri Nilai B (
dari hasil wawancara dengan Ketua maupun Baik);
dari
dokumen
dokumen berdasarkan
b. Setelah keluar Izin Lokasi untuk Usaha pengumpulan data melalui Triangulasi Teknik Perkebunan, tetapi bukan untuk Izin
bahwa :
Pengelolaan Kayu (IPK), mereka (PT. Ria
a. Koperasi PPD telah melakukan pencegahan Estella) mulai ogah-ogahan, apalagi setelah
melalui teguran kepada PT. Ria Estella ada tanda-tanda Izin Usaha Perkebunan-
Tanggal 14 Februari 2007 Nomor Budidaya tidak keluar, mereka seolah olah
01/KOP.PPD/II /2007;
tidak mempunyai keinginan lagi untuk
28 April 2007 Nomor berusaha dan mengabaikan semua isi
b. Tanggal
02/KOP.PPD/III/2007; dan perjanjian yang mereka buat bersama.
c. Tanggal
10 Juli
2007 Nomor
Disini Penuilis beri Nilai KB ( Kurang
03/KOP.PPD/V/2007. Tetapi tidak satupun
Baik); dibalas oleh PT. Ria Estella. Disini Penuilis simpulkan bahwa Koperasi
1.2. Pencegahan Dampak Konflik PPD cukup aktif untuk melakukan Pertanahan
pencegahan terjadinya konflik, Peneliti
1.2.1. Pencegahan Dampak Konflik memberi Nilai B ( Baik); yang dilakukan oleh Koperasi PPD
1.2.2. Pencegahan Dampak Konflik oleh
Semenjak keluarnya Izin Lokasi
PT. Ria Estella
pada tanggal 20 Oktober 2005 dengan Surat Berdasarkan Izin Lokasi dari Bupati Keputusan Bupati Rokan Hilir Nomor
Rokan Hilir tanggal 20 Oktober 2005 No. 332/TP/2005 tentang Pemberian izin Lokasi
332/TP/2005” dan dukungan dari semua untuk Usaha Perkebunan, PT Ria Estellah
lampisan masyarakat Putat, sebagaimana surat telah melakukan aktivitas-aktivitas, baik dalam
di bawah ini :
rangka persiapan Izin Usaha Perkebunan–
a. Surat keterangan dari Penghulu Putat Budidaya maupun Pengelolaan tanah yang
tentang keterangan siap menerima PT. Ria termasuk dalam Izin Lokasi, berupa
Estella (investor) dari luar, yang ingin pembersihan lahan hutan, ganti rugi tanah
menanamkan modalnya di Kepenghuluan yang dimiliki oleh masyarakat, tetapi tidak
Putat, (surat tanggal 20 Juni 2004); melakukan pembibitan atau pembelian bibit
b. Surat dari Penghulu Putat ke Camat Tanah walaupun rekomendasi pengadaan bibit sudah
Putih No. 503/PMK/23/2005 tentang keluar dari Dinas Perkebunan (surat terlampir).
Dukungan Pengelolaan Hutan untuk Kebun Berdasarkan kondisi dan situasi di
Kelapa Sawit dan Pemanfaatan Kayu; lapangan pada pertengahan bulan November
tanggal 7 April 2005 (daftar Rapat 2007, pengurus Koperasi PPD bersama dengan
terlampir);
masyarakat Kepenghuluan Putat mengadakan
c. Surat dari Camat Tanah Putih ke Bupati rapat musyawarah tanggal 19 November 2007
Rokan Hilir No. 503/PMD/195/2005 dan diketahui oleh Pemerintah (Penghulu
tentang Dukungan Pengelolaan Hutan Putat) telah mengambil Keputusan Bersama
Kelapa Sawit dan tentang Pencabutan kembali lahan (tanah)
untuk
Kebun
Pemanfaatan Kayu di Kepenghuluan Putat
Kecamatan Tanah Putih; tanggal 12 April
c. Kelalaian PT. Ria Estella yang sebenarnya 2005; Dengan lampiran surat sebagai
tidak perlu terjadi, terkecuali disengaja. berikut :
d. Peta Areal Lokasi;
1.2.3. Pencegahan Dampak Konflik oleh
e. Perjanjian kerjasama PT. Ria Estella
Pemerintah
dengan Koperasi PPD ( Akta Notaris No. Dalam rapat musyawarah antara
47 tanggal 23 Maret 2005);
Koperasi
PPD
bersama masyarakat
f. Surat Dukungan dari Penghulu Putat No. Kepenghuluan Putat, kami sebagai Penghulu 503/PMK/23/2005; tanggal 7 April 2005;
Putat dipanggil untuk menghadiri rapat dan
g. Surat Dukungan dari Unsur Masyarakat Setelah mengambil keputusan bersama untuk Putat ( Tokoh Masyarakat Ninik Mamak
menentukan kehidupan mereka ke depan, dan Pemuda);
mereka (Koperasi PPD dan masyarakat Putat) Tanggal 19 April 2012 kami
menandatangani Berita Acara pada tanggal 19 mengirim surat pemberitahuan kepada
November 2007 oleh Wakil Ketua Koperasi Penghulu Putat tentang kegiatan kerja PT. Ria
PPD dan Sekretaris serta diketahui oleh Estella dalam wilayah kerja Kepenghuluan
Penghulu Desa Putat (daftar hadir terlampir). Putat, tetapi balasan yang kami dapat dari : 1).
Salah satu fungsi kami , Camat Ketua Koperasi PPD surat tanggal 27 April
selalu mengadakan koordinasi dengan Instansi 2012 No. 02/Kop/PPD/IV/2012, tentang
Vertikal yang terkait dengan masalah penolakan atas kegiatan kerja PT. Ria Estella
pertanahan dan melaporkan kepada Bupati dalam wilayah kerja Koperasi PPD dan 2).
Rokan Hilir tentang perkembangan dan Surat dari Ketua Koperasi tanggal 27 April
kejadian-kejadian yang berada di daerah 2012 No. 01/Kop/PPD/ IV/2012 yang
kewenangannya, termasuk masalah konflik ditujukan kepada Bupati Rokan Hilir dan
pertanahan antara PT. Ria Estella dengan tembusannya disampaikan kepada PT. Ria
Koperasi PPD dan masyarakat Putat, seperti Estella tentang Pembatalan Kerjasama.
surat :
(Hasil wawancara ini dan beberapa
a. Tanggal 14 Februari 2007 Nomor
dokumen diperoleh dari PT. Ria Estella
01/KOP.PPD/II
/2007 tentang
pada Awal minggu kedua bulan Februari
Permasalahan Perkebunan Kelapa Sawit.
2012 di Kecamatan Tanah Putih dalam
b. Tanggal
28 April 2007 Nomor
pertemuan bersama dengan Camat).
02/KOP.PPD/III/2007 tentang Pembatalan Kerjasama; dan
c. Surat tanggal 10 Juli 2007 Nomor peroleh dari PT. Ria Estella (dilapangan), baik
Berdasarkan data yang Peneliti
03/KOP.PPD/V/2007 tentang Pembatalan dari hasil wawancara dengan Penanggung
Kerjasama.
jawab lapangan (Zulkifli B.C) maupun dari Semua surat tersebut di atas dokumen berdasarkan pengumpulan data
dikoordinasikan kepada semua Instansi melalui Triangulasi Teknik bahwa :
Vertikal yang terkait dengan tanah dan
a. Belum ada niat untuk menyelesaikan secara melaporkan kepada Bupati Rokan Hilir untuk serius konflik pertanahan dimaksud, dengan
mintak petunjuk dan arahan penyelesaiannya. bukti PT. Ria Estella tidak mau
(Hasil wawancara ini dan beberapa
mendaftarkan Izin Lokasi dan pengurusan
dokumen diperoleh dari Camat dan Kasi
Hak Guna Usaha (HGU) ke BPN Rokan
Pemerintahan pada minggu kedua bulan
Hilir.
Februari 2012 di Kecamatan Tanah Putih).
b. PT. Ria Estella tidak memahami arti isi dari Berdasarkan data yang Peneliti perjanjian yang telah dibuat bersama dan
peroleh dari Kecamatan (dilapangan), baik dari tidak memahami isi Izin Lokasi, sehingga
hasil wawancara dengan Camat dan Kasi waktu yang diberikan habis tanpa
Pemerintahan (H.Nasri Somad dan Rismianto, dimanfaatkan.
S.Sos) maupun dari dokumen berdasarkan S.Sos) maupun dari dokumen berdasarkan
Kepenghuluan Putat (lapangan), baik dari
a. Camat dan Kepenghuluan Putat telah masyarakat Putat, Koperasi PPD dan dokumen melakukan pencegahan melalui koordinasi
berdasarkan pengumpulan data melalui dengan Instansi Vertikal dan melaporkan
Triangulasi Teknik bahwa PT. Ria Estella kepada Bupati Rokan Hilir, tentang
“belum ada tanda-tanda untuk dapat perkembangan situasi dan kondisi Koperasi
memenuhi janji-janji sesuai kesepakatan PPD dengan PT. Ria Estella;
bersama dalam Akta Perjanjian (Notaris) No.
b. Pemerintah juga memperinggati PT. Ria
47 tanggal 23 maret 2005, khususnya pasal 2 Estella untuk mengurus tanah perkebunan
dan pasal 6 tersebut yang telah diuraikan pada ke BPN untuk mendapatkan Hak Guna
hal 90 s.d hal 94 di atas, dan Diktum Pertama Usaha, tetapi belum dihindahkan (ingat
Izin Lokasi No. 332/TP/2005 Angka 2,3,4, dan jangka waktu habis).
5 (hal. 101 s.d 103). Disini Penulis telah
melakukan Evaluasi terhadap PT. Ria
Estella, dengan Nilai KB (Kurang Baik). Data hasil penelitian yang penulis dapatkan di lapangan, khususnya di
1.3. Penyelesaian Konflik Pertanahan
1.3.2. Evaluasi Faktor Penyebab Terjadinya
Kepenghuluan Putat, Kecamatan Tanah Putih
Konflik
Kabupaten Rokan Hilir mengenai “Konflik Berdasarkan data yang diperoleh di Pertanahan” antara PT. Ria Estella dengan
Kepenghuluan Putat (lapangan), baik dari Koperasi Perkebunan Putat Damai (Koperasi
masyarakat Putat, Koperasi PPD dan dokumen PPD) disajikan berdasarkan Peraturan Kepala
berdasarkan pengumpulan data melalui BPN RI No. 3 Tahun 2011 tentang
Triangulasi Teknik bahwa PT. Ria Esttela Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan
tidak melakukan sebagaimana janji-janji dan Kasus Pertanahan khususnya pasal 23, 24 dan
persyaratan di dalam Akta Notaris No. 47 pasal 48 serta 49.
tanggal 23 Maret 2005 dan Izin Lokasi No. Walaupun kasus pertanahan tersebut
332/TP/2005 tanggal 20 Oktober 2005, belum sampai ke Kantor BPN dan Kantor
penyebab terjadinya konflik sebagai berikut Pengadilan Negeri Kabupaten Rokan Hilir,
tetapi konflik pertanahan dimaksud masih dapat mempergunakan evaluasi berdasarkan
1. Tidak ada kegiatan dilakukan oleh PT. Ria beberapa pasal umum dalam Peraturan Kepala
Estella yang berarti seperti Kerjasama BPN RI No. 3 Tahun 2011 tentang
kemitraan (tidak ada pembagian kerja yang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan
dilakukan oleh PT. Ria Estella terhadap Kasus Pertanahan, yaitu Bab V Bagian
anggota Koperasi PPD dan masyarakat
Kelima tentang Pengkajian Konflik pasal 23,
Kepenghuluan Putat)