ANALISIS PENGARUH KONFLIK PERAN DAN AMBIGUITAS PERAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci)

  

ANALISIS PENGARUH KONFLIK PERAN DAN AMBIGUITAS PERAN

TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI

  

VARIABEL INTERVENING

(Studi Kasus Pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci)

ARTIKEL

  

Oleh :

  

VICKO PARBO

NIM. 1110018212024

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

  

ANALISIS PENGARUH KONFLIK PERAN DAN AMBIGUITAS PERAN

TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI

  

VARIABEL INTERVENING

(Studi Kasus Pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci)

Vicko Parbo¹, Dwi Fitri Puspa², Yuhelmi²

  1 Mahasiswa Program Pascasarjana Magister Ilmu Manajemen

  2 Dosen Program Pascasarjana Magister Ilmu Manajemen

  Universitas Bung Hatta

  

email : vicko_parbo@yahoo.com

ABSTRACT

This study aims to identify and analyze the influence of role conflict and role ambiguity to

organizational commitment. The influence of role conflict, role ambiguity and

organizational commitment to employee performance. The influence of role conflict and

role ambiguity on employee performance through organizational commitment.

The design of this study causality. The object of this study population was all employees of the

Regional Employment Board Kerinci numbering as many as 103 people. Data collection

techniques used were questionnaire directly closed. Analysis of data to test the hypothesis of

this study using Structural Equation Modeling ( SEM ) with the help of AMOS software.

The results of this study found that 1) the role conflict significant negative effect on

organizational commitment, 2) the role ambiguity significant negative effect on

organizational commitment, 3) the role conflict significant negative effect on the performance

of employees, 4) the role ambiguity significant negative effect on the performance of

employees, 5) the organizational commitment have a significant effect on the performance of

employees, 6) the role conflict significantly influence employee performance through

organizational commitment as an intervening variable, 7) the role ambiguity significant effect

on the performance of employees through organizational commitment as an intervening

variable.

  

Keywords: Role Conflict, Role Ambiguity, Organizational Commitment,

Employee Performance

A. Pendahuluan profesional, tanggung jawab, disiplin, etos

  Kedudukan dan peranan Pegawai kerja serta wibawa sehingga dapat Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara memberikan pelayanan sesuai tuntutan yang bertugas sebagai abdi masyarakat perkembangan masyarakat. Untuk itu harus menyelenggarakan pelayanan secara sangat dibutuhkan pegawai yang memiliki adil kepada masyarakat. Untuk dapat kinerja yang tinggi dalam melaksanakan melaksanakan tugas dengan baik, maka tugasnya. pembinaan pegawai diarahkan untuk Salah satu hal yang harus meningkatkan kualitas sumber daya diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan manusia agar memiliki sikap dan perilaku yaitu tercapainya kinerja yang baik, sesuai yang berintikan pengabdian, kejujuran, dengan standar kinerja yang diterapkan dan yang diinginkan organisasi, dan sesuai dengan visi dan misi organisasi, namun agar semua pegawai dapat mewujudkan kinerja yang diinginkan, banyak faktor yang mungkin mempengaruhi bagi pegawai diantaranya seperti komitmen organisasi, konflik peran, ambiguitas peran, dan lain sebagainya.

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kinerja adalah prestasi seseorang baik kuantitas maupun kualitas karena dalam melaksanakan pekerjaan secara maksimal dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dalam periode tertentu.

  Berdasarkan kenyataan pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci terlihat berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kinerja pegawai yakni masih banyak pegawai yang kurang mampu menyelesaikan pekerjaan dengan kualitas yang baik karena adanya keterbatasan tingkat pengetahuan dan keterampilan kerja dalam melaksanakan pekerjaan. Permasalahan lainnya adalah masih ditemukan pegawai yang kurang dapat menyelesaikan pekerjaan dalam jumlah yang banyak sehingga banyak pekerjaan yang bertumpukan sehingga hal ini menyebabkan lambatnya tingkat penyelesaian pekerjaan oleh pegawai dan sebahagian besar pegawai kurang memiliki konsistensi dalam mengembangkan kemampuan dan aktualisasi diri, pegawai kurang memahami dan mengikuti instruksi yang diberikan oleh pimpinan, pegawai kurang mempunyai inisiatif dalam bekerja, kurangnya tingkat kejujuran pegawai dalam bekerja, dan kurang tingkat kehati- hatian pegawai dalam melaksanakan pekerjaan.

  Rendahnya kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci dapat dicerminkan dengan capaian kinerja organisasi secara keseluruhan, hal ini disebabkan karena pegawai merupakan bagian dari organisasi yang merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan satu sama lain dalam rangka untuk mewujudkan tujuan dari organisasi itu sendiri

  Maka dari fenomena diatas diduga ada beberapa faktor yang berkemungkinan paling mempengaruhi kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci yaitu, komitmen organisasi, konflik peran dan ambiguitas peran.

  Faktor pertama yang diidentifikasikan mempengaruhi kinerja adalah komitmen organisasi, Komitmen organisasi memberikan sumbangsih yang besar baik bagi individual maupun organisasi dalam menggapai keberhasilan. Komitmen pegawai pada organisasi juga dapat dijadikan salah satu jaminan untuk menjaga kelangsungan organisasi. Hal ini disebabkan karena pegawai yang memiliki komitmen organisasional akan terus bertahan dan kemudian terlibat dalam upaya memperjuangkan visi, misi, serta tujuan organisasi sehingga layaklah bahwa setiap organisasi berharap untuk dapat mencapai keunggulan bersaing melalui dukungan komitmen pegawai terhadap organisasinya.

  Organisasi memegang kunci yang sangat penting dalam membantu pegawai untuk membangun komitmen organisasional. Hal ini menunjukkan bahwa organisasi yang peduli dengan keberadaan dan kesejahteraan pegawainya serta menghargai kontribusi pegawai pada organisasi akan memiliki pegawai yang loyal dan dengan sukarela mengikatkan diri pada organisasi, pegawai yang tahu menyimpan rahasia perusahaan, pegawai yang akan bekerja sebaik-baiknya untuk kepentingan organisasi, senantiasa bermotivasi tinggi, bersedia berkorban bagi organisasi dan mempunyai semangat untuk maju bersama organisasi. Oleh karena itu, perusahaan harus berusaha menjamin agar faktor-faktor yang berkaitan dengan komitmen organisasi pegawai dapat terpenuhi secara maksimal agar kinerja pegawai dapat tercipta dengan baik.

  Berdasarkan kenyataan terlihat bahwasanya masih ada pegawai yang tidak memiliki rasa kepedulian terhadap nama baik organisasi, dimana terdapat pegawai yang menunda-nunda atau memperlambat pekerjaan yang biasanya dapat dikerjakan langsung dan diharapkan selesai saat itu juga, akibat dari hal demikian akan menimbulkan dampak buruknya image organisasi terhadap orang lain.

  Faktor kedua yang diidentifikasikan mempengaruhi kinerja adalah konflik peran. Konflik peran sebagai sebuah proses yang dimulai ketika satu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah memengaruhi secara negatif, atau akan memengaruhi secara negatif, sesuatu yang menjadi perhatian dan kepentingan pihak pertama. Hasil dari konflik yang terjadi di antara pihak-pihak yang terlibat bisa bersifat fungsional yang dapat meningkatkan kinerja. Namun, konflik peran juga dapat bersifat disfungsional yang sebaliknya justru menghalangi/ menurunkan kinerja.

  Timbulnya konflik peran juga terjadi apabila bekerja di tempat dengan norma- norma dan aturan-aturan yang berbeda dengan norma dan aturan kode etik yang telah dipelajarinya. Bagi manajemen, konflik peran adalah salah satu bentuk disfunctional behavior yang tidak diinginkan karena sifatnya yang cenderung kontra produktif dan menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja dan secara professional bisa menurunkan kinerja seseorang. Sifat ini yang dapat menghambat upaya pencapaian tujuan strategis perusahaan secara efektif dan efisien.

  Berdasakan kenyataan yang terjadi pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci terlihat bahwa masih terjadinya konflik peran pada diri pegawai dalam melaksanakan tugas, dimana terlihat bahwa ada beberapa tugas atau pekerjaan yang dilaksanakan oleh pegawai tumpang tindih dengan bagian lain. Pegawai Negeri Sipil dituntut untuk bisa melayani dengan baik dan cepat sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan serta dibebankan dengan target yang tinggi, akan tetapi pegawai juga harus melaksanakan pekerjaan lain yang juga harus selesai tepat pada waktunya sehingga menyebabkan timbulnya konflik peran. Permasalahan lainnya yakni terkadang adanya pembagian pekerjaan kepada pegawai yang tidak ahli dibidangnya sehingga pekerjaan tersebut tidak dapat diselesaikannya dengan baik.

  Faktor selanjutnya yang diidentifikasikan mempengaruhi kinerja adalah ambiguitas peran, ambiguitas peran (role ambiguity) adalah tidak adanya informasi yang memadai yang diperlukan seseorang untuk menjalankan perannya dengan cara yang memuaskan.

  Berdasarkan fenomena yang terjadi terlihat bahwa pada kenyataannya setiap tahun terjadi perpindahan pegawai menjadi pejabat struktural yang bukan basis karir dan kompetensinya hal ini juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya ambiguitas peran, tuntutan pekerjaan yang tidak didukung dengan informasi yang cukup jelas mengenai peran yang harus dilaksanakan, sehingga menyebabkan timbulnya kekaburan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

  Untuk itu agar terlaksananya wewenang dan tugas yang telah ditetapkan dengan baik maka menurut hasil pengamatan yang penulis lakukan terhadap kinerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci pada saat ini masih belum optimal dan disana sini masih memerlukan pembenahan antara lain terlihat dari adanya suatu ketimpangan, dimana suatu pihak mengharapkan peningkatan kinerja aparatur, namun kenyataan yang terjadi masih adanya pegawai yang belum melaksanakan pekerjaan kerja dengan baik, sering terjadi lembur akibat banyaknya pekerjaan beban tugas berkaitan dengan pelayanan yang dikerjakan oleh setiap pegawai yang menumpuk, secara psikologis banyak pegawai nampak mengalami kelelahan fisik maupun non fisik akibat rutinitas beban kerja.

  Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis: 1) Pengaruh konflik peran terhadap komitmen organisasi. 2) Pengaruh ambiguitas peran terhadap komitmen organisasi. 3) Pengaruh konflik peran terhadap kinerja pegawai. 4) Pengaruh ambiguitas peran terhadap kinerja pegawai. 5) Pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja pegawai. 6) Pengaruh konflik peran terhadap kinerja pegawai melalui komitmen organisasi, 7) Pengaruh ambiguitas peran terhadap kinerja pegawai melalui komitmen organisasi.

  B. Metodologi Penelitian

  Penelitian ini menggunakan desain kausal. Objek penelitian adalah seluruh pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci yang berjumlah sebanyak 103 orang. Analisis data menggunakan Structural Equation

  Modeling

  (SEM) dengan bantuan software AMOS.

  C. Hasil Penelitian

  Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama diketahui bahwa konflik peran berpengaruh signifikan negatif terhadap komitmen organisasi pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci. Artinya tinggi rendahnya komitmen organisasi pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci dipengaruhi oleh tingkat konflik peran yang dialami oleh pegawai. Semakin tinggi konflik peran yang dirasakan oleh pegawai dalam bekerja tentunya dapat menurunkan komitmen organisasi masing-masing pegawai terhadap Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci.

  Pengaruh negatif konflik peran terhadap komitmen organisasi pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci, menunjukkan bahwa apabila konflik peran yang dirasakan oleh pegawai bertambah tentunya akan menurunakan komitmen pegawai tersebut dalam bekerja dan sebaliknya jika konflik peran yang dirasakan oleh pegawai berkurang tentunya akan meningkatkan komitmen pegawai tersebut dalam bekerja

  Berdasarkan temuan penelitian ini diketahui bahwa komitmen organisasi pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci mencerminkan keterikatan psikologis individu terhadap Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci; termasuk didalamnya rasa keterlibatan dalam pekerjaan, loyalitas dan kepercayaan akan nilai-nilai yang dianut oleh organisasi sehingga individu tersebut berusaha untuk menjaga keanggotaannya di dalam organisasi.

  2. Pengaruh Ambiguitas Peran Terhadap Komitmen Organisasi

  Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua diketahui bahwa ambiguitas peran berpengaruh signifikan negatif terhadap komitmen organisasi pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci. Artinya tinggi rendahnya komitmen organisasi pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci dipengaruhi oleh faktor ambiguitas peran. Semakin tinggi tingkat ambiguitas peran yang dirasakan oleh pegawai dalam melaksanakan tugas tentunya dapat menurunkan komitmen organisasi pegawai terhadap Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci.

1. Pengaruh Konflik Peran Terhadap Komitmen Organisasi

  Pengaruh negatif ambiguitas peran terhadap komitmen organisasi pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci, menunjukkan bahwa apabila ambiguitas peran yang dirasakan oleh pegawai meningkat tentunya akan menurunakan komitmen pegawai tersebut dalam bekerja dan sebaliknya jika ambiguitas peran yang dirasakan oleh pegawai rendah tentunya akan meningkatkan komitmen pegawai tersebut dalam bekerja

  Ambiguitas peran berkepanjangan dapat mendorong terjadinya ketidakpuasan kerja, mengikis rasa percaya diri, dan menghambat kinerja pekerjaan. Ambiguitas peran dapat timbul pada lingkungan kerja saat seseorang kurang mendapat informasi yang cukup mengenai kinerja yang efektif dari sebuah peran. Dalam suatu organisasi sebaiknya memiliki keterangan yang jelas mengenai tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh pegawai. Ambiguitas peran diperlukan untuk menghasilkan performance yang baik, karena pegawai perlu mengetahui tujuan dari pekerjaan, apa yang diharapkan untuk dikerjakan serta skope dan tanggung jawab dari pekerjaan mereka. Saat tidak ada kepastian tentang definisi kerja dan apa yang diharapkan dari pekerjaannya maka akan timbul ambiguitas peran.

  Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga diketahui bahwa konflik peran berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci. Artinya tinggi rendahnya kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci dipengaruhi oleh tingkat konflik peran pada pegawai. Semakin tinggi tingkat konflik peran yang dirasakan oleh pegawai tentunya mempengaruhi kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci.

  Pengaruh negatif konflik peran terhadap kinerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci, menunjukkan bahwa apabila konflik peran yang dirasakan oleh pegawai meningkat tentunya akan menurunakan kinerja pegawai tersebut dalam bekerja dan sebaliknya jika konflik peran yang dirasakan oleh pegawai rendah tentunya akan meningkatkan kinerja pegawai

  Temuan penelitian ini membuktikan bahwa kinerja pegawai dipengaruhi oleh konflik peran. Konflik peran merupakan sebagai sebuah proses yang dimulai ketika satu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah memengaruhi secara negatif, atau akan memengaruhi secara negatif, sesuatu yang menjadi perhatian dan kepentingan pihak pertama. Hasil dari konflik yang terjadi di antara pihak-pihak yang terlibat bisa bersifat fungsional yang dapat meningkatkan kinerja. Namun, konflik peran juga dapat bersifat disfungsional yang sebaliknya justru menghalangi/ menurunkan kinerja.

  4. Pengaruh Ambiguitas Peran Terhadap Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci

  Berdasarkan hasil pengujian hipotesis keempat diketahui bahwa ambiguitas peran berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci. Artinya tinggi rendahnya kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci sangat dipengaruhi oleh faktor ambiguitas peran. Semakin tinggi tingkat ambiguitas peran yang dirasakan pegawai tentunya akan menurunkan kinerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci dalam melaksanakan tugas.

3. Pengaruh Konflik Peran Terhadap Kinerja Pegawai

  Pengaruh negatif ambiguitas peran terhadap kinerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci, menunjukkan bahwa apabila ambiguitas peran yang dirasakan oleh pegawai meningkat tentunya akan menurunakan kinerja pegawai tersebut dalam bekerja dan sebaliknya jika ambiguitas peran yang dirasakan oleh pegawai rendah tentunya akan meningkatkan kinerja pegawai

  Temuan penelitian ini membuktikan bahwa kinerja pegawai dipengaruhi oleh ambiguitas peran. Ambiguitas peran merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai karena ambiguitas peran tidak lepas dari dukungan organisasi itu sendiri, dan merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi untuk peningkatan kinerja dalam sebuah organisasi. Ambiguitas peran ini berkaitan erat dengan informasi-informasi yang dipegang dan berlaku oleh pegawai dalam melakukan pekerjaanya. Informasi yang kuat merupakan landasan kinerja suatu organisasi. Jika terdapat Informasi yang tidak jelas dalam suatu organisasi maka mungkin dapat mempengaruhi pegawai dalam melakukan aktivitasnya dan secara langsung mempengaruhi kinerja masing- masing pegawai.

  Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kelima diketahui bahwa komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci. Artinya tinggi rendahnya kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci sangat dipengaruhi oleh faktor komitmen organisasi. Semakin tinggi tingkat komitmen organisasi pegawai tentunya akan meningkatkan kinerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci.

  Pengaruh positif komitmen organisasi terhadap kinerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci, menunjukkan bahwa apabila komitmen organisasi pegawai meningkat tentunya akan meningkatkan kinerja pegawai tersebut dalam bekerja dan sebaliknya jika komitmen organisasi yang dimiliki oleh pegawai rendah tentunya akan menurunkan kinerja pegawai

  Temuan penelitian ini membuktikan bahwa kinerja pegawai dipengaruhi oleh komitmen organisasi. Komitmen adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan. Untuk itu, organisasi perlu untuk mengetahui apa yang menjadi komitmen para pegawainya, sebab faktor tersebut mungkin dapat menjadi salah satu faktor yang menentukan jalan tidaknya pekerjaan dari visi dan misi yang dijabarkan dalam pencapaian kinerja pegawai dan tujuan organisasi secara keseluruhan

  6. Pengaruh Konflik Peran Terhadap Kinerja Melalui Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening

  Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa konflik peran berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci melalui komitmen organisasi sebagai variabel intervening. Artinya tinggi rendahnya kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci sangat dipengaruhi oleh faktor konflik peran dan faktor komitmen organisasi.

5. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai

  Berdasarkan temuan penelitian ini diketahui bahwa konflik peran berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci melalui komitmen organisasi sebagai variabel intervening. Artinya dengan adanya konflik peran yang dialami oleh pegawai dalam bekerja akan menurunkan komitmen organisasi pegawai tersebut yang pada giliranya akan menurunkan kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci.

  Konflik peran merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai dalam melaksanakan tugas, baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui komitmen organisasi. Artinya, apabila pegawai mengalami konflik peran yang rendah dalam bekerja tentunya akan dapat menurunkan komitmen organisasi pegawai dalam melaksanakan tugas sehingga pada gilirannya akan menurunkan kinerja pegawai

  Berdasarkan hasil analisis data diketahui besarnya pengaruh langsung konflik peran terhadap kinerja pegawai adalah -26,8%. Sedangkan pengaruh tidak langsung konflik peran terhadap kinerja melalui komitmen organisasi adalah sebesar -24%. Hal ini menunjukkan besarnya tambahan kontribusi pengaruh konflik peran secara tidak langsung terhadap kinerja melalui komitmen organisasi adalah sebesar -24%, sehingga total pengaruh konflik kerja terhadap kinerja menjadi -50,8%. Artinya pengaruh tidak langsung memberikan tambahan menjadi lebih besar dalam meningkatkan kinerja.

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel komitmen organisasi mampu memberi tambahan pengaruh dalam menjelaskan pengaruh konflik peran terhadap kinerja atau dengan kata lain komitmen organisasi meningkatkan kinerja pegawai dari bentuk konflik peran yang ada pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci sehingga konflik peran berpengaruh signifikan terhadap kinerja melalui komitmen organisasi.

  • 54,9%. Artinya pengaruh tidak langsung mampu memberikan tambahan menjadi lebih besar dalam meningkatkan kinerja.

  Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketujuh diketahui bahwa ambiguitas peran berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci melalui komitmen organisasi sebagai variabel intervening. Artinya tinggi rendahnya kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci dipengaruhi oleh faktor ambiguitas peran dan faktor komitmen organisasi.

  Berdasarkan temuan penelitian ini diketahui bahwa ambiguitas peran berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci melalui komitmen organisasi sebagai variabel intervening. Artinya dengan semakin tingginya ambiguitas peran yang dialami oleh pegawai dalam bekerja akan menurunkan komitmen organisasi pegawai tersebut yang pada giliranya akan menurunkan kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci.

  Ambiguitas peran merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai dalam melaksanakan tugas, baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui komitmen organisasi. Artinya, apabila pegawai mengalami ambiguitas peran dalam bekerja dan didukung oleh komitmen organisasi pegawai yang rendah dalam melaksanakan tugas tentunya akan menurunkan kinerja pegawai dalam melaksanakan tugas

  Berdasarkan hasil analisis data diketahui besarnya pengaruh langsung ambiguitas peran terhadap kinerja adalah sebesar -30,9%. Sedangkan pengaruh tidak langsung ambiguitas peran terhadap kinerja melalui komitmen organisasi adalah sebesar -18,6%. Hal ini menunjukkan besarnya tambahan kontribusi pengaruh ambiguitas peran secara tidak langsung terhadap kinerja melalui komitmen organisasi adalah sebesar -18,6%, sehingga total pengaruh ambiguitas peran terhadap kinerja menjadi

7. Pengaruh Ambiguitas Peran Terhadap Kinerja Melalui Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel komitmen organisasi mampu memberi tambahan pengaruh dalam menjelaskan pengaruh ambiguitas peran terhadap kinerja atau dengan kata lain komitmen organisasi meningkatkan kinerja pegawai dari bentuk ambiguitas peran yang ada pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci sehingga ambiguitas peran berpengaruh signifikan terhadap kinerja melalui komitmen organisasi.

  Dalam konsep ambiguitas peran, pemegang peran harus memahami beberapa tipe dasar informasi, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya ambiguitas peran yaitu, pemegang peran harus tahu apa yang diharapkan oleh orang lain, tahu aktivitas yang seharusnya mereka lakukan dan hubungan interpersonal yang harus mereka tunjukkan untuk memenuhi harapan orang lain

  D. Penutup

  Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut ini :

  1. Konflik peran berpengaruh signifikan negatif terhadap komitmen organisasi pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci. Artinya tinggi rendahnya komitmen organisasi pegawai dipengaruhi oleh tingkat konflik peran yang dialami oleh pegawai. Semakin tinggi konflik peran yang dirasakan oleh pegawai dalam bekerja tentunya dapat menurunkan komitmen organisasi masing-masing pegawai.

  2. Ambiguitas peran berpengaruh signifikan negatif terhadap komitmen organisasi pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci. Artinya tinggi rendahnya komitmen organisasi pegawai dipengaruhi oleh faktor ambiguitas peran. Semakin tinggi tingkat ambiguitas peran yang dirasakan oleh pegawai dalam melaksanakan tugas tentunya dapat menurunkan komitmen organisasi pegawai

  3. Konflik peran berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci. Artinya tinggi rendahnya kinerja pegawai dipengaruhi oleh tingkat konflik peran pada pegawai. Semakin tinggi tingkat konflik peran yang dirasakan oleh pegawai tentunya mempengaruhi kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci

  4. Ambiguitas peran berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci. Artinya tinggi rendahnya kinerja pegawai dipengaruhi oleh faktor ambiguitas peran. Semakin tinggi tingkat ambiguitas peran yang dirasakan pegawai tentunya akan menurunkan kinerja pegawai dalam melaksanakan tugas

  5. Komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah

  Kabupaten Kerinci. Artinya tinggi rendahnya kinerja pegawai dipengaruhi oleh faktor komitmen organisasi. Semakin tinggi tingkat komitmen organisasi pegawai tentunya akan meningkatkan kinerja pegawai

  6. Konflik peran berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci melalui komitmen organisasi sebagai variabel intervening. Artinya tinggi rendahnya kinerja pegawai dipengaruhi konflik peran dan faktor komitmen organisasi

  7. Ambiguitas peran berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci melalui komitmen organisasi sebagai variabel intervening. Artinya tinggi rendahnya kinerja pegawai dipengaruhi oleh faktor ambiguitas peran dan faktor komitmen organisasi

  Berdasarkan hasil pembahasan penelitian maka implikasi kebijakan yang dapat dilakukan dari hasil penelitian ini untuk meningkatkan kinerja pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Kerinci dapat dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :

  1. Menurunkan konflik peran dengan cara melakukan pekerjaannya suatu kegiatan yang harus dilakukan berbeda.

  2. Mengurangi ambiguitas peran dengan cara memberikan rasa pasti dengan seberapa besar wewenang yang dimiliki seseorang.

  3. Meningkatkan komitmen organisasi dengan cara menanamkan rasa kebanggaan terhadap organisasinya.

  Adapun keterbatasan penelitian dan saran yang dapat penulis sampaikan pada bagian akhir penulisan tesis ini adalah sebagai berikut :

  1. Ruang Lingkup dalam penelitian ini relative kecil, populasi kecil dan sampel kecil sehingga hasil penelitian tidak bisa digeneralisir, oleh karena itu disarankan pada penelitian mendatang selanjutnya untuk memperluas ruang lingkup sehingga jumlah populasi dan sampelnya besar.

  2. Aspek Variabel Independent yang digunakan, masih banyak variable- variabel lain yang mempengaruhi kinerja seperti motivasi kerja, pengembangan karir, kepuasan kerja dan lain sebagainya, maka disarankan untuk penelitian mendatang agar menambahkan varibel independen.

  , Cetakan 4, Bandung : Refika Aditama Nimran, Umar. 2004. Perilaku Organisasi.

  (1996) “Do Organizational Practices Matter in Role Stree Processes? A Study of Direct and Moderating Effects for Marketing-Oriented Boundary Spanners”, Journal of Marketing, July, pp.69-86.

  Nomor 2. Agustus 2006 Singh, J., W. Verbeke & G.K. Rhoads

  Peran Dan Stress Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank Pemerintah di Kota Malang. Jurnal Aplikasi Manajemen. Volume 4.

  Rajagrafindo Persada Rozikin, Zainur. 2006. Pengaruh Konflik

  Manusia Untuk Perusahaan : Dari Teori ke Praktek. Jakarta : PT.

  2005, 272-286 Rivai, Veithzal dan Sagala, Ella Jauvani. 2009. Manajemen Sumber Daya

  Bisnis , Vol. 3, September- Desember

  Kompensasi, komitmen Organisasional, dan Kompetensi terhadap Kinerja Individual’, Kajian

  Alfabeta,. Bandung Rivai, Harif A 2005, ‘Pengaruh

  Surabaya: CV Citra Media. Riduwan. 2007, Skala Pengukuran Variabel -Variabel Penelitian, CV.

  Evaluasi Kinerja SDM

  3. Metode Analisis penelitian ini menggunakan Structural Equation Model (SEM), dimana dalam pengolahan data memiliki beberapa kelemahan diantaranya, tidak bisa menghitung TCR, Realibilitas secara manual dan penghitungan total effect harus dikalkulasikan, sehingga agar lebih kongrit disarankan untuk penelitian mendatang dapat menggunakan model-model lain seperti analisi jalur, regresi linear dan lain sebagainya.

  Mangkunegara, Anwar, Prabu, 2009.

  Kinerja Sektor Publik, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.

  Mahsun, Muhamad., 2006, Pengukuran

  stress: Studies in role conflict and ambiguity. New York: Wiley, 1964

  Kahn, R., Wolfe, D., Quinn, R., Snoek, J., and Rosentbal, R. Organizational

DAFTAR PUSTAKA

  Ichwan maulana. 2010 Pengaruh struktur audit, konflik peran, ketidakjelasan peran dan locus of control terhadap kinerja auditor (studi empiris pada kantor akuntan publik di pekanbaru dan batam)

  Sumber Daya Manusia , Edisi Revisi Jakarta : Bumi Aksara.

  Hasibuan, Melayu S.P. 2007. Manajemen

  Ganesan, Shankar dan Barton A. Weitz (1996), The Impact of Staffing Polices on Retail Buyer Job Attitudes and Behavior, Journal of Retailing, 72 (1), 31-56.

  Fisher, Richard T. (2001). Role Stress, The Type A Behavior Pattern, and External Auditor Job Satisfaction and Performance. Journal of Behavior Research In Accounting 13 : 143-171.

  Douglas, Max E (1996), “Creating In Workplace: A Supervisor’s Role”, Supervision, October, pp. 6-9