Proposal ini disusun untuk diajukan dalam program

PEMBERIAN BAHAN TERTULIS SEBELUM PROSES
PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
PARTISIPASI AKTIF SISWI DALAM
PEMBELAJARAN
DENGAN METODE DISKUSI DAN TANYA JAWAB

Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Proposal ini disusun untuk diajukan dalam program
Seleksi Hibah Bersaing Penelitian Tindakan Kelas yang diselenggarakan oleh
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

disusun oleh
Agustinus Suyoto, S.Pd

SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA
JL. DR. SUTOMO 16 TELP. (0274) 513129
LEMBAR PENGESAHAN

1


Judul Penelitian :
Pemberian Bahan Tertulis Sebelum Proses Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia Sebagai Upaya Peningkatan Partisipasi Aktif Siswi dalam
Pembelajaran dengan Metode Diskusi dan Tanya Jawab.
Mata Pelajaran :
Bahasa dan Sastra Indonesia

Tim Peneliti :
1. Agustinus Suyoto, S.Pd. (ketua tim)
Guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
2. Dra. Th. M. Issri Windarjati. (anggota)
Guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Lokasi Penelitian:
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, Jl. Dr. Sutomo 16 Yogyakarta

Lama Penelitian :
3 bulan

Biaya penelitian yang diusulkan :

Rp 1.900.000,00

Yogyakarta, 29 April 2006
Ketua Peneliti

Agustinus Suyoto, S.Pd

Menyetujui,
Kepala Sekolah

Dra. Sr. Jeanne, CB

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Walaupun masih menjadi perdebatan berkepanjangan, perubahan paradigma
pendidikan yang dimulai dengan pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
atau Kurikulum 2004 terus bergulir. Perubahan ini diperlukan untuk menjawab tantangan

perkembangan zaman dan peningkatan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia
Indonesia secara umum.
Konsekuensi logis perubahan tersebut ternyata tidak sekedar menyentuh materi
pembelajaran, melainkan juga berkaitan erat dengan berbagai perubahan paradigma.
Guru yang pada mulanya bertindak sebagai center proses pembelajaran diubah menjadi
fasilitator pembelajaran. Buku pelajaran yang pada mulanya menjadi sumber utama
pembelajaran diubah menjadi salahsatu sumber pembelajaran, yang artinya masih banyak
sumber belajar lainnya. Sistem ujian yang sentralistik secara konseptual diserahkan
kembali kepada sekolah dan guru yang bersangkutan.
Wujud konkret perubahan pola pembelajaran di kelas adalah terjadinya
pergeseran dominasi aktivitas belajar mengajar. Jika pada mulanya guru lebih aktif dalam
memberikan pembelajaran, sekarang siswi dituntut lebih aktif mencari dan menemukan
sendiri konsep-konsep yang perlu mereka pelajari. Guru lebih banyak memosisikan diri
sebagai fasilitator dan evaluator daripada sebagai pemberi pengetahuan.
Perubahan pola pembelajaran tersebut sejalan dengan konsep belajar menurut
paham konstruktivisme. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif di mana para pelajar
membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar harus memiliki pengalaman belajar dengan
membuat hipotesis, menguji hipotesis, memecahkan persoalan, mengungkapkan
pertanyaan dan sebagainya. (Suparno, 1997: 62).
Jika dicermati lebih lanjut, metode pembelajaran yang sekarang menjadi trend di

sekolah-sekolah adalah metode diskusi, tanya jawab, tugas mandiri, dan sejenisnya yang
secara signifikan menggeser metode ceramah. Dengan pemberlakukan berbagai metode
nonceramah tadi, terlihat jelas bahwa aktivitas pembelajaran bergeser dari guru ke siswa.

3

Tanggapan siswa atas perubahan metode pembelajaran ini tampaknya juga sangat
bagus. Hal itu terbukti ketika siswa diberi kesempatan berdiskusi, mereka terlihat
gembira dan antusias, bahkan kadang-kadang mereka membutuhkan waktu cukup banyak
untuk berdiskusi. Demikian juga ketika siswa diberi tugas mencari jawaban atas
pertanyaan yang diajukan oleh guru. Para siswi terlihat sibuk mencari jawabannya di
buku pelajaran ataupun di buku-buku yang ada di perpustakaan.
Menurut Atwi Suparman (1997: 174) pada prinsipnya metode diskusi sangat
bermanfaat untuk mengembangkan daya kreatif siswa dalam menemukan ide-ide baru.
Dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan menemukan ide-ide baru, nilai baru dan sipak
positif terhadap ide sangat diperlukan. Namun demikian, model diskusi ini dapat mudah
menyimpang ke arah lain sehingga tidak menghasilkan sesuatu dan malah membuangbuang waktu saja.
Akhir-akhir ini sudah mulai muncul gejala kurang efektifnya metode diskusi dan
tanya jawab dalam pembelajaran. Hal itu terbukti dari kurang memuaskannya hasil
diskusi siswi dan kurang lancarnya aktivitas tanya jawab di kelas. Ssiswi hanya

melaporan hasil diskusi yang sangat singkat dan dangkal. Hasil diskusi maupun hasil
pencarian jawab dari berbagai sumber tidak sebanding dengan waktu yang mereka minta
untuk melaksanakan diskusi maupun mencari jawaban dari berbagai buku sumber.
Jika hal ini tidak segera diatasi, akan terjadi dilema dalam diri guru. Guru
dihadapkan pada dua pilihan pahit sekaligus. Pilihan pertama adalah kembali
menggunakan metode ceramah (menjelaskan) agar materi pembelajaran yang seharusnya
dikuasai siswi dapat tercapai. Hal ini berarti guru tidak melakukan perubahan pola
pembelajaran. Pilihan kedua adalah tetap menggunakan metode diskusi dan tanya jawab
dengan konsekuensi target pencapaian kurikulum terancam tidak tercapai.
Salahsatu dugaan kurang efektifnya kegiatan tanya jawab dan diskusi dalam
pembelajaran adalah karena kurangnya bekal pengetahuan siswi tentang materi yang akan
dibicarakan. Untuk dapat bertanya, seseorang harus terlebih dahulu mempelajari bahan
yang akan ditanyakan. Untuk dapat berdiskusi dengan baik, seseorang perlu
mempersiapkan diri dengan cara mempelajari sejumlah hal yang berkaitan dengan pokok
persoalan yang didiskusikan. Dan tampaknya dalam proses pembelajaran di kelas siswi
kurang mendapat kesempatan untuk mempelajari materi tersebut.

4

Untuk membuktikan dugaan di atas perlu dilakukan sebuah penelitian tindakan

kelas agar metode diskusi dan tanya jawab yang sekarang sedang menjadi trend dan
mampu menggeser dominasi guru dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien dan mampu mengantarkan siswi pada penguasaan materi yang lebih
mendalam dibandingkan dengan metode-metode konvensional seperti ceramah dan
mencatat.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
1. Apakah pemberian bahan-bahan tertulis sebelum proses pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia mampu meningkatkan partisipasi aktif siswi bertanya jawab di
kelas?
2. Apakah pemberian bahan-bahan tertulis sebelum proses pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia mampu meningkatkan kualitas hasil diskusi siswi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah
1. Memperoleh data pengaruh pemberian bahan-bahan tertulis sebelum proses
pembelajaran terhadap peningkatan partisipasi aktif siswi dalam bertanya jawab
di kelas.
2. Memperoleh data pengaruh pemberian bahan-bahan tertulis sebelum proses
pembelajaran terhadap kualitas hasil diskusi siswi.

D. Manfaat Hasil Penelitian
Jika permasalahan-permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian tindakan
kelas ini dapat terjawab, ada sejumlah manfaat yang dapar diperoleh.
1. Bagi peneliti. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti dalam
mempersiapkan materi pembelajaran dengan metode diskusi dan tanya jawab
sehingga tidak terjadi in-efisiensi penggunaan waktu dalam proses pembelajaran.

5

2. Bagi siswi. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi siswi tentang
sumbangan persiapan belajar dalam peningkatan prestasi belajar.
3. Bagi sekolah. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi sekolah dalam
mempersiapkan sarana/prasarana pendukung proses pembelajaran seperti bahan
bacaan di perpustakaan, penyediaan saluran akses data, dan sebagainya.
4. Bagi guru pada umumnya. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan
akan pentingnya pemberian materi tertulis sebagai pengganti ceramah agar fokus
pembelajaran tetap ada pada siswa.
5. Bagi LPTK. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi LPTK
dalam menelaah kembali berbagai metode pembelajaran.


6

BAB II
KERANGKA TEORITIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kerangka Teoritik
Henri Guntur Tarigan (1993:1) mengatakan bahwa keterampilan berbahasa
mempunyai empat komponen yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat komponen tersebut memiliki
hubungan yang erat. Masing-masing komponen juga memiliki keterkaitan yang erat
dengan proses berpikir.
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang bertujuan mengantarkan para
siswa untuk menguasai keterampilan berbahasa juga mengajarkan keempat komponen
tersebut. Secara tegas dituliskan dalam kurikulum bahwa ada empat aspek keterampilan
berbahasa yang perlu dipelajari oleh siswa.. Keempat aspek tersebut adalah membaca,
menulis, berbicara, dan menyimak.
Khaerudin Kurniawan (1992:71-80) berpendapat bahwa orientasi pengajaran
bahasa adalah agar siswa mampu berkomunikasi dengan bahasa, atau siswa terampil
berbahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia.
Untuk itu, siswa harus menyadari adanya faktor-faktor penentu dalam tindak berbahasa.
Dalam hal aktivitas pengajaran, Kurniawan (1992:71-80) berpendapat bahwa

aktivitas yang dilakukan pada saat mengajarkan materi harus diarahkan pada komunikasi
yang sebenarnya. Materi juga harus dikaitkan dengan makna yang mencerminkan suatu
ide, konsep, makna yang sesuai dengan latar belakang siswa. Materi juga harus sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa. Untuk siswa sekolah menengah fungsi penalaran harus
diprioritaskan. Kesempatan berlatih berbahasa harus diperluas.
Pendapat Slamet Soewandi (1993) berikut ini tampaknya memperkuat pendapat di
ata. Beliau mengatakan bahwa studi interdisipliner mampu memberikan kesadaran baru
bahwa tujuan pengajaran bahasa bukanlah demi dikuasainya kemampuan linguistik
semata-mata, melainkan demi dikuasainya kemampuan linguistik untuk tujuan
berkomunikasi secara riil, atau dicapainya kemampuan komunikasi pada diri seorang
siswa.

7

Dalam berkomunikasi, ada dua hal yang dibutuhkan. Dua hal tersebut adalah
kemampuan

berkomunikasi

(menyampaikan


gagasan)

dan

materi

yang

akan

dikomunikasikan (pengetahuan, gagasan, dan sejenisnya). Jika seseorang memiliki
kemampuan berkomunikasi cukup bagus tetapi tidak memiliki pengetahuan yang cukup
tentang topik yang dikomunikasikan, proses interaksi akan terhambat. Demikian juga jika
seseorang hanya memiliki pengetahuan dan gagasan tetapi tidak memiliki keterampilan
berkomunikasi yang cukup, proses interaksi juga akan terhambat (Sukadi, 1993 :48)
Baik keterampilan berkomunikasi maupun kemampuan menyusun pengetahuan
untuk berkomunikasi perlu dibangun dalam pembelajaran bahasa dan sastra indonesia.
Hal ini berkaitan erat dengan tujuan akhir pembelajaran bahasa yang telah dikemukakan
di atas yaitu dikuasainya keterampilan berkomunikasi. Hal itu hanya dapat dicapai jika

dalam proses pembelajaran siswa mendapat kesempatan mengaktualisasikan diri dalam
menggunakan bahasa. Kesempatan mengaktualisasikan diri dalam menggunakan bahasa
tersebut dapat terlaksana jika guru membatasi diri untuk tidak terlalu banyak
menghabiskan waktu untuk berceramah.
Alternatif metode yang dimungkinkan untuk memberikan kesempatan pada siswi
dalam menggunakan bahasa secara aktif adalah dengan metode diskusi, tanya jawab,
presentasi, dan sejenisnya. Dalam metode diskusi siswa dituntut memiliki kemampuan
berkomunikasi dengan teman-temannya sekaligus kemampuan mengungkapkan gagasan
yang berkualitas. Dalam metode tanya jawab siswi dituntut memiliki pengetahuan
tentang hal yang dibicarakan.
Maka tidak salah jika seiring dengan perubahan paradigma pendidikan dewasa ini
para guru mulai menggunakan metode diskusi dan tanya jawab dan secara bertahap
meninggalkan metode ceramah. Pilihan metode yang memberi peluang bagi siswa untuk
berperan aktif dalam pembelajaran ini kiranya akan semakin mengasah kemampuan
siswa dalam berkomunikasi dan mengkomunikasikan gagasan-gagasannya. Jika dapat
dipertahankan dan dikembangkan secara terus menerus, besar harapannya akan
dihasilkan generasi muda yang memiliki kemampuan tinggi dalam berbahasa baik
berbahasa secara lisan maupun secara tertulis.
Upaya guru untuk tetap setia menggunakan metode diskusi dan tanya jawab
tampaknya mulai terusik ketika unsur-unsur pendidikan lainnya tidak memberikan

8

peluang bagi guru dalam mengatur pola pembelajaran secara bebas. Masalah Ujian
Nasional, Ulangan Umum Bersama, Target Kurikulum dan sebagainya mau tidak mau
merisaukan guru ketika ditemui kenyataan bahwa dengan metode diskusi dan tanya
jawab proses penyelesaian materi pelajaran berjalan lambat. Jika guru menggunakan
kedua metode di atas siswi memibutuhkan waktu yang lebih banyak untuk menyelesaikan
suatu pokok bahasan.
Jika dicermati lebih lanjut, lambat dan dangkalnya penguasaan materi oleh siswa
jika guru menggunakan metode diskusi dan tanya jawab dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Pertama, kurang tersedianya bahan bacaan (buku sumber) yang mendukung
diskusi siswi. Ketika siswa mendiskusikan suatu masalah mereka dituntut mencari
berbagai argumen mendukung dari berbagai sumber. Logisnya, sumber tersebut tidak
berasal dari gurunya melainkan dari berbagai buku baik buku referensi, ensiklopedia,
maupun majalah. Namun, sebagian besar sekolah kurang memperhatikan hal ini sehingga
buku sumber yang ada di perpustakaan sangat terbatas baik dari segi jumlahnya maupun
variasi bukunya. Akibatnya, hasil diskusi sangat dangkal dan kurang lengkap.
Kedua, rendahnya minat baca siswa. Motivasi para siswa untuk membaca buku
sangat rendah. Hal ini mengakibatkan minimnya pengetahuan siswa. Karena pengetahuan
siswa minim, kemampuan siswa dalam menganalisis sesuatu menjadi sangat dangkal
yang pada akhirnya menjadikan diskusi kurang berkembang. Efek lainnya adalah siswa
cenderung menggunakan kesempatan diskusi untuk mengobrol atau membicarakan halhal lain di luar pokok persoalan. Pada akhirnya hasil diskusi yang dilaporkan pada guru
kurang berkualitas.
Ketiga, mentalitas siswi. Sebagian besar siswa berangkat ke sekolah tanpa
persiapan yang memadai. Persiapan yang dimaksud adalah persiapan materi pelajaran.
Ketika bertemu dengan guru siswa tidak membawa bekal persialan apa-apa, mereka
terbiasa mendengar ceramah dari guru yang artinya siap menerima pengetahuan dari
guru.
Jika ketiga hal tersebut dapat dicari solusinya, kiranya metode diskusi dan tanya
jawab akan menjadi metode pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan tuntutan
perubahan di bidang pendidikan. Dan hal itu tampaknya menjadi pilihan utama bila
dibandingkan dengan kembali pada metode ceramah karena jika metode ceramah kembali

9

mendominasi proses pembelajaran di kelas perlahan-lahan tetapi pasti guru akan
ditinggalkan oleh para siswanya.
.B. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :
pemberian bahan tertulis sebelum proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dapat
meningkatkan kualitas hasil diskusi dan partisipasi aktif siswi dalam tanya jawab.

10

BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
A. Setting Penelitian dan Latar Belakang Subjek Didik
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta,
Jl. Dr. Sutomo 16 Telp. (0274)513129
2. Karakteristik Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswi kelas XI IPS tahun ajaran 2006-2007. Perlu
diketahui bahwa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta merupakan sekolah khusus putri.
B. Rencana Tindakan
1. Persiapan
Ada tigal hal yang dilakukan dalam persiapan tindakan.
Pertama, menentukan materi pembelajaran. Materi yang akan dipelajari untuk
siklus pertama adalah unsur-unsur intrinsik prosa cerita, untuk siklus
kedua adalah paragraf, dan untuk siklus ketiga adalah analisis puisi.
Kedua, membuatkan bahan tertulis berupa ringkasan teori dari masih-masing
pokok bahasan. Pada dasarnya ringkasan yang dimaksud merupakan
pengganti bahan yang biasa diceramahkan di kelas oleh guru.
Ketiga, menentukan bahan yang akan dianalisis (cerpen, berbagai paragraf, dan
puisi) yang harus didiskusikan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Prosedur tindakan kelas yang akan dilakukan adalah
Siklus I
Pertama, dua hari sebelum proses pembelajaran siswi diberi bahan tertulis berupa
ringkasan teori analisis intrinsik prosa cerita. Siswi diminta mempelajari
bahan tersebut.
Kedua, pada saat tatap muka, sekitar 30 menit siswi diajak mendalami teori
tersebut dengan bertanya jawab. Fokusnya adalah siswi bertanya, guru

11

menawarkan pada siswi lain untuk menjawab pertanyaan, jika ada, siswi
tersebut yang akan menjawab pertanyaan temannya. Guru meneguhkan
atau menambah jawaban tersebut.
Ketiga, guru memberikan sebuah cerita pendek yang telah dipersiapkan. Siswi
diminta berdiskusi untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik cerita
pendek tersebut. Hasil diskusi dilaporkan secara tertulis.
Keempat, di luar jam tatap muka guru memeriksa hasil diskusi siswi.
Siklus II
Pertama, dua hari sebelum proses pembelajaran siswi diberi bahan tertulis berupa
ringkasan teori paragraf. Siswi diminta mempelajari bahan tersebut.
Kedua, pada saat tatap muka, sekitar 30 menit siswi diajak mendalami teori
tersebut dengan bertanya jawab. Fokusnya adalah siswi bertanya, guru
menawarkan pada siswi lain untuk menjawab pertanyaan, jika ada, siswi
tersebut yang akan menjawab pertanyaan temannya. Guru meneguhkan
atau menambah jawaban tersebut.
Ketiga, guru memberikan beberapa buah paragraf yang telah dipersiapkan. Siswi
diminta

berdiskusi

untuk

menganalisis

gagasan

utama,

pola

pengembangan paragraf, dan pola paragrafnya. Hasil diskusi dilaporkan
secara tertulis.
Keempat, di luar jam tatap muka guru memeriksa hasil diskusi siswi.
Siklus III
Pertama, dua hari sebelum proses pembelajaran siswi diberi bahan tertulis berupa
ringkasan teori analisis puisi. Siswi diminta mempelajari bahan tersebut.
Kedua, pada saat tatap muka, sekitar 30 menit siswi diajak mendalami teori
tersebut dengan bertanya jawab. Fokusnya adalah siswi bertanya, guru
menawarkan pada siswi lain untuk menjawab pertanyaan, jika ada, siswi
tersebut yang akan menjawab pertanyaan temannya. Guru meneguhkan
atau menambah jawaban tersebut.
Ketiga, guru memberikan beberapa buah puisi yang telah dipersiapkan. Siswi
diminta berdiskusi untuk menganalisis unsur-unsur pembentuk puisi.
Hasil diskusi dilaporkan secara tertulis.

12

Keempat, di luar jam tatap muka guru memeriksa hasil diskusi siswi.
3. Rencana perekaman/pencatatan data dan pengolahan/penafsiran data
Perekaman/pencatatan data dilakukan dengan cara sebagai berikut
Pertama, peneliti 2 mengamati dan mencatat nama siswi yang mengajukan
pertanyaan dan menjawab pertanyaan. Pada akhir pengamatan peneliti 2
menghitung jumlah siswi yang berperan aktif baik bertanya maupun
menjawab pertanyaan.
Kedua, pada saat siswi berdiskusi, peneliti mencatat keaktifan masing-masing
peserta diskusi (dengan memberikan tanda pada lembaran check list) yang
meliputi memberikan usul, mendebat, memberikan alternatif, melihat
kembali dasar teori yang dipakai untuk menganalisis.
Ketiga, di luar tatap muka peneliti mengoreksi hasil diskusi untuk menentukan
tingkat kebenaran analisisnya (dengan memberikan skor).
4. Analisis dan Refleksi
Langkah analisa dan refleksi dilakukan sebagai berikut
Pertama, peneliti 2 mengkomunikasikan hasil pencatatannya dengan peneliti 1.
Dari data tersebut dilakukan penghitungan tingkat partisipasi siswi dalam
proses pembelajaran dengan cara menghitung jumlah siswi yang bertanya
dan menjawab dibagi jumlah siswi seluruhnya.
Kedua, peneliti membandingkan tingkat partisipasi siswi tersebut dengan data
sebelumnya (sebelum dilakukan tindakan). Dari perbandingan tersebut
ditentukan ada tidaknya (jika ada : seberapa besar) pengaruh pemberian
bahan tertulis terhadap tingkat partisipasi aktif siswi dalam proses
pembelajaran. Jika terjadi kenaikan tingkat partisipasi di atas 20% dari
data sebelumnya, dapat ditafsirkan bahwa pemberian bahan tertulis
sebelum proses pembelajaran mampu meningkatkan partisipasi aktif siswa
dalam tanya jawab.
Ketiga, peneliti mengoreksi hasil diskusi siswi dan menentukan tingkat kebenaran
hasil diskusi.

13

Keempat, peneliti membandingkan kualitas hasil diskusi tersebut dengan data
sebelumnya (sebelum dilakukan tindakan). Dari perbandingan tersebut
ditentukan ada tidaknya pengaruh pemberian bahan tertulis terhadap
peningkatan kualitas hasil diskusi. Jika ditemukan peningkatan hasil
diskusi sebesar 20% dapat ditafsirkan bahwa pemberian bahan tertulis
sebelum proses pembelajaran memberikan pengaruh positif pada kualitas
hasil diskusi.
Kelima, peneliti melakukan penilaian refleksi atas proses pembelajaran yang telah
dilakukannya sekaligus merencanakan untuk mengulangi proses tersebut
agar diperoleh data yang valid.
C. Data dan Cara Pengumpulannya
Data yang dicari dari penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif
tersebut berupa (1) jumlah siswi yang berpartisipasi aktif dalam proses memahami
materi pembelajaran dengan metode tanya jawab, (2) tingkat kebenaran hasil analisis
cerita pendek dari proses diskusi kelompok.
Teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data meliputi (1) pencatatan,
dan (2) tes. Teknik pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data jumlah siswi
yang berpartisipasi aktif dalam proses tanya jawab sedangkan teknik tes digunakan
untuk menentukan kualitas hasil diskusi.
D. Tim Peneliti
1. Agustinus Suyoto, S.Pd (peneliti utama)
Tugasnya

: 1. Mempersiapkan bahan pembelajaran
2. Melaksanakan proses pembelajaran

2. Dra. Th. M. Issri Windarjati (anggota)
Tugasnya

: Melakukan pengamatan dan pencatatan data selama proses
pembelajaran.

14

BAB IV
RENCANA ANGGARAN
Rencana permohonan anggaran penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut
A. Honorarium
1. Honorarium peneliti utama

: Rp

500.000,00

2. Honorarium peneliti anggota

: Rp

250.000,00

3. Honorarium konsultan

: Rp

150.000,00

1. Kertas HVS kuarto 3 rim

: Rp

90.000,00

2. Alat tulis, map, tas

: Rp

150.000,00

3. Pembuatan ringkasan materi

: Rp

50.000,00

4. Foto kopi ringkasan materi

: Rp

100.000,00

5. Foto kopi cerpen

: Rp

60.000,00

1. Pengetikan laporan

: Rp

100.000,00

2. Foto kopi dan jilid HC 5 exemplar

: Rp

150.000,00

D. Transportasi

: Rp

50.000,00

E. Seminar terbatas

: Rp

200.000,00

F. Dokumentasi (foto)

: Rp

50.000,00

B. Bahan-bahan penelitian

C. Penyusunan Laporan

------------------------------------Total

: Rp 1.900.000,00

15

BAB V
JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian direncanakan sebagai berikut

TANGGAL
April 2006

KEGIATAN
Penyusunan dan pengajuan proposal

Juni 2006

penelitian tindakan kelas
Memantapkan rencana tindakan kelas

KET.

bersama tim yang meliputi
a. Membuat ringkasan materi
b. Menentukan bahan pembelajaran
c. Mematangkan alat pencatat data
(format check list, prosedur
Pertengahan Juli 2006

pengamatan, dsb)
Koordinasi dengan pihak sekolah
(khususnya Wakasek Kurikulum) untuk

Minggu I Agustus
Minggu I Agustus

memantapkan rencana tindakan kelas
Tindakan kelas siklus I
Analisis dan refleksi bersama tim peneliti

Minggu II Agustus
Minggu II Agustus

tentang hasil tindakan kelas siklus I
Tindakan kelas siklus II
Analisis dan refleksi bersama tim peneliti

Minggu III Agustus
Minggu III Agustus

tentang hasil tindakan kelas siklus II
Tindakan kelas siklus III
Analisis dan refleksi bersama tim peneliti

Minggu IV Agustus
September
Akhir September

tentang hasil tindakan kelas siklus III
Diskusi hasil penelitian dan kesimpulan
Penyusunan Laporan Penelitian
Pelaporan Hasil Penelitian pada pihak
terkait

DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Khaedar. 1992. “Pendekatan Komunikatif dalam Pengajaran Bahasa” dalam
Cakrawala Pendidikan No. 3 Th. IX. November 1992.

16

Soewandi, A.M. Slamet. 1993. “Pengajaran Pragmatik” Makalah disampaikan dalam
studi banding mahasiswa STKIP PGRI Bandarlampung ke IKIP Sanata
Dharma, 10 Februari 1993.
Sukadi, G. 1993. Public Speaking Bagi Pemula. Jakarta : Gramedia Widiasarana
Indonesia
Suparman, Atwi. 1997. Model-Model Pembelajaran Interaktif. Jakarta : STIA-LAN
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa
----------------------------. 1993. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung : Angkasa

Lampiran 1

BIODATA PENELITI I
Nama Lengkap

: Agustinus Suyoto, S.Pd

Tempat tanggal lahir

: Sleman, 27 Agustus 1971.
17

Alamat rumah

: Dusun Nanggulan, Desa Sendang Agung, Kec. Minggir,
Kab. Sleman, Prov. DIY.

Status

: Guru Tetap Yayasan Tarakanita Wilayah Yogyakarta

Sekolah

: SMA Stella Duce 2 Yogyakarta,
Jl. Dr. Sutomo 16 Yogyakarta Telp. (0274) 513129.

Beberapa kejuaraan penulisan berhasil diraih, antara lain
1.

Pemenang Harapan I Lomba penulisan Opini Guru SMU/SMK se-DIY yang diselenggarakan oleh
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan KEHATI tahun 2000;

2.

Pemenang Harapan II Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat umum se-DIY yang diselenggarakan oleh
Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional (JARAHNITRA) DIY pada tahun 2000;

3.

Pemenang Pertama Lomba Penulisan Puisi tingkat umum se-Keuskupan Agung Semarang yang
diselenggarakan oleh Kelompok Kerja Kaum Muda Keuskupan Agung Semarang pada tahun 2001;

4.

Pemenang III Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat umum se-DIY yang diselenggarakan oleh Balai
Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional DIY pada tahun 2001;

5.

Pemenang kedelapan (dari 25 pemenang) Lomba Menulis Cerita Pendek tingkat nasional yang
diselenggarakan oleh Bagian Proyek Peningkatan Perpustakaan Sekolah dan Pelajaran Sastra pada
tahun 2002.

6.

Pemenang Harapan I Lomba Karya Ilmiah Populer Pemberdayaan Peninggalan Sejarah dalam
Pengembangan Parfiwisata tingkat Umum se-DIY yang diselenggarakan oleh Balai Kajian Sejarah dan
Nilai Tradisional Yogyakarta pada tahun 2003.

7.

Pemenang ke-18 (dari 25 pemenang)

Lomba Menulis Cerita Pendek tingkat nasional yang

diselenggarakan oleh Bagian Proyek Peningkatan Perpustakaan Sekolah dan Pelajaran Sastra pada
tahun 2003
8.

Pemenang Pertama Lomba Penulisan Esai Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang
diselenggarakan oleh Balai Bahasa Yogyakarta tahun 2003.

9.

Pemenang Kedua Lomba Karya Tulis tingkat Umum yang diselenggarakan oleh BPR Bakti Daya
Ekonomi (BDE) bekerja sama dengan Kedaulatan Rakyat pada bulan April 2004.

10. Pemenang Ketiga. Lomba Mengarang Kategori Guru sekolah Kristen – Katolik se Indonesia dalam
rangka Ulang Tahun Majalah Bianglala, Mei 2004.
11. Pemenang Harapan II. Lomba Karya Tulis Hari Keluarga Nasional XI yang diselenggarakan oleh
BKKBN Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, Agustus 2004.
12. Pemenang Harapan I Lomba Karya Tulis tingkat Umum yang diselenggaran oleh BPR Bhakti Daya
Ekonomi (BDE) bekerja sama dengan Kedaulatan Rakyat pada bulan April 2006.
Diklat yang pernah diikuti

18

1.

Pada tahun 2001 mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Membaca, Menulis, dan Apresiasi Sastra
(MMAS) Terpadu Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

2.

Pada tahun 2003 mengikuti Lokakarya Pengembangan Apresiasi Sastra Daerah tingkat Nasional yang
diselenggarakan oleh Bagian Proyek Peningkatan Perpustakaan Sekolah dan Pelajaran Sastra,
Departemen Pendidikan Nasional.

19