Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

(Bahan Diskusi untuk Work Shop KTSP)

i

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................

i

DAFTAR ISI .......................................................................

ii

I.


PENDAHULUAN
A. Pengertian .................................................................
B. Penilaian Berbasis Kelas .................................................
C. Proses Penilaian ..........................................................
D. Kriteria Dasar Bahan Ulangan ........................................
E. Soal yang Bermutu Baik ................................................
F. Teknik dan Alat Penilaian .............................................
G. Prosedur Pengembangan Tes ........................................
H. Tujuan ..................................................................
I. Langkah-langkah Penyusunan Soal ..................................

1
1
2
2
3
3
6
7
9

9

II. PENENTUAN MATERI YANG DIUJIKAN
A. Pengertian ................................................................
B. Jenis Perilaku yang Dapat Diukur ..................................
C. Penentuan Perilaku yang Akan Diukur ...............................
D. Penentuan dan Penyebaran Soal ....................................

10
10
10
12
13

III. PENYUSUNAN KISI-KISI
A. Pengertian ................................................................
B. Syarat Kisi-kisi yang Baik ..............................................
C. Perumusan Indikator Soal ..............................................

15

15
15
15

IV. PENULISAN BUTIR SOAL UNTUK TES TERTULIS
A. Pengertian ................................................................
B. Penulisan Soal Bentuk Uraian .........................................
C. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda ................................
D. Penulisan Soal Bentuk Jawaban Singkat ............................
E. Penulisan Soal Bentuk Isian ............................................
F. Penulisan Soal Bentuk Menjodohkan .................................
G. Penulisan Soal Bentuk Benar-Salah ..................................

17
17
17
20
24
25
26

27

V. PENULISAN BUTIR SOAL UNTUK TES PERBUATAN
A. Pengertian ................................................................
B. Kaidah Penulisan Butir Soal Tes Perbuatan ........................
C. Penulisan Soal Penilaian Kinerja .....................................
D. Penulisan Soal Penilaian Penugasan .................................
E. Penulisan Soal Penilaian Hasil Karya ................................

29
29
29
30
30
30

ii

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi


VI. PENULISAN BUTIR SOAL UNTUK INSTRUMEN NON – TES
A. Pengertian ................................................................
B. Pengamatan ...........................................................
C. Penvusunan Kisi-kisi Instrumen Non-Tes ............................
D. Kaidah Penulisan Soal ..................................................
E . Contoh Penulisan Kisi-kisi Non-tes dan Butir soal ............
1. Tes Skala Sikap .....................................................
2. Tes Minat Belajar ..................................................
3. Tes Motivasi Berprestasi ..........................................
4. Tes Kreativitas ......................................................
5. Tes Stres Belajar ..................................................
6. Teknik Penskoran ..................................................

31
31
31
32
33
34
34

35
37
38
40
41

VII.PENYUSUNAN BUTIR SOAL YANG MENUNTUT PENALARAN TINGGI
A. Pengertian ................................................................
B. Dasar Pertanyaan (Stimulus) ..........................................
C. Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis ...............................
D. Mengukur Keterampilan Pemecahan Masalah ......................

43
43
43
43
45

VIII.


PERAKITAN BUTIR SOAL
A. Pengertian ................................................................
B. Langkah-langkah Perakitan Soal ......................................

48
48
48

IX. PROSEDUR PEMERIKSAAN LEMBAR JAWABAN, PERHITUNGAN
NILAI AKHIR, DAN PENYETARAAN TES
A. Prosedur Pemeriksaan Lembar Jawaban ...........................
B. Perhitungan Nilai Akhir ................................................
C. Penyetaraan Tes (Equating) ..........................................

53

X. PENGEMBANGAN BANK SOAL
A. Pengertian ...............................................................
B. Tujuan Pengembangan Bank Soal ...................................
C. Prosedur Pengembangan Bank Soal .................................


60
60
60
60

DAFTAR PUSTAKA .............................................................

62

iii

53
55
56

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

I. PENDAHULUAN


A. Pengertian
Penilaian berbasis kompetensi merupakan teknik evaluasi yang harus
dilakukan guru dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Teknik dan
pelaksanaannya diatur di dalam: (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab XVI pasal 57,
58, dan 59, (2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 dan 23
tahun 2006 tentang standar isi dan standar kompetensi lulusan dan nomor 20
tahun 2007 tentang penilaian.
Sebelum pelaksanaan terbatas Kurikulum Berbasis Kompetensi, guru dalam
melaksanakan penilaian didasarkan pada pendekatan materi, sehingga pada
waktu menyusun soal muncul beberapa pertanyaan seperti berikut. Tujuan
pembelajaran khusus (TPK) yang mana yang harus diujikan? Pokok bahasan
dan subpokok bahasan mana atau pembelajaran mana yang diujikan? Materi
apa yang harus diujikan? Bentuk soal apa yang akan digunakan? Namun
dengan kehadiran Kurikulum Berbasis Kompetensi, pertanyaan-pertanyaan
yang mengkhususkan pada penilaian materi seperti itu tidak ditemui lagi.
Dalam menyusun soal berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi teknik
penyusunannya harus didasarkan pada karakteristiknya, di antaranya seperti
berikut. Kompetensi apa yang akan diujikan? Kemampuan apa yang akan

diukur (pengetahuan, keterampilan, sikap/nilai)? Materi apa yang harus
diujikan? Jenis penilaian seperti apa yang akan digunakan (tes atau non-tes)?
Standard Kompetensi dan Kompetensi Dasar di dalam Standar Isi menjadi
fokus perhatian utama dalam penilaian. Mengapa standard kompetensi dan
Kompetensi Dasar diperlukan atau penting dalam penilaian? Karena standar
sangat diperlukan sebagai acuan minimal (kompetensi) yang harus dipenuhi
oleh peserta didik dalam pemelajaran atau lulusan dari suatu lembaga
pendidikan.
Ada beberapa pengertian tentang penilaian yang digunakan di dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk
melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau
belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi
pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value
judgement). Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap
kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau
etos kerja guru. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang
sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) siswa. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil


1

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

atau prestasi belajar seorang siswa. Pengukuran (measurement) adalah
proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu
tingkatan di mana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata)
dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses
pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Tes adalah cara
penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan
tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu
yang jelas.
B. Penilaian Berbasis Kelas
Dengan penilaian berbasis kelas, guru dapat mengetahui tingkat
perkembangan kemampuan, keterampilan, dan sikap peserta didik dalam
portofolio. Jadi, pada prinsipnya tujuan utama penilaian adalah sebagai (1)
pertanggungjawaban (akuntabilitas), dan (2) pengambilan keputusan. Tujuan
utama ini sangat berhubungan erat dengan penilaian berbasis kelas,
fungsinya, prinsipnya, dan proses pelaksanaannya. Dalam Penilaian Berbasis
Kelas (PUSKUR, 2002: 1-9) dijelaskan bahwa penilaian berbasis kelas
merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi
tentang hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip
penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat dan
konsisten sebagai akuntabilitas publik. Tujuannya adalah untuk memberikan
penghargaan terhadap pencapaian belajar peserta didik dan memperbaiki
program dan kegiatan pembelajaran. Fungsinya adalah untuk meningkatkan
kualitas peserta didik dan guru terhadap pencapaian kompetensi yang telah
ditetapkan. Prinsip penilaian adalah: valid, mendidik/memotivasi peserta
didik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka (berguna bagi
pihak yang berkepentingan), berkesinambungan, menyeluruh (kognitif,
afektif, psikomotor) dan bermakna. Di samping itu, penilaian harus
dilaksanakan secara teratur dan perlu disiapkan dengan baik. Karena
penilaian yang dilaksanakan secara teratur: (1) menunjukkan bahwa program
belajarnya dipantau/dikawal secara teratur (2) hasilnya berbeda dengan
program belajar yang tidak pernah dipantau atau dipantau tidak teratur, (3)
proses pencapaian kompetensi dilalui secara bertahap dan teratur oleh
peserta didik karena pada diri peserta didik ada keterbatasan kemampuan
dalam menampung, mengorganisasikan, dan menerapkan perolehan
belajarnya. Penilaian perlu disiapkan dengan baik agar hasilnya dapat
memberikan informasi yang setepat-tepatnya agar dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
C. Proses Penilaian
Untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi, guru dapat melakukan
penilaian melalui tes dan non tes. Tes meliputi tes lisan, tertulis (bentuk
uraian, pilihan ganda, jawaban singkat, isian, menjodohkan, benar-salah),
dan tes perbuatan yang meliputi: kinerja (performance), penugasan (project)

2

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

dan hasil karya (product). Penilaian non-tes contohnya seperti: sikap, minat,
motivasi, penilaian diri, portfolio, life skill. Dalam pelaksanaan di sekolah,
penilaian non tes lebih mudah dilakukan dengan bentuk "pengamatan”.
Demikian pula untuk tes perbuatan.
Adapun proses pengembangan dan penyusunan tes adalah (1) menentukan
tujuan penilaian, (2) menentukan kompetensi yang di ujikan (3) menentukan
materi penting pendukung kompetensi (urgensi, kontinuitas, relevansi,
keterpakaian/life skill), (4) menentukan jenis tes yang tepat (tertulis, lisan,
perbuatan). Untuk jenis non tes yang pengamatan seperti sikap, portofolio,
dan life skill adalah (1) menentukan tujuan penilaian, (2) menentukan
kompetensi yang diujikan, (3) menentukan aspek yang diukur, (4) menyusun
table pengamatan dan pedoman penskorannya.
Untuk jenis non tes seperti tes sikap, minat, motivasi atau lainnya proses
pengembangan dan penyusunan instrumen non tes adalah (1) menentukan
tujuan penilaian, (2) menentukan kompetensi yang diujikan, (3) merumuskan
konstruk (definisi konsep dan definisi operasional) dari teori yang
mendukung, (4) menyusun kisi-kisi, (5) menyusun butir soal.
D. Kriteria Bahan Ulangan
Bahan ulangan/ujian yang akan digunakan hendaknya menenuhi dua kriteria
dasar berikut ini.
Kriteria pertama adalah adanya kesesuaian materi yang diujikan dan target
kompetensi yang harus dicapai melalui materi yang diajarkan. Hal ini dapat
memberikan informasi tentang siapa atau peserta didik mana yang telah
mencapai tingkatan pengetahuan tertentu yang disyaratkan sesuai dengan
target kompetensi dalam silabus/kurikulum dan dapat memberikan informasi
mengenai apa dan seberapa banyak materi yang telah dipelajari peserta
didik. Berdasarkan ilmu pengukuran pendidikan, ujian yang bahannya tidak
sesuai dengan target kompetensi yang harus dicapai bukan saja kurang
memberikan informasi tentang hasil belajar seorang peserta didik, melainkan
juga tidak menghasilkan umpan balik bagi penyempurnaan proses belajarmengajar.
Kriteria kedua adalah bahan ulangan/ujian hendaknya menghasilkan
informasi atau data yang dapat dijadikan landasan bagi pengembangan
standar sekolah, standar wilayah, atau standar nasional melalui penilaian
hasil proses belajar-mengajar.
E. Soal yang Bermutu Baik
Bahan ujian atau soal yang bermutu baik dapat membantu para guru, tutor,
pengawas, atau dosen dalam meningkatkan pelaksanaan proses belajarmengajar. Soal yang bermutu baik dapat memberikan informasi dengan tepat
tentang peserta didik mana yang belum atau sudah mencapai kompetensi.

3

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

Salah satu ciri soal yang bermutu baik adalah bahwa soal itu dapat
membedakan setiap kemampuan peserta didik. Semakin tinggi kemampuan
peserta didik dalam memahami materi yang telah diajarkan, maka semakin
tinggi pula peluang menjawab benar soal yang menanyakan materi yang telah
diajarkan itu. Makin rendah kemampuan peserta didik dalam memahami
materi yang telah diajarkan, makin kecil pula peluang menjawab benar suatu
soal yang menanyakan materi yang telah diajarkan.
Syarat soal yang bermutu baik adalah bahwa soal harus sahih (valid), dan
handal. Sahih maksudnya bahwa setiap alat ukur hanya mengukur satu
dimensi/aspek saja. Mistar hanya mengukur panjang, timbangan hanya
mengukur berat, bahan ujian atau soal PKn hanya mengukur materi-materi
PKn bukan mengukur keterampilan/kemampuan materi yang lain. Handal
maksudnya bahwa setiap alat ukur harus dapat memberikan hasil pengukuran
yang tepat, cermat, dan ajeg. Untuk dapat menghasilkan bahan ujian yang
sahih dan handal, penulis soal harus merumuskan kisi-kisi dan menulis soal
berdasarkan kaidah penulisan soal yang baik (kaidah penulisan soal bentuk
objektif/ pilihan ganda dan uraian).
Linn dan Gronlund (1995: 47) menyatakan bahwa tes yang baik harus
memenuhi tiga karakteristik, yaitu: validitas, reliabilitas, dan usabilitas.
Validitas artinya ketepatan interpretasi hasil prosedur pengukuran,
reliabilitas artinya konsisten hasil pengukurannya, dan usabilitas artinya
praktis prosedurnya. Di samping itu, Cohen dkk. (1992: 28) juga menyatakan
bahwa tes yang baik adalah tes yang valid artinya mengukur apa yang hendak
diukur. Selanjutnya Cohen dkk. menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
validitas adalah kebermaknaan skor tes, apakah skor tes benar-benar
bermakna. Nitko (1996 : 36) menyatakan bahwa validitas berhubungan
dengan interpretasi atau makna dan penggunaan hasil pengukuran siswa.
Messick (1993: 13) menjelaskan bahwa validitas tes merupakan suatu
integrasi pertimbangan evaluatif derajat keterangan empiris yang
mendasarkan pemikiran teoritis yang mendukung- ketepatan darn kesimpulan
berdasarkan pada skor tes. Adapun validitas dalam model Rasch adalah
sesuai atau fit dengan model (Hambleton dan Swaminathan, 1985: 73).
Messick (1993: 16) juga menyatakin bahwa validitas secara tradisional terdiri
dari: (1) validitas isi, yaitu ketepatan materi yang diukur dalam tes; (2)
validitas criterion-related, yaitu membandingkan tes dengan satu atau lebih
variable atau criteria, (3) valitidas prediktif, yaitu ketepatan hasil
pengukuran dengan alat lain yang dilakukan kemudian; (4) validitas serentak
(concurrent), yaitu ketepatan hasil pengukuran dengan dua alat ukur lainnya
yang dilakukan secara serentak; (5) validitas konstruk, yaitu ketepatan
konstruksi teoretis yang mendasari disusunnya tes. Lirm dan Gronlund (1995 :
50) menyatakan hahwa valilitas terdiri dari: (1) konten. (2) tes-criterion
relationship, (3) konstruk, dan (4) consequences, yaitu ketepatan
penggunaan hasil pengukuran. Namun menurut Oosterhof (190 : 23) yang
mengutip berdasarkan "standards for Educational and Psychological Testing,
1985" yang didukung oleh Ebel dan Frisbie (1991 : 102-109), serta Popham

4

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

(1995 : 43) bahwa tipe validitas adalah validitas: (1) konten, (2) criterion,
dan (3) konstruk.
Di samping validitas, informasi tentang reliabilitas tes sangat diperlukan.
Nitko (1999 : 62) dan Popharn (1995 : 21) menyatakan bahwa reliabilitas
berhubungan dengan konsistensi hasil pengukuran. Pernyataan ini didukung
oleh Cohen dkk, yaitu bahwa reliabilitas merupakan persamaan
dependabilitas atau konsistensi (Cohen dkk : 192 : 132) karena tes yang
memiliki konsistensi/reliabilitas tinggi, maka tesnya adalah akurat,
reproducibel; dan gereralizabel terhadap kesempatan testing dan instrument
tes yang sama lainnya (Ebel dan Frisbie (1991 : 76). Adapun faktor yang
mempengaruhi reliabilitas adalah: (1) yang berhubungan dengan tes adalah
banyak butir, homogenitas materi tes, homogenitas karakteristik butir, dan
variabilitas skor; (2) yang berhubungan dengan siswa adalah: heterogenitas
kelompok, pengalaman siswa mengikuti tes, dan motivasi siswa, (3) yang
berhubungan dengan administrasi adalah: batas waktu dan kesempatan
mencontek (Ebel dan Frisbie (1991: 88-93).
Linn dan Gronlund menyatakan bahwa metode estimasi dapat dilakukan
dengan mempergunakan: (1) metode tes-retes, yaitu diberikan tes yang sama
dua kali pada kelompok yang sama dengan interval waktu; tujuannya adalah
pengukuran stabilitas; (2) metode ekuivalen form, yaitu diberikan dua tes
parallel pada kelompok yang sama dan waktu yang sama; tujuannya adalah
pengukuran menjadi ekuivalen; (3) metode tes-retes dengan ekuivalen form,
yaitu diberikan dua tes parallel pada kelompok yang sama dengan interval
waktu; tujuannya adalah pengukuran stabilitas dan ekuivalen; (4) metode
split-half, yaitu diberikan tes sekali, kemudian skor pada butir yang ganjil
dan geap dkorelasikan dengn mempergunakn rumus Spearman-Brown;
tujuannya adalah pengukuran konsistensi internal; (5) metode KuderRichardson dan koefisien Alfa, yaitu diberikan tes sekali kemudian skor total
tes dihitung dengan rumus Kuder-Richardson, tujuannya adalah pengukuran
konsistensi internal; (6) metode inter-rater, yaitu diberikan satu set jawaban
siswa untuk diskor/judjment oleh 2 atau lebih rater; tujuannya adalah
pengukuran konsistensi rating. Menurut Popharn (1995: 22), reliabilitas
terdiri dari 3 jenis yaitu: (1) stabilitas, yaitu konsistensi hasi di antara
kesempatan testing yang berbeda, (2) format bergantian (alternate form),
yaitu konsistensi hasil di antara dua atau lebih tes yang berbeda, (3) internal
konsistensi, yaitu konsistensi melalui suatu pengukuran fungsi butir
instrument.
Reliabilitas skor tes dalam teori respon butir wujudnya adalah penggunaan
fungsi informasi tes. Menurut Hambleton dan Swaminathan (1985: 236),
pengukuran fungsi informasi tes lebih akurat bila dibandingkan dengan
penggunaan reliabilitas karena: (1) bentuknya tergantung hanya pada butirbutir dalam tes, (2) mempunyai estimate kesalahan pengukuran pada setiap
level abilitas. Pernyataan ini didukung oleh Gustafson (1981 : 41), yaitu
bahwa konsep reliabilitas dalam model Rasch memerankan bagian

5

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

subordinate sebab model pengukuran ini diorientasikan pada estimasi
kemampuan individu.
Untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas tes perlu dilakukan analisis
butir soal karena kegunaan analisis butir soal di antaranya adalah: (1) dapat
membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang diterbitkan, (2)
sangat relevan bagi penyusunan tes-tes informal dan local seperti kuis, ujian
yang disiapkan guru untuk siswa di kelas, (3) mendukung penulisan butir soal
yang efektif, (4) secara materi dapat memperbaiki tes-tes di kelas, (5)
meningkatkan validitas soal dan reliabilitas (Anastasi dan Urbina, 1997: 172).
F. Teknik dan Alat Penilaian
Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan para guru,
tutor, pengawas, atau dosen sebagai sarana untuk memperoleh informasi
tentang keadaan belajar peserta didik. Penggunaan berbagai teknik dan alat
itu harus disesuaikan dengan tujuan melakukan penilaian, waktu yang
tersedia, sifat tugas yang dilakukan peserta didik, dan banyaknya/jumlah
mata pelajaran yang sudah disampaikan.
Teknik penilaian dalam uraian ini maksudnya adalah metode atau cara
penilaian yang dapat digunakan guru untuk rnendapatkan informasi. Teknik
penilaian yang memungkinkan dan dapat dengan mudah digunakan oleh guru,
misalnya adalah: (1) tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2) observasi atau
pengamatan, (3) wawancara.
1. Teknik Penilaian Melalui Tes
a. Tes tertulis
Tes tertulis yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik
dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1) tes objektif, misalnya bentuk pilihan panda, jawaban singkat atau
isian, benar salah, dan bentuk menjodohkan;
2) tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penskorannya
dapat dilakukan secara objektif) dan tes uraian non-objektif
(penskorannya sulit dilakukan secara objektif).
b. Tes lisan
Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung antara tutor/guru dan
peserta didik. Tes ini memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihannya adalah: (1) dapat menilai kemampuan dan tingkat
pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya
karena dilakukan secara berhadapan langsung; (2) bagi peserta didik
yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering
mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk
ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung
kejelasan pertanyaan yang dimaksud; (3) hasil pengetesan dapat

6

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

langsung diketahui peserta didik. Kelemahannya adalah (1)
subjektivitas pengetesan (Tutor) sering mencemari hasil tes, (2)
waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.
c. Tes perbuatan
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam
bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan
dengan perbuatan atau penampilan. Penilaian tes perbuatan
dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan
tugas, sampai dengan hasil akhir yang dicapainya. Untuk menilai tes
perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan,
yang bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga tutor dapat
menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah
disediakan. Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan.
Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan
format pengamatan individual.
Untuk tes perbuatan yang dilaksanakan secara kelompok sebaiknya
menggunakan format tertentu yang sudah disesuaikan untuk
keperluan pengamatan kelompok.
2. Teknik penilaian melalui observasi atau pengamatan
Observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mendapatkan
informasi tentang peserta didik dengan cara mengamati tingkah laku dan
kemampuannya selama kegiatan observasi berlangsung. Observasi dapat
ditujukan kepada peserta didik secara perseorangan ataupun kelompok.
Dalam kegiatan observasi perlu disiapkan format pengamatan. Di dalam
format pengamatan di antaranya berisi: (1) perilaku-perilaku atau
kemampuan yang akan dinilai, (2) batas waktu pengamatan.
3. Teknik penilaian melalui wawancara
Teknik wawancara pada suatu segi mempunyai kesamaan arti dengan tes
lisan yang telah diuraikan di atas. Teknik wawancara ini diperlukan guru
untuk tujuan mengungkapkan atau mengejar lebih lanjut tentang hal-hal
yang dirasa guru kurang jelas informasinya. Teknik wawancara ini dapat
pula digunakan sebagai alat untuk menelusuri kesukaran yang dialami
peserta didik tanpa ada maksud untuk menilai.
G. Prosedur Pengembangan Tes
Sebelum menentukan teknik dan alat penilaian, penulis soal perlu
menetapkan terlebih dahulu tujuan penilaian dan kompetensi dasar yang
hendak diukur. Adapun proses penentuannya secara lengkap dapat dilihat
pada bagan berikut ini.

7

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

MENENTUKAN TUJUAN PENILAIAN

MEMPERTAHANKAN STANDAR KOMPETENSINYA

MENENTUKAN KD-NYA ATAU KD1 + KD2 + KD3 DLL

TES

NON TES

MENENTUKAN MATERI PENTING/
PENDUKUNG KD : UKRK

TEPAT DIUJIKAN SECARA
TERTULIS/LISAN?

PENGAMATAN/
OBSERVASI (SIKAP,
PORTFOLIO, LIFE
SKILLS)
TES
SIKAP
DLL

TIDAK TEPAT

TEPAT

BENTUK
OBJEKTIF
(PG, ISIAN,
DLL)

-

BENTUK
URAIAN

TES PERBUATAN

-

KINERJA
(PERFORMANCE)
PENUGASAN
(PROJECT)
HASIL KARYA
(PRODUCT)
DLL
IKUTI KAIDAH PENULISAN SOALNYA DAN SUSUNLAH PEDOMAN PENSKORANNYA
Keterangan:

KD = Kompetensi Dasar
KD1 + KD2 = Gabungan antar kompetensi dasar
UKRK = Urgensi, Kontinuitas, Relevansi, Keterpakaian

Ada beberapa langkah penting yang dapat dilakukan. Pertama adalah
menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena
setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk
tujuan tes prestasi belajar, diagnostik, atau seleksi. Contoh untuk tujuan
prestasi belajar, lingkup materi/kompetensi yang ditanyakan/diukur
disesuaikan seperti untuk kuis/ menanyakan materi yang lalu, pertanyaan
lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu/kelompok, ulangan semester,
ulangan kenaikan, laporan kerja praktik/laporan praktikum, ujian praktik.

8

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

Kedua adalah memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi
dasar (KD). Kompetensi merupakan acuan/target utama yang harus
dipenuhi atau yang harus diukur melalui setiap kompetensi dasar yang
ada atau melalui gabungan kompetensi dasar.
Ketiga adalah menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau
mempergunakan keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan
materi penting sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah
materi yang diujikan harus mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai
peserta didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi
(bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam
kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK). Langkah selanjutnya adalah
menentukan jenis tes dengan menanyakan apakah materi tersebut tepat
diujikan secara tertulis/lisan? Bila jawabannya tepat, maka materi yang
bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal apa, pilihan ganda atau
uraian? Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah tes
perbuatan: kinerja (performance), penugasan (project), hasil karya
(product), atau lainnya.
Keempat adalah menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta
pedoman penskorannya. Dalam menulis soal, penulis soal harus
memperhatikan kaidah penulisan soal.
H. Tujuan
Tujuan utama penyusunan buku ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
profisional guru khususnya dalam penilaian berbasis kelas. Oleh karena itu,
setelah membaca buku ini diharapkan para guru dapat menyusun kisi-kisi dan
menulis butir soal secara benar.
I.

Langkah-langkah Penyusunan Soal
Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulangan/ujian
yang sahih dan handal, maka harus dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu:
(1) menentukan tujuan tes, (2) menentukan kompetensi yang akan diujikan,
(3) menentukan materi yang diujikan, (4) menetapkan penyebaran butir soal
berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk penilaiannya (tes tertulis:
bentuk pilihan ganda, uraian; dan tes praktek), (5) menyusun kisi-kisinya, (6)
menulis butir soal, (7) memvalidasi butir coal atau menelaah secara
kualitatif, (8) merakit soal menjadi perangkat tes, (9) menyusun pedoman
penskornya (10) uji coba butir soal, (11) analisis butir soal secara kuantitatif
dari data empirik hasil uji coba, dan (12) perbaikan soal berdasarkan hasil
analisis.

9

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

II. PENENTUAN MATERI YANG DIUJIKAN
A. Pengertian
Penilaian kompetensi melalui tes berhubungan erat dengan penguasaan
materi pembelajaran. Peserta didik yang kompeten dapat diukur dengan
berbagai cara, diantaranya melalui pengukuran terhadap penguasaan materi
pembelajaran.
Langkah awal yang harus dilakukan dalam menyiapkan bahan ulangan/ujian
adalah menentukan kompetensi dan materi yang akan diujikan. Setelah
menentukan kompetensi yang akan diukur, maka langkah berikutnya adalah
menentukan materi yang akan ditanyakan. Penentuan materi yang akan
diujikan sangat penting karena di dalam satu tes tidak mungkin semua materi
yang telah diajarkan dapat diujikan dalam waktu yang terbatas, misalnya
satu atau dua jam. Oleh karena itu, setiap guru harus menentukan materi
mana yang sangat penting dan penunjang, sehingga dalam waktu yang sangat
terbatas, materi yang diujikan hanya menanyakan materi-materi yang sangat
penting saja. Materi yang telah ditentukan harus dapat diukur sesuai dengan
bentuk tes yang akan digunakan yaitu tes (tertulis atau perbuatan) atau nontes.
Penentuan materi penting dilakukan dengan memperhatikan kriteria:
1. Urgensi, yaitu materi secara teoritis mutlak harus dikuasai oleh peserta
didik,
2. Kontinuitas, yaitu materi lanjutan yang merupakan pendalaman dari satu
atau lebih materi yang sudah dipelajari sebelumnya,
3. Relevansi, yaitu materi yang diperlukan untuk mempelajari atau
memahami, mata pelajaran lain,
4. Keterpakaian, yaitu rnateri yang memiliki nilai terapan tinggi dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Jenis Perilaku yang Dapat Diukur
Dalam menentukan perilaku yang akan diukur, penulis soal dapat mengambil
atau memperhatikan jenis perilaku yang telah dikembangkan oleh para ahli
pendidikan, di antaranya seperti Benjamin S. Bloom, Quellmalz, R.J. Mazano
dkk, Robert M. Gagne, David Krathwohl, Norman E. Gronlund dan R.W. de
Maclay, Linn dan Gronlund.
1. Ranah kognitif yang dikembangkan Benjamin S. Bloom adalah: (1) Ingatan
di antaranya seperti: menyebutkan, menentukan, menunjukkan,
mengingat kembali, mendefinisikan; (2) Pemahaman di antaranya
seperti: membedakan, mengubah, memberi contoh, memperkirakan,
mengambil kesimpulan; (3) Penerapan di antaranya seperti:
menggunakan, menerapkan; (4) Analisis di antaranya seperti:

10

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

2.
3.

4.

6.

7.

membandingkan, mengklasifikasikan, mengkategorikan, menganalisis; (5)
Sintesis
antaranya
seperti:
menghubungkan,
mengembangkan,
mengorganisasikan, menyusun; (6) Evaluasi di antaranya seperti:
menafsirkan, menilai, memutuskan.
Jenis perilaku yang dikembangkan Quellmalz adalah: (1) ingatan, (2)
analisis, (3) perbandingan, (4) penyimpulan, (5) evaluasi.
Jenis perilaku yang dikembangkan R. J. Mazano dkk. adalah: (1)
keterampilan memusat (focusing skills), seperti: mendefinisikan,
merumuskan tujuan, (2) keterampilan mengumpulkan informasi, seperti:
mengamati, merumuskan pertanyaan, (3) keterampilan mengingat,
seperti: merekam, mengingat, (4) keterampilan mengorganisasi, seperti:
membandingkan, mengelompokkan, menata/mengurutkan, menyajikan;
(5) keterampilan menganalisis, seperti mengenali: sifat dari komponen,
hubungan dan pola, ide pokok, kesalahan; (6) keterampilan menghasilkan
keterampilan baru, seperti: menyimpulkan, memprediksi, mengupas atau
mengurai; (7) keterampilan memadu (integreting skills), seperti:
meringkas, menyusun kembali; (8) keterampilan menilai, seperti:
menetapkan kriteria, membenarkan pembuktian.
Jenis perilaku yang dikembangkan Robert M. Gagne adalah: (1)
kemampuan intelektual: diskriminasi, identifikasi/konsep yang nyata,
klasifikasi, demonstrasi, generalisasi/menghasilkan sesuatu; (2) strategi
kognitif: menghasilkan suatu pemecahan; (3) informasi verbal:
menyatakan sesuatu secara oral; (4) keterampilan motorist
melaksanakan/menjalankan sesuatu; (5) sikap: kemampuan untuk
memilih sesuatu. Domain afektif yang dikembangkan David Krathwohl
adalah: (1) menerima, (2) menjawab, (3) menilai.
Domain psikomotor yang dikembangkan Norman E. Gronlund dan R.W. de
Maclay adalah: (1) persepsi, (2) kesiapan, (3) respon terpimpin, (4)
mekanisme; (5) respon yang kompleks, (6) organisasi, (7) karakterisasi
dari nilai.
Keterampilan berpikir yang dikembangkan Linn dan Gronlund adalah
seperti berikut.
a. Membandingkan
- Apa persamaan dan perbedaan antara ... dan...
- Bandingkan dua cara berikut tentang ....
b. Hubungan sebab-akibat
- Apa penyebab utama ...
- Apa akibat …
c. Memberi alasan (justifying)
- Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?
- Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan pernyataan
tentang ....
d. Meringkas
- Tuliskan pernyataan penting yang termasuk ...
- Ringkaslah dengan tepat isi …
e. Menyimpulkan
- Susunlah beberapa kesimpulan yang berasal dari data ....
- Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa

11

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

berikut ....
f. Berpendapat (inferring)
- Berdasarkan ..., apa yang akan terjadi bila
- Apa reaksi A terhadap …
g. Mengelompokkan
- Kelompokkan hal berikut berdasarkan ....
- Apakah hal berikut memiliki ...
h. Menciptakan
- Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang ....
- Lengkapilah cerita ... tentang apa yang akan terjadi bila ....
i. Menerapkan
- Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah ....
- Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman....
j. Analisis
- Manakah penulisan yang salah pada paragraf ....
- Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama ....
k. Sintesis
- Tuliskan satu rencana untuk pembuktian ...
- Tuliskan sebuah laporan ...
l. Evaluasi
- Apakah kelebihan dan kelemahan ....
- Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah evaluasi tentang...
C. Penentuan Perilaku yang Akan Diukur
Setelah kegiatan penentuan materi yang akan ditanyakan selesai dikerjakan,
maka kegiatan berikutnya adalah menentukan secara tepat perilaku yang
akan diukur. Perilaku yang akan diukur, pada Kurikulum Berbasis Kompetensi
tergantung pada tuntutan kompetensi, baik standar kompetensi maupun
kompetensi dasarnya. Setiap kompetensi di dalam kurikulum memiliki tingkat
keluasan dan kedalaman kemampuan yang berbeda. Semakin tinggi
kemampuan/perilaku yang diukur sesuai dengan target kompetensi, maka
semakin sulit soal dan semakin sulit pula menyusunnya. Dalam Standar Isi,
perilaku yang akan diukur dapat dilihat pada "perilaku yang terdapat pada
rumusan kompetensi dasar atau pada standar kompetensi". Bila ingin
mengukur perilaku yang lebih tinggi, guru dapat mendaftar terlebih dahulu
semua perilaku yang dapat diukur, mulai dari perilaku yang sangat
sederhana/mudah sampai dengan perilaku yang paling sulit/tinggi,
berdasarkan rumusan kompetensinya (baik standar kompetensi maupun
kompetensi standar). Dari susunan perilaku itu, pilihlah satu perilaku yang
tepat diujikan kepada peserta didik, yaitu perilaku yang sesuai dengan
kemampuan siswa di kelas.

12

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

D. Penentuan dan Penyebaran Soal
Setelah menentukan tujuan penilaian dan materi penting, maka langkah
berikutnya adalah menentukan jumlah soal setiap kompetensi dasar dan
penyebaran soalnya. Untuk memudahkan dalam pelaksanaannya, maka
perhatikan langkah-langkah berikut ini.
1. Menentukan tujuan penilaian. Misalnya untuk penilaian formatif seperti:
ulangan harian, pemberian tugas/PR/latihan; atau penilaian sumatif
seperti: ulangan akhir semester, kenaikan kelas, atau kelulusan.
2. Menentukan materi penting dari beberapa kompetensi yang akan diukur.
3. Menentukan jumlah butir soal yang akan diujikan. Penentuan ini
didasarkan pada waktu yang tersedia.
4. Menentukan proporsi soal atau jumlah butir soal pada setiap kelas (bila
untuk penilaian akhir semester).
5. Menentukan proporsi soal atau jumlah butir soal pada setiap kompetensi.
6. Menentukan proporsi soal atau jumlah butir soal setiap semester pada
setiap kelas (bila untuk penilaian akhir semester).
7. Menentukan penyebaran butir soal yang diurutkan dari soal nomor 1
sampai dengan nomor terakhir.
8. Menentukan perilaku yang akan diukur pada setiap materi.
9. Merumuskan indikator soal secara tepat, yaitu untuk tes tertulis (bentuk
uraian, jawaban singkat, pilihan ganda, atau bentuk lainnya), tes lisan,
atau tes perbuatan.
10. Menuliskannya ke dalam format kisi-kisi tes.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh penilaian akhir semester berikut ini.
1. Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester
No
1.
2.
3.

Kompetensi
Dasar/Materi
A*
B*
C**
D**

5.
6.
7.
8.

Gabungan C+D
E*
F*
Jumlah soal per
semester
Perbandingan

Semester 1
1
4
8,9,10

Semester 2

46
48
10

2,3
5,6,7
11,12,13,14,15,16,17
18,19,20,21,22,23,24,
25,26,27
31,32,33,34,35,36,37
38,39,40,41,42,43,44,
45
47
49,50
40

20%

80%

28,29,30

Jumlah Soal
3
4
20
18
2
3
50

Keterangan : ** Materi sangat penting
* Materi penting
Nomor 24,25,26,27,44 adalah soal berbentuk uraian, nomor 45 tes
perbuatan, nomor lainnya berbentuk PG.

13

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

2. Contoh penyebaran butir soal secara langsung
No

Kompetensi
yang diujikan

Materi

Tes Tertulis
Bentuk PG
Bentuk Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 … 1 2 3


Tes
Perbuatan
1
2 …

14

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

III. PENYUSUNAN KISI-KISI
A. Pengertian
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi
kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi
adalah untuk menentukan ruang lingkup dan tekanan tes yang setepattepatnya, sehingga dapat menjadi petunjuk dalam menulis soal. Adapun
wujudnya dapat berbentuk format atau matriks seperti contoh berikut ini.
FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL
Jenis sekolah
Mata pelajaran
Kurikulum
Alokasi waktu
No.

:
:
:
:

………………………
………………………
………………………
………………………

Kompetensi dasar

Hasil belajar/
Indikator

Jumlah soal
Bentuk soal/tes
Penyusun
Kls/
smt

Materi
pokok

: ………………………
: ………………………
: 1. …………………
2. …………………

Indikator
soal

Nomor
soal

Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam
silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecuali pada
kolom 6.

B. Syarat Kisi-kisi yang Baik
Kisi-kisi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan berikut ini.
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang
telah diajarkan secara tepat dan proporsional.
2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.
C. Perumusan Indikator Soal
Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang
dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan kegiatan akhir
dalam penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, para
tutor/ guru harus memperhatikan isi kolom dalam kisi-kisi yaitu: materi yang
akan diujikan, hasil belajar/pengalaman belajar/indikator pembelajaran,
dan kompetensi dasar. Indikator yang baik adalah indikator yang dirumuskan
secara singkat dan jelas. Syarat indikator yang baik adalah:
1. menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat,

15

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

2. menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu
atau lebih kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan,
3. dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal objektif).
Ada dua model penulisan indikator. Model pertama adalah menempatkan
kondisinya di awal kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal yang
disertai dengan dasar pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah
kalimat, paragraf, gambar, denah, grafik, kasus, atau lainnya, sedangkan
model yang kedua adalah menempatkan objek dan perilaku yang harus
ditampilkan di awal kalimat. Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang
tidak disertai dengan dasar pertanyaan (stimulus).
(1) Contoh model pertama untuk soal menyimak pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
Indikator: Diperdengarkan sebuah pernyataan pendek dengan
topik "belajar mandiri", peserta didik dapat menentukan
dengan tepat pernyataan yang sama artinya.
Soal : (Soal dibacakan atau diperdengarkan hanya satu
kali, kemudian peserta didik memilih dengan tepat satu
pernyataan yang sama artinya. Soalnya adalah: "Hari
harus masuk kelas pukul 7.00., tetapi dia datang pukul
8.00 pagi hari.")
Lembar tes siswa hanya berisi pilihan seperti berikut:
a. Hari masuk kelas tepat waktu pagi ini.
b. Hari masuk kelas terlambat dua jam pagi ini
c. Hari masuk Kelas terlambat siang hari ini,
d. Hari masuk Kelas terlambat satu jam hari ini
Kunci: d
(2) Contoh model kedua
Indikator: Siswa dapat menentukan dengan tepat penulisan
tanda baca pada nilai uang.
Soal : Penulisan nilai uang yang benar adalah ...
a. Rp 125,b. RP 125,00
c. Rp125
d. Rp125.
Kunci: b

16

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

IV. PENULISAN BUTIR SOAL UNTUK TES TERTULIS
A. Pengertian
Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat
penting dalam penyiapan bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis
harus berdasarkan rumusan indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi
dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk obyektif dan kaidah penulisan
soal uraian.
Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung
pada perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih
tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk
soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan
menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis
pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama
lain.
Keunggulan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah dapat mengukur
kemampuan/perilaku secara objektif, sedangkan untuk soal uraian di
antaranya adalah dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan
dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat sendiri.
Kelemahan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah sulit menyusun
pengecohnya, sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah sulit
menyusun pedoman penskorannya.
B. Penulisan Soal Bentuk Uraian
Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam
merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang
ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk uraian, yaitu menuntut peserta
didik untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku
yang diukur yang digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai dalam
pedoman penskorannya. Hal yang paling sulit dalam penulisan soal bentuk
uraian adalah menyusun pedoman penskorannya. Penulis soal harus dapat
merumuskan setepat-tepatnya pedoman penskorannya karena kelemahan
bentuk soal uraian terletak pada tingkat kesubyektifan penskorannya.
Berdasarkan metode penskorannya, bentuk uraian diklasifikasikan menjadi 2,
yaitu uraian objektif dan uraian non-objektif. Bentuk uraian objektif adalah
suatu soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan
pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat dilakukan secara
objektif. Artinya perilaku yang diukur dapat diskor scara dikotomus (benar salah atau 1 - 0). Bentuk uraian non-objektif adalah suatu soal yang
menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep menurut

17

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

pendapat masing-masing peserta didik, sehingga penskorannya sukar untuk
dilakukan secara objektif. Untuk mengurangi tingkat kesubjektifan dalam
pemberian skor ini, maka dalam menentukan perilaku yang diukur dibuatkan
skala. Contoh misalnya perilaku yang diukur adalah "kesesuaian isi dengan
tuntutan pertanyaan", maka skala yang disusun disesuaikan dengan tingkatan
kemampuan peserta didik yang akan diuji.
Untuk tingkat dasar, misalnya dapat disusunkan skala seperti berikut.
2

1

SESUAI

TIDAK SESUAI

Kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan 0-2
Skor
- Sesuai
2
- Tidak sesuai
1
- Kosong
0
Untuk tingkat menengah, misalnya dapat disusunkan skala seperti berikut.
3

2

SESUAI

1

CUKUP/SEDANG

TIDAK SESUAI

Kesesuaiann isi dengan tuntutan pertanyaan0-3
Skor
- Sesuai
3
- Cukup/sedang 2
- Tidak sesuai
1
- Kosong
0
Untuk tingkat atas/tinggi, misalnya dapat disusunkan skala seperti berikut:
5

4

3

2

1

SS

S

C

TS

STS

Kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan 0 - 5 Skor
Skor
- Sangat Sesuai
5
- Sesuai
4
- Cukup/sedang
3
- Tidak sesuai
2
- Sangat tidak sesuai 1
- Kosong
0
Agar soal yang disusun bermutu bailk, maka penulis soal harus
memperhatikan kaidah penulisannya. Untuk memudahkan pengelolaan,
perbaikan, dan pengembangan soal, maka soal ditulis di dalam format.
Setiap satu soal dan pedoman penskorannya ditulis di dalam satu format.
Adapun format soal bentuk uraian dan format penskorannya adalah seperti
berikut ini.

18

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

KARTU SOAL
Jenis Sekolah
Mata Pelajaran
Bahan Kls/Smt
Bentuk Soal
Aspek yang diukur
KOMPETENSI DASAR

:
:
:
:
:

……………………............
……………………...........
……………………............
……………………............
……………………............

Penyusun

: 1. ……………………
2. ……………………
3. ……………………
Tahun Ajaran : ……………………….

BUKU SUMBER:
RUMUSAN BUTIR SOAL

MATERI

NO SOAL:

INDIKATOR SOAL

KETERANGAN SOAL
NO DIGUNAKAN UNTUK TANGGAL

JUMLAH
SISWA

TK DP PROPORSI PEMILIH ASPEK
A

B

C

D

KET.

E OMT

FORMAT PEDOMAN PENSKORAN
NO
SOAL

KUNCI/KRITERIA JAWABAN

SKOR

Wujud soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus
ada/diperlukan, (2) pertanyaan, dan (3) pedoman penskorannya.

bila

19

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

Adapun kaidah penulisan soal uraian adalah seperti berikut ini.
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
c. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan peugukuran.
d. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah
atau tingkat kelas.
2. Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan
jelas dan terbaca.
3. Bahasa
a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).
c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
d. Tidak mempergunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e. Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan siswa.
C. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan
ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan
ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh
yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjangpendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk
memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam
penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah pertama
adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua adalah menuliskan kunci
jawabannya, kemudian langkah ketiga adalah menuliskan pengecohnya.
Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan perkembangan soal, maka
soal ditulis di dalam format soal. Setiap satu soal ditulis di dalam satu
format. Adapun formatnya seperti berikut ini.

20

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

KARTU SOAL
Jenis Sekolah
:
Mata Pelajaran
:
Bahan Kls/Smt
:
Bentuk Soal
:
Tahun Ajaran
:
Aspek yang diukur :
KOMPETENSI
DASAR

……………………………….
……………………………….
……………………………….
……………………………….
……………………………….
……………………………….

Penyusun : 1.
2.
3.

BUKU SUMBER
RUMUSAN BUTIR SOAL

MATERI

NO SOAL:
KUNCI :

INDIKATOR SOAL

NO

DIGUNAKAN
UNTUK

KETERANGAN SOAL
TANGGAL JUMLAH TK DP PROPORSI PEMILIH
KET.
SISWA
A B C D E OMT

Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan
jawabannya. Warga belajar/peserta didik yang mengerjakan soal hanya
memilih satu jawaban yang benar dari pilihan jawaban yang disediakan.
Wujud soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus (bila ada), (2)
pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban yang terdiri dari: kunci jawaban dan
pengecoh.
Perhatikan contoh berikut!

21

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

Perhatikan iklan berikut
Dasar pertanyaan
stimulus

Dijual sebidang tanah di Bekasi. Luas 4 ha.
Baik untuk industri. Hubungi telp. 777777

Pokok soal (tem)

Iklan ini termasuk jenis iklan ……
(.)

Pilihan jawaban
(Option)

a. permintaan
b. propaganda
c. pengumuman
d. penawaran *

tanda akhir
kalimat
Pengecoh
(distractor)
Kunci jawaban

(...)

tanda
ellipsis
(pernyataan
yang sengaja
dihilangkan)

Adapun kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut ini.
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan
perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan
indikator dalam kisi-kisi.
b. Pengecoh harus bertungsi
c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu
soal hanya mempunyai satu kunci jawaban.
2. Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya,
kemampuan/ materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas,
tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari
yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu
persoalan/gagasan
b. Rumusan pokok soal dan pili