K OMUNIKASIT RADISIONALM APPANRETASIM ASYARAKAT S UKUB UGIS P AGATAN

A NALISIS P ESAN M ORAL D ALAM K OMUNIKASI T RADISIONAL M APPANRETASI M ASYARAKAT S UKU B UGIS P AGATAN A NALYSIS M ORAL M ESSEGES IN M APPANRETASI T RADITIONAL C OMMUNICATION BY THE P AGATAN B UGIS C OMMUNITY

Rumaliadi Agus Santoso, Bachruddin Ali Akhmad, dan Fahrianoor

Ilmu Komunikasi, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Jalan Brigjen H. Hasan Basry, Gedung Fisip, Banjarmasin; Telp. (0511) 3304595 Email : fahrianoor13@yahoo.co.id

diterima: 22 Desember 2014 | direvisi: 12 Januari 2015 | disetujui: 20 Janauri 2015

ABSTRACT

Mappanretasi (sea party) is a traditional form of communication that is only possessed by the Bugis community Pagatan Tanah Bumbu. Most people assume that Mappanretasi traditional ceremony is a ritual to worship the sea resulting in a shift in the meaning that should the ceremony to give thanks to God Almighty for overflow of grace and god giving has produced abundant marine, Mappanretasi time used as a means of establishing a relationship of friendship between uniting people of diverse ethnic groups with one another in a social environment, interpreted into a ritual to worship the sea. Mappanretasi implementation is still much that is not understood by many parties, giving rise to negative perceptions that essentially moral message contained in the ceremony. The research approach used in this study is a qualitative approach. This type of research is the method of Ethnography James P. Spradley and semiotics of Roland Barthes. The techniques of data collection in this study are in-depth interviews, nonparticipant observation, and study documentation. The results of the analysis and discussion of the study, the traditional ceremonies Mappanretasi has a moral message, the human must be say thanks to God Almighty for grace abundance, sustenance, and health have been given. As well as respect for the human form of local knowledge to the position of human nature which is not as exploiters of nature, but has a moral responsibility and to maintain the balance of nature itself.

Keywords : Moral, Mappanretasi, Traditional communication

ABSTRAK

Mappanretasi (pesta laut) adalah komunikasi tradisional yang dilakukan oleh masyarakat suku Bugis di desa Pagatan, Tanah Bumbu. Banyak orang berasumsi bahwa perayaan tradisional Mappanretasi adalah ritual untuk ibadah atas hasil laut, dalam pergeseran makna perayaan itu berarti berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk bersyukur dan berterima kasih atas produksi hasil laut yang melimpah, waktu Mappanretasi digunakan sebagai makna untuk membangun relasi pertemanan antara berbagai masyarakat yang terdiri dari banyak etnis dengan yang lainnya dalam lingkungan sosial, ini ditafsirkan dalam ritual ibadah laut. Penerapan Mappanretasi masih banyak yang tidak dimengerti oleh banyak orang, memberikan sebuah persepsi negatif atas pesan esensial yang terkandung dalam perayaan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Tipe penelitian ini menggunakan metode etnografi dari James P. Spardley dan semiotik oleh Roland Barthes. Teknik Pengambilan data dalam penelitian ini melalui wawancara mendalam, observasi non- partisipan, dan studi dokumentasi. Hasil studi analis dan diskusi bahwa perayaan Mappanretasi adalah sebuah pesan moral, setiap orang harus berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia, kelimpahan rezeki, dan kesehatan yang diberikan. Sebaiknya setiap orang harus menghormati bentuk dari pengetahuan lokal dan posisi sifat manusia yang tidak mengekspoitasi alam, tetapi memiliki moral tanggung jawab dan untuk keseimbangan alam itu sendiri.

Kata Kunci : Moral, Mappanretasi, Komunikasi tradisional.

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan

Vol. 18 No.3 Oktober 2014: 233-250

I. PENDAHULUAN

menyembah laut. Dalam usaha mempertahankan kebudayaan. Kebudayaan suku Bugis Pagatan,

Masyarakat Indonesia digolongkan kepada berbagai cara dapat dilakukan, salah satunya yaitu masyarakat yang bersifat majemuk, merupakan dengan mengadakan acara Mappanretasi setiap masyarakat yang terbagi kedalam sub-sub sistem tahunnya, agar kelangsungan nilai-nilai spiritual, yang kurang lebih berdiri sendiri dalam masing- moral dan luhur tersebut dapat dipertahankan masing sub sistem yang terikat dalam satu ikatan

hingga waktu yang lama.

primordial, seperti suku bangsa, agama, adat- Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Apa istiadat, golongan atau kelompok dan sebagainya. pesan moral yang terkandung dalam budaya Masyarakat majemuk terdiri atas berbagai golongan Mappanretasi suku Bugis di Pagatan Kecamatan suku bangsa yang dipersatukan oleh sistem budaya Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu? (2) yang terdapat pada masyarakat itu sendiri. Bagaimana makna pesan moral dalam budaya Indonesia juga memiliki semboyan Bhineka

Mappanretasi?

Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda namun tetap Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan satu. pesan moral yang terkandung dalam budaya Budaya yang terdapat dalam suatu daerah Mappanretasi suku Bugis Pagatan, dan memahami beraneka ragam dan bervariasi. Hal tersebut makna pesan moral dalam budaya Mappanretasi disebabkan karena sifat budaya itu sendiri turun masyarakat suku Bugis Pagatan. Manfaat penelitian temurun dari generasi ke generasi. Budaya yang ini diharapkan agar Dinas Pemuda Olahraga sudah diyakini sejak dulu, akan dijadikan ritual Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanah terus menerus dan bersifat sakral yang dilakukan Bumbu dapat berperan aktif dalam menjalankan oleh setiap generasi. Salah satunya upacara kegiatan sosialisasi terhadap budaya daerah, bagi tradisional dalam masyarakat Bugis Pagatan setelah Lembaga Adat suku Bugis Pagatan diharapkan berhasil mendapatkan kesuksesan hidup biasanya dapat memberi masukan dalam melakukan akan dirayakan upacara adat Mappanretasi dalam pemahaman agar tidak terjadi pergeseran makna bentuk syukuran. Mappanretasi (pesta laut) juga upacara adat Mappanretasi dengan realitas yang sebuah upacara adat suku Bugis yang hanya dimiliki sebenarnya, dan bagi pembaca diharapkan dapat masyarakat Pagatan Kabupaten Tanah Bumbu. memberi pengetahuan tentang makna pesan moral Dibalik kemeriahan dan makna sosial budaya yang ada di upacara adat Mappanretasi. dari pelaksanaan Mappanretasi tersebut masih

(2007) komunikasi banyak yang tidak dipahami banyak pihak sehingga tradisional adalah proses penyampaian pesan dari menimbulkan persepsi negatif dari masyarakat. satu pihak ke pihak lain, dengan menggunakan Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa media tradisional yang sudah lama digunakan di upacara adat Mappanretasi merupakan ritual untuk suatu tempat sebelum kebudayaannya tersentuh menyembah laut sehingga terjadi pergeseran makna oleh teknologi modern. Pada zaman dahulu yang seharusnya upacara untuk bersyukur kepada komunikasi tradisional dilakukan oleh masyarakat Tuhan Yang Maha Esa menjadi ritual untuk

Menurut

Silvana

Analisis Pesan Moral Dalam Komunikasi... Rumaliadi Agus Santoso, Bachruddin Ali Akhmad, Fahrianoor

primitif dengan cara-cara yang sederhana, seiring sebagai media tradisional adalah sebagai berikut: dengan perkembangan teknologi, komunikasi

(1) sebagai sistem proyeksi (projective system); (2) tradisional mulai luntur dan jarang digunakan,

sebagai pengesahan/penguat adat; (3) sebagai alat walaupun masih ada sebagian orang yang masih

pendidikan (pedagogical device); (4) sebagai alat tetap menggunakannya. Komunikasi sebagai bagian

paksaan dan pengendalian sosial agar norma-norma dari tradisi memiliki perbedaan antara kebudayaan

masyarakat dipatuhi oleh anggotanya. yang satu dengan yang lain. Komunikasi tradisional

Budaya Mappanretasi termasuk kedalam sangat penting dalam suatu masyarakat karena dapat

folklor sebagian lisan karena bentuknya merupakan mempererat persahabatan dan kerja sama untuk

komunikasi tradisional dengan campuran unsur mengimbangi tekanan yang datang dari luar.

lisan dan unsur bukan lisan, kepercayaan rakyat, Menurut Coseteng dan Nemenzo (dalam Fiki

adat-istiadat, upacara, dan pesta rakyat, terdiri dari Trisnawati 2011) mendefinisikan media tradisional

pernyataan yang bersifat lisan ditambah dengan sebagai “bentuk-bentuk verbal, gerakan, lisan, dan

gerak isyarat yang dianggap mempunyai makna dan visual yang dikenal atau diakrabi rakyat, diterima

dapat dianggap sebagai pembawa rezeki. oleh

Mappanretasi adalah suatu kegiatan yang dipertunjukkan untuk mereka dengan maksud

mereka, dan

diperdengarkan

atau

bersifat ritual dan dilaksanakan secara adat oleh menghibur, menjelaskan, meng ajar, dan mendidik”.

sekelompok masyarakat nelayan Pagatan bersama Media komunikasi tradisional sering disebut

pemerintah setempat dengan jalan memberikan sebagai bentuk folklor, kata folklor adalah

berbagai macam makanan atau sesaji di laut. pengindonesiaan dari kata inggris folklore yang

Kegiatan upacara yang bersifat tradisional tentu saja artinya kata majemuk berasal dari dua kata dasar

mempunyai tujuan, karena masyarakat yang folk dan lore, menurut Alan Dundes (dalam James

melaksanakan upacara tersebut menginginkan suatu Danandjaya 1982, ha.1) Folk sama artinya dengan

kehidupan yang lebih baik, dan adanya perubahan- kata kolektif dimana sekelompok orang yang

perubahan dari tatanan kehidupan. memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan

Menurut Abdul Rahim (Wa’Rahing) (dalam kebudayaan. Sedangkan Lore adalah tradisi folk,

Nahrul Pajeri 2010) yang bertindak sebagai sandro yaitu sebagian kebudayaannya yang diwariskan

(Pemimpin Upacara Adat) mengatakan bahwa secara turun- temurun secara lisan atau melalui

tujuan Mappanretasi adalah agar para nelayan suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau

diberikan rezeki yang banyak dari penangkapan alat pembantu pengingat. folklor dapat digolongkan

ikan di laut di masa yang akan datang, dan juga ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya

diberikan perlindungan dari ombak dan badai serta (1) folklor Lisan (verbal folklore), (2) folklor

bahaya-bahaya lain yang dapat mengancam sebagian lisan (partly verbal folklore), (3) folklor

keselamatan jiwa para nelayan, di samping itu juga bukan lisan (non verbal folklore). William R.

dimaksudkan sebagai tanda syukur dan terima kasih Bascom (dalam Nurudin 2010, hal.115)

para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas mengemukakan fungsi-fungsi pokok folklor

hasil laut yang berlimpah.

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan

Vol. 18 No.3 Oktober 2014: 233-250

Kearifan Lokal merupakan adat dan kebiasaan warga negara. Dan sedangkan pendapat Ouska dan yang telah mentradisi dilakukan oleh sekelompok

Whellan (1997, dalam Budiningsih 2008) moral masyarakat secara turun temurun yang hingga saat

adalah prinsip baik-buruk yang ada dan melekat ini

dalam diri individu/seseorang, walaupun itu berada oleh masyarakat hukum adat tertentu di daerah

masih dipertahankan

keberadaannya

dalam individu, tetapi moral berada dalam satu tertentu. Menurut Keraf (2002, dalam Fahriannor

sistem yang berwujud aturan. 2005) yang dimaksud dengan kearifan lokal adalah

Menurut Magnis-Suseno (1998, dalam semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman

Budiningsih 2008) moral sebenarnya hampir sama atau wawasan, serta adat kebiasaan atau etika yang

dengan norma, namun terdapat perbedaan, dimana menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di

norma adalah tolak ukur/alat untuk mengukur benar dalam komunitas ekologis. Kearifan lokal ini bukan

salahnya suatu sikap, dan tindakan manusia. Norma hanya menyangkut pengetahuan, pemahaman dan

juga bisa diartikan sebagai aturan yang berisi adat kebiasaan tentang manusia, alam dan

rambu-rambu yang menggambarkan ukuran bagaimana relasi diantara semua penghuni

tertentu, yang di dalamnya terkandung nilai komunitas ekologis ini harus dibangun. Seluruh

benar/salah. Norma yang berlaku dimasyarakat kearifan lokal ini dihayati, dipraktekkan, diajarkan

indonesia ada lima, yaitu (1) norma agama, (2) dan diwariskan dari satu generasi ke generasi

norma susila, (3) norma kesopanan, (4) norma lainnya yang sekaligus membentuk pola perilaku

kebiasaan, dan (5) norma hukum. Dimana manusia sehari-hari, baik sesama manusia, maupun

pelanggaran norma biasanya mendapatkan sanksi, terhadap alam dan Yang Gaib.

tetapi bukan berupa hukuman di pengadilan, Menurut Cangara (2010) pesan yang dimaksud

contohnya seperti: sanksi dari norma agama dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang

ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan

itu hukumannya berupa siksaan di akhirat, atau di dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau

kehendak-Nya. Sanksi melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu

dunia

atas

pelanggaran/norma kesusilaan adalah moral yang pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau

biasanya berupa gunjingan dari lingkungannya, propaganda, dalam bahasa inggris pesan biasanya

penyimpangan norma kesopanan dan norma diterjemahkan dengan kata message, content atau

kebiasaan, seperti sopan santun, dan etika yang information.

berlaku di lingkungannya, begitu pula dengan Definisi lain menurut Lillie (dalam

norma hukum, biasanya berupa aturan-aturan atau Budiningsih 2008) Moral berasal dari bahasa Latin

undang-undang yang berlaku di masyarakat dan "mos" (jamak: mores) yang berarti tata cara dalam

telah disepakati bersama.

hidup atau adat istiadat. Sedangkan menurut Suseno Menurut R. Linton (dalam Setiadi, 2006) (1998, dalam Budiningsih 2008) moral adalah

mengartikan budaya sebagai keseluruhan dari ukuran baik-buruknya seseorang, baik sebagai

pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan

merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan

Analisis Pesan Moral Dalam Komunikasi... Rumaliadi Agus Santoso, Bachruddin Ali Akhmad, Fahrianoor

oleh anggota suatu masyarakat tertentu, sementara

2. Tingkat informal: Pada tingkatan informal ini, itu Koentjaraningrat (dalam Setiadi 2006)

budaya banyak diteruskan oleh suatu mengartikan budaya dengan keseluruhan sistem

masyarakat dari generasi ke generasi berikutnya gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam

melalui apa yang didengar, dilihat, dipakai, dan rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

dilakukan tanpa diketahui alasannya mengapa diri manusia dengan belajar, dan dalam pengertian

hal itu dilakukan, dan 3. Pada tingkat teknis ini, Van Peursen (1976) kebudayaan sebagai tradisi

bukti-bukti dan aturan-aturan merupakan hal dengan pewarisan atau penerus norma-norma, adat-

yang paling penting. Sehingga terdapat istiadat, kaidah-kaidah, dan harta.

penjelasan logis mengapa sesuatu harus Kemudian dua antropolog, A.L Krober dan

dilakukan dan yang lain tidak boleh dilakukan. C.Kluckhon (2001, dalam Fiki Trisnawati 2011),

Menurut Koentjaraningrat (dalam Setiadi telah membuat kesimpulan sendiri mengenai

2006) mengemukakan bahwa kebudayaan itu dibagi kebudayaan adalah sebagai berikut:

atau digolongkan dalam tiga wujud, yaitu: (1) “Culture consists if patterns, explicit and Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide,

implicit, of for behavior acquired and gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan. transmitted by symbol, constituting the

Wujud tersebut menunjukkan wujud ide dari distinctive achievements of human group,

including their embodiments inartifacts; the kebudayaan sifatnya abstrak, tak dapat diraba, essential core of culture consists of

dipegang, ataupun difoto. Kebudayaan ideal ini traditional (i.e, historivally derived and

selected) ideas and especially their attached disebut pula tata kelakuan, hal ini menunjukkan values; culture system may, on the hand, be

bahwa budaya mempunyai fungsi mengatur, considered as product of action, on the other as conditioning elements of futher action.”

mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan, Artinya: “Kebudayaan terdiri dari

kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat beberapa pola-pola yang nyata maupun

sebagai sopan santun. (2) Wujud kebudayaan tersembunyi, dari dan untuk perilaku yang

diperoleh dan dipindahkan dengan simbol- sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan simbol, yang menjadi hasil-hasil yang tegas

berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud dari kelompok-kelompok manusia. Inti pokok

dari kebudayaan adalah gagasan-gagasan tersebut dinamakan sistem sosial, karena tradisional (yaitu yang diperoleh dan dipilih

menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari secara historis), khususnya nilai-nilai yang

tergabung, dipihak lain sebagai unsur-unsur manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, yang mempengaruhi tindakan selanjutnya. difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem

Budaya sendiri mempunyai beberapa tingkatan sosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang yang secara praktis bisa dijelaskan sebagai berikut:

berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu

1. Tingkat formal: Dalam tingkat formal, budaya dengan lainnya dalam masyarakat. (3) Wujud merupakan sebuah tradisi atau kebiasaan yang

kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya dilakukan oleh suatu masyarakat secara turun-

manusia. Wujud yang terakhir ini disebut pula menurun dari satu generasi ke generasi

dengan kebudayaan fisik, dimana wujudnya hampir berikutnya.

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan

Vol. 18 No.3 Oktober 2014: 233-250

merupakan hasil fisik (aktivitas perbuatan dan karya Menurut Agus Wiyaka (2003) ada empat semua manusia dalam masyarakat).

bentuk peristiwa perubahan kebudayaan, yaitu: (1) Menurut konsep Malinowski (dalam Agus

Cultural lag, ( 2) Cultural survival, (3) Pertentangan Wiyaka 2003) unsur-unsur kebudayaan meliputi

kebudayaan (Cultural conflict), dan (4) Guncangan semua kebudayaan yang ada di dunia, baik yang

kebudayaan (cultural shock). kecil, sedang, besar maupun yang kompleks.

Dalam proses tersebut terkandung unsur-unsur Sedangkan Koentjaraningrat

kebudayaan, salah satunya adalah bahasa. Trisnawati 2011) menyebutkan tujuh unsur

(1981, dalam

Sedangkan bahasa adalah alat komunikasi. Dengan kebudayaan, yaitu: (1) Bahasa, (2) Sistem

demikian, komunikasi juga disebut sebagai proses Pengetahuan, (3) Organisasi Sosial, (4) Sistem

budaya (Nurudin 2010). Komunikasi adalah salah Peralatan Hidup dan Teknologi, (5) Sistem

satu wujud kebudayaan, sebab komunikasi hanya Pencaharian Hidup, (6) Sistem Religi, dan (7)

bisa terwujud setelah sebelumnya ada suatu gagasan Kesenian.

yang akan dikeluarkan oleh pikiran individu. Jika Menurut Setiadi (2006) dengan menganalisis

komunikasi itu dilakukan dalam suatu komunitas, pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan

maka menjadi sebuah kelompok aktivitas seseorang dapat mengetahui, mengapa suatu

(kompleks aktivitas dalam lingkup komunitas lingkungan tertentu akan berbeda dengan

tertentu) yang pada akhirnya komunikasi yang lingkungan lainnya dan menghasilkan kebudayaan

dilakukan tersebut tak jarang membuahkan suatu yang berbeda pula. Beberapa unsur yang

bentuk fisik, misalnya hasil karya seperti sebuah berhubungan dengan masalah kebudayaan dan

bangunan, karena bangunan didirikan karena ada lingkungan: (1) Physical Environment, (2) Cultural

konsep, gagasan kemudian didiskusikan (dengan Social Environment, ( 3) Environment Behavior and

atau arsitek) Process, dan (4) Out Carries Product.

keluarga,

pekerja

Gambar 1. Peta Tanda Roland Barthes Figure 1. Roland Barthes Sign Map

Analisis Pesan Moral Dalam Komunikasi... Rumaliadi Agus Santoso, Bachruddin Ali Akhmad, Fahrianoor

dan berdirilah sebuah rumah. Dengan kata lain

tambahan namun juga komunikasi nyata menjadi sebuah wujud dari

memiliki

makna

mengandung kedua bagian tanda denotatif yang kebudayaan dan menjadi sebuah proses budaya

melandasi keberadaannya (Sobur 2013). yang ada dalam masyarakat.

Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda Semiotika adalah suatu ilmu atau metode

denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah

(2). Akan tetapi, pada saat bersamaan tanda perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha

denotatif adalah penanda konotatif (4). Jadi, dalam mencari di dunia, ditengah-tengah manusia dan

konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar bersama-sama manusia. Semiotika atau dalam

tambahan namun juga istilah Barthes, semiologi pada dasarnya ingin

memiliki

makna

mengandung kedua bagian tanda denotatif yang mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity)

melandasi keMenurut Spradley (1997) Etnografi memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify)

berasal dari kata ethno yang berarti bangsa atau dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan

suku bangsa, dan graphy yang berarti tulisan. Jadi, mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai

etnografi berasal tulisan atau deskripsi mengenai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa

kehidupan sosial budaya suatu suku bangsa dan informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak

mendeskripsikan suatu kebudayaan. berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem

Sebagaimana dikemukakan oleh Malinowski terstruktur dari tanda. Suatu tanda menandakan

(dalam Spradley 1997) tujuan etnografi adalah sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning)

memahami sudut pandang penduduk asli, ialah hubungan antara suatu objek atau ide dari

kehidupan, untuk suatu tanda. Konsep dasar ini mengikat bersama

hubungannya

dengan

mendapatkan pandangannya mengenai dunianya, seperangkat teori yang sangat luas berurusan

oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan dengan simbol, bahasa, wacana, dan bentuk-bentuk

aktifitas belajar mengenai dunia yang orang yang nonverbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana

telah belajar melihat, mendengar, berpikir dan tanda berhubungan dengan maknanya dan

bertindak dengan cara-cara yang berbeda. Tidak bagaimana tanda disusun secara umum studi

hanya mempelajari masyarakat, lebih dari itu, tentang tanda merujuk pada semiotika (Sobur

belajar dari 2013). Roland Barthes dalam Cobley dan Litza

etnografi

berarti

masyarakat.beradaannya (Sobur 2013). (1999) membuat sebuah model dalam menganalisis

Para ahli mengakui istilah makna (meaning) makna dari tanda-tanda, yang dapat dilihat pada

memang merupakan kata dan istilah yang Gambar 1.

membingungkan. Dalam bukunya The Meaning Of Dari peta Barthes pada Gambar 1 terlihat

Meaning , Ogden dan Richards (1972, dalam Sobur bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1)

2013, hal.255) telah mengumpulkan tidak kurang dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan

dari batasan mengenai makna. Bentuk makna tanda denotatif adalah penanda konotatif (4). Jadi,

diperhitungkan sebagai istilah, sebab bentuk ini dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan

Vol. 18 No.3 Oktober 2014: 233-250

mempunyai konsep dalam bidang tertentu, yakni maka yang dimaksud dengan simbol dalam dalam bidang linguistik

penelitian ini adalah tanda atau ciri untuk Makna dapat digolongkan kedalam makna

mengungkapkan atau mengekspresikan sesuatu. denotatif dan konotatif. Makna denotatif adalah

II. METODE PENELITIAN

makna yang sebenarnya (factual), seperti yang ditemukan dalam kamus. Makna denotatif bersifat

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

publik, terdapat sejumlah kata yang bermakna Penelitian ini menggunakan pendekatan

denotatif namun ada juga yang bermakna konotatif, kualitatif dengan tipe penelitian Etnografi.

lebih bersifat pribadi yakni makna diluar rujukan objektifnya. Dengan kata lain makna konotatif lebih

B. Lokasi Penelitian

bersifat subjektif daripada makna denotatif (Sobur Lokasi Penelitian ini adalah di Pagatan 2013).

Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu, Simbol atau sering disebut juga lambang secara

dengan objek dalam penelitian ini adalah upacara etimologis berasal dari kata Yunani “sym-ballaein”

adat Mappanretasi.

yang berarti melemparkan bersama suatu (benda,

C. Sumber Data

perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide (Hartoko & Rahmanto, 1998, dalam Trisnawati 2011). Adapula

Sumber data pada penelitian ini adalah Sandro yang menyebutkan “symbolos” yang berarti tanda

(Pemimpin acara ritual), Sandro dianggap sebagai atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada

orang yang mengetahui lebih mendalam tentang seseorang (Herusatoto 2000, dalam Trisnawati

budaya Mappanretasi, lalu Kepala Adat, 2011). Pada upacara Mappanretasi yang penuh

Masyarakat, dan Kepala Dinas Kebudayaan dan dengan simbol ini ada aturan yang wajib dipatuhi

Pariwisata.

oleh setiap warga masyarakat pendukungnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Aturan ini tumbuh dan berkembang didalam kehidupan suatu masyarakat secara turun temurun,

Pengumpulan data primer melalui metode dengan perannya yang dapat melestarikan

wawancara mendalam. Data sekunder dalam ketertiban hidup dalam masyarakat. Disinilah

penelitian ini adalah data yang diambil secara tidak fungsi simbol dalam upacara Mappanretasi sebagai

langsung dari sumber data. Data sekunder dalam alat komunikasi menjadi nyata, sebab simbol dapat

penelitian ini yaitu data yang diperoleh melalui menjadi penghubung antara sesama anggota

studi dokumentasi, buku-buku, surat kabar, masyarakat juga sebagai penghubung antara dunia

makalah, arsip dan dokumen-dokumen lainnya nyata dengan dunia gaib.

yang berhubungan dengan budaya Mappanretasi. Bagi warga masyarakat yang ikut berperan

Teknik pengumpulan data melalui wawancara serta dalam penyelenggaran upacara, unsur yang

mendalam dengan pemimpin acara ritual berasal dari dunia gaib menjadi Nampak nyata

Mappanretasi, observasi nun-partisipan, dan studi melalui pemahaman simbol. Dari penjelasan di atas

dokumentasi objek penelitian.

Analisis Pesan Moral Dalam Komunikasi... Rumaliadi Agus Santoso, Bachruddin Ali Akhmad, Fahrianoor

E. Teknik Analisa Data

tahun 1850. Muhammad Saleh bermata pencaharian sebagai nelayan, pada suatu hari dia menjala di laut,

Teknik analisa data berupa reduksi data. Pada namun bukan ikan yang terjala melainkan seseorang

tahap ini peneliti

melakukan

editing,

besurban putih dengan mengenakan baju dan celana pengelompokan, dan meringkas data yang didapat

berwarna kuning. Muhammad Saleh terkejut dan dari studi dokumentasi, wawancara terhadap Sandro

mengangkat orang tersebut keperahunya sehingga (Pemimpin acara ritual), Sesepuh Adat (Kepala

terjadi dialog diantara mereka berdua yang intinya Desa), Masyarakat, dan Kepala Dinas Kebudayaan

menyepakati yaitu: Pertama, orang tersebut akan dan Pariwisata, serta observasi nonpartisipan

menjaga Muhammad Saleh dalam menangkap ikan. terhadap budaya Mappanretasi.

Kedua, akan selalu mengenang Muhammad Saleh, Komponen dari analisis data interaktif

dan yang ketiga akan selalu membantu Muhammad selanjutnya adalah penyajian data (data display)

Saleh dalam menangkap ikan. Sedangkan meliputi langkah-langkah mengorganisir data

sebaliknya Muhammad Saleh juga berkewajiban: dengan menjalin antar kelompok data dari studi

Pertama, memberi makan sebagai tanda dokumentasi,

persaudaraan. Kedua, selalu siap menerima nonpartisipan sehingga menjadi terlihat keterkaitan

kedatangannya kapan saja, dan yang ketiga selalu antar satu data dengan yang lainnya untuk

mengingat orang itu baik diwaktu senang maupun memudahkan proses analisis.

susah.

Dalam hubungan ini, data yang tersaji berupa Muhammad Saleh mengabulkan permintaan-

kelompok-kelompok atau gugusan-gugusan yang permintaan tersebut dengan bantuan teknis Sandro,

kemudian saling dikaitkan sesuai dengan kerangka yang menjadi Sandro waktu itu adalah Wa’icu dan teori yang digunakan, yaitu model semiotika Roland Pua’Daceng adik dari isteri Muhammad Saleh Barthes (Sobur 2013). Komponen terakhir dari sendiri. Sebagai nelayan Muhammad Saleh selalu

analisis, yaitu penarikan dan pengujian kesimpulan membawa pulang ikan yang banyak, akhirnya

(drawing and verifying conclusions), peneliti pada diapun menjadi kaya dan banyak mempunyai anak

dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif buah serta beberapa buah perahu. Muhammad Saleh

dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada diangkat menjadi pemimpin atau Kepala Toa

dan atau kecenderungan dari display data yang telah (Kepala Desa). Setelah menjadi Kepala Toa

dibuat. Muhammad Saleh mengajak masyarakatnya dan

III. HASIL PENELITIAN

bersama-sama memberi sesajen ke laut yang dipimpin oleh Sandro.

A. Sejarah Mappanretasi

Sejak itu, pemberian makanan atau sesajen Menurut M. Jafriansyah latar belakang

tidak lagi hanya dilakukan oleh keluarga diadakannya upacara adat Mappanretasi dikalangan

Muhammad Saleh, tetapi sudah melibatkan para masyarakat suku Bugis Pagatan dapat diuraikan

nelayan dan pihak kerajaan Bugis Pagatan. sebagai berikut: Mappanretasi awalnya dilakukan

Pemberian sesajen dilaksanakan setahun sekali, oleh pihak keluarga Muhammad Saleh pada sekitar

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan

Vol. 18 No.3 Oktober 2014: 233-250

yaitu pada hari Senin bulan Sya’ban, dan (2) Sebagai makhluk ciptaan Allah

pelaksanaannya dilakukan pada jam 06.00 Wita SWT kita harus menjaga dan menghormati

seisi dunia. Sedangkan tujuan upacara meninggalkan rumah menuju ke laut, dan tepat jam

Mappanretasi sendiri adalah agar para

08.00 nelayan diberikan rezeki yang banyak Wita, maka penyerahan sesajenpun dalam penangkapan ikan di laut di musim dilakukan. Pengolahan sesajen dilakukan oleh

yang akan datang, dan juga meminta

saudara Muhammad Saleh ber perlindungan dari bahaya ombak dan nama Wa’Selli.

badai, serta bahaya-bahaya lainnya yang Penyerahan sesajen setahun sekali itu telah menjadi

dapat mengancam keselamatan jiwa para

tradisi masyarakat suku Bugis Pagatan, dalam hal nelayan, di samping itu juga dimaksudkan

sebagai tanda syukur dan terima kasih para ini masyarakat nelayan secara turun-temurun

nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

hingga sekarang. Menurut kepercayaan mereka, hasil laut yang berlimpah (pada tanggal 16 April 2014)”.

saudara Muhammad Saleh yang diberi sesajen di Tokoh-tokoh yang berjasa mengembangkan

laut itu adalah penjelmaan dari nabi Khaidir, yang budaya Mappanretasi, sebagai berikut: 1. Pembakal

menjaga laut dan segala isinya. Suke Bin Laupe, 2. Bapak Sukmaraga petugas Dengan nama pesta bertajuk “memberi makan perikanan, 3. Sandro Rahim dan Sandro Ladeka, 4. laut” itu, pesta tersebut sempat dilarang oleh Masry Abdul Ganie, dan 5. Abdul Gani Habbe.

Pemerintah Orde Baru ketika Menteri Agama Adapun rangkaian pelaksanaan upacara adat

dijabat oleh Munawir Sadzali. Kementerian Agama Mappanretasi yang akan dilaksakan sebagai berikut:

RI menuding pesta nelayan itu terkait syirik, hal ini

1. Penetapan Waktu Acara, 2. Pelaku Mappanretasi, mengingat agama yang dianut oleh mayoritas para

3. Rangkaian Acara Mappanretasi, 4. Persiapan nelayan etnis Bugis itu adalah Islam. Larangan

bahan/sesajen dan alat, dan 5. Prosesi Perendaman terhadap pesta nelayan tersebut ternyata tidak final.

Beras.

Pihak Kementerian Agama memberi opsi dengan saran agar mengganti nama pesta berserta prosesi

B. Analisis Semiotika Roland Barthes pada Upacara Mappanretasi

ritual yang disesuaikan dengan tuntunan Islam.

1. Makna Denotasi

Untuk tidak sampai pesta terhambat dan terhenti, maka pihak Panitiapun mengganti tajuk

Dalam makna denotasi 1. Ketan adalah beras Mappanretasi menjadi Mappanre ri tassi yang

pulut yang dimasak, kemudian disajikan disebuah artinya makan-makan di laut atau makan di atas

piring. 2. Ketan masak empat warna adalah beras kapal. Kegiatan upacara yang bersifat tradisional

pulut yang dicampur dengan zat pewarna makanan, tentu saja mempunyai tujuan dan pesan moral,

sehingga ketan tersebut menjadi berwarna kuning, menurut pemimpin acara ritual/sandro M.

dan merah.

Jafriansyah bahwa: - Warna Putih melambangkan kedamaian, bersih, jujur, dan baik hati. Yang warnanya seperti

“Pesan moral yang terkandung di dalam Budaya Mappanretasi adalah (1) Sebagai

warna kapas.

manusia kita harus selalu pandai mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, rezeki, dan kesehatan yang telah diberikan,

Analisis Pesan Moral Dalam Komunikasi... Rumaliadi Agus Santoso, Bachruddin Ali Akhmad, Fahrianoor

- Warna Merah melambangkan kesan energi, agar manusia memberikan contoh teladan yang baik kekuatan, hasrat, erotisme, keberanian. Yang

dan selalu berserah diri kepada Tuhan Yang Maha warnanya seperti warna darah.

Esa. 3. Dua ekor ayam yakni satu jantan dan satu - Warna Hitam melambangkan perlindungan,

betina yang sudah dipanggang mempunyai makna pengusiran, mengikat, kekuatan, formalitas,

suatu permohonan manusia yang ikhlas. Pesan misteri, dan kekayaan. Yang warnanyaseperti

moral yang dapat di ambil dalam makna ini adalah warna arang.

manusia dalam melakukan permohonan dengan hati - Warna Kuning melambangkan ingatan,

yang ikhlas, dan tidak mengharapkan timbal balik imajinasi logis, energi sosial, kerjasama,

dari permohonannya tersebut. 4. Empat sisir pisang kebahagiaan,

raja, berlambang kesuburan manusia dan berfilsafat loyalitas, tekanan mental, persepsi, pemahaman,

kegembiraan,

kehangatan,

seperti pisang segan mati sebelum berjasa. Pesan kebijaksanaan, dan harapan. Yang warnanya

moral yang dapat di ambil dalam makna ini adalah seperti warna kunyit.

manusia pasti berkembang dan tidak mau mati

3. Ayam jantan dan betina merupakan jenis binatang sebelum berjasa untuk generasi penerus sebagai yang termasuk bangsa unggas dan biasa diternak. 4.

penyambung tradisi. 5. Ketan masak (sokko) empat Ayam jantan dan betina yang dipanggang

warna perlambang:

diperapian, kemudian dijadikan lauk pauk. 5. Pisang - Ketan warna putih adalah perlambang angin. raja merupakan tumbuhan dan buah, yang masuk

- Ketan warna merah adalah perlambang api. kedalam jenis musa dan banyak macamnya. 6. Telur

- Ketan warna hitam adalah perlambang tanah. ayam masak adalah bahan makanan hewani yang

- Ketan warna kuning adalah melambangkan air. direbus dengan air panas sampai matang. 7. Bunga

Makna simbol dari empat macam warna ketan Rampai merupakan campuran bermacam-macam

(sokko) tersebut adalah perlambang unsur kejadian bunga yang elok warnanya dan sedap baunya.

manusia yang terdiri dari empat unsur yaitu: angin, api, tanah, dan air. Ketan itu pula sebagai

2. Mana Konotasi

percontohan dalam kehidupan manusia agar mau Dalam Makna Konotasi 1. Ketan masak dalam

berfilsafat, seperti filsafat ketan bersatu erat dan sebuah piring, melambangkan kesucian dan

kokoh tak mudah dipisahkan satu sama lain. Pesan hendaknya dalam cara bertingkah laku berkiblat

moral yang dapat di ambil dalam makna ini adalah pada agama islam. Pesan moral yang dapat di ambil

manusia harus bersatu agar tidak mudah terpecah dalam ketan ini adalah cara bertingkah

belah.

laku/perbuatan harus sesuai dengan ajaran agama. 2.

6) Empat butir telur masak memiliki makna bahwa Ayam jantan dan betina dengan warna bulu yang

manusia dalam kehidupannya dapat mengatasi khusus memiliki makna manusia yang mengadakan

segala halangan dan rintangan. Pesan moral yang selamatan harus mengikuti ushwah dari Nabi

dapat di ambil dalam makna ini adalah manusia Muhammad SAW, dan melambangkan kepasrahan

selalu bisa mengatasi halangan dan rintangan dalam manusia Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pesan

kehidupannya. Dan 7) Bunga rampai memiliki moral yang dapat di ambil dalam makna ini adalah

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan

Vol. 18 No.3 Oktober 2014: 233-250

makna bahwa manusia dalam kehidupannya itu tradisional merupakan unsur penting dalam mulia. Pesan moral yang dapat di ambil dalam

komunikasi tradisional yang tentunya harus makna ini adalah sebagai makhluk ciptaan Allah

dipertahankan dan dilestarikan agar eksistensi dari SWT manusia adalah makhluk yang paling mulia

media tradisional tetap terjaga dan tidak terkikis dan dalam kehidupannya manusia harus

oleh perkembangan zaman. Media komunikasi memuliakan satu sama lain.

tradisional merupakan sarana efektif dalam menyebarluaskan informasi kepada masyarakat,

IV. PEMBAHASAN

sebagian besar adalah Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa

dengan

kondisi

masyarakatnya yang tinggal di pedesaan, di pesisir upacara Mappanretasi dilihat dari perspektif unsur-

pantai dan gunung, maka sarana untuk unsur komunikasi sebagaimana dikemukakan oleh

menyampaikan informasi yang cocok adalah Harold D. Laswell bahwa terdapat setidaknya lima

melalui media kesenian dan upacara rakyat.Seni unsur dalam proses komunikasi, yaitu siapa yang

tradisional merupakan media komunikasi informasi menyampaikan (sumber/komunikator), apa yang

masyarakat yang cukup efektif dan santun, karena disampaikan (pesan), melalui saluran apa (media) ,

dilandasi oleh budaya dan kearifan lokal. Sampai kepada siapa (komunikan) dan apa pengaruhnya

saat ini pun media tradisional masih efektif sebagai (efek). Dalam upacara Mappanretasi adapun yang

media penyampai pesan moral kepada masyarakat. menjadi komunikator adalah pemimpin acara

Selain sebagai upacara adat, Mappanretasi juga ritual/Sandro, dalam hal ini Sandro berperan untuk

bertujuan sebagai hiburan bagi penikmatnya. menyampaikan pesan secara langsung berupa

Dilihat dari sistem kebudayaan bahwa jenis pujian syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

kebudayaan upacara Mappanretasi termasuk dalam shalawat pada Nabi atas hasil laut yang berlimpah

jenis kebudayaan non material sebagaimana kepada masyarakat umum, melalui media

diungkapkan (Setiadi, dkk., 2006:35) karena komunikasi tradisional berbentuk folklor sebagian

upacara Mappanretasi merupakan hasil cipta, karsa, lisan (Upacara Rakyat) dengan bentuk verbal

berwujud kebiasaan dan adat istiadat yang (bahasa) dan non verbal (gerak isyarat), serta

dilahirkan secara turun-temurun. Tujuan etnografi bertujuan memberikan efek kognisi kepada

sebagaimana dikemukakan oleh Malinowski (dalam masyarakat dalam pendidikan agar selalu menjaga

James P. Spradley, 1997:3) adalah memahami sudut keseimbangan lingkungan.

pandang penduduk asli, hubungannya dengan Upacara adat Mappanretasi merupakan bentuk

kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya media komunikasi tradisional yang telah

mengenai dunianya, oleh karena itu penelitian ini dimasukkan dalam kalender event tahunan Dinas

melibatkan aktifitas belajar mengenai dunia yang Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tanah

orang yang telah belajar melihat, mendengar, Bumbu. Berbicara masalah komunikasi tradisional

berpikir dan bertindak dengan cara-cara yang tentunya tidak terlepas dengan media yang

berbeda.

digunakan dalam menyampaikan informasi ataupun pesan yang disebut dengan media tradisional. Media

Analisis Pesan Moral Dalam Komunikasi... Rumaliadi Agus Santoso, Bachruddin Ali Akhmad, Fahrianoor

Upacara Mappanretasi sebagai kearifan lokal antroposentrisme , prinsip yang beranggapan merupakan adat dan kebiasaan yang telah

manusia sebagai bagian dari alam, dan manusia mentradisi dilakukan oleh masyarakat suku Bugis

mempunyai keharusan untuk berpartisipasi Pagatan secara turun temurun yang hingga saat ini

terhadap alam. Pengetahuan lokal yang dimiliki masih

masyarakat suku Bugis, melalui pengetahuan dan masyarakat hukum adat tertentu di daerah tertentu.

pengalaman mereka telah menunjukan bahwa Kearifan lokal tersebut terpelihara dengan baik

mereka bukanlah bagian yang terpisah, namun meskipun telah terjadi interkasi dengan dunia luar

menjadi bagian dari laut itu sendiri. Kehidupan dan mengalami akulturasi budaya dengan

mereka tidak lepas dari unsur laut. Ketiga, prinsip kebudayaan di luar kebudayaan mereka. Upacara

berusaha untuk Mappanretasi ini bukan hanya menyangkut

self-realization, manusia

mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang pengetahuan, pendidikan, pemahaman dan adat

mereka miliki, tujuannya untuk mampu kebiasaan tentang manusia, alam dan relasi diantara

mempertahankan hidup. Pengembangan diri ini masyarakat suku Bugis Pagatan dibangun, tetapi

adalah merupakan sebuah proses pembelajaran atas kearifan lokal berupa upacara Mappanretasi ini

alam. Artinya bahwa manusia mempunyai nilai dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan

yang sama dengan alam, manusia selalu tergantung dari satu generasi ke generasi berikutnya untuk

dengan alam, dan manusia harus survive, membentuk pola perilaku sesama masyarakat suku

kemampuan untuk memahami alam hingga Bugis Pagatan, hubungannya dengan alam dan

memunculkan nilai-nilai dalam masyarakat menjadi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tergambar dari

bagian dari kearifan lokal.

upacara puncak Mappanretasi yang memberikan Budaya yang dikembangkan oleh manusia persembahan terbaik kepada lingkungan (laut)

menurut Setiadi (2006) akan berimplikasi pada beserta isinya (makhluk hidup), bukan sebaliknya

lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. mengotori, dan merusak ekosistem laut.

Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari Bentuk-bentuk kearifan lokal masyarakat suku

masyarakatnya yang tampak dari luar. Budaya Bugis tersebut dinilai dengan tiga pendekatan yang

memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik dikemukakan oleh Naess (1987, dalam Fahrianoor,

dalam negeri maupun luar negeri. Wisata budaya 2005) yaitu pertama, biospheric egalitarianisme in

dianggap lebih menarik karena bersifat turun principle yang mengakui bahwa organisme atau

temurun, sakral, dan memuat unsur religius magis. makhluk hidup adalah anggota statusnya sama.

Dalam konteks Upacara Adat Mappanretasi, teori Anggapan ini jika dikaitkan dengan kearifan lokal

tersebut benar adanya, karena upacara adat ini masyarakat suku Bugis menunjukan bahwa

sekarang hanya bersifat meneruskan tradisi yang pengetahuan lokal yang mereka miliki adalah

sudah ada. Masyarakat tidak mengerti akan makna pengetahuan lokal yang juga mampu menghormati

dasar diselenggarakannya upacara adat ini. dan mengakui makhluk atau organisme yang juga

Masyarakat hanya semata meneruskan tradisi yang hidup disekitar mereka. Kedua, prinsip non

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan

Vol. 18 No.3 Oktober 2014: 233-250

suda ada, karena tradisi yang ada dalam masyarakat nonverbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tidak mudah untuk dihapuskan.

tanda berhubungan dengan maknanya dan Dilihat dari unsur-unsur kebudayaan yang

bagaimana tanda disusun. Secara umum, studi mempengaruhi lingkungan yaitu Cultural Social

tentang tanda merujuk kepada semiotika (Sobur, Environment , meliputi aspek-aspek kebudayaan

2003, dalam Fiki Trisnawati, 2011). Munculnya beserta proses sosialisasi seperti, norma-norma,

sebuah tanda pasti memiliki makna atau arti. adat istiadat, dan nilai-nilai. Dalam hal ini upacara

Misalnya pada sesajen Mappanretasi, Ketan masak Mappanretasi merupakan adat istiadat yang

dalam sebuah piring melambangkan kesucian diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat

manusia dan hendaknya dalam bertingkah laku suku Bugis Pagatan dari satu generasi ke generasi

berkiblat pada agama islam. Namun pemaknaan berikutnya. Environment Behavior and Process,

tanda menurut Barthes tergantung dari perspektif meliputi bagaimana masyarakat menggunakan

masing-masing individu dalam memaknai sebuah lingkungan dalam hubungan sosial. Dalam hal ini

tanda. Sehingga memaknai suatu tanda tersebut masyarakat suku Bugis menggunakan lingkungan

dikenal denga n pemaknaan “mana suka”. (laut) sebagai mata pencaharian. Environment

Acara penting dan sakral biasanya tidak bisa Behavior and Process pada akhirnya akan

lepas dari sesajen, seperti pernikahan, dan upacara berpengaruh pada Out Carries Product yaitu hasil

rakyat yang biasanya menggunakan sesajen, tindakan masyarakat suku Bugis Pagatan dalam

upacara Mappanretasi misalnya, sesajen sebagai memodifikasi lingkungan fisik untuk membangun

simbol yang memiliki makna yang selalu hadir rumah di pesisir pantai sebagai tempat tinggal.

ditengah-tengah acara tersebut. Bisa dikatakan jika Dalam upacara Mappanretasi terdapat simbol

tidak ada sesajen maka acara yang akan seperti verbal dan non verbal, bahasa itu sendiri

dilangsungkan kurang lengkap, dan bisa saja acara merupakan sistem tanda verbal yang paling

yang dilangsungkan kurang lengkap tersebut akan fundamental bagi manusia, sedangkan tanda-tanda

gagal untuk dilaksanakan.

non verbal seperti gerak-gerik, sesajen, bentuk- Bentuk dari sesajen ini tergantung dari acara bentuk pakaian,

yang akan dilakasanakn, seperti halnya acara konvensional lainnya, dapat dipandang sebagai

serta beraneka

praktek

Mappanretasi, maka sesajen yang harus sejenis bahasa yang tersusun dari tanda-tanda

dipersiapkan adalah ketan masak empat warna, bermakna yang dikomunikasikan berdasarkan

ayam jantan dan ayam betina yang masih hidup, dua relasi-relasi. Suatu tanda menandakan sesuatu

ekor ayam jantan betina yang sudah dipanggang, selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah

empat sisir pisang raja, empat butir telur masak, dan hubungan antara suatu obyek atau idea dan suatu

bungan rampai. Semua komponen di atas harus tanda (Littlejohn, 1996, dalam Fiki Trisnawati,

lengkap dan tidak boleh kurang satupun dari 2011). Konsep dasar ini mengikat bersama

beberapa hal, karena semua komponen tersebut seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan

mempunyai simbol dan pemaknaan yang berbeda simbol, bahasa, wacana, dan bentuk-bentuk

Analisis Pesan Moral Dalam Komunikasi... Rumaliadi Agus Santoso, Bachruddin Ali Akhmad, Fahrianoor

dan keberadaannyapun akan melengkapi dari acara bertingkah laku harus sesuai dengan ajaran agama, yang akan berlangsung.

(2) Ayam jantan dan betina dengan warna bulu yang Dari konsep tersebut dapat dilihat bahwa

khusus memiliki pesan moral agar manusia simbol-simbol yang digunakan seperti yang telah

memberikan contoh teladan yang baik dan selalu dijelaskan di atas memiliki makna dan pesan moral

berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, (3) bagi kehidupan manusia agar selalu bersyukur

Dua ekor ayam yakni satu jantan dan satu betina kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia

yang sudah dipanggang memiliki pesan moral agar dan rezeki yang telah diberikan kepada masyarakat

manusia dalam melakukan permohonan dengan hati suku Bugis Pagatan. Penggunaan simbol-simbol

yang ikhlas, dan tidak mengharapkan timbal balik dalam Upacara adat Mappanretasi, menceritakan

dari permohonannya tersebut, (4) Empat sisir pisang bahwa makna dari simbol tersebut adalah

raja memiliki pesan moral setiap manusia pasti keterkaitan manusia dengan Tuhan-nya. Meskipun

berkembang dan tidak mau mati sebelum berjasa, masyarakat suku Bugis Pagatan mempercayai

(5) Ketan masak (sokko) empat warna memiliki adanya penjaga laut, namun unsur keagamaan

pesan moral agar manusia bersatu agar tidak mudah dalam prosesi ritual ini terlihat dalam tahap tahlilan,

terpecah belah, (6) Empat butir telur masak zikir, shawalat sebelum persiapan dimulai.

memiliki pesan moral bahwa manusia selalu bisa mengatasi halangan dan rintangan dalam

V. KESIMPULAN DAN SARAN

kehidupannya, dan (7) Bunga rampai memiliki

A. Kesimpulan

pesan moral sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia adalah makhluk yang paling mulia dan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam kehidupannya manusia harus memuliakan

tentang upacara adat Mappanretasi dengan