BAB II Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian Perbankan - Analisis Pengaruh Kredit Perbankan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Kecil Di Kota Pematangsiantar

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1. Pengertian Perbankan

  Dalam kehidupan perekonomian yang semakin berkembang dan modern, lembaga keuangan memegang peranan yang sangat penting. Keberhasilan kebijaksanaan moneter dalam meningkatkan tabungan masyarakat sangat tergantung pada lembaga keuangan. Dimana lembaga keuangan merupakan pelaksana dari kebiksanaan moneter tersebut. Secara umum lembaga keuangan dapat dikelompokkan dalam 2 bentuk, yaitu bank dan lembaga keuangan bukan bank (Sri Susilo, et. al., 2003:3).

  Perbedaan bentuk lembaga keuangan tersebut dapat dilihat dari kegiatan utama yang mereka lakukan yaitu penghimpunan dan penyaluran dana. Dalam penghimpunan dana, bank dapat menghimpun baik secara langsung maupun secara tidak langsung dari masyarakat, sedangkan lembaga keuangan bukan bank hanya dapat menghimpun dana secara tidak langsung dari masyarakat. Dalam hal penyaluran dana , bank dapat menyalurkan untuk tujuan modal kerja, investasi, dan konsumsi. Sedangkan lembaga keuangan bukan bank terutama untuk tujuan investasi. Meskipun hal ini tidak berarti lembaga keuangan bukan bank tidak diperbolehkan menyalurkan dana untuk tujuan modal kerja dan konsumsi.

  Perbankan pada umumnya telah memegang peranan yang sangat penting dalam membantu dan mendorong kemajuan ekonomi. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perbankan.

  Pengertian perbankan menurut beberapa ahli: Menurut Undang-Undang Perbankan No.7 Tahun 1992 “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya pada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”.

  Menurut A. Abdulrahman dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan, menjelaskan bahwa “Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai jenis macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawas terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha-usaha perusahaan dan lain-lain”.

2.2. Pengertian Kredit

  Istilah kredit berasal dari bahasa yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu dasar dari pada kredit adalah kepercayaan. Sebuah badan hukum yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) dimasa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan, baik berupa uang, barang maupun jasa.

  Menurut Raymond P. Kent (Suyanto, 1997:13) dalam bukunya Money and

  

Banking , arti kredit adalah “Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atas kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu yang akan datang karena penyerahan barang-barang sekarang”.

  Sedangkan menurut undang-undang pokok perbankan No. 7 tahun 1922, pengertian kredit adalah “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”

2.2.1. Unsur – Unsur Kredit

  Suatu hal yang mendasar dalam suatu pemberian kredit perbankan adalah, bahwa setiap orang atau badan usaha yang mendapatkan fasilitas kredit dari bank, berarti bahwa orang atau badan usaha tersebut telah mendapatkan kepercayaan terhadap “capacity dan willingness”nya.

  Sebelum seseorang atau badan usaha mendapatkan fasilitas kredit, oleh bank telah dilakukan penelitian yang mendalam terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan kondisi atau prospek usaha yang bersangkutan. Kredit yang diberikan kepada debitur harus didasarkan atas kepercayaan sehingga demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa kreditur akan memberikan kredit kalau ia betul – betul yakin bahwa debitur akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat – syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Unsur – unsur yang terdapat dalam pemberian kredit adalah : a.

  Kepercayaan : Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit, bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang, atau jasa) akan benar – benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang.

  b.

  Kesepakatan : Disamping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing – masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing – masing.

  c.

  Tingkat resiko (degree of risk) : Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh resiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadinya bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa adan unsur kesengjangan lainnya.

  d.

  Jangka waktu : Setiap waktu yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka panjang, jangka menengah atau jangka pendek.

  e.

  Balas jasa : Merupakan keuntungan atas pemberian kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga balas jasa dalam bentuk bunga dan administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.

2.2.2. Prinsip – Prinsip Perkreditan

  Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar – benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar. Dalam melakukan penilaian kriteria – kriteria serta aspek penilaian yang benar. Dalam melakukan penilaian kriteria – kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran – ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank.

  Biasanya kriteria penilaian kredit yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar – benar menguntungkan dilakukan dengan analisa 5C dan 7P. Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5C kredit adalah sebagai berikut :

  1. Character Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak pelaku orang – orang yang akan diberikan kredit benar – benar dapat dipercayai. Hal ini tercermin dari latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti : cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hoby dan social standingnya. Ini merupakan ukuran kemauan membayar.

  2. Capacity

  Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya. Kemampuannya bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan – ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya, termasuk kekuatan yang ia miliki. Pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit.

  3. Capital Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan ( neraca dan laporan laba rugi) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan sovabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang.

  4. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik dan non fisik. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah maka jaminan yang dititipkan akan dapat digunakan secepat mungkin.

  5. Condition Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan kemungkinan untuk dimasa yang akan datang sesuai sektor masing – masing serta akibatnya dengan prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar – benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

  Sedangkan penilaian dengan analisis 7P kredit adalah sebagai berikut : 1. Personality

  Yaitu menilai nasabah dri segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari

  • – hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

  2. Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah dalam kedalam klasifikasi tertentu atau golongan – golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

  3. Purpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam – macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif dan lain sebagainya.

  4. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank ynag rugi tetapi nasabah juga.

  5. Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana yang untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.

  6. Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

  Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperoleh.

  7. Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

2.2.3. Jenis – Jenis Kredit

  Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari beberapa jenis. Secara umum jenis – jeis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain : 1.

  Dilihat dari segi kegunaan a.

  Kredit investasi Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin – mesin. Dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lama.

  b.

  Kredit modal kerja Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya – biaya lainnya yang berkaitan dengan produksi perusahaan.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit a.

  Kredit produktif Kredit yang digunakan dalam peningkatan usaha atau produksi atau invesatasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa.

  Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang. Kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya.

  b.

  Kredit perdagangan Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen – agen perdagangan yang membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit impor dan ekspor.

  c.

  Kredit konsumtif Kredit yang digunakan untuk konsumsi secara pribadi. Di dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga.

3. Dilihat dari segi jangka waktu a.

  Kredit jangka pendek Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk peternakan misalnya untuk peternakan ayam atau jika pertanian misalnya tanaman padi atau palawija. b.

  Kredit jangka menengah Jangka waktu kredit berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi .Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk , atau peternakan kambing.

  c.

  Kredit jangka panjang Merupakan kredit yang masa pengambilannya paling panjang. Kredit jangka panjang masa pengambilannya diatas 3 tahun atau 5 tahun.Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

4. Dilihat dari segi jaminan a.

  Kredit dengan jaminan Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak terwujud atau jaminan orang artinya setiap yang disalurkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan calon debitur.

  b.

  Kredit tanpa jaminan Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur.

5. Dilihat dari sektor usaha terdiri dari a.

  Kredit profesi, diberikan kepada profesioanl seperti dosen, dokter, pengacara.

  Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam usaha karena tanpa pekerja atau tenaga kerja mustahil suatu proses

  2. 3. Pengertian Tenaga Kerja

  Dan sektor-sektor lainnya.

  h.

  Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan ataupun pembelian rumah.

  g.

  Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek maupun jangka panjang.

  b.

  Kredit pendidikan, merupakan kresit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kresit untuk para mahasiswa.

  e.

  Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang, sperti tambang emas, minyak atau timah.

  d.

  Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah, atau besar.

  c.

  Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang seperti kambing atau sapi.

  f.

  Secara umum tenaga kerja adalah mencakup manusia yang mampu bekerja untuk dapat menghasilkan barang atau jasa dan memiliki nilai ekonomis yang dapat berguna bagi memenuhi kebutuhan masyarakat, yang secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia.

  Winardi (1989 : 283) berpendapat bahwa “tenaga kerja adalah elemen penduduk yang membantu masyarakat dengan jalan menyediakan suatu kombinasi energi fisik dan intelengensia bagi suatu proses produksi”.

  Sensus penduduk mendefenisikan tenaga kerja adalah semua penduduk yang telah berusia diatas sepuluh tahun. Sedangkan menurut Undang-Undang Pokok Ketenagakerjaan No.14 tahun 1965 bahwa “tenaga kerja adalah semua orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”.

  Jika yang digunakan sebagai satuan untuk menghitung tenaga kerja adalah orang, maka disini dianggap semua orang mempunyai kemampuan dan produktifitas kerja yang lama waktu kerjanya dianggap sama pula. Namun secara lebih praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan oleh batas umur yang berbeda.

1. Angkatan kerja

  Menurut Biro Pusat Stasistik ( 1983 : 1), yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah “penduduk diatas umur sepuluh tahun keatas yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomi. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja , mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan tidak mempunyai pekerjaan sama sekali tetapi mencari pekerjaan secara aktif”. Mereka yang berumur sepuluh tahun atau lebih tidak bekerja atau mencari pekerjaan karena sekolah, mengurus rumah tangga, pensiun atau secara fisik dan mental tidak memungkinkan untuk bekerja dan tidak dimasukkan dalam anngkatan kerja.

  Angkatan Kerja = Pekerja + Pengangguran.

  2. Pekerja.

  Adalah mereka yang melakukan suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh pendapatan atau keuntungan dengan lama bekerja paling sedikit satu jam secara konstan selama seminggu. Pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu proses usaha/kegiatan teknologi akan dimasukkan sebagai pekerja.

  3. Tidak bekerja a.

  Sementara tidak bekerja Adalah mereka yang punya pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu tidak bekerja karena berbagai sebab, sakit, cuti, menunggu panen, mogok, termasuk mereka yang sudah diterima bekerja selama seminggu yang lalu tidak bekerja.

  b.

  Mencari pekerjaan Adalah mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan dan mencari pekerjaan seperti mereka yang belum pernah bekerja dan atau mereka sudah pernah bekerja karena suatu hal tertentu berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.

4. Bukan angkatan kerja

  Adalah penduduk usia kerja dengan kegiatan seperti bersekolah,mengurus rumah tangga dan lain-lain : a.

  Bersekolah Adapun mereka yang melakukan kegiatan bersekolah di sekolah formal yang dimulai pendidikan tinggi seminggu yang lalu termasuk libur.

  b.

  Mengurus rumah tangga Adalah mereka yang mengurus rumah tangga dengan tidak mendapatkan upah,sebaliknya pembantu rumah tangga yang mendapat upah dikategorikan sebagai pekerja.

2.3.1. Tenaga Kerja dalam Industri Kecil

  Dengan mengamati komposisi tenaga kerja dari segi statusnya, maka secara langsung dapat diketahui indikasi tentang profesionalisme dan intensif biaya dalam pengelolaan suatu industri

  Industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga umumnya adalah usaha yang bersifat kekeluargaan dan sebagian besar menggunakan pekerja yang tidak dibayar atau disebut juga unpaid family employment. Pekerja yang tidak dibayar tersebut seringkali tidak diperhitungkan atau bahkan sering diabaikan sebagai faktor produksi, padahal fungsi dan peranannya kemungkinan tidak berbeda dengan pekerja yang dibayar.

2.4. Industri Kecil

  Proses pembangunan industri menggunakan strategi pembangunan yang diarahkan untuk membantu proses transformasi dari sektor agraris ke sektor industri melalui pendekatan pusat pertumbuhan (growth centre), serta menempatkan industri sebagai leading sector. Dan industri kecil dipandang mampu menjadi salah satu bagian dari industri yang potensial untuk dikembangkan menuju sasaran dari strategi pembangunan tersebut. Industri kecil memiliki peran yang strategis untuk meningkatkan pendapatan ,perluasan kesempatan kerja,peluang kesempatan berusaha dan mengatasi kemiskinan.

  Hal ini memberi konsekuensi logis bahwa produk industri kecil harus mempunyai keunggulan-keunggulan baik kompetitif maupun komperatif, sehingga mampu bersaing dengan produk luar negeri dan pasar domestik maupun pasar luar negeri. Industri kecil perlu diberdayakan dalam raangka memanfaatkan peluang usaha dan tantangan perkembangan ekonomi di masa yang akan datang. Pemberdayaan itu secara garis besar bertujuan untuk : 1.

  Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan industri kecil menjadi industri kecil yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi industri besar.

  2. Meningkatkan peranan usaha dalam meningkatkan produk nasional, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan ekspor serta peningkatan dan pemerataan pendapatan untuk mewujudkan dirinya sebagai tulang punggung serta memperkukuh struktur perekonomian nasional.

2.4.1. Pengertian Industri Kecil

  Untuk menjelaskan pengertian industi kecil maka akan diuraikan beberpa pendapat sebagai berikut :

  1. Mubyarto (1984 :79) Industri kecil dan industri pedesaan biasanya tidak dapat dipisahkan karena keduanya menunjukkan beberapa persamaan. Industri pedesaan biasanya adalah industri kecil yang tujuan utamanya adalah menambah pendapatan keluarga.

  2. Kwik Kian Gie (1987 :14) Industri kecil merupakan para wiraswasta yang mandiri dan tidak pernah menggantungkan diri pada siapapun juga, tidak pernah terdengar suara dan tuntutan- tuntutanya karena mereka terlalu lemah dan tidak mempunyai akses pada media massa. Tidak pernah menuntut fasilitas dari pemerintah, tidak mengerti dan tidak mungkin mampu mengerti instrumen canggih dan serba abstrak, tetapi besar hasilnya.

  3. Departemen Perindustrian dan perdagangan (Depperindag) Depperindag mendefenisikan industri kecil sebagai industri kecil yang memiliki nilai investasinya seluruhnya sampai dengan Rp 200 juta di luar tanah dan bangunan. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 254/MPP/Kep/1997 tanggal 28 juli 1997.

  4. Badan Pusat Statistik

  Industri kecil adalah industri yang mempekerjakan 5-19 orang yang terdiri dari pekerja kasar yang dibayar, pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang tidak dibayar. Perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 1-4 orang disebut sebagai industri rumah tangga.

  5. Bank Indonesia Menyatakan bahwa industri kecil adalah jika nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan berjumlah tidak melebihi Rp.600 juta.

  Dalam hal ini kepemimpinan Bank Indonesia juga menetapkan bahwa industri kecil minimal 50 % modal usaha dimiliki pribumi dan sebagian pengurus usaha tersebut adalah pribumi.

  Dengan banyaknya batasan industi kecil yang berbeda-beda berdasarkan ketentuan dan ketetapan dari suatu lembaga,sehingga pendefenisian dari industri kecil berbeda dan menghambat pengembangan usaha tersebut.

  6. Undang-Undang No.9 tahun 1995 Di dalam UU No.9 /1999 ditetapkan bahwa usaha hasil adalah suatu usaha yang memiliki nilai asset neto (tidak termasuk tanah dan bangunan) yang melebihi Rp 200 juta,atau penjualan per tahun tidak lebih besar dari Rp 1 miliar.

2.4.2. Karakteristik Industri Kecil

  Industri kecil selain memiliki ciri khas menambah pendapatan masyarakat dan mempekerjakan sedikit orang dan teknologi sederhaha, juga mempunyai karakteristik yang sebagai berikut : 1.

  Kegiatan cenderung tidak formal dan jarang memiliki rencana usaha.

  2. Struktur organisasi sederhana.

  3. Jumlah tenaga kerja terbatas dengan pembagian kerja yang terbatas.

  4. Kebanyakan tidak memisahkan kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan.

  5. Sistem akuntansi kurang baik bahkan tidak memilika sama sekali.

  6. Skala ekonomi sangat kecil sehingga sulit menekan biaya.

  7. Kemampuan pemasaran yang terbatas.

  8. Marjin keuntungan sangat terbatas. Karakteristik industri kecil diidentikkan dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1.

  Dari segi kapital, industri kecil adalah industri yang nilai kapitalnya relatif kecil, lambat melakukan ekspansi, tidak tahan dumping dan modal sering dipakai untuk kebutuhan rumah tangga.

  2. Dari segi personil, industri kecil adalah industri yang sering yang dilakukan secara mandiri (self employment), tidak menuntut keterampilan yang tinggi, lemah latar belakang bisnis maupun masalah latar belakang akademisnya , lemah kaderisasi, dan kurang wawasan perkembangan di luar.

  3. Dari segi manajemen, industri kecil adalah industri yang rentan terhadap pesaing, pasif dan tanpa integrasi dan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol.

  4. Dari segi sarana dan teknologi menggunakan teknologi yang terbatas dan sering kali out of date, mudah diungguli pesaing dan menjalani kesulitan manejerial dan finansial dalam pengembangan teknologi.

  5. Dari segi sosial ekonomi dan pasar, sering menjalani kesulitan menembus pasar yang lebih luas karena tidak standarnya produk dibanding dengan produk industri besar.

  6. Dari segi sistem produksi, memiliki sistem produksi yang rendah, sering kali menggantungkan diri kepada pekerja keluarga yang tidak dibayar dan sulit mengembangkan desain produknya. Pengusaha-pengusaha kecil yang ada di Indonesia mempunyai karakteristik yang dapat dilihat dari sisi permintaan yaitu:

  1. Usaha lebih bersifat perusahaan keluarga, manajemen usaha dipegang oleh satu orang, biasanya kepala keluarga.

  2. Bekerja / berusaha secara tradisional, menggunakan peralatan dan teknologi sederhana.

  3. Manajemen dan administrasi keuangannya sangat lemah, antara lain tidak adanya catatan kegiatan usahanya, manejemen keuangan dan pribadi masih belum terpisah.

  4. Bersifat konsumtif, sebagian laba dikonsumsi.

  5. Jaminan yang dimilikinya umumnya tidak mencukupi, bahkan banyak yang tidak mempunyai jaminan.

  6. Tempat tinggal/tempat usaha pada umumnya merupakan warisan yang bukti kepemilikannya belum diselesaikan (belum bersertifikat) bahkan ada yang tidak memiliki tempat usaha sendiri.

  7. Kesulitan dalam memasarkan produksi yang dihasilkan.

  8. Sulit mengidentifikasi permasalahan yang timbul dalam usahanya sehingga pada umumnya mereka hanya menyimpulkan kekurangan modal.

  9. Dalam gejolak ekonomi, perubahan lingkungan makro ekonomi pengusaha kecil tergolong paling terbelakang dalam mengetahuinya karena mereka lambat bahkan sama ssekali tidak mendapatkan informasi tersebut. Menurut Amang (1995:2) mengkategorikan industri kecil dalam ciri-ciri seperti : 1.

  Modal kecil. Dalam hal tertentu kadang-kadang tenaga kerja satu-satunya faktor produksi yang digunakan.

  2. Biaya produksi sering bersifat computed tetapi belum tentu calculated.

  3. Teknologi yang digunakan sangat sederhana.

  4. Mutu yang diproduksi tergolong rendah.

  5. Pasar terbatas 6.

  Usaha perluasan pasar selalu terbentur pada kendala peraturan.

  7. Masalah pembiayaan dalam beberapa hal yang sering ditimbulkan karena kurangnya akses di dunia perbankan.

  Berdasarkan Undang-Undang Departemen Perindustrian No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil,ciri-cirinya adalah :

  1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200 juta diluar tanah dan tempat bangunan tempat usaha.

  2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.100 juta.

  3. Milik Warga Negara Indonesia (WNI) 4.

  Berdiri sendiri,bukan merupakan anak cabang perusahaan atau anak perusahaan yang dimiliki,dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan industri menengah maupun industri besar.

  5. Bentuk usaha perorangan,badan usaha yang tidak berbentuk badan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum yaitu koperasi.

  Sehingga secara umum sektor industri/usaha kecil di Indonesia memiliki karakteristik sebagai berikut :

  1. Hampir setengahnya dari industri kecil hanya mempergunakan kapasitas terpasang 60 % atau kurang.

  2. Lebih dari setengah industri kecil didirikan sebagai pengembangan dari usaha kecil-kecilan.

  3. Masalah utama yang dihadapi berbeda menurut tahap pengembangan usaha.

  4. Umumnya susah untuk meningkatkan pangsa pasar bahkan cenderung mengalami penurunan usaha yang terjadi karena kurangnya modal,tidak mampu memasarkan dan kurang keterampilan teknis dan administrasi.

  5. Tingkat ketergantungan terhadap bantuan dari pemerintah berupa permodalan,pemasaran dan pengadaan barang /bahan relatif murah.

  6. Hampir 60 % dari industri kecil masih menggunakan teknologi tradisional.

7. Hampir 70 % dari industri kecil melakukan pemasaran langsung kepada konsumen.

  8. Sebagian besar industri kecil dalam usaha memperoleh bantuan perbankan merasa terlalu rumit dan dokumen yang harus dipersiapkan sukar dipenuhi.

2.4.3. Kategori Industri Kecil

  Departemen Perindustrian mengkategorikan industri kecil dalam tiga jenis yaitu : 1.

  Industri Kecil Modern, yaitu industri yang meliputi : a.

  Memiliki skala produksi yang terbatas.

  b.

  Menggunakan teknologi proses madya (intermediate process technology).

  c.

  Dilibatkan dalam sistem produksi besar dan menengah dengan sistem pemasaran domestik dan ekspor.

  d.

  Menggunakan mesin khusus dan alat perlengkapan lainnya. Dengan kata lain industri kecil yang mempunyai akses untuk menjangkau sistem pemasaran yang relatif lebih berkembang di pasar domestik maupun di pasar ekspor.

2. Industri kecil tradisional memiliki ciri – ciri sebagai berikut : a.

  Mesin yang dipakai dan alat kelengkapan modal hanya relatit sederhana.

  b.

  Proses teknologi yang digunakan sederhana.

  c.

  Lokasi di daerah pedesaan. d.

  Aksesnya untuk mencapai atau menjangkau pasar di luar lingkungannya yang berdekatan terbatas.

3. Industri kerajinan besar

  Industri kerajinan besar ini meliputi berbagai industri kecil yang sangat beragam mulai dari industri kecil yang menggunakan teknologi proses madya atau teknologi proses maju. Selain memiliki potensi untuk menyediakan lapangan kerja dan kesempatan untuk memperoleh pendapatan badi kelompok berpendapatn rendah terutama di daerah pedesaan ,industri kecil juga didorong olen landasan budaya.

2.5. Hipotesis

  Secara empiris, hipotesa adalah jawaban sementara dari hasil pembahasan terhadap permasalahan yang menajadi obyek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji.

  Dari permasalahan diatas, maka penulis memberikan hipotesa sebagai berikut :

  1. Kredit perbankan memberikan pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri kecil di kota Pematangsiantar.

  2. Angkatan kerja memberikan pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri kecil d kota Pematangsiantar.