4.1.1 Rencana Program Investasi Sektor Pengembangan Permukiman - DOCRPIJM 1c0b22e38c BAB IVBAB 4

BAB 4 RENCANA PROGRAM INVESTASI

  4 4 . .

  1

1 R R e e n n c c a a n n a a P P r r o o g g r r a a m m

  I I n n v v e e s s t t a a s s i i

  I I n n f f r r a a s s t t r r u u k k t t u u r r

4.1.1 Rencana Program Investasi Sektor Pengembangan Permukiman 4 . 1 . 1 .

  1 K o n d i s i E k s i s t i n g d a n P e r m a s a l a h a n 4 . 1 . 1 .

  1 K o n d i s i E k s i s t i n g d a n P e r m a s a l a h a n

  Tingkat kualitas bangunan rumah sepenuhnya belum dapat menunjukkan atau memastikan tingkat kenyamanan hunian rumah ataupun tingkat kelayakan suatu hunian. Penilaian yang Optimal terhadap Kelayakan dan Kenyamanan Hunian didasarkan atas berbagai faktor yang terdiri dari :

   Kelayakan dan kenyamanan yang ditinjau dari Kualitas Struktur bangunan.  Kelayakan dan kenyamanan yang ditinjau dari Kualitas Material Bangunan.  Kelayakan dan kenyamanan yang ditinjau dari Luasan dan kapasitas Ruang.  Kelayakan dan kenyamanan yang ditinjau dari penghawaan dan pencahayaan. 

  Kelayakan dan kenyamanan yang ditinjau dari luasan dan kondisi Persil bangunan 

  Kelayakan dan kenyamanan yang ditinjau dari ketersediaan sanitasi lingkungan Hunia

KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN

  Penataan Bangunan dan Lingkungan merupakan upaya pengendalian pemanfaatan ruang untuk mewujudkan lingkungan binaan khususnya fisik bangunan dan lingkungannya. Undang-undang nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Saat ini kondisi fisik lingkungan permukiman Kabupaten Gorontalo Utara sedang dalam proses penataan yang menacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Akan tetapi disini dapat dilihat memerlukan penanganan yang serius sehingga tujuan dari peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh akan segera teratasi setidaknya akan segera mempunyai arahan penanganan untguk membuktikan komitmen pemerintah tentang penanggulangan kemiskinan.

KONDISI KAWASAN PEMUKIMAN NELAYAN

  Letak geografis Kabupaten Gorontalo Utara yang sebagian besar berada wilayah pesisir terdiri atas 6 kecamatan.Kondisi geografis yang di miliki oleh daerah sangat berpotensi untuk di kembangkan sebagaimana juga menjadi prioritas pembangunan Daerah .Untuk mendukung program tersebut salah factor yaitu adanya dukungan alokasi anggaran dari pemerintah pusat,pemerintah provinsi dan pemerintah Daerah.yang saling bersinergi terpadu serta berkelanjutan.yang nantinya berdampak kesejahteraan masyrakat.

  Salah satu indicator peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah tersedianya prasarana sarana dasar yang tersedia pada kawasan pemukiman masyarakat. Berdasarkan kondisi pemukiman nelayan yang ada di kabupaten Goorntalo utara disetiap kecamatan dapat digambarkan sebagai berikut: Kecamatan Atinggola dengan jumlah penduduknya 20.789 jiwa ,dilihat kondisi pemukiman nelayan terdapat 3 desa pesisir . Kondisi

  Prasarana, sarana dan Utilitas antara lain ; Jalan, jembatan, saluran air, penyediaan air bersih dan pembangunan MCK masih perlu mendapat penangananoleh pemerintah baik Pemerintah Daerah,Propinsi bahkan Pemerintah Pusat. Kecamatan Kwandang Dari jumlah penduduk 35.163 jiwa, dilihat kondisi perumahan maka yang perlu mendapatkan rumah layak huni berdasarkan hasil survey dan pendataan berjumlah 650 KK yang terdiri dari : 470 untuk peningkatan kualitas perumahan(PKP) dan 180 untuk pembangunan baru (PB). Dilihat dari kondisi kawasan/lingkungan perumahan terdapat 3 ( tiga) titik kawasan Pekumiman nelayan dan Kondisi Prasarana, sarana dan Utilitas belum tersedia antara lain ; Jalan, jembatan, saluran air, penyediaan air bersih dan pembangunan MCK masih perlu mendapat intervensi program oleh pemerintah baik Pemerintah Daerah,Propinsi bahkan Pemerintah Pusat.

  Kecamatan Sumalata Dari jumlah penduduk 15.825 jiwa, dilihat dari kondisi perumahan maka yang perlu mendapatkan rumah layak huni berdasarkan hasil survey dan pendataan berjumlah 570 KK yang terdiri dari : 400 unit untuk peningkatan kualitas perumhan(PKP) dan 170 untuk pembangunan baru (PB). Dilihat dari kondisi kawasan/lingkungan perumahan terdapat 8 (delapan) titik kawasan pemukiman nelayan. Kondisi prasarana, sarana dan Utilitas antara lain ; Jalan, jembatan, saluran air, penyediaan air bersih dan pembangunan MCK, masih perlu mendapat intervensi program oleh pemerintah baik Pemerintah Daerah,Propinsi bahkan Pemerintah Pusat. Kecamatan Tolinggula Dari jumlah penduduk 15.459 jiwa, dilihat dari kondisi perumahan maka yang perlu mendapatkan rumah layak huni berdasarkan hasil survey dan pendataan berjumlah 500 KK yang terdiri dari : 350 untuk peningkatan kualitas perumhan(PKP) dan 150 untuk pembangunan baru (PB). Dilihat dari kondisi kawasan/lingkungan perumahan terdapat 2 (dua) titik kawasan Pekumiman nelayan. Kondisi prasarana, sarana dan Utilitas antara lain ; Jalan, jembatan, saluran air, penyediaan air bersih dan pembangunan MCK masih perlu perhatian pemerintah baik pemerintah daerah,propinsi bahkan pemerintah pusat.

  PERMASALAHAN

  Secara teknis permasalahan bidang pengembangan permukiman yang ada di kawasan pemukiman nelayan dan Kawasan Agropolitan serta minapoltan adalah minimnya pengetahuan masayarakat tentang pentingnnya kualitas pemukiman yang sehat disamping masih rendahnya pendapatan masyarakat, sehingga menyebabkan ketidakmampuan untuk memenuhi standar rumah yang layak huni.

  1. Permasalahan yang terjadi di kawasan Pemukiman Nelayan dan Kawasan Agropolitan Berdasarkan kondisi didaerah

   yaitu :

   belum tersedianya Prasana sarana dasar dikawasan nelayan yaitu:jalan lingkungan,saluran lingkungan, MCK. Dan tambatan perahu  Masih terbatasnya sarana dan prasarana jalan dan platduiker untuk pengembangan pemukiman kawasan Agropolitan di kabupaten gorontalo Utara.  Masih minimnya pendapatan masyarakat khusunya kelompok petani sehingga menyebabkan tingkat kemiskinan masih tinggi di daerah pedesaan.  Masih minimnya pendapatan masyarakat khusunya kelompok nelayan dan petani sehingga menyebabkan tingkat kemiskinan masih tinggi di daerah pemukiman pedesaan.

  2. Permasalahan yang terjadi untuk percepatan pengembangan Pusat Kawasan Minapolitan di kecamatan Anggrek yaitu:

   belum tersedianya Prasana sarana dasar dikawasan minapolitan yaitu:jalan,saluranlingkungan/drainase,MCK.,air bersih ,serta tambatan perahu yang tidak tersedia.

  3. Permasalahan Pengembangan Pemukiman Kawasan Rumah Sehat Huni ( RSH) perumahan bagi PNS dan TNI Berdasarkan kondisi Sarana dan Prasarana Dasar Pemukiman Rumah Sehat Huni (RSH) di atas permasalahan yang timbul yaitu:

   Perlunya adanya peningkatan jalan Akses masuk dikawasan pemukiman perumahan  Kurangnya Prasana dan sarana dasara yaitu saluran lingkungan  Belum tersedianya jalan penghubung dalam kawasan.

   Belum tersedianya sistim pengelolaan limbah rumah tangga.  Belum tersusunnya dokumen strategi pengembangan kawasan Permukiman Prioritas (RKPP) dan dokumen Strategi Pengembangan Kota unsebagai dasar perencanaan pengembangan kawasan perumahan untuk memenuhi kebutuhan Perumahan Masyarakat.

  4 4 . .

  1 1 . .

  1 1 . .

2 A A n n a a l l i i s s i i s s K K e e b b u u t t u u h h a a n n

  2

  Dalam lingkup kawasan perdesaan, pusat-pusat permukiman perdesaan juga memiliki fungsi yang sama sebagai pusat pelayanan kegiatan budidaya, meskipun dalam skala kegiatan yang lebih kecil dan terbatas. Pengembangan pusat pertumbuhan perdesaan diselaraskan dengan pusat permukiman perkotaan yang melayaninya sehingga secara keseluruhan pusat-pusat permukiman saling terkait dan berjenjang, serta saling sinergis dan saling menguatkan perkembangan kota dan desa. Sistem pusat permukiman diarahkan pada upaya: 1.

  Pengembangan pusat-pusat permukiman dilakukan secara selaras, saling memperkuat dan serasi dalam ruang wilayah kabupaten, sehingga membentuk satu sistem yang menunjang pertumbuhan dan penyebaran berbagai usaha dan/atau kegiatan dalam ruang wilayah kabupaten. Pusat-pusat permukiman dibangun agar terwujudkan lingkungan permukiman yang harmonis dan serasi sehingga terbentuk tata lingkungan yang bermutu dan adil bagi seluruh anggota masyarakat yang ada di dalam maupun di sekitarnya.

  2. Pengembangan pusat-pusat permukiman diserasikan dengan sistem jaringan tranportasi, sistem jaringan prasarana dan sarana, dan memperhatikan peruntukan ruang kawasan budidaya wilayah sekitarnya, baik yang ada sekarang maupun yang direncanakan, sehingga pengembangannya dapat meningkatkan kualitas pemanfaatan ruang yang ada.

  3. Dalam pusat-pusat permukiman dikembangkan kawasan-kawasan untuk peningkatan kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan pelestarian lingkungan hidup secara harmonis, serta jaringan prasarana dan sarana pelayanan penduduk yang sesuai dengan kebutuhan dan menunjang fungsi pusat-pusat permukiman dalam wilayah nasional.

  Meningkatkan nilai estetika wilayah pemukiman sebagai kawasan yang tertata rapih,bersih dan layak sesuai parameter peningkatan kualitas lingkungan sehat berdasarkan RTRW dan peraturan lainnya yang mendukung. Rencana pola ruang kawasan permukiman Kabupaten Gorontalo Utara 2011-2031 menggambarkan pola pemanfaatan ruang kawasan-kawasan permukiman; kaitan struktural antara berbagai jenis kawasan berdasarkan rencana pengembangannya; serta hierarki dari pusat-pusat permukiman dan pusat-pusat pelayanannya. Secara geografis, kawasan permukiman yang ada wilayah Kabupaten Gorontalo Utara terdiri dari dua kelompok, yakni kelompok continent (daratan induk) dan kelompok archipel (kepulauan). Kelompok continent adalah yang terletak di daratan Pulau Sulawesi dan kelompok archipel adalah yang terdiri dari tatanan kepulauan yang didominasi oleh Kepulauan di bagian utara daerah ini. Kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas : a.

  Kawasan peruntukan permukiman perkotaan Kawasan perkotaan adalah kawasan yang kegiatan utamanya adalah non agraris dan lebih menonjolkan pada kegiatan pemerintahan, pelayanan jasa sosial dan ekonomi. Untuk mengatur sistem kota-kota dalam suatu wilayah, dan pembentukan deliniasi kawasan perkotaan, diperlukan penataan terhadap kawasan perkotaan, yang ditujukan untuk: a.

  Mencapai tata ruang perkotaan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang dalam pengembangan kehidupan manusia secara luas; b.

  Meningkatkan fungsi kawasan perkotaan secara serasi dan seimbang antara perkembangan lingkungan dan nilai-nilai kehidupan masyarakat; dan c.

  Mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan kemakmuran rakyat dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan alam dan lingkungan sosial. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan di Kabupaten Gorontalo Utara, terdiri atas kawasan peruntukan permukiman perkotaan di Kecamatan Kwandang dan Anggrek. Pada kawasan perkotaan diarahkan pengembangannya untuk berbagai kegiatan perkotaan yang meliputi; permukiman perkotaan, sarana dan prasarana permukiman (fasilitas sosial dan umum), infrastruktur (jaringan jalan dan angkutan, air bersih, drainase, air limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi, kawasan fungsional kota (perdagangan/komersil, pemerintahan, jasa/perkantoran, industri, dan terminal). Pola permukiman perkotaan yang rawan terhadap bencana alam seperti banjir, gempa dan Tsunami harus menyediakan tempat evakuasi berupa lapangan terbuka atau bukit di te mpat ketinggian ≥20 m di atas permukaan laut.

  b.

  Kawasan peruntukan permukiman perdesaan Kawasan pedesaan merupakan kawasan dengan kegiatan utamanya berorientasi pada kegiatan pertanian/agraris, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi pertanian. Pada kawasan pedesaan kondisi kepadatan bangunan, penduduk serta prasarana dan sarana perkotaan yang rendah, dan kurang intensif dalam pemanfaatan lahan untuk keperluan non agraris. Kawasan permukiman perdesaan yang terdiri dari sumberdaya buatan seperti perumahan, fasilitas sosial, fasilitas umum, prasarana dan sarana perdesaan seperti jalan, irigasi, drainase, prasarana pengolahan limbah cair maupun padat diarahkan pembangunannya tetap menjaga kelestarian alam. Bangunan-bangunan perumahan diarahkan menggunakan nilai kearifan arsitektur lokal berupa rumah panggung. Kawasan peruntukan permukiman perdesaan di Kabupaten Gorontalo Utara, dikembangkan mengikuti pola pengembangan kawasan agropolitan dan/atau minapolitan serta kota terpadu mandiri. Pengembangan kawasan permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan di Kabupaten Gorontalo Utara harus memperhatikan kawasan rawan bencana.

  4 . 1 . 1 .

  3 U s u l a n R e n c a n a P r o g r a m / K e g i a t a n 4 . 1 . 1 .

  3 U s u l a n R e n c a n a P r o g r a m / K e g i a t a n

  Berdasarkan hasil analisis kondisi eksisting dan analisis kebutuhan sektor pengembangan permukiman diperoleh prioritas usulan program sebagai berikut :

  1 LAPORAN PEMBINAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

  1,1 STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) 1,2 RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN (RPKPP)

  2 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

  2,1 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh Perkotaan Desa Dudepo Kab.

  Gorontalo utara Pekerjaan Peningkatan Jalan Lingkungan Desa Pontolo Pekerjaan Peningkatan Jalan Lingkungan Desa Monano Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Dulukapa+ Kec. Sumalata Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Ombulodata+ Kec. Kwandang Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Botumobungo+ Kec. Kwandang Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Malagoso+ Kec. Gentuma Raya Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Ipilo+ Kec. Gentuma Raya Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Langke + Kec. Gentuma Raya Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Imana + Kec. Atinggola Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa ilomata + Kec. Atinggola Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Windu + Kec. Tolinggola Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Ulea + Kec. Tolinggola Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Bulalo + Kec. Kwandang

  Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Deme 1 + Kec. Sumalata Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh Perkotaan Desa Dudepo Kab. Gorontalo utara Pekerjaan Peningkatan Jalan Lingkungan Desa kasia Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Potanga + Kec. Biawu Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Luhuto + Kec. Biawu Pek. Saluran Lingkungan Desa Ponelo Pek. Saluran Lingkungan Desa Tihengo Pek. Saluran Lingkungan Desa Moluo Pek. Saluran Lingkungan Desa Tudi Pek. Saluran Lingkungan Desa Bulontio timur Pek. Saluran Lingkungan Desa Bualo Kec. Biawu Pek. Saluran Lingkungan Desa Motilango Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Garapia + Kec. Anggrek Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Tutuwotu+ Kec. Anggrek Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Tolingo + Kec. Anggrek Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Gudang Arang + Kec. Tomilito Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Mutiara Laut + Kec. Tomilito Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Ponelo + Kec. Ponelo Kepulauan Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Malambe + Kec. Ponelo Kepulauan Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Tihengo + Kec. Ponelo Kepulauan Pekerjaan Jalan penghubung Kompleks TPA desa Molantadu Pembangunan MCK Desa Biawu Pembangunan MCK Desa Anggrek Pembangunan MCK Desa Tomilito Pembangunan MCK Desa Sumalata Timur Pembangunan MCK Desa Tolinggula Pantai Pembangunan MCK Desa Katialada, Kec. Kwandang Pemb. Jalan Lingkungan nelayan Desa Katialada, Kec. Kwandang Pembangunan MCK Tersebar

  2,2 INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN RSH YANG MENINGKAT KUALITASNYA Pembangunan Jalan Desa Hulawa Kec. Sumalata Timur

  Penyediaan Infrastruktur Pengembangan kawasan agropolitan Desa Ilomata Kec. Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Pek. Jalan Lingkungan Lokasi Perumahan PNS Molingkapoto+ Kec. Kwandang (Villa Gorut Indah) Pek. Jalan Lingkungan Lokasi Perumahan PNS Leboto+ Kec. Kwandang

  3 RUSUNAWA BESERTA INFRASTRUKTUR PENDUKUNGNYA

  3,1 Rusunawa Beserta Infrastruktur Pendukungnya

  4 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN

  4,1 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN POTENSIAL YANG MENINGKAT KUALITASNYA (AGROPOLITAN, MINAPOLITAN, KTP2D) Pembangunan Jalan Monano - Juriati Cs Pembangunan Jalan Desa Hulawa Kec. Sumalata Timur Pembangunan Jalan Lingkungan Menuju TPA Molantadu Peningkatan Jalan Usaha Tani Kawasan Gentuma Peningkatan Jalan Usaha Tani Kawasan Gentuma Raya Peningkatan saluran Lokasi Desa Dulukapa+ Kec. Kwandang Peningkatan saluran Lokasi Desa Deme II Pek. Peningkatan Jalan Usaha Tani Lokasi Desa Imana+ Kec. Atinggola Pek. Peningkatan Jalan Usaha Tani Lokasi Desa Tanjung Karang+ Kec. Kwandang Pek. Peningkatan Jalan Usaha Tani Lokasi Desa Pontolo+ Kec. Kwandang Pek. Peningkatan Jalan Usaha Tani Lokasi Desa Pontolo - Botuhombato + Kec. Kwandang Pek. Peningkatan Jalan Usaha Tani Lokasi Desa Bintana+ Kec. Atinggola Pek. Peningkatan Jalan Usaha Tani Lokasi Desa Hutokalo+ Kec. Sumalata Pek. Peningkatan Jalan Usaha Tani Lokasi Desa Tolongio+ Kec. Anggrek Pek. Peningkatan Jalan Minapolitan Lokasi Desa Monano + Kec. Anggrek Pek. Peningkatan Jalan Minapolitan Lokasi Desa Tolongio + Kec. Anggrek Pek. Peningkatan Jalan Agropolitan Lokasi Desa Monggupo s/d Bintana

  4 4 . .

  1 1 . .

  1 1 . .

  4 K K e e l l e e m m b b a a g g a a a a n n

  4

  Aspek kelembagaan pengembangan permukiman selama ini baru terbatas pada koordinasi antara pemerintah daerah Kabupaten Gorontalo Utara antara lain Dinas PU / Cipta Karya, BAPPEDA, BALIHRISTA, Dinas Sosial dan Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah Kab Gorontalo Utara.

  4 4 . .

  1 1 . .

  1 1 . .

  5 P P e e m m b b i i a a y y a a a a n n A A P P B B D D Dalam hal pembiayaan APBD dapat dilihat pada table dibawah.

  5

KAB/KOTA PDAM DAK

  102 KEGIATAN TOTAL BIAYA SUMBER PENDANAAN 2013 - 2017 (x Rp. 1.000,-)

  

APBN

APBD PROV APBD

  

RM

  1 Pengembangan Kawasan Permukiman Rp 147.004.148 Rp

122.744.205

Rp

  11.632.500 Rp 12.627.443

  2 Penataan Bangunan Dan Lingkungan Rp 56.380.000 Rp 49.650.000 Rp 2.000.000 Rp 4.730.000

  3 Penyehatan Lingkungan Permukiman Rp 54.823.900 Rp 41.300.000 Rp 184.900 Rp 5.980.000 Rp 7.359.000

  4 Air minum Rp 104.165.000 Rp 83.800.000 4.350.000 Rp 8.265.000 Rp 1.500.000 6.250.000 TOTAL Rp 362.373.048 Rp

297.494.205

Rp

  18.167.400 Rp 31.602.443 Rp 1.500.000 Rp 13.609.000

4.1.2 RENCANA PROGRAM INVESTASI SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

4.1.2.1 K o n d i s i E k s i s t i n g d a n P e r m a s a l a h a n K o n d i s i E k s i s t i n g d a n P e r m a s a l a h a n

  Kabupaten Gorontalo Utara yang sekarang sedang berkembang mulai menghadapi perubahan wajah kota akibat pembangunan-pembangunan fisik yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka makin meningkatnya pelayanan dan makin banyaknya kegiatan ekonomi. Perubahan ini harus segera diantisipasi dengan cara mengendalikan pembangunan fisik tersebut lewat pengendalian bentuk / tampilan bangunan gedung, fungsi lokasi kawasan, dan sekaligus rencana penanganan pembangunannya agar bangunan yang satu dapat serasi dengan bangunan yang lain.

  Pengendalian bangunan gedung terdiri dari beberapa aspek : 1.

  Aspek Hukum Setiap bangunan gedung yang berdiri harus memiliki ijin.

  • Setiap bangunan gedung harus berdiri pada bidang tanah dengan status hak jelas
  • dan tidak bersengketa.

  2. Aspek Perkotaan Setiap bangunan gedung yang berdiri harus sesuai dengan rencana kota yang

  • ditetapkan.

  3. Aspek Teknis Setiap bangunan gedung yang berdiri harus memenuhi persyaratan teknis

  • keselamatan, kesehatan, kemudahan dan kenyamanan serta keserasian lingkungan.

  Kondisi bangunan yang berada di Kabupaten Gorontalo Utara sebagian masih memenuhi koefisien dasar bangunan dan ketinggian gedung yang disyaratkan dalam RTRW namun sebagian lagi tidak memiliki GSB akan menimbulkan tingkat resiko kebakaran yang tinggi . Arsitektur bangunan umumnya berkiblat pada arsitektur bangunan modern yang berkembang sejak dekade 80-an. Beberapa bangunan tua peninggalan Belanda maupun yang dibangun masyarakat pada jaman Belanda dicirikan oleh arsitektur kolonial tetapi prosentasinya sangat kecil dan makin jarang ditemukan. Material bangunan rata-rata menggunakan batu bata dengan atap seng. Penggunaan material lain seperti batako untuk dinding dan genteng untuk atap jarang ditemukan. RTRW Kabupaten Gorontalo Utara telah telah disesuaikan dengan kondisi perkembangan wilayah serta peraturan perundang-undangan yang terbaru seperti Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Selanjutnya dari RTRW ini akan menjadi acuan/ pedoman dalam penyusunan rencana tata ruang yang lebih detail dan lebih rinci.

  Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

  Kondisi penataan bangunan gedung dan lingkungan di Kabupaten Gorontalo Utara selama ini telah dilaksanakan melalui proses perizinan, seperti IMB, izin reklame dll.

  1. Dari segi keselamatan baik dari bahaya kebakaran maupun gempa bumi gedung- gedung maupun rumah yang dibangun telah memenuhi standar yang ditetapkan kecuali pada beberapa bangunan bertingkat yang belum memasang alat pemadam api ringan (APAR) pada tiap lantai. Struktur bangunan telah dibangun dengan memperhitungkan beban maksimum agar apabila terjadi keruntuhan struktur penghuni masih dimungkinkan untuk menyelamatkan diri. Seluruh bangunan pemerintah dibangun menggunakan konstruksi beton. Sedangkan kedalaman pondasi dibuat dengan memperhitungkan keadaan alam daerah-daerah permukiman di Kabupaten Gorontalo Utara yang hampir seluruhnya berada di tepi pantai. Pada bangunan-bangunan pemerintah yang dibangun beberapa tahun terakhir ini persyaratan kemampuan bangunan terhadap bahaya petir telah dipenuhi. Akan tetapi bagi sebagian besar rumah milik masyarakat belum memenuhi syarat tersebut. Seluruh gedung dan rumah di Kabupaten Gorontalo Utara telah dialiri listrik. Sedangkan sistim penghawaan buatan hanya digunakan pada gedung-gedung milik pemerintah. Pelayanan air bersih untuk gedung-gedung sebagian dilayani oleh PDAM Kabupaten Gorontalo Utara sedangkan sebagian lainnya (umumnya rumah rakyat) masih menggunakan sumur gali.

  2. Masih minimnya dilakukan diseminasi peraturan Perundang-Undangan UUBG, dan PPBG.

  3. Belum tersedianya pusat informasi bangunan (PIB) gedung dan arsiktektur.

  4. Percontohan pendataan bangunan gedung masih menggunakan sistim manual.

  5. Pelayanan publik dibidang perijinan bangunan dibebankan sebagai tupoksi dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gorontalo Utara.

  4 4 . .

  1 1 . .

  2 2 . .

2 A A n n a a l l i i s s i i s s K K e e b b u u t t u u h h a a n n

  2

  Analisis yang dilakukan mengacu terhadap berbagai isu permasalahan yang terjadi. Tahap ini bisa disebut juga sebagai kondisi eksisting sistem perwilayahan dan identifikasi permasalahan di wilayah perencanaan. Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk Kabupaten Gorontalo Utara sangat dibutuhkan mengingat apakah pada saat ini peran dan fungsi Kabupaten Gorontalo Utara yang diemban masih relevan dengan kondisi dan perkembangan yang akan terjadi sehingga :

   efisien diperlukan kebijakan untuk meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara dengan mengadakan : diseminasi peraturan perundang- undangan penataan bangunan dan lingkungan, peningkatan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung, pelatihan teknis tenaga pendata bangunan gedung dan keselamatan gedung, pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara, pembinaan teknis pembangunan gedung negara, penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) Bangunan Gedung, percontohan pendataan bangunan gedung, percontohan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan, rehabilitasi bangunan gedung negara.

  Terselenggaranya penataan bangunan gedung yang tertib, fungsional, andal dan

   perlu adanya kebijakan untuk meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman, meningkatkan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan dan permukiman, meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri dan produktivitas masyarakat, mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga nasional maupun internasional lainnya di bidang Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.

  Terselenggaranya penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri

   memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi dengan kebijakan mengembangkan kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan kota yang programnya adalah : kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan.

  Terselenggaranya penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat

   perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal diperlukan kebijakan :

  Terselenggaranya penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur

  Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/ mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional. Berkembangnya teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk menunjang

   pembangunan regional/internasional yang berkelanjutan diperlukan kebijakan : mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur Bangunan Gedung melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten.

  4 4 . . 1 . .

  1

  2 2 . .

3 U U s s u u l l a a n n K K e e g g i i a a t t a a n n

  3

  Berdasarkan analisis kondisi eksisting dan analisis kebutuhan diperoleh usulan prioritas 2013- 2017 sebagai berikut.

  2,1 Laporan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Bangunan Dan Lingkungan, Pengelolaan Gedung Dan Rumah Negara Penyusunan RTBL Kec. Anggrek Penyusunan RTBL Kec. Atinggola Penyusunan RTBL Kec. Sumalata

  3 Laporan Pengawasan Pelaksanaan Penataan Bangunan Dan Lingkungan, Pengelolaan Gedung Dan Rumah Negara

  4 BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA

  4,1 Aksesibilitas Bangunan Gedung dan Lingkungan Pengembangan PS Aksesibilitas pada Bangunan Gedung Medical Center Moluo Kab Gorontalo Utara Pengembangan PS Aksesibilitas pada Bangunan Gedung Rumah Sakit Umum Kwandang Kab Gorontalo Utara Pengembangan PS Aksesibilitas pada Bangunan Gedung Kantor Bupati Kab Gorontalo Utara

  4,2 PIP2B

  5 SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN

  5,1 SARANA DAN PRASARANA PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN Pengembangan Sarana Dan Prasarana Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Kab. Gorontalo Utara

  5,2 SARANA DAN PRASARANA REVITALISASI KAWASAN Sarana dan prasarana Kec. Kwandang Peningkatan PSD Kawasan Benteng Orange Kab. Gorontalo Utara Rencana tindak Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : pantai Minanga Rencana tindak Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : Pantai Dunu Rencana tindak Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : Pantai Monano

  Rencana tindak Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : Pulau Saronde Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Pasar Pontolo Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Perkotaan Peningkatan PSD kws Benteng Orange Dukungan PSD Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : pantai Minanga Dukungan PSD Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : Pantai Dunu Dukungan PSD Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : Pantai Monano Dukungan PSD Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : Pulau Saronde Dukungan PSD Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : Pasar Pontolo Dukungan PSD Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : Kawasan Perkotaan Peningkatan PSD Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : Pasar Pontolo

  5,3 SARANA DAN PRASARANA PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) Peningkatan kualitas RTH pada lingkungan permukiman Kab Gorontalo Utara Desa Molingkapoto Peningkatan kualitas RTH pada lingkungan permukiman Kab Gorontalo Utara Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Moluo Kwandang Dukungan PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan Moluo Kwandang

  5,4 Pengembangan Sarana dan Prasarana Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Kab. Gorontalo Utara Pengembangan Sarana dan Prasarana Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Kab. Gorontalo Utara

  5,5 SARANA DAN PRASARANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN TRADISIONAL DAN BERSEJARAH Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Permukiman Tradisional dan Bersejarah KAT Sumalata Dukungan PSD Kawasan Tradisional KAT Sumalata Peningkatan PSD Kawasan Tradisional KAT Sumalata Peningkatan PSD Kawasan Tradisional KAT Sumalata

  4 4 . .

  1 1 . .

  2 2 . .

  4 K K e e l l e e m m b b a a g g a a a a n n

  4

  Aspek kelembagaan pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah koordinasi antara pemerintah daerah Kabupaten Gorontalo Utara antara lain Dinas PU / Cipta Karya, BAPPEDA, BALIHRISTI, Dinas Sosial dan Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah Kab Gorontalo Utara. Selain itu pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara terus melakukan koordinasi dengan pemerintah provinsi Gorontalo.

  4 4 . .

  1 1 . .

  2 2 . .

  5 P P e e m m b b i i a a y y a a a a n n A A P P B B D D Pembiayaan APBD dapat dilihat pa da tabel berikut.

  5

KAB/KOTA PDAM DAK

  109 KEGIATAN TOTAL BIAYA SUMBER PENDANAAN 2013 - 2017 (x Rp. 1.000,-)

  

APBN

APBD PROV APBD

  

RM

  1 Pengembangan Kawasan Permukiman Rp 147.004.148 Rp

122.744.205

Rp

  11.632.500 Rp 12.627.443

  2 Penataan Bangunan Dan Lingkungan Rp 56.380.000 Rp 49.650.000 Rp 2.000.000 Rp 4.730.000

  3 Penyehatan Lingkungan Permukiman Rp 54.823.900 Rp 41.300.000 Rp 184.900 Rp 5.980.000 Rp 7.359.000

  4 Air minum Rp 104.165.000 Rp 83.800.000 4.350.000 Rp 8.265.000 Rp 1.500.000 6.250.000 TOTAL Rp 362.373.048 Rp

297.494.205

Rp

  18.167.400 Rp 31.602.443 Rp 1.500.000 Rp 13.609.000

4.1.3 RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN 4 . 1 . 3 .

  1 K o n d i s i E k s i s t i n g d a n P e r m a s a l a h a n 4 . 1 . 3 .

  1 K o n d i s i E k s i s t i n g d a n P e r m a s a l a h a n A. Sub Bidang Air Limbah

  Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui daya dukungnya. Bahan pencemar (polutan) yang dihasilkan oleh penduduk masuk ke dalam lingkungan melalui cairan limbah yang dilepaskan selama aktivitas berlangsung seperti mandi, mencuci, memasak dan sebagainya. Berdasarkan pedoman perencanaan sumber daya air wilayah sungai, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jenderal Sumber daya Air (2001), produksi cairan limbah (aliran balik) adalah 80-95 % dari jumlah air yang digunakan sesuai kebutuhan air yaitu kebutuhan air untuk kebutuhan semua sektor. Substansi yang paling penting yang masuk ke lingkungan dari sumber-sumber limbah rumah tangga adalah BOD, nitrogen dan fosfor, bakteri patogen (fecal coli). Sumber limbah rumah tangga dapat berperan sebagai sumber utama untuk polutan mikro organik. Rumah Sakit juga sebagai sumber bahan cemaran yang berasal dari kegiatan rumah sakit berupa cemaran organic, anorganik dan radioaktif. apabila Rumah sakit tidak dilengkapi dengan fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Hal ini akan berpeluang mencemari kualitas air tanah dan air permukaan. Sistem penanganan air limbah yang diterapkan di daerah perencanaan masih tradisional yaitu dengan mengalirkan air limbah domestik ke selokan yang ada atau dengan mengalirkannya ke saluran peresapan setempat. Dan sebagian besar juga di wilayah perencanaan belum memiliki drainase. Sistem yang ada sekarang ini perlu diperbaiki secara bertahap dengan meningkatkan fasilitas pengelolaan air limbah terutama di Ibu Kota Kabupaten Gorontalo Utara yaitu Kwandang, yang memiliki jumlah penduduk yang lebih banyak dibandingkan dengan wilayah Kecamatan lainnya.

  Tujuan dan sasaran dari pengelolaan air limbah di kawasan perencanaan adalah untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh buangan air limbah tersebut. Rencana pengelolaan penanganan air limbah dapat menggunakan sistem on site, komunal dan off site. Dengan jumlah penduduk saat ini pengelolaan penanganan air limbah dapat mengembangkan sistem setempat (on-site) secara individual dan bertahap pada lima tahun kedepan dikembangkan sistem penanganan secara komunal kemudian pengelolaan ditingkatkan menjadi sistem terpusat (off-site). Pada daerah-daerah yang padat penduduk perlu dikembangkan sistem setempat yang dilengkapi dengan septictank dan bangunan resapan sehingga pencemaran terhadap air permukaan, air tanah dan tanah itu sendiri dapat dihindari.

  Utilitas air limbah menurut analisa perkiraan limbah Dept PU, Dirjen Cipta Karya terdiri dari: 1.

  Perhitungan timbulan air limbah Jumlah air limbah domestik (Q a.1 dom) = (70%-80%) x air bersih domestik dan jumlah air limbah non domestik (Q a.1 nondom) = (70%-80%) x air bersih non domestik.

2. Transportasi Lumpur Tinja a.

  

3

  , 4 m

  2

  , 6 m

  2 d.

  Jumlah penduduk yang menggunakan septic tank b. Jumlah timbulan lumpur tinja = 40-50 lt/orang/tahun c. Kapasitas truk tinja yang digunakan = 2 m

  Penentuan daerah pelayanan

   Tingkat kepadatan rendah : < 50 jiwa/ha

   Tingkat kepadatan sedang : 50-300 jiwa/ha

   Tingkat kepadatan tinggi : > 300 jiwa/ha b. Penentuan sarana yang dibutuhkan

  Di daerah kawasan yang menghasilkan beban pencemaran lebih kecil dari daya dukung lahan maka digunakan Onsite sistem, misal MCK untuk penghasilan rendah dan septic tank + sumur resapan untuk tempat umum serta instalasi pengolahan lumpur tinja.

  c.

  Di daerah atau kawasan yang menghasilkan beban pencemaran lebih besar dari daya dukung lahan maka digunakan offsite sistem dan instalasi air limbah (IPAL). Lebih jelasnya mengenai standar pelayanan air limbah dapat dilihat pada Tabel

  Waktu operasi : 8 jam perhari dan 4 jam perhari e. Jarak jangkauan = 15 km 3. Proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah a.

  Tabel 4. 1 Standar Pelayanan Air Limbah Target Pelayanan (%) Jumlah Penduduk No Kategori Wilayah Offsite sistem Onsite (jiwa) sistem Sewer Interseptor Total

  1. Kota besar dan Metro > 1 Juta

  50

  10

  15

  25

  2. Kota sedang 100.000

  60

  5

  10

  15

  • – 1 juta

  3. Kota kecil 25.000

  70 - - -

  • – 100.000

  4. Desa < 25.000

  80 - - -

   Sumber : Pedoman Perencanaan Air Bersih, Dept.PU, Dirjen. Cipta Karya

  Di Kabupaten Gorontalo Utara penduduk telah mempunyai sarana pembuangan air limbah sistem setempat (on site system) dengan rincian sebagai berikut yaitu sebanyak 20% memakai septic tank, sebanyak 35 % menggunakan cubluk siram, sebanyak 25% memakai MCK dan sebanyak 20 % dengan sistem pembuangan langsung, biasanya penduduk yang tidak di pinggir sungai.

B. Sub Bidang Persampahan

  Daerah perencanaan sebagian besar merupakan daerah perkebunan dan pertanian, sehingga banyak menghasilkan sampah organik. Oleh karena itu selain mengembangkan manajemen secara terpusat, juga perlu pengembangan pembuatan kompos secara berkelompok. Pupuk kompos yang dihasilkan dapat menambah unsur hara tanaman pangan dan perkebunan.

  Pengelolaan sampah yang dikembangkan secara terpusat diharapkan hanya akan menangani sisa sampah, yang sebelumnya sudah dipilah untuk dilakukan daur ulang atau pemanfaatan kembali. Sehingga sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah namun juga masyarakat dan pihak yang berkepentingan. Oleh sebab itu perlu dilakukan peningkatan pengelolaan dan manajemen pengumpulan sampah serta perlu dibentuk lembaga untuk menangani persampahan dan kebersihan.

  Tingkat Pelayanan

  Volume sampah yang dihasilkan di Kabupaten Gorontalo Utara berasal dari kegiatan rumah tangga (domestik) dan berasal dari kegiatan fasilitas sosial, perkantoran, pasar, pertokoan dan kegiatan lainnya (non domestik) Untuk menghitung jumlah gerobak dan TPS yang dibutuhkan yaitu dengan asumsi :

  3 1.

  Kapasitas 1 unit bak sampah lingkungan 2 m

  3 2.

  Kapasitas 1 gerobak sampah 1 m 3.

  2

  3

  dan 4 m Luas dan kapasitas 1 bak TPS @ 4 m

  3

  4. /Hari Kapasitas 1 truk sampah = 16 m

  Untuk Tempat Pembuangan Akhir sampah saat ini sudah berfungsi TPA skala kecil untuk melayani Kabupaten Gorontalo Utara.

a. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Yang Ada (Aspek Teknis) 1.

  Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Gorontalo Utara selama ini belum optimal akibat kurangnya sarana persampahan

2. Masih sering ditemikan adanya sampah yang berserakan akibat kurangnya tempat pembuangan sampah.

C. Sub Bidang Drainase

  Permasalahan drainase di Kabupaten Gorontalo Utara lebih banyak menyangkut masalah genangan yang disebabkan oleh luapan banjir sungai-sungai yang melewati Kabupaten Gorontalo Utara. Namun bagaimanapun sistem jaringan drainase kota berpengaruh pada masalah banjir maupun genangan.

  Selain masalah sistem jaringan drainase yang belum direncanakan secara sistematis dan menyeluruh, beberapa masalah lainnya adalah :  Banyak saluran yang tersumbat oleh endapan lumpur dan tanah, sampah dan rumput- rumputan. Akibatnya kecepatan alian dan debit aliran disaluran menjadi sangat kecil dan saluran tidak mampu menampung debit air dari llokasi sekitar dan dari bagian hulu.

   Sebagian saluran termasuk pada daerah pertokoan berukuran kecil dan tidak memenuhi syarat sebagai saluran drainase kota.

   Beberapa gorong-gorong dan saluran terbuka tidak beraturan kemiringan dasarnya dimana ada yang kemiringan dasarnya berlawanan dengan arah aliran/arah buangan air dan ada juga yang sudah rusak/tidak berfungsi.

   Ada saluran yang dibagian hilirnya ternyata mengecil, padahal harus menampung debit debit air yang cukup besar dari saluran-saluran dibagian hilirnya sehingga terjadi luapan air ke badan jalan dan area permukiman.

   Sebagian saluran yang bermuara dibagian hilir sungai tidak dapat mengalirkan air karena pengaruh air balik akibat kenaikan muka air di sungai Sistem drainase Kabupaten Gorontalo Utara saat ini belum merupakan suatu sistem yang terencana secara sistematis dan menyeluruh, tetapi saluran-saluran yang dibuat adalah untuk mengatasi masalah drainase/genangan air yang bersifat lokal sehingga tidak seluruh permasalahan dapat diatasi. Permasalahan drainase di Kabupaten Gorontalo Utara lebih banyak menyangkut masalah genangan yang disebabkan oleh luapan banjir sungai-sungai yang melewati Kabupaten Gorontalo Utara. Namun bagaimanapun sistem jaringan drainase kota berpengaruh pada masalah ba njir maupun genangan. Sebagaimana disajikan pada Gambar

  Gambar 4. 1 Kondisi Existing Saat Banjir Di Kecamatan Sumalata

  Gambar 4. 2 Kondisi Existing Saat Banjir Di Kecamatan Tolinggula Gambar 4. 3 Kondisi Existing Banjir Di Kecamatan Kwandang Selain masalah sistem jaringan drainase yang belum direncanakan secara sistematis dan menyeluruh, beberapa masalah lainnya adalah :  Banyak saluran yang tersumbat oleh endapan lumpur dan tanah, sampah dan rumput- rumputan. Akibatnya kecepatan alian dan debit aliran disaluran menjadi sangat kecil dan saluran tidak mampu menampung debit air dari llokasi sekitar dan dari bagian hulu.

   Sebagian saluran termasuk pada daerah pertokoan berukuran kecil dan tidak memenuhi syarat sebagai saluran drainase kota.  Beberapa gorong-gorong dan saluran terbuka tidak beraturan kemiringan dasarnya dimana ada yang kemiringan dasarnya berlawanan dengan arah aliran/arah buangan air dan ada juga yang sudah rusak/tidak berfungsi.

   Ada saluran yang di bagian hilirnya ternyata mengecil, padahal harus menampung debit debit air yang cukup besar dari saluran-saluran dibagian hilirnya sehingga terjadi luapan air ke badan jalan dan area permukiman.

   Sebagian saluran yang bermuara di bagian hilir sungai tidak dapat mengalirkan air karena pengaruh air balik akibat kenaikan muka air di sungai.

  4 . 1 . 3 .

  2 A n a l i s i s K e b u t u h a n 4 . 1 . 3 .

  2 A n a l i s i s K e b u t u h a n A. Sub Bidang Air Limbah

  Utilitas air limbah menurut analisa perkiraan limbah Dept PU, Dirjen Cipta Karya terdiri dari: 1.

  Perhitungan timbulan air limbah Jumlah air limbah domestik (Q a.1 dom) = (70%-80%) x air bersih domestik dan jumlah air limbah non domestik (Q a.1 nondom) = (70%-80%) x air bersih non domestik.

2. Transportasi Lumpur Tinja a.

  Jumlah penduduk yang menggunakan septic tank b. Jumlah timbulan lumpur tinja = 40-50 lt/orang/tahun

  

3

  2

  2 c.

  , 4 m , 6 m Kapasitas truk tinja yang digunakan = 2 m d.

  Waktu operasi : 8 jam perhari dan 4 jam perhari e. Jarak jangkauan = 15 km 3. Proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah a.

  Penentuan daerah pelayanan Tingkat kepadatan rendah : < 50 jiwa/ha

  

  Tingkat kepadatan sedang : 50-300 jiwa/ha

   Tingkat kepadatan tinggi : > 300 jiwa/ha

   b. Penentuan sarana yang dibutuhkan

  Di daerah kawasan yang menghasilkan beban pencemaran lebih kecil dari daya dukung lahan maka digunakan Onsite sistem, misal MCK untuk penghasilan rendah dan septic tank + sumur resapan untuk tempat umum serta instalasi pengolahan lumpur tinja.

  c.

  Di daerah atau kawasan yang menghasilkan beban pencemaran lebih besar dari daya dukung lahan maka digunakan offsite sistem dan instalasi air limbah (IPAL). Lebih jelasnya mengenai standar pelayanan air limbah dapat dilihat pada Tabel 6.1