BAB 4 RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR - DOCRPIJM 88c35804bc BAB IVBAB 4 Rencana Program Investasi

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

BAB 4 RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR

4.1 RENCANA PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

4.1.1 Petunjuk Umum

  Pengembangan Permukiman adalah rangkaian kegiatan yang bersifat multisektor meliputi kegiatan pengembangan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman lama baik di perkotaan (kecil, sedang, besar dan metropolitan), di perdesaan (termasuk daerah-daerah tertinggal dan terpencil) maupun kawasan- kawasan tertentu (perbatasan, pulau-pulau kecil/terluar) Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D)  Sebagai skenario pelaksanaan koordinasi dan keterpaduan rencana sektor terkait bidang perumahan dan permukiman (pertanahan, perumahan, pembiayaan, prasarana/sarana, dll)  Sebagai payung atau acuan baku bagi seluruh pelaku dan penyelenggara perumahan dan permukiman (pemerintah, swasta, dan masyarakat)  Sebagai cerminan aspirasi / tuntutan masyarakat terhadap perumahan dan permukiman Rincian Kegiatan Pembangunan

  1. Pengembangan Kawasan Permukiman Baru  Rincian alokasi lahan (kasiba/lisiba, ijin lokasi developer, dll)  Rencana pengembangan jaringan prasarana dasar (mis. air minum, sanitasi, drainase, sampah) meliputi lokasi, konstruksi, fungsi dan kapasitas  Rencana investasi jaringan prasarana  Rencana fasilitas umum

2. Peningkatan Kualitas Permukiman (yang sudah ada)  Rincian lokasi, yg mencakup luas, penduduk, bentuk penanganan (mis.

  peremajaan, KIP, revitalisasi, dll)  Rincian Lisiba BS  Rencana peningkatan dan perluasan prasarana dan sarana (fungsi, kapasitas, dll)  Rencana fasilitas umum (jenis, jumlah, waktu, pihak yang membangun)

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

4.1.2 Profil Pembangunan Permukiman

  Kabupaten Pulang Pisau merupakan kabupaten pemekaran yang ada di Kalimantan Tengah. Pengembangan permukiman sementara ini masih terkonsentrasi pada Kota Pulang Pisau, karena secara kepadatan penduduk Kecamatan kahayan Tengah sebanyak 74 orang/km yang notabene merupakan ibu kota Kabupaten Pulang Pisau, diikuti dengan Kecamatan Maliku yaitu sebesar 56 orang/km, kemudian Kecamatan Pandih Batu sebesar 37 orang/km . Perkampungan dengan pola hubungan sosial paguyuban yang khas menjadi penyedia rumah bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya di kawasan komersial Kabupaten Pulang Pisau. Ada 3 kelompok kawasan permukiman di lingkungan khas budaya Kabupaten Pulang Pisau seperti lingkungan permukiman di kawasan cagar budaya, permukiman dii bantaran sungai serta permukiman di kawasan kampung kota.

  

4.1.2.1. Kondisi dan Analisa Kebutuhan Sektor Cipta Karya di kab. Pulang

Pisau

  Pemerintah kabupaten Pulang Pisau Provinsi kalimantan Tengah memprioritaskan penanganan prasarana permukiman tahun 2012, sebagai

  hinterland bagi Palangka Raya yang diwacanakan menjadi ibukota pemerintah

  . Saat ini pembenahan tata kota baik drainase, taman maupun Republik Indonesai sarana dan prasarana kebersihan dan pengelolaan sampah. Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau sudah menangani beberapa drainase Jl. Darung bawan menuju pusat kota Pulang Pisau dari ruas jalan Trans Kalimantan poros selatan.

  Tujuan pembuatan drainase ini bagi keindahan kota dan pencegahan terjadinya banjir serta sebagai sarana untuk pengelolaan air buangan dari wilayah permukiman dan pintu air keluar untuk air hujan maupun air pasang. Pembangunan drainase yang dilaksanakan secara bertahap pada salah satu jalan utama tersebut memang sangat mendesak, seiring dengan perkembangan pembangunan permukiman penduduk di ruas jalan tersebut.

4.1.2.1.1. Bangkim

  Kabupaten Pulang Pisau saat ini masalah perumahan belum begitu menjadi masalah yang berarti karena menurut data BPS dengan luas wilayah seluas 8.997 km2, kepadatan penduduk 122.073 jiwa didapat kepadatan penduduk

  2 sebesar 14 jiwa/km .

  Keterbatasan kemampuan pemerintah daerah merupakan hambatan utama bagi penyediaan kawasan pemukiman penduduk yang layak di Kota

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

  Kabupaten Pulang Pisau. Karena itu pemerintah daerah harus didorong untuk menjadi motor dalam mengkondisikan penduduk agar dapat memahami pentingnya menjaga lingkungan permukiman mereka secara swadaya. Sebelum Kabupaten Pulang Pisau berkembang secara pesat, perlu penataan yang lebih terarah, agar kedepan nantinya tidak ada masalah yang berarti. Koordinasi dengan pemerintah pusat juga sangat penting untuk mempercepat pembangunan di Kabupaten Pulang Pisau, mengingat dana APBN yang turun ke Kabupaten Pulang Pisau sangat minimal, ini dikarenakan oleh transisi pemekaran dari Kabupaten Kapuas ke Kabupaten Pulang Pisau. Pemerintah daerah juga harus mampu mendorong inovasi teknologi yang dapat diadaptasikan kepada lingkungan perumahan dan permukiman serta melakukan penyebarannya. Hal ini diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman. Melihat adanya keterbatasan keuangan daerah, maka pemerintah daerah juga diharapkan mampu mendorong minat investor untuk membangun kawasan perumahan dan permukiman sederhana yang sehat beserta fasilitas pendukungnya bagi masyarakat luas. Arah pembangunan infrastruktur sebagai daya dukung pembangunan wilayah perumahan dan permukiman harus lebih diarahkan ke wilayah barat dan selatan. Hal ini mengingat wilayah perumahan dan permukiman tumbuh jauh lebih pesat di wilayah selatan dan timur. Kemenpera menargetkan program perbaikan rumah layak huni (RLTH) tuntas dikerjakan di 60 kab/Kota dari 33 Provinsi di Indonesia pada tahun 2013 termasuk kabupaten Pulang Pisau. Sebanyak 60 Kab/Kota termasuk Kabupaten Pulang Pisau ini diupayakan program RTLH ini tertangani pada tahun 2013. Hal ini juga telah dituangkan dalam pelaksanaan penandatanganan surat pada medio Agustus 2012. Masing-masing Provinsi mendapatkan dua daerah sasaran penuntasan RTLH yang diharapkan sukses tertangani pada tahun ini. Program APBN yang masuk ke Kab. Pulang Pisau pada tahun 2013 yaitu, Peningkatan jalan akses Ds. Sungai pudak Kec. Kahayan Kuala kab. Pulang Pisau. Sedangkan kegiatan APBD II di Kab. Pulang Pisau berkonsentrasi pada Program Infrastruktur Perdesaan yang pada tahun 2013 menangani 30 desa. Untuk kegiatan program tahun 2014 yang akan datang, Untuk usulan program APBN terdapat usulan SPPIP, RPKPP, PPIP pembangunan infrastruktur perdesaan pada kecamatan, Banama Tingang 5

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

  desa, Kahayan Tengah, 5 desa, Jabiren Raya 2 desa, Kahayan hilir 6 desa, Maliku 6 desa, Pandih Batu 6 desa Kahayan Kuala 3 desa dan Sebangau Kuala 6 desa. Pembangunan PSD kawasan Tradisional juga menjadi priorias pembangunan di Kab. Pulang Pisau terbagi d beberapa kawasan yaitu, kawasan Bereng Kalingu, kawasan Betang Butoi dan kawasan Ds. Sigi.

4.1.2.1.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah: (1) Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras, dan (2) Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan. Dalam penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang antara lain :

  1. Permasalahan dan tantangan di bidang Bangunan Gedung

  • Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana.
  • Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian.
  • Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan.

  2. Permasalahan dan tantangan di bidang Penataan Lingkungan

  • Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata.
  • Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota.
  • Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dan lain-lain kurang diperhatikan hampir di semua kota, terutama kota Metro dan Besar.

  3. Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

  • Amanat Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG, bahwa semua Bangunan Gedung harus layak fungsi pada tahun 2010.
  • Komitmen terhadap kesepakatan intemasional MDGs, bahwa pada tahun 2015, 200 Kabupaten/Kota bebas kumuh, dan pada tahun 2020 semua Kabupaten/Kota bebas kumuh

  Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penataan bangunan dan lingkungan antara lain:

  1. Peran dan fungsi Kabupaten/Kota,

  2. Rencana pembangunan Kabupaten/Kota (lihat Buku Panduan 2: Rencana Pembangunan Kabupaten/Kota,

  3. Memperhatikan kondisi alamiah dan tipologi Kabupaten/Kota bersangkutan, seperti struktur dan morfologi tanah, topografi, dan sebagainya,

  4. Pembangunan dilakukan dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan,

  5. Dalam penyusunan RPUM harus memperhatikan Rencana Induk (Masterplan) Pengembangan Kota,

  6. Logical framework (kerangka logis) penilaian kelayakan pengembangan,

  7. Keterpaduan penataan bangunan dan lingkungan sektor lain dilaksanakan pada setiap tahapan penyelenggaraan pengembangan, sekurang-kurangnya dilaksanakan pada tahap perencanaan, baik dalam penyusunan rencana induk maupun dalam perencanaan teknik,

  8. Memperhatikan peraturan dan perundangan serta petunjuk/pedoman yang tersedia,

  9. Tingkat kelayakan pelayanan, efektivitas dan efisiensi penataan bangunan dan lingkungan pada kota bersangkutan,

  10. Sebagai suatu PS yang tidak saja penting bagi peningkatan lingkungan masyarakat tetapi juga sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan,

  11. Sumber pendanaan dari berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta,

  12. Kelembagaan yang mengelola penataan bangunan dan lingkungan,

  13. Penataan bangunan dan lingkungan memperhatikan kelayakan terutama dalam hal pemulihan biaya investasi,

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

  14. Jika ada indikasi keterlibatan swasta dalam penataan bangunan dan lingkungan, perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut,

  15. Safeguard sosial dan lingkungan,

  16. Perhitungan dan hal penunjang lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung analisis disertakan dalam bentuk lampiran. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, serta pedoman pelaksanaan lebih detail dibawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat. Namun dalam pelaksanaannya di lapangan terlihat bahwa masih banyak daerah yang belum menindaklanjutinya sebagaimana mestinya, sebagaimana terlihat dari:

  1. Masih banyaknya Kabupaten/Kota yang belum menyesuaikan Perda Bangunan Gedung yang dimilikinya agar sesuai dengan UUBG, atau terutama Kabupaten/Kota hasil pemekaran masih belum memiliki Perda Bangunan Gedung;

  2. Masih banyak Kabupaten/Kota; terutama Kabupaten/Kota hasil pemekaran yang belum memiliki atau melembagakan institusi/kelembagaan dan Tim Ahli Bangunan Gedung yang bertugas dalam pembinaan penataan bangunan dan lingkungan;

  3. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum memulai pelaksanaan pendataan bangunan gedung;

  4. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menerbitkan Sertifikat Layak Fungsi (SLF) bagi seluruh bangunan gedung;

  5. Masih banyak Kabupaten/Kota yang belum menyusun manajemen pencegahan kebakaran Kabupaten/Kota atau belum melakukan pemeriksaan berkala terhadap prasarana dan sarana penanggulangan bahaya kebakaran agar selaku siap pakai setiap saat;

  6. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi penyandang cacat;

  7. Masih banyak Kabupaten/Kota pengembangannya belum berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

  8. Masih banyak Kabupaten/Kota yang mempunyai kawasan yang terdegradasi dan belum ditata ulang;

  9. Masih banyak daerah yang belum memiliki rencana penanganan kawasan kumuh, kawasan nelayan, kawasan tradisional, dan kawasan bersejarah yang secara kewenangan sudah menjadi tugas dan tanggung jawab Kabupaten/Kota;

  10. Masih banyak Kabupaten/Kota belum melaksanakan pembangunan lingkungan permukiman berbasis konsep tridaya untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan lingkungan permukiman yang berkelanjutan. Untuk itu, Kementerian Pekerjaan Urnum sebagai lembaga pembina teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota agar mampu melaksanakan amanat UU No 28/2002 tentang Bangunan Gedung. Untuk tahun anggaran 2013-2018, sebagai kelanjutan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, perlu melanjutkan dan memperbaiki serta mempertajam kegiatannya agar lebih cepat memampukan Kabupaten/Kota. Disamping hal tersebut, Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang harus disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensive, akomodatif dan responsif. Selaras dengan upaya pencapaian target Millenium (MDGs), yakni: mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk miskin tahun 1990 (target 1); dan mengurangi sampai setengahnya, sampai dengan tahun 2015, proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan, maka peningkatan kualitas lingkungan permukiman perlu dilakukan lebih intensive dengan melibatkan masyarakat setempat, kelompok peduli dan dunia usaha secara aktif. Penyelenggaraan pengembangan lingkungan permukiman perlu dilakukan secara komprehensive dengan berbasis konsep tridaya melalui proses pemberdayaan masyarakat sesuai siklus P2KP.

  Pemerintah kabupaten Pulang Pisau juga akan menata taman disamping rumah jabatan Bupati Pulang Pisau guna memperindah kota. Selain itu RTH yang terdapat dalam GOR Pulang Pisau, RTBL, serta RISPK

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

  di lokasi yang sama yaitu GOR Pulang Pisau. Kawasan-kawasan bersejarah juga menjadi perhatian Pemerintah Kab. Pulang Pisau, yaitu Kawasan Bereng Kalingu, Kawasan Betang Buntoi Kec. Kahayan Hilir dan Kawasan desa Sigi Kec. Kahayan Tengah.

4.1.2.1.3. Air Minum

  Bila 1 meter persegi gambut mengandung 1 meter kubik air (1.000 liter), setara dengan menyediakan air untuk 10 jiwa penduduk. Bila 1 juta ha, gambut bisa menyimpan air sebesar 1 trilyun liter dan ini setara dengan kebutuhan air untuk 10.000.000 jiwa, dimana kebutuhan normal setiap 1 orang/jiwa penduduk sebesar 100 liter/hari untuk mandi, cuci, kakus dan masak

  • – minum. Kita sudah bisa membayangkan, bila gambut ini rusak dan di ekspansi oleh perkebunan kelapa sawit secara besar di Kalimantan tengah, khususnya di eks PLG 1 juta hektar, maka, ketersediaan air bahan baku sumber air bersih penduduk di wilayah tersebut misalnya Kabupaten Pulang Pisau, Kapuas, Barito Selatan dan Kotamadya Palangkaraya, maka krisis air masa depan sudah bisa dipastikan terjadi. Ada sekitar lebih 82.000 jiwa penduduk lokal dan 45.000 jiwa transmigrasi yang bermukim di eks Pengembangan Lahan Gambut (PLG) 1 juta hektar bergantung dari sumberdaya rawa gambut. Setidaknya ada sekitar lebih 500.000 jiwa penduduk terancam krisis air. Hutan rawa gambut adalah jenis hutan yang tumbuh pada suatu lapisan tebal yang terbuat dari bahan organik. Lapisan bahan organik ini terdiri dari tumpukan bahan tumbuhan yang telah mati seperti dedaunan, akar-akar, ranting, bahkan batang pohon lengkap, yang telah terakumulasi selama ribuan tahun. Gambut tersebut membentuk media tumbuh yang semakin terangkat setiap pergantian generasi tumbuhan, dan hal tersebut menghasilkan lapisan tebal yang dapat mencapai ketebalan hingga lebih dari 20 meter. Lapisan tersebut hanya terbentuk dalam kondisi tertentu, karena bahan tumbuhan yang mati dalam keadaan normal dengan cepat mengalami penguraian oleh jamur, bakteri dan organisme lainnya. Namun dikarenakan sifat lahan gambut yang sangat “anaerobic” dan memiliki

  keasaman tinggi, serta kurangnya unsur hara, maka proses biodegradasi berkurang secara signifikan. Kondisi lingkungan seperti itu terlalu ekstrim bagi proses penguraian untuk dapat terjadi, sehingga terjadilah penumpukan tumbuhan mati tersebut dalam tanah. Sehingga dengan demikian, hutan rawa

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

  gambut menjadi media penyimpanan sumber air dan karbon dalam jumlah yang amat besar. Selain kaya akan keanekaragaman hayati, setengah dari seluruh kawasan hutan rawa gambut adalah merupakan sungai-sungai, danau-danau dan vegetasi hutan rawa yang endemik. Hutan rawa gambut ada dangkal dan dalam serta mempunyai keunikan dengan airnya yang berwarna hitam bahkan sering dikenal dengan nama ekosistem air hitam. Kabarnya, menurut Informasi Departemen Kehutanan tahun 1997, lahan gambut Indonesia merupakan gambut tropis terluas didunia, sekitar 38 juta hektar. Kekayaan ini sekaligus jadi petaka, sejak peperintah orde baru mengembangkan proyek PLG Sejuta hektar di Kalimantan Tengah, untuk di cetak menjadi kawasan persawahan. Sampai saat ini, belum ada yang memiliki data pasti, berapa luas kawasan rawa-gambut di beberapa kawasan bioregion (kepulauan) di Indonesia. Tetapi ditingkat lapangan, peristiwa kebakaran gambut itu terjadi sepanjang tahun terus meluas. Hingga saat ini terbukti luasan kawasan rawa-gambut di Sumatera, Kalimantan dan Papua – menyusut drastis. Menurut hasil penelitian Cintrop Universitas Palangkaraya, tanah gambut dalam kondisi yang tak terganggu itu mengandung 80

  • – 90 persen mengandung air. Karena kemampuannya untuk menyimpan air dalam jumlah besar itu, hutan rawa gambut berperan penting dalam mengurangi banjir dan menjamin pasokan air yang berkelanjutan. Tahun 2008 Provinsi Kalimantan Tengah yang berpenduduk sekitar 2.000.400 jiwa. Masyarakat mendapatkan air bersih dengan cara mengambil air di sungai, di danau dan membuat sumur-sumur gali sederhana di sekitar rumah, kebun dan tepian-tepian sungai. PDAM Pulang Pisau sampai saat ini masih dibawah kendali PDAM induk di Kuala Kapuas, sehingga perusahaan belum bisa mengatur/mengendalikan kebutuhan air di Kabupaten Pulang Pisau. Indikasi dari masih minimnya kinerja PDAM adalah kualitas air yang keruh karena kapasitas peralatan yang tidak memadai, ini dikarenakan satu dari dua unit pengelolaan air di PDAM belum pernag diperbaiki sejak 1982, maka dari itu PDAM hanya mampu menghasilkan air sebanyak 5 l/dt dari kapasitas seharusnya 15 l/dt. Banyak pelanggan mengeluhkan fasilitas PDAM yang tidak mampu memenuhi keinginan semua pihak. Berdasarkan UU No 5/2002 tentang pemekaran delapan kabupaten di Kalimantan Tengah, semua aset kabupaten induk yang berada di kabupaten pemekaran . Begitu juga dengan kabupaten Pulang

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

  Pisau saat ini sedang membentuk tim yang terdiri dari unsur pemerintah kabupaten, legislatif dan tokoh masyarakat untuk mengupayakan pengalihan aset PDAM ke Kabupaten Pulang Pisau. Untuk APBD kab. Pulang Pisau, belum mengalokasikan dana untuk penanganan fisik air bersihnya, tahun ini baru dikerjakan Rencana Induk Sistem Air Minum (RISPAM) untuk penanganan sistem air bersih di kab. Pulang Pisau selama lebih kurang 20 tahun kedepan. Tahun 2013 turun DAK (Dana Alokasi Khusus) dengan program kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana air bersih perdesaan Kec. Maliku dan Pembangunan kolam penampungan air hujan (PAH) dan pemasangan geomembran serta fasilitas pendukung lainnya di desa Sidodadi.

  4.1.2.1.4. Sanitasi Program APBD Kab. Pulang Pisau belum menganggarkan program sanitasi ini. Kegiatan diperoleh dari DAK (Dana Alokasi Khusus) yaitu Pembangunan Septicktank Komunal di Kec. Kahayan Hilir atau di ibu kota kabupaten Pulang Pisau.

  Sub Bidang Air Limbah pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondidi masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiamn (municipal wastetare) yang terdiri dari limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari sisa mandi, cuci dapur, dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah dari industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah, disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan lain-lain.

4.1.2.1.5. Aspek Pendanaan

  Pendanaan pembangunan PSD permukiman sebagian besar masih menjadi tanggungan pemerintah pusat dan daerah baik provinsi maupun kota. Pada wilayah perumahan yang dibangun pengembang swasta ditanggung oleh masyarakat. Daya beli masyarakat rendah untuk diperlukan penyediaan rumah sehat yang terjangkau daya beli masyarakat.

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

4.1.2.1.6. Aspek Kelembagaan

  Kelembagaan pembangunan PSD Permukiman saat ini adalah:

  1. SNVT Pengembangan Permukiman Ditjen. Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum mengelola pengembangan permukiman yang dibiayai APBN

  2. Bidang Cipta Karya Dinas dan Kementerian Perumahan Rakyat Kalimantan Tengah mengelola pengembangan permukiman yang dibiayai APBD Provinsi.

  3. Bidang Permukiman Dinas Kimpraswil Kabupaten Pulang Pisau mengelola pengembangan permukiman yang dibiayai APBD Kota.

4.1.2.2. Sasaran

  Sasaran menjelaskan target yang harus dicapai dalam pembangunan PSD Permukiman terdiri dari target nasional dan target daerah. Selanjutnya bagian ini menguraikan besaran masalah yang harus diselesaikan melalui PSD Permukiman, dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran pembangunan PSD Permukiman baik dari segi teknis, kelembagaan dan keuangan.

  Keterbatasan kemampuan pemerintah daerah merupakan hambatan utama bagi penyediaan kawasan pemukiman penduduk yang layak di Kota Kabupaten Pulang Pisau. Karena itu pemerintah daerah harus didorong untuk menjadi motor dalam mengkondisikan penduduk agar dapat memahami pentingnya menjaga lingkungan permukiman mereka secara swadaya. Sebelum Kabupaten Pulang Pisau berkembang secara pesat, perlu penataan yang lebih terarah, agar kedepan nantinya tidak ada masalah yang berarti. Koordinasi dengan pemerintah pusat juga sangat penting untuk mempercepat pembangunan di Kabupaten Pulang Pisau, mengingat dana APBN yang turun ke kab. Pulang Pisau sangat minimal, ini dikarenakan oleh transisi pemekaran dari Kabupaten Kapuas ke Kab. Pulang Pisau. Pemerintah daerah juga harus mampu mendorong inovasi teknologi yang dapat diadaptasikan kepada lingkungan perumahan dan permukiman serta melakukan penyebarannya. Hal ini diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman. Melihat adanya keterbatasan keuangan daerah, maka pemerintah daerah juga diharapkan mampu mendorong minat investor untuk membangun kawasan perumahan dan permukiman sederhana yang sehat beserta fasilitas

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

  pendukungnya bagi masyarakat luas. Arah pembangunan infrastruktur sebagai daya dukung pembangunan wilayah perumahan dan permukiman harus lebih diarahkan ke wilayah barat dan selatan. Hal ini mengingat wilayah perumahan dan permukiman tumbuh jauh lebih pesat di wilayah selatan dan timur. Dari sisi usia atau umur bangunan dapat diklasifikasikan menjadi bangunan berumur muda,sedang dan tua. Bangunan berumur muda relatif banyak terdapat pada bangunan perdagangan dan jasa serta pemukiman. Sedangkan bangunan berumur sedang dan tua banyak terdapat pada bangunan perkantoran, pendidikan dan pemukiman. Selain itu bangunan berumur tua juga banyak terdapat pada kawasan-kawasan wisata tradisional. Namun dikarenakan bencana gempa bumi yang melanda Kabupaten Pulang Pisau beberapa waktu yang lalu, bangunan yang berumur sedang dan tua banyak hancur dan tergantikan dengan bangunan baru dengan fungsi bangunan tetap. Bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas umum adalah sebagian dari bangunan yang memiliki fungsi jasa, misalnya rumah sakit, kantor pos, kantor dinas pemadam kebakaran dan lain-lain. Secara umum di Kabupaten Pulang Pisau bangunan-bangunan fasilitas umum ini seharusnya dijadikan fasilitas pendukung dari fungsi-fungsi bangunan lainnya sehingga lokasi dan keberadaannya tidak berjauhan dari bangunan lainnya terurama kawasan pemukiman. Namun hal ini sering tidak bisa tertata secara baik karena perkembangan pembangunan kota yang kurang terkendali dan cenderung tidak terencana. Dari sisi historis banyak bangunan

  • – bangunan dan kawasan di Kabupaten Pulang Pisau yang memiliki nilai historis tinggi karena merupakan bangunan dan kawasan peninggalan sejarah baik itu kerajaan maupun perjuangan kemerdekaan.

4.2 RENCANA INVESTASI PENATAAN BANGUNAN LINGKUNGAN

4.2.1 Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

  Sasaran dalam penataan bangunan gedung dan lingkungan adalah penegakan aturan tata bangunan gedung dan lingkungan yaitu dengan menyusun peraturan dan legeslasi.. Dari sasaran ini maka dibutuhkan kemantapan kelembagaan penataan bangunan gedung dan lingkungan serta peningkatan sarana parasarana pemeliharaan bangunan dan lingkungan. Sasaran selanjutnya adalah ketercapaian indeks kenyamanan lingkungan (IKL) sebesar 10%.

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

4.2.2 Rumusan Masalah

  Dari kondisi yang ada dan sasaran yang akan dicapai pada penataan bangunan gedung dan lingkungan di Kabupaten/Kota di Wilayah Kota Kabupaten Pulang Pisau, maka dapat diidentifikasi masalah yang terjadi sebagai berikut:

  a. Belum tertatanya Bangunan dan Lingkungan

  b. Belum adanya penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

  c. Tidak adanya program penataan dan pelestarian bangunan tradisonal/ bersejarah d. Belum tersedianya ruang terbuka hijau

  e. Tidak ada penataan dan pembangunan sarana prasarana permukiman kumuh

  f. Belum tertibnya sarana reklame, belum terkelolanya sarana parkir dan Belum tertanya perijinan Bangunan Telepon Selular (BTS) g. Belum adanya penataan yang tepadu terhadap Usaha Pedagang Kaki Lima Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang ada maka dari sektor tata ruang, bangunan dan lingkungan tersebut maka permasalahan yang dihadapi dapat dikelompokkan sebagai berikut :

  1. Permasalahan dan Tantangan di Bidang Bangunan Gedung

  Pada Bidang Bangunan Gedung dihadapi permasalahan sebagai berikut : 1) Saat ini belum ada penataan terhadap bangunan gedung. Ini berdampak pada tidak tertibnya dan ketidak sesuaian antara fungsi bangunan dan fungsi lahan.

  2) Saat ini belum ada penegakan hukum yang dilakukan oleh lembaga yang berwenag terhadap penataan bangunan gedung. Ini meyebabkan tidak ada sanksi yang tegas terhadap pelanggaran ketentuan bangunan gedung misalnya pembanguan gedung yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan. 3) Letak bangunan yang semakin padat dan bentuk bangunan yang semakin bervariatif seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kawasan aglomerasi perkotaan Kabupaten Pulang Pisau sering menyulitkan penanggulangan terhadap bencana kebakaran di kabupaten/kota. .

  2. Permasalahan dan Tantangan di Bidang Penataan Lingkungan

  Pada bidang penataan lingkungan, dihadapi permasalahan sebagai berikut : 1) Saat ini terdapat banyak bangunan tradisional bersejarah yang tidak terpelihara, rusak bahkan hilang karena pembangunan fasilitas perkotaan yang tidak terencana, tertata dan terkendali. Sarana lingkungan hijau berupa ruang terbuka hijau dan taman jalan belum tersedia dengan baik sehingga

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

  belum dilakukan penataan dan pemeliharaan terhadap ruang terbuka hijau dan taman jalan ini. Selain itu pula banyaknya alih fungsi ruang terbuka hijau akibat pembangunan gedung yang tidak terencana semakin menurunkan kuantitas dan kualitas sarana lingkungan tersebut. 2) Banyaknya permukiman penduduk yang tergolong kumuh dapat menyebabkan penurunan citra kawasan daerah sebagai kawasan wisata dan budaya.

  Permukiman kumuh tersebut memiliki keterbatasan sarana parasarana untuk berkembang menjadi permukiman sehat.

4.3 RENCANA INVESTASI SUB-BIDANG AIR LIMBAH

  4.3.1 Sasaran Pengelolaan Prasarana Dan Sarana (Ps) Air Limbah

  Sesuai dengan RPJMD Kota Kabupaten Pulang Pisau, maka investasi dibidang air limbah diutamakan untuk tujuan Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Limbah dengan sasaran program : Meningkatnya cakupan layanan air limbah sebesar 33%.

  4.3.2 Rumusan Masalah

  Bagian ini menguraikan besaran persoalan yang dihadapi atau tantangan yang harus diselesaikan melalui pembangunan sistem prasarana dan sarana air limbah, dengan membandingkan antar kondisi yang ada dan sasaran penyediaan PS air limbah, baik dari aspek teknis, kelembagaan, regulasi maupun keuangan. Rumusan masalah dapat terangkum sebagai berikut ini:

   Septic Tank tidak memenuhi syarat  Ketidakteraturan penyedotan tinja  Instalasi pengelolaan lumur tinja (IPLT) belum tersedia  Kesadaran masyarakat rendah  Saluran limbah terbatas  Keterbatasan inovasi teknologi tepat untuk penanganan limbah (bau)

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

4.3.3 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

4.3.3.1. Analisis Permasalahan

  Analisis diperlukan untuk mencari akar permasalahan berdasarkan kondisi yang ada saat ini dari berbagai aspek teknis maupun non teknis, serta berbagai kendala yang dihadapi dalam rangka mencapai sasaran yang diinginkan. Masalah air limbah yang dihadapi dapat dianalisis dari lima aspek berikut ini.

  A. ASPEK TEKNIS, meningkatkan cakupan pelayanan pengelolaan air limbah baik on-site maupun off-site, didaerah perkotaan dan pedesaan, serta peningkatan kualitas pengelolaan sesuai dengan ketentuan teknis dan memperhatikan lingkungan. Peningkatan akses ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

  a. Meningkatkan cakupan pelayanan air limbah yang dikelola oleh BUMD dan dinas.

  b. Meningkatkan cakupan pelayanan cakupan air limbah yang dikelola secara langsung oleh masyarakat.

  c. Meningkatkan kinerja BUMD dan penyelenggara lainnya dalam pengelolaan air limbah.

  B. ASPEK PENDANAAN, peningkatan kapasitas pembiayaan untuk pembangunan prasarana dan sarana air limbah baik sistem on-site maupun off-site serta menjamin pelayanan dengan pemulihan biaya pengelolaan. Dari aspek pendanaan, pemerintah daerah dapat melakukan hal-hal berikut: a. Mendorong peningkatan alternatif sumber pembiayaan yang murah dan berkelanjutan.

  b. mendorong peningkatan prioritas pendanaan pemerintah daerah dalam pengembangan sistem pengelolaan air limbah.

  c. Meningkatkan pembiayaan melalui kemitraan pemerintah dan swasta.

  d. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan air limbah.

  C. ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SWASTA, tinjauan aspek ini adalah peningkatan kualitas pelayanan dan peningkatan kemitraan dengan swasta dan masyarakat. Aspek ini perlu dipertimbangkan karena adanya keterbatasan dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Peran serta masyarakat dapat ditingkatkan dengan cara-cara sebagai berikut:

  a. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perlunya perilaku hidup bersih dan sehat.

  b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembagunan dan pengelolaan air limbah.

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

  c. Meningkatkan peran serta badan usaha swasta dan koperasi dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah.

  D. ASPEK KELEMBAGAN, tinjauan dari aspek kelembagaan adalah peningkatan kinerja institusi pengelolaan air limbah serta pemisahan fungsi regulator dan operator. Peningkatan kinerja institusi pengelolaan air limbah serta pemisahan fungsi regulator dan operatordapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar kegiatan dan antar wilayah dalam pembangunan air limbah.

  b. Menyediakan fasilitas peningkatan menajemen pembagunan air limbah di daerah.

  c. Menyediakan fasilitas peningkatan pengelolaan air limbah melalui pelatihan dan pendidikan SDM yang kompeten.

  E. ASPEK PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN, aspek ini mempelajari perkuatan dan penerapan hukum dan pengelolaan sesuai ketentuan yang berlaku untuk penanganan dan pengelolaan air limbah. Perkuatan, penerapan hukum dan pengelolaan air limbah dapat dilakukan melalui: a. Revisi peraturan perundang-undangan yang melakukan pengaturan terhadap BUMD yang bergerak dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah.

  b. Peningkatan forum nasional peningkatan pengelolaan air limbah dalam mendorong pelaksanaan pengaturan yang lebih baik.

  c. Meningkatkan tersedianya NSPM dalam pengembangan sistem pembuangan air limbah.

4.3.3.2 Alternatif Pemecahan Permasalahan

  Permasalahan dan kondisi yang berkembang dalam pengelolaan lumpur tinja di Indonesia, memerlukan suatu kebijakan dan strategi yang spesifik untuk dapat memelihara, mengembangkan dan meningkatkan pengelolaan lumpur tinja.

  Departemen Pekerjaan Umum dalam rangka pengelolaan lumpur tinja 2001/2005 menetapkan suatu kebijakan dalam pengelolaan lumpur tinja di wilayah perkotaan dan perdesaan, yang memerlukan keterlibatan semua stakeholder. Kebijakan bidang lumpur tinja diperkotaan dapat dijelaskan sebagai berikut:

   Pengolahan lumpur tinja diprioritaskan pada kawasan yang sangat padat diperkotaan.

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

   Bantuan Pemerintah Pusat diberikan untuk pemantapan kelembagaan melalui pembinaan teknis di bidang manajemen pengolahan lumpur tinja dan bantuan peralatan berikut fasilitas pendukungnya kepada daerah yang betul-betul membutuhkan dan belum memiliki kemampuan sumber daya maupun manajemennya.

   Untuk kota-kota metropolitan dan kota besar, pembangunan prasarana dan sarana lumpur tinja diusahakan dengan sistem terpusat dan semaksimal mungkin menggunakan prinsip pemulihan biaya, dengan prioritas pelayanan pada kawasan hunian dengan kepadatan bangunan yang tinggi dan dengan permukaan air tanah yang tinggi.

   Penanganan lumpur tinja di kawasan permukimam pada dasarnya adalah tanggung jawab masyarakat sendiri, sedangkan fasilitas penunjangnya dapat dibantu atau disediakan oleh Pemerintah Daerah tanpa atau dengan bantuan Pemerintah Pusat, ataupun kerja sama dengan pihak swasta.

   Konsep dasar yang dapat digunakan dalam menangani lumpur tinja di kawasan perumahan dan permukiman adalah bagaimana mengelola lumpur tinja secara terintegrasi, sehingga tepat guna (efektif), berdaya guna (efisien) dan terjangkau serta dapat dioperasikan secara berkelanjutan, dengan bertumpu kepada kemitraan antara masyarakat, pemerintah dan dunia usaha.

  Sedangkan kebijaksanaan lumpur tinja di perdesaan adalah:  Bantuan pemerintah untuk pengelolaan lumpur tinja perdesaan dilaksanakan melalui Inpres (saat ini DAU) dan program sektoral.

   Pengelolaan lumpur tinja pedesaan melalui program sektoral terutama diprioritaskan untuk penyediaan sarana pembuangan lumpur tinja setempat, di desa permukiman transmigrasi, permukiman nelayan, desa-desa pusat pertumbuhan, desa rawan penyakit dan rawan bencana atau desa kritis lainnya, baik secara individual maupun komunal.

  Berdasarkan kepada kondisi yang berkembang dan kebijakan pengelolaan lumpur tinja, terdapat 4 (empat) pendekatan strategis dalam pengelolaan lumpur tinja terkait dengan fungsionalisasi IPLT, antara lain:

a. Strategi Teknis

  Strategi teknis ini menekankan pilihan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kondisi. Strategi teknis dapat dirinci sebagai berikut:

  1. Implementasi proyek Communal System (pengelolaan lumpur tinja sistem komunal) di daerah yang baru dikembangkan dan di daerah yang tak

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

  dapat memakai sanitasi setempat, didasarkan pada pendekatan bertahap (stepwise approach). Proyek dibatasi dalam ukuran yang harus sanggup membiayai sendiri, paling sedikit untuk operasi dan pemeliharaannya.

  2. Pemantapan teknis operasi dan pemeliharaan yang tepat pada IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) sehingga fasilitas IPLT dapat berfungsi secara efisien.

  3. Pengembangan sistem sanitasi setempat yang tepat guna

  4. Penyediaan subsidi dan bantuan teknis bagi masyarakat kurang mampu untuk membangun dan merenovasi fasilitas pembuangan tinja individu dan komunal hendaknya dilanjutkan termasuk pengembangan proyek kredit seperti sistem dana berputar.

  5. Pembangunan kakus umum/komunal bagi mereka yang tak mampu membangun asalkan masyarakat atau pengguna dapat menggunakan dan melakukan pemeliharaannya dengan patut.

  6. Program pendidikan dan penyebaran informasi dapat dilakukan dan diarahkan kepada pengguna untuk menjamin kesinambungan manfaat, operasi dan pemeliharan fasilitas. Dalam hal ini, setiap kota harus memiliki alat penyedot tinja (Vacuum Truck) dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPTL) untuk melayani masyarakat yang menggunakan sistem setempat

  7. Komponen program untuk strategi teknis terdiri dari :

  • Daerah dengan kapadatan tinggi (> 300 orang/ha) dan daerah pengembangan baru harus dilayani dengan system terpusat, yang dibiayai developer dengan pengembalian oleh pengguna.
    • – 300 orang/ha) harus dilayani dengan interceptor dan fasilitas pengolahan lumpur tinja ukuran kecil atau komunal.

  • Daerah kepadatan sedang (>100
  • Daerah kepadatan rendah (50 - 100 orang/ha) dengan lingkungan berkualitas tinggi harus dilayani dengan interceptor berkaitan dengan program Prokasih (Program Kali Bersih).
  • Daerah kepadatan sedang dengan kecepatan perkolasi tinggi (>3 cm / menit) atau muka air tanah tinggi (<1,5 m) harus dilayani dengan shallow sewer dan tangki septic komunal.
  • Daerah kepadatan rendah dengan kecepatan perkolasi rendah rendah (<3 cm /menit) dan muka air tanah rendah (>1,5 m) harus menggunakan tangki septic dengan desain khusus.

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

  Seleksi pemilihan metoda pengolahan Lumpur tinja hendaknya

  • dilakukan mulai dari teknologi yang paling sederhana (operasi dan pemeliharaan), biaya yang rendah (investasi dan operasi), teknologi yang tepat (diterima masyarakat, berguna dan efektif dalam pengolahannya.)

b. Strategi Institusi/Kelembagaan

  Strategi institusi ini menekankan pada peningkatan kemampuan institusi yang ada, diuraikan dibawah ini:

  1. Pemerintah Kota/Kabupaten harus membentuk dan mengkoordinasikan unit pelaksanaan yang bertanggung jawab atas penanganan lumpur tinja.

  2. Pada umumnya, direkomendasikan untuk meningkatkan kemampuan unit pelaksana yang ada dan mengatur kembali unti-unit tersebut untuk melakukan tugas mereka yang baru. Namun demikian pendiriran organisasi baru hanya diperbolehkan ketika sangat diperlukan, dan sangat tergantung dari klasifikasi kota, karakteristik masyarakat, potensi masyarakat, serta peraturan yang berlaku.

  3. Untuk mengelola lumpur tinja setempat termasuk pengangkutan dan pengolahan akhir di IPLT dapat diserahan kepada Dinas Pekerjaan Umum atau Dinas Kebersihan.

  4. Untuk pengelolaan lumpur tinja sistem komunal pada jangka pendek, bentuk kelembagaannya dapat ditampung di bawah PDAM, yang merupakan Unit Pengelola Unit Teknis Daerah (UPTD) tersendiri yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama PDAM terhadap permasalahan teknis, operasi/pemeliharaan. Hal ini dipertimbangkan mengingat PDAM telah memiliki sumber daya, keahlian teknis dan administrasi. Namun demikian, perlu dilakukan kelayakan finansial dan ekonomi dikaitkan dengan tanggung jawab pemulihan biaya investasi dan biaya operasi/pemeliharaannya (cost recover) agar pengelolaan lumpur tinja ini tidak mengalami kerugian.

  5. Untuk jangka menengah, bentuk kelembagaannya dapat ditampung dibawah PDAM, yang merupakan Divisi tersendiri yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama PDAM terhadap permasalahan teknis, operasi, dan pemeliharaan.

  6. Untuk jangka panjang, setelah tingkat ekonomi masyarakat lebih baik, pengelolaannya dapat ditingkatkan menjadi PDLT (Perusahaan Daerah Lumpur Tinja). Pilihan ini akan memungkinkan terdapatnya upaya yang

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2013 L A P O R A N F I N A L

  lebih terkordinir di dalam penanganan lumpur tinja sekaligus memberikan dasar yang lebih mantap secara organisatoris, manajemen, pembiayaan dan hukum.

  7. Tanggung jawab pemerintah pusat yaitu memberi petunjuk, pemantauan dan strategi, pengembangan sumber daya manusia, peningkatan kemampuan pmerintah daerah dalam persiapan proyek dan pelaksanaan proyek pilot, dan penyediaan investasi awal untuk pemerintah daerah dalam pembangunan prasarana sanitasi.

  8. Program pelatihan bagi staf pemerintah daerah dan penyuluhan sanitasi yang bersifat nasional harus dimulai sebagai bagian dari strategi.

  9. Tanggung jawab pemerintah daerah diantaranya adalah membuat rencana kegiatan (Action Plan) di daerah masing-masing dengan penekanan pada pelaksanaan sanitasi setempat, membangun fasilitas kakus komunal, melaksanakan proyek Communal System dengan bantuan dana dari pemerintah pusat jika memungkinkan dan penyedotan lumpur tinja serta mengawasi dan mengendalikan bantuan teknik bagi fasilitas sanitasi setempat.

  10. Program Pembangunan Prasarana Kota harus memberikan kontribusinya dalam memperluas wawasan pemerintah daerah dalam menyiapkan rencana pengelolaan lumpur tinja domestik.

  11. Proyek sanitasi setempat yang ada harus diperluas dan dikembangkan menjadi suatu program yang berkesinambungan. Setahap demi setahap pemerintah daerah mengambil peran yang dibantu oleh konsultan.

  12. Promosi partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan operasi serta pemeliharaan fasilitas sanitasi komunal harus diteruskan.

  Organisasi non Pemerintah (NGO) dan pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK) harus dilibatkan untuk mempromosikan partisipasi masyarakat secara aktif.

  13. Penerbitan dan pelaksanaan peraturan daerah tentang : Izin Mendirikan Bangunan yang mengatur bahwa setiap bangunan