7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman - DOCRPIJM 1504075761BAB VII Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya fix

  RENcana pembangunan BAB

INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

  VII

7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan. Permasalahan yang dihadapi sesungguhnya tidak terlepas dari aspek yang berkembang dalam dinamika kehidupan masyarakat maupun kebijakan pemerintah dalam mengelola persoalan yang ada. Dalam mengatasi permasalahan perumahan dan kawasan permukiman, setiap proses dilaksanakan secara bertahap melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, pemeliharaan, dan pengembangan. Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman di Indonesia diselenggarakan berdasarkan prinsip :

  a. Pemenuhan kebutuhan akan rumah layak merupakan tugas dan tanggungjawab masyarakat sendiri.

  b. Pemerintah mendukung melalui penciptaan iklim yang memungkinkan masyarakat mandiri dalam mencukupi kebutuhannya akan rumah layak.

  Dukungan diberikan melalui penyediaan prasarana dan sarana, perbaikan lingkungan permukiman, peraturan, perundangan yang bersifat memayungi, layanan kemudahan dalam perijinan bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dll. Agar penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman berjalan optimal, tertib dan terorganisasi dengan baik, diperlukan suatu scenario umum, yang dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan, rencana sektor terkait, peraturan serta berbagai hal yang perlu diketahui, dipedomani, dan disepakati bersama.

7.1.1. Kondisi Eksisting Permukiman di Kabupaten Jepara

  Permasalahan yang dihadapi di Kabupaten Jepara saat ini adalah adanya perumahan dan permukiman yang terletak di atas lahan negara yang difungsikan sebagai kawasan perumahan dan permukiman. Atau apabila dibangun rumah atau bangunan lain di atasnya harus memenuhi ketentuan atau standar-standar teknis tertentu. Kawasan-kawasan tersebut antara lain adalah kawasan di sepanjang sungai atau sempadan sungai, kawasan di daerah konservasi atau kawasan lindung serta daerah rawan bencana. Selain itu, permasalahan lain adalah adanya permukiman yang tidak memiliki sarana dan prasarana dasar permukiman yang memadai khususnya sarana dan prasarana lingkungan khususnya drainase, sanitasi dan persampahan. Selain itu kondisi fisik bangunan yang meliputi bahan bangunan dan tingkat permanensi bangunan juga mengindikasikan suatu rumah dikatakan kumuh atau tidak. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi di lapangan, perumahan dan permukiman yang memerlukan peningkatan kualitas antara lain adalah perumahan dan permukiman yang terletak di kawasan sempadan sungai, kawasan permukiman kumuh (slums dan squatter), permukiman yang terletak di daerah rawan bencana dan kawasan permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan yang sudah tidak layak huni. Perumahan dan permukiman tersebut memerlukan penanganan-penanganan dalam upaya meningkatkan keamanan, kenyamanan dan keindahan dalam kawasan tersebut.

A. Permukiman Kumuh

  Permukiman kumuh merupakan salah satu permasalahan di perkotaan sebagai salah satu dampak dari adanya arus urbanisasi. Keberadaan permukiman kumuh di Kabupaten Jepara muncul seiring dengan perkembangan Kabupaten Jepara. Kondisi ini terlihat dari lingkungan permukiman yang liar dengan menempati lahan ilegal, serta kondisi fisik lingkungan dan bangunan jelek, tanpa dilayani sarana dan prasarana, khususnya yang mendukung kebersihan lingkungan seperti sanitasi, persampahan dan drainase, yang biasanya terdapat di pusat-pusat kota yang memiliki kepadatan tinggi. Kondisi ini dilihat dari tingkat kepadatan netto dari masing-masing kelurahan dan

  

berdasarkan hasil survei lapangan kondisi ini sesuai dengan hasil yang didapat di lapangan.

Hal yang dapat dilakukan untuk permukiman kumuh, yaitu dengan penataan dan

peremajaan kawasan lingkungan perumahan dan permukiman dengan kepadatan

tinggi, selain itu dapat dilakukan dengan pembangunan rumah susun untuk kawasan

pusat kota dengan kepadatan tinggi/kumuh berat, serta adanya pengendalian terhadap permukiman kumuh khususnya untuk permukiman kumuh dengan kategori squatters.

Selain itu dengan pemberian status kepemilikan lahan bagi para pemukim yang

menempati lahan yang sesuai dengan peruntukannya dan pembuatan ruang terbuka

hijau. Serta pegembangan perumahan dengan batas-batas tertentu untuk kawasan yang

termasuk dalam kategori kumuh ringan. Untuk permukiman kumuh dengan kategori

slums ini identik dengan permukiman di kawasan bercirikan pedesaan. Permukiman ini

merupakan permukiman legal, namun secara fisik, sosial dan budaya kurang

memperdulikan lingkungan tempat tinggalnya atau dapat dikatakan kesadaran

masyarakat di permukiman tersebut terhadap kebersihan lingkungan masih sangat

kurang. Hal yang dapat dilakukan untuk permukiman kumuh (slums), yaitu dengan

perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan untuk kawasan kumuh (slums),

melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses perencanaan dan penataan

(participatory planning) sejak awal, selain itu dengan penyediaan sarana dan prasarana (P3KT dan PKL), serta adanya pembuatan ruang terbukan hijau.

Berdasarkan kajian Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)

yang disusun tahun 2013 dan Identifikasi Kawasan Kumuh di Kabupaten Jepara (2014),

ditindaklanjuti dengan penetepan SK Bupati Jepara Nomor 055/333 Tahun 2014 tentang

Penunjukan Lokasi Perumhan Kumuh dan Permukiman di Kabupaten Jepara, bahwa

permukiman kumuh di Kabupaten Jepara berada di Kawasan Bulu yang terdiri dari

Kelurahan Bulu, Kauman, Jobokuto, Ujungbatu, Karangkebagusan dan Demaan dengan luas 49,27 Ha.

Permukiman kumuh Kawasan Bulu merupakan kawasan permukiman yang wilayahnya

terletak ditepi pantai. Pertumbuhan permukiman tidak diawali dengan perencanaan

yang baik. Konsentrasi permukiman tumbuh mengikuti pantai dan pola jalan yang ada.

Orientasi bangunan yang ada menghadap jalan dan membelakangi pantai. Karakteristik

dari permukiman yang ada dalam kawasan Bulu merupakan kawasan permukiman

padat dengan kondisi infrastruktur yang belum optimal. Kondisi jalan lingkungan yang

ada 75% merupakan jalan dengan lebar kurang dari 3 meter, masih banyak dijumpai ruas-ruas jalan buntu dan tidak memiliki jaringan drainase yang baik. Dilihat dari segi kesehatan, penduduk tidak memiliki jamban pribadi, sehingga masyarakat melakukan kegiatan BAB di tepian pantai dan sungai yang ada dengan membangun jamban-jamban helikopter.

B. Permukiman di Sempadan Sungai

  Bantaran sungai atau sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kanan kiri sungai dengan jarak 100 meter untuk sungai besar dan 50 meter di kanan kiri untuk anak sungai yang berada di luar permukiman, sementara untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk membangun jalan inspeksi antara 10 – 15 meter. Namun, pada kenyataannya masih banyak permukiman yang berada di daerah bantaran sungai. Kawasan permukiman sempadan sungai ini adalah kawasan permukiman yang berada di sepanjang kanan kiri sungai, termasuk sungai buatan/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Bantaran sungai seharusnya merupakan daerah terlarang untuk permukiman, akan tetapi berhubung semakin mahalnya harga lahan untuk pembangunan rumah banyak masyarakat yang memilih tinggal di lokasi semacam itu. Banyak squatters (permukiman liar) yang tinggal di bantaran sungai karena mereka menganggap bahwa masih banyak terdapat lahan tak bertuan yang sebenarnya milik pemerintah dan merupakan public space (ruang umum). Pada umumnya pengamanan lahan di bantaran sungai tidak begitu ketat sehingga memungkinkan tumbuhnya penghunian dan penggunaan tidak sah. Murahnya lahan ini yang menjadi pertimbangan utama bagi squatter yang mencari tempat hunian yang dekat dengan tempat kerjanya. Hunian di bantaran sungai ini terus berkembang dan semakin menjorok ke sungai sehingga mengganggu aliran sungai yang

selanjutnya dapat menimbulkan bahaya banjir yang berdampak bagi masyarakat luas.

Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai seringkali mempunyai kebiasaan buruk yaitu membuang sampah ke sungai yang menyebabkan pendangkalan dan sumbatan di beberapa tempat. Permukiman yang ada di kawasan sempadan sungai sebagian besar berada di Kecamatan Jepara (Kelurahan Demaan, Jobokuto, Pengkol dan Ujungbatu), Kecamatan Kalinyamatan, Kedung dan Bangsri (tepatnya di Desa Wedelan, Bangsri dan Kedungleper). Kawasan permukiman sempadan sungai ini adalah kawasan permukiman yang berada di sepanjang kanan kiri sungai, termasuk sungai buatan/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

C. Kawasan Rawan Bencana

  Kawasan rawan bencana merupakan kawasn/daerah yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan lain-lain. Pada kawasan-kawasan seperti ini perlu dilindungi agar dapat menghindarkan masyarakat dari ancaman bencana yang ada tersebut. Rincian lokasi di Kabupaten Jepara yang sering terjadi bencana alam dapat dilihat pada Tabel VII.1.

  Tabel VII.1 Lokasi Rawan Bencana di Kabupaten Jepara No Rawan Bencana Kecamatan Kel./Desa

  Kel. Ujungbatu Kel. Pengkol Kel. Saripan Kel. Jobokuto

  Kecamatan Jepara Kel. Kauman Kel. Panggang Kel. Bulu Kel. Demaan Kel. Karangkebagusan Desa Tegalsambi Desa Mantingan Desa Telukawur Desa Mangunan

  Kecamatan Tahunan Desa Semat Desa Petekeyan Desa Sukodono Desa Langon Desa Pekalongan

  Kecamatan Batealit Desa Bawu Desa Sukosono Desa Tanggultlare

  1. Banjir Desa Rau Desa Kerso Desa Menganti Desa Bulakbaru Desa Panggung Desa Surodadi

  Kecamatran Kedung Desa Jondang Desa Wanusobo Desa Sowan Kidul Desa Sowan Lor Desa Kalianyar Desa Kedungmalang Desa Karangaji Desa Tedunan Desa Troso Desa Pecangaan wetan

  Kecamatan Pecangaan Desa Karangrandu Desa Kaliombo Desa Gerdu Desa Bakalan

  Kecamatan Kalinyamatan Desa Manyargading Desa Batukali

  No Rawan Bencana Kecamatan Kel./Desa

  Desa Bandungrejo Desa Ujungpandan Desa Sidigede Desa Telukwetan Desa Brantaksekarjati Desa Karanganyar Desa Guwosobokerto Desa Kendengsidialit

  Kecamatan Welahan Desa Kalipucang Kulon Desa Kalipucang wetan Desa Gidangelo Desa Bugo Desa Kedungsarimulyo Desa welahan Desa ketilengsingolelo Desa Sengon Bugel Desa Singorojo Desa Pelang Desa Kuanyar

  Kecamatan Mayong Desa Tigojuru Desa Pelemkerep Desa Mayong Lor Desa Paren Desa Mayong Kidul Desa Gemiring Kidul Desa Daren

  Kecamatan Nalumsari Desa Tunggul Pandean Desa Blimbingrejo Desa Dorang Desa Ujungwatu Desa Clering

  Kecamatan Donorojo Desa Jugo Desa Sumber Rejo

  Kecamatan Kembang Desa Tubanan Desa Ujungwatu Desa Clering Desa Tulakan

  Kecamatan Donorojo Desa Blingoh Desa Jugo Desa Sumber Rejo Desa Kaligarang Desa Keling Desa Jlegong Desa Tunahan

  2. Longsor Desa Gelang

  Kecamatan Keling Desa Watuaji Desa Klepu Desa Kelet Desa Kunir Desa Damarwulan Desa Tempur Desa Jinggotan

  Kecamatan Kembang Desa Pendem Desa Cepogo

  No Rawan Bencana Kecamatan Kel./Desa

  Desa Bucu Desa Dudakawu Desa Sumanding Desa Banjarran Desa Tengguli Desa guyangan

  Kecamatan Bangsri Desa Srikandang Desa Kepuk Desa Papasan Desa Lebak

  Kecamatan Pakisaji Desa Plajan Desa Tanjung Kel. Pengkol Kel. Saripan

  Kecamatan Jepara Kel. Bapangan Kel. Ujungbatu Desa Mulyoharjo Desa Bantrung Desa Bringin Desa Batealit

  Kecamatan Batealit Desa Mindahan Desa Somosari Desa Mindahan Kidul Desa Raguklampitan

  Kecamatan Kalinyamatan Desa Damarjati Desa Pancur Desa Bungu Desa Rajekwesi Desa Datar

  Kecamatan Mayong Desa Bandung Desa Pule Desa Ngroto Desa Buaran Desa Bategede Desa Muryolobo

  Kecamatan Nalumsari Desa Benndanpete Desa Ngetuk Desa gemiring Lor Desa Bandungharjo Desa Banyumanis Desa Clering

  3. Angin Topan Kecamatan Donorojo Desa Tulakan Desa Blingoh Desa Jugo Desa Bumiharjo

  Kecamatan Keling Desa Kelet Desa Kaliaman Desa Tubanan Desa Balong

  Kecamatan Kembang Desa Kancilan Desa Dermolo Desa Jinggotan Desa cepogo Desa Bondo

  Kecamatan Bangsri Desa Jerukwangi

  No Rawan Bencana Kecamatan Kel./Desa

  Desa Kedungleper Desa Wedelan Desa Bangsri Desa Banjaragung Desa Tengguli Desa Guyangan Desa Karanggondang Desa Srobyong Desa Sekuro

  Kecamatan Mlongo Desa Sinanggul Desa Jambu Timur Desa Mororejo Desa Suwawal Desa Mambak Desa Slagi Desa Kawak

  Kecamatan Pakis Aji Desa Suwawal Timur Desa Bulungan Desa lebak Desa Bandengan Desakedungcino Desa kuwasen Desa Mulyoharjo Kel. Ujungbatu

  Kecamatan Jepara Kel. Pengkol Kel. Saripan Kel. Bapangan Kel. Demaan Kel. Potroyudan Kel. Karangkebagusan Desa Kecapi Desa Senenan Desa Krapyak Desa tegalsambi Desa Mantingan Desa Tahunan

  Kecamatan Tahunan Desa Platar Desa Mangunan Desa Petekeyan Desa Sukodono Desa Langon Desa Ngabul Desa Pekalongan Desa Bawu Desa Bantrng Desa Mindahan

  Kecamatan Batealit Desa Mindahan Kidul Desa Ngasem Desa Raguklampitan Desa geneng Desa Sukosono Desa Bugel

  Kecamatan Kedung Desa Dongos Desa jondang Desa Wanusobo

  No Rawan Bencana Kecamatan Kel./Desa

  Desa Ngeling Desa Troso Desa Rengging Desa Pecangaan Kulon

  Kecamatan Pecangaan Desa Pulodarat Desa Pecangaan wetan Desa Lebuawu Desa gemulung Desa Krasak Desa Ngroto Desa Sengon bugel Desa Jebol Desa Singorojo Desa Pelang

  Kecamatan Mayong Desa Kuanyar Desa Tigojuru Desa Pelemkerep Desa Mayong Lor Desa Paren Desa Mayong Kidul Desa Gemiring Lor Desa Nalumsari Desa Jatisari Desa Gemiring Kidul Desa Tritis

  Kecamatan Nalumsari Desa Daren Desa Karangnongko Desa Ringtulis Desa Tunggul Pnadean Desa Blimbingrejo Desa Dorang Desa Karimunjawa Desa Kemujan

  Kecamatan Karimunjawa Desa Parang Desa Nyamuk Sumber:BPBD Kabupaten Jepara, 2016.

D. Permukiman Hasil Hurugan di Sempadan Pantai

  Aktivitas Reklamasi liar merupakan pemanfaatan tanah timbul yang berada di sepanjang pantai, dimana hal ini dilakukan secara ilegal. Tanah timbul ini terbentuk dari proses sedimentasi atau pengendapan lumpur yang terus menerus terjadi sehingga membentuk suatu daratan, yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat di daerah pesisir untuk sebagai lahan permukiman. Mereka beranggapan tanah tersebut tidak bertuan karena tidak jelas kepemilikannya. Apalagi harga tanah dari waktu ke waktu semakin mahal dan tidak sebanding dengan pendapatannya yang relatif rendah sebagai nelayan, semakin mendorong keinginan untuk memanfaatkan tanah timbul tersebut sebagai lahan permukiman. Aktivitas Reklamasi liar ini ditemukan di Kecamatan Jepara, khususnya di Kelurahan Bulu, dan Kelurahan Demaan.

  Aktivitas reklamasi liar ini berpotensi menimbulkan masalah yang lebih kompleks di kemudian hari apabila tidak segera ditangani. Sebab hal ini akan mempengaruhi anggota masyarakat yang lain untuk turut mendirikan bangunan secara liar di tanah tersebut. Hal lain yang mengkhawatirkan adalah semakin dekatnya pantai dengan bangunan sehingga sangat rawan terkena abrasi air laut, dan akan dapat mengganggu kelestarian fungsi pantai. Permasalahan ini perlu ketegasan pihak-pihak aparat

pemerintah dalam mengimplementasikan peraturan perizinan mendirikan bangunan.

E. Permukiman Perdesaan

  Wilayah Perdesaan yang dimaksud adalah wilayah yang memiliki kegiatan utama di bidang pertanian dengan pengelolaan sumber daya alam masih mendominasi aktivitas masyarakat yang ada di wilayah tersebut sebagai upaya pengembangan dan peningkatan perekonomian mereka. Sebaran kawasan permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan adalah Kecamatan Batealit (desa: Bantrung, Geneng dan Ragukplampitan) dan Kecamatan Kedung (desa: Sowan Lor, Surodadi, Panggung dan Sukosono). Untuk daerah pinggiran atau daerah yang masih bercirikan perdesaan, sebaiknya tidak semuanya dapat dibangun untuk perumahan dan permukiman. Dalam upaya pengembangan kawasan permukiman di wilayah ini juga perlu memperhatikan syarat- syarat lokasi yang telah ditetapkan. Lokasi untuk pembangunan baru diprioritaskan untuk desa yang memiliki tegalan. Hal ini disebabkan karena salah satu syarat dari lahan yang dapat digunakan sebagai lahan yang difungsikan sebagai kawasan perumahan dan permukiman adalah lahan tegalan. Selain merupakan lahan tegalan, syarat lain yang harus dipenuhi adalah bukanlah merupakan daerah rawan bencana, memiliki kelerengan 0%-15%, telah memiliki kelengkapan sarana dan prasarana dasar yang dibutuhkan dalam pengembangan kawasan perumahan dan permukiman seperti jaringan jalan, listrik dan memiliki sumber air yang dapat mencukupi aktivitas penduduk yang akan menempati wilayah tersebut serta lokasi tersebut memiliki kesesuaian fungsi seperti dengan apa yang telah ditetapkan oleh RTRW Kabupaten Jepara. Pendekatan pembangunan permukiman tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan pendekatan Kasiba / Lisiba. Selain itu juga perlu memperhatikan kawasan konservasi atau kawasan lindung. Hal tersebut dimaksudkan supaya fungsi lindung dari konservasi tersebut tidak terganggu akibat aktivitas permukiman yang ada. Selain itu, untuk mengendalikan pembangunan di kawasan permukiman di wilayah yang bercirikan perdesaan tersebut adalah dengan memberikan peraturan mengenai pembangunan kawasan permukiman di wilayah tersebut. Hal tersebut dimaksudkan supaya lahan yang tersedia dipergunakan seefektif mungkin, kemungkinan perkembangan dan pertumbuhan penduduk alami dan pendatang di Kabupaten Jepara sangat mempengaruhi perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman.

7.1.2. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Kawasan Permukiman

  2) Upaya mensosialisasikan pentingnya ijin mendirikan bangunan permukiman sebagai kontrol perkembangan permukiman

  Upaya menempatkan kebijakan otonomi daerah bukan sebagai upaya mengedepankan kepentingan masing- masing daerah tetapi lebih mengembangkan kerja sama yang lebih baik dalam pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan perumahan

  1) Upaya lebih meningkatkan kerja sama antara yurisdiksi baik antar kabupaten, provinsi dan pusat khususnya dalam penanganan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman. 2)

  2) Membentuk/Mengaktifkan Badan Koordinasi Pembangunan dan pengembangan Perumahan dan kawasan permukiman, Pokja PKP, atau Dinas Kabupaten atau sejenisnya sebagai wadah perumusan operasionalisasi kebijakan permukiman kabupaten. 3) Pembiayaan dan penguatan terhadap lembaga-lembaga di masyarakat yang dibentuk dalam kerangka proyek (PNPM Permukiman, Perumahan Swadaya, dll) sebagai instusi

  1) Penyusunan strategi kelembagaan dan tatalaksana bidang permukiman

  2) Belum optimalnya revitalisasi kelembagaan dibidang perumahan dan permukiman termasuk peningkatan kapasitas SDM dan sumber daya pendukung lainnya;

  2. Aspek Kelembagaan 1) Belum optimalnya badan pelaksana di bidang perumahan dan permukiman yang mampu mendorong keterpaduan penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang terkoordinasi dan sinergis;

  Pengembangan kawasan permiukiman selalu memiliki permasalahan dan tantangan dari berbagai macam sudut, mulai dari sisi teknis, kelembagaan, pembiayaan dan lain sebagainya. Adapum permasalahan dan tantangan dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Jepara dapat diidentifikasi pada tabel berikut.

  Tabel VII.2 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman di Kabupaten Jepara No. Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

  3) Sosialisasi mengenai rumah layak huni hingga ke tingkat basis masyarakat melalui lembaga yang ada

  2) Memberlakukan secara ketat ijin mendirikan bangunan agar perkembangan permukiman dapat diarahakan dan dikendalikan

  1) Sosialisasi rencana tata ruang wilayah secara bertahap dan menerus ke seluruh lapisan masyarakat

  3) Sebagian masyarakat tidak mengetahui standar minimal rumah layak huni, sehingga banyak rumah tidak layak huni yang mengindikasikan kawasan kumuh

  2) Kesiapan lahan untuk pengembangan permukiman belum mampu mengikuti perkembangan permukiman

  1. Aspek Teknis 1) Pengembangan permukiman tidak sesuai dengan peruntukannya

  1) Upaya sosialisasi yang harus dilakukan secara terus menerus kepada seluruh kelompok masyarakat mengenai rencana tata ruang wilayah dan standar minimal rumah layak huni

  No. Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

  pendukung pelaksanaan program-program di sektor permukiman. 4) Merekomendasikan peningkatan aspek kelembagaan dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman pada tingkat kabupaten;

  5) Membentuk forum perumahan dan permukiman untuk mengakomodasi kepentingan stakeholders; dan kawasan permukiman. 3)

  Upaya penanganan masalah perumahan dan kawasan permukiman yang lebih antisipatif terhadap kemungkinan terjadinya persoalan permukiman yang akan terjadi dimasa yang akan datang seperti munculnya permukinan kumuh, pelanggaran tata ruang atau kemungkinan terjadinya bencanaterkait perkembangan permukiman.

  3. Aspek Pembiayaan 1) Lemahnya dukungan pembiayaan pembangunan sektor perumahan dan kawasan permukiman dari sisi pemerintah akibat adanya skala prioritas sektor pembangunan lain

  2) Keterbatasan pendapatan pemerintah sehingga penanganan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman dalam penyediaan prasarana dasar, pengaturan lahan dalam skala besar serta rehabilitasi kawasan kumuh menjadi sulit direalisasikan

  1) Pelibatan lembaga keuangan non bank untuk menjadi instrumen pembiayan rumah jangka panjang seperti perusahaan asuransi, pengelola dana pensiun dengan mekanisme kerja sama pemerintah dan swasta dan koperasi. 2) Mengefektifkan sumber pembiayaan pemerintah melalui koordinasi anggaran yang lebih terpadu antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten dalam mendukung program-program pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.

  1) Pinjaman kredit, apabila selama ini dari BTN atau bank dalam list program pemerintah. Dimana pola peminjaman biaya pembangunan tersebut disesuaikan dengan tingkat kemampuan pengembalian dari masyarakat sendiri. 2) Membuka akses terhadap

  PNPM Mandiri Perumahan dan Permukiman 3) Menggali potensi sumber pembiayaan lain yang bukandari anggaran pemerintah yang dapat dimobilisasi untuk kepentingan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman

  4. Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta 1) Belum optimalnya peran serta masyarakat dalam pengembangan permukiman yang nyaman dan layak huni sesuai dengan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman

  2) Belum optimalnya peran swasta dalam pengembangan permukiman yang nyaman dan terintegrasi sesuai dengan arahan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman di Kabupaten

  1) Perlu strategi yang mampu mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam pengembangan permukiman yang sesuai dengan arahan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman di Kabupaten Jepara. 2) Perlu strategi untuk pelibatan sektor swasta dalam pengembangan perumahan dan permukiman yang terintegrasi dengan ruang secara utuh sehingga pengembangan

  1) Upaya mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam pembangunan perumahan dan permukiman yang layak huni dan nyaman sesuai dengan standar minimal rumah layak huni sesuai arahan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman

  2) Upaya optimalisasi peran sektor swasta dalam membangun perumahan

  1) Mendorong percepatan penyediaan infrastruktur permukiman yang memadai sesuai kebutuhan

  3) Memberlakukan aturan pemanfaatan ruang dalam lingkungan permukiman untuk mengantisipasi alih fungsi ruang permukiman

  No. Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

  Jepara. perumahan dan permukiman bisa diarahkan sesuai dengan kebijakan pembangunan perumahan dan permukiman di Kabupaten Jepara. dan permukiman yang bersinergi dengan ruang secara utuh untuk membentuk permukiman yang nyaman dan layak huni

  5. Aspek Lingkungan Permukiman 1) Terjadinya penurunan kualitas lingkungan permukiman menjadi kumuh disebabkan oleh kurang memadainya infrastruktur dan keterlibatan masyarakat untuk menjaga lingkungan permukimannya

  2) Semakin kompleksnya aktivitas masyarakat dalam lingkungan permukiman menyebabkan alih fungsi ruang permukiman dan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan permukiman

  1) Penyediaan infrastruktur yang memadai kebutuhan lingkungan permukiman perlu didorong

  2) Peningkatan peran serta masyarakat dalam menjaga dan memperbaiki lingkungan permukiman menjadi faktor penting agar kualitas lingkungan permukiman tetap terjaga dengan baik

  3) Penegasan aturan bersama dalam pemanfaatan ruang lingkungan permukiman menjadi salah satu kontrol/pengendali kompleksnya kegiatan dalam lingkungan permukiman

  Sumber : Analisis Tim, 2016

  2) Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam menjaga dan memperbaiki kualitas lingkungan permukiman

7.1.3. Kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman di Kabupaten Jepara

  Berbagai program dan kegiatan telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara untuk mendukung kegiatan pengembangan kawasan permukiman baik itu program dan kegiatan yang bersumber dari APBN, APBD Prov. Jawa tengah maupun kegiatan yang bersumber dari APBD Kab. Jepara sendiri. Beberapa kegiatan peningkatan kualitas yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara dapat pada 5 (lima) tahun terakhir dilihat pada Tabel VII.3 di bawah ini.

  Tabel VII.3 Kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman di Kabupaten Jepara Tahun Kegiatan Lokasi Jumlah Peningkatan Kualitas (Unit) Besar Biaya Sumber Pendanaan 2011

  Pembangunan Baru (PB)

  Rp. 500.000.000,00 Peningkatan Kualitas (PK)

  • Kelurahan Bulu
  • Kelurahan Jobokuto
  • Kelurahan Ujungbatu 50 unit (13 unit di Kel. Bulu, 15 unit di Kel. Jobokuto dan 22 unit di Kel. Ujungbatu)

  25 MBR Rp. 125.000.000,00

  • Kelurahan Bulu
  • Kelurahan Jobokuto
  • Kelurahan Ujungbatu Fasilitasi prasarana, sarana dan utilitas umum

  Tahun Kegiatan Lokasi Jumlah Peningkatan Kualitas (Unit) Besar Biaya Sumber Pendanaan

  Rp. 135.000.000,00 Peningkatan Kualitas (PK)

  • Kelurahan Bulu
  • Kelurahan Jobokuto
  • Kelurahan Ujungbatu Jalan paving dan saluran drainase
  • Desa Ngroto (Kec. Mayong)
  • Desa Kaliombo (Kec. Pecangaan)
  • Desa Bawu (Kec. Batealit)
  • Desa Lebak (Kec. Pakis Aji)
  • Desa Plajan (Kec. Pakis Aji)
  • Desa Tanjung (Kec. Pakis Aji) 150 unit (25 unit per desa)

  Rp. 750.000.000,00 Fasilitasi prasarana, sarana dan utilitas umum

  Jalan lingkungan dan saluran drainase

  Rp. 600.000.000,00 Stimulan pembangunan rumah evakuasi bencana dan prasarana pendukung (rumah panggung) Desa Batukali (Kec.

  • Desa Ngroto (Kec. Mayong)
  • Desa Kaliombo (Kec. Pecangaan)
  • Desa Bawu (Kec. Batealit)
  • Desa Lebak (Kec. Pakis Aji)
  • Desa Plajan (Kec. Pakis Aji)
  • Desa Tanjung (Kec. Pakis Aji)

  Kalinyamatan) Tidak ada penjelasan/data

  Rp. 400.000.000,00 APBD Prov.

  Jateng Fasilitasi Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) Rusunawa dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jawa Tengah untuk Pembangunan Pagar Rusunawa Twin Blok III

  Tidak ada penjelasan/data Pagar Rusunawa Twin Blok III Rp. 100.000.000,00 APBD Prov.

  Jateng Pembangunan penunjang prasarana dan sarana dasar Kawasan Rusunawa dari Satker Pengembangan Kawasan Permukiman Jawa Tengah

  • Desa Jobokuto
  • Desa Ujungbatu Pagar, saluran, taman, paving jalan Rusunawa Kyai Mojo dan Rusunawa H. Sidik Rp. 700.000.000,00 APBN

  Fasilitasi dan stimulan pembangunan perumahan swadaya bagi rumah tangga miskin

  Desa Dorang (Kec. Nalumsari) 20 unit Rp. 100.000.000,00 APBD Prov.

  Jateng Rp. 2.437.500.000,00 APBN

  • Desa Mulyoharjo (Kec. Jepara)
  • Desa Kuwasen (Kec. Jepara)
  • Desa Wonorejo (Kec. Jepara)
  • Desa Bandengan (Kec. Jepara)
  • Desa Lebak (Kec. Pakis Aji)
  • Desa Plajan (Kec. Pakis Aji)
  • Desa Kaliombo (Kec. Pecangaan) 328 unit. Adapun rincian yaitu 39 unit di Desa Mulyoharjo, 44 unit di Desa Kuwasen, 36 unit di Desa Wonorejo, 26 unit di Desa Bandengan, 41 unit di Desa Lebak, 47 unit di Desa Plajan dan 95 unit di Desa Kaliombo Rp. 1.968.000.000,00 APBN

  Rp. 200.000.000,00 APBD Prov.

  Jateng 2013 Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS)

  Panggung Rp. 475.000.000,00 APBD Prov.

  Desa Kaliombo (Kec. Pecangaan) 1 unit Rumah

  Jateng Stimulan pembangunan rumah evakuasi bencana dan prasarana pendukung

  Tidak ada perincian/data Rp. 100.000.000,00 APBD Prov.

  Desa Muryolobo (Kec. Nalumsari)

  Jateng Pembangunan sarana dan prasarana di kawasan pedesaan kumuh dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jawa Tengah

  Desa Dorang Tidak ada perincian/data Rp. 100.000.000,00 APBD Prov.

  Jateng Pembangunan sarana dan prasarana di kawasan pedesaan kumuh dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jawa Tengah

  Kelurahan Demaan (Kec. Jepara) Desa Kedungmalang (Kec. Kedung) 40 unit (masing- masing desa 20 unit)

  Tahun Kegiatan Lokasi Jumlah Peningkatan Kualitas (Unit) Besar Biaya Sumber Pendanaan

  Fasilitasi dan stimulan pembangunan perumahan swadaya bagi rumah tangga miskin

  Rencana Bantuan stimulan perumahan swadaya (BSPS)

  2012

  Kecamatan Mayong 100 unit Rp. 1.050.000.000,00 APBN

  Fasilitasi prasarana, sarana dan utilitas (Deputi Pengembangan Kawasan) untuk Perumahan Mayong Raya Indah

  Tidak ada penjelasan/data 200 unit Rp. 2.100.000.000,00 APBN

  Jateng Fasilitasi prasarana, sarana dan utilitas (Deputi Pengembangan Kawasan) untuk Perumahan Jepara Regency

  Desa Karanganyar (Kec. welahan) 20 unit Rp. 100.000.000,00 APBD Prov.

  Fasilitasi dan stimulan pembangunan perumahan swadaya bagi rumah tangga miskin

  Desa Lebak (Kec. Pakis Aji) Desa Troso (Kec. Pecangaan) 382 unit, dengan rincian 351 unit Desa Lebak dan 31 unit Desa Troso

  Pancur dan 148 unit Desa Rajekwesi

  Rp. 5.565.000.000,00 APBN

7.1.4. Program-Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  Kegiatan pengembangan kawasan permukiman terdiri dari : Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

  Sumber : Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan Kabupaten Jepara, 2016

  Tahun Kegiatan Lokasi Jumlah Peningkatan Kualitas (Unit) Besar Biaya Sumber Pendanaan

  2014 Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS)

  Desa Bugel (Kec. Kedung) 93 unit Rp. 697.500.000,00 APBN

  2015 Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS)

  Desa Rajekwesi dan Pancur (Kec. Mayong) 223 unit Desa

  • Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
  • Pengembangan Lingkungan Permukiman Perkotaan
  • Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Nelayan

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

  • Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaaan Potensial
  • Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaaan Tertinggal, Terpencil dan Pulau-Pulau terluar
  • Pembangunan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)

  Pengembangan Kawasan Permukiman Khusus

  • Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Perbatasan
  • Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Pulau-Pulau Kecil Terluar •

  Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Rawan Bencana, Pasca Bencana dan Kawasan tertentu Infrastruktur Berbasis Masyarakat

  • Program peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman

  Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

1. Umum

  • Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
  • Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
  • Kesiapan lahan (sudah tersedia).
  • Sudah tersedia DED.

  • Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
  • Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
  • Ada unit pelaksana kegiatan.
  • Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

  2. Khusus (PISEW)

  • Berbasis pengembangan wilayah
  • Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
  • Mendukung komoditas unggulan kawasan

    Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan

    dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan

    kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan

    Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan

    bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3)

    penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan

    utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak

    sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam

    kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:

  1. Vitalitas Non Ekonomi

a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.

  b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

  c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

  a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

  b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

  c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.

3. Status Kepemilikan Tanah a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.

b. Status sertifikat tanah yang ada.

  

4. Keadaan sarana prasarana : Kondisi Jalan, Drainase, Air Bersih dan Air Limbah.

  5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

  a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.

  b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.

7.1.5. Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan

  Berdasarkan kebijakan pengembangan kawasan permukiman serta untuk mengurangi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan kebutuhan program dan kegiatan. Namun usulan kebutuhan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan Kabupaten Jepara. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima. Adapun susulan kebutuhan program dan kegiatan sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Jepara dapat dilihat pada tabel VII.4.

  Tabel VII.4 Matriks Usulan Kebutuhan Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Rencana Program No. Kawasan Permukiman Volume Keterangan Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V (2017) (2018) (2019) (2020) (2021)

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

I. Kawasan Kumuh Perkotaan

  1. Kawasan Bulu 49,27 Ha

  3 Ha

  12 Ha

  11 Ha

  11 Ha 12,27 Ha

  2. Kawasan Nelayan Ujungbatu

  1 Ha

  1 Ha

  3. Kawasan Nelayan Kedungmalang 2,5 Ha

  1 Ha 1,5 Ha

II. Kawasan Perdesaan

  1. Kawasan Minapolitan Bondo

  1 Ha

  1 Ha

  2. Kawasan agropolitan Tempur

  1 Ha

  1 Ha

  3. Kawasan Agropolitan Damarwulan

  1 Ha

  1 Ha

  4. Kawasan Agropolitan Jinggotan

  1 Ha

  1 Ha

  5. Kawasan Agropolitan Bategede

  1 Ha

  1 Ha

III. Kawasan Permukiman Khusus

  1. Kawasan Pulau Kecil (Kecamatan Karimunjawa) 1,5 Ha 0,5 Ha

  1 Ha

  2. Kawasan Rawan Bencana Banjir Gerdu

  1 Unit

  1 Unit

  3. Kawasan Rawan Bencana Banjir Welahan Ha Sumber : Analisis Konsultan, 2016

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA

  VII-19

MENENGAH (RPI2JM) KABUPATEN JEPARA

7.1.6. Usulan Pembiayaan Pengembangan Kawasan Permukiman

  Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR). Usulan kebutuhan pembiayaan Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Jepara dapat dilihat pada tabel VII.5.

  Tabel VII.5 Usulan Kebutuhan Pembiayaan Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman OUTPUT

SUMBER DANA READINESS CRITERIA NO KODE AKUN

  VOL SATUAN APBD DED/ AMDAL/ APBN APBD PROV. KPS CSR LAHAN PENGELOLA KAB./KOTA FS UKL/UPL RINCIAN (1) (2) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) 2412 Pembinaan dan Pengembangan Kawasan Permukiman

  1. 2412.002 Pembinaan dan Pengawasan Kawasan Permukiman Penyusunan Kebijakan, Strategi dan Rencana Pengembangan

  2412.002.002 Kawasan Permukiman

  Bantek Penyusunan Dokumen Rencana Pencegahan dan

  • 2012 DCKTRK

  1 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan Kab. Jepara 2018

  1 Kab. 750.000.000 75.000.000

  (RP2KP-KP) Kabupaten Jepara Kec. Jepara, Tahunan,

  • Pecangaan,

  2. Studi Identifikasi Kawasan Kumuh Kabupaten Jepara Kalinyamatan, 2017

  1 Dok 100.000.000 2012 BAPPEDA -

  • Welahan, Mlonggo,

  Pakis Aji Kec. Kedung, Batealit,

  • Mayong, Nalumsari,
  • 2012 BAPPEDA

  3. Studi Identifikasi Kawasan Kumuh Kabupaten Jepara Bangsri, Keling, 2018

  1 Dok 600.000.000

  • Kembang, Donorojo,

  Karimunjawa

  2412.003 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan 2.

  2412.003.001 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Pembangunan Sarpras Permukiman Kumuh Kawasan Bulu

  • 1 (Kel. Bulu, Demaan, Kauman, Jobokuto, Ujungbatu dan Kawasan Bulu 2017

  3 Ha 3.000.000.000 300.000.000 2012 2017 DCKTRK

  • Karangkebagusan) Pembangunan Sarpras Permukiman Kumuh Kawasan Bulu
  • 2 (Kel. Bulu, Demaan, Kauman, Jobokuto, Ujungbatu dan Kawasan Bulu 2018

  11 Ha 10.000.000.000 1.000.000.000 2012 2017 DCKTRK

  • Karangkebagusan) Pembangunan Sarpras Permukiman Kumuh Kawasan Bulu
  • 3 (Kel. Bulu, Demaan, Kauman, Jobokuto, Ujungbatu dan Kawasan Bulu 2019

  11 Ha 10.000.000.000 1.000.000.000 2012 2018 DCKTRK

  • Karangkebagusan) Pembangunan Sarpras Permukiman Kumuh Kawasan Bulu
  • 4 (Kel. Bulu, Demaan, Kauman, Jobokuto, Ujungbatu dan Kawasan Bulu 2020

  12 Ha 11.000.000.000 1.000.000.000 2012 2019 DCKTRK

  • Karangkebagusan) Pembangunan Sarpras Permukiman Kumuh Kawasan Bulu
  • 2012 2020 DCKTRK 5 (Kel. Bulu, Demaan, Kauman, Jobokuto, Ujungbatu dan Kawasan Bulu 2021 12,27 Ha 12.000.000.000 1.200.000.000
  • Karangkebagusan)

  2412.003.002 Pengembangan Lingkungan Permukiman Perkotaan 2017 2017 DCKTRK

  1. Pembangunan PSD Jalan Lingkungan RSH Perum Jepara Kec. Tahunan 2018 0,5 Ha 750.000.000 75.000.000

NO KODE AKUN OUTPUT LOKASI TAHUN

VOL SATUAN SUMBER DANA READINESS CRITERIA

  regency

  • 2.
  • DCKTRK 3.
  • 80.000.000
  • 2018 2018
  • DCKTRK 4.
  • 90.000.000
  • 2019 2019
  • DCKTRK 5.
  • 100.000.000
  • 2020 2020
  • DCKTRK
  • 100.000.000
  • 2020 2020

  Pembangunan PSD Jalan Lingkungan RSH Perum Graha Kartini Jepara

  • DCKTRK

  • 100.000.000
  • 2012 2017
  • DCKTRK 3.
  • 100.000.000
  • 2017 2017
  • DCKTRK 4.
  • 2017 2017
  • DCKTRK 5.
  • 2012 2018
  • DCKTRK 6.
  • DCKTRK 7.
  • 2018 2019
  • DCKTRK
  • 2020 2020
  • DCKTRK
  • 100.000.000
  • 2012 2017
  • DCKTRK
  • 100.000.000
  • 2012 2018
  • DCKTRK
  • 100.000.000
  • 2012 2018
  • DCKTRK
  • 150.000.000
  • 2012 2019
  • DCKTRK
  • 150.000.000
  • 2013 2019
  • DCKTRK 7.
  • 200.000.000
  • 2007 2017
  • 200.000.000
  • 2018 2018 DCKTRK 8.
  • DCKTRK
  • 200.000.000
  • 2018 2019

  Nalumsari 2020

  1 Pembangunan PSD Kawasan Agropolitan Tempur Desa Tempur Kec.

  Keling 2018

  1 Ha 1.000.000.000

  2 Pembangunan PSD Kawasan Agropolitan Damarwulan Desa Damarwulan Kec. Keling

  2019

  1 Ha 1.000.000.000

  3 Pembangunan PSD Kawasan Agropolitan Jinggotan Desa Jinggotan Kec.

  Kembang 2019

  1 Ha 1.000.000.000

  4 Pembangunan PSD Kawasan Agropolitan Bategede Desa Bategede Kec.

  5 Pembangunan PSD Kawasan Minapolitan Bondo Desa Bondo Kec.

  1 Ha 1.500.000.000

  3. 2412.004 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan 2412.004.001

  Mlonggo 2020

  1 Ha 1.500.000.000

  6 Pembangunan PSD Desa Pusat Pertumbuhan Desa Bondo Kec. Bangsri Desa Bondo Kec.

  Mlonggo 2018

  1 Ha 2.000.000.000

  Pembangunan PSD Desa Pusat Pertumbuhan Desa Srikandang Kec. Bangsri Desa Srikandang Kec.

  Mlonggo 2021

  1 Ha 2.000.000.000

  Pembangunan PSD Desa Pusat Pertumbuhan Desa Bucu Kec. Kembang Desa Bucu Kec.

  Kembang 2021

  1 Ha 2.000.000.000

  Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial

  Mlonggo 2021